MAKALAH Apendisitis

download MAKALAH Apendisitis

of 19

description

gvygv

Transcript of MAKALAH Apendisitis

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS Tugas Mata Kuliah Sistem DigestifDosen : Alik Septian S Kep ,Ns

Disusun Oleh

Kelompok 1 :1. Arni Aribawati(130801048)

2. Enggar Roselita(130801058)

3. Lailatul Qomariyah (130801068)

4. Novi Wulandari (130801078)

5. Risky Aditya

(130801088)Kelas : 2BSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANGPROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN2014

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Digestif dengan membahas Apendisitis dalam bentuk makalah. Dengan selesainya makalah ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ketua STIKES PEMKAB JOMBANG, drg.Budi Nugroho, MPPM

2. Ketua program studi S1 Keperawatan STIKES PEMKAB JOMBANG, Sestu Retno D.A.S.Kp,M.Kes

3. Dosen pembimbing mata kuliah sistem pernafasan, Alik Septian,S Kep ,NsPenulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih ada kekurangan maupun kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Jombang, 13 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi

2.2 Defenisi

2.3 Etiologi

2.4 Manifestasi Klinik

2.5 Patofisiologi

2.6 Penatalaksanaan

2.7 Komplikasi

2.8 WOC

BAB III ASUHAN KEPERAWATANBAB IV PENUTUP

3.1 Simpulan......................................................................................................................3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKABAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat. Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yang dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan yang lainnya.Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat polahidup, ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip disetiap negara.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Penjelasan selanjutnya akan di bahas pada bab pembahasan.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana tinjauan teoritis dari penyakit Apendisitis ?

2. Bagaimana tinjauan teoritis asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan Apendisitis?1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui tinjauan teoritis dari penyakit Apendisitis.

2. Mengetahui asuhan keperawatan secara teoritis yang dapat dilakukan pada klien dengan Apendisitis.

BAB IIPEMBAHASAN2.1.Anatomi dan Fisiologi AppendixAppendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Posisi apendiks terletak posteromedial caecum. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen dan posisinya bervariasi. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.

Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.

2.2 DefinisiApendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada di umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa terjadi pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.

Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

2.3.EtiologiAppendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.

1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :

a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.

c. Adanya benda asing seperti biji bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.

d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus

3. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

4. Tergantung pada bentuk appendiks.

5. Appendik yang terlalu panjang.

6. Appendiks yang pendek.

7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.

8. Kelainan katup di pangkal appendiks.

2.4.Manifestasi KlinikNyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.

Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.

Palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.

2.5.PatofisiologiApendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

Omentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

2.6.PenatalaksanaanPada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.

1. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan

2. Tindakan operatif : appendiktomi

3. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

2.7.Komplikasi1. Perforasi dengan pembentukan abses

2. Peritonitis generalisata

3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi2.8 WOC

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1. Pengkajian1. Data demografi

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi

c) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.

3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

a) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis.

b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg; hipertermi.

c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan.

e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar

f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan penyakit

g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.

h) Abdomen : terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen.

4. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.

c) Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

d) Pola aktifitas

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

e) Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

f) Pola Tidur dan Istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

g) Pola Persepsi dan konsep diri

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

h) Pola hubungan

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

i) Pola Reproduksi seksual

Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama beberapa waktu.

j) Pola penanggulangan stress

Sebelum MRS : klien kalau setres mengalihkan pada hal lain.

Sesudah MRS : klien kalau stress murung sendiri, menutup diri

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat waktu.

Sesudah MRS : klien biasanya tidak tepat waktu beribadah.

5. Pemeriksaan diagnostik

a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut

b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan

c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi

d) Pemeriksaan Laboratorium

Darah: Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 /ml

Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

3.2. Diagnosa KeperawatanANALISA DATA

NODATA PENUNJANGMASALAHETIOLOGI

1DS : pasien mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah tembus ke punggung

DO :

Wajah tampak menyeringai

P : nyeri karena adanya perangsangan

Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk

R : nyeri dibagian kanan bawah abdomen

S : skala nyeri 8

T : nyeri terjadi saat ditekanGangguan rasa nyaman (nyeri)Adanya perangsangan pada epigastrium

2DS : -

DO :

TTV : Suhu 380C; Nadi >80x/menit; TD >110/70 mmHg; RR >20x/menit

Terdapat luka insisi bedahResiko terjadi infeksiDiskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi bedah

3DS : Pasien mengatakan haus

DO :

Ada tanda-tanda dehidreasi :

Membrane mukosa kering

Turgor kulit menurun >2detik

Urin pekat (oliguri 120/80 mmHg

Nadi >80x/menit

RR : >20x/menit

Suhu : >37,50CKekurangan volume cairanPembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap proses penyembuhan

4DS : Pasien dan keluarga mgatakan tidak mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatannya

DO :

Bertanya mengenai informasi proses penyakit

Bertanya tentang perawatan pascaoperasi

Bertanya tentang pengobatanKurang pengetahuantidak mengenal informasi tentang kebutuhan pengobatan/ perawatan pasca pembedahan

Diagnosa keperawatan apendisitis :

Pre-op :

1. Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium

Post-op :

2. Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi bedah

3. Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap proses penyembuhan

4. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan pengobatan/ perawatan pasca pembedahan

3.3. Intervensi1. Dx kep. 1 : Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang

KH : Nyeri hilang, skala 0-3, pasien tampak rileks, mampu tidur/ istirahat selama 7-9 jam dalam sehariINTERVENSIRASIONAL

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri, menunjukkan terjadinya abses/peritonitis.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowlerMenghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang

Dorong ambulasi diniMerangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen

Berikan aktifitas hiburanMeningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping

Kolaborasi pemberian analgetikMenghilangkan dan mengurangi nyeri

2. Dx kep. 2 : Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi bedah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi

KH : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, drainase purulen, tidak ada eritema dan tidak ada demam. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering

INTERVENSIRASIONAL

Awasi TTV. Perhatikan demam menggigil, berkeringat, perubahan mental.Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses

Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka asepticMenurunkan risiko penyebaran bakteri

Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase lukaMemberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi

Berikan informasi yang tepat pada pasien/ keluarga pasienPengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas

Berikan antibiotik sesuai indikasiMungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya

3. Dx kep 3 : Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap proses penyembuhan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

KH : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi : membran mukosa lembab, turgor kulit baik (< 2 detik), TTV stabil (TD : 110/70-120/80 mmHg; RR : 16-20x/menit; N : 60-100x/menit; S : 36,5- 37,50 C), haluaran urin adekuat.

INTERVENSIRASIONAL

Observasi TTVTanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler

Observasi membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapilerIndikator keadekuatan intake cairan dan elektrolit

Awasi intake dan output, catat warna urine/konsentrasi, berat jenisPenurunan pengeluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/kebutuhan cairan meningkat

Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus dan, gerakan ususIndikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan per oral

Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransiMenurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan

BAB IVPENUTUP4.1. KesimpulanAppendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.4.2. SaranKepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan kebiasaan hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.DAFTAR PUSTAKAPrice, Sylvia Anderson. 2005. PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.

______, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1 Juni 2008.

______http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/______http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus-buntu/