Makalah Anfis Urinary

59
KLASIFIKASI GANGGUAN PADA SISTEM PERKEMIHAN Dari hasil diskusi kelompok 1, yang menggunakan berbagai macam referensi mengklasifikasi gangguan pada perkemihan sebagai berikut: I. INFEKSI Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. A. Infeksi Saluran Kemih a. Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari : 1. Pyelonefritis 2. Nefritis 3. Abses renal b. Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari : 1. Sistitis 2. Uretritis 3. Prostatitis B. Glomerulonetritis II. OBSTRUKSI SALURAN KEMIH Yang termasuk dalam obstruksi saluran kemih adalah penyakit Batu Ginjal yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. III. GAGAL GINJAL Gagal ginjal dibagi menjadi dua, yaitu : a. Gagal ginjal akut

Transcript of Makalah Anfis Urinary

Page 1: Makalah Anfis Urinary

KLASIFIKASI GANGGUAN PADA SISTEM PERKEMIHAN

Dari hasil diskusi kelompok 1, yang menggunakan berbagai macam referensi

mengklasifikasi gangguan pada perkemihan sebagai berikut:

I. INFEKSI

Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran

kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain

sering didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda.

A. Infeksi Saluran Kemih

a. Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari :

1. Pyelonefritis

2. Nefritis

3. Abses renal

b. Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari :

1. Sistitis

2. Uretritis

3. Prostatitis

B. Glomerulonetritis

II. OBSTRUKSI SALURAN KEMIH

Yang termasuk dalam obstruksi saluran kemih adalah penyakit Batu

Ginjal yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

III. GAGAL GINJAL

Gagal ginjal dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Gagal ginjal akut

b. Gagal ginjal kronik

IV. DISFUNGSI POLA PERKEMIHAN

Yang termasuk dalam disfungsi pola perkemihan, yaitu:

a. Retensi urine

b. Inkontinensia urine

c. Kandung kemih neurogenik

d. Striktur uretra

Page 2: Makalah Anfis Urinary

V. TUMOR ATAU KANKER

Tumor atau kanker dalam system perkemihan dibagi menjadi :

a. Tumor ginjal

b. Tumor pelvis renalis

c. Karsinoma prostat

d. Tumor penis

e. Tumor ureter

f. Karsinoma buli-buli

g. Tumor testis

VI. GANGGUAN VASKULAR GINJAL

Yang termasuk dalam gangguan vaskular ginjal, yaitu :

a. Stenosis arteri

b. Nefrosklerosis

Dalam makalah ini penulis menulis terkait dengan penyakit yang terkait dengan

Trigger 1 adalah :

A. Infeksi Saluran Kemih

B. Obstruksi saluran kemih

C. Disfungsi pola perkemihan

Page 3: Makalah Anfis Urinary

PEMBAHASAN

1. INFEKSI SALURAN KEMIH

A. Definisi

a. Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya

koloni kuman di saluran kemih (Agus Tessy, Ardaya,Suwanto, 200)

b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri

pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

c. Infeksi saluran kemih adalah keadaan klinis akibat adanya

mikroorganisme dalam urin dan berpotensi untuk invasi ke saluran kemih

bagian atas, menginvasi mukosa pelvis ginjal, meluas ke dalam jaringan

interstisial ginjal. Dalam keadaan normal, urin juga mengandung

mikroorganisme, umumnya sekitar 102 hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien

didiagnosis ISK bila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml (Coyle

dan Prince, 2005)

Anlisis: ISK adalah adanya infeksi oleh mikro-organisme dalam saluran kemih,

mikroorganisme dapat berupa bakteri (paling banyak), virus maupun jamur.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :

1. ISK uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita

dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK

ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya

mengenai mukosa superficial kandung kemih.

Page 4: Makalah Anfis Urinary

2. ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali

kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten

terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan

shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut:

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko

uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung

kencing menetap dan prostatitis.

b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

c. Gangguan daya tahan tubuh

d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp

yang memproduksi urease.

B. Epidemiologi

Angka rasio kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan laki-laki dan

perempuan 3:1 dan 5: 1 pada awal kehidupan. Data prevalensi RSCM jakarta

dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus UTI, dengan rata-rata 70

kasus baru per tahun. Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan

30% pada tahun pertama dan 50% dalam 5 tahun ke depan. Sedangkan laki-laki

angka kekambuhan sekitar 15-20% pada tahun pertama. UTI yang terjadi

nosokomial di RS dilaporkan sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini

terjadi akibat pemakaian kateter urin jangka panjang.

Analisis: ISK tidak pandang bulu, dapat menimpa semua umur, pria maupun wanita.

Angka kesakitan pada wanita lebih banyak dibanding pria. Proporsinya variatif, tidak

ada angka pasti yang menyatakan perbandingan antara wanita dan pria selain

disebutkan bahwa wanita lebih banyak menderita ISK daripada pria.

Hal ini dapat dipahami mengingat saluran kencing wanita bagian bawah dihuni

bakteri yang makin kurang jumlahnya ke arah kandung kemi

C. Patofisiologi

Etiologi :

Mik. Uretra masuk ke vesika urinaria

Drainase kurang baik pada kateterisasi

Invasi mikroorganisme

Page 5: Makalah Anfis Urinary

Pada umunya, mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui

tiga jalur, yaitu infeksi Ascending, descending dan limfatik (Coyle dan Prince, 2005;

Schaeffer, 1994):

a) Ascending

Mikroorganisme masuk lewat uretra. Cara inilah yang paling sering terjadi.

Biasanya terjadi pada aktivitas seksual, kebiasaan toilet yang buruk, dan kontrol

kemih yang buruk pada manula. Dekatnya uretra maupun lubang anal serta saluran

uretra yang pendek pada wanita meningkatkan terjadinya ISK. Pengosongan

kandung kemih yang tidak lancar atau tidak sempurnanya proses pembuangan urin

dapat menyebabkan bakteri yang ada di dalam saluran kemih tidak dapat terbuang

sempurna. Mekanisme pengeluaran kemih normal terbukti menghilangkan lebih dari

99% organisme. Bakteri yang tidak dapat dikeluarkan ini kemudian dapat

berkembang biak kembali dengan cepat.

b) Hematogenesis (descending)

Organisme masuk melalui sistem limfatik yang menghubungkan kandung

kemih dengan ginjal. Organisme dapat pula menyebar melalui perluasan langsung

dari flora usus ke dalam kandung kemih. Penggunaan kateter seringkali

menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam kandung kemih, hal ini biasanya

ISK BAWAH

Melalui ureter, darah, aliran getah bening

Menuju ke ginjal

ISK ATAS

Penggunaan analgesic kronik, penyakit ginjal,

penyakit metabolik

imun

Invasi mikroorganisme

Obstruksi aliran urine

tekanan dlm pelvis & ginjal

Atrofi parenkim ginjal

Masuk ke uretra

Penimbunan cairan

Page 6: Makalah Anfis Urinary

disebabkan kurang higienisnya alat ataupun tenaga kesehatan yang memasukkan

kateter. Orang lanjut usia yang sukar buang air kecil umumnya menggunakan

kateter untuk memudahkan pengeluaran urin, itulah sebabnya mengapa penderita

ISK cenderung meningkat pada rentang usia ini (Romac, 1992)

Analisis: Bagaimana mikro-organisme masuk ke saluran kencing sehingga dapat

menimbulkan infeksi ? Kadang penderita ISK merasa heran, mengapa bisa terjangkit

padahal dirinya bukan tipe jorok. mikro-organisme masuk ke saluran kencing melalui

beberapa cara, yakni:

Penyebaran langsung dari tempat infeksi terdekat.

Penyebaran mikro-organisme melalui aliran darah (hematogen)

Penyebaran mikro-organisme melalui saluran getah bening

Dari luar, misalnya karena pemakaian kateter, dan lain-lain.

D. Etiologi

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan UTI, antara lain:

a. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

b. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Prevalensi penyebab UTI pada usia lanjut, antara lain:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e. Adanya hambatan pada aliran urin

f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostate

Analisis: Kendati ISK disyaratkan adanya bakteri dalam urine dalam jumlah

bermakna, tidak menutup kemungkinan tanpa bakteri dalam urine. Hal ini dapat

terjadi pada keadaan sebagai berikut:

Tempat infeksi tidak dilalui urine sehingga bakteri tidak ditemukan dalam

urine

Adanya bendungan pada saluran yang terinfeksi

Pemberian antibiotika, sehingga bakteri dalam urine tersamarkan.

Page 7: Makalah Anfis Urinary

Kondisi lain yang patut diperhatikan dan beberapa istilah yang juga digunakan

dalam klinik antara lain:

Asymptomatik Significant Bacteriuria, yakni ISK dengan bakteri dalam urine

bermakna tanpa disertai gejala.

Bacterial cystitis, yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari: sakit waktu

kencing dan sering kencing.

Abacterial cystitis (urethra syndrome), yakni suatu kumpulan gejala yang

terdiri dari: sakit waktu kencing dan sering kencing tanpa disertai bakteri

dalam kandung kemih.

E. Faktor Resiko

a. Ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan isinya secara lengkap

b. Penurunan mekanisme pertahanan alamiah

c. Peralatan yang dipasang pada urinary tract

d. Pasien Diabetes Militus

e. Kehamilan

f. Lansia

g. Wanita lebih tinggi factor resikonya disbanding laki-laki

h. Abnormalitas struktural dan fungsional

i. Penyakit kronis

j. Obstruksi

F. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala.

Biasanya, keluhan yang sering dijumpai antara lain:

Nyeri saat kencing (disuria)

Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) *bhs jawa: anyang-anyangen*

Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah (suprapubik)

Tanda dan gejala UTI bagian bawah:

• Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

• Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

• Hematuria

• Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala UTI bagian atas:

• Demam

Page 8: Makalah Anfis Urinary

• Menggigil

• Nyeri panggul dan pinggung

• Nyeri ketika berkemih

• Malaise

• Pusing

• Mual dan muntah

Analisis: Tanda-tanda tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bagian saluran

kencing yang terinfeksi.

1. ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa panas

saat kencing, kencing sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak nyaman di atas

tulang kemaluan (suprapubik)

2. ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di

pinggang, mual, muntah, lemah, demam, menggigil, sakit kepala.

Catatan :

Biasanya kalau membaca tanda atau gejala penyakit, seseorang akan memiliki

kecenderungan untuk mencocok-cocokkan. Hal ini tidak salah, sebagai salah satu

langkah waspada. Di sisi lain tidak perlu terlalu risau jika mendapati ada salah satu

gejala yang kebetulan dialami. Tidak lantas berpikiran “jangan-jangan” menderita ini

dan itu. Adanya tanda yang ada bukan merupakan kepastian terhadap penyakit

yang diderita seseorang. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan yang lebih lanjut

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pengambilan sampel dan Pemeriksaan Laboratorium

Cara Pengambilan Sampel

Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.

Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic

puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin

yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah

bermulut lebar dan steril.1

Punksi Suprapubik

Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin

langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan

jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis

yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan

Page 9: Makalah Anfis Urinary

ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka

bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat

dipastikan merupakan penyebab ISK.1

Kateter

Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.

Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan

ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter

sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung

kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil

biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1

Urin Porsi Tengah

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik

pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan

pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup

besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat

mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina

dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong

kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam

keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah

tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum

pembersihan daerah vagina selesai.

2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan

potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke

belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa

yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan

kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.

Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan

potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat

sampah.

Page 10: Makalah Anfis Urinary

4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa

mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke

dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan

dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada

wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis

dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong

kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air

atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan

memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula

wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.

2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah

ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah

dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi

sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang

kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.

4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang

beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar

berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan

dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada

wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan

menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan

koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang

terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam

setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap

sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah

disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel

Page 11: Makalah Anfis Urinary

baru. Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC

selama tidak lebih dari 24 jam.

Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari

urin empat porsi yaitu :

1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,

2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan

kondisi buli-buli,

3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,

4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting

ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna,

berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap

dilakukan.

Pemeriksaan Dipstik

Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan

leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan

bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer

netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit

(yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri).

Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri

patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun

akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan

spesifisitas 70 – 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 %

dan negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih

baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin.

Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil

menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur.

Page 12: Makalah Anfis Urinary

Pemeriksaan Mikroskopik Urin

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan

bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang

pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan

dengan pemeriksaan kultur.

Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada

pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung,

perlu dilakukan pemeriksaan kultur.

Pemeriksaan Kultur Urin

Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur

urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang

tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh

merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah <

103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya

merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni

antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan

dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang

dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi

berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.

Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis

bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah

terkontaminasi.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:

a. Urinalisis

leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya

UTI. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit sediment air

kemih

Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit sediment air kemih.

Hematuria disebabkan oleh kerusakan glomerulus atau urolitiasis

b. Bakteriologis

Mikroskopik

Biakan bakteri

c. Kultur urine

Page 13: Makalah Anfis Urinary

Untuk mengidentifikasi adanya mikroorganisme spesifik

d. Hitung koloni

Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran

tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama

adanya infeksi.

e. Metode tes

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) dan nitrit (tes

Griess untuk pengurangan nitrat).

Tes esterase leukosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes

pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi

nitrat urin normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)

Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual, misal: klamidia

trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek.

Tes- tes tambahan

Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi

dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas

traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau

hiperplasie prostate.

Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur

urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya

infeksi yang resisten.

Page 14: Makalah Anfis Urinary

Diagram: Dianosa Medis pada ISK Atas

Page 15: Makalah Anfis Urinary

H. Penatalaksanaan Medis

Prinsip pengobatan adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika

dan koreksi terhadap kelainan organ.

Tujuan pengobatan:

Menghilangkan bakteri penyebab ISK

Menanggulangi keluhan (gejala)

Mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama ginjal)

Upaya di atas dilakukan dengan menggunakan obat yang sensitif, murah,

aman, dan efek samping minimal

Tatacara pengobatan:

Menggunakan pengobatan dosis tunggal

Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari

Menggunakan pengobatan jangka panjang, 4-6 minggu

Menggunakan pengobatan pencegahan (profilaksis) dosis rendah

Page 16: Makalah Anfis Urinary

Menggunakan pengobatan supresif, yakni pengobatan lanjutan jika

pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil, terutama pada

kasus ISK yang disertai dengan sumbatan (obstruksi) saluran kencing.

Penatalaksanaan UTI adalah sebagai berikut:

a. Agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus

urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina

b. Pemakaian antimikrobial menurunkan resiko kekambuhan infeksi

c. Penggunaan medikasi yang umum mencakup:

• Sulfisoxazole (gastrisin)

• Trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP, bactrim, septra)

• Ampicillin atau amoxicillin

• Pyridium, suatu analgesic urinarius digunakan untuk ketidaknyamanan

akibat infeksi

Untuk memilih antibiotik perlu dipertimbangkan tiga faktor utama, yaitu

(Juwono dan Prayitno, 2003)

1) Kuman penyebab. Hal ini tergantung dari gejala-gejala klinis yang dikenali

dan diperkuat oleh hasil pemeriksaan laboratorium. Seringkali pemilihan

Page 17: Makalah Anfis Urinary

antibiotic hanya didasarkan pada diagnosis klinis saja, namun dengan

pengalaman klinis dan pengetahuan tentang pemilihan obat yang tepat akan

memudahkan dokter untuk memilih jenis antibiotik yang sesuai untuk setiap

kasus infeksi.

2) Faktor infeksi. Fakto-faktor tersebut mencakup beratnya infeksi, status

kekebalan tubuh, riwayat penyakit, status alergi, faktor farmakokinetik, dan

bahkan adanya sifat genetik tertentu akan sangat mempengaruhi terapi yang

akan diberikan.

3) Faktor antibiotik. Mencakup spektrum kepekaan kuman, ada tidaknya

interaksi obat, dan efek samping yang berat, serta dosis maupun rute

pemberiannya.

Analisis: Keberhasilan penatalaksanaan ISK bergantung kepada pemeriksaan dini

para penderita, penilaian laboratorium, ketepatan pemilihan jenis antimikroba

(termasuk dosis dan lama pemberian), faktor kondisi penderita dan follow up selama

masa pengobatan.

I. Klasifikasi

Sebagian besar pustaka membedakan ISK menjadi ISK bagian bawah, meliputi

uretra hingga kandung kemih dan prostat, atau disebut sistitis, dan ISK bagian atas,

meliputi radang pada ginjal atau disebut pielonefritis (Schaeffer, 1994)

Guideline WHO sendiri menyebutkan bahwa ISK diklasifikasikan menjadi ISK

pada wanita tanpa komplikasi, ISK pada wanita terkomplikasi, ISK pada pria, ISK

pada anak-anak, prostatitis, dan pielonefritis akut (Pambudi, 2005)

Klasifikasi mempermudah identifikasi penderita dan merasionalkan

Pengobatan penderita ISK. Infeksi saluran kemih dibagi menjadi 3 golongan

(Schaeffer, 1994):

1) Infeksi pertama

Sekitar 80 % infeksi pertama disebabkan oleh Escherichia coli, sangat sensitif

terhadap banyak agen antimikroba. Infeksi ini mudah disembuhkan sehingga

bisa disembuhkan dengan terapi oral (Schaeffer, 1994).

2) Bakteriuria tidak sembuh

Keadaan ini menunjukkan kegagalan mensterilisasi urin walaupun diberi terapi

antibiotik. Penyebab tersering adalah adanya mikroorganisme yang pada

mulanya resisten atau yang menjadi resisten terhadap antibiotik. Penyebab lain

adalah kegagalan untuk mencapai kadar hambat minimal agen antimikroba yang

Page 18: Makalah Anfis Urinary

diberikan pada pasien yang biasa terjadi pada pasien gangguan ginjal dan pada

jumlah bakteri yang terlau banyak (Schaeffer, 1994).

3) Bakteriuria kambuh

Jenis klasifikasi ini dinyatakan bila bakteriuria telah dinyatakan sembuh tetapi

kembali terjadi infeksi setelah penghentian terapi antibiotik. Keadaan ini

disebabkan oleh dua hal. Pertama, menetapkan bakteri dalam saluran kemih

(misalnya dalam batu ginjal atau prostatitis bakteri) dapat menimbulkan infeksi

kambuh dengan spesies yang sama. Biasanya diperlukan pembedahan untuk

menghilangkan sumber bakteri untuk mengobati infeksi yang sering kambuh.

Kedua, reinfeksi yang disebabkan oleh pemasukan kembali bermacam-macam

bakteri dari lingkungan di luar saluran kemih. Kebanyakan infeksi kambuh pada

wanita adalah reinfeksi dan memerlukan profilaksis antimikroba (Schaeffer,1994).

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa penyakit ISK yang biasanya

dialami oleh masyarakat secara umum.

Infeksi saluran kemih bagian atas

1. Pielonefritis

Merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari

salah satu atau kedua ginjal. Pielonefritis terjadi pada 2% kehamilan

terutama pada trimester III.

Manifestasi Klinis dari pielonefritis akut :

demam

menggigil

nyeri pinggang

disuria

Manifestasi Klinis Pielonefritis Kronik :

keletihan

sakit kepala

nafsu makan rendah

poliuria

haus yang berlebihan

penurunan BB

tanpa infeksi

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada Pielonefritis Kronik) ialah:

Pemeriksaan IVP

Page 19: Makalah Anfis Urinary

Memperlihatkan pembengkakan tabuh (clubbing) pada kaliks,korteks

menipis,dan ginjal mengecil,bentuknya tidak teratur, tidak simetris.

Luas penyakit dikaji melalui urogram intravena, pengukuran BUN, kadar

kreatinin, dan klirens kreatinin.

Pemeriksaan yang dilakukan pada pielonefritis akut ialah:

a. Urogram intravena dan ultrasound

untuk mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan

obstruksi adalah penting untuk menghilangkan kehancuran pada ginjal

b. Kultur urin dan tes sensitivitas

untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens antimicrobial

yang tepat dapat diresepkan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pielonefritis akut:

a. Terapi antimikrobial

terapi parenteral diberikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril.

Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka

pengobatan pielonefritis akut lebih lama daripada sistitis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pielonefritis kronis:

a. Terapi antimikrobial

jika bakteri tidak hilang dari urin, kombinasi sulfametaxazole dan

trimethoprim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

2. Abses Renal

Merupakan infeksi lokal di korteks ginjal. Hal ini berkaitan dengan pielonefritis

atau UTI akibat enterobactiaceaeu atau berasal dari infeksi hematogen

Tanda dan gejala mencakup:

• demam

• malaise

• Nyeri tumpul di area ginjal

• Anoreksia

• kehilangan berat badan

• kelemahan

Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan adalah Lekositosis dan urin

steril. Pada abses renal tidak terdapat mikroorganisme dalam urin karena

infeksi tidak menyebar ke sistem duktus kolektikus.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan, yaitu :

Page 20: Makalah Anfis Urinary

a. Terapi antibiotik

b. Insisi dan drainase abses jika diperlukan

Infeksi Saluran Kemih bagian bawah

1. Sistitis

Merupakan inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh

menyebarnya infeksi dari uretra. Gangguan penyakit ini terutama dialami oleh

wanita (usia 40-50 tahun), namun juga dapat menyerang segala usia, ras.

Lebih dari 450.000 orang di AS diperkiraan telah terkena penyakit ini

Tanda dan gejala pada penyakit ini:

• Demam

• Gejala berkemih iritabel (sering berkemih, nokturia, rasa tertekan pada

area suprapubis)

• Hilangnya kapasitas kandung kemih

• Nyeri pada abdomen atau perineum atau menyebar ke pangkal paha.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Pemeriksaan melalui biopsi dan radiografik seperti urografi, sistografi,

sinar x terhadap pelvis dan skeletal, ultrasound, dan pemindaian CT

b. Sistoskopi dilakukan dan cairan dimasukkan ke dalam kandung kemih

dengan tekanan air sampai 80 cm selama 1 menit dibawah anestesi.

Kandung kemih berdistensi untuk meningkatkan kapasitasnya dan

cairan kemudian dialirkan ke luar, bagian terakhir cairan akan tercemar

oleh darah

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan, ialah:

a. Penggunaan antidepresan trisiklik yang melalui kerja antikolinergik

perifer dan sentral dapat menurunkan peka rangsang otot polos

kandung kemih.

b. Pemasukan berbagai cairan (nitrat perak, dimetil sulfoksida, klorpaktin)

ke dalam kandung kemih digunakan untuk mengatasi nyeri

c. Laser fotoradiasi: untuk menghancurkan ulkus

d. Pengangkatan kandung kemih

e. Pemberian heparin subkutan: penstabil sel mast, antagonis histamin,

bradikinin, E prostaglandin dan penghambat sistem komplemen dan

kerja agens inflamasi

f. Nalmefene (menghentikan pelepasan histamin oleh kandung kemih

melalui sel mast

Page 21: Makalah Anfis Urinary

2. Uretritis

Merupakan suatu inflamasi uretra. Uretritis adalah suatu infeksi yang

menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal.

Klasifikasi uretritis:

a. Uretritis gonoreal

• Disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui

kontak seksual

• Pada pria, inflamasi terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi

• Pada wanita, rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit

asimptomatik

• Pada pria, infeksi melibatkan jaringan disekitar uretra, menyebabkan

prostatitis, striktura uretra, epididimitis

b. Uretritis Nongonoreal

• merupakan uretritis yang disebabkan oleh klomida trakomatik atau

ureaplasma urelytikum

• Uretritis nongonoreal memerlukan penanganan antimikrobial

menggunakan tetrasiklin atau doksisiklin

• Pada pasien yang tidak berespons terhadap tetrasiklin, eritromisin

digunakan sebagai penggantinya.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terapi berdasarkan panduan The Center for Disease Control and

Prevention. Antibiotika yang direkomendasikan untuk N. gonnorrheae

– Cefixime 400 mg oral

– Ceftriaxone 250 mg IM

– Ciprofloxacine 500 mg oral

– Ofloxacin 400 mg oral

Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.

Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh karena itu perlu

ditambahkan antibiotika anti-chlamydial :

– Azithromycin, 1 gr oral (dosis tunggal)

– Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari

Page 22: Makalah Anfis Urinary

– Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari

– Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehati slama 7 hari

Seperti pada penyakit menular seksual lainnya, penatalaksanaan terhadap

pasangan seksual perlu diberikan.

a. Uretritis gonoreal

Seftriakson (siprofloksasin/oflaksasin dengan dioksisiklin)

b. Uretritis nongonoreal

Tetrasiklin/doksisiklin

3. Prostatitis

Merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh

bakteri maupun non bakteri.

Penyakit ini dibagi menjadi 4 kategori:

a. Prostatitis bakterial akut (kategori I)

Demam

Menggigil

Rasa sakit di daerah perineal

Mengeluh adanya gangguan miksi

Pemeriksaan fisik:

prostat teraba membengkak

Hangat

nyeri

b. Prostatitis bakterial kronis (kategori II)

• Disuria

• Urgensi

• Frekuensi

• Nyeri perineal

• Nyeri pada saat ejakulasi atau hematospermi

c. Prostatitis non bakterial (kategori III)

• III A: tidak tampak adanya kelainan pemeriksaan fisik, hanya saja

pada EPS terlihat banyak leukosit

• III B: nyeri pada pelvis yang tidak berhubungan dengan keluhan

miksi sering terjadi pada usia 20-45 tahun

d. Prostatitis inflamasi asimptomatik (kategori IV)

Page 23: Makalah Anfis Urinary

Secara klinis tidak menunjukkan adanya keluhan maupun tanda dari

suatu prostatitis. Adanya proses inflamasi pada prostat diketahui dari

spesimen yang didapatkan dari cairan semen pada saat analisis

semen dan jaringan prostat yang didapatkan pada biopsi maupun

yang didapat pada saat operasi prostat.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan:

a. Kategori I

antibiotika gol.fluroquinolone, trimetoprim- sulfametoksazol dan

gol.aminoglikosida

b. Kategori II

antimikroba gol.trimetoprim-sulfametoksazol, deksisiklin, minosiklin,

karbenisilin, fluroquinolone

c. Kategori III

antibiotika: minosiklin, doksisiklin, eritromisin

d. Kategori IV

antibiotika

2. OBSTRUKSI SALURAN KEMIH

Urolitiasis

A. Definisi

Merupakan penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran kemih. Batu

dibentuk dalam pelviks ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, bergerak

turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih dan kemudian keluar

bersama kemih. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan

menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang asimptomatik.

B. Epidemiologi

Penelitian Tarihoran YM pada tahun 2001-2002 di RSUP. H. Adam Malik

Medan terdapat 105 pasien urolitiasis dengan kelompok umur terbanyak 30-

50 tahun yaitu sebesar 46,6% dan jenis kelamin pria lebih banyak daripada

wanita dengan proporsi 64,8%.

C. Patofisiologi

Diet Geografis Iklim dan temperatur

Infeksi Bakteri

Page 24: Makalah Anfis Urinary

Enzim Urease

Amonia dan Karbonat

pH urine dan CO2

Fosfat ammonium magnesium

(Batu Struvit)

Purin, ksalat, kalsium

Kandungan air, Ca, dan

kapur

Intake cairan <<

Subtansi pembentuk

batu

Gagal mencukupi kebutuhan air

tubuh

Vol. urine pekat+rendah

TersaturasiLarutan

pembentuk batu

Batu Saluran Kemih

Obstruksi partial Obstruksi total

Obstruksi Partial

Tekanan hidrostatik

Batu berpindah

Radang/Iritasi Hematuria

Retensi Urine

Statis urin

Resiko Infeksi

Demam

Infeksi

Nyeri

Obstruksi Total

Anuria

Aliran Balik urine

Hidronefrosis

PeningkatanTekanan

Ginjal

Iskemia arteri

Obstruksi kedua

Gagal ginjal

Mendesak lambung

Reflek renointestinal

Mual dan muntah

Page 25: Makalah Anfis Urinary

Beberapa teori terbentuknya urolitiasis, yaitu :

1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi

Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang

terlarut bila dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul zat

organik seperti urea, asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan

mempengaruhi kelarutan zat-zat lain. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif

tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat, fosfat) makin meningkat, maka

akan terbentuk kristalisasi zat tersebut. Bila air kemih menjadi asam (pH

turun) maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal. Sebaliknya

bila air kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium

fosfat akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada

saluran kemih terjadi bila keadaan urin kurang dari atau melebihi batas pH

normal sesuai dengan jenis zat pembentuk batu dalam saluran kemih.

Batasan pH urin normal antara 4,5-8.

2. Teori Nukleasi adanya nidus

Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang

kemudian terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah

ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel, bahkan juga

bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari neoplasma atau infeksi

dan benda asing.

3. Teori Tidak Adanya Inhibitor

Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi

oleh adanya inhibitor kristalisasi. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam

saluran kemih ditentukan oleh adanya keseimbangan antara zat-zat

pembentuk batu dan penghambat (inhibitor). Pada penderita batu saluran

kemih, tidak didapatkan zat yang bersifat sebagai inhibitor dalam

pembentukan batu. Magnesium, sitrat dan pirofosfat telah diketahui dapat

menghambat pembentukan nukleasi (inti batu) spontan kristal kalsium. Zat

lain yang mempunyai peranan inhibitor, antara lain: asam ribonukleat,

asam amino terutama alanin, sulfat, fluorida, dan seng.

4. Teori Epitaksi

Page 26: Makalah Anfis Urinary

Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan

kristal lain. Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan

masukan kalsium dan oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium

oksalat. Kristal ini kemudian akan menempel di permukaan kristal asam

urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak jarang ditemukan

batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh

kalsium oksalat di bagian luarnya.

5. Teori Kombinasi

Teori Kombinasi adalah gabungan dari berbagai teori disebut dengan

teori kombinasi.

Terbentuknya batu sal.kemih dalam teori kombinasi adalah :

a. fungsi ginjal harus cukup baik untuk mengekskresi zat yang dapat

membentuk kristal secara berlebihan.

b. ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk

kristalisasi.

Dari kedua hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal harus

mampu melakukan ekskresi suatu zat secara berlebihan dengan pH urin

yang sesuai sehingga terjadi presipitasi zat-zat tersebut.

c. urin harus tidak mengandung sebagian atau seluruh inhibitor

kristalisasi.

d. kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam urin,

untuk dapat saling beragregasi membentuk nukleus, selanjutnya

akan mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi kemudian,

memegang peranan penting dalam pembentukan batu saluran

kemih, sehingga nukleus yang telah terbentuk dapat tumbuh.

Sedangkan klasifikasi batu saluran kemih yaitu:

1) Batu Kalsium

• Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan,

yaitu 70-80% dari jumlah pasien urolitiasis.

• Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki- laki

dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia

20-50 tahun.

• Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau

campuran dari keduanya.

Page 27: Makalah Anfis Urinary

• Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan

oleh ginjal melalui urin.

• Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain:

a) Peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan

kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal

b) peningkatan penyerapan kalsium tulang

2) Batu Infeksi/Struvit

Batu struvit disebut batu infeksi, karena terbentuknya batu ini

disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.

Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan bahan kimia dalam urin.

Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat

menetralisir asam dalam urin sehingga bakteri berkembang biak

lebih cepat dan mengubah urin menjadi bersuasana basa.

Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium,

ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium

ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Terdapat pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien urolitiasis. Lebih

banyak pada wanita, dengan rasio laki-laki dibanding wanita yaitu

1:5.

Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar dengan bentuk

seperti tanduk (staghorn)

3) Batu Asam Urat

• Ditemukan 5-10% pada penderita urolitiasis.

• Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 3:1.

• Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu

kumpulan penyakit yang berhubungan dengan meningginya atau

menumpuknya asam urat.

• Pada penyakit jenis batu ini gejala dapat timbul dini karena

endapan/kristal asam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan

berupa nyeri hebat (colic), karena endapan tersebut menyumbat

saluran kencing.

• Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali

keluar spontan.

• Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.

Page 28: Makalah Anfis Urinary

4) Batu Sistin

• Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien urolitiasis.

• Penyakit batu jenis ini adalah suatu penyakit yang diturunkan.

• Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau.

• Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 1:1.

• Batu lain yang juga jarang yaitu Batu Silica dan Batu Xanthine

Analisis: Dari jenis batu yang menyebabkan seseorang menderita obstruksi saluran

kemih, batu yang paling berpengaruh adalah batu kalsium. Hal ini lebih beresiko

terhadap orang yang inaktif, karena penumpukan kalsium yang terdapat dalam

tubuh. Selain itu pertumbuhan tulang yang tidak efektif serta penggunaan kalsium

yang tidak optimal dan kalsium merupakan salah satu zat yang tidak dapat disimpan

dalam tubuh. Oleh karena itu, pengeluaran kalsium lebih banyak melewati system

urinarius.

D. Faktor Resiko

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya urolitiasis, yaitu:

1. Usia

Lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun

2. Jenis kelamin

Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan

perempuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran

kemih antara laki-laki dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang

mencegah terjadinya agregasi garam kalsium.

3. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan

petani akan mengurangi terjadinya batu sal. kemih bila dibandingkan

dengan pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.

4. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi

terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar

semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah

pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar

mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya

batu sal. kemih

5. Makanan

Page 29: Makalah Anfis Urinary

Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan

meningkatkan pembentukan batu sal. kemih. Diet banyak purin (kerang-

kerangan, anggur), oksalat (teh, kopi, cokelat, minuman soda, bayam),

kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin dan jeroan) mempermudah

terjadinya penyakit ini. Makan-makanan yang banyak mengandung serat

dan protein nabati mengurangi risiko batu sal. kemih dan makanan yang

mengandung lemak dan protein hewani akan meningkatkan risiko batu

sal. kemih.

6. Riwayat Keluarga/keturunan

Riwayat anggota keluarga yang pernah menderita batu sal. kemih akan

memberikan resiko lebih besar timbulnya penyakit ini. 30-40% penderita

kalsium oksalat mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita batu

sal. kemih

7. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan

akan menjadi inti pembentukan batu sal.kemih. Infeksi oleh bakteri yang

memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin

menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga

akan mempercepat pembentukan batu

8. Iklim dan temperatur/suhu

Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar

ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan

produksi vitamin D (memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat),

sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat. Tempat yang

bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat, mengurangi

produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala urolitiasis, antara lain:

1. Nyeri

tergantung dari letak batu

2. Demam

Demam ialah tanda adanya kuman yang beredar di dalam darah. selain

demam adalah jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan

Page 30: Makalah Anfis Urinary

pelebaran pembuluh darah di kulit. Demam akibat obstruksi saluran kemih

memerlukan dekompresi secepatnya

3. Hematuria dan Kristaluria

Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Kristaluria

adalah urin yang disertai dengan pasir atau batu.

4. Nausea dan Vomiting

Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan

muntah.

5. Pembengkakkan daerah punggung bawah

Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai rasa sakit

punggung bagian bawah.

6. Infeksi

Ditandai gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta muntah

dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi)

berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella

sp

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Fisik

a) Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.

b) Nyeri tekan pada pinggang.

c) Batu uretra anterior bisa di raba.

d) Pada keadaan akut paling sering ditemukan kelembutan di daerah

pinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat

obstruksi yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.

Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi

petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu

asam urat, sedangkan peningkatan pH (≥7) menyokong adanya

organisme pemecah urea seperti Proteus sp, Klebsiella sp,

Pseudomonas sp dan batu struvit.

b) Urine kultur: mikroorganisme

Untuk mengidentifikasi faktor pencetus terbentuknya urolitiasis

Pemeriksaan Radiologis

a) Foto polos abdomen

Page 31: Makalah Anfis Urinary

Menentukan besar, macam dan lokasi batu radiopaque. Batu jenis

kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque sedangkan batu

asam urat bersifat radiolusen

b) Intravenous Pyelogram (IVP)

IVP dapat menentukan letak batu, terutama batu yang radiolusen dan

untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu

semi opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat oleh

foto polos abdomen.

c) CT Scan (Computerized Tomography)

CT Scan adalah tipe diagnosis sinar X yang dapat membedakan batu

dari tulang atau bahan radiopaque lain.

d) Retrograte Pielografi (RPG)

Dilakukan bila pada kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras,

dan IVP tidak mungkin dilakukan.

e) USG

Cara terbaik untuk mendeteksi urolitiasis ialah dengan kombinasi USG

dan foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di

ginjal maupun di dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda

obstruksi urin.

f) Radioisotop

Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya

sumbatan pada gagal ginjal.

G. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi Konservatif

• menunggu sampai batu dapat keluar dengan sendiri.

• Pasien diberikan air minum minimal 2-3 liter per hari.

• diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada

penyebab batu

2) Pemberian obat-obatan

Bertujuan mengurangi rasa sakit, mengusahakan agar batu keluar

spontan, disolusi batu dan mencegah kambuhnya batu.

Beberapa jenis obat yang diberikan antara lain : spasmolitika yang

dicampur dengan analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk

Page 32: Makalah Anfis Urinary

meningkatkan pH urin, selulosa fosfat untuk menghambat absorbsi usus,

antibiotika untuk mencegah infeksi, tiazid untuk diuresis

3) Penatalaksanaan Tanpa Operasi

a) Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang

dari 5mm, karena batu dapat keluar spontan. Terapi bertujuan untuk

mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian

diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar

dari saluran kemih

b) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

ESWL adalah alat yang dapat memecah batu ginjal, batu ureter

proksimal atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif

dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. batu yang keluar

menimbulkan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. Persyaratan

dilakukan ESWL :

• Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm.

• Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.

• Fungsi ginjal masih baik.

• Tidak ada sumbatan distal dari batu.

c) Endourologi

Endourologi adalah tindakan invasif untuk memecah batu, dan

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan

langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra

atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu

dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik,

energi gelombang suara atau energi laser. Proses ini dilakukan

dibawah anestesi lokal

4) Tindakan Operasi

a. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu sal.kemih.

Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

b. Bedah Terbuka

Pembedahan terbuka itu antara lain:

Page 33: Makalah Anfis Urinary

pielolitomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran

ginjal

ureterolitotomi untuk batu di ureter.

nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak

berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah

sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu sal.kemih

yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.

3. DISFUNGSI POLA PERKEMIHAN

Retensi Urin

A. Definisi

Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun

terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner &

Suddarth).

Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi

secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995)

B. Epidemiologi

Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat kehamilan

berlangsung merupakan predisposisi terjadinya retensi urine satu jam

pertama sampai beberapa hari post partum. Insiden terjadinya retensi urine

post partum berkisar 1,7% sapai 17,9%.

C. Patofisiologi

Proses berkemih melibatkan 2 proses yaitu pengisian dan penyimpanan

urine dan pengosongan kandung kemih. Aktivitas otot-otot kandung kemih

Kegagalan dalam fase

Pengisian Urine Faktor buli-buli Faktor uretra

Pengeluaran Urine Faktor buli-buli Faktor uretra

Inkontinensia Urine Retensi

Page 34: Makalah Anfis Urinary

dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf

otonom dan somatik.

¤ Fase pengisian:

• Pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi

bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih.

• Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis

dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan

peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal

uretra.

• Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang

simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini

dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai

neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik.

• Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf

sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan

informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak

menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal.

¤ Fase pengosongan pada kandung kemih, hambatan pada aliran

parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.

Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi

pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus

pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter

eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang

minimal.

D. Faktor Resiko

Faktor resiko retensi urine meliputi:

Adanya gangguan otot detrusor atau ganglion parasimpatis pada dinding

kandung kemih

Adanya trauma traktus genitalia

Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2-

S4 setinggi T12-L1. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis, misal:

kelainan medulla spinalis

Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur,

batu kecil, tumor pada leher vesika

Page 35: Makalah Anfis Urinary

Dapat disebabkan oleh kecemasan, kelainan patologi urethra (infeksi,

tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala retensi urine, meliputi:

• Diawali dengan urine mengalir lambat.

• pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas

• terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan

kandung kemih tidak efisien.

• Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.

• Terasa ada tekanan pada saat berkemih, kadang terasa nyeri dan merasa

ingin BAK.

• Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada retensi urine adalah:

• Pemeriksaan specimen urine.

• Pengambilan: steril, random, midstream.

• Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.

• Sistoskopi, IVP.

• uroflowmetry : untuk mengetahui fungsi berkemih

• voiding cystourethrography: untuk mengetahui tekanan saat berkemih

G. Penatalaksanaan

Kateterisasi,

Kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk

menjaga kandung kemih tetap kosong dan kandung kemih menemukan

kembali tonus normal dan sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat

berkemih secara spontan dalam waktu 4 jam. Setelah berkemih secara

spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa

residu urine minimal. Bila kandung kemih mengandung lebih dari 100 ml

urine, drainase kandung kemih dilanjutkan lagi.

Analisis: Wanita dengan inkontinensia dan gejala gangguan kandung kemih yang

lain meningkatkan resiko terjadinya kesulitan berkemih dan dan retensi. Akibat dari

Page 36: Makalah Anfis Urinary

retensi adalah timbulnya infeksi traktus urinarius yang rekuren dengan kemungkinan

gangguan pada traktus urinarius bagian atas. Pendeteksian terhadap kondisi

tersebut merupakan hal yang penting dalam penanganan farmakologi dan

pembedahan pada wanita dengan inkontinensia urine yang cenderung menjadi

eksaserbasi kesulitan berkemih dan retensi kronik. clinical

Inkontinensia Urin

A. Definisi

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan

frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan

dan atau sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya

beberapa tetes urin saja.

B. Faktor resiko

• Usia: 50 tahun ke atas

• Menurunnya hormon estrogen

• Perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain:

melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan

mengejan yang salah, atau batuk kronis.

• Infeksi: Gangguan saluran kemih bagian bawah

• gangguan metabolik: seperti diabetes melitus

• Kafein dan alcohol: bersifat diuretika

• Obesitas

C. Patofisiologi

Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:

Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor

bila batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling

daerah saluran kencing.

Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi

kandung kemih.

Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung

kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas

berlebihan.

D. PENATALAKSANAAN

Page 37: Makalah Anfis Urinary

Manifestasi dan penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi

Ada beberapa pembagian inkontinensia urin:

a) Stress urinary incontinence

Terjadi apabila urin tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di

dalam perut. Hal ini, tekanan di dalam kandung kencing menjadi lebih

besar daripada tekanan pada urethra.

Gejala: kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau

hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut.

Pengobatan dapat dilakukan secara tanpa operasi(misalnya dengan

Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan

operasi.

b) Urge incontinence

Timbul pada keadaan otot detrusor yang tidak stabil, di mana otot ini

bereaksi secara berlebihan.

Gejalanya antara lain perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing

berulang kali, kencing malam hari, dan inkontinensia.

Pengobatannya dilakukan dengan pemberian obat-obatan dan beberapa

latihan.

c) Total incontinence

Di mana kencing mengalir ke luar sepanjang waktu pada segala posisi

tubuh, disebabkan oleh adanya fistula (saluran abnormal yang

menghubungkan suatu organ dalam tubuh ke organ lain atau ke luar

tubuh), misal: fistula vesikovaginalis (terbentuk saluran antara kandung

kencing dengan vagina), fistula urethrovaginalis (saluran antara urethra

dengan vagina). Bila ini dijumpai,dapat ditangani dengan tindakan

operasi.

d) Overflow incontinence

Adalah urin yang mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak

di dalam kandung kencing akibat otot detrusor yang lemah. Biasanya

dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada

sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat.

Gejala: rasa tidak puas setelah kencing (merasa urin masih tersisa di

dalam kandung kencing), urin yang keluar sedikit dan pancarannya

lemah.

Penanganan Konservatif

Page 38: Makalah Anfis Urinary

Pada umumnya terapi inkontinensia urine adalah dengan cara operasi. Akan

tetapi pada kasus ringan ataupun sedang, bisa dicoba dengan terapi konservatif.

Latihan otot dasar panggul adalah terapi non operatif yang paling populer, selain

itu juga dipakai obat-obatan, stimulasi dan pemakaian alat mekanis.

1. Latihan Otot Dasar Pinggul (‘Pelvic Floor Exercises)

Kontinensia dipengaruhi oleh aktifitas otot lurik urethra dan dasar pelvis.

Fisioterapi meningkatkan efektifitas otot ini. Otot dasar panggul membantu

penutupan urethra pada keadaan yang membutuhkan ketahanan urethra

misalnya pada waktu batuk. Juga dapat mengangkat sambungan

urethrovesikal kedalam daerah yang ditransmisi tekanan abdomen dan

berkontraksi secara reflek dengan peningkatan tekanan intraabdominal,

perubahan posisi dan pengisian kandug kemih.

Pada inkompeten sfingter uretra, terdapat hilangnya transmisi tekanan

abdominal pada uretra proksimal. Fisio terapi membantu meningkatkan tonus

dan kekuatan otot lurik uretra dan periuretra.

Pada kandung kemih neurogrik, latihan kandung kemih (bladder training)

telah menunjukan hasil yang efektif. Latihan kandung kemih adalah upaya

melatih kandung kemih dengan cara konservatif, sehingga secara fungsional

kandung kemih tersebut kembali normal dari keadaannya yang abnormal.

Langkah-langkah LKK (Latihan kandung kecing) :

- Tentukan tipe kandung kemih neurogenik

- Tiap waktu miksi dimulai dengan stimulasi :

Tipe UMN : Menepuk paha dalam, menarik rambut daerah pubis,

masukkan jari pada rektum.

Tipe LMN : Metode Crade atau manuver valsava.

- Kateterisasi : kateter menetap atau berkala.

2. Obat-obatan

a. Alfa Adrenergik Agonis

Otot leher vesika dan uretha proksimal megandung alfa adrenoseptor yang

menghasilkan kontraksi otot polos dan peningkatan tekanan penutupan

urethra obat aktif agonis alfa-reseptor bisa menghasilkan tipe stmulasi ini

dengan efek samping relatif ringan..

b. Efedrin

Page 39: Makalah Anfis Urinary

Efek langsung merangsang alfa sebaik beta-adrenoseptor dan juga

melepaskan noradrenalin dari saraf terminal obat ini juga dilaporkan efektif

pada inkotinensia stres.Efek samping menigkatkan tekanan darah,

kecemasan dan insomnia oleh karena stimulasi SSP

c. Phenylpropanololamine

PPA (Phenylpropanololamine) efek stimulasi perifer sebanding dengan

efedrin, akan tetapi dengan efek CNS yang terkecil. PPA adalah komponen

utama obat influensa dalam kombinasi dengan antihistamin dan

anthikholinergik. Dosis 50 mg dua kali sehari. Efek samping minimal.

Didapatkan 59 % penderita inkontinensia stres mengalami perbaikan.

d. Estrogen

Penggunaannya masih kontroversi. Beberapa penelitian menunjukkan efek

meningkatkan transmisi tekanan intra abdominal pada uretra dengan

estrogen dosis tinggi oral dan intravaginal. Estrogen biasanya diberikan

setelah tindakan bedah pada inkontinensia dengan tujuan untuk

memperbaiki vaskularisasi dan penyembuhan jaringan urogential,

walaupun belum ada data yang akurat.

Analisis: Hal yang penting dalam menilai wanita dengan inkontinensia urine

adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Pemeriksaan

awal tidak selalu diagnostik, tetapi informasi yang didapat akan menuntun klinisi

dalm memilih test diagnostik yang diperlukan. Pada umumnya keluhan penderita

yaitu:

- Kencing keluar pada waktu batuk, tertawa, bersin dan latihan.

- Keluarnya kencing tidak dapat ditahan.

- Kencing keluar menetes pada keadaan kandung kencing penuh.

Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi pemeriksaan abdomen, vaginal,

pelvis, rektal dan penilaian neurologis. Pada pemeriksaan abdomen bisa

didapatkan distensi kandung kemih, yang menunjukkan suatu inkontinensia

luapan, dan dikonfirmasi dengan kateterisasi. Inspekulo bisa tampak prolaps

genital, sistokel dan rektokel. Adanya urine dalam vagina terutama pasca

histerektomi mungkin mengetahui adanya massa pelvis.16

Test sederhana dapat dikerjakan setelah pemeriksaan fisik untuk membantu

dalam menentukan tindakan selanjutnya. Test Q-tip (‘the cotton swab test’)16,

merupakan test sederhana untuk menunjukan adanya inkontinensia stres sejati.

Page 40: Makalah Anfis Urinary

Penderita disuruh mengosongkan kandung kemihnya, urine ditampung. Kemudian

spesimen urine diambil dengan kateterisasi. Jumlah urine dari kencing dan kateter

merupakan volume kandung kemih. Volume residual menguatkan diagnosis

inkontinensia luapan. Spesimen urine dikirim ke laboratorium.

Test diagnostik lanjut yaitu sistourethroskopi dan diagnostik imaging.

Sistourethroskopi dikerjakan dengan anestesi umum maupun tanpa anestesi,

dapat dilihat keadaan patologi seperti fistula, ureter ektopik maupun divertikulum.

Test urodinamik meliputi uroflowmetri dan sistometri. Sistometri merupakan test

yang paling penting, karena dapat menunjukan keadaan kandung kemih yang

hiperaktif, normal maupun hipoaktif. Diagnostik imaging meliputi USG, CT scan

dan IVP yang digunakan untuk mengidentifikasi kelainan patologi (seperti

fistel/tumor) dan kelainan anatomi (ureter ektopik).

Test tambahan yang diperlukan untuk evaluasi diagnostik yaitu ‘Pessary Pad

Test’. Penderita minum 500 ml air selama 15 menit untuk mengisi kandung kemih.

Setelah ½ jam, penderita melakukan latihan selama 45 menit dengan cara :

berdiri dari duduk (10 kali), batuk (10 kali), joging di tempat (11 kali), mengambil

benda dari lantai (5 kali), dan mencuci tangan dari air mengalir selama 1 menit.

Test positif bila berat Pad sama atau lebih besar dari 1g. Test ini dapat

menunjukan adanya inkontinesia stres hanya bila tidak didapatkan kandung kemih

yang tidak stabil.23

3. Stimulasi Elektrik

Metode ini paling sedikit diterima dalam terapi walaupun sudah rutin digunakan

selama 2 dekade. Prinsip stimulasi elektrik adalah menghasilkan kontraksi otot

lurik uretra dan parauretra dengan memakai implant/non-implant (anal atau

vaginal) elektrode untuk meningkatkan tekanan uretra. Aplikasi stimulasi

dengan kekuatan rendah selama beberapa jam per hari selama beberapa

bulan. Terdapat 64 % perbaikan penderita dengan cara implant, tapi metode

ini tidak populer karena sering terjadi efek mekanis dan morbiditas karena

infeksi. Sedang stimulasi non-implant terdiri dari generator mini yang

digerakkan dengan baterai dan dapat dibawa dalam pakaian penderita dan

dihubungkan dengan elektrode anal/vaginal. Bentuk elektrode vaginal : ring,

Hodge pessary, silindris.

4. Alat Mekanis (‘Mechanical Devices’)

Page 41: Makalah Anfis Urinary

Tampon : Tampon dapat membantu pada inkontinensia stres terutama bila

kebocoran hanya terjadi intermitten misal pada waktu latihan. Penggunaan

terus menerus dapat menyebabkan vagina kering/luka.

Edward Spring : Dipasang intravagina. Terdapat 70 % perbaikan pada

penderita dg inkontinensia stres dengan pengobatan 5 bulan. Kerugian terjadi

ulserasi vagina.

Bonnas’s Device: Terbuat dari bahan lateks yang dapat ditiup. Bila ditiup dapat

mengangkat sambungan urethrovesikal dan urethra proksimal.

Penanganan OPeratif

Penatalaksanaan stres inkontinensia urine secara operatif dapat dilakukan

dengan beberapa cara meliputi :

1. Kolporafi anterior

2. Uretropeksi retropubik 3. Prosedur jarum

4. Prosedur sling pu

5. Periuretral bulking agent 6. Tension vaginal tape (TVT)

Page 42: Makalah Anfis Urinary

Tindakan operatif sangat membutuhkan informed consent yang cermat dan

baik pada penderita dan keluarganya karena angka kegagalan maupun rekurensi

tindakan ini tetap ada.

KOLPORAPHY ANTERIOR

Kolporaphy anterior apakah dilakukan sebagai prosedur yang terpisah

atau bersamaan dengan pembedahan ginekologi yang lain umumnya

merupakan operasi ginekologi. Operasi ini merupakan operasi definitif untuk

mengkoreksi stes inkontinensia. Bagaimanapun selama dua dekade teknik

operasi ini telah teruji secara cermat dan terbukti lebih spesifik untuk

menangani kasus ini.

Gambaran klasik telah dipublikasikan oleh Kelly (1913). Teknik operasi

termasuk penjahitan pada robekan fascia dari uretra dan kandung kemih

yang kemudian dimodifikasi oleh Kennedy (1937). Selanjutnya sejumlah

modifikasi minor telah dilakukan.

Melakukan kolporaphy anterior memerlukan pemahaman tepat tentang

anatomi dan fisiologi struktur dasar panggul. Beberapa hal yang harus

diidentifikasi adalah :

1. Mukosa vagina

2. Peritoneum vesikouterina

3. Fascia pubovesikalis-servikalis

4. Uretrovesical junction

5. Uretra

6. Vena-vena pleksus uterovaginal

Analisis: Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan kencing. Anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang baik, dengan beberapa prosedur diagnostik yang

diperlukan mempunyai hasil yang baik untuk menegakkan diagnosis gangguan ini.

Jenis inkontinensia urine yang utama yaitu inkontinensia stres, desakan, luapan dan

fistula urine. Penatalaksanaan konservatif dilakukan pada kasus inkompetem

sfingter uretra sebelum terapi bedah. Bila dasar inkontinensia neurogen atau mental

maka pengobatan disesuaikan dengan faktor penyebab.

Page 43: Makalah Anfis Urinary

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media Aesculapius.

Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan Penyakit Urogenital. Jakarta: Depkes RI.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan KeperawatanNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Shultz, Jean. “Urinary Incontinence: Solving a Secret Problem.” Nursing 2002(November 2002): 53-5

Coyle & Prince, 2005, Urinary Tract Infection, in Dipiro J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th , Apleton & Lange, Stamford.

R. Morton and J.W.L.Wilson. Urolithiasis (2001). (diakses tanggal 4 juni 2010) (http://meds.queensu.ca/medicine/urology/education/lectures/urolithiasis_2001.html)

B. Purnomo, Basuki. 2005. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto

Purnomo, Dasar-dasar Urologi. FK Brawijaya, Malang 2003; 106-119.

Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika