makalah asli

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini

Transcript of makalah asli

Page 1: makalah asli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari

pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan

sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral.

Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang

seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern

menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan

dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya

alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas

alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang

mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.

Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena

meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi

kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak

pertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini atau manusia sudah kehilangan rasa

cinta pada alam? Bagaimanakah sesungguhnya manusia memahami alam dan bagaimana cara

menggunakannya?

Perhatian kita pada isu lingkungan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana

keterkaitan dan relasi kita dengan generasi yang akan datang. Kita juga diajak berpikir kedepan.

Bagaimana situasi alam atau lingkungan di masa yang akan datang? Kita akan menyadari bahwa

relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada

teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada kepentingan

generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut utilitirianisme, secara

khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan

Page 2: makalah asli

sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut

memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam

pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telas dijelaskan di atas, maka dapat dibuat

perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa itu etika lingkungan dan tuntutan etika lingkungan?

b. Teori-teori apa saja yang terdapat dalam etika lingkungan?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang dari penulisan makalah ini yaitu mampu menjelaskan tentang etika

lingkungan dan etika lingkungan serta mengetahui teori-teori apa saja yang terdapat dalam etika

lingkungan.

1.4. Metodelogi Penulisan

Pada pembuatan makalah ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu

dari buku-buku mengenai lingkungan hidup dan data dari internet. Sehingga apabila

dalam penulisan makalah ini ada kata-kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber

atau penulis lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.

Page 3: makalah asli

BAB II

PEMBAHASAN

Istilah "etika" berasal dari bahasa Yunani ethos (dalam bentuk tunggal) yang mempunyai

arti tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak;

perasaan, sikap, cara berfikir, atau ta etha (dalam bentuk jamak) yang berarti adat kebiasaan. Jadi

etika dapat berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama, etika dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan

tentang asas – asas akhlak (moral), sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru,

etika diartikan sebagai (1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (ahklak); (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika merupakan petunjuk dasar bagi tingkah laku, cara pikir dan keyakinan. Tidak satu

kelompok manusia pun yang hidup tanpa etika. Kelompok pecinta alam memerlukan suatu

pegangan yang menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan berkaitan

dengan kegiatannya. Etika dalam prakteknya memiliki arti yang sama dengan moral, yang

keduanya berhubungan dengan tingkah laku manusia dan menjadi tolok ukur tingkah laku

manusia yang bersangkutan. Tolok ukur ini mengacu pada benar dan salah, baik dan buruk

dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dalam bertingkah laku, khsususnya di alam

kita perlu menerapkan beberapa hal, diantaranya melindungi alam, pengendalian diri,

kesederhanaan, tanggungjawab, kejujuran, kemerdekaan, harga diri.

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan peri

kehidupan serta kesejahteraan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Lingkungan hidup

merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan

ekosistem.

Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan

merupakan petunjuk perilaku manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan atau

Page 4: makalah asli

dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau

masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan

menyikapi segala sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan,

tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai

kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup kita. Dengan etika

lingkungan kita perlu meningkatkan solidaritas sosial diantara sesama serta solidaritas alam

dengan lingkungan hidup alam kita.

Agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya maka perlu adanya etika lingkungan. Ada

sejumlah butir etika lingkungan yang mesti dipahami oleh masyarakat pada umumnya, dan para

pecinta alam pada khususnya sebagai sekelompok orang yang sebagian besar bahkan seluruh

kegiatannya berkaitan dengan alam, diantaranya yaitu untuk menjadikan alam sebagai saudara.

Sebagai saudara, manusia tidak akan rela mengeksploitasi alam berlebihan, apalagi

menyakitinya. Selain itu ada proses pembatinan lingkungan, suatu proses dengan tujuan untuk

membangkitkan rasa sayang terhadap lingkungan sehingga akan ikut serta memelihara dan

menjaga kelestariannya. Selain itu juga perlu ada tanggung jawab moral ketika terjadi kerusakan

lingkungan. 

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika

lingkungan sebagai berikut:

a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu

menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga

terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.

c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy.

d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup

yang lain.

Tuntutan Etika Lingkungan

Tuntutan suatu etika lingkungan dapat di rangkum sebagai berikut :

Page 5: makalah asli

1. Manusia harus belajar untuk menghormati alam. Alam dilihat tidak sematamata sebagai

sesuatu yang berguna bagi manusia, melainkan yang mempunyai nilai sendiri. Kalau

terpaksa manusia men-campuri proses-proses alam, maka tidak seluruhnya dan dengan

terus menerus menjaga keutuhannya.

2. Manusia harus memberikan suatu perasaan tanggung jawab khusus terhadap lingkungan

lokal. Agar lingkungan manusia bersih, sehat, alamiah, sejauh mungkin diupayakan agar

manusia tidak membuang sampah seenaknya,

3. Manusia harus merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian biosfer. Untuk itu,

diperlukan sikap peka terhadap kehidupan.

4. Etika lingkungan hidup menuntut larangan keras untuk merusak, mengotori dan

meracuni. Terhadap alam atau bagiannya manusia tidak mengambil sikap yang merusak,

mematikan, menghabiskan, mengotori, menyia- nyiakan, melumpuhkan, ataupun

membuang.

5. Solidaritas dengan generasi-generasi yang akan datang. Harus menjadi acuan tetap dalam

komunikasi dengan lingkungan

6. Kesadaran Lingkungan

Hasil penelitian teoritik tentang kesadaarn lingkungan hidup dari Neolaka (1991),

menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, dalam

hal ini terhadap lingkungan hidup, yang dapat terlihat dari perlaku dan tidakan masing-

masing individu. Menurut Joseph Murphy, kesadaran adalah siuman atau sadar akan

tingkah lakunya yanitu pikiran sadar yang diingini. Dari teori diatas maka dapat diberikan

pengertian sebagai berikut. Pertama,kesadaran ialah pengetahuan sadar sama dengan

tahu.

Teori Etika Lingkungan

Teori etika lingkungan hidup ini diharapkan mampu menimbulkan pemahaman baru

terhadap masalah lingkungan hidup yang tidak terpisah dari kosmologi tertentu yang dalam

kenyataannya tidak menumbuhkan sikap eksploitatif terhadap alam lingkungan. Pengembangan

etika lingkungan hidup diperlukan utuk mengendalikan adanya perubahan secara mendasar dari

pandangan kosmologi yang menumbuhkan sikap hormat dan bersahabat dengan alam lingkungan

(J. Sudriyanto, 1992:13).

Page 6: makalah asli

Krisis ekologi dewasa ini telah meluas dan sangat berpengaruh pada pandangan

kosmologi yang menimbulkan eksploitasi terhadap lingkungan. Relevansi pemikiran untuk

memberikan landasan filosofis yang lebih mahal dan cocok semakin diperlukan. Semuanya ini

terfokus pada manusia, sebagai peletak dasar dari semua permasalahan ini, serta mencari

kedudukannya dalam seluruh keserasian alam yang menjadi lingkungan hidupnya. Maka, suatu

etika yang mampu memberi penjelasan dan pertanggungjawaban rasional tentang nilai-nilai, asas

dan norma-norma moral bagi perilaku manusia terhadap alam lingkungan ini akan sulit

didapatkan tanpa melibatkan manusia.

Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika lingkungan hidup.

Kalau sudah menyangkut kesejahteraan masyarakat, pemikiran etis saja tidak akan berdaya tanpa

didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan dan menindak

pelanggarnya. Untuk itu perlu diketahui berbagai teori yang membangun pemikiran tentang etika

lingkungan hidup.

I. Etika Egosentris

Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris

didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa

baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk

masyarakat. Orientasi etika egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih

didasarkan pada filsafat yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri

sendiri secara terpisah seperti “atom sosial”.

Inti dari pandangan egosentris ini, Sonny Keraf (1990:31) menjelaskan: Bahwa tindakan

dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan

diri sendiri. Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia sebagai

pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting “netral”.

Hal ini didasarkan pada berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang

berkaitan dengan teori sosial liberal.

1. Pengetahuan mekanistik didasarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu merupakan bagian

yang berdiri sendiri secara terpisah. Atom-atom merupakan komponen riil dari alam.

Begitu juga manusia yang merupakan komponen riil dari masyarakat.

Page 7: makalah asli

2. Keseluruhan adalah penjumlahan dari bagian-bagian. Hukum identitas logika (A=A)

mendasari penggambaran alam secara matematis. Demikian pula masyarakat, yang tidak

lain merupakan penjumlahan dari banyak pelaku rasional individu.

3. Mekanisme mempunyai asumsi bahwa banyak sebab eksternal berlaku dalam berbagai

bagian internal. Serupa dengan masyarakat, hukum dan berbagai aturan yang dipaksakan

oleh penguasa akan ditaati oleh rakyat secara positif.

4. Perubahan dapat terjadi dengan cara menyusun kembali bagian-bagiannya. Bangunan

tuntutan masyarakat ditentukan oleh bagian-bagiannya.

5. Ilmu mekanis selalu dualistik, seperti, pengetahuan mekanis menempatkan bagian

individu sebagai komponen utama dalam pembangunan timbul korporat. Etika egosentris

menempatkan manusia sebagai individu paling utama dalam pembangunan lingkungan

social.

II. Etika Homosentris

Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini

mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku

lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia.

Etika homosentris sama dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris

mendasarkan penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu pada tujuan dan akibat tindakan itu

bagi individu, maka etika utilitarianisme ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu

berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang. Etika

homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan universalisme etis. Disebut universalisme

karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak mungkin orang dan etis karena ia

menekankan akibat yang baik. Disebut utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu

tindakan berdasarkan kegunaan atau manfaat dari tindakan tersebut.

Seperti halnya etika egosentris, etika homosentris konsisten dengan asumsi pengetahuan

mekanik. Baik alam mau pun masyarakat digambarkan dalam pengertian organis mekanis.

Dalam masyarakat modern, setiap bagian yang dihubungkan secara organis dengan bagian lain.

Yang berpengaruh pada bagian ini akan berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula

sebaliknya, namun karena sifat uji yang utilitaris, etika utilitarianisme ini mengarah pada

pengurasan berbagai sumber alam dengan dalih demi kepentingan dan kebaikan masyarakat.

Page 8: makalah asli

III. Etika Ekosentris

Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini, lingkungan

secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran  etis ekologi tingkat

tinggi yakni deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk

memecahkan dilema etis ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap

bertahannya semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat,

seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri.

Menurut etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah,

air, tumbuhan dan binatang atau secara kolektif, bumi”. Bumi mengubah  perah “homo sapiens”

dari makhluk komunitas bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat

terhadap anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu sendiri. Etika ekosentris

bersifat holistik, lebih bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar yang secara

implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto (1992:20) menjelaskan:

1. Segala sesuati itu saling berhubungan. Keseluruhan merupakan bagian, sebaliknya

perubahan yang terjadi adalah pada bagian yang akan mengubah bagian yang lain dan

keseluruhan. Tidak ada bagian dalam ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah

dinamika perputarannya. Jika terdapat banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi

kehancuran ekosistem.

2. Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak bagian. Hal ini tidak dapat disamakan

dengan konsep individu yang mempunyai emosi bahwa keseluruhan sama dengan

penjumlahan dari banyak bagian. Sistem ekologi mengalami proses sinergis, merupakan

kombinasi bagian yang terpisah dan akan menghasilkan akibat yang lebih besar daripada

penjumlahan efek-efek individual.

3. Makna tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari “independensi konteks” dari

“mekanisme”. Setiap bagian mendapatkan artinya dalam konteks keseluruhan.

4. Merupakan proses untuk mengetahui berbagai bagian.

5. Alam manusia dan alam non manusia adalah satu. Dalam holistik tidak terdapat dualisme.

Manusia dan alam merupakan bagian dari sistem kosmologi organik yang sama.

Page 9: makalah asli

Dari uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne Naess, seorang

filsuf Norwegia bahwa kepedulian terhadap alam lingkungan dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu:

1. Kepedulian lingkungan yang “dalam” (deep ecology)

2. Kepedulian lingkungan yang “dangkal” (shallow ecology)

Kepedulian lingkungan yang “dalam” (deep ecology) sering disebut sebagai etika ekologi

dalam. Yang dimaksud dengan Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang

melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling

menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini

memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu

memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk

berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia

dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya

adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.

Sedangkan Kepedulian lingkungan yang “dangkal” (shallow ecology) sering disebut

sebagai etika ekologi dangkal. Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan

yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat

antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan

humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak

ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Etika Ekologi Dangkal

Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi

estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus.

Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya

yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada

aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika.

Page 10: makalah asli

Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus

mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus

manusia. Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup

manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :

1. Manusia terpisah dari alam,

2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.

3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya

4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia

5. Norma utama adalah untung rugi.

6. Mengutamakan rencana jangka pendek.

7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin

8. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi

Etika Ekologi Dalam

Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu

lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika

lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan

alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai

penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk

memelihara alam demi kepentingan bersama.

Etika lingkungan ini dibagi lagi menjadi beberapa macam menurut fokus perhatiannya,

yaitu:

Etika lingkungan neo-utilitarisme merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy

Bentham yang menekankan kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka

kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori

etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap

sebagai perbuatan tidak bermoral.

Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang,

karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah

Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan

Page 11: makalah asli

karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para

penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral.

Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan

menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas

kasih.

Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan

sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut

Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau

menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup.

Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya

manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut

Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau

diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan

bereproduksi.

Etika Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan

seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem

diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika

ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan,

saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan

menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima

secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua

spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam,

seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini

mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan

dalam ekosistem.  

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

1. Manusia adalah bagian dari alam

2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh

diperlakukan sewenang-wenang

3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang

4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk

Page 12: makalah asli

5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai

6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati

7. Menghargai dan memelihara tata alam

8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem

9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem

mengambil sambil memelihara.

 

Page 13: makalah asli

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Etika lingkungan merupakan petunjuk perilaku manusia dalam mengusahakan

terwujudnya moral lingkungan atau dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan

pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik

dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan sebagai

kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta

makhluk hidup lainnya. Kemudian etika lingkungan dapat digolongkan kedalam dua kelompok

yaitu etika lingkungan dalam dan etika lingkungan dangkal. Keduanya memiliki beberapa

perbedaan – perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini

memberi jawab langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. Namun paling

tidak dengan adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-norma

mana yang dipakai oleh manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini. Dengan

demikian etika lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa norma yang

ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

III.2 Saran

Guna menjamin kelangsungan hidup kita dan generasi mendatang diharapkan agar tetap

memiliki kehidupan dan lingkungan dalam suasana yang baik dan menyenangkan. Banyak hal

yang harus dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup alam semesta, setidaknya kita harus

merubah sikap dalam memperlakukan alam sebagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan

sebaik-baiknya, kapan dan dimana saja.

Page 14: makalah asli

DAFTAR PUSTAKA

http://www.crayonpedia.org

http://blog.unand.ac.id

http://www.Facebook. Sahabat alam

http://id.shvoong.com/exact-sciences/2003297-etika-lingkungan/#ixzz1JNT6LDnQ

http://wartawarga.gunadarma.ac.id

http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id

Page 15: makalah asli

ETIKA LINGKUNGAN DALAM

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Di susun oleh :

1. Yuni 2009-13500-2. Ani Wijayanti 2009-13500-4263. Ertha Nindya 2009-13500-

UNIVERSITAS IDRAPRASTA PGRIJl. Nangka No.58C Tanjung Barat (TB Simatupang)

Jagakarsa - Jakarta Selatan 12530

Kata Pengantar

Page 16: makalah asli

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ETIKA LINGKUNGAN

DALAM LINGKUNGAN HIDUP” dengan lancar walaupun jauh dari sempurna.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan

Hidup di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

Dalam menyusun makalah ini, penulis memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis

berterima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Zeinyta Azra M.M selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup

Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

2. Orang tua, kakak, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan semangat

dan doa serta kebutuhan material maupun spiritual.

3. Rekan-rekan Pendidikan Matematika Kelas D atas dukungan dan doanya, semoga

kompak selalu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Mei 2011

Penulis