Makalah ASP

17
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH NEGARA/DAERAH Disusun oleh: Wigati Cahyaningsih 041411323073 Alif Jannati Isfi 041411323019 Mutiara Jelita 041411323066 Tri Angga Kusuma 041411323016 Rizki Wahyu H 041411323064 Zulkarnain Rizal Pahlevie 041411323093 Rima Wulandari 041411323062 Heri Kurniawan 041411323011 Ratih Komala Sari 041411323050 Anggun Falutvi 041411323047 Sugeng Hidayat 041411323061 Said R.S. 041411323040

description

SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH

Transcript of Makalah ASP

SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH NEGARA/DAERAH

Disusun oleh:

Wigati Cahyaningsih 041411323073Alif Jannati Isfi 041411323019 Mutiara Jelita 041411323066

Tri Angga Kusuma 041411323016Rizki Wahyu H 041411323064Zulkarnain Rizal Pahlevie 041411323093Amelia Dwi Fajarwati 041411323091Masriska Hanum 041411323038Girindra Wardana 041411323090Rima Wulandari 041411323062Heri Kurniawan 041411323011Ratih Komala Sari 041411323050Anggun Falutvi 041411323047Sugeng Hidayat 041411323061Said R.S. 041411323040

M. Arioyudo 041411323079Bitantri Anindita 041411323071

Adiratna 041411323089

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM S1 ALIH JENIS

2015

BAB IPENDAHULUAN

Kondisi ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikator yang menentukan kinerja pada suatu negara. Kondisi ekonomi merupakan faktor utama untuk menentukan kinerja pemerintahan, maka pemerintah pusat dituntut untuk meningkatkan kinerja ekonomi demi terwujudnya kinerja ekonomi yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Untuk mewujudkan hal itu pemerintah pusat membuat suatu kebijakan untuk mendelegasikan sebagian wewenang pengelolaan kepada daerah agar pemerintah daerah dapat mengelola secara luas pemerintahannya sendiri. Dengan demikian, pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dan mengelola pemerintahan dengan baik sehingga akan berdampak pada kinerja ekonomi yang baik. Dari kebijakan tersebut diharapkan lebih mendukung pemberdayaaan daerah dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintahan.Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) untuk meningkatkan kualitas pertanggungjawaban kinerja pemerintah. Perubahan yang sangat nyata dari SAP sebelumnya yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah diwajibkannya penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual). Perubahan basis akuntansi ini tidak serta merta muncul karena sebenarnya sudah disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:1. Pendapatan Negara / Daerah adalah hak pemerintahan pusat / daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

2. Belanja negara / daerah adalah kewajiban pemerintah pusat / daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Dari penjelasan tersebut dijelaskan bahwa pendapatan dan belanja sebenarnya yang sudah berbasis akrual akan mempengaruhi kekayaan bersih di neraca. Jadi sebenarnya dari tahun 2003, pencatatan dan penyajian laporan keuangan sudah diarahkan untuk berbasis akrual. Namun demikian ada masa transisi untuk menuju akrual penuh yang dijelaskan pada pasal 36 ayat (1) di Undang-Undang yang sama bahwa, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.

Dengan penerapan akuntansi berbasis akrual, lembaga negara/daerah dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan lengkap. Selain itu, laporan keuangan yang dihasilkan juga menyediakan informasi mengenai operasi lembaga yang sebenarnya, dimana menampilkan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa datang. Sehingga, penerapan sistem ini membantu pengguna laporan untuk membuat keputusan yang lebih baik guna mencapai kesejahteraan masyarakat.Surakarta adalah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Surakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dan mempunyai beberapa pusat pendidikan. Hal ini dapat berdampak pada tingginya aktivitas ekonomi di kota tersebut karena Surakarta memiliki letak strategis dan merupakan titik persimpangan jalur transportasi. Surakarta merupakan salah satu kota yang mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota sentra pertumbuhan fisik kota.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi persentase pertumbuhan penduduk dengankondisi latar belakang yang baik, Surakarta mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan per kapita masyarakatnya. Dengan demikian, kota Surakarta memerlukan penyelenggaraan siklus akuntansi yang baik dan sesuai regulasi yang berlaku untuk menunjang menunjang kegiatan operasional kota surakarta agar dapat lebih efektif dan efisien.

Makalah ini akan membahas bagaimana penerapan siklus akuntansi keuangan daerah di Kota Surakarta. Penerapan siklus akuntansi tersebut akan dibandingkan dengan regulasi pemerintah yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No.64 Tahun 2013.BAB IIISI

2.1 LANDASAN TEORISistem Akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPK SKPD dalam satu rangkaian proses yang disebut siklus akuntansi pemerintah Daerah. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 6 Permendagri 64 Tahun 2013, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Sistem Akuntansi PPKD

2. Sistem Akuntansi SKPD

Sklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus dilalui dalam penyusunan laporan keuangan.

Siklus akuntansi keuangan negara/daerah dapat digambarkan sebagai berikut

Berdasarkan gambar diatas, disimpulkan bahwa ada 4 tahap dalam siklus akuntansi negara/daerah, yaitu:

1. Pencatatan

2. Penggolongan

3. Peringkasan

4. Penginterprestasian laporan

Pencatatan transaksi pada keuangan negara/daerah menggunakan basis akrual. Basis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Pendapatan diakui pada saat hak diperoleh dan beban diakui saat kewajiban timbul atau dikonsumsi. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 Tahun 2014 yaitu pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS), yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian objek. Penjurnalan dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Jurnal Finansial:

Seluruh transaksi dicatat / dibuat jurnal finansialnya dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1- Aset, 2- Kewajiban, 3- Ekuitas serta 8- Pendapatan LO dan 9- Beban.

b. Jurnal Anggaran:

Jurnal transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4- Pendapatan LRA, 5- Belanja, 6- Transfer dan 7- Pembiayaan dan dilakukan secara tunai / melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga mencatat jurnal anggaran.

Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1- Aset, 2- Kewajiban, 3-Ekuitas serta 8- Pendapatan LO dan 9- Beban.Setelah pencatatan saldo awal, analisis dan pencatatan transaksi, serta pencatatan jurnal penyesuaian di buku Jurnal, maka yang selanjutnya harus dilakukan adalah posting ke buku besar. Posting ke buku besar adalah peringkasan data transaksi ke masing-masing akun yang sesuai. Tahap selanjutnya adalah penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian. Pada tahap ini, dituliskan kode dan nama akun serta saldonya ke dalam neraca saldo. Saldo debit dan kredit tersebut dijadikan dasar dalam pembuatan laporan. Laporan keuangan pokok terdiri dari :a. Laporan Realisasi Anggaran

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

c. Laporan Operasional

d. Laporan Perubahan Ekuitas

e. Neraca

f. Laporan Arus Kas

g. Catatan atas Laporan Keuangan

Pembuatan jurnal penutup guna menihilkan semua akun nominal/sementara agar akun-akun tersebut tidak muncul sebagai saldo awal pada tahun berikutnya. Jurnal penutup meliputi :

1. Jurnal Penutup LRA

Adalah untuk menutup saldo akun-akun Laporan Realisasi Anggaran.2. Jurnal Penutup LO

Adalah untuk menutup saldo akun-akun Laporan Operasional.

Jurnal penutup kemudian diposting ke buku besar dan neraca saldo. Sehingga saldo yang tersisa adalah saldo akun-akun riil sebagai dasar dalam laporan neraca.

2.2 SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN KOTA SURAKARTABeikut ini merupakan salah satu laporan keuangan kota Surakarta:

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Per 31 Desember 2011

(Dalam Rupiah)

NoUraian20112010

Anggaran setelah perubahanRealisasiRealisasi

1PENDAPATAN1.005.258.538.0001.029.523.688.529858.513.967.372

1 . 1PENDAPATAN ASLI DAERAH176.176.060.000181.096.816.152113.946.007.542

1 . 1 . 1Pendapatan Pajak Daerah102.241.123.000118.816.234.50661.641.623.410

1 . 1 . 2Pendapatan Retribusi Daerah50.291.841.00047.671.386.16041.588.097.172

1 . 1 . 3Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah5.834.196.0004.464.830.9244.984.197.541

1 . 1 . 4Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah17.808.900.00010.144.364.5625.732.089.419

1 . 2PENDAPATAN TRANSFER799.371.222.000797.685.713.177718.819.616.671

1 . 2 . 1Transfer Pemerintah Pusat - Dana 659.191.166.000578.791.806.336610.715.857.616

1 . 2 . 1 Dana Bagi Hasil Pajak60.155.708.00065.620.049.94278.940.017.683

1 . 2 . 1Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)3.660.489.0004.387.918.3943.209.306.533

1 . 2 . 1 Dana Alokasi Umum560.479.369.000473.888.738.000499.448.133.400

1 . 2 . 1 Dana Alokasi Khusus34.895.600.00034.895.100.00029.118.400.000

1 . 2 . 2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya84.029.118.000124.680.549.44060.150.000.112

1 . 2 . 2 Dana Otonomi Khusus000

1 . 2 . 2 Dana Penyesuaian84.029.118.000124.680.549.44060.150.000.112

1 . 2 . 3Transfer Pemerintah Provinsi56.150.938.00094.213.357.40147.953.758.943

1 . 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH29.711.256.00050.741.159.20025.748.343.159

1 . 3 . 1Pendapatan Hibah6.200.000.0004.697.159.2002.000.000.000

1 . 3. 2Pendapatan Lainnya23.511.256.00046.044.000.00023.748.343.159

2BELANJA1.053.912.867.469982.645.954.738825.858.500.472

2 . 1BELANJA OPERASI900.578.445.469853.958.610.775745.272.527.188

2 . 1 . 1Belanja Pegawai639.861.028.000616.552.889.233547.661.637.647

2 . 1 . 2Belanja Barang166.614.804.869151.270.535.022119.354.711.920

2 . 1 . 3Belanja Bunga1.918.785.0001.864.595.0602.326.912.038

2 . 1 . 4Belanja Hibah85.451.911.60077.688.165.12059.424.399.322

2 . 1 . 5Belanja Bantuan Sosial6.731.916.0006.582.426.3405.816.101.335

3 . 1 . 6Belanja Bantuan Keuangan0010.688.764.927

2 . 2BELANJA MODAL152.490.227.000128.443.148.96379.762.498.284

2 . 2 . 1Belanja Tanah000

2 . 2 . 2Belanja Peralatan dan Mesin31.821.409.51629.340.286.8859.035.508.892

2 . 2 . 3Belanja Aset Tetap Lainnya63.732.177.50043.649.649.93455.918.244.437

2 . 2 . 4Belanja Bangunan dan Gedung47.241.944.10046.189.938.07514.194.907.555

2 . 2 . 5Belanja Jalan, Irigasi dan Jarin9.694.695.8849.263.274.069613.837.400

2 . 3BELANJA TAK TERDUGA844.195.000244.195.000823.475.000

2 . 3 . 1Belanja Tak Terduga844.195.000244.195.000823.475.000

SURPLUS / (DEFISIT)-48.654.329.46946.877.733.79132.655.466.900

3PEMBIAYAAN

3 . 1PENERIMAAN DAERAH59.522.225.33156.684.600.17221.076.048.635

3 . 1 . 1Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran43.959.738.46943.959.738.46919.956.619.185

3 . 1 . 4Penerimaan Pinjaman Daerah12.047.221.8629.440.433.953825.560.150

3 . 1 . 5Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 515.265.000284.427.750293.869.300

3 . 1 . 6Penerimaan Piutang Daerah3.000.000.0003.000.000.0000

3 . 2PENGELUARAN DAERAH10.867.895.8627.856.072.7189.771.777.066

3 . 2 . 2Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah3.161.000.0003.000.000.0002.000.000.000

3 . 2 . 3Pembayaran Pokok Utang7.044.895.8624.213.072.7187.370.277.066

3 . 2 . 4Pemberian Pinjaman Daerah662.000.000643.000.000401.500.000

PEMBIAYAAN NETTO48.654.329.46948.828.527.45411.304.271.569

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)095.706.261.24543.959.738.469

Dari tabel diatas, terlihat bahwa Laporan Realisasi Anggaran Kota Surakarta belum menerapkan basis akrual. Pemerintah Daerah Surakarta masih menerapkan basis kas dalam penyajian LRA.BAB III

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dari bab 2, dapat disimpulkan bahwa Kota Surakarta belum menerapkan basis akrual, tetapi masih menerapkan basis kas pada Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010. Penulis menyarankan Kota Surakarta menerapkan basis akrual dalam penyajian seluruh laporan keuangannya. Mengingat bahwa pemerintah mengharuskan seluruh lembaga pemerintahan untuk menerapkan siklus akuntansi keuangan berbasis akrual paling lambat periode 2015.Analisis Transaksi

Jurnal

Posting Buku Besar

Neraca Saldo

Jurnal Penyesuaian

Neraca Saldo Setelah Jurnal Penyesuaian

Laporan Keuangan:

LRA

LO

Neraca

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Arus Kas

Laporan Perubahan SAL

CALK

Jurnal Penutup

Neraca Saldo Setelah Tutup Buku