Makalah Tugas Studi Pendidikan Di Jerman (Asli)

download Makalah Tugas Studi Pendidikan Di Jerman (Asli)

of 21

Transcript of Makalah Tugas Studi Pendidikan Di Jerman (Asli)

BAB I STUDI PENDIDIKAN DI JERMAN1. PENDAHULUAN

Pendidikan telah menjadi sebuah keniscayaan

bagi peningkatan kualitas

kehidupan baik secara individual maupun kolektif. Keyakinan akan urgensi pendidikan telah mengantarkan peradaban manusia kepada pembentukan sistem pendidikan, yang dipandang sebagai satu hal yang wajib ada dalam sistem kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dengan penyesuaian terhadap keunikan setiap komunitas yang umumnya terkait dengan nilai, ritual, teladan dan simbol, setiap bangsa mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan mampu menjadi sarana yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini bisa kita lihat beragam sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar prinsip pendidikan yang persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di berbagai tingkatan kebijakan dan teknis pelaksanaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong para penggiat pendidikan untuk meninggalkan pola pandang sempit dalam mengembangkan system pendidikan. Pendidikan tidak lagi dilihat melalui kaca mata kuda, dimana para pengambil kebijakan di bidang pendidikan hanya terfokus pada sistem pendidikan sendiri. Semakin berkembang kesadaran bahwa pola pandang egosentris hanya akan menjadikan sistem pendidikan sebuah bangsa rentan terhadap resiko stagnasi pendidikan yang akan menyebabkan perkembangan ke arah yang lebih baik menjadi terhambat akibat tidak adanya upaya benchmarking dengan sistem pendidikan yang dikembangkan pihak lain. Tanpa ada bandingan, kerap seseorang terjebak dalam pola pandang baik sendiri. Terkait dengan tumbuhnya kesadaran ini, berkembang pemahaman mengenai upaya membandingkan sistem pendidikan yang ada dengan sistem pendidikan lainnya. Tujuan utama dari studi komparatif ini adalah melakukan upaya benchmarking agar posisi sistem pendidikan yang ada di negeri sendiri bisa diketahui. Dengan demikian, penguatan keunggulan dan perbaikan kelemahan akan dapat dilakukan secara akurat,efektif dan efisien. Dalam skala yang lebih kecil, sebuah lembaga pendidikan dapat mengambil perbandingan dengan lembaga pendidikan lain yang berada dalam tingkatan yang sama atau lembaga pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan mengambil perbandingan lembaga lain yang juga mempunyai tugas dan wewenang yang sama. Pada gilirannya upaya-upaya memahami beragam sistem pendidikan di berbagai belahan dunia telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dan

perbaikan pendidikan di banyak negara. Saat ini komunitas yang mempunyai fokus kinerja comparative education telah terbentuk di banyak negara. Organisasi yang bergerak pada awal maraknya displin ini adalah Comparative Education Society di Amerika Serikat dan Comparative and International Education Society di Kanada. Di Indonesia, wadah para penggiat comparative education adalah Conference Comparative Education Society of Indonesia (CESSIA). Dalam kesempatan ini kami akan mencoba mengkaji banding sistem pendidikan Jerman dengan beberapa catatan dalam sistem pendidikan Indonesia. Negara Jerman dipilih karena keunggulan yang dimiliki dalam sistem pendidikannya. Saat ini, Jerman merupakan salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Tahun 1970 sistem pendidikan Jerman sudah mampu meraih tujuan-tujuan yang dicanangkan, hanya sekitar 25 tahun setelah Jerman rata dengan tanah akibat kekalahan dalam Perang Dunia II . Berbagai keunggulan Jerman di bidang kedokteran, teknologi, sastra, dan seni merupakan keberhasilan system pendidikan Jerman yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai permasalahan yang ada pasca kekalahan Perang Dunia II. Tak aneh bila saat ini Jerman menjadi negara tujuan bagi banyak mahasiswa internasional, termasuk Amerika Serikat, yang ingin mendapatkan salah satu pendidikan terbaik di dunia. Dengan sejarah kelam yang bertumpu pada pengalaman kekalahan dalam dua perang dunia dan hancurnya negara Jerman, masyarakat Jerman mulai membangun sistem pendidikan yang terbebas dari potensi membuat kesalahan serupa, yaitu dengan memisahkan kekuasaan, termasuk dalam bidang pendidikan, agar tidak tertumpu pada satu lembaga atau satu orang saja. Hal ini dilakukan karena memandang pengaruh absolut Hitler yang membuat seluruh Jerman bergerak ke arah kehancuran. Pendidikan diarahkan kepada penanaman kemauan yang kuat untuk bangkit dan keahlian yang dibutuhkan untuk kembali berdiri sebagai negara yang kokoh dan mandiri. Di samping itu, terpecahnya Jerman menjadi dua bagian untuk waktu yang lama menjadikan isu persatuan sebagai salah satu isu penting dalam budaya pendidikan Jerman. Pada mulanya, pendidikan di Jerman senantiasa dipengaruhi oleh dua lembaga besar, yaitu negara dan agama, dalam hal ini gereja. Selain itu, negara bagian juga ikut mengklaim wewenang untuk mengatur sistem pendidikan secara mandiri. Sejak dikumandangkannya wajib belajar pada abad ke-17, masalah pendidikan lambat laun mulai beralih menjadi kewajiban negara. Undang-undang dasar menjamin hak setiap orang untuk secara bebas mengembangkan kepribadiannya dan memilih sekolah, pendidikan kejuruan dan pekerjaan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Berdasarkan tata

negara federal Jerman, kewenangan pendidikan dibagi menjadi federasi dan negara bagian. Negara bagian terutama bertanggung jawab untuk sekolah umum dan sekolah kejuruan serta taman kanak-kanak. Saat ini, wajib belajar berlangsung mulai usia 6 tahun sampai 18 tahun, jadi selama 12-13 tahun. Untuk memenuhi wajib belajar harus dikunjungi sebuah sekolah penuhwaktu selama 9 tahun (di negara bagian tertentu 10 tahun) dan setelah itu memasuki sekolah kejuruan paruh waktu dan sekolah penuh-waktu yang lain. Dengan demikian, sistem pendidikan Jerman di beberapa negara bagian membutuhkan waktu lama dibandingkan dengan Indonesia. Bila di Indonesia dari SD sampai dengan siap mengikuti kuliah membutuhkan waktu 12 tahun, di Jerman dibutuhkan 13 tahun untuk menyelesaikan sekolah.

BAB II

1. Keadaan Geografis Secara geografis negara Jerman terletak ditengah-tengah benua Eropa. Jerman memiliki luas wilayah 356,957 kilometer persegi, dengan besar penduduk 82 juta lebih pada tahun 1950-an, dan sekitar 8% diantaranya bukan berkebangsaan Jerman. Warga Negara asing ini yang paling banyak berasal dari Negara Turki, baik yang lahir di Jerman atau keturunan Turki. Mereka berdatangan ke Jerman pada saat Negara-negara Eropa selatan mulai merekrut buruh-buruh pekerja tangan. Imigran lain masuk ke Jerman sebagai pengungsi, karena perang, atau karena tekanan ekonomi di negaranya masing-masing. Jenis Imigran Ketiga adalah etnis Jerman sendiri (walaupun tidak semuanya berbahasa Jerman). Berbeda dengan jenis imigran lain, mereka dapat sewaktu-waktu masuk meminta kewargenagaraannya sewaktu masuk ke Negara Jerman. Bahasa yang dominant di

Negara Jerman adalah bahasa Jerman sendiri dengan bervariasi dialek, dikarenakan, dari akar sejarah Jerman memiliki empat kelompok minoritas bahasa yaitu Danes, Frisian, Sinti (Gyipsies), dan Sorb. Kelompok ini tidak ada yang beranggotakan lebih dari 100.000 orang. Namun demikian, untuk mengajar dari kelompok anak-anak minoritas ini tetap digunakan bahasa Ibu mereka sendiri. Jerman bukan negara yang kaya akan sumber daya alam, dan juga Negara yang mampu memenuhi produksi pertanian sendiri. Oleh karena itu Jerman banyak tergantung pada barang-barang impor dan ekspornya.Pada umumnya Perdagangan Jerman (barat) sangat baik, dan investasi Jerman di luar negeri melebihi investasi asing di dalam negeri. Sampai tahun 1990, secara resmi, tidak ada pengangguran di Jerman Barat, tetapi di Jerman timur masih tercatat 10,3%. 2. Tujuan Pendidikan Jerman Sesuai dengan Konstitusi (Grundgesetz),5 Republik Federasi Jerman adalah sebuah 'republik, sebuah demokrasi, sebuah federal, secara sosial dan konstitutional adalah

negara bagian yang bertanggungjawab. Dengan konstitusi pendidikan yang menjamin : 'kebebasan untuk seni dan ilmu pengetahuan, penelitian dan mengajar, kebebasan untuk percaya, menyakini (conscience) dan menyatakan suatu agama, kebebasan untuk memilih sebuah tempat tinggal dan tempat belajar atau pelatihan, persamaan hukum dan hak asasi dasar dari orang tua untuk memperhatikan dan mendidik anak-anak mereka'. Tujuan

pendidikan di Jerman ditentukan oleh Negara bagian masing- masing, Negara federal tidak ikut campur tangan dalam urusan pendidikan secara langsung.

3. Struktur dan Jenis Pendidikan a. Pendidikan Prasekolah Pendidikan prasekolah mempunyai sejarah yang panjang di Jerman. Pada abad 18 dan 19, muncul lembaga-lembaga untuk mengurus kesejahteraan anak-anak yang membutuhkan bantuan yang pada awalnya menyediakan pengajaran keagamaan( Injil ). Pendidikan ini diarahkan kepada pengendalian-pengendalian dampak negative yang bermacam-macam akibat industrialisasi. Pendirian sekolah ini sebagian besar didukung oleh badan independent, kebanyakan oleh gereja. Pendidikan sekolah ini melayani anakanak dari usia 3 tahun dan guru-gurunya disiapkan melalui pendidikan kejuruan khusus. Pendidikan prsekolah pada lazimnya tidak mempunyai kurikulum untuk belajar membaca dan menulis atau berhitung. Sebelum penggabungan Republik Demokrasi Jerman, terdeapat perbedaan dalam pengadaan pendidikan prasekolah antara kedua bagian Negara ini. Hanya 1% anak-anak yang berusia sampai 2 tahun yang menggunakan tempat penitipan anak di Jerman Barat, sedangkan di Jerman Timur jumlahnya sampai 56%. Kirakira 80% anak-anak usia 3 tahun di Jerman Barat masuk pendidikan Taman kanak-kanak, sedang di Jerman Timur 94% b. Taman Kanak-kanak, Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Tinggi Kindergarten (Taman Kanak-Kanak) dimulai dari umur 3-6 Tahun. Pendidikan ini dinamakan "Vorschulische Einrichtungen", yang berarti "Persiapan sebelum Pendidikan". Konsep taman kanak-kanak di Jerman banyak ditiru oleh negara lain. Oleh sebab itulah, tingkatan sekolah ini di beberapa negara tetap mengadopsi nama Jermannya Kindergarten. Penyelenggara taman kanak-kanak paling banyak adalah gereja-gereja, organisasi sosial dan komune, kadang-kadang juga perusahaan dan perkumpulan. Setelah Kindergarten dimulai pendidikan dasar pada usia 7 tahun sampai dengan 10 tahun. Pendidikan ini dinamakan "Grundschule", yang berarti "Sekolah Dasar". Dari Grundschule, seseorang mempunyai 4 pilihan untuk melanjutkan sekolah. Pilihan tersebut : 1. Hauptschule 2. Realschule 3. Gesamtschule 4. Gymnasium Haupschule/Restschule merupakan jenis sekolah menengah yang memberikan siswa menerima

pengajaran yang diarahkan untuk memasuki pemagangan setelah

sertifikat tamat belajar. Program ini memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya di masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris). Program houptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9. Realschule merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah. Program ini memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada houpschule. Semenjak tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah menjadi persyaratan untuk memasuki program-program pemagangan. Sertifikat dari sekolah ini juga menjadi kunci untuk memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi. Gymnasium, bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi, walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada grade 5 sampai 10, isi kurikulum bervariasi sesuai dengan jenis sekolah yang dimasuki. Mulai grade 11, siswa dapat memilih spesialisasi dalam susunan yang agak rumit. Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak memasuki perguruan tinggi. Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara komprehensif bagi semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat yang berbeda sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak kontroversi pada program sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang membuka sekolah ini (hanya dibuka di daerah dibawah lander yang beraliran sosial demokrat). Dikenal tiga pola/prosedur untuk pembagian tempat studi ini, yaitu: a) Special Distribution Procedure, kalau jumlah peminat lebih sedikit dari jumlah tempat studi tersedia; b) General Selection Procedure, kalau jumlah peminat lebih besar dari jumlah tempat studi tersedia. Di sini prioritas diberikan berdasarkan nilai ujian Abitur masing-masing calon serta waiting period yang bersangkutan. Biasanya untuk calon asing baik pemula maupun yang sudah mempunyai tambahan pendidikan tinggi diberikan persentase jumlah atau jatah maksimal tertentu; c) Transitional Procedure, terutama diberlakukan untuk bidangbidang numerous clauses seperti kedokteran, kedokteran hewan dan kedokteran gigi, dimana dilakukan ujian/tes yang digabung dengan hasil ujian Abitur; d) Tertiary Education atau Higher Education atau dalam istilah kita disebut pendidikan tinggi.

c. Jenis Institusi Akademik pada Tingkat Pendidikan Tinggi Pada tingkat pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan yang berlaku (Hochschulrahmengesetz, 1976) di RFJ dikenal beberapa intitusi akademik : 1) Tingkat Universitas a) Universitt ( U ) b) Technische Universitt (TU) c) Technische Hochschule (TH) d) Hochschulen fr Medizin und Tiermedizin e) Sporthochschulen f) Hochschule fr Verwaltungswissenschaften g) Philosopisch-Theologische Hochschulen dan Kirchliche Hochschulen h) Pdagogische Hochschulen i) Kunsthochschulen j) Musikhochschulen k) Gesamthochschulen l) Bundeswehrhochschulen 2) Tingkat Akademi a) Fachhochschulen b) Ingenieurschulen (sebagian besar sudah diganti dengan istilah Fachhochschulen) c) Hohere Wirtschaftschulen d) Wirtschaftsakademien e) Hohere Fachschulen fr Sozialarbeit und fr Sozialpdagogik . d. Universitt (U), Technische Universitt (TU) dan Technische Hochschule (TH) Dalam uraian berikut ini akan dibahas tentang Universitt (U), Technische Universitt (TU) dan Technische Hochschulen (TH), (Alamat U, TU, TH dan Akademisches Auslandsamt dapat dilihat pada Lampiran C). Meskipun demikian beberapa perguruan tinggi lain akan dibahas secara singkat sebagai suatu wawasan awal bagi para karyasiswa (pemegang beasiswa tugas belajar) di RFJ. Tiga tipe institusi pendidikan tinggi ini merupakan bagian terbesar dari pendidikan tinggi pada tingkat universitas. Semua U, TU, dan TH dikelola dan dibiayai oleh negara dan dianggap mempunyai taraf yang sama. Kelompok ini memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk menempuh berbagai bidang ilmu.

Biasanya kepada kelompok ini diberikan kewenangan untuk memperoleh Diplom, Magister, dan Doktor. Pada dasarnya universitt mempunyai berbagai bidang ajaran yang sangat luas mencakup: Kedokteran, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Rekayasa, Seni, Hukum, Ekonomi, Ilmu-ilmu Sosial dan lain sebagainya. Sedangkan Technische Universitt dan Technische Hochschule terutama diarahkan untuk

mengajarkan bidang ajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Ilmu Rekayasa. Tetapi seperti terlihat pada Lampiran D, hal ini sudah berkembang lebih luas sehingga praktis tidak terlihat lagi perbedaan diantara U,TU, dan TH tersebut. Universitt tersebar terdapat hampir di setiap negara bagian (69 buah Universitt), tetapi TU hanya terdapat di lima kota : Berlin, Braunschweig, Clausthal-Zellerfeld, Hamburg dan Mnchen, sedangkan TH hanya terdapat di dua kota yaitu Aachen dan Darmstadt. Selanjutnya tetang struktur, jabatan akademik kurikulum, jenjang pendidikan, lama pendidikan dan gelar yang diberikan di U, TU, dan TH akan dibahas tersendiri. e. Pdagogische Hochschulen (PH) Pendidikan tinggi yang dilaksanakan dalam perguruan tinggi jenis ini terutama diarahkan untuk menghasilkan guru-guru untuk Primary Education dan Secondary Education. Studi biasanya diakhiri dengan suatu ujian negara (Staatsexamen), dimana mereka diharuskan membuat semacam tesis yang disebut Staatsexamen - Arbeit. Pada saat ini di RFJ terdapat 11 PH, semacam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di Indonesia. Kepada beberapa PH di Baden-Wurttemberg, Rheinland-Pfalz dan SchleswingHolstein diberikan kewenangan untuk memberikan Diplom bidang pendidikan (Diplom Pd) dan Doktor der Erzeihungswissenschaften (Dr. Pd) atau Doktor der Philosophie (Dr. Phil) terutama dalam bidang pendidikan dan metodologi pengajaran. Di beberapa negara bagian seperti Bayern, Berlin, Bremen, Hamburg, Hessen, Niedersachsen, Nordrhein-Westfalen dan Saarland pendidikan guru secara khusus ini telah dihapuskan, karena para guru akhirnya hanya dididik di Universitt. diploma biasanya berkisar antara 8-10 semester f. Kunsthochschule (KH) dan Musikhochschule (MH) Pendidikan seni dan musik mendapat perhatian khusus dari pemerintah RFJ, karena bidang-bidang ini dianggap merupakan kebanggaan dan salah satu ciri eksistensi bangsa Jerman selain masalah sains dan teknologi dan yang lainnya. Pada saat ini di RFJ terdapat 11 KH dan 15 MH, meskipun ada diantaranya merupakan gabungan bidang seni dan musik bahkan mencakup pertelevisian, film, teater dan seni tari. Pendidikan dalam bidang seni ini (KH) dapat diakhiri dengan ujian negara (staatsexamen), ujian diploma, Pendidikan untuk mencapai

ataupun untuk memperoleh gelar Meisterschuler. Para guru bidang seni untuk Secondary Education juga dididik dalam KH ini. Untuk memasuki KH ini selain syarat umum juga diperlukan syarat khusus yaitu bakat seni calon mahasiswa, yang diuji secara khusus pula. Bidang studi yang dapat ditempuh di KH antara lain: Arsitektur, Patung, Desain, Peniup Gelas dan Pengecoran, Pembuatan Perhiasan, Graphic Arts, Commercial Graphics, Interior Decoration, Pottery, Pure and Applied Arts dan Painting. Pendidikan dalam bidang musik terutama untuk Sound Engineering dan Musical Theater Production dapat diakhiri dengan ujian Diplom. Untuk Composers, Conductors, Orchestra, Choir-director, Concert, Orchestra musician dan Charal-singer, menyelenggarakan ujian akhir tersendiri, yang dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya sangat beragam. Para calon mahasiswa untuk MH ini selain harus memenuhi syarat umum juga diuji bakatnya dalam bidang musik. Para guru musik untuk primary dan secondary education juga dididik dalam MH ini. Lama pendidikan di KH dan MH tergantung kepada tujuan akhir pendidikan tersebut, tetapi biasanya bervariasi antara 8 10 semester. g. Gesamthochschule (GH) Tipe perguruan tinggi seperti GH ini relatif baru di RFJ, yaitu mulai diakui eksistensinya sejak bulan Januari 1976 dengan berlakunya Hochschulsrahmengesetzt, meskipun sebenarnya GH sudah mulai diuji coba di Kassel dan beberapa kota lainnya sejak tahun 1970 ( lihat Lampiran E). GH pada dasarnya mencoba mengintegrasikan taraf Akademi/ Fachhochschule (FH) dengan taraf universitas dalam suatu manajemen akademik, sehingga terjadi kerjasama antar institusi akademik dengan lebih baik. Dengan demikian Gesamthochschule mengintegrasikan fungsi U, TU, TH, PH, dan FH. Di sini

perlu juga disinggung tentang pendidikan pada taraf FH, yang sebenarnya mengantikan Ingenieurschulen dalam bidang rekayasa, sosial, tekstil, dan lainnya, yang sekarang sudah ditiadakan. Meskipun sekarang ini pendidikan di FH diakhiri dengan gelar Diplom Ingenieur (Dipl. - Ing.), sebenarnya studi mereka lebih berorientasi pada praktis ketimbang akademik, dengan lama studi relatif lebih pendek dibandingkan dengan Dipl.-Ing. Dari Universitt/TU/TH. Itulah sebabnya di negara bagian Baden-Wurttemberg lulusan FH diharuskan menulisnya lengkap Dipl.-Ing (FH) untuk membedakan Dipl.-Ing. dari taraf Universitt. Dulu gelar meraka biasanya disebut dengan Ing. atau Ing.-Grad., tetapi ini sekarang sudah diganti dengan Dipl.-Ing. Para karyasiswa dari Universitas/institut di

Indonesia dianjurkan untuk tidak belajar di FH ini, karena bisa mendapat kesulitan dalam pengakuan ijazah luar negerinya. 4. Struktur dan Kelengkapan Akademik Suatu Universitt/ Technische Universitt (TU) dan Technische Hochschulen (TH) a. Struktur Umum Universitas Pada dasarnya struktur organisasi suatu Universtat/TU/TH di RFJ tidak jauh berbeda secara makro dengan universitas/institut di Indonesia. Pada pucuk pimpinan biasanya terdapat Rektor dan Pro-Rektor, yang dijabat secara bergantian oleh para guru besar dalam lingkungan universitas yang bersangkutan. biasanya berkisar antara 1 - 2 tahun. Rektor ini dipilih oleh senat universitas yang beranggotakan perwakilan para guru besar, karyawan akademik di bawah guru besar dan non-akademik serta wakil para mahasiswa, dengan komposisi tertentu. Tugas administrasi akademik dan non- akademik sehari-hari biasanya dibantu oleh Kanzler dan wakil-wakil Kanzler, yang bekerja berdasarkan profesi. Kantor administrasi universitas ini sering disebut Lama jabatan setiap periode

Hochschulsverwaltung. Dalam struktur ini yang perlu diperhatikan adanya Kantor akademik untuk mahasiswa asing yang biasa disebut Akademisches Auslandsamt Bro tempat bertanya tentang berbagai masalah akademik bahkan juga nonakademik seperti mencari tempat pemondokan dan lain-lain. Kantor lain yang perlu diketahui adalah Bro fr studentische Angelegenheit tempat bertanya dan menyelesaikan pengambilan Kartu Rencana Studi dan pendaftaran kembali setiap semester (Rckmeldung), perubahan bidang studi (Fachwechsel), libur sementara (Beurlaubung, Exmatrikulation), beasiswa

(Beihilfen), Graduiertenforderung dan lain-lain. Informasi lain tentang berbagai hal serta tugas-tugas dapat diperoleh dalam suatu buku yang disebut Personal und Vorlesungsverzeichnis, yang biasanya dijual di toko - toko buku setempat setiap semester. Dalam buku tersebut secara lengkap dapat diikuti struktur universitas, fakultas, Fachgruppe dan institute disertai nama dosen dan mata ajaran beserta waktu kuliah setiap semester. Sebaiknya sejak tiba di Goethe Institut untuk belajar bahasa Jerman, karya siswa seharusnya sudah memiliki buku tersebut, yang berlaku untuk Universitt/TU/TH tempat yang bersangkutan akan belajar. Dalam struktur Universitt/TU/TH terdapat juga Fakultt yang biayanya dipecah-pecah lagi dalam Fachgruppe. Setiap Fachgruppe terbagi lagi menjadi Lehrstuhl dan/atau Institut. Jadi komponen struktur organisasi terkecil

sebenarnya adalah Institut/Lehrstuhl ini yang dari segi akademik/bidang ajaran bisa terdiri

dari satu atau lebih Lehr- und Forschungsgebiet.

Pembagian seperti ini terjadi seperti

yang terdapat di T.H. Aachen. Sudah barang tentu di tempat lain mungkin terjadi variasi yang berbeda. Dengan demikian sebenarnya orang pertama yang perlu dihubungi oleh karyasiswa adalah guru besar calon pembimbing yang mungkin hanya memegang Lehrgebiet atau mungkin beliau adalah guru besar pemegang Lehrstuhl dan Institut, yang biasanya disebut Institute Director yang menunjukkan jabatan struktural dan pada masa lalu sering disebut juga Lehrstuhl Inhaber, yang menunjukkan jabatan akademi/guru besar yang memegang Lehrstuhl. Dalam setiap institut terdapat berbagai laboratorium. Setiap laboratorium dipimpin oleh seorang Wissenschaftliche Mitarbeiter yang biasanya adalah seorang dosen bergelar Doktor. Di samping itu dalam melaksanakan tugas akademik seorang guru besar dibantu oleh para Hochschulassistenten, yang mendalami bidang ajaran tertentu. Mereka ini

adalah calon doktor (doktorand) atau para doktor yang akan mengambil brevet akademik untuk kewenangan mengajar dalam mata ajaran tertentu. Calon doctor diuji dalam forum promosi (promotion), sedangkan calon dosen (dozent, privatdozent, dan profesor) menempuh ujian habilitation. Selain itu dalam suatu institut terdapat juga beberapa

Lehrkrfte fr besondere Aufgaben yang menangani tugas-tugas khusus serta seorang Oberingenieur, yang merupakan pimpinan pelaksanaan tugas sehari-hari untuk menangani masalah teknis. Sebaiknya karyasiswa menjalin kerjasama dengan mereka semua agar tugas dan kewajiban dapat dilaksanakan dengan lancar. Struktur institusi perlu diketahui dan personalianya perlu dikenali b. Program Doktor, Aufbaustadium dan Zusatzstadium Seseorang mahasiswa dapat mencapai gelar doktor setelah mempertahankan hasil penelitian mandiri yang ditulisnya dalam suatu dissertation. Keperluan akan adanya

tambahan perkuliahan bagi para Doktorand (calon doktor) yang telah mendapat Zulassung zur Promotion dilihat dari kepentingan untuk mendukung penelitian mereka, bukan untuk kualifikasi. Ini dengan bebas dilaksanakan karena untuk kuliah tidak diperlukan tuition fee atau uang SKS seperti dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Kualifikasi

perkuliahan biasanya dikenakan pada saat mahasiswa ingin memperoleh Zulassung zur Promotion tadi, terutama bagi lulusan dari luar sistem pendidikan RFJ. Untuk mempermudah mengikuti program doktor ini sebaiknya mahasiswa melihat Merkblatt fr die Zulassung zur promotion masing-masing Universitt/TU/TH yang dapat diperoleh di kantor khusus. Studi lanjut yang disertai berbagai perkuliahan untuk

mencapai gelar tertentu juga sering diadakan dalam Universitt/TU/TH di RFJ, dan ini

dikenal sebagai Aufbaustudium, misalnya dalam bidang Operation Research, untuk memperoleh gelar Magister fr Operation Research (MOR) seperti yang dilaksanakan di TH Aachen, Magister scientarium agrariarum(M.Sc.agr) di Universitas Gttingen. Program Aufbaustudium ini akan memudahkan calon mahasiswa yang menganut sistem Strata (Bsc, MSc dan PhD). Dengan mengikuti program Aufbaustudium, mahasiswa yang menyelesaikan Magisternya dengan nilai sangat bagus, dapat melanjutkan ke program Doktor (Promotion). Demikian pula yang disebut Zusatzstudium untuk memperoleh gelar tambahan DiplomWirtschaftsingenieur, Diplom-Wirtschaftschemiker dan lain-lain. Studi lanjut seperti ini biasanya berlangsung selama 4 semester setelah Diplom. Gelar doktor yang diberikan perguruan tinggi di RFJ sangat bervariasi tetapi biasanya perbedaan tersebut hanya menunjukkan bidang studi yang telah ditempuh. Menurut peraturan di RFJ, pemegang gelar doktor yang berbeda tersebut tetap mempunyai derajat yang sama 5. Manajemen pendidikan di Jerman Sistem pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian Kebudayaan (Kultusministerium). Pada Negara-negara bagian yang luas daerhanya, sekolah tidak

dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian, tetapi melalui badan administrasi regional yang merupakan bagian dari badan ekskutif. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infra-struktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf. a. Biaya Pendidikan. Alokasi biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (Daerah) dan masyarakat setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung jawab pemerintah federal. Hampir semua program pendidikan di jerman bersifat gratis (termasuk pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi). Pemerintah federal juga memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi. Kebanyakan sekolah-sekolah swasta yang kecil, kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah dibantu oleh pemerintah federal Pengeluaran pemerintah federal pada tahun 1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total 9,3% dari GNP.

b. Personalia. Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan yang dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama bidang keahlian daripada bidang keguruan. Namun demikian. sejak tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah di didik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar ditempuh melalui in-service training. c. Kurikulum. Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian masing-masing di bawah kendali Lander (pemerintah daerah), Sebagian besar Lander mewajibkan mata pelajaran di primary education sebagai berikut: German; mathematics; social studies (usually taught as Sachunterricht); history (usually taught as Sachunterricht ) geography (usually taught as Sachunterricht); biology (aspects of biology are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht ); physics (aspects of physics are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht); chemistry (aspects of chemistry are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht ); art; music; sport; religion; and modern foreign languages. Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda penekannannya, sesuai jenis sekolah sebagaimana dijelaskan di depan. Namun paling tidak pada setiap jenis sekolah menengah tersebut memuat materi pelajaran sebagai berikut: German; mathematics; one foreign language (usually English); natural and social sciences; music; art; and sport. d. Sistem Ujian dan Sertifikasi. Penilaian akhir tahun siswa di dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja siswa. Dari Grade 2 (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat laporan setengahtahunan meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai yang diperoleh dengan membandingkan kinerja mereka dengan apa ada pada selain dalam sebuah kelompok pengajaran. Terdapat satu kecenderungan ke arah pelaporan proses belajar dan kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta perilaku sosial di sekolah. Anak-anak yang nilainya dan hal lainnya tidak cukup harus (dapat memilih) untuk mengulang kembali di awal tahun baru. Tidak ada nilai ujian atau ijasah di sekolah dasar, yang ada hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun. Ujian nasional di selenggarakan pada grade 10 dan 12 e. Evaluasi dan Penelitian Pendidikan

Tidak ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan. Penelitian dilakukan disamping penelitian-penelitian yang lebih besar dengan bantuan dana pemerintah yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga penelitian. Beberapa lander mempertahankan lembaga penelitiannya sendiri, tetapi secara politis dikontrol oleh kementrian, sehingga badan penelitian ini berada pada posisi sulit apabila terdapat isu-isu kontroversail dalam daerahnya. Evaluasi, dalam pengertian evaluasi program, sangat terbatas pada penelitian yang ditugaskan pada suatu komisi atau panitia. Pada tingkat federal, joint Commision For Educational Planning And Research Support memberikan persetujuan resmi untuk melakukan program-program eksperimen yang pendanaannya didukung bersama oleh kementrian federal dan kementrian Negara mempengaruhi dalam penunjukan tim evaluasi. Apabila dibandingkan Negara-negara lain, jerman belum banyak melakukan penelitian empiris dalam bidang pendidikan. Hal yang sama juga terjadi dalam hal inovasi metodelogi pendidikan yang dimulai oleh ahli-ahli jerman. Di jerman timur, ada kebiasaan melakukan penelitian empiris berskala kecil, tetapi sering kali sangat terbatas karena kurangnya akses terhadap fasilitas computer. bagian. Politik kadangkala masih

f. Komparatif Statistik-Statistik Pendidikan Berikut ini disajikan beberapa data statistik yang ada kaitannya dengan pendidikian, Jerman, Korea Selatan, dan Indonesia, Amerika sebagai pembanding adalah sebagai berikut : ( terlampir )

Pembahasan Berdasarkan kajian singkat tentang studi perbandingan sistem pendidikan di negara Jerman dan Korea Selatan, seperti yang sudah penulis uraikan pada bab II, selanjutnya penulis mencoba memberikan beberapa refleksi sebagai bahan perbandingan dengan system pendidikan Indonesia yang saat ini sedang mengalami perubahan drastis dalam segi manajemennya. Penulis tertarik untuk membahas kedua Negara ini, karena penulis beranggapan bahwa kedua Negara ini merupakan Negara maju dikawasan Asia,dan di kawasan Eropa. Negara Korea Selatan sebagai negara berkembang pada akhirakhir ini mulai bangkit dan menunjukkan kemampuannya untuk berkompetitif dalam pasaran otomotif dan industri elektronik dunia umumnya di kawasan Asia dan pasaran

Indonesia khususnya. Sementara negara Jerman pada tahun 1990 mulai bangkit untuk membangun pendidikannya melalui reunifikasi dalam bidang pendidikan, yang sebelumnya terbagi dalam sistem pendidikan Jerman timur dan Jerman barat dengan ideologi pendidikan yang cukup berbeda dan kualitas pendidikan yang berbeda pula. Namun demikian dalam perkembangannya Jerman mampu bersaing dalam dunia Industri dan perdagangan Internasional. Berdasarkan dari kajian pada kedua negara di atas, ternyata kedua Negara memiliki sistem otoritas pendidikan yang hapir sama yaitu desentralisasi pendidikan yang menyerahkan kewenangan dan tanggung jawab pendidikan pada Lander Negara bagian (jerman) atau gubernur walikota masing-masing daerah untuk Korea Selatan. Perbedaannya, jika di Jerman desentarlisasi murni dengan kata lain, tidak ada tujuanpendidikan nasional yang langsung mengarahkan arah pendidikan secara nasional, karena tujuan pendidikan tergantung pada negara bagian masing-masing sesuai ideology yang di anut, yaitu sosialis dan demokrasi moderat (yang ada hanya prinsip-prinsip pendidikan nasional); sementara di Korea selatan terdapat tujuan nasional pendidikan yang perlu di acu dalam penyelenggaraan pendidikan pada setiap daerah atau wilayah (lebih mirip dengan di Indonesia). Di Jerman pengembangan pendidikan setiap negara bagian melibatkan masyarakat setempat, di Korea Selatan pengembangan pendidikan berada pada wadah Dewan pendidikan yang diketuai oleh gubernur atau walikota dengan anggotanya sebanyak 5-6 orang, sehingga berjumlah 7 (tujuh) orang. Dewan Pendidikan inilah yang bertanggung jawab terhadap operasional pendidikan di Korea Selatan, sehingga dewan/komite pendidikan diberikan kewenangan yang luas untuk menjabarkan berbagai macam kebijakan sesuai panduan yang telah dikeluarkan oleh kementrian pendidikan. Kondisi ini sangat berbeda dengan Indonesia, yang hingga saat ini desentralisasi pendidikan di Indonesia, belum mampu berjalan secara lancar, segala sesuatunya masih diatur dan tergantung dari pemerintahan pusat. Kepedulian pemerintahan daerah terhadap pendidikan masih relatif rendah. Keberadaan Dewan Pendidikan di Korea Selatan yang berwenang mengatur perencanaan dan kebijakan pendidikan, berbeda dengan di Indonesia Dewan Pendidikan tidak memiliki otoritas dalam hal perumusan kebijakan, sifatnya hanya baru sebatas sebagai pengkaji masalah-masalah pendidikan, sehingga akibatnya proses desentralisasi pendidikan di Indonesia tidak berjalan dengan baik jika dibanding pada kedua Negara tersebut. Hal ini dimungkinkan memiliki hubungan yang erat dengan kondisi

pembiyayaan pendidikan bila ditinjau dari anggaran pendidikan Negara, dimana kedua Negara ini sudah sejak lama telah menganggarkan anggaran pendidikan yang cukup signifikan dengan hasil yang didapat yaitu masing-masing : Jerman 8,4% dan Korea Selatan 17,5, dari anggaran belanja Negara, sedangkan Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945, anggaran pendidikan bila dirata-rata baru berkutat-katit antara 2-7,8% dari total anggaran Negara, meskipun UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas telah menyebutkan anggaran pendidikan 20%. Kondisi ini jauh berbeda dengan anggaran kedua Negara ini, jadi teori tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi anggaran pendidikan semakin maju ekonomi di suatu Negara (Ferggeson, 1999). Kondisi lain yang dapat dipetik dalam hal guru, dimana kedua Negara ini untuk menjadi guru SD saja di Jerman harus berkualifikasi S1 pada tahun 1990-an begitu juga di Korea Selatan, untuk guru SD harus D-II dan untuk sekolah menengah harus diploma 4. Kondisi ini jika dibandingkan dengan Indonesia, terutama sepuluh tahunan ke belakang, guru SD kita hanya bertingkat SLTA/SPG dan baru sebagian kecil yang setingkat D-II PGSD, yang kini setelah sebagian besar telah berkualifikasi D-II PGSD baru mulai beranjak ke S1 PGSD, karena adanya tuntutan UU Guru dan Dosen tahun 2005. Jadi dari segi latar pendidikan guru SD saja kita sudah tertinggal kurang lebih 20-50 tahun dibandingkan dengan ketiga Negara ini. Belum lagi masalah karier, dimana di ketiga Negara ini telah menerapkan sistem sertifikasi terhadap guru agak lama, sedangkan guru sekolah menengah (SLTP/SLTA) di Korea mensyaratkan harus berlatar belakang S2/S3 dengan kajian khusus atau bidang study, beda halnya di Indonesia yang terkadang satu guru bisa mengajar apa saja, bahkan tidak aneh bila guru agama mengajar matematika dll, serta sebaliknya. Mengingat pendidikan merupakan titik sentral dalam maju mundurnya kondisi bangsa, untuk itu sudah selayaknyalah anggaran pendidikan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan paling penting juga menjamin kesejahteraan para guru sebagai prajurid terdepannya, sehingga para guru dapat merasa bangga dalam menjalankan tugasnya. Realisasi anggaran pendidikan 20% di Indonesia merupakan salah satu kunci peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama, selain untuk meningkatkan standarisasi guru juga, untuk melaksanakan standarisasi saranaprasarana pendukung pendidikan di Indonesia. Yang akhirnya diharapkan akan mampu mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia. Masalah ini dimungkinkan akan dicapai, apabila semua pihak memiliki komitmen yang tinggi terhadap industry pendidikan. g. Isu-isu Pendidikan Jerman

Masalah pendidikan di Jerman pada tahun 1990-an berkisar masalah reunifikasi pendidikan Jerman barat dan Jerman timur. Jerman barat dikenal dengan system

pendidikannya yang sangat mementingkat kualitas (tradition quality), Jerman Timur lemah dalam hal itu. Di lain pihak Jerman Timur memiliki keunggulan, misalnya dalam system dukungan terhadap siswa-siswa yang memiliki keunggulan atau keistimewaan. Persoalan utamanya berpusat pada kebutuhan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat di kedua Negara bagian Jerman.

BAB III Simpulan

Dari hasil telaah dan pembahasan tentang studi komparatif system pendidikan di Jerman dan di Korea Selatan, dapat penulis simpulkan antara lain, sebagai berikut : a. Sistem manajemen di negara Jerman bersifat desentralistik murni, sementara sistem managemen pendidikan di Korea Selatan bersifat gabungan antara sentralistik dan desentralisasi, sifat kesentralistikan di Korea Selatan hanya terbatas kepada penyusunan panduan dan pedoman semata, sedangkan operasionalnya secara penuh di serahkan kepada komite/Dewan sekolah secara mandiri untuk mengkaji proses pendidikan secara keseluruhan. Kondisi ini sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia masa lalu dan masa kini. Managemen pendidikan di Indonesia pada 6 tahun kebelakang masih sangat sentralistik. Saat ini pun meskipun sudah di laksanakan otonomi daerah dan otonomi sekolah, kenyataannya sistem pendidikan kita masih cenderung sentralistik. Semisal (Standar kelulusan dan penentuan kelulusan siswa ditentukan oleh pusat (melalui BSNP). Otonomi daerah juga belum memberikan kepeduliah daerah secara penuh, terutama berkaitan dengan penyediaan anggaran pendidikan dalam APBD. b. Kurikulum, kedua Negara ini dirangkai oleh kementrian pendidikan. Untuk jerman

dirangkai kementrian pendidikan di negara bagian masing-masing yang selanjutnya diserahkan pada badan administrasi regional, sedang untuk Korea Selatan diserahkan pada Dewan Sekolah. Di Jerman kurikulum sekolah memiliki penekanan yang berbeda pada grade yang sama sesuai dengan jenis pendidikan yang diambil, yang pada umumnya diorientasikan untuk bekerja atau untuk persiapan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Sementara di Korena Selatan sekolah diberi keleluasaan untuk menambah kurikulum lokal sesuai minat siswa dan kondisi wilayah masing-masing, dengan pilihan kurikulum lokal yang diarahkan kepada masalah : Pertanian, perikanan, dan Teknologi, yang mampu membawa siswa untuk memiliki kreatifitas terutama untuk kehidupannya. Untuk kasus korea selatan tentang kurikulum muatan local implementasinya sangat berbeda dengan Indonesia, yang rata-rata memasukkan kurikulum lokal yang tidak langsung

berhubungan denganpemenuhan

harkat hidup siswa, seperti kurikulum lokal hanya

terbatas pada bahasa daerah/bahasa asing, seni dan lain-lain, yang tidak atas dasar keinginan siswa dan kondisi daerah setempat. c. Anggaran Pendidikan. Di ketiga Negara ini rata-rata sejak tahun 40-an, telah

menganggarkan pendidikan secara konstan cukup besar yaitu rata-rata 19,7% dari total aggaran Negara. Persentase Anggaran ini cukup tinggi di atas Indonesia yang hingga saat ini hanya berkutat diantara rata-rata 2-8 samapi 7,8% dari total anggaran Negara. Baru pada awal tahun 2009, anggaran pendidikan akan dianggarkan 20% dari total anggaran negara. d. Guru. Mengingat guru memegang peran sentral dalam kelangsungan pendidikan

maka kedua Negara, telah sejak lama mensyaratkan bagi guru SD adalah berpendidikan yunior college hingga senior college sedangkan untuk sekolah menengah harus berlatar belakang S2/S3, dengan sistem sertifikasi, dan untuk bagi guru sekolah menengah hanya boleh mengajar sesuai bidang studi dan boleh mengajar untuk semua mata ajaran bagi guru SD. Di Indonesia berbeda, sampai saat ini sebagian guru SD masih ada yang berkualifikasi SPG/PGA dan sebagian besar baru berkualifikasi D-2; serta masih banyak guru SMP dan SMA yang berkualifikasi D3 meskipun sebagian telah berkualifikasi S1 dan S2. Begitu pula untuk dosen mahasiswa D-2 di , ketiga negara sudah sejak lama harus berkualifikasi S2/S3, sementara di Indonesia, sampai saat ini sebagian besar dosen D-2 PGSD masih berkualifikasi S1 dan sebagian kecil yang S2. Atas dasar telaah, kajian dan simpulan di atas, penulis menyarankan sebagai berikut : a. Perlu adanya realisasi anggaran pendidikan 20% sebagaimana dipersyaratkan dalam hal-hal

UU Sisdiknas, no 20/2003. Hal ini penting mengingat kualitas pendidikan sangat terkait komitmen pemerintas yang diwujudkan dalam besarnya penyediaan anggaran pendidikan. Dengan anggaran pendidikan yang memadai berbagai upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyediaan sekolah gratis untuk pendidikan dasar akan sangat dimungkinkan. b.Untuk memberikan peluang masa depan pada siswa, kiranya sistem

kurikulumhendaknya lebih fleksibel dan daerah pun agar memasukkan kurikulum local yang bersifat kreatifitas sesuai kondisi daerah masing-masing : seperti kurikulum lokal pertanian, perikanan, perkebunan.teknologi dan lain-lain, tidak hanya sebatas kurikulum seperti bahasa daerah atau bahasa asing yang selama ini banyak dimunculkan sehingga,

tidak berpengaruh terhadap lapangan kerja dan tidak memberikan jaminan untuk kehidupan.pekerjaan siswa setelah tamat sekolah.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Elley, W.B. ( 1992 ). How in The World Do Students Read ? IEA Study of Reading Literacy. The Hague: International Association for The Evaluation of Educational Achievment. Fey, J.T. ( 1985 ). System of Education of Federal Republic Of Germany. In Husen, F, and Postlethwaite, N.T. (Eds), International Encyclopedia Of Education, New York : Pergamon Press. Kienitz, W. ( 1985). System of Education of The German Democratic Republic. In Husen, F, and Postlethwaite, N.T. (Eds), International Encyclopedia Of Education, New York : Pergamon Press. Syah Nur, Agustiar. ( 2001 ). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung, Penerbit LUBUK AGUNG.