makalah analgesik-antipiretik

16
DAFTAR ISI Daftar isi.................................................1 Bab I Pendahuluan 1.1...................................................L atar Belakang......................................2 1.2...................................................R umusan Masalah.....................................2 1.3...................................................T ujuan.............................................. 2 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1...................................................D emam............................................... 3 2.2...................................................N yeri............................................... 3 Bab III Pembahasan 3.1 Analgesik-antipiretik.............................5 3.2 Penggolongan Analgesik............................5 Bab IV Penutup 4.1 Kesimpulan ........................................................... 10 Daftar Pustaka ........................................................... 11 Analgesik-Antipiretik | 1

description

analgesik

Transcript of makalah analgesik-antipiretik

Page 1: makalah analgesik-antipiretik

DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................................1

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...................................................................................................21.2 Rumusan Masalah..............................................................................................21.3 Tujuan................................................................................................................2

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Demam...............................................................................................................32.2 Nyeri..................................................................................................................3

Bab III Pembahasan

3.1 Analgesik-antipiretik.........................................................................................5

3.2 Penggolongan Analgesik...................................................................................5

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan........................................................................................................10

Daftar Pustaka .....................................................................................................................11

Analgesik-Antipiretik | 1

Page 2: makalah analgesik-antipiretik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGObat analgesik – antipiretik merupakan obat yang yang sudah dikenal luas

seperti obat parasetamol. Obat – obat ini banyak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotek, toko obat, maupun di warung – warung. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar.

Pada umumnya obat – obat analgesic mempunyai efek antipiretik. Penggunaan obat – obat analgesic – antipiretik ini mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada system susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan kesadaran. Obat analgesic – antipiretik ini tidak menyebabkan efek ketagihan pada penggunanya.

Sangat sulit untuk megukur rasa nyeri, karena derajat nyeri yang dialami seseorang tidak hanya bergantung pada stimulus dab persepsinya, tetapi juga pada interpretasi yang bersangkutan. Penggunaak substansi analgesik – antipiretik untuk menghilangkan nyeri telah diketahui sejak masa Hippocrates. Analgesic adalah obat yang menghilangkan rasa sakit. Antipiretik adalah obat yang mencegah atau menghilangkan demam.

Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengetahui apa itu obat analgesic – antipiretik. Sebagian besar dari mereka hanya mengetahui obat digunakan untuk menyembuhkan penyakit, namun mereka belum mengetahui efek samping dari obat tersebut terutama obat analgesic – antipiretik. Oleh karena itu penulis mencoba membahas tentang obat analgesic – antipiretik dalam makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH1.2.1 Apakah definisi dari analgesic – antipiretik ?1.2.2 Apa sajakah penggolongan – penggolongan dari analgesic – antipiretik ?1.2.3 Apa sajakah contoh penyakit dan pengobatan yang menggunakan obat –

obat analgesic – antipiretik ?1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui obat-obat analgesik-antipiretik dan penggunaannya1.3.2 Untuk mengetahui apa saja golongan - golongan dari analgesic – antipiretik1.3.3 Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat disembuhkan menggunakan

obat analgesic - antipiretik

Analgesik-Antipiretik | 2

Page 3: makalah analgesik-antipiretik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEMAMDemam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas

38°C. Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh yang bermanfaat karena timbul dan menetap sebagai respon terhadap suatu penyakit. Namun suhu tubuh yang terlalu tinggi juga akan berbahaya. (Amarilla,2012)

Penyebab demam peningkatan suhu tubuh karena demam ditimbulkan oleh beredarnya pirogen di dalam tubuh. Peningkatan pirogen ini bisa disebabkan karena infeksi maupun non infeksi. Diantara kedua penyebab tersebut, demam lebih sering disebabkan oleh infeksi, baik infeksi bakteri ataupun virus. Pada anak-anak, demam paling sering terjadi karena infeksi virus seperti ISPA sehingga tidak dapat diterapi menggunakan antibiotik. Demam ringan akibat virus yang juga sering ditemukan pada anak adalah demam yang disertai dengan batuk pilek (common colds) karena infeksi rhinovirus dan enteritis yang diakibatkan infeksi rotavirus.Sedangkan penyebab non infeksi antara lain karena alergi, tumbuh gigi, keganasan, autoimun, paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi, dan lain-lain.

Demam bukan suatu penyakit melainkan hanya merupakan gejala dari suatu penyakit. Demam dapat juga merupakan suatu gejala dari penyakit yang serius seperti Demam Berdarah Dengue, demam tiphoid, dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh Kazeem menyatakan bahwa mayoritas ibu menyatakan bahwa penyebab demam adalah karena infeksi (43,7%), sakit gigi (33%), dan paparan sinar matahari(27%).

Salah satu upaya yang biasanya dilakukan untuk mengatasi demam adalah memberikan obat antipiretik. Antipiretik adalah obat-obat/zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada keadaan demam.(Depkes,1994)

2.2 NYERINyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak peroses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.(Fahrun & Dony,2012)

Sebab-sebab rasa nyeri adalah rangsangan mekanis atau kimia (kalo atau listrik) yang dapat menimbulkan karusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri (perantara). Mediator ini merangsang reseptor nyeri yang terletak di ujung saraf bebas dari kulit, selaput lendir dan jaringan lainnya; dari sisi rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang penting adalah histamin, serotonin, plasmakinin-plasmakinin (antara lain bradikinin)

Analgesik-Antipiretik | 3

Page 4: makalah analgesik-antipiretik

dan prostaglanin dan ion-ion kalium. Zat-zat ini dapat mengakibatkan reaksi radang, kejang-kejang otot dan mengaktifkan reseptor nyeri. Prostaglanin dan plasmakinin dapat berkhasiat vasodilator kuat, mengakibatkan randang dan udema.(Depkes,1994)

Berdasarkan proses terjadinya nyeri tersebut dapat dilawan dengan beberapa cara antara lain:a. Merintangi pembentukan ransangan dalam reseptor nyeri perifer (analgetika

perifer, anestesi lokal),b. Merintangi penyaluran rasa nyeri daam saraf-saraf sensoris (anestesi lokal),c. Memblokade atau menghambat rasa nyeri di pusat dalam SSS (analgetik narkotik,

anestesi umum).(Depkes,1994)Nyeri dapat diterapi menggunakan analgesik. Analgesik adalah obat-obat/zat-

zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri termasuk demam merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi dan memberi tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti infeksi kuman, kejang-kejang otot, peradangan (rematik, encok) dan lain-lain.(Depkes, 1994)

Analgesik-Antipiretik | 4

Page 5: makalah analgesik-antipiretik

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ANALGESIK-ANTIPIRETIK

Merupakan satu golongan obat yang digunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang, demam, dan diantaranya juga untuk mengatasi peradangan. Efek analgesiknya terhadap nyeri diduga bersifat perifer, begitu pula dalam hal peradangan, juga bersifat efek perifer; sedangakan efeknya terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus, yaitu pusat pengatur suhu tubuh. Efeknya terhadap peradangan diduga terjadi penghambatan pada sintesis prostagladin; selain itu, prostaglandin juga dapat menurunkan suhu tubuh, dan penurunan suhu demam diperkirakan adanya penghambatan sintesis prostaglandin pada hipotalamus. Vasodilasi vaskulur perifer meningkatkan peredaran darah dan keringat, sehingga panas pun hilang.(ISO vol.48, 2013-2014)

Efek analgesik-antipiretik tidak sekuat efek analgesik narkotika; sehingga analgesik-antipiretik hanya cocok untuk terapi rasa nyeri ringan hngga sedang, terutama untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri sendi, dan nyeri integumen lain; dapat pula digunakan untuk rasa ringan hingga sedang pasca bersalin dan pasca bedah, dan terapi beberapa rasa nyeri daerah viresa yang responsif terhadap obat itu. Namun, obat ini tidak cocok dan berguna untuk terapi rasa nyeri yang parah sekalipun, kadang-kadang masih efektif untuk beberapa pasien. Khususnya untuk terapi demam, analgesik-antipiretik dapat dijadikan obat pilihan untuk mengatasi demam.(ISO vol.48, 2013-2014)

3.2 PENGGOLONGAN ANALGESIK

3.2.1 Analgesik Narkotik

Disebut juga analgesik sentral. Memliki daya penghilang rasa nyeri yang kuat sekali, mengurangi kesadaran (mengantuk) dan memberikan rasa nyaman (euphoria). Dapat juga menyebabkan toleransi, kebiasaan (habituasi), ketergantungan fisik dan psikis (adiksi) dan gejala-gejala abstinensi bila diputuskan pengobatan(gejala putus obat).

Secara kimia, obat-obat ini dibagi dalam beberapa kelompok antara lain:

a. Alkaloida candu alamiah: morfin dan kodeinb. Sintesis : heroin, hidromorgon, dionin, hidrokodonc. Pengganti morfin:

Petidin dan turunannya: fentanil, sulfentanil Fenantren dan turunannya: levorfanol, pentazosin Metadon dan turunannya: dekstromoramida, d-propoksifen, bezitramida,

dan lain-lain.

Analgesik-Antipiretik | 5

Page 6: makalah analgesik-antipiretik

Pentazosin tidak termasuk Undang-undang narkotika,karena bahaya habituasi dan adiksinya ringan.

Antagonis morfinAdalah zat-zat yang dapat melawan efek-efek dari narkotika tanpa

mengurangi kerja analgetika dan terutama digunakan sebagai antidotum dari keracunan (intoksikasi) obat-obat narkotika. Zat-zat ini juga berkhasiat analgetik, tapi mirip dengan morfin, antara lain depresi pernafasan dan reaksi psikotis. Obat-obat yang sering digunakan adalah nalorgin, nalokson dan juga pentazosin(bekerja antagonis morfin agak lemah)

Efek-efek samping umum Pada dosis biasa: gangguan lambung usus (mual, muntah-muntah,

obstipasi, efek saraf pusat(kegelisahan, rasa kantuk, euphoria), dan lain-lain

Pada dosis tinggi: efek-efek yang lebih berbahaya seperti sulit bernafas, tekanan darah turun, sirkulasi darah terganggu, koma dan pernafasan terhenti.

Obat-obat tersendiri1. Fentanil, adalah derivat petidin dengan khasiat 80 kali morfin. Mulai

ketja cepat sekali. Digunakan pada nyeri setelah operasi, biasanya dikombinasikan dengan Droperidol.

2. Metadon; Amidon; Polamidon adalah zat sintetis yang khasiat analgetiknya sama dengan morfin, tetapi kerjanya lebih lambat, tak memiliki khasiat sebagai hipnotik, sehingga lebih cocok digunakan untuk rasa nyeri yang kronis

3. Morfin, adalah salah satu alkaloida dari Papaver somniferum. Sifat analgetikanya berdasarkan penekanan terhadap susunan saraf sentra disertai perasaan nyaman, penghambatan pernafasan dan sembelit, perasaan mual dan muntah-muntah, yang terpenting adalah menyebabkan ketergantungan atau ketagihan.

4. Petidin; dolatin, merupakan zat sintesis yang secara kimia lebih menyerupai atropin daripada morfin. Memiliki sifat spasmolitik, sedangkan sifat menekan terhadap pusat batuknya sama dengan morfin.

5. Kodein, juga merupakan alkaloida dari Papaver somiferum, tetapi lebih aman, sifat analgetiknya lebih kuat, efek sampingnya lebih sedikit dan sifat ketergantungannya lebih lemah dibandingkan morfin. Dalam dosis biasa menimbulkan depresi dan karena dapat menekan pusat batuk maka banyak digunakan sebagai obat batuk.

6. Dihidromorfinon; dilaudid, adalah turunan morfin dengan khasiat analgetiknya 5kali morfin, tetapi jangka waktu bekerjanya lebih pendek dan khasiat biusnya lebih lemah.

7. Heroin; Diasetilmorfin, adalah zat semi sintesis dari turunan morfin, sifat analgetiknya lebih kuat dan menimbulkan sifat ketergantungan yang lebih hebat sekali, sehingga tidak dipakai lagi dalam penngobatan.

Analgesik-Antipiretik | 6

Page 7: makalah analgesik-antipiretik

8. Pentazosin; Fortal, Wintrop, adalah zat sintesis dari morfin, memiliki kerja antagonis agak lemah terhadap narkotik. Khasiat analgetiknya sedang hingga kuat, antara kodein dan petidin.

9. Nalorfin; Alilnormorfin; adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan analgetika. Khusus digunakan paha kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetika narkotika.

10. Nalokson, derivat terbaru (1969), khasiat antagonis morfinnya lebih kuat, tetapi kerjanya pendek . digunakan untuk mengobati pasien yang ketagihan morfin atau heroin.

3.2.2 Analgesik Non Narkotik (analgatika perifer)

Obat – obat ini dinamakan analgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf sentral, tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan. Analgetika non narkotika memiliki daya kerja :

Khasiat antipiretik : menurunkan suhu badan saat demam (analgesic – antipiretik). Khasiat berdasarkan rangsangabn terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya: parasetamol, asetosal, aminofenazon dan lain – lain.

Khasiat antiflogistik : anti radang atau anti inflamasi Anti radang sama kuat dengan analgesic : digunakan sebagai anti nyeri

atau rematik. Contoh : asetosal, amidopirin, ibuprofen, dan asam mefenaminat

Anti radangnya lebih kuat : fenil butazon, nifluminat, metiazinat, dan lain – lain

Penggolongan obat analgesic non narkotika :

1 Salisilat – salisilat : asetosal, salisilamida, dan natrii salisilat2 Derivat para amino penol : panacetin, asetaminofen3 Derivat pirazolon : antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon, dan

turunan – turunannya4 Derivat antranilat : glafenin, asam mefenaminat

Efek samping umum1 Kerusakan lambung dan usus (golongan salisilat dan p-aminofenol)2 Kerusakan darah seperti leucopenia, agranulositosis (golongan salisilat,

p-aminofenol, pirazolon, dan antranilat)3 Kerusakan hati dan ginjal khususnya derivat p-aminofenol

Analgesik-Antipiretik | 7

Page 8: makalah analgesik-antipiretik

Obat – obat tersendiri1 Asam asetil salisilat : dari semua senyawa salisilat, asetosal memiliki

khasiat analgetik, antipiretik, dan anti flogistik yang terkuat. Maka banyak digunakan dalam segala macam preparat untuk melawan demam, influenza, sakit kepala, otot, sendi, gigi, dan lainnya. Namun, untuk nyeri “di dalam” (organ-organ) kurang efektif. Untuk rematik penghambat prostaglandin ini masih sering dianggap sebagai obat pilihan pertama, meskipun banyak obat rematik baru telah dikeluarkan. Efek samping yang sering terjadi adalah iritasi mukosa lambung

dengan terjadinya borok lambung. Efek ini lumrah sekali pada zat-zat yang berkhasiat anti radang dan dapat dikurangi dengan penggunaan bersamaan dengan antasida atau dengan menggunakan sebagai garam kalsium (Ascal) yang mudah larut atau pula sebagai tablet enteric coated yang baru melarut (pecah) dalam usus.

Selain ini asetosal memperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis lebih tinggi dari normal dapat mengakibatkan tinnitus (suara bergema di telinga), gangguan pada pernafasan (hiperventilasi), juga menggigau.- Natrium salisilat, berkhasiat lebih lemah dari asetosal maka

dosisinya harus lebih tinggi, efek sampingnya lebih kurang sama dengan asetosal, terkecuali tidak merintangi tergumpalnya pelat-pelat darah namun hanya pada dosis tinggi (rematik) dapat memperpanjang waktu protombin.

- Salisilamida adalah turunan salisilat, yang juga lebih lemah dari asetosal khasiat analgesiknya, lagi pula efeknya tak dapat dipercaya. Lebih sering menggaggu pencernaan, pendarahan, okult lebih ringan, di dinding usus mengalami FPE (First Pass Effect) yang besar, maka dosisnya harus tinggi. Dalam tubuh tidak dirombak menjadi salisialat.

2. Aminofenazon ( amidopirin )Derivate pirazolon ini memiliki khasiat analgesic, antipiretik, dan anti flogistik yang kuat sekali dan digunakan pada nyeri hebat (dengan radang) yang tidak dapat dikendalikan oleh asetosal atau parasetamol.

3. Fenasetin (asetofenetidin)Derivate asetanilida ini berkhasiat antipiretik dan analgetik dan umumnya digunakan bersama asetosal dan kafein atau kodein, yang memperkuat kerjanya. - Parasetamol (asetaminofen) adalah metabolit fenasetin dengan

khasiat analgetik dan antipiretik yang sama sedikit lebih lemah dari asetosal. Efek sampingya lebih ringan.

Analgesik-Antipiretik | 8

Page 9: makalah analgesik-antipiretik

4. Indometasin Daya analgesic dan anti radang sama kuat dengan asetosal, sering digunakan pada serangan encok akut. Efek sampingnya adalah gangguan lambung-usus, perdarahan tersembunyi pada rectal, pusing, tremor, dan lain-lain

5. Ibuprofen Analgesic anti flogistik dari kelompok propionate. Banyak digunakan sebagai anti radang. Efek sampingnya lebih ringan dibandingkan dengan asetosal atau indometasin.

6. Fenilbutazon Derivate pirazolon ini mempunyai khasiat anti flogistik yang lebih kuat daripada khasiat analgesiknya. Karena ini khususnya digunakan sebagai obat rematik, seperti juga halnya denga oksifenilbutazon.

7. Glafenin Zat ini adalah suatu derivat 4-aminokinolin yang terikat pada asam antranilat. Khasiat analgesiknya lebih kurang sama dengan asetosal, tapi tidak memiliki kerja antipiretik dan anti radang dosis normal. Asam mefenaminat adalah derivate antranilat dengan khasiat analgesic antipiretik dan anti flogistik yang cukup baik . efek samping yang sering terjadi adalah gangguan lambunjg-usus, reaksi alergi kulit dan kerusakan darah.

8. Piroksisam

Bekerja sebagai analgesic antipiretik dan anti radang yang digunaka untuk melawan encok. Efek sampingnya adalah pendarahan dalam lambung-usus.

Analgesik-Antipiretik | 9

Page 10: makalah analgesik-antipiretik

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Analgesik adalah obat-obat/zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri termasuk demam merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi dan memberi tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti infeksi kuman, kejang-kejang otot, peradangan (rematik, encok) dan lain-lain. Sedangakan antipiretik adalah obat-obat/zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada keadaan demam.

2. Obat analgesik-antipiretik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik.

3. Contoh obat dan penyakit dari penggunaan analgesik-antipiretik adalah:a. Golongan narkotik

Fentanil sebagai obat nyeri sesudah operasi Metadon digunakan untuk nyeri kronis Kodein digunakan sebagai obat batuk

b. Golongan non narkotik Piroksikam digunakan sebagai obat entok Ibuprofen digunakan sebagai anti radang Indometasin digunakan untuk pengobatan encok akut

Analgesik-Antipiretik | 10

Page 11: makalah analgesik-antipiretik

DAFTAR PUSTAKA

ISO Indonesia Volume 48-2013 s/d 2014

Nur Rosyid, Fahrun dkk. 2010. Perbandingan Keefektifan Stimulasi Saraf Elektrik Transkutan dan Terapi Es Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Simple Simple Fraktur di Ruang Premedikasi Instalasi Bedah Sentral RSU HAJI Surabaya. Surabaya. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Surabaya

Oktadiana, Isma.2013.Makalah Antipiretik, Analgesik, dan Antiinflamasi. [online] http://ismaoktadiana.blogspot.in/2013/12/makalah-antipiretik-analgesik-dan_9402.html?m=1 (diakses pada 11 November 2014)

Riandita, Amarilla.2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Demam dengan Pengelolaan Demam pada Anak. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Saputra, Arif.2014. Makalah Farmakologi-Obat Analgesik Antipiretik. [online] http://arifsaputra96.blogspot.in/2014/01/makalah-farmakologi-obat-analgesik.html?m=1 (diakses pada 11 November 2014)

Subari, Drs.H.M dkk. 1994. Farmakologi Jilid II. Jakarta. Departemen Kesehatan RI

Tambayong, dr.Jan. 2002. Farmakologi untuk Keperawatan. Jakarta. Widya Medika

Analgesik-Antipiretik | 11