Makalah

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat –obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah jika tidak lengkapa atau jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkombendasikan. Secara hukum perawat jika mereka memberikan obat yang di resepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Dalam beberapa pasilitas kesehatan ,dokter yang baru lulus atau mahasiswa kedokteran menulis perintah pemberian obat; perintah-perintah ini harus di tandatangani lagi oleh stap dokter jaga sebelum pertintah menjadi pertintah “resmi”. Sekali obat telah di berikan ,perawat bertanggung jawab untuk efek obat yang di duga bakal terjadi.buku refrensi obat ,seperti United States Pharmacopeis’ (USP), National Formulary (NF), Physicians’desk Refrance (PDR) ,dan American Hospital For Mulary,dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus di mamfaatkan oleh perawat jika merasa tidak jelas mengenai efek terapeutik yang di harapkan, kontaindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan. B. Rumusan Masalah 1. Apa prinsip 6 benar dalam pemberian obat? 2. Apa hak-hak klien dalam pemberian obat? 3. Apa saja faktor- faktor yang mengubah respon terhadap obat? 4. Apa pedoman perawat dalam pemberian? C. Tujuan 1. Untuk mengetahu prinsip 6 benar dalam pemberian obat 2. Untuk mengetahui hak-hak klien dalam pemberian obat 1

description

prinsip pemberian obat

Transcript of Makalah

Page 1: Makalah

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerawat bertanggung jawab dalam pemberian obat –obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah jika tidak lengkapa atau jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkombendasikan. Secara hukum perawat jika mereka memberikan obat yang di resepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Dalam beberapa pasilitas kesehatan ,dokter yang baru lulus atau mahasiswa kedokteran menulis perintah pemberian obat; perintah-perintah ini harus di tandatangani lagi oleh stap dokter jaga sebelum pertintah menjadi pertintah “resmi”. Sekali obat telah di berikan ,perawat bertanggung jawab untuk efek obat yang di duga bakal terjadi.buku refrensi obat ,seperti United States Pharmacopeis’ (USP), National Formulary (NF), Physicians’desk Refrance (PDR) ,dan American Hospital For Mulary,dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus di mamfaatkan oleh perawat jika merasa tidak jelas mengenai efek terapeutik yang di harapkan, kontaindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.

B. Rumusan Masalah1. Apa prinsip 6 benar dalam pemberian obat?2. Apa hak-hak klien dalam pemberian obat?3. Apa saja faktor- faktor yang mengubah respon terhadap obat?4. Apa pedoman perawat dalam pemberian?

C. Tujuan1. Untuk mengetahu prinsip 6 benar dalam pemberian obat2. Untuk mengetahui hak-hak klien dalam pemberian obat3. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mengubah respon terhadap obat4. Untuk mengetahui pedoman perawat dalam pemberian

D. Manfaat 1. Pembaca dapat mengetahui prinsip 6 benar dalam pemberian obat2. Pembaca dapat mengetahui hak-hak klien dalam pemberian obat3. Pembaca dapat faktor- faktor yang mengubah respon terhadap obat4. Pembaca dapat mengetahui pedoman perawat dalam pemberian

1

Page 2: Makalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. “Enam Hal yang Benar” dalam Pemberian Obat

Supaya tercapai pemberian obat yang aman ,seorang perawat harus melakukan “enam hal yang benar”: klien yang benar dan obat yang benar ,rute yang benar,dosis yang benar,waktu yang benar,tute yang benar ,dan dokumentasi yang benar. Pada waktu lampau, hanya ada lima hal yang benar dalam pemberian obat. Tetapi kini, ada hal keenam yang di masukan, yaitu dokumentasi ,dua hak tambahan klien dapat juga ditambahkan ; hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat dan hak klien untuk menolak untuk menggunakan sebuah obat.

1. Klien yang benar

Klien yang benar dapat di pastikan dengan memeriksa gelang identifikasi klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama yang sebenarnya atau tidak dapat berspon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien setiap kali pengobatan diberikan. Pada keadaan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan.

Implikasi dalam perawat mencakup :

Memastikan klien dengan memeriksa gelang identifikasi. Membedakan klien dengan nama belakang yang sama.

Dalam keadan-keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.

2. Obat yang benar

Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah di resepkan. Pertintah pengobatan diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, podistrik, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari pemerintah untuk memerintahkan pengobatan. Resep dapat di tulis dalam buku resep dan di isi oleh ahli farmasi di toko obat atau apotek rumah sakit. Bagi klien yang tinggal di rumah sakit, pertintah pengobatan di tulis ‘lembar instruksi dokter’dan ditandatangani oleh orang yang berwenang. Perintah melalui telfon untuk pengobatan harus di tanda tangani oleh dokter yang menelfon dalam waktu 24 jam. Perawat harus tunduk dengan peraturan institusi mengenai perinah melalui telfon.

Komponen dari perintah pengobatan adalah :

2

Page 3: Makalah

1. Tanggal dan saat perintah di tulis2. Nama obat 3. Dosis obat4. Rute pemberian5. Frekuensi pemberian6. Tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesaehatan

Meskipun merupakan tanggung jawab seorang perawat untuk mengikuti pertintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada,perintah pengobatan tidak lengkap maka obat tidak boleh di berikan harus diperoleh perintah yang jelas,dan biasanya dengan menghubungi dokter atau pemberi asuhan keperawatan. Berikut adalah sebuah contoh perintah pengobata dan interpretasinya :

6/4/93 10:10A Lasix 40 mg, PO, q.d.

(tanda tangan)

(berikan 40 mg lasix per oral setiap hari )

Untuk menghindari kesalahan, label obat harus di baca tiga kali : (1) pada saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang obat, dan (3) setelah menuang obat. Perawat harus menyadari bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip. Contohnya adalah digoksin dan digitoksin; quinidin dan quinin; keflex dan kantrex; Demoral dan dikumarol; percocet dan percodan. Lebih khusus lagi, percocet mengandung oksikodon dan asetaminofen, sedangkam percodan mengandung oksikodon dan aspirin. Seorang klien mungkin alergi terhadap aspirin, sehingga penting sekali bagi klien itu untuk mendapat percocet.

Implikasi dalam perawatan mencakup :

Periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah, beritahu perawat dan atau dokter yang bertanggung jawab.

Ketahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut. Periksa label sebanyak tiga (3) kali sebelum memberikan obat-obat.

Ada empat kategori perintah pemberian obat :1. Perintah tetap (standing order)2. Perintah satu kali (single order)3. Perintah PRN (jika perlu)4. Perintah STAT(segera)

3

Page 4: Makalah

3. Dosis yang benar

Dosis yang benar adalah dosis yang di resepkan unuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang di rekomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variabel berikut : tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta). Daam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, seperti 3 mg/kg/hari.

Tabel 3-1 KATEGORI PERINTAH PEMBERIAN OBAT

KETERANGAN KATEGORI CONTOH

Perintah tetapdapat berarti perintah yang terus menerus digoksin 0,2 mg PO q.dmenerus atau dapat diberikan dalam dosis colace 100mg PO q.d.,PRNatau dalam jumlah tertentu. Dapat mencakup perintah PRN

perintah satu kali atau tunggal versed 2 mg IM pada pukul 7 berikan sekali dan biasanya pada waktu tertentu. pagi

Perintah PRN tylenol 650 mg setiap 3-4 jamDi berikan atas permintaan klien dan penilaian PRN untuk sakit kepalaPerawat dengan mempertimbangkan kebutuhanDan keamanan

Perintah segera morfin sulfat 2 mg IV statDi berikan sekali, segera

Tabel 3-2 METODE DISTRIBUSI OBAT

STOK DOSIS UNIT

DESKRIPSI obat –obat di kemas dalam dosis untukObat-obat disimpan dalam unit 24 jam oleh apotik.Dan di berikan kepada semua klien

4

Page 5: Makalah

Dari tempat obat yang sama.Keuntungan menghemat waktu perawat, tidak Selalu tersedia, hemat biaya jika dalam diperlukan perhitungan dosisJumlah besar. Mudah untuk penagihan rekening dalam dosis tertentu

Kerugian kesalahan obat lebih sering dengan terlambat dalam menerima obat. Tidak banyaknya orang yang menuang dapat segera diganti jika terkontaminasi.

Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Perhitungan dosis obat harus di periksa ulang jika didapat hasil sebagian dari dosis atau dosis dala jumlah yang sangat besar.Metode obat stok dan metode dosis unit adalah dua metode yang paling sering dipakai untuk distribsi. Tabel 3-2 menjelaskan metode-metode ini berikut keuntungan

Keuntungan dan kerugiannya masing-masing.Dalam metode dosis obat obat-obat secara terpisah dibungkus dan dilabel untuk dosis tunggal. Metode dosis unit kini populer di pakai dalam banyak institusi. Dengan memakai dosis unit maka tidak lagi terjadi kesalahan dosis obat.Implikasi dalam perawatan termasuk :

Hitung dosis obat yang benar. Jika ragu-ragu, dosis obat harus hitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawat pertama yang memberikan obat tertentu kepada seorang klien harus menghitung dosis dan membubuhkan tanda tangan pada kolom tanda tangan perawat jika parameter keamanan telah ditentukan.

Lihat buku PDR, american hospital formulary, atau buku referensi obat lainy untuk batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Waktu yang benar

Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali sehari ), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan .

Jika obat mempunyai waktu paruh yang panjang, obat dibeerikan sekali sehari. Obat- obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu. Beberapa

5

Page 6: Makalah

obat diberikan sebelum makan, dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan.

Implikasi dalam perawatan termasuk:

Berikan obat pada saat yang khusus. Selanjutnya obat dapat diberikan setengah jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.

Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan, seperti tetrasiklin sebelum makan. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut atau mukosa

lambung bersama-sama dengan makanan. Adalah tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk

pemeriksaan diagnostic, seperti endoscopy, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat.

Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotek atau tergantung peraturan.

Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama (misalnya set iap 8 jam pada t.i.d) sepanjang 24 jam untuk menjaga kadar darah terapeutik.

5. Rute yang benar

Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah oral : cairan, suspense, pil, tablet atau kapsul ; sublingual (dibawah lidah untuk absorbs vena) ; bukal (antara gusi dan pipi);topical (dipakai pada kulit); inhalasi (semprot aerosol); instilasi (pada hidung, telinga, mata, rectum atau vagina) ; dan 4 rute parenteral : intradermal, subkutan, intramuscular dan intravena.

Implikasi dalam perawatan termasuk :

Nilai kemampuan klien untuk menelan sebelum memberikan obat per oral. Pergunakan tekhnik aseptic sewaktu memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan dalam

rute parenteral. Berikan obat pada tempat yang sesuai. Tetaplah bersama klien sampai obat –obat oral telah di telan.

6. Dokumentasi yang benar

Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Meliputi nama obat, dosis, rute, waktu dan tanggal, dan inisial atau tanda tangan perawat.

Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat belum diberikan.

6

Page 7: Makalah

B. Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat 1. Hak Klien untuk Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi, yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk menbuat suatu keputusan.

2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasi. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, apa dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tidak lanjut juga diperlukan jika terjadi dalam perubahan dalam hasil pemeriksaan laboratorium seperti yang diperkirakan, seperti dalam pemberian insulin dan warfarin (Coumadin).

C. Pertimbangan-Pertimbangan Khusus : faktor- faktor yang mengubah respon terhadap obat ``

Respon farmakologik terhadap suatu obat bersifat kompleks. Perawat harus ingat jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu obat. Contoh-contoh dari factor-faktor yang mengubah respon terhadap obat adalah:

1. Absorbsi: suatu fariabel yang utama adalah rute pemberian obat. Absorbs oral terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal (lambung dan usus haus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan gastrointestinal, misalnya muntah atau diare, akan mempengaruhi obat.

2. Distribusi: pengikatan dengan protein merupakan mengubah utama dari distribusi obat dalam tubuh. Propranolol (inderal) berikatan dengan protein sebanyak 90%. Faktor lain adalah sawal darah-otak yang hanya dapat menerima obat-obat yang larut dalam lemak, seperti anestetik umum dan barbiturat, untuk masuk kedalam otak dan cairan serebro spinal. Senyawa yang bermuatan kuat dan sangat sedikit larut dalam lemak dihambat untuk masuk kedalam otak. Agen-agen neoplastik adalah contoh obat-obat yang tidak dapat melewati sawal darah-otak. Sawal plasenta merupakan membrane yang sebagian besar darinya memisahkan darah ibu dengan anak. Tetapi, obat-obat yang bersifat larut dalam lemak maupun yang larut dalam air dapat berdifusi menembus plasenta. Beberapa obat mempunyai efek teratogenetik jika dipakai dalam trimester pertama kehamilan ; yaitu, obat-obat yang dapat menyebabkan penyimpangan perkembangan organ atau system-sistem tubuh. Ini terjadi terutama jika obat-obat dipakai pada masa minggu ke-4 sampai ke-8 dari gestasi.

3. Metabolisme, atau biotransformasi: semua bayi, khususnya neonatusdan bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang. Demikian pula,

7

Page 8: Makalah

orang lanjut usia juga kehilangan sebagian dari fungsi ginjalnya. Pengaruh-pengaruh pada fungsi ginjal ini juga berpengaruh pada metabolism obat.

4. Eksekresi: rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal. Empedu, fases, paru-[aru, saliva, dan keringat juga merupakan rute dari ekskresi obat.

5. Usia: bayi dan orang lanjut usia lebih sensitive terhadap obat-obatan. Orang lanjut usia hipersensitif terhadap barbiturate dan penekanan susunan saraf pusat (SSP). Klien-klien seperti ini mempunyai absorbs yang buruk melalui saluran gastrointestinal akibat berkurangnya sekresi lambung. Dasis bayi dihitung berdasarkan berat dalam kilogram daripada berdasarkan usia biologis atau gestasionalnya.

6. Berat badan: dosis obat (misalnya antineoplastik) dapat diberikan sesuai dengan berat badannya. Orang yang obese mungkin memerlukan penambahan dosis, dan orang yang sangat kurus mungki

7. n memerlukan lebih sedikit. 8. Toksisitas : istilah ini merujuk pada gejala merugikan, pertama yang terjadi pada dosis

tertentu. Toksisitas lebih sering pada orang-orang yang yang mempunyai gangguan hati atau ginjal dan pada orang yang muda dan tua.

9. Farmakogenetik: istilah ini merujuk pada pengaruh factor-faktor genetic terhadap respons obat. Jika ibu atau ayah anda memiliki reaksi yang merugikan terhadap suatu obat, anda mungkin juga mengalami hal yang sama.

10. Rute pemberian : obat yang diberikan intravena bekerja lebih cepat daripada yang diberikan peroral.

11. Saat pemberian : ada atau tidak adanya makanan di dalam lambung dapat mempengaruhi kerja beberapa obat.

12. Factor emosional : komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek sampingnya dapat mempengaruhi efek obatnya.

13. Adanya penyakit : gangguan hati, ginjal, jantung, sirkulasi,dan gastrointestinaladalah contoh-contoh dari keadaan yang telah ada yang mempengaruhi respons terhadap obat. Contoh, penderita diabetes tidak boleh diberikan eliksiratau sirup yang mengandung gula.

14. Riwayat obat : penggunaan obat yang sama atau berbeda dapat mengurangi atau menambah efek dari obat.

15. Toleransi : kemampuan klien untuk berespons terhadap dosis tertentu dari suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian. Suatu kombinasi obat-obatan dapat diberikan untuk mengurangi atau menunda terjadinya toleransi terhadap obat tertentu.

16. Efek penumpukan : ini terjadi jika obat dimetabolisme atau dieksekresikan lebih lambat daripada pemberian obat.

17. Interaksi obat-obat : efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lemah daripada efek obat tunggal. Beberapa obat mungkin bersaing untuk menduduki tempat reseptor yang sama. Reaksi yang merugikan dapat menyebabkan toksisitas atau komplikasi, seperti anafilaksis.

8

Page 9: Makalah

D. Pedoman dalam pemberian obat

Prosedur untuk pemberian obat yang benar

1. Persiapan Cuci tangan sebelum menyiapkan pengobatan. Periksa untuk terjadinya alergi obat ; periksa penilaian riwayat dan kaldex. Periksa perintah pengobatan dengan perintah dokter, kaldekx, lembar pengobatan,

dan atau kartu pengobatan. Periksa label tempat obat sebanyak 3x. Periksa tanggal kadaluarsa pada label obat ; pergunakan hanya jika obat masih

berlaku. Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain. Pastikan kebenaran obat-obat yang dapat bersifat toksik dengan perawat lain atau

ahli farmasi. Tuang tablet atau kapsul kedalam tutup tempat obat. Jika tersedia dalam dosis

unit, buka paket disisi tempat tidur setelah memastikan kebenaran identifikasi klien.

Tuang cairan setinggi mata. Miniskus, lengkung terendah dari cairan, harus berada pada garins dosis yang diminta.

Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan.

2. Pemberian Periksa identitas klien melalui gelang identifikasinya. Tawarkan batu es untuk membaalkan pengecap rasa sewaktu memberikan obat

yang yang rasanya tidak enak. Jika mungkin, berikan obat dengan rasa yang tidak enak terlebih dahulu, baru kemudian diikuti dengan obat yang rasanya menyenangkan.

Berikan hanya obat yang saudara persiapkan. Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung dari rute pemberian. Tetaplah bersama klien sampai obat dipakai. Jika memberikan obat kepada sekelompok klien, berikan obat terakhir kepada

klien yang membutuhkan bantuan ekstra. Berikan tidak lebih dari 2,5 - 3ml larutan intramuscular pada satu tempat. Bayi

tidak boleh menerima lebih dari satu ml larutan jika melalui rute subkutan. Jangan menutup kembali jarum suntikan (peringatan umum).

Buang jarum dan tabung suntik ketempat yang tepat. Buang obat-obat kedalam bak atau toilet, jangan kedalam tempat sampah. Bahan-

bahan control harus dikembalikan ke apotik.

9

Page 10: Makalah

Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan stabil yang tidak terpakai didalam tempat yang tepat (beberapa perlu dimasukan kedalam lemari es). Tulis tanggal dan waktu pembukaan dan inisial anda pada label.

Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda Kunci untuk laci narkotik harus disimpan oleh perawat dan tidakboleh disimpan

didalam laci atau lemari. 3. Pencatatan

Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter klien dan perawat supervisor. Lengkapi laporan peristiwa

Masukan kedalam kolom : catatan obat yang diberikan, dosis, waktu, rute, dan inisial anda.

Catat obat-obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat. Lapor dan catat obat-obat yang ditolak dan alasn penolakan. Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pad kolom intake dan output ;

sediakan cairan yang hanya diperbolehkan dalam diet.

10

Page 11: Makalah

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPrinsip dalam pemberian obat yaitu memperhatikan prinsip 6 benar dalam pemberian obat yakni: benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi. Dalam pemberian seorang perawat harus memperhatikan hak klien seperti hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat dan hak klien untuk menolak pengobatan. Selain itu, dalam pemberian harus memiliki pedoman yang baik baik dari persiapan, pelaksaan dan pencatatan.

B. Saran Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat.

11

Page 12: Makalah

DAFTAR PUSTAKA

Kee, Joyce L. dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://ababar.blogspot.com/2012/02/prinsip-pemberian-obat.html

12