MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

16
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.  Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.  Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak, diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Untuk mengetahui adanya suatu vitamin dalam suatu bahan diperlukan suatu analisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam  bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas analisis mengenai beberapa jenis vitamin yakni vitamin B vitamin C dan vitamin K dengan beberapa metode baik secara kualitatif maupun kuantitatif. I.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan vitamin B, vitamin C dan vitamin K? 2. Bagaimana metode analisis yang digunakan?

Transcript of MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    1/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh

    tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan

    tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan

    dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan

    memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

    Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula

    memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh

    dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah

    sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita

    akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.

    Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu,

    asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan

    metabolisme pada tubuh.

    Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak,

    diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti

    vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Untuk mengetahui

    adanya suatu vitamin dalam suatu bahan diperlukan suatu analisa baik secara

    kualitatif maupun kuantitatif. Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam

    bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar vitamin yang diperlukan oleh

    tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang dapat mengganggu

    kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas analisis

    mengenai beberapa jenis vitamin yakni vitamin B vitamin C dan vitamin K

    dengan beberapa metode baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

    I.2 Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan vitamin B, vitamin C dan vitamin K?

    2. Bagaimana metode analisis yang digunakan?

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    2/16

    I.3 Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini yakni untuk mengetahui apa

    saja metode yang digunakan untuk menganalisis vitamin B, Vitamin C dan

    Vitamin K baik secara kualitatif dan kuantitatif.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    3/16

    BAB II

    ISI

    Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh

    tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan

    tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan

    dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan

    memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Dalam makalah ini akan

    dibahas 3 vitamin yakni vitamin B, Vitamin C dan vitamin K .

    II.1 UJi Kualitatif dan Kuantitatif vitamin C

    Vitamin C adalah vitamin yang termasuk dalam kelompok vitamin larut

    dalam air dan dikenal sebagai vitamin anti askorbut karena dapat menyembuhkan

    penyakit skorbut (Wardani,2012). Fungsi lain dari vitamin C adalah sebagai

    antioksidan, penghasil senyawa transmiter saraf dan hormon tertentu, membantu

    memperbaiki sel tubuh dan meningkatkan kerja enzim sebagai faktor penyerap

    dan pengguna zat gizi lainnya. Juga mengurangi tekanan darah tinggi,

    menurunkan kolesterol darah, mengurangi risiko penyakit jantung dengan

    melindungi kerusakan jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh

    makanan kaya lemak. Untuk dapat mengetahui kandungan yang terdapat dalam

    vitamin C maka dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif.

    A. Analisis kualitatif Vitamin C

    Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa

    metode diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan dengan

    menggunakan pereaksi benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:

    1. Titrasi Asam Basa

    Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke

    dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes

    NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan

    hingga rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positif

    timbul warna kuning.

    2.

    Menggunakan pereaksi benedict

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    4/16

    Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan dimasukkan

    kedalam tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5 tetes.

    Kemudian ditambah 15 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan diatas

    api kecil sampai mendidih selama 2 menit. Adanya perubahan warna

    hijau kekuningan menandakan adanya vitamin C pada sampel.

    B. Analisis kuantitatif vitamin C

    Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa

    metode, diantaranya:

    1. Metode iodimetri

    Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode

    iodometri (titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat

    digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya. Prosedur

    penetapan kadar vitamin C secara iodometri: Sekitar 400 mg asam

    askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang

    terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfat encer.

    Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji

    sampai terbentuk warna biru.

    2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)

    Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat

    mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-

    diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada

    titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan

    berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifik

    karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu

    penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril,

    tiosulfat, riboflavin dll.

    3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin

    Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL

    natrium nitrit 0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah

    75 mL n-butil alcohol dan dicampur. Larutan ini selanjutnya

    ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan dipindahkan ke dalam

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    5/16

    corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL natrium

    hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga

    kali dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan

    hasil cucian dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL.

    absorbansi larutan diukur terhadap blangko pada 570 nm.

    4. Metode spektrofotometri

    Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi

    maksimum pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan

    bergeser oleh adanya asam mineral. Asam askorbat dalam asam

    sulfat 0,01 N memiliki panjang gelombang maksimal 245 nm..

    5. Metode spektrofluorometri

    Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier

    pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8.

    Suatu hubungan linier diperoleh antara penurunan intensitas

    fluoroensi MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai

    6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-7 m. metode ini telah

    sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam tablet

    suplemen vitamin.

    6.

    Metode kromatografi

    Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah

    dikembangkan untuk penentuan asam askorbat dalam minimum

    ringan dan jus apel menggunakan tris 2,2-bipiridin ruthenium II.

    Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan analisis dengan

    KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan. Pemisajhan

    asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)

    menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH

    6,5). Aliran fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi

    dicampur dengan (Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V

    (dengan elektroda Ag/AgCl).

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    6/16

    II.2 Uji Kualitatif dan Kuantitatif vitamin B

    A. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B1

    1. Uji kualitatif :

    Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk

    (sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambhkan 3 tetes NaOH

    30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian dikocok

    hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran tersebut

    di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil campuran tersebut menjadi

    berwarna biru maka uji positif pada sampel.

    2.

    Uji Kuantitatif :

    Metode Kolorimetri

    Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin dengan 6-

    aminotimol yang telah didiazotasi. Hasil peruraian tiamin tidak

    menghasilkan warna dengan pereaksi ini. Dekstrosa, laktosa, maltosa,

    sukrosa, tepung, kasein, gelatin, pepton, urea, gliserofosfat dan logam

    berat, dengan kadar 100 kali lebih besar dari kadar tiamin tetap tidak

    mengganggu. Riboflavin, asam nikotinat, nikotinamid, piridoksin,

    asam pantotenat, guanin, adenin, triptopan, tirosin dan histidin yang

    terdapat dengan kadar 20 kali lebih besar daripada kadar tiamin juga

    tidak mengganggu. Pereaksi 6-aminotimol dibuat dengan melarutkan

    50 mg 6-aminotimol dalam 50 mL asam klorida 0,35% dan

    mengencerkannya dengan air secukupnya hingga 200 mL. Prosedur

    penetapan kadar tiamin murni dengan pereaksi 6-aminotimol:

    Sejumlah 5,0 pereaksi 6-aminotimol didinginkan dengan es, ditambah

    2,0 mL natrium nitrit 0,1%, lalu dicampur dan didiamkan selama 1

    menit. Larutan selanjutnya ditambah 5,0 mL natrium hidroksida 20%

    dan diencerkan dengan air secukupnya sampai 20,9 mL. Sejumlah 1,0

    pereaksi ini ditambah 1,0 larutan sampel. Setelah 5 menit larutan

    diencerkan dengan air untuk mendapatkan absorbansi yang sesuai.

    Digunakan larutan blanko.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    7/16

    Jika larutan sampel telah berwarna atau keruh, dilakukan

    penetapan seperti diatas kemudian warna yang terjadi disari dengan

    campuran pelarut yang terdiri atas 90 mL toluen yang telah didestilasi

    ulang (redestilasi) dan 10 mL n-butanol. Lapisan pelarut organik

    dipisahkan dan ditambah 1 gram natrium sulfat anhidrat untuk

    mengeringkan pelarut lalu diukur absorbansinya.

    Metode Alkalimetri

    Adanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasi

    dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom timol

    biru. Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode

    alkalimetri: Lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang

    seksama, dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu dititrasi dengan

    NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Tiap mL NaOH

    0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida. Berat ekivalen

    (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri adalah

    sama dengan berat molekulnya (BM). Hali ini disebabkan karena tiap

    1 mol tiamin hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.

    Metode Titrasi Bebas Air (TBA)

    Tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi

    dengan asam perklorat dengan sebelumnya ditambah raksa (II) asetat

    berlebihan. Kedua atom nitrogen dalam tiamin hidroklorida tertitrasi

    sehingga berat ekivalennya setengah dari berat molekulnya. Sebagai

    indikator dapat digunakan p-naftol benzen, merah kuinaldin, atau

    dengan kristal violet.

    Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode TBA: Lebih

    kurang 250 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama ditambah

    10 mL asam asetat glasial, 10 mL raksa (II) asetat 5% dalam asam

    asetat glasial, dan ditambah 20 mL dioksan. Selanjutnya larutan

    dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator 3 tetes

    kristal violet sampai warna biru. Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara

    dengan 16,86 mg tiamin hidroklorida. Berat ekivalen (BE) tiamin

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    8/16

    hidroklorida pada penetapan secara titrasi bebas air adalah setengah

    dari berat molekulnya (BM/2). Hali ini disebabkan karena tiap 1 mol

    tiamin hidroklorida bereaksi dengan 2 mol HClO4.

    Metode Argentometri

    Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan

    secara argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada

    penetapan dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika

    suasananya basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan

    basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan

    membentuk endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya

    bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.

    Prosedur penetapan kadar vitamin B1 secara argentometri:

    Lebih kurang 100 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang secara

    seksama dilarutkan dalam 20 mL air. Larutan diasamkan dengan asam

    nitrat encer dan ditambah 10 mL perak nitrat 0,1 N. Endapan yang

    terjadi disaring dan dicuci dengan air sampai tidak mengandung

    klorida. Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan baku ammonium

    tiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Tiap

    mL perak nitra 0,1 N setara dengan 16,86 mg tiamin hidorklorida.

    Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara

    argentometri adalah setengah dari berat molekulnya (BM/2). Hal ini

    disebabkan karena tiap 1 mol tiamin hidroklorida (yang mengandung

    2 Cl-) bereaksi dengan 2 mol AgNO3.

    Metode Gravimetri

    Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat

    ditetapkan secara gravimetri dengan cara mengendapkan larutan

    tiamin menggunakn asam silikowolframat.

    Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode gravimetri:

    Sejumlah tertentu tablet yang telah ditimbang secara seksama dan

    setara dengan lebih kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan

    dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu ditambah 2 mL asam

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    9/16

    klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang

    telah mendidih ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes

    4 mL asam silikowolframat yang baru disaring lalu dididihkan selama

    4 menit. Larutan disaring melalui penyaring kaca masir lalu dicuci

    dengan 50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume

    asam klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam

    silikowolframat 0,2% (b/v), kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5

    mL aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 105oC selama satu jam lalu

    didinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas

    larutan asam sulfat 38% dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan

    192,9 mg tiamin hidroklorida.

    B. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B2

    1.

    Analisis kualitatif Ribofavin (Vitamin B2)

    Vitamin B2 disebut juga riboflavin karena strukturnya mirip

    dengan gula ribose dan juga karena ada hubungan dengan kelompok

    flavin. Riboflavin larut dalam air dan member warna fluorosen kuning-

    kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar

    ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan asam.

    Kelarutan Riboflavin dalam air bervariasi dari 1 bagian riboflavin dalam

    3000 bagian air sampai 1 bagian riboflavin dalam 15.000 bagian air.

    Variasi ini disebabkan oleh variasi bentuk kristalnya.

    Berdasarkan pada sifat-sifat di atas pada waktu penetapan kadar,

    riboflavin harus terhindar cahaya. Penyinaran dengan sinar ultraviolet atau

    cahaya tampak terhadap larutan riboflavin dalam basa menghasilkan

    lumiflavin sedangkan larutan riboflavin dalam suasana netral atau asam

    menghasilkan lumikrom yang berfluorsensi biru.

    2. Analisis kuantitatif Ribofavin (Vitamin B2)

    Metode spektrofluorometri

    Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang

    bebas dari senyawa berwarna yang mengganggu atau senyawa

    pengganggu lain yang mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1 %.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    10/16

    Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang

    tidak mengandung senyawa berfluorosensi atau senyawa berwarna yang

    larut dalam air atau dalam asam encer. Pengukuran harus dilakukan

    secepat mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar ultraviolet. Larutan

    sampel : Sejumlah serbuk yang ditimbang seksama dan setara dengan

    lebih kurang 2,5 mg riboflavin dimasukkan ke dalam labu 250 mL lalu

    ditambah 1 mL asam asetat 32,5% dan air secukupnya hingga 200 mL.

    Lalu dipanaskan di atas penangas air sambil sering dikocok hingga

    riboflavin larut lalu didinginkan hingga suhu 20C. Larutan ditambah

    air secukupnya hingga 250 mL dan dicampur baik-baik. Larutan

    riboflavin baku persediaan I, dibuat dengan melarutkan 50 mg

    riboflavin yang telah dikeringkan pada suhu 105 C selama 2 jam dalam

    asetat 0,02 N secukupnya hingga 500 mL.

    Larutan riboflavin baku persediaan II, dibuat dengan cara

    menambah 10,0 mL larutan riboflavin baku persediaan I dengan asam

    asetat 0,02 N secukupnya hingga 100 mL. Larutan riboflavin baku,

    dibuat dengan mengencerkan 10,0 mL larutan riboflavin baku

    persediaan II dengan air secukupnya hingga 100 mL.

    Metode spektrometri

    Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs

    maksimum ( maks) pada 444 nm. Cara ini digunakan untuk

    menetapkan kemurnian riboflavin atau untuk penetapan riboflavin

    dilakukan dengan cara terlindung dari cahaya. Prosedur penetapan

    kadar riboflavin tunggal secara spektrofotometri: Sekitar 100 mg

    riboflavin yang ditimbang seksama dilarutkan dengan pemanasan dalam

    campuran 2 mL asam asetat glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnya

    diencerkan dengan air, didinginkan, ditambah air secukupnya hingga

    1000 mL. pada 10,0 mL larutan ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 M

    kemudian ditambah air secukupnya hingga 100 mL. kadarnya dihitung

    dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    11/16

    3.

    Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B6

    1. Metode spektrofotometri

    Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin dan piridoksal

    menunjukkan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada

    maksimum untukketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan buffer

    ph 6,75 dapat diterapkan pada panjang gelombag 325 nm. Pada panjang

    gelombang ini, piridoksin dan piridoksamin menunjukkan absorbansi

    maksimum.

    Prosedur penetapan dalam tablet tunggal secara spektrofotometri:

    Sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbuk. Pada sejumlah serbuk yang

    ditimbang seksama yang setara dengan lebih kurang 25 mg piridoksin

    hidroklorida ditambah 50 mL asam klorida 0,1 N sambil diaduk. Larutan

    diencerkan dengan asam klorida secukupnya hingga 100 mL. larutan

    diukur absorbansinya menggunakan kuvet dengan ketebalan 1 cm pada

    panjang gelombang maksimum (291 nm)

    2.

    Metode kolorimetri

    Metode ini didasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-p-

    benzokuin-4-kloromina dengan menghasilkan warna biru yang dapat disari

    dengan pelarut organik. Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk senyawa

    fenol berkedudukan para terhadap gugus hidroksil fenol tidak tersubsitusi.

    3. Metode titrasi bebas air

    Lebih kurang 300 mg piridoksin hidroklorida yang ditimbang

    seksama, dilarutkan dalam 40 mL asam asetat glacial lalu dititrasi dengan

    asam perklorat 0,1 N menggunakan indicator 3 tetes Kristal violet samapai

    biru hijau. Tiam mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,56 mg

    piridoksin hidroklorida.

    4. Metode kromatografi

    Kromatofrafi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detector

    fluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif vitamin

    B6 dalam ayam dan bahan makanan lainnya.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    12/16

    4.

    Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B12 (sianokobalamin)

    Sianokobalamin, C63H88O14N14Pco, merupakan senyawa

    kompleks dengan kordinat kobalt berberat molekul 1355,4. Kristal vitamin

    B12 cepat menyerab lembab udara. Sianokobalamin bersifat netral dan

    mengandung gugus sian. Gugus ini dapat diganti dengan berbagai ion

    untuk menghasilkan senyawa baru seperti klorokobalamin dan

    hidroksokobalamin. Bila sianokobalamin dihidrolisis dengan asam maka

    akan menghasilkan 5,6-dimetilbenzimdazol. Metode penetapan kadar

    vitamin (sianokobalamin)

    Metode spektrofotometri B12

    Sianokobalamin dalam air menunjukkan absorbansi maksimun

    ( maks) pada 278 1nm, 361 nm dan 550 2 nm. Metode

    spektrofotometri tidak spesifik untuk sianokobalamina karena

    senyawa bewarna merah dan pseudosiokobalamin menunjukkan

    spektra absorbansi yang serupa. Metode yang paling sederhana adalah

    dengan menetapkan pada 550 nm, tetapi metode ini hanya dapat

    digunakan terhadap sianokobalamin yang bebas senyawa pengganggu.

    Metode yang lebih peka ialah dengan melakukan penetapan pada

    panjang gelombang 361 nm. Prosedur penetapan kadar

    sianokobalamin secara spekrofotometri:

    Lebih kurang 2 mg sianokobalamin yang ditimbang saksama,

    dilarutkan dalam akuades secukupnya dan diencerkan hingga 50,0

    mL. Larutan diukur absorbansinya dengan kuvet 1 cm pada panjang

    gelombang 361 nm. Harga E1cm1% pada 361 nm adalah 207.

    Metode kromatografi

    Metode KCKT telah sukses digunakan untuk pemisahan dan

    analisis kuantitatif vitamin B1, B2, dan campuran-campurannya dalam

    bebagai macam bahan makanan. Berbagai macam isomer vitamin

    B12(sianokobalamin) yang ada dalam berbagai macam susu juga

    telah dipisahkan dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    13/16

    Sianokobalamin diekstraksi dari sampel dengan mencampur 25

    mL susu dengan 2-4 mL HCL 0,1 M pH 4,6. Campuran dipanaskan

    pada suhu 1200C selama 10 menit dan selanjtnya disaring. pH filtrat

    diatur 5,5 dengan natrium hidroksida 0,1 M dan diencerkan dengan

    akuades sampai 50mL. Sianokobalamin selanjutnya dipekatkan pada

    cartridge oktadesil silan yang telah dikondisikan dengan 2 mL

    asetonitril dan dicuci dengan 6 mL akuades. Filtrat selanjutnya

    dilewatkan melalui cartridge dan selanjutnya cartridge dicuci dengan

    12 mL air. Sianokobalamain dengan asetonitril: iar(1:1 v/v) dan

    dipisahkan dengan kolom oktil silika. Elusi gradien dimulai dengan

    asetonitril: larutan amonium fosfat pH 3,0 (5:95) lalu konsentrasi

    asetonitril ditingkatkan samapi 30% selama 16 menit. Konsentrasi

    vitamin B12 selanjutnya dengan metode radioassay.

    II.3 Analisis kualitatif dan kuantitatif Vitamin K

    Analisis kuantitatif dari vitamin K dapat dilakukan menggunakan metode

    HPLC. Dimana contoh sampel yang dgunakan adalah kentang goring,

    sandwich, sereal, dan makanan yang dipanggang. Sampel yang digunakan

    biasanya mengandung filokuinon dan dihidrophillokuinone.

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    14/16

    BAB III

    PENUTUP

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    15/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Elmira,B, dkk. 2013.Metode Analisa Management Laboratorium Vitamin.

    Malang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

    Brawijaya

    Rahmawaty,F,dkk. 2012.Kajian Aktivitas Antioksidan Produk Olahan Buah

    Jambu Merah (Psidium guajava L.). Bandung: Universitas

    Pendidikan Indonesia

  • 5/19/2018 MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

    16/16

    Makalah Analisis Farmasi II

    ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

    VITAMIN C , VITAMIN B DAN VITAMIN K

    DENGAN MENGGUNAKAN METODE

    TERTENTU

    O L E H

    KELOMPOK III

    Zikriana Adiwarsa Mahmud

    Siti Nurtiah Arsad

    Sri Maryana Moha

    Sapriliya Kaku

    Munafri A. Tahir

    Sri Novita

    Kelas A/S1 Farmasi

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

    2014