Asbabun Nuzul

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Upaya itu telah mereka laksanakan sejak Nabi Muhammad SAW. masih berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah hingga saat ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak al-Qur’an diturunkan hingga saat ini. Mengenai mengerti asbabun nuzul sangat banyak manfaatnya. Karena itu tidak benar orang-orang mengatakan, bahwa mempelajari dan memahami sebab-sebab turun Al-Qur’an itu tidak berguna, dengan alasan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan ayat- ayat al-Qur’an itu telah masuk dalam ruang lingkup sejarah. Di antara manfaatnya yang praktis ialah menghilangkan kesulitan dalam memberikan arti ayat-ayat al-Qur’an. Imam al-Wahidi menyatakan; tidak mungkin orang mengerti tafsir suatu ayat, kalau tidak mengetahui ceritera yang berhubungan dengan ayat-ayat itu, tegasnya untuk mengetahui tafsir yang terkandung dalam ayat itu harus mengetahui sebab- sebab ayat itu diturunkan. 1 | Page

description

 

Transcript of Asbabun Nuzul

Page 1: Asbabun Nuzul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang

pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar

mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama

ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah berupaya

semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Upaya itu telah mereka laksanakan sejak Nabi

Muhammad SAW. masih berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah hingga saat ini.

Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak al-Qur’an diturunkan hingga saat

ini. Mengenai mengerti asbabun nuzul sangat banyak manfaatnya. Karena itu tidak benar orang-

orang mengatakan, bahwa mempelajari dan memahami sebab-sebab turun Al-Qur’an itu tidak

berguna, dengan alasan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an itu telah masuk

dalam ruang lingkup sejarah. Di antara manfaatnya yang praktis ialah menghilangkan kesulitan

dalam memberikan arti  ayat-ayat al-Qur’an.

Imam al-Wahidi menyatakan; tidak mungkin orang mengerti tafsir suatu ayat, kalau tidak

mengetahui ceritera yang berhubungan dengan ayat-ayat itu, tegasnya untuk mengetahui tafsir

yang terkandung dalam ayat itu harus mengetahui sebab-sebab ayat itu diturunkan.

Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka segera kembali

berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah semua kesulitan yang mereka

hadapi dalam mempelajari al-Qur’an tentang “Asbabun Nuzul”.

Dalam hal ini penulis mencoba menuangkan dalam bentuk makalah yang berjudul

“ASBABUN NUZUL” dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah keimanan dan

keilmuan kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis memberikan batasan

masalah agar tujuan makalah lebih terfokus dan tidak terlalu luas, yaitu mengenai :

1. Pengertian Asbabun Nuzul

2. Pentingnya Ilmu Asbabun Nuzul

1 | P a g e

Page 2: Asbabun Nuzul

3. Latar Belakang Turunnya Ayat

4. Perbedaan Pendapat Ulama tentang Riwayat Asbabun Nuzul

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan

di bahas, yaitu :

1. Apa Pengertian Asbabun Nuzul ?

2. Bagaimana Pentingnya Ilmu Asbabun Nuzul ?

3. Bagaimana Latar Belakang Turunnya Ayat ?

4. Perbedaan Pendapat Ulama tentang Riwayat Asbabun Nuzul ?

D. Tujuan dan Kegunaan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas kelompok yang

diberikan oleh Dosen AIKA (pengantar Studi Al-Quran), Bapak Dosen Zulpiqor, M.Ag.

Sedangkan kegunaan makalah ini adalah sebagai bahan referensi belajar bagi para

mahasiswa khususnya, dan para pembaca pada umumnya.

2 | P a g e

Page 3: Asbabun Nuzul

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul, dalam pengertian literal bahasa verbal adalah sebab-sebab turunnya Al-

Qur’an. Secara historis, Al-Qur’an bukanlah wahyu yang turun dalam ruang hampa, tetapi ia

mempunyai latar belakang, argumentasi dan faktor-faktor tertentu yang menjadikan dia “turun”

ke bumi. Hal ini karena, Al-Qur’an “diturunkan” sebagai alat untuk menjawab problematika

kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, kehadirannya di alam material sangat terkait ruang

dan waktu tertentu yang menjadi faktor-faktor di balik turunnya Al-Qur’an.

Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan nuzul Secara

etimologis, asbabun nuzul ayat itu berarti sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu

atau dalam hal ini adalah sebab-sebab turun ayat. dalam pengertian sederhana turunnya suatu

ayat disebabkan oleh suatu peristiwa, sehingga tanpa adanya peristiwa itu, ayat tersebut itu tidak

turun.

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya :

1. Az Zarqani :

“Asbab An-Nuzul” adalah “khusus atau sesuatu yang terjadi, serta ada hubungannya

dengan turunnya Al Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.”

2. Ash Shabuni :

“Asbab An-Nuzul” adalah “peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau

beberapa ayat yang mulia yang berhubungan dengan kejadian tersebut baik berupa

pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan

agama.”

3. Subhi Shalih :

“Asbab An-Nuzul” adalah “Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau

beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau

menerangkan hukumnya; pada masa terjadinya peristiwa itu.”

3 | P a g e

Page 4: Asbabun Nuzul

4. Mana Al Qathan :

“Asbab An-Nuzul” adalah “Peristiwa yang menyebabkan turunnya Al Qur’an berkenaan

dengan waktu peristiwa itu terjadi baik berupa suatu kejadian atau pertanyaan yang

diajukan kepada Nabi.”

Kendatipun redaksinya pendefinisian diatas berbeda, namun hal itu menyimpulkan

bahwa, Asbab An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al

Qur’an itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti :

a) Ketegangan antara suku aus dan suku khazraj,

b) Kesalahan besar seperti, kasus seorang sahabat yang mengimani shalat dalam keadaan

mabuk, dan

c) pertanyaan – pertanyaan yang diajukan para sahabat kepada Nabi, baik berkaitan

dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi.

Persoalan apakah semua ayat Al Qur’an diturunkan berdasarkan Asbab An-Nuzul, ternyata

telah menjadi bahan kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa

tidak semua ayat Al Qur’an diturunkan dengan asbabun nuzul, sehingga diturunkan tanpa ada

yang melatar belakanginya (ibtida’) dan ada pula Al Qur’an yang diturunkan dengan

dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghairu ibtida’). Pendapat tersebut hampir merupakan

konsensus para ulama ada yang mengatakan bahwa kesejarahan Arabi para Al Qur’an pada masa

turunnya Al Qur’an adalah latar belakanng turunnya Al Qur’an secara makro sementara riwayat

– riwayat asbabun nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap

bahwa semua ayat Al Qur’an memiliki sebab - sebab yang melatar belakanginya.

B. Latar Belakang Turunnya Ayat

Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata: “Tidak mungkin kita mengetahui

penafsiran ayat Al-Qur’an tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan

yang kuat dalam memahami makna Al-Qur’an”. Sedangkan Ibnu taimiyah berkata: “mengetahui

sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat Al-Qur’an. Sebab pengetahuan tentang

“sebab” akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat)”.

Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua Al-Qur’an harus

mempunyai sebab turun, ayat - ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus

4 | P a g e

Page 5: Asbabun Nuzul

diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, Ahmad adil kamal

menjelaskan bahwa turunnya ayat - ayat Al-Qur’an melalui tiga cara:

1) Ayat - ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.

2) Ayat - ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.

3) Ayat - ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelompok :

Ayat – ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ), karena Asbabun

Nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru.

Ayat – ayatyang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut

kisah dalam Al-Qur’an ).

Kebanyakan ayat - ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa

semua ayat - ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah Al-

Qur’an tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya. 

Sedangkan peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat terkadang justru muncul dari

pribadi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sendiri sebagai penerima wahyu, seperti yang

melatari turunnya surat As-Sabâ’. Ketika itu, Ibnu Ummi Maktum bermaksud menemui Nabi

Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Sementara Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang

sibuk berbincang-bincang dengan pemuka Quraisy dan mengajak mereka untuk masuk Islam.

Di sela-sela kesibukan itu Ibnu Ummi Maktum menghaturkan diri seraya memohon “Ya

Rasulullah ajarilah aku apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu”. Dia pun tidak henti-

hentinya memohon meskipun saat itu Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang sibuk

menyambut kelompok Quraisy, sehingga Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam kurang begitu

memperhatikan kehadiran Ibnu Ummi Maktum karena kesibukannya itu. Kemudian turunlah

surat As-Sabâ’ sebagai teguran terhadap Beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Sejak saat itulah

jika Rasulullah melihat Ummi Maktum Beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata “Selamat

datang wahai orang yang membuat Allah menegurku”.

 Dan terkadang peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat itu berkenaan dengan

aktifitas sekelompok sahabat dan adakalanya juga muncul dari permasalahan orang - orang

munafik atau orang musyrik. 

Pertanyaannya adalah, “apakah sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat memberi batasan

tertentu pada makna umum ayat tersebut?”

5 | P a g e

Page 6: Asbabun Nuzul

Ulama Ushul Fikih menetapkan bahwa sebuah ungkapan itu diarahkan pada makna umum

yang terkandung sebuah lafal dan tidak dibatasi oleh faktor yang melatarbelakanginya.

Maksudnya ialah, faktor yang melatar belakangi turunnya ayat tidak sampai membelenggu dan

membatasi pada keumuman makna yang dikandungnya, akan tetapi hanya sekedar

mempengaruhi turunnya wahyu. Walaupun ada beberapa ayat yang menurut mayoritas ulama

tertentu pada sebabnya saja, seperti ayat ke-17 dari surat al-Lail yang tertentu kepada Abu Bakar

Shallallâhu ‘alaihi wasallam.

C. Pentingnya Ilmu Asbabun Nuzul

Allah menjadikan segala sesuatu melalui sebab-musabbab dan menurut  suatu ukuran. Tidak

seorang pun manusia lahir dan melihat cahaya kehidupan tanpa melalui sebab-musabbab dan

berbagai tahap perkembangan. Tidak sesautu pun terjadi di dalam wujud ini kecuali setelah

melewati pendahuluan dan perencanaan. Begitu juga perubahan pada cakrawala pemikiran

manusia terjadi setelah melalui persiapan dan pengarahan. Itulah sunnatullah (hukum Allah)

yang berlaku bagi semua ciptaan-Nya, “dan engkau tidak akan menemukan perubahan pada

sunnatullah” (al-Ahzab, 62).

Tidak ada bukti yang menyingkap kebenaran sunnatullah itu selain sejarah, demikian pula

penerapannya dalam kehidupan. Seorang sejarahwan yang berpandangan tajam dan cermat

mengambil kesimpulan, dia tidak akan sampai kepada fakta sejarah jika tidak mengetahui sebab-

musabab yang mendorong terjadinya peristiwa.

Tapi tidak hanya sejarah yang menarik kesimpulan dari rentetan peristiwa yang

mendahuluinya, tapi juga ilmu alam, ilmu sosial dan kesusastraan pun dalam pemahamannya

memerlukan sebab - musabab yang melahirkannya, disamping tentu saja pengetahuan tentang

prinsip - prinsip serta maksud tujuan.

Pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur'an guna mempertegas dan

mempermudah dalam memahami ayat - ayatnya.  Ilmu Asbabun Nuzul mempunyai pengaruh

yang penting dalam memahami ayat, karenanya kebanyakan ulama begitu memperhatikan ilmu

tentang Asbabun Nuzul bahkan ada yang menyusunnya secara khusus. Diantara tokoh

(penyusunnya) antara lain Ali Ibnu al-Madiny guru Imam al-Bukhari r.a. Kitab yang terkenal

dalam hal ini adalah kitab Asbabun Nuzul karangan al-Wahidy sebagaimana halnya judul yang

telah dikarang oleh Syaikhul Islam Ibnu Hajar. Sedangkan as-Sayuthy juga telah menyusun

6 | P a g e

Page 7: Asbabun Nuzul

sebuah kitab yang lengkap lagi pula sangat bernilai dengan judul Lubabun Nuqul Fi Asbabin

Nuzul.

Oleh karena pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur'an guna mempertegas dan

mempermudah dalam memahami ayat-ayatnya, dapatlah kami katakan bahwa diantara ayat Al-

Qur'an ada yang tidak mungkin dapat dipahami atau tidak mungkin diketahui ketentuannya atau

hukumnya tanpa ilmu Asbabun Nuzul.

Sebagian orang ada yang beranggapan, bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan

tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan

ceritera.  Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul tidaklah akan mempermudah bagi

orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan ayat - ayat Al-Qur'an. Anggapan tersebut

adalah salah dan tidaklah patut didengar karena tidak berdasarkan pendapat para ahli Al-Qur'an

yang dikenal dengan ahli tafsir.

Di sini akan diungkap secara sekilas pendapat sebagian ulama dan kemudian akan disertakan

beberapa faedah tentang ilmu Asbabun Nuzul.

Al-Wahidy berpendapat: “menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak dari sejarah dan penjelasan

turunnya tidaklah mungkin.”

Ibnu Daqiqil 'Ied berpendapat: “Keterangan tentang Asbabun Nuzul adalah merupakan

salahsatu jalan yang tepat dalam memahami Al-Qur'an.”

Ibnu Taimiyah berpendapat: “Ilmu Asbabun Nuzul akan membantu dalam memahami ayat,

karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat.”

Dengan demikian akan jelaslah pentingnya ilmu Asbabun Nuzul sebagai bagian dari ilmu Al-

Qur'an.

Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum.

2. Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu

ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.

3. Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr dalam suatu ayat yang zhahirnya

hashr.

4. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan

bila terdapat keragu-raguan.

5. Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun Nuzul.

7 | P a g e

Page 8: Asbabun Nuzul

Beberapa contoh tentang faedah ilmu Asbabun Nuzul.

Pertama:

Marwan ibnul Hakam sulit dalam memahami ayat:

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang

bergembira dengan apa yang mereka telah kerjakan dan mereka suka

supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan,

janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksaan”. (Ali

Imrân: 188).

Beliau memerintahkan kepada pembantunya: "Pergilah menemui Ibnu Abbas dan katakan

kepadanya, bila semua orang telah merasa puas dengan apa yang telah ada dan ingin dipuji

terhadap perbuatan yang belum terbukti hasilnya pasti ia akan disiksa dan kamipun akan terkena

siksa". Ibnu Abbas menjelaskan kepadanya (pembantu), bahwa ia (Marwan) merasa kesulitan

dalam memahami ayat tersebut dan kemudian Ibnu Abbas menjelaskannya: "Ayat tersebut turun

sehubungan dengan persoalan Ahli Kitab (Yahudi) tatkala ditanya oleh Nabi SAW, tentang

sesuatu persoalan dimana mereka tidak menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditanyakan,

mereka mengalihkan kepada persoalan yang lain serta menganggap bahwa persoalan yang

ditanyakan oleh Nabi kepadanya telah terjawab. Setelah itu mereka meminta pujian kepada Nabi,

maka turunlah ayat tersebut di atas. (HR. Bukhari Muslim).

Kedua:

Urwah Ibnu Jubair juga mengalami kesulitan dalam memahami makna firman Allah SWT:

Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.

Barangsiapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau berumrah, maka

8 | P a g e

Page 9: Asbabun Nuzul

tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. (Al-

Baqarah: 158).

Menurut zhahir ayat dinyatakan bahwa sa'i antara Shafa dan Marwah adalah tidak wajib,

bahkan sampai Urwah ibnu Zubair mengatakan kepada bibinya Aisyah r.a.: "Hai bibiku!

sesungguhnya Allah telah berfirman: "tidak mengapa baginya untuk melakukan sa'i antara

keduanya", karena itu saya berpendapat bahwa "tidak apa-apa bagi orang yang melakukan Haji

Umrah sekalipun tidak melakukan sa'i antara keduanya". Aisyah seraya menjawab: "Hai

keponakanku! kata-katamu itu tidak benar. Andaikata maksudnya sebagaimana yang kau katakan

niscaya Allah berfirman "tidak mengapa kalau tidak melakukan sa'i antara keduanya".

Setelah itu Aisyah menjelaskan: bahwasanya orang-orang Jahiliyah dahulu melakukan sa'i antara

Shafa dan Marwah sedang mereka dalam sa'inya mengunjungi dua patung yang

bernama Isaar yang berada di bukit Shafa dan Na'ilah yang berada di bukit Marwah. Tatkala

orang-orang masuk Islam diantara kalangan sahabat ada yang merasa berkeberatan untuk

melakukan sa'i antara keduanya karena khawatir campur-baur antara ibadah Islam dengan ibadah

Jahiliyah. Dari itu turunlah ayat sebagai bantahan terhadap keberatan mereka (yang mengatakan)

kalau-kalau tercela atau berdosa dan menyatakan wajib bagi mereka untuk melakukan sa'i karena

Allah semata bukan karena berhala. Itulah sebabnya Aisyah membantah pendapat Urwah

berdasarkan sebab turun ayat.

Ketiga:

Sebagian Imam mengalami kesulitan dalam memahami makna syarat  dalam firman

Allah SWT:

“Dan perempuan-perempuan yang terhenti dari haid diantara

perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang) iddahnya

maka iddah mereka adalah 3 bulan. (Ath- Thalaq: 4).

Golongan zhahiriah berpendapat bahwa Ayisah (wanita yang tidak lagi haid karena sudah

lanjut usia) mereka tidak perlu masa iddah bila keayisahannya tidak diragukan lagi.

Kesalahpahaman mereka nampak dengan berdasarkan Asbabun Nuzul, dimana ayat tersebut

9 | P a g e

Page 10: Asbabun Nuzul

adalah merupakan khitab (ketentuan) bagi orang yang tidak mengetahui bagaimana seharusnya

dalam masa iddah, serta mereka ragu apakah mereka perlu iddah atau tidak. Dari itu maka

makna "  " (bila anda bingung tentang bagaimana mereka dan tidak mengerti tentang

iddah mereka, maka inilah undang-undangnya). Ayat turun setelah ada sebagian shahabat yang

mengatakan bahwa diantara iddah kaum wanita tidak terdapat dalam Al-Qur'an; yaitu wanita

yang masih kecil dan wanita yang Ayisah. Setelah itu turunlah ayat yang menjelaskan ketentuan

tentang mereka. Wallâhu a'lam.

Keempat:

Diantara contoh tentang ilmu Asbabun Nuzul sebagai sanggahan terhadap dugaan hashr (batasan

tertentu) sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Syafi'i tentang firman Allah SWT:

Katakanlah! tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau

binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-An'âm: 145).

Dalam hal ini beliau mengungkapkan yang maksudnya: bahwa orang kafir ketika

mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah dan menghala1kan apa yang diharamkan Allah

serta mereka terlalu berlebihan, maka turunlah ayat sebagai bantahan terhadap mereka. Dengan

demikian seolah-olah Allah berfirman "Yang halal hanya yang kamu anggap haram dan yang

haram itu yang kamu anggap halal".

Dalam hal ini Allah tidak bermaksud menetapkan kebalikan dari ketentuan di atas melainkan

sekedar menjelaskan ketentuan yang haram samasekali tidak menyinggung-nyinggung yang

halal.

10 | P a g e

Page 11: Asbabun Nuzul

Imam Al-Haramain berkata "uslub ayat tersebut sangat indah”. Kalau saja Imam Syafi'i

tidak mengatakan pendapat yang demikian niscaya kami tidak dapat menarik kesimpulan

perbedaan imam Malik dalam hal hashr/batasan hal yang diharamkan sebagaimana disebutkan

dalam ayat di atas".

Penjelasan dari makna ayat.

Sekedar penjelasan dari uraian di atas saya berpendapat bahwa zhahir ayat menunjukkan

batasan yang haram, dimana yang haram adalah hanya yang tersebut dalam ayat di atas, padahal

persoalannya tidak demikian, karena di samping yang tersebut pada ayat di atas masih ada lagi

yang lain, hanya saja mengungkapannya yang berbentuk hash sedang maknanya tidak demikian,

yaitu sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mengharamkan sesuatu yang

sebenarnya dihalalkan Allah dan menghalalkan yang sebenamya diharamkan Allah.

Kelima:

Diantara faedah Asbabun Nuzul adalah untuk mengetahui nama orang yang menjadi kasus

turunnya ayat agar keraguan dan kekaburan menjadi hilang, sebagaimana Marwan menduga

bahwa firman Allah SWT:

Ialah diturunkan sehubungan dengan kasus Abdurrahman ibnu Abi Bakar. Aisyah membantah

bahwa anggapan tersebut adalah salah, ia menjelaskan kepada Marwan tentang sebab turunnya.

Adapun secara lengkap kisah tersebut sebagaimana diriwayatkan Bukhari sebagai berikut:

"Marwan adalah seorang amil (Gubernur) wilayah Madinah. Muawiyah menginginkan agar

Yazid menjadi khalifah setelah kemangkatannya. Ia menulis surat kepada Marwan tentang

persoalannya. Karenanya Marwan mengumpulkan rakyat dan berpidato di hadapan mereka.

Dalam pidatonya ia menyebutkan nama Yazid (memfigurkan). Dalil ia menyeru untuk

membaiatnya sambil berkata: "Sesungguhnya Amirul Mukminin telah diperlihatkan oleh Allah

tentang pendapat yang baik dalam diri Yazid. Bila Amirul Mu'minin mengangkatnya sebagai

khalifah, sungguh Abu Bakar dan Umar pun telah menjadi khalifah".

Abdurrahman menjawab: "Bukankah sistem yang demikian itu merupakan Herakliusisme?"

(Maksudnya itu adalah kediktatoran seorang raja sebagaimana tindakan raja-raja Romawi).

Marwan menjawab: “Itu sama dengan sunah Abu Bakar dan Umar”. Abdurrahman menjawab

lagi "Herakliusisme". Abu Bakar dan Umar tidak mengangkat keturunan atau familinya

11 | P a g e

Page 12: Asbabun Nuzul

sedangkan Muawiyah bertindak semata-mata untuk kehormatan anaknya seraya Marwan berkata

"Tangkaplah ia Abdurrahman". Abdurrahman masuk ke rumah Aisyah, karena itu pengejar-

pengejarnya tidak dapat menangkapnya. Setelah itu Marwan mengatakan "Dialah orang yang

menjadi kasus sehingga Allah menurunkan ayat:

Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya cis bagi kamu

keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku

akan dibangkitkan padahal sungguh telah berlalu beberapa umat

sebelumku? (Al-Ahgat ayat 17).

Dari balik tabir Aisyah menjawab "Allah tidak pernah menurunkan ayat Al-Qur'an tentang

kasus seseorang tertentu di antara kita kecuali ayat yang melepaskan aku dari tuduhan berbuat

jahat, andaikata aku mau menjelaskan orang yang menjadi kasus turunya ayat tesebut niscaya

akan kujelaskan”.

D. Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Riwayat Asbabun Nuzul

Terkadang terdapat banyak riwayat mengenai sebab nuzul suatu ayat. Dalam keadaan

demikian, sikap seorang mufasir kepadanya sebagai berikut: Apabila bentuk-bentuk redaksi

riwayat itu tidak tegas, seperti: Ayat ini turun mengenai urusan ini, atau Aku mengira ayat ini

turun mengenai urusan ini, maka dalam hal ini tidak ada kontradiksi di antara riwayat-

riwayat itu. Sebab maksud riwayat-riwayat tersebut adalah penafsiran dan penjelasan bahwa

hal itu termasuk ke dalam makna ayat dan disimpulkan darinya, bukan menyebutkan sebab

nuzul, kecuali bila ada karinah atau indikasi pada salah satu riwayat bahwa maksudnya

adalah penjelasan sebab nuzulnya. Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas,

misalnya Ayat ini turun mengenai urusan ini.

Sedang riwayat yang lain menyebutkan sebab nuzul dengan tegas yang berbeda dengan

riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab

nuzul secara tegas; dan riwayat yang lain dipandang termasuk di dalam hukum ayat.

Contohnya ialah riwayat tentang asbabun nuzul. Dari nafi disebutkan Pada suatu hari aku

12 | P a g e

Page 13: Asbabun Nuzul

membaca (istri-istri adalah ibarat tempat kamu bercocok tanam), maka kata Ibnu Umar:

“Tahukah engkau mengenai apa ayat ini diturunkan?”, Aku menjawab: “Tidak”, ia berkata

ayat ini turun mengenai persoalan mendatangi istri dari belakang. Bentuk redaksi riwayat

dari Ibnu Umar ini tidak dengan tegas menunjukkan sebab nuzul.

Di sisi lain sebagian para ulama menjelaskan bahwa ada yang beranggapan bahwa disiplin ini

tidak mempunyai kegunaan ia hanya berfungsi sebagai sejarah. Dalam hal ini ia salah, justru

disiplin ini mempunyai kegunaan. Sementara itu terdapat riwayat yang sangat tegas

menyebutkan sebab nuzul yang bertentangan dengan riwayat tersebut. Melalui Jabir

dikatakan orang-orang Yahudi berkata: “Apabila seorang laki-laki mendatangi istrinya dari

arah belakang maka anaknya nanti akan bermata juling”, maka turunlah ayat tersebut. Maka

Jabir inilah yang dijadikan pegangan, karena ucapannya merupakan pernyataan tegas tentang

asbabun nuzul. Sedangkan ucapan Ibnu Umar, tidaklah demikian. Karena itulah ia dipandang

sebagai kesimpulan atau penafsiran.

Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang

berasal dari Rasulullah Saw atau dari sahabat. Itu disebutkan pemberitahuan seorang sahabat

mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat, tetapi ia

mempunyai hukum marfu’ (disandarkan pada Rasulullah. Al-Wahidie mengatakan, “Tidak

halal berpendapat mengenai asbabun Nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat

atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-

sebabnya dan membahasnya tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam

mencarinya”. Al-Wahidie telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka

terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkan

mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan “Sekarang setiap orang suka mengada-

ngada dan berbuat dusta: ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa

memikirkan acaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat”.

13 | P a g e

Page 14: Asbabun Nuzul

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

1. Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi

Muhammad Saw dengan perantaraan Malikat Jibril As. disampaikan secara mutawatir

dan bernilai ibadah bagi yang membacanya baik di dalam shalat maupun di luar shalat.

Al-Qur’an yang memiliki cita-cita para Nabi, dan menguraikan masalah hukum-hukum

dan lain-lain ternyata ayat tersebut memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:

a.   Masalah asbabun nuzul ayat yaitu sebab-sebab ayat-ayat al-Qur’an diturunkan.

b.   Adapun asbabun nuzul mempunyai ruang lingkup pembahasan yang berkaitan

langsung dengan peristiwa diturunkannya ayat al-Qur’an terutama dalam hubungan

peristiwa dan ungkapan kata, baik teks ayat, maupun redaksi ayat.

2. Asbabun nuzul juga mengungkapkan ilmu tentang turunnya ayat - ayat  al-Qur’an dimana

para ulama berpedoman langsung kepada riwayat yang shahih yang berasal dari Nabi

Saw atau dari shabat sejak zaman tarikh Islam klasik yang berisikan kisah-kisah nuzulnya

ayat mengenai asbabun nuzulnya suatu ayat terkadang para ulama telah terjadi perbedaan

pendapat, misalnya:

a.   Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti “Ayat ini turun

mengenai urusan ini”, sedang riwayat lain menyebutkan sebab nuzul dengan tegas yang

berbeda dengan riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang

menyebutkan sebab nuzul secara tegas, dan riwayat yang lain dipandang termasuk di

dalam hukum ayat.

b.   Para perawi dan kita sekarang dapat membaca dan meneliti keabsahan berita tentang

turunnya ayat-ayat al-Qur’an itu, dan dengan demikian dapat memahami al-Qur’an

dengan baik. Itulah urgensinya mengetahui asbabun nuzul.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab

kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan datangnya dari kita. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun sangaqt kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

14 | P a g e

Page 15: Asbabun Nuzul

DAFTAR PUSTAKA

http://santrikuliah.blogspot.com

http://foswannu.blogspot.com/2011/12/latar-belakang-turunnya-ayat-al-quran.html

http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/ulumul-quran/allsub/72/beberapa-faedah-mengetahui-

asbabun-nuzul.html

Zulfiqor, M.Ag, H.Zulkifli, M.Pd, dan Yusrizal, S.Ag, M.E.Sy. Pengantar Studi Al-Quran dan

Al-Hadist. 2012. Tangerang : UMT PRESS.

15 | P a g e