Makalah Akal Dan Iman

15

Click here to load reader

Transcript of Makalah Akal Dan Iman

Page 1: Makalah Akal Dan Iman

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AKAL DAN IMAN

Disusun oleh

Nama : T. Bagus Tri Lusmono

NIM : I0512062

Jurusan : Teknik Kima

Page 2: Makalah Akal Dan Iman

Akal dalam Al Qur’an

Menurut tinjauan Al Qur’an akal adalah Hujjah atau dengan kata lain merupakan anugerah Allah

SWT. Yang cukup hebat denannya manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga merupakan

alat yang dapat menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti dan pembeda antara

yang haq dan yang bathil, serta apa yang ditemukannya dapat dipastikan kebenarannya, asal saja

persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak diabaikan.

Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan dalil-dalil dari Al Qur’an sebagai bukti dari ucapan

di atas :

1. Al Qur’an mengajak manusia untuk berfikir sebagaimana disebutan di dalam surat Al

Anfal ayat 22 dan surat Yunus ayat 100,

Artinya : Sesungguhnya binatang (Makhluq) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah

orang-orang yang pekak dan tuli (Surat Al Anfal :22),

Dan Surat Yunus ayat 100 yang artinya : Dan tidak seorangpun akan beriman kecuali

dengan izin Allah; dan Allah melimpahkan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak

mempergunakan akalnya (Yunus : 100),

2. Mengambil manfaat atau kesimpulan sebab akibat (kausalitas) yang mana hukum sebab

akibat itu harus didasari dengan pemikiran, lihat surat Ar Ra’d :11

Page 3: Makalah Akal Dan Iman

Artinya : Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di

Muka dan belakangnya mereka menjaganya atas perintah Allah sesungguhnya Allah tak

merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri

mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka

tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung dari mereka selain Dia

(Ar Ra’d : 11)

3. Al Qur’an mengajak kaum muslimin untuk mempelajari sejarah ummat-ummat terdahulu

dan mengambil suatu pelajaran darinya serta merenungkan nasib yang menimpa mereka.

Hal ini menunjukan pengertian yang jelas bahwa nasib yang menimpa mereka itu

mempunyai hukum sebab akibat dan tidak terjadi secara kebetulan. Kalau tidak demikian

maka perintah Allah itu tidak tidak ada manfaatnya.

Artinya : Sudah berapa banyak kota yang Kami binasakan, yang penduduknya dalam

keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan berapa

banyak pula sumur yang telah ditinggalkannya dan istana yang tinggi. Maka apakah

mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka dapat memahami atau mempunyai

telinga yang dengan itu mereka dapat memahami atau dapat mendengar ? Karena dengan

sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati yang di

dalamnya dada (QS. Al-Hajj: 45-46)

Page 4: Makalah Akal Dan Iman

4. Falsafah dan penjelasan hukum-hukum berdasarkan pemikiran yang banyak terdapat di

dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa akal itu adalah Hujjah, lihat surat Al Ankabut

ayat : 45

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab dan dirikanlah

Sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.

Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah adalah lebih besar (keutamaannya

dari ibadat-ibadat yang lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al

Ankabut: 45)

5. Ada 5 Faktor yang disebutkan Al Qur’an yang dapat memperkecil kesalahan kerja akal

5.1 Lebih mengutamakan Dhon (dugaan) daripada hal-hal yang pasti lihat surat Al

An’am ayat 116

Artinya : “Dan jika menuruti orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka

akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti

persangkaan belaka, dan mereka hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. Al

An’am : 116)

Page 5: Makalah Akal Dan Iman

5.2 Mengikuti jejak nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik tanpa disertai

pembuktian. Lihat surat Al Baqoroh :170

Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang telah diturunkan

Allah, mereka menjawab : (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami

dapat dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga)

walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun. Dan tidak dapat

petunjuk ?” (QS. Al Baqoroh :170 )

5.3 Mengikuti dorongan hawa nafsu lihat surat An-Najm : 23

Artinya : Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu

mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk

menyembahNya. Mereka hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang

diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada

mereka dari Tuhan mereka (QS. An-Najm : 23)

5.4 Terpengaruh figur-figur tertentu tanpa pembuktian status figur itu apakah dia pantas

dipanuti (ditaati) atau tidak Lihat surat Al Ahzab : 67

Page 6: Makalah Akal Dan Iman

Artinya : Dan mereka berkata : Ya Tuhan kami sesnguhnya kami telah mentaati

pemimpin-peimpin dan pembesar-pembesarkami lalu mereka menyesatkan kami dari

jalan (yang benar)” (QS. Al Ahzab : 67)

5.5 Tergesa-gesa dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa dibuktikan

terlebih dahulu, termasuk suatu hal yang tidak tidak dibenarkan oleh Islam. Surat Al

A’af : 169

Artinya : “…yaitu baqhwa mereka tidak akan menagatakan terhadap Allah kecuali

yang benar….” (QS. Al A’raf : 169)

Maksudnya : janganlah menyimpulkan bahwa sesuatu itu benar dari Allah padahal

belum dibuktikan kebenarannya”. Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu, lihat

surat Yunus :39

Artinya :”Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum

mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka

penjelasannya, demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan

(Rasul ). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu” (QS.

Yunus : 39)

Page 7: Makalah Akal Dan Iman

Hubungan Akal dengan Iman

.

Hubungan akal dan agama secara jelas, bahwa akal dan agama merupakan suatu pemberian

Allah Swt yang keduanya menyampaikan manusia kepada suatu kesempurnaan. Dalam ayat:;

“Sesungguhnya kami turunkan alqur’an dengan bahasa arab supaya mereka berakal.” [1]

Dalam Islam akal sangatlah terkait hubungannya dengan iman, yakni melalui akalnya dia akan

memahami agama karena akal adalah salah satu sumber syariat Islam. Ikatan keduanya akan

menghantarkan manusia ke jalan kebahagiaan. Dalam riwayat Imam Shadiq berkata:”Akal

adalah dalil seorang mukmin. Dan petunjuk bagi orang mukmin.”Dalam riwayat lain

disebutkan: “ Setiap yang berakal pasti memiliki agama. Dan yang mempunyai agama akan

menghantarkan ia ke surga.”[2] Dalam ayat dan riwayat di atas secara tegas Islam sangat

mementingkan masalah akal. Namun, ada beberapa pendapat dalam mazhab Islam yang satu

dengan yang lainnya saling bertentangan dan ada pula yang mendukung fungsi dan peran akal.

Diantaranya: Pendapat Ahlul Hadist ; penggunaan dalil-dalil rasionalitas dalam masalah

keimanan dan agama adalah haram. Cukuplah perkara-perkara agama apa yang didatangkan oleh

nabi.. Akal tidak mampu menyingkap hukum-hukum Tuhan. Juga mereka berpegang kepada

penafsiran yang nampak(dhahir) yang ada pada alqur’an, sehingga adanya pengertian tajsim atau

tasybih pada zat Tuhan. Begitu pula mereka mengklaim bid’ah terhadap penafsiran dan takwil

ayat-ayat alqur’an. Pendapat kaum Mu’tazilah ; penggunaan dalil-dalil rasionalitas yang sangat

berlebihan. Pendapat Syiah Imamiyah untuk menyingkap hukum agama diperlukan dalil

rasionalitas baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kedudukan Akal dalam Islam

Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian, bukan berarti akal diberi

kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal

sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok dengan syariat Allah,

dalam permasalahan apapun. Akal adalah nikmat besar yang Allah titipkan dalam jasmani

manusia. Nikmat yang bisa disebut hadiah ini menunjukkan akan kekuasaan Allah yang sangat

menakjubkan. (Al-’Aql wa Manzilatuhu fil Islam, hal. 5)

Page 8: Makalah Akal Dan Iman

Oleh karenanya, dalam banyak ayat Allah memberi semangat untuk berakal (yakni menggunakan

akalnya), di antaranya:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu

ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).” (An-Nahl: 12) .

Sebaliknya Allah mencela orang yang tidak berakal seperti dalam ayat-Nya: “Dan mereka

berkata: ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami

termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’.” (Al-Mulk: 10)

Walaupun akal dimuliakan tapi kita menyadari bahwa akal adalah sesuatu yang berada dalam

jasmani makhluk. Maka ia sebagaimana makhluk yang lain, memiliki sifat lemah dan

keterbatasan. As-Safarini t berkata: “Allah menciptakan akal dan memberinya kekuatan adalah

untuk berpikir dan Allah menjadikan padanya batas yang ia harus berhenti padanya dari sisi

berfikirnya bukan dari sisi ia menerima karunia Ilahi. Jika akal menggunakan daya pikirnya pada

lingkup dan batasnya serta memaksimalkan pengkajiannya, ia akan tepat (menentukan) dengan

ijin Allah. Tetapi jika ia menggunakan akalnya di luar lingkup dan batasnya yang Allah I telah

tetapkan maka ia akan membabi buta…” (Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, hal. 1105)

Untuk itu kita perlu mengetahui di mana sesungguhnya bidangnya akal. Intinya bahwa akal tidak

mampu menjangkau perkara-perkara ghaib di balik alam nyata yang kita saksikan ini, seperti

pengetahuan tentang Allah I dan sifat-sifat-Nya, arwah, surga dan neraka yang semua itu hanya

dapat diketahui melalui wahyu. Diumpamakan oleh para ulama bahwa kedudukan antara akal

dengan syariat bagaikan kedudukan seorang awam dengan seorang mujtahid. Ketika ada

seseorang yang ingin meminta fatwa dan tidak tahu mujtahid yang berfatwa (tidak tahu harus ke

mana minta fatwa), maka orang awam itu pun menunjukkannya kepada mujtahid. Setelah

mendapat fatwa, terjadi perbedaan pendapat antara mujtahid yang berfatwa dengan orang awam

yang tadi menunjuki orang tersebut. Tentunya bagi yang meminta fatwa harus mengambil

pendapat sang mujtahid yang berfatwa dan tidak mengambil pendapat orang awam tersebut

karena orang awam itu telah mengakui keilmuan sang mujtahid dan bahwa dia (mujtahid) lebih 

tahu (lebih berilmu). (Lihat Syarh Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 201)

Al-Imam Az-Zuhri t mengatakan: “Risalah datang dari Allah, kewajiban Rasul menyampaikan

dan kewajiban kita menerima.” (Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 201)

Page 9: Makalah Akal Dan Iman

Orang yang menggunakan akal tidak pada tempatnya, berarti ia telah menyalahgunakan dan

melakukan kezaliman terhadap akalnya. Sesungguhnya madzhab filasafat dan ahli kalam yang

ingin memuliakan akal dan mengangkatnya –demikian perkataan mereka– belum dan sama

sekali tidak akan mencapai sepersepuluh dari sepersepuluh apa yang telah dicapai Islam dalam

memuliakan akal -ini jika kita tidak mengatakan mereka telah berbuat jahat dengan sejahat-

jahatnya terhadap akal. Di mana ia memaksakan akal masuk ke tempat yang tidak mungkin

mendapatkan jalan ke sana. (Minhajul Istidlal, dinukil dari Al-’Aqlaniyyun hal. 21)

Konsep Iman, Ilmu, dan Akal

Konsep Iman, ilmu dan amal adalah tiga sendi dalam pemaknaan kehidupan manusia yang harus

dipahami oleh segenap manusia. Memahami konsep Iman, Ilmu dan Amal adalah hal terpenting

dalam kehidupan kita, banyak kita lihat dalam realita kehidupan kita bahwasanya “ada orang

yang beriman dan beramal tapi ilmunya kosong” atau ada orang yang ilmunya banyak tetapi

imannya kosong” atau “ ada orang yang ilmunya banyak tapi amalnya kosong”. Ini adalah realita

kehidupan kita yang tidak bisa kita munafikan.

Iman

Menurut Seorang ulama, Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan

dan dikerjakan dengan amal perbuatan. Meski diri kita memiliki ilmu yang sedikit akan tetapi

Iman kita kuat dan tulus maka itu akan jauh lebih mulia dari pada orang yang hanya sekedar

berilmu tapi tidak beriman.

Iman adalah hal pertama yang harus dimiliki oleh setiap umat islam. Tidak heran banyak orang

berilmu tetapi malah menjadi penentang-penentang tuhan, sebut saja nitzel seorang atheis yang

coba mencari keberadaan tuhan dengan sains atau ilmu yang ia agung-agungkan ternyata malah

menjerumuskan dia ke kesesatan yang nyata. Terkenal sebuah semboyan nitzel bahwa “tuhan

sudah mati”. Ternyata, Ilmu yang kita agung-agungkan juga dapat menyesatkan kita kedalam

kegelapan.

Sebenarnya kita sebelum mengngagumi ilmu pengetahuan terlebih dahulu, kita harus

mengngagumi pencipta ilmu pengetahuan yakni Allah SWT. Yakni menyakini dengan seyakin-

yakinnya Allah lah yang maha Pemberi Ilmu. Dengan demikian kita akan menjadi pribadi yang

bukan hanya berilmu tapi juga beriman. Ilmu Allah jika dibandingkan dengan Ilmu manusia

“ibarat kita mencelupkan jarum di samudra, tetesan air yang jatuh dari jarum itulah ilmu manusia

Page 10: Makalah Akal Dan Iman

sedangkan ilmu Allah ialah Samudra itu. Marilah kita beriman kepada yang Maha Pemberi Ilmu

yakni Allah ‘Azza wa Jalla.

Ilmu

Setelah kita beriman kepada Allah, tentunya itu saja tidak cukup, kita harus melengkapinya

dengan ilmu. Keterikatan antara ilmu dan iman sangatlah erat sehingga dalam sebuah nasehat

Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda,”iman itu ibarat orang yang telanjang yang pakaiannya

adalah ketakwaan, perhiasannya adalah sifat malu dan buahnya adalah ILMU.”

Ilmu adalah sumber kemuliaan. Meski ada orang yang miskin akan tetapi jika dia memiliki ilmu

dia akan selalu dimuliakan oleh orang lain dan derajatnya tinggi di hadapan ALLAH

Amal

Setalah memiliki ilmu dan Iman, akan lebih sempurna dan indah jika dilengkapi dengan Amal.

Amal adalah suatu tindakan yang dilakukan sebagai bentuk pengaplikasian dari ilmu yang sudah

kita miliki. Orang akan lebih besar dosanya dari orang yang bodoh apabila dia telah memiliki

ilmu akan tetapi dia tetap melakukan perbuatan terlarang itu.

Tentu kita sebagai manusia sering mendapati orang-orang yang memiliki ilmu yang melimpah

akan tetapi apa yang dimiliki tidak pernah diamalkan. Seorang ulama besar pernah mengatakan

bahwa ilmuku bukanlah dari kitab-kitab atau buku-buku yang aku tulis akan tetapi ialah segala

sesuatau hal yang telah aku perbuat atau amalkan.

Page 11: Makalah Akal Dan Iman

Sumber

http://aulahikmah.wordpress.com/2007/12/16/rantai-iman-iman-ilmu-akal-lemahlembut-lunak/

http://asysyariah.com/kedudukan-akal-dalam-islam.html

http://abuaqilah.wordpress.com/2007/04/11/17/

http://ketikqwerty.wordpress.com/2011/10/16/akal-dalam-al-qur%E2%80%99an/