Makalah Asbabun Nuzul

36
ASBAB AN-NUZUL AL-QUR’AN MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Qur’an” Dosen pembimbing : Afiful Ikhwan M.Pd. I Oleh : 1. Risma Riszki Amalia Nim: 2013.4.047.0001.1.001704 2. Niken Saputri Nim : 2013.4.047.0001.1.001696 PAI – SMT 2 KAMPUS UNIT CAMPURDARAT

Transcript of Makalah Asbabun Nuzul

ASBAB AN-NUZUL AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Ulumul Qur’an”

Dosen pembimbing :

Afiful Ikhwan M.Pd. I

Oleh :

1. Risma Riszki Amalia

Nim: 2013.4.047.0001.1.001704

2. Niken Saputri

Nim : 2013.4.047.0001.1.001696

PAI – SMT 2

KAMPUS UNIT CAMPURDARAT

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGANGUNG

April 2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini yang berjudul “ASBABUN NUZUL AL-QUR’AN”

dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam hingga sampai kepada kita.

Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan

sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I

3. Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi

dalam penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan

Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

(PENYUSUN)

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..… i

Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii

Daftar Isi …………………………………………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah ………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

ASBAB AN-NUZUL

A. Pengertian Asbab An-nuzul …………………………….. 3

B. Macam – macam Asbab An-nuzul.……………………… 4

C. Ungkapan – ungkapan Asbab An-nuzul ………………… 10

D. Kaidah – kaidah Asbab An-nuzul………………………... 10

E. Kegunaan Asbab An-nuzul………………………………. 13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..... 19

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an bukan merupakan sebuah “buku” dalam pengertian umum,

karena tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur – angsur

kepada Nabi Muhammad SAW. Pewahyuan Al-Qur’an secara total dalam sekali

waktu secara sekaligus adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena pada

kenyataannya Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara

berangsur – angsur sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan yang timbul.

Sebagian tugas untuk memahami pesan dari Al-Qur’an sebagai suatu

kesatuan adalah mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang

yang paling dekat adalah kegiatan dan perjuangan Nabi yang berlangsung selama

dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan Al-Qur’an. Terhadap perjuangan Nabi

yang secara keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu

memahaminya dalam konteks perspektif, karena aktivitas Nabi berada di

dalamnya. Tanpa memahami masalah ini, pesan Al-Qur’an sebagai suatu

kebutuhan tidak akan dapat dipahami. Orang akan salah menangkap pesan – pesan

Al-Qur’an secara utuh, jika hanya memahami bahasanya saja, tanpa memahami

konteks historisnya. Agar dipahami secara utuh, Al-Qur’an harus dicerna dalam

konteks perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu,

hampir semua literatur yang berkenaan dengan Al-Qur’an menekankan

pentingnya asbab an-nuzul.1

Mengungkapkan sebab turunnya ayat Al Quran melalui kisah adalah suatu

cara menerangkan yang jelas mengenai sesuatu yang bernilai tinggi. Hal itu

seolah-olah merupakan puncak keindahan seni sastra disamping tujuan mulia

agama. Asbabun Nuzul tidak lain adalah kisah nyata, baik penyajiannya dan

pemecahannya, kerumitannya dan keruwetannya, maupun manusia-manusia,

1 Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 59.

1

2

pelakunya serta kejadian peristiwanya. Dengan demikian ayat-ayat Al Quran

senantiasa dibaca orang pada setiap waktu dan tempat dengan minat yang amat

besar. Pembacanya sama sekali tidak merasa bosan, kendati berulang kali

menjumpai hikayat manusia terdahulu. Setiap saat dirasakan sebagai kisah kita

sendiri.

Itulah sebabnya banyak orang tidak mengutahui asbab an-nuzul

terperosok kedalam kebingungan dan keragu-raguan. Mereka mengartikan ayat-

ayat Al Quran tidak sebagaimana yang dimaksud oleh ayat-ayat itu sendiri.

Mereka tidak dapat memahami dengan tepat hikmah illahi didalam ayat yang

diturunkan-Nya

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian asbab an-nuzul ?

2. Sebutkan dan jelaskan macam – macam Asbab an-Nuzul !

3. Bagaimana ungkapan-ungkapan asbab an-nuzul ?

4. Jelaskan kaidah-kaidah Asbab an-Nuzul!

5. Apa kegunaan asbab an-nuzul ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian asbab an-nuzul

2. Untuk mengetahui macam-macam asbab an-nuzul

3. Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan asbab an-nuzul

4. Untuk mengetahui kaidah-kaidah asbab an-nuzul

5. Untuk mengetahui kegunaan asbab an-nuzul

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian asbab al-nuzul

Secara etimologis asbab al nuzul terdiri dari kata “ ب�اب� س� ’bentuk jama) ”أ�

dari kata “ ب�ب .yang mempunyai arti latar belakang, alasan atau sebab/illat2 (”الس��

Sedang kata “ و�ل ل� “ berasal dari kata ”النز .yang berarti turun3 ”ن�ز�

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan para ulama’, diantaranya:

1. Az Zarqani

“Asbab An-Nuzul” adalah suatu kejadian yang menyebabkan turunya satu

atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk

hukum berkenaan dengan turunnya suatu ayat.”4

2. As-Suyuthi

”Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang terjadi sebelum turun ayat,

sedangkan sesudah turunnya ayat tidaklah disebut asbab”.5

3. Ash-Shabuni

“Asbab an-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan

turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan

peristiwa dan kejadian tersebut,baik berupa pertanyaan yang diajukan

kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.”

4. Shubhi Shalih

“Asbab an-Nuzul adalah Sesutu yang menjadi sebab turunnya satu atau

beberapa ayat Al Qur’an (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu

sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum pada

saat peristiwa itu terjadi”6

5. Mana’Al-Qthathan

2 Ahmad warson munawwir, kamus arab indonesia al-munawwir (Surabaya: pustaka progressif, 1997), hlm. 602.

3 Ibid, hlm.1409.4 Muhammad Abdul Azhim az-Zarqani, Manahilul ‘Irfan fi Ulumil Qur’an (Beirut: Darul

Hayat al-Kitab al-Arabiyyah, t.th, ), hlm. 22.5 Jalaluddin as-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumi Qur’an, (Beirut: Daul Fikr, t.th.), hlm 29-30.6 Subhi as-Shalih, Mabahits fi Uluail Qur’an, (Beirut: Darul Ilmi, t.th.), hlm. 132.

3

4

“Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa-pwristiwa yang menyebabkan

turunnya Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik

berupa suatu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada

nabi”.7

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa asbab an-nuzul

adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an.

Bentuk-bentuk yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an ini sangat beragam, di

antaranya berupa: konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi antara suku aus

dan suku khazraj, kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimami

sholat dalam keadaan mabuk,dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

sahabat kepada nabi baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat,sedang atau

yang akan terjadi. Dan setelah dikaji dengan cermat, sebab turunnya suatu ayat itu

berikisar pada dua hal:

• Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur’an mengenai peristiwa

itu.

• Bila Rasulullah S.A.W ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah ayat Al-

Qur’an menerangkan hukumnya.

B. Macam-macam Asbab An-Nuzul

DR. Rosihon Anwar, M.Ag. menyebutkan dalam bukunya ulumul Qur’an,

bahwa ada dua hal yang menjadi sudut pandang dalam membagi macam-macam

asbabun nuzul, yaitu:

1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat

asbab an-nuzul

a) Sarih (jelas)

Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbab an-

nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi

yang digunakan termasuk sharih bila perawi mengatakan :

7 Dede Rosyada, Al-Quran Hadis (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam,1998), hlm. 69.

5

�ة� هذ�ا و�ل� هذ�ه� اآلي �ز� �ب� ن ب ...س�

Artinya:

Sebab turun ayat ini adalah ...

�ة� ل�ت� اآلي �ز� ح�د�ث� هذ�ا... ف�ن

Artinya:

Telah terjadi …… maka turunlah ayat....

�ة� ل�ت� اآلي �ز� �ذ�ا... ف�ن و�ل� الله� ع�ن� ك س� �ل� ر� ئ س�

Artinya:

Rasulullah pernah ditanya tentang …… maka turunlah ayat.

b) Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-nuzul karena masih

terdapat keraguan.

�ذ�ا �ة� ف�ى� ك �ز�ل�ت� هذ�ه� اآلي ...ن

Artinya:

(ayat ini diturunkan berkenaan dengan)

�ذ�ا �ز�ل�ت� ف�ك �ة� ن �ح�س�ب� هذ�ه� اآلي ...ا

Artinya:

(saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ……)

�ذ�ا �ال( فىك �ة� ا �ز�ل�ت� ه�ذ�ه� اآلي �ح�س�ب� ن ...م�ا ا

Artinya:

(saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …)

2. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat

atau terbilangnya ayat untuk satu sebab asbab an-nuzul.

a) Berbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat (Ta’adud As-Sabab

wa Nizil Al-Wahid)

Untuk mengetahui variasi riwayat Asbab an-Nuzul dalam satu ayat

dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara sebagai berikut:

§ Tidak mempermasalahkannya

6

Cara ini ditempuh apabila menggtunakan redaksi muhtamilah.

§ Mengambil versi riwayat Asbab an-Nuzul yang menggunakan

redaksi shorih.

§ Mengambil versi riwayat yang shohih (valid)8

b) Berbilangnya ayat untuk satu asbab an-nuzul (Ta’adud Nazil wa

As-Sabab Al-Wahid)

Terkadang suatu kejadian dapat menjadi sebab bagi turunnya dua

ayat atau lebih.

contoh satu kejadian yang membuat dua ayat diturunkan sedang

antara satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat

asbab annuzul yang yang diriwayatkan Ibn Jarir Ath-Thabari , dan

Ibn Mrdawiyah dari Ibn Abbas :

ة/,ف�ق�ال� ج�ر� ا ف�ي ظ�ل(ى ش� �س6 ال و�ل� الله� ص.م. ج� س� �ان� ر� ك�ذ�ا �ط�ان� ف�ا ي �ي� الش( �ن �ع�ي �ظ�ر� ب �ن ان� ي �س� �ن �م� ا �ك �ي ت

� �أ ي Eه� س� �ن : اق� ر� �ز� ج�لJ أ �ع� ر� �ط�ل �ن� ا �بث� أ �ل �م� ي (م�و�ه� ف�ل �ل �ك ج�اء� ف�ال� ت

و�ل� الله� ص.م. عالم تشتموني س� �ن� ف�د�اع�ا ر� �ي �ن �ع�ي ال�ه� اب ص�ح�

� ج�و�ل� ف�ج�اء� أل� �ق� الر� �ط�ل �ك� ف�ان اب �ص�ح� �ت� و�ا �ن ا

ل� الله� �ز� ن� �ج�ا وزعنهم ف�أ (ى ت �و�ا ح�ت �ا الله� م�ا ق�ال �ف�و�ا ب ل ف�ح�

�ف�ر�: �ك �م�ة� ال �ل �وا ك �ق�د� ق�ال �وا و�ل (ه� م�ا ق�ال �الل �ف�ون� ب ل �ح� ي �ق�م�وا �وا و�م�ا ن �ال �ن �م� ي �م�ا ل م�ه�م� و�ه�مZوا ب ال� �س� �ع�د� إ وا ب �ف�ر� و�ك�ك� �وا ي �وب �ت �ن� ي �ه� ف�إ �ه� م�ن� ف�ض�ل ول س� (ه� و�ر� �اه�م� الل �غ�ن �ن� أ �ال( أ إ

�يم6ا ف�ي �ل 6ا أ (ه� ع�ذ�اب �ه�م� الل �ع�ذ_ب (و�ا ي �و�ل �ت �ن� ي �ه�م� و�إ ا ل �ر6 ي خ��يa و�ال� ر�ض� م�ن� و�ل

� �ه�م� ف�ي األ� ة� و�م�ا ل خ�ر� �ا و�اآل� �ي الدZن�ص�ير ن

“Ketika rasulullah duduk dibawah naungan pohon kayu beliau bersabda akan datang kamu seorang manusia yang memandang dengan mu dengan dua mata setan janganlah kalian ajak bicara jika ia datang menemuimu, tidak lama sesudah itu datanglah seorang lelaki yang bermata biru rasulullah kemudian memanggilnya dan bertanya mengapa engkau dan teman-temanmu memakiku,? Orang tersebut pergi dan datang kembali beserta teman-temannya mereka

8Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, hlm. 67.

7

bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak menghina nabi, terus menerus mereka mengatakan demikian sampai nabi mema’afkannya maka turunlah surat at taubah [9] ayat 74 : ”Mereka orang-orang munafik bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu yang menyakitimu sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah mejadi kafir sesudah islam dan mengimani apa yang tida dapat meraka tidak dapat mencapainya dan mereka tidak mencela kepada allah dan rasulnya kecuali karena allah dan rasulnya te;ah melimpahkan karunia- Nya kepada mereka maka jika mereka bertaubat maka itu lebih baik bagi nereka jika meraka berpaling maka allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat dan mereka sekali kali tidak mempunyai pelindung dan penolong di muka bumi.”9

Demikin pula riwayat al hakim dengan redaksi yang sama dan

mengatakan maka Allah menurunkan surat al mujadalah [58] ayat

18-19.”

�م� �ك �ف�ون� ل ل �ح� �م�ا ي �ه� ك �ف�ون� ل ل �ح� (ه� ج�م�يع6ا ف�ي �ه�م� الل �ع�ث �ب �و�م� ي ي

�ون� ) �اذ�ب �ك (ه�م� ه�م� ال �ن �ال� إ ي�ء/ أ (ه�م� ع�ل�ى ش� ن� �ون� أ ب �ح�س� و�ي

(ه�18 �ر� الل اه�م� ذ�ك �س� �ن �ط�ان� ف�أ ي �ه�م� الش( �ي �ح�و�ذ� ع�ل ت ( اس�

�ط�ان� ه�م� ي ب� الش( �ن( ح�ز� �ال� إ �ط�ان� أ ي ب� الش( �ك� ح�ز� �ئ �ول أ

ون� ) ر� �خ�اس� (19ال

“(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi”.(QS Al Mujadalah : 18-19) 10

9 Santri kuliah, Ulumul Qur’an… dalam http://jendelaakhirat.blogspot.com// diakses pada Selasa 18 Maret 2014 pukul 09.20 WIB

10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), hlm. 545.

8

3. Dilihat dari segi bentuk turunnya ayat, asbab an-nuzul dibagi menjadi 2

yaitu:

1) Berbentuk peristiwa

a) Peristiwa berupa pertengkaran atau persengketaan, seperti

perselisihan antar golongan suku Aus dan golongan suku

Khazraj. Perselisihan itu timbul karena hasil adu domba yang

dilakukan oleh orang-orang yahudi. Peristiwa tersebut melatar

belakangi turunnya beberapa ayat, surat Ali Imran: 100.

(ذ�ين� �ط�يع�وا ف�ر�يق6ا م�ن� ال �ن� ت �وا إ (ذ�ين� آم�ن Zه�ا ال ي� �ا أ ي

�اف�ر�ين� �م� ك �ك �يم�ان �ع�د� إ �م� ب دZوك �ر� �اب� ي �ت �ك �وا ال �وت أ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (Q.S. Ali Imran: 100 ).11

b) Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa

seorang sahabat yang mengimami dalam keadaan mabuk,

sehingga mengalami kekeliruan dalam membaca surat setelah

surat Al Fatihah. Peristiwa itu menyebabkan turunnya firman

Allah surat An Nisa’: 43.

�ار�ى ك �م� س� �ت �ن ة� و�أ �وا الص(ال� ب �ق�ر� �وا ال� ت (ذ�ين� آم�ن Zه�ا ال ي� �ا أ ي

�يل/ ب �ر�ي س� �ال( ع�اب 6ا إ �ب ن �ون� و�ال� ج� �ق�ول �م�وا م�ا ت �ع�ل (ى ت ح�تو�� ف�ر/ أ و� ع�ل�ى س�

� ض�ى أ �م� م�ر� �ت �ن �ن� ك �وا و�إ ل �س� �غ�ت (ى ت ح�ت�م� اء� ف�ل _س� �م� الن ت م�س� و� ال�

� �ط� أ �غ�ائ �م� م�ن� ال �ك �ح�دJ م�ن اء� أ ج�ح�وا 6ا ف�ام�س� _ب �م(م�وا ص�ع�يد6ا ط�ي �ي �ج�د�وا م�اء6 ف�ت ت

ا �ان� ع�ف�وtا غ�ف�ور6 (ه� ك �ن( الل �م� إ �د�يك �ي �م� و�أ �و�ج�وه�ك ب“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah

11 Ibid, hlm. 63.

9

mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun”. (QS : An Nisa’: 43 )12

c) Peristiwa berupa hasrat, cita-cita atau keinginan-keinginan

seperti kesesuaian (muafqat) hasrat dan keinginan Umar bin

Khattab dengan ketentuan –ketentuan ayat-ayat Al Quran yang

diturunkan Allah. Menurut riwayat dari sahabat Anas ra. Ada

beberapa harapan Umar yang dikemukakan kepada Rasulullah,

kemudian turunlah ayat-ayat yang kandungannya seperti

harapan tersebut. Seperti Umar pernah berkata kepada

Rasulullah saw. “ya, Rasulullah, bagaimana kalau sekiranya kita

jadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat?” maka turunlah

ayat : Al Baqarah ayat 125.13

(خ�ذ�وا م�ن� 6ا و�ات م�ن� (اس� و�أ �لن �ة6 ل �اب �ت� م�ث �ي �ب �ا ال �ن �ذ� ج�ع�ل و�إ

اه�يم� �ر� �ب �ى إ �ل �ا إ اه�يم� م�ص�لtى و�ع�ه�د�ن �ر� �ب � إ م�ق�ام

�ف�ين� �ع�اك �ف�ين� و�ال �لط(ائ �ي� ل �ت �ي ا ب �ن� ط�ه_ر� م�اع�يل� أ �س� و�إ

ج�ود� Zع� الس) ك Zو�الر

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud".(QS. Al Baqarah ayat 125)14

2) Berbentuk pertanyaan

Pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu,

seperti kisah Ashabul kahfi dan Dzulkarnain. Pertanyaan yang

berhubungan dengan sesuatu yang masih berlansung (pada saaat

itu). Seperti pertanyaan orang-orang yahudi mengenai ruh. Yang

terdapat dalam firman Allah surat Al- Isra’ ayat 85.

12 Ibid, hlm. 86. 13 Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press 1993), hlm.30-31.14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 20.

10

_ي و�م�ا ب م�ر� ر�� وح� م�ن� أ Zوح� ق�ل� الر Zك� ع�ن� الر� �ون �ل أ �س� و�ي

�يال6 �ال( ق�ل � إ �م �ع�ل �م� م�ن� ال �يت �وت أ

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".( Q.S Al-Isra’ : 85 )15

Pertanyaan berhungan dengan masa yang akan datang. Seperti

pertanyaan orang-orang kafir Quraisy tentang hari kiamat yang

diabadikan dalam firman Allah surat An-Nazi’at ayat 42-43.

اه�ا ) �wwس ان� م�ر� )wwي� اع�ة� أ )wwك� ع�ن� الس� �ون �ل أ �wwس� ( ف�يم�42ي

اه�ا ) �ر� �ت� م�ن� ذ�ك �ن (43أ

“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?”. (Q.S An-Nazi’at: 42-43)16

C. Ungkapan-ungkapan Asbab An-Nuzul

Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan yang

berbeda antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan ungkapan

tersebut tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki implikasi pada

status sebab nuzulnya.

Macam-macam ungkapan yang digunakan sahabat dalam

mendeskribsikan asbab an-nuzul antara lain:

1. kata سبب (sebab). Contohnya seperti:

ة� ���ذ�ه� اال� ي��� و�ل� ه� ز ب�ب ن�� كwwwwذ�اس��� … (sebab turunnya ayat ini

demikian …)

Ungkapan (redaksi) ini disebut sebagai redaksi atau ungkapan yang sharih

(jelas/tegas). Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi seperti ini

menunjukkan betul-betul sebagai latar belakang turunnya ayat, tidak

mengandung makna lain.

2. kata wwwف (maka). Contohnya seperti:15 Ibid, hlm. 291.16Ibid, hlm 585.

11

ل�ت �ن�ز� د�ث�ت� ك�ذ�ا و� ك�ذ�ا ف� �ة�ح� اآلي (telah terjadi peristiwa ini dan itu,

maka turunlah ayat). Ungkapan ini mengandung pengertian yang sama dengan

penggunaan kata sababu, yakni sama-sama sharih (jelas/tegas).

3. kata في (mengenai/tentang). Contohnya seperti:

ذ�ه� اآلي�ة ف�ي� ك�ذ�ا و ك��ذ�ا ل�ت� ه� ayat ini turun mengenai) … ن�ز�

ini dan itu). Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih)

menunjukkan sebab turunnya suatu ayat. Akan tetapi masih dimungkinkan

mengandung pengertian lain.17

D. Kaidah-kaidah Asbab An-Nuzul.

Dalam memahami makna ayat Alquran yang mengandung lafal umum dan

dikaitkan dengan sebab turunnya, para ulama berbeda pendapat dalam

menetapkan dasar pemahaman.Karena itu, berkaitan dengan masalah ini ada dua

kaedah yang bertolak belakang.

Kaedah pertama menyatakan:

�ب� ب �خ�ص�و�ص� الس( (ف�ظ� ال� ب � الل �ع�م�و�م ة� ب �ر� �لع�ب ا

(penetapan makna suatu ayat didasarkan pada bentuk umumnya lafazh (bunyi

lafazh), bukan sebabnya yang khusus).

Kaedah kedua menyatakan sebaliknya:

(ف�ظ� � الل �ع�م�و�م �ب� ال� ب ب �خ�ص�و�ص� الس( ة� ب �ر� �لع�ب ا

(penetapan makna suatu ayat didasarkan pada penyebabnya yang khusus (sebab

nuzul), bukan pada bentuk lafazhnya yang umum).

Contoh Penerapan Kaedah Pertama.

Firman Allah, Surat An-Nur ayat 6 :

�ال$ د�اء إ ه� م� ش ل�م� ي�كن� ل�ه م� و� ه اج� و� �ز� مون� أ ال$ذ�ين� ي�ر� و�

�ن$ه اد�ات5 ب�الل$ه� إ ه� ب�ع ش� ر�� د�ه�م� أ اد�ة أ�ح� ه� م� ف�ش� ه س �ن�ف أ

اد�ق�ين� ل�م�ن� الص$17 Danang, Ulumul Qur’an…… dalam

(http://danankphoenix.wordpress.com/2010/03/30/asbabun-nuzul// diakses pada Selasa 18 Maret 2014 pukul 09.20 WIB

12

”Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar”. [Q.S. An-Nur: 6]18.

Jika dilakukan pemahaman berdasarkan bentuk umumnya lafal terhadap

surat An-Nur ayat 6 di atas, maka keharusan mengucapkan sumpah dengan nama

Allah sebanyak empat kali bahwa tuduhannya adalah benar, berlaku bagi siapa

saja (suami) yang menuduh isterinya berzina. Pemahaman yang demikian ini

(berdasarkan umumnya lafal) tidak bertentangan dengan ayat lain atau hadits atau

ketentuan hukum yang lainnya.

Contoh Penerapan Kaedah Kedua,

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 115 :

(ه� �ن( الل (ه� إ �م( و�ج�ه� الل Zوا ف�ث �و�ل �م�ا ت �ن ي� �م�غ�ر�ب� ف�أ ر�ق� و�ال �م�ش� (ه� ال �ل و�ل

Jيم� عJ ع�ل و�اس�

”Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situ-lah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas Rahmat-Nya, lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 115)19.

Jika dalam memahami ayat 115 ini kita terapkan kaedah pertama, maka

dapat disimpulkan, bahwa shalat dapat dilakukan dengan menghadap ke arah

mana saja, tanpa dibatasi oleh situasi dan kondisi di mana dan dalam keadaan

bagaimana kita shalat. Kesimpulan demikian ini bertentangan dengan dalil lain

(ayat) yang menyatakan, bahwa dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke

arah Masjidil-Haram. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Alllah :

(ه� �ن � و�إ ام �ح�ر� ج�د� ال �م�س� ط�ر� ال ج�ت� ف�و�ل_ و�ج�ه�ك� ش� �ث� خ�ر� و�م�ن� ح�ي

�ون� �ع�م�ل �غ�اف�ل/ ع�م(ا ت (ه� ب _ك� و�م�ا الل ب �ح�قZ م�ن� ر� �ل ل

”Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah: 149)20.

18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 351.19 Ibid, hlm. 19.20 Ibid, hlm. 24.

13

Akan tetapi, jika dalam memahami Surat Al-Baqarah ayat 115 di atas

dikaitkan dengan sebab nuzulnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah,

bahwa menghadap ke arah mana saja dalam shalat adalah sah jika shalatnya

dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan, atau dalam kondisi tidak

mengetahui arah kiblat (Masjidil-Haram). Dalam kasus ayat yang demikian ini

pemahamannya harus didasarkan pada sebab turunnya ayat yang bersifat khusus

dan tidak boleh berpatokan pada bunyi lafazh yang bersifat umum.

E. Kegunaan Asbab An-Nuzul

Adapun kegunaan yang diperoleh dalam mengetahui Asbabun Nuzul

dalam kaitannya dengan memahami makna daripada ayat-ayat suci Al-Qur’an

secara rinci Al-Zarqani menyebutkan tujuh macam manfaat atau faidah, sebagai

berikut :

1. Pengetahuan tentang asbab nuzul membawa kepada pengetahuan tentang

rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui

Al-Quran. Pengetahuan yang demikian akan memberi manfaat baik bagi

orang mukmin atau non mukmin. Orang mukmin akan bertambah

keimanannya dan mempunyai hasrat yang keras untuk menerapkan hukum

Allah dan mengamalkan kitabnya.

Sebagai contoh adalah syariat tentang pengharaman minuman keras.

Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni pengharaman minuman keras

berlangsung melalui empat tahap ,tahap pertama Allah mengharamkan

minuan keras secara tidak langsung,tahap kedua memalingkan secara

langsung dari padanya,mengharamkan secara parsial, keempat

pengharaman secara total.21

2. Pengetahuan tentang asbab nuzul membantu dalam memahami ayat dan

menghindarkan kesulitan. Hal ini senada dengan pernyataan Ibnu Daqiq Al

21 Ahmad Syadali dan. Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997), hlm. 116-119.

14

Id ia berkata “ Keterangan tentang sebab turunnya ayat merupakan jalan

kuat untuk memahami makna-makna Al-Quran”.22

Diantara contohnya ialah ayat ke 158 dari Surah Al-Baqarah kalau

tidak dibantu dengan pelacakan asbab nuzulnya, pemahaman dan

penafsiaran ayat tersebut bisa keliru. Ayat tersebut berbunyi :

ج$ م�ن� ح� ع�ائ�ر� الل$ه� ف� و�ة� م�ن� ش� ر� ال�م� ا و� ف� إ�ن$ الص$

ا م� ن�اح� ع�ل�ي�ه� أ�ن� ي�ط$و$ف� ب�ه� ال� ج ر� ف� و� اع�ت�م� ال�ب�ي�ت� أ�

اك�ر� ع�ل�يم� إ�ن$ الل$ه� ش� ا ف� Kي�ر و�م�ن� ت�ط�و$ع� خ�

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah Maka Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui”. (Q.S.Al-Baqarah : 158)23

Dengan kata Fala Junaha, dapat diartikan bahwa rukun sai ibadah

( boleh) dan tidak mengikat. Oleh sebab itu Urwah salah seorang sahabat

Nabi pernah berpendapat bahwa sai itu ibadah, dan tidak mengikat. Akan

tetapi, kemudian dikritik oleh Aisyah, karena menurutnya, ayat tersebut

diturunkan sehubungan dengan pertanyaan orang-orang Ansar pada

Rasulullah, tentang sai antara safa dan marwa,karena mereka sebelumnya

tidak punya tradisi sai saat melakukan ritus, pada zaman islamnya.

Sehubungan dengan pernyataan mereka inilah ayat tersebut diturunkan,

dan Rasulullah mewajibkan melakukan sai antara kedua bukit tersebut.

3. Pengetahuan asbab nuzul dapat menolak dugaan adanya hasr atau

pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung hasr atau

pembatasan, Seperti firman Allah:

م5 ا ع�ل�ى ط�اع� Kم ر$ �ل�ي$ مح� ي� إ ا أوح� د ف�ي م� ج�ل� ال� أ� ق

م� و� ل�ح�� ا أ Kوح ف ا م�س� Kو� د�م

� ي�ت�ةK أ ه إ�ال$ أ�ن� ي�كون� م� ي�ط�ع�م

22 Jalaluddin As-Suyuti, Lubabun Nukul Fi Asbabun Nuzul (Rembang: Darul Ihya Indonesia , t. th), hlm 6.

23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 25.

15

ا أه�ل$ ل�غ�ي�ر� الل$ه� ب�ه� Kق و� ف�س��ن$ه ر�ج�س� أ� إ ن�ز�ير5 ف� خ�

ور� ب$ك� غ�ف إ�ن$ ر� طر$ غ�ي�ر� ب�اغ5 و�ال� ع�اد5 ف� م�ن� اض� ف�

يم� ح� ر�

“Katakanlah:"Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi (karena Sesungguhnya semua itu kotor) atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah." (Q.S. Al-An’am: 145)24

Imam Syafi’i berpendapat bahwa hasr (pembatasan) dalam ayat ini

tidak termasuk dalam maksud itu sendiri. Untuk menolak adanya hasr

(pembatasan) dalam ayat ini, ia mengemukakan alasan bahwa sehubungan

dengan sikap orang-orang kafir yang suka mengharamkan kecuali apa

yang di halalkan oleh Allah dan meng halalkan Apa yang di haramkan

oleh-Nya. Hal ini karena penentangan mereka terhadap Allah dan Rasul-

Nya.25

4. Pengetahuan tentang asbab nuzul dapat meng hususkan (takhsis) hukum

pada sebab menurut ulama’ yang memandang bahwa yang mesti

diperhatikan adalah kehususan sebab dan bukan keumuman lafal.26

5. Dengan mempelajari asbab nuzul diketahui pula bahwa sebab turun ayat

ini tidak pernah dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut

sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkan ).27

6. Dengan asbab nuzul, di ketahui orang yang ayat tertentu turun padanya

secara tepat sehinga tidak terjadi kesamaran bisa membawa penuduhan

terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan orang yang salah. 28

7. Pengetahuan tentang asbab nuzul akan mempermudah orang yang meng

hafal Al-Qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang

yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunya.29

24 Ibid, hlm. 148.25 Ahmad Syadali, dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1 , hlm. 127.26 Ibid, hlm. 128.27 Ibid, hlm. 129.28 Ibid, hlm. 131.29 Ibid, hlm. 132.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

a. Asbab An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi

turunnya ayat Al-Qur’an.

b. Macam-macam Asbab An-Nuzul

a. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat

asbab an-nuzul

1. Sarih (jelas)

Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbab An-

Nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya

2. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-nuzul karena masih

terdapat keraguan.

b .Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat

atau terbilangnya ayat untuk satu sebab asbab an-nuzul.

1.Berbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat (Ta’adud As-Sabab wa

Nizil Al-Wahid)

2.Berbilangnya ayat untuk satu asbab an-nuzul (Ta’adud Nazil wa As-

Sabab Al-Wahid)

c. Dilihat dari segi bentuk turunnya ayat, asbab an-nuzul dibagi menjadi 2

yaitu:

1.Berbentuk peristiwa

2.Berbentuk pertanyaan

3. Ungkapan-ungkapan Asbab An-Nuzul

a. kata سبب (sebab). Contohnya seperti:

�ذ�ه� اال� ي�ة� ك��ذا و�ل� ه� ب�ب نز sebab turunnya ayat ini) …س�

demikian)

17

18

b. kata wwwف (maka). Contohnya seperti:

ل�ت اآلي�ة �ن�ز� د�ث�ت� ك�ذ�ا و� ك�ذ�ا ف� telah terjadi peristiwa ini) ح�

dan itu, maka turunlah ayat).

c. kata في (mengenai/tentang). Contohnya seperti:

ذ�ا و ك����ذ� ة ف�ي� ك��� ذ�ه� اآلي��� ل�ت� ه��� ان�ز� … (ayat ini turun

mengenai ini dan itu).

4. Kaidah-kaidah Asbab An-Nuzul

ب�ب� و�ص� الس$ ص ظ� ال� ب�خ و�م� الل$ف� ة ب�عم �لع�ب�ر� ا

“penetapan makna suatu ayat didasarkan pada bentuk umumnya lafazh (bunyi lafazh), bukan sebabnya yang khusus”.

Kaedah kedua menyatakan sebaliknya:

ظ� و�م� الل$ف� ب�ب� ال� ب�عم و�ص� الس$ ص ة ب�خ �لع�ب�ر� ا

“penetapan makna suatu ayat didasarkan pada penyebabnya yang khusus (sebab nuzul), bukan pada bentuk lafazhnya yang umum”.

5. kegunaan Asbab An-Nuzul

a. Pengetahuan tentang asbab nuzul membawa kepada pengetahuan tentang

rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui

Al-Quran.

b. Pengetahuan tentang asbab nuzul membantu dalam memahami ayat dan

menghindarkan kesulitan.

c. Pengetahuan asbab nuzul dapat menolak dugaan adanya hasr atau

pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung hasr atau

pembatasan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Ramli. 1993. Ulumul Quran. Jakarta; Rajawali Press.Ahmad Syadali, dan Ahmad Rofi’i. 1997. Ulumul Quran I. Bandung; CV.Pustaka

Setia.Anwar, Rosihon. 2010. Ulumul Qur’an. Bandung; CV Pustaka Setia.As-Shalih, Subhi. T.th. Mabahits fi Ulumil Qur’an. Beirut; Darul Ilmi.As-Suyuthi, Jalaluddin. T.th. Al-Itqan fi Ulumi Qur’an. Beirut; Darul Fikr.As-Suyuti, Jalaluddin. T.th. Lubabun Nukul Fi Asbabun Nuzul. Rembang; Darul

Ihya Indonesia.Az-Zarqani, Muhammad Abdul Azhim. T.th. Manahilul ‘Irfan fi Ulumil Qur’an.

Beirut; Darul Hayat al-Kitab al-Arabiyyah.Danang. 2010. Ulumul Qur’an, dalam

http://danankphoenix.wordpress.com/2010/03/30/asbabun-nuzul// diakses pada Selasa 18 Maret 2014 pukul 09.00 WIB

Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta; CV Darus Sunnah.

kuliah, Santri. Ulumul Qur’an, dalam http://jendelaakhirat.blogspot.com// diakses pada Selasa 18 Maret 2014 pukul 09.00 WIB

Munawwir,Ahmad warson. 1997. kamus arab indonesia al-munawwir. Surabaya; pustaka progressif.

Rosyada, Dede. 1998. Al-Quran Hadist. Jakarta; Dirjen Bimbaga Islam.

19