Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

20
Anemia Perdarahan Kronis dan Dispepsia Organik et causa gastropati OAINS Skenario 6 Seorang lelaki berumur 46 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien muntah hitam dan BAB berwarna hitam sebanyak 3x. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hatinya dan mual. Pasien pernah BAB hitam 3 bulan yang lalu, ada penyakit maag sejak 7 bulan yang lalu dan sering minum obat penghilang nyeri dalam 2 tahun terakhir. Pendahuluan Fungsi hemoglobin yang paling utama adalah mengikat oksigen. Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru- paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Kekurangan kadar hemoglobin ini akan menyebabkan kurangnya transportasi oksigen ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan suatu kumpulan gejala yang disebabkan sindrom anemia.. Gejala ini merupakan suatu sindrom dan bukannya suatu kesatuan penyakit (disease entity) maka penting untuk mencari berbagai penyakit yang mendasarinya (underlying disease).

description

Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Transcript of Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Page 1: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Anemia Perdarahan Kronis dan Dispepsia Organik

et causa gastropati OAINS

Skenario 6

Seorang lelaki berumur 46 tahun datang dengan keluhan lemas  sejak 1 minggu yang

lalu. Sebelumnya pasien muntah hitam dan BAB berwarna hitam sebanyak 3x. Pasien juga

mengeluhkan nyeri ulu hatinya dan mual. Pasien pernah BAB hitam 3 bulan yang lalu, ada

penyakit maag sejak 7 bulan yang lalu dan sering minum obat penghilang nyeri dalam 2

tahun terakhir.

Pendahuluan

Fungsi hemoglobin yang paling utama adalah mengikat oksigen. Hemoglobin di dalam

darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali

karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Kekurangan kadar

hemoglobin ini akan menyebabkan kurangnya transportasi oksigen ke seluruh tubuh sehingga

menimbulkan suatu kumpulan gejala yang disebabkan sindrom anemia.. Gejala ini merupakan

suatu sindrom dan bukannya suatu kesatuan penyakit (disease entity) maka penting untuk

mencari berbagai penyakit yang mendasarinya (underlying disease).

Anemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin,

nilai hematokrit atau jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah. Keadaan ini mengakibatkan

kemampuan darah untuk mengangkut oksigen berkurang sehingga akan timbul gejala-gejala

akibat terjadinya hipoksia dari ringan sampai berat.1 Anemia dapat disebabkan oleh gangguan

pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan

kronis, perdarahan mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan. Anemia

pasca perdarahan adalah anemia normositik normokromik yang terjadi akibat kehilangan

darah secara mendadak atau kronis pada orang sehat. Perdarahannya dapat jelas atau samar.2

Gastropati merupakan kelainan pada mukosa lambung dengan karakteristik perdarahan

subepitelial dan erosi. Salah satu penyebab dari gastropati adalah efek dari non- steroid anti

inflammatory drugs (NSAID/ OAINS) serta beberapa faktor lain seperti alkohol, stress,

ataupun faktor kimiawi. Gastropati OAINS dapat memberikan keluhan dan gambaran klinis

yang bervariasi seperti dispepsia, ulkus, erosi, hingga perforasi.3

Page 2: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Anamnesis

Merupakan suatu wawancara antara pasien dengan dokter untuk mengetahui riwayat

kondisi pasien, riwayat penyakit pasien dahulu, riwayat penyakit keluarga, gejala-gejala yang

dialami pasien. Jenis anamnesis yang dapat dilakukan adalah autoanamnesis dan

alloanamnesis. Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan

sadar. Sedangkan bila pasien tidak sadar atau anak kecil, maka dapat dilakukan alloanamnesis

yang menyertakan kerabat terdekatnya yang mengikuti perjalanan penyakitnya.4

1. Identitas Pasien

Menanyakan kepada pasien : nama lengkap pasien, usia, tanggal lahir, jenis kelamin,

agama, alamat, pendidikan dan pekerjaan, suku bangsa.

2. Keluhan Utama :

Menanyakan keluhan utama pasien yaitu : lemas sejak 1 minggu yang lalu, muntah hitam

dan BAB berwarna hitam sebanyak 3 kali, nyeri ulu hati dan mual.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :4

Pernahkah pasien muntah darah atau ada butiran seperti kopi ? Berapa

banyak, berapa kali dan sejak kapan pasien muntah?

Adakah gangguan pencernaan, nyeri dada, refluks asam, atau nyeri abdomen?

Adakah kehilangan darah per rektum (melena)? Apakah darah tercampur atau

terpisah dari tinja?

Apakah pasien pingsan atau pusing, khususnya saat duduk/ berdiri tegak?

Adakah gejala yang menunjukkan anemia kronis (toleransi olahraga menurun, lelah,

sesak napas)?

4.  Riwayat Penyakit Dahulu :

Adakah riwayat kehilangan darah lewat saluran cerna sebelumnya (hematemesis

atau melena), anemia, kencenderungan perdarahan?4

5.  Riwayat Obat-obatan :4

Apakah pasien pernah mengkonsumsi aspirin, OAINS, obat anti koagulan atau Fe?

Apakah pasien ada riwayat merokok atau minum alkohol?

6.  Riwayat Penyakit Keluarga :4

Adakah riwayat ulkus peptikum, anemia atau kelainan hematologi lain di keluarga

pasien?

Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa?

Page 3: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital adalah frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, suhu, dan tekanan darah.

Periksa keadaan umum dan tanda-tanda vital pada pasien. Semuanya harus diukur dalam

setiap pemeriksaan yang lengkap. Tekanana darah, temperature, frrekuensi nadi dan frekuensi

napas mennetukan tingkat keparahan penyakit. Pasien yang memperlihatkan adanya

perubahan nyata pada tanda-tanda vital biasanya menderita gangguan akut yang memerlukan

evaluasi dan pengobatan segera.5

Temperatur dibawah 35˚C (95˚F ) atau di atas 41˚C (105.8˚F) atau tekanan darah

sistolik di bawah 90 mmHg menandakan keadaan gawat darurat.

Frekuensi napas : kurang dari 5 kali/menit mengisyaratkan hipoventilasi dan

kemungkinan besar respiratory arrest. Bila lebih dari 35 kali/menit menunjukkan

gangguan yang parah, frekuensi yang lebih cepat dapat terlihat beberapa jam sebelum

otot-otot napas menjadi lelah dan terjadi gagal napas.5

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematik dan menyeluruh. Dilakukan

inspeksi pada :6

a. Warna kulit : pucat, plethora, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning.

b. Purpura : ptechie, echimosis

c. Kuku : koilonychia (kuku sendok).

d. Mata : ikterus, konjungtiva pucat, perubahan fundus.

e. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis

danstomatitis angularis.

f. Limfadenopati dan hepatosplenomegali

g. Nyeri tulang atau nyeri sternum

Pemeriksaan Fisik AbdomenPemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan satu

bantal, dengan kedua tangan di sisi kanan-kirinya. Sebaiknya vesika urinaria dikosongkan

dahulu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.5

a. InspeksiPada pemeriksaan inspeksi, diperhatikan kelainan-kelainan yang terlihat pada perut

seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetri perut yang menunjukkan adanya masa

tumor, striae, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari

umbilicus), atau obstruksi vena kava inferior, peristaltis usus, distensi dan hernia. Pada

Page 4: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

keadaan normal, dinding perut terlihat simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran

setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak simetris. Pada keadaan normal dan

fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltic usus tidak

terlihat. Bila terlihat gerakan peristaltic usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik

dan dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen usus. Perhatikan kontur abdomen, apakah bentuk

dindingnya cekung atau membuncit, apakah abdomennya simetris, apakah terdapat organ

atau masa yang terlihat. Perhatikan adanya peristaltik yang terlihat, pulsasi normal aorta akan

terlihat di epigastrium.5

b. Palpasi

Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan dalam

rongga abdomen dan pembesaran organ (organomegali). Palpasi dilakukan secara sistematis

dengan seksama, pertama kali ditanyakan apakah ada daerah-daerah yang nyeri tekan dan

sedapat mungkin seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran

massa tumor, hati, limpa, kandung empedu membesar atau teraba. Palpasi diusahakan dalam

posisi terlentang, pemeriksa berdiri padasebelah kanan pasien. Penekanan dilakukan oleh ruas

terakhir dan ruas tengah jari-jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan hati-

hati pada daerah nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Perinci nyeri tekan abdomen antara lain

berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada tahanan (peritonitis), apakah ada

nyeri rebound bila tak ada tahanan.5

c. Perkusi

Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, dengan penekanan yang lebih

ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Perkusi abdomen sangat membantu dalam

menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau udara. Dalam keadaan

normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali di daerah hati suara perkusinya adalah

pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani di

seluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara bebas di dalam perut,

misalnya pada perforasi usus. Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen,

perkusi di atas dinding perut mungkin timpani dan sampingnya pekak. Dengan memiringkan

pasien ke satu sisi, suara pekakini akan berpindah-pindah (shifting dullness). Perhatikan di

mana bunyi timpani berubah menjadi dullness.5

d. Auskultasi

Dalam keadaan normal, bising usus terdengar lebih kurang 3 kali per menit. Jika

terdapat obstruksi usus, suara peristaltic usus akan meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa

sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus disebut borborigmi. Pada keadaan paralisis

Page 5: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

usus, suara ini sangat melemah dan jarang bahkan kadang-kadang bisa menghilang. Keadaan

ini juga bisa terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus di mana usus sangat membesar dan

atoni. Pada ileus obstruksi kadang terdengar suara peristaltic dengan nada tinggi dan suara

logam (metallic sound). Suara murmur sistolik atau diastolic mungkin dapat didengar pada

auskultasi abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran

hati karena hepatoma. Bising vena yang kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran,

dapat didengar diantara umbilicus dan epigastrium.5

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Hematologia

a. Darah lengkap :

Kadar Hb, hitung leukosit, trombosit, eritrosit

Laju endap darah (LED)

Nilai hematokrit

Hitung retikulosit

Sediaan hapus darah tepi : menilai morfologi eritrosit

Nilai Eritrosit Rata-rata (NER)→VER (MCV), HER (MCH), KHER (MCHC)

MCV : Mean Corpuscular Volume dengan rumus :2

MCV=Ht % x 10 (fL )

eritrosit (jutauL

)

MCH : Mean Corpuscular Haemoglobin dengan rumus :2

MCH :Hb( g

dL ) x10 ( pg)

eritrosit ( jutauL )

MCHC : Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration dengan rumus :2

MCHC :Hb( g

dL) x100 %

Ht %

Nilai Normal Indeks Eritrosit

Indeks Eritrosit Nilai Normal

MCV 80-95 fL

MCH 27-34 pg

Page 6: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

MCHC 32-36%

Tabel 1. Nilai normal indeks eritrosit.6

b. Sumsum tulang.2

2. Pemeriksaan urin : mencari adanya perdarahan melalui saluran kernih (traktus

urinarius)→Makroskopik, mikroskopik, kimia (tes darah samar).

3. Pemeriksaan tinja (test darah samar) :mencari perdarahan melalui saluran pencernaan

(traktus digestivus)→Makroskopik, mikroskopik, kimia (tes darah samar)

4. Pemeriksaan kimia.

a. Kadar bilirubin indirek serum

b. Menilai cadangan besi tubuh : Besi serum (BS), daya ikat besi total (DIBT), saturasi

transferin, kadar ferritin serum

5. Pemeriksaan lain

a. Pemeriksaan faal ginjal

b. Pemeriksaan hati : SGOT, SGPT

c. Pemeriksaan kalenjar tiroid

Diagnosis

Working Diagnosis

Anemia Perdarahan Kronis ec Gastropati OAINS

1. Gastropati

Gastropati yang disebabkan oleh refluks empedu dan OAINS sering disebut sebagai

gastropati kimiawi atau gastropati reaktif atau gastritis tipe C. OAINS merupakan first line

therapy untuk artritis dan digunakan secara meluas pada kasus trauma, nyeri pasca

perdarahan pasca perdarahan dan nyeri-nyeri lain. Sebagian besar efek samping OAINS pada

saluran cerna bersifat ringan dan reversible. Hanya sebagian kecil yang menjadi berat yakni

tukak, peptic, perdarahan saluran cerna dan perforasi. Risiko untuk mendapatkam efek

samping OAINS tidak sama untuk semua orang tergantung kepada faktor usia, digunakan

bersama steroid, riwayat pernah mengalami efek samping OAINS, dosis tinggi atrau

kombinasi dengan lebih dari satu macam OAINS dan diabilitas.3

2. Anemia Perdarahan Kronis

Gejala klinik yang timbul pada anemia tidak selalu sama walaupun kadar hemoglobin

penderita tersebut sama. Hal ini disebabkan gejala anemia yang timbul karena beberapa

Page 7: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

faktor antara lain kecepatan terjadinya anemia, daya kompensasi fisiologis tubuh dan

aktivitas penderita.

Bagi anemia yang terjadi dalam waktu singkat/akut (seperti perdarahan akut) akan

menimbulkan gejala berat. Sebaliknya bila anemia terjadi secara perlahan (menahun) maka

gejalanya akan lebih ringan karena pada keadaan ini penderita telah dapat menyesuaikan diri

dan terjadi kompensasi tubuh terhadap keadaan tersebut. Gejala klinik anemia pada orang

beraktivitas tinggi lebih terlihat karena kebutuhan oksigen yang lebih tinggi.2,5

Differential Diagnosis

Anemia Perdarahan Kronis ec Ulkus Peptikum

Penyebab utama dari ulkus dianggap infeksi dengan bakteri yang disebut Helicobacter

pylori, yang dapat diperoleh melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.

Penyebab lain dari ulkus adalah produksi berlebihan dari asam klorida dan pepsin. Ketika

secara berlebihan, asam lambung dapat merusak dinding pelindung dari lambung atau organ

internal tertentu, memungkinkan bakteri untuk menyebabkan kerusakan yang lebih besar.

Meskipun bakteri Helicobacter pylori dan sekresi lambung berlebihan terutama bertanggung

jawab untuk pengembangan ulkus, ada juga faktor lain yang dapat berkontribusi pada proses :

merokok, konsumsi alkohol, kafein, dll.

Ketika asam klorida dan pepsin juga terlibat dalam pengembangan maag, gangguan ini

disebut sebagai ulkus peptikum. Jika ulkus terjadi pada tingkat duodenum, gangguan ini

disebut ulkus duodenum. Jika ulkus berkembang dalam perut, gangguan perut atau disebut

tukak lambung. Ulkus lambung dianggap suatu bentuk gangguan pencernaan serius, karena

dapat mengakibatkan komplikasi dan bahkan kanker. Komplikasi yang paling parah adalah

perdarahan ulkus peptikum dan perforasi ulkus.1

Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah :

Muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang

sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi

Tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.

Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat

ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis H2 dan

antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat.

Obat-obat tertentu (terutama aspirin, ibuprofen dan obat anti peradangan non-steroid

lainnya), menyebabkan timbulnya erosi dan ulkus di lambung, terutama pada usia lanjut.

Page 8: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Erosi dan ulkus ini cenderung akan membaik jika pemakaian obat tersebut dihentikan

dan jarang kambuh kembali kecuali jika obat digunakan kembali.

Epidemiologi 

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di

lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita

anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Angka prevalensi anemia di dunia

sangat bervariasi tergantung pada geografi. Angka prevalensi anemia di Indonesia menurut

Husaini dkk adalah sebagai berikut :

Perkiraan Prevalensi Anemia di Indonesia

Kelompok Populasi Angka Prevalensi

1. Anak prasekolah (balita) 30-40%

2. Anak usia sekolah 25-35%

3. Dewasa tidak hamil 30-40%

4. Hamil 50-70%

5. Laki-laki dewasa 20-30%

6. Pekerja berpenghasilan rendah 30-40%

Tabel 2. Prevalensi Anemia.6

Di UK tiap tahun diperkirakan 30.000 gangguan gastrointestinal yang serius

diakibatkan oleh NSAID dan diperkirakan 12.000 pasien terpaksa dirawat dirumah sakit dan

menyebabkan 1.200 kematian. Di USA diperkirakan lebih dari 40.000 penderita tiap tahun

dirawat di rumah sakit dan menyebabkan 3.000 kematian pada penderita lanjut usia yang

disebabkan oleh pemakaian NSAID. Diperkirakan NSAID menyebabkan 15-35% dari

seluruh komplikasi ulkus.3

Etiologi

Etiologi dari anemia pasca perdarahan (post-hemoragic) adalah kehilangan darah

karena kecelakaan, operasi, perdarahan usus, ulkus peptikum, perdarahan karena kelainan

obstetris, hemoroid dan ankilostomiasis.7

Anemia yang disebabkan perdarahan mendadak, perdarahan lambat yang kronis

(menahun) mengakibatkan penurunan jumlah total sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia

Page 9: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

jenis ini dapat berhubungan dengan peningkatan presentase sel darah merah imatur

(retikulosit) dalam sirkulasi.2

Kehilangan darah dalam jumlah besar (blood loss) akan menyebabkan kurangnya

jumlah sel darah merah (SDM) dalam darah sehingga terjadi anemia. Perdarahan kecil atau

mikro yang terjadi dalam jangka waktu yang lama juga dapat menimbulkan anemia.

Berlainan dengan perdarahan yang besar dan dalam waktu singkat, perdarahan mikrodan

kronis ini biasanya tidak atau kurang disadari. Perdarahan kecil yang menahun di saluran

cerna juga dapat terjadi pada tukak lambung yang tidak diobati sebagaimana mestinya.8

 Ulkus gaster seringkali menimbulkan perdarahan dalam ukuran besar, tidak nyeri,

kemungkinan perdarahan awal yang lebih kecil disertai darah yang mengalami perubahan

(coffee ground) dan riwayat penyakit ulkus peptikum. Sedangkan pada gastritis erosif,

terdapat perdarahan dengan volume sedikit, berwarna merah terang, dapat terjadi sesudah

konsumsi alkohol atau OAINS dan terdapat riwayat gejala-gejala dispepsia.

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan

salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa

hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.5

Patofisiologi

Gejala umum anemia (sindrom anemia) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus

anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun di bawah harga tertentu.

Gejala umum anemia ini timbul karena anoksia organ, mekanisme kompensasi tubuh

terhadap berkurangnya daya angkut oksigen. Gejala umum anemia menjadi jelas (anemia

simptomatik) apabila kadar hemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl. Berat ringannya gejala

umum anemia tergantung pada derajat penurunan hemoglobin, kecepatan penurunan

hemoglobin, usia, adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya. Sindrom anemia terdiridari

rasa lemah, lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, pusing, telinga mendenging (tinnitus), mata

berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Pada pemeriksaan, pasien

tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan

jaringan di bawah kuku. Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia

sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut.5

 Reaksi klinis dan morfologis terhadap kehilangan darah bergantung pada kecepatan

perdarahan dan apakah perdarahan bersifat eksternal atau internal. Pengeluaran darah kronik

memicu anemia jika kecepatan perdarahan melebihi kapasitas regeneratif sumsum tulang

atau jika cadangan besi berkurang.9 Gastropati akibat NSAID bervariasi sangat luas, dari

Page 10: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

hanya berupa keluhan nyeri ulu hati sampai pada tukak peptic dengan komplikasi perdarahan

saluran cerna bagian atas.5

Gejala yang timbul mirip pada anemia perdarahan kronis mirip dengan anemia jenis

lain dan bervariasi dari ringan sampai berat, tergantung pada seberapa banyak darah yang

hilang dan seberapa cepat. Jika kehilangan darah terjadi secara perlahan selama beberapa

minggu atau lebih, kehilangan sampai dua pertiga dari volume darah dapat menyebabkan

gejala hanya berupa kelelahan dan kelemahan.5 Gejala klinis yang dapat dijumpai pada

anemia pasca perdarahan jika dihubungkan dengan perdarahan adalah sebagai berikut :

Jumlah Perdarahan Gejala

<10% BB (500 cc) Biasanya asimtomatik, kadang-kadang

dengan sinkop vasovagal

>20% BB (1000 cc) Takikardia dengan hipotensi postural

>30% BB (1500 cc) Vena leher kosong, takikardia dan hipotensi

postural

>40% BB (2000 cc) Hipotensi sampai syok dengan nadi cepat dan

kecil serta akral dingin, curah jantung dan

tekanan vena sentralis menurun

>50% BB (2500 cc) Syok berat, asidosis laktat dan akhirnya

kematian

Tabel 3. Gejala Klinis Perdarahan.10

Penatalaksanaan

Non Medika Mentosa

Pada perdarahan banyak dan cepat, sumber perdarahan harus ditemukan dan perdarahan

harus dihentikan. Pemulihan volume darah dengan pemberian plasma secara intravena atau

darah utuh yang telah dicocokkan golongannya. Salin atau albumin juga dapat diinfuskan.2

Pulihkan volume darah dengan memberikan infus plasma expanders. Indikasitransfusi darah

bila kadar Hb kurang dari 7g/dL. Pemberian 1 unit Packed Red Cells (PRC) dapat

meningkatkan Ht 3% atau meningkatkan kadar Hb 1 g/dL.1 Hal yang penting dan kritis adalah

memberikan pengobatan tanpa menunda. Selang intravena berdiameter besar harus dipasang.

Sementara golongan darah ditentukan dan dilakukan percocokan silang (crossmatch), salin,

ringer laktat atau koloid seperti albumin 5% harus diinfuskan untuk mengoreksi hipovolemia.

Page 11: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

Selanjutnya darah lengkap diberikan sesegera mungkin. Pemantauan tanda-tanda vital dan

tekananan vena sentral berguna dalam menentukan jumlah volume penggantian yang tepat.

Penatalaksanaan pada pasien gastropati OAINS, terdiri dari non-mediamentosa dan

medika mentosa. Pada terapi non-medikametosa, yakni berupa istirahat, diet dan jika

memungkinkan, penghentian penggunaan OAINS. Secara umum, pasien dapat

dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada komplikasi baru

dianjurkan rawat inapdi rumah sakit.5

Pada pasien dengan disertai tukak, dapat diberikan diet lambung yang bertujuan untuk

memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung, mencegah

dan menetralkan asam lambung yang berlebihan serta mengusahakan keadaan gizi sebaik

mungkin. Adapun syarat diet lambung yakni :3

Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.

Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk menerima.

Rendah lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan

secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.

Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,

mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perseorangan)

Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan minum

susu terlalu banyak.

Makan secara perlahan.

Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk

memberikan istirahat pada lambung.

Medika Mentosa

Dengan adanya kehilangan darah secara lambat atau sedikit, tubuh dapat memproduksi

cukup sel darah merah untuk memperbaiki anemia tanpa perlu transfusi darah. Karena zat

besi, yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah hilang selama perdarahan,

kebanyakan orang yang mengalami anemia akibat pendarahan perlu mengkonsumsi suplemen

zat besi, biasanya tablet, selama beberapa bulan. Kehilangan darah memerlukan suplementasi

besi untuk jangka panjang. Pemberian ferro sulfat 3 x 200 mg sehari merupakan pilihan yang

tepat. Sediaan besi oral lainnya meliputi ferro fumarat, ferro glukonat. Perbaikan cadangan

Page 12: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

besi membutuhkan waktu 3-6 bulan meskipun demikian retikulosis mencapai puncak setelah

10 hari sementara hemoglobin mencapai nilai normal setelah 2 bulan terapi.5

Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati OAINS ringan dapat sembuh

sendiri walaupun OAINS tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2 (ARH2) atau proton

pumpinhibitor (PPI) dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Harus hati-hati menggunakan

ARH2 pada pasien yang harus menggunakan OAINS jangka lama ARH2 ternyata mampu

mencegah timbulnya komplikasi berat OAINS pada saluran cerna atas. Pasien yang dapat

menghentikan OAINS, obat-obat anti tukak seperti golongan sitoproteksi, ARH2 dan PPI

dapat diberikan dengan hasil yang baik. Sedangkan pasien yang tidak mungkin menghentikan

OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya menggunakan PPI.5

Komplikasi

1. Kegagalan jantung dimana fungsi jantung menjadi lemah dan tidak mencukupi. Masalah

jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur. Jantung

harus memompa darah lebih banyak untuk mengkompensasi kekurangan oksigen yang

dibawa oleh darah. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung

2. Masalah semasa mengandung seperti melahirkan anak pra-matang dan pertumbuhan

janin yang terencat semasa berada di dalam kandungan.

3. Keletihan berat sehingga mengganggu aktivitas seharian. Terutama pada anak sekolah

yang tidak ikut serta kegiatan di sekolah.

4. Pada anemia yang parah, pendarahan yang banyak yang tidak diganti balik dapat

menyebabkan kematian.3

Penutup

Prognosis akan bertambah baik jika peyakit dasarnya ditangani lebih awal. Anemia

merupakan simptom yang menandakan adanya kelainan lain di tubuh. Sifat-sifat gejala

anemia dapa dipakai untuk membantu diagnosis. Pada orang yang sudah berusia/lansia

prognosis anemia lebih buruk karena daya ketahanan tubuh yang semakin berkurang.5

Daftar Pustaka

1. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SK, Santoso R. Penuntun patologi klinik

hematologi. Jakarta : FK Ukrida; 2009. h.103-21.

2. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta : EGC; 2009. h.410-25.

Page 13: Makalah 24 Anemia Perdarahan Kronis Dan Dispepsia Organik

3. Suyata, Bustami E, Bardiman S, Bakry F. Nsaid gastropathy. Volume 5. Jakarta : The

Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy; 2004.

h.89-94.

4. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.

h.29-30.

5. Sudoyo WA. Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Volume 1&2.

Edisi ke-5. Jakarta : Interna Publishing; 2009. h. 447, 509-18, 1109-13.

6. Bakta IM. Hematologi klinik ringkas. Jakarta : EGC; 2012.h.12-40.7.

7. Sadikin M. Biokimia darah. Jakarta : Widya Medika; 2002.h.25-37.

8. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Jakarta : Erlangga; 2007. h.23.

9. Mitchell, Kumar K, Abbas, Fausto N. Robbins & Cotran. Dasar patologis penyakit.

Edisi ke-7. Jakarta : EGC; 2010. h.641-2.

10. Bakta IM. Gawat darurat di bidang penyakit dalam. Jakarta: EGC; 2000. h.139.