makalah-2
-
Upload
dahlia-qadari -
Category
Documents
-
view
101 -
download
0
Transcript of makalah-2
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu elemen dalam perusahan yang sangat penting adalah Sumber Daya
Manusia (SDM). Pengelolaan SDM dari suatu perusahaan sangat mempengaruhi banyak
aspek penentu keberhasilan kerja dari perusahaan tersebut. Jika SDM dapat diorganisir
dengan baik, maka diharapkan perusahaan dapat menjalankan semua proses usahanya dengan
baik.
Manajemen bukanlah kata yang asing bagi setiap orang, tetapi mungkin banyakdari
kita yang salah mengartikan istilah “Manajemen”. Jika mendengar istilah“Manajemen”,
mungkin pikiran kita tertuju pada salah satu jurusan EkonomiManajemen di Fakultas
Ekonomi, atau kita membayangkan perusahaan besar. Tidakbanyak orang yang berpikir
bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yangdiperlukan dan diimplementasikan
bagi semua organisasi dalam mencapai tujuannya.
Pandangan seperti ini ada benarnya tetapi kurang tepat sebab sebenarnya
manajemensangat dibutuhkan bagi setiap organisasi baik yang berorientasi pada profit,
sosialmaupun lainnya. Bahkan manajemen sangat diperlukan oleh setiap orang
untukmengelola segala aktivitas kesehariannya agar tujuan kita dapat tercapai sesuai
dengantarget dengan cara yang efektif dan efisien. Akan tetapi dalam prakteknya
manajemenlebih dibutuhkan dimana terdapat sekelompok orang yang saling bekerja sama
dalamsuatu wadah (organisasi) untuk mencapai tujuan bersama. Secara fungsional suatu
organisasi mempunyai persamaan yang mendasar dalamhal pengelolaannya.
Manajemen mempunyai fungsi universal yang dapatdiimplementasikan pada semua
organisasi baik institusi pemerintah, sekolah, duniausaha maupun industri. Organisasi
mempunyai bentuk dan tujuan yang berbeda-bedabergantung pada visi dan misi yang
diembannya. Fungsi manajemen dapat diterapkanpada organisasi yang berorientasi pada
keuntungan (profit) maupun non profit, besarataupun kecil.
Manajemen merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat universal yang tersusunsecara
sistematis yang mencakup kaidah-kaidah ilmu, prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang
cenderung benar dalam semua situasi manajerial. Manajemen sebagai ilmupengetahuan dapat
diaplikasikan dalam semua organisasi seperti organiasi sekolah,perusahaan, pemerintah,
sosial, keagamaan, kepemudaan, organisasi keluarga dansebagainya. Seorang pimpinan
3
organisasi atau manajer dituntut untuk memiliki pengetahuandan keterampilan dalam bidang
manjemen sehingga diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya pada situasi dan kondisi
yang tepat guna mencapai tujuansecara efektif dan efisien. Selain memiliki pengetahuan dan
keterampilan, seorangmanajer dituntut untuk bersifat fleksibel dalam menyesuaikan diri
dengan situasi dankondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Manajemen
Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan
secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses
perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian,
dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis.
Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan
secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses
perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian,
dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis. Sesungguhnya keempat proses
itu merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai
manajemen.
Semua gagasan itu didasarkan pada pra-anggapan yang menghendaki pembagian proses
kerja para manajer menjadi bagian-bagian yang dapat dilaksanakan. Proses-proses itu
berulangkali dinyatakan sebagai "langkah-langkah dasar manajemen", batu-batu fondasi
manajemen.
Proses manajemen dalam suatu perusahaan / organisasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Proses perencanaan (Planning) meliputi gagasan bahwa manajemen mengantisipasi
berbagai kondisi seperti peluang dan kendala di masa depan, dan berusaha
menetapkan lebih dulu apa yang harus mereka lakukan dan apa yang akan mereka
capai. Proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran
tadi. Manajer memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan serta
tindakan mereka berdasarkan metode, rencana, atau logika dan bukan berdasarkan
perasaan.
2. Proses pengorganisasian (Organizing) berarti menempatkan orang dan prasarana serta
sarana dan sumberdaya dalam suatu tata-hubungan yang kondusif untuk bekerja sama
menuju sasaran bersama.
Proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara
terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran. Proses mengatur
3
dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota
organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.
3. Proses pelaksanaan (Actuating) meliputi pemberian arahan, perintah kerja, dorongan
dan motivasi kerja, serta pemecahan masalah.
Proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan
dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. Mengarahkan, mempengaruhi, dan
memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas yang penting.
4. Proses pengendalian (Controlling) dilakukan dengan pengamatan, mencermati
laporan, dan melakukan inspeksi supaya pekerjaan di semua bagian sesuai dengan
persyaratan kualitas dan ketentuan rencana hasil, dan sesuai dengan anggaran biaya.
Proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan.Manajer harus yakin tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi
benar-benar menggerakkan organisasi kea rah sasaran yang telah dirumuskan.
B. Perencanaan Dan Pengambilan Keputusan
a. Pengertian Perencanaan dan Pembuatan Keputusan
Perencanaan atau Planning adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan
tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi
tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang
menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab
perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik
itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan
perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi
tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
Pada intinya, perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta
bagaimana sesuatu ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian
3
rumusan rencana kegiatan tertentu. Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang
dirumuskan ternyata dapat direalisasikan dan mencapai tujuan.
Sedangkan keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu
penyelesaian dari beberapa alternatif yang ada. Keputusan yang tepat pada
dasarnya adalah keputusan yang bersifat rasional, sesuai dengan nurani dan
didukung oleh fakta yang akurat sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Dalam
dunia bisnis, keputusan yang tepat bukan saja ditentukan oleh banyaknya
pengalaman dan keahlian yang kita miliki, akan tetapi didukung oleh kelengkapan
informasi yang terkait dengan masalah yang akan kita selesaikan.
Pembuatan keputusan adalah fungsi mendasar dari manajemen, seperti halnya
dengan kepemimpinan dan komunikasi. Pembuatan keputusan adalah salah satu
kemampuan utama yang harus dikuasai setiap manajer. Hal ini disebabkan
pembuatan keputusan sangat diperlukan pada semua tahap kegiatan administrasi
dan manajemen. Misalnya saja di saat proses perencanaan berlangsung, berbagai
proses pembuatan keputusan dilakukan untuk memilih alternatif dan prioritasnya.
Pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan mengidentifikasi dan
menganalisis masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, mempertimbangkan
kriteria, mengembangkan alternatif, membandingkan dan mengevaluasi semua
alternatif pemecahan, menilai risikonya, memilih alternatif terbaik dan
mengimplementasikan keputusan. Untuk memperlancar proses pengambil
keputusan tersebut kita harus mengetahui kunci pokok keberhasilan implementasi
keputusan. Kunci kesuksesan tersebut adalah komitmen, penyampaian hasil
keputusan berupa pengumuman, jumlah dan kualitas personalia yang akan
melaksanakan keputusan, fasilitas yang mendukung pelaksanaan keputusan,
waktu pelaksanaan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan keputusan.
Kualitas keputusan yang dibuat oleh manager sangat penting peranannya bagi
dua hal. Pertama, kualitas keputusan manager secara langsung mempengaruhi
peluang karir, penghargaan dan kepuasan kerja. Kedua, keputusan manajerial
memiliki konstribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi.
Oleh karenanya, setiap manager harus selalu siap untuk menghadapi evaluasi dan
kritik terhadap keputusan yang dibuatnya.
b. Tipe Perencanaan
3
Sesuai dengan tingkatan structural piramida, organisasi mempunyai berbagai
perencanaan seperti dijelaskan dibawah ini:
1) Perencanaan Strategis
Dilakukan oleh manajemen puncak
Karakteristiknya:
Berfokus pada kesesuaian sumberdaya perusahaan dengan
factor lingkungan dan resiko yang akan dihadapi
Horizon waktu jangka panjang
Bersifat umum, tidak spesifik
2) Perencanaan Taktis
Dilaksanakan manajer menengah.
Karakteristiknya:
Berfokus pada pelaksanaan jangka pendek-menengah
Bersifat rinci untuk dilaksanakan manajer bawah
Horizon waktu jangka pendek menengah
3) Perencanaan Operasional
Dilaksanakan manager bawah.
Karakteristiknya :
Berfokus pada kegiatan operasional dalam perusahaan,
Bersifat sangat rinci,
Waktu pelaksanaan jangka pendek kurang dari satu tahun.
c. Konsep Dasar Perencanaan dalam Manajemen
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan sebagai pengarah
Perencanaan sebagai upaya untuk meminimalisasi ketidakpastian
Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya
Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan
kualitas
2. Prinsip-Prinsip Perencanaan
Kontinuitas atau berkelanjutan
Futuristik atau berkaitan dengan masa depan
Komprehensif atau menyeluruh dan menyangkut aspek-aspek
perusahaan
3
Fleksibilitas atau mudah diakomodasi dengan berbagai kondisi
yang baru
Berperan dalam mencapai goal
Profesionalitas atau perencanaan tersebut harus memiliki keahlian
yang tinggi
Mempunyai time limit atau batas waktu
Bersifat gradual atau sejalan dengan jenjang karir manajerial
Faktual dan realistis
3. Peran Tujuan
Tujuan pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat
diraih atau dicapai oleh individu atau organisasi. Rencana merupakan
bentuk konsep yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai.
Tujuan harus memiliki empat karakteristik dasar:
1) Tujuan harus diungkapkan secara tertulis
2) Tujuan harus dapat diukur
3) Tujuan harus dapat ditentukan waktunya
4) Tujuan harus menantang dan dapat dicapai
4. Macam-Macam Perencanaan
Macam-macam perencanaan ada dua macam yakni:
perencanaan jangka pendek,
perencanaan menengah dan
perencanaan jangka panjang.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pembuatan rencana baik jangka pendek atau menengah
dan jangka panjang, antara lain:
1. Prediksi atau meramalkan kejadian yang mungkin akan terjadi.
2. Langkah kerja baik berupa menentukan tujuan ataupun
mengumpulkan data-data statistik, menyusun rencana alternatif
dsb.
3. Langkah operasional yang akan ditempuh.
4. Aturan instruksional yang berfungsi sebagai guidance dan
pengendali.
5. Perencanaan anggaran.
6. Program kerja dan time schedule.
3
7. Alat bantu dalam perencanaan
d. Proses Pembuatan Rencana yang Baik
Rencana yang baik harus memuat sifat-sifat sebagai berikut:
1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami
oleh yang menerima sehingga penafsiran yang berbeda-beda dapat ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya bila ada perubahan keadaan maka tidak semua rencana dirubah
dan dimungkinkan diadakan penyesuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak
kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi harus
dijaga stabilitasnya setiap rencana harus ada dalam perimbangan.
4. Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan factor-faktor
produksi kepada siapa tujuan organisasi seimbang dengan kebutuhan.
5. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi
yang ada dalam organisasi.
Empat Tahap Dasar dalam Proses perencanaan meliputi:
Tahap 1 : Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Perencanaan dimulai dengankeputusan-keputusan tentang keinginan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan yang jelas,
organisasi akan menggunakan sumber daya sumberdayanya secara tidak
efektif.
Tahap 2 : merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari tujuan yang hendak di capai
atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk pencapaian tujuan adalah
sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkutwaktu yang akan
datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa, rencanadapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua
inimemerlukan informasi-terutama keuangan dan data statistik yang didapat
melaluikomunikasi dalam organisasi.
Tahap 3 : mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dankelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan
3
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya,atau yang
mungkin menimbulkan masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi
keadaan,masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di
waktu mendatang adalahbagian esensi dari proses perencanaan.
Tahap 4 : mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan
Tahap terakhir dalam proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagai
alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif
tersebut danpemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai
alternatif yang ada.
e. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
Pembuatan keputusan yaitu proses serangkaian kegiatan yang
akan dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah. Pembuatan
keputusan ini dilakukan oleh setiap jabatan dalam organisasi. Manajer
akan membantu keputusan yang berbeda dalam situasi dan kondisi
yang berbeda pula.
Keputusan yang dibuat setiap manajer akan berbeda-beda,
sesuai dengan perbedaan kondisi dan situasi yang dihadapi. Tipe-tipe
keputusan yang dibuat dedapat diklasifikasikan berdasarkan sistem
yang dikemukakan oleh Simon, antara lain:
1. Keputusan yang diprogram, yaitu keputusan yang dibuat
menurut kebiasaan aturan atau prosedur. Contohnya keputusan
masa lamanya cuti karyawan.
2. Keputusan yang tidak diprogram, yaitu keputusan yang
berkenaan dengan masalah-masalah baru, khas atau khusus.
Dalam menangani tipe keputusan ini, manager biasanya
cenderung menggunakan judgement, intuisi dan kreativitas.
Stamatis (1996) mengemukakan model pengambilan keputusan yang terdiri atas enam
tahap, yakni mengidentifikasi dan menentukan masalah, menyusun alternatif pemecahan
masalah, mengevaluasi alternatif pemecahan masalah, membuat keputusan,
mengimplementasikan keputusan dan menindaklanjutinya untuk mengevaluasi keputusan
tersebut. Sedangkan Robbins (1991) mengidentifikasi tiga model pengambilan keputusan,
yaitu:
3
a. Optimizing decision-making model yakni pengambilan keputusan yang menjelaskan
bagaimana setiap individu harus berprilaku dalam rangka memaksimumkan hasil yang
ingin dicapai.
b. Satisfacting model, yakni pengambil keputusan memilih solusi pertama yang dipandang
cukup baik, memuaskan dan memadai.
c. Implicit favourite model, yakni masing-masing individu menyederhanakan proses
dalam memecahkan masalah yang kompleks.
Keputusan dapat diambil dengan meenggunakan metode kuantitatif (perhitungan-
statistik) Untuk mengantisipasi dan memperkirakanya. Proses pembuatan keputusan yang
Efektif :
1. Pemahaman dan perumusan masalah
2. Pengumpulan dan analisa data yang relevan
3. Pengembangan alternatif-alternatif
4. Evaluasi alternatif-alternatif
5. Pemilihan alternatif terbaik
6. Implementasi keputusan
7. Evaluasi hasil-hasil
C. Proses Organisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), organisasi adalah kesatuan
yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu. Tujuan
sebuah organisasi adalah tujuan yang dianggap tujuan bersama sehingga orang-orang di
dalamnya merasa terikat oleh tujuan tersebut, meskipun setiap individu mempunyai
tujuan pribadi dalam mendirikan atau bergabung dalam suatu organisasi.
Organisasi dibentuk untuk memaksimalkan potensi, yang artinya dalam
mencapai tujuan yang besar, dibutuhkan tata kelola yang jelas, pembagian kerja yang
3
jelas, terstruktur, dan yang pasti saling bahu membahu dan konstruktif dalam mencapai
tujuan bersama tersebut. Dimana tujuan yang besar tersebut sangat sulit terwujud
apabila hanya dikerjakan oleh seseorang.
Menurut West, Borrill, dan Unsworth (1998), organisasi harus mempunyai tiga
hal. Pertama, kerja dari tiap-tiap elemen, atau bahkan dalam scope terkecil, yaitu
individu, harus tidak sendiri, tidak mandiri, dan mesti saling terkoordinasi. Kedua,
setiap anggota harus memilki peran yang khusus dan spesifik. Ketiga, harus
mempunyai tujuan bersama yang ingin dicapai.
Tujuan besar organisasi lebih dikenal dengan istilah visi, yaitu impian,
dambaan, dan suatu kondisi ideal yang hampir tidak akan tercapai oleh organisasi
tersebut, karena jika visi tersebut tercapai, maka bubarlah organisasi tersebut. Dari visi,
organisasi juga mempunyai misi, yaitu pondasi-pondasi apa saja yang akan dilakukan
dalam usaha mewujudkan visi tersebut. Sama sifatnya dengan visi, misi ini juga hampir
tidak akan tercapai. Karena sifat visi dan misi yang hampir tidak akan tercapai, maka
organisasi butuh pengejawantahan visi dan misi ke dalam hal-hal yang lebih spesifik,
terukur, dapat dicapai, wajar, dan berbatas waktu. Inilah yang biasa disebut targetan,
atau capaian, atau goal. Dalam mewujudkan semua itu diperlukan strategi atau yang
lebih populer disebut proker (program kerja). Program kerja adalah langkah-langkah
kecil untuk mencapai goal yang telah kita bahas di atas.
Dalam berbagai sumber mengenai organisasi, kita mengenal tahapan gerak dari
suatu organisasi, berupa akronim POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling.
Tahap planning merupakan tahapan paling fundamental yaitu perencanaan
target, misi, dan strategi menjadi langkah dasar dalam suatu organisasi. Atau bahkan
jika baru mendirikan organisasi, visi juga merupakan perencanaan dalam suatu
organisasi.
Tahap organizing, berupa analisis kerja, bagian apa-apa saja yang dibutuhkan
untuk menerapkan strategi-strategi yang telah direncanakan. Juga dilakukan pembagian
kerja atau peran, pola hubungan, posisi suatu bagian, dan sebagainya. Tahap organizing
biasanya menghasilkan struktur organisasi atau struktur kerja, termasuk pemimpin.
Terkadang, pemimpin dipilih di awal, sebelum melakukan planning. Pemimpin inilah
yang akan memimpin atau membimbing organisasi agar tetap pada jalannya untuk
mencapai visi yang telah direncanakan.
3
Tahap actuating adalah tahap perwujudan, tahap transformasi perencanaan
menjadi tindakan-tindakan nyata, berupa pelaksanaan strategi-strategi yang telah
ditetapkan. Inilah tahap krusial dalam organisasi, di mana pada tahap ini, pengujian
integritas, komitmen, dan konsistensi dari suatu organisasi dilakukan, apakah organisasi
tersebut hanya pandai merencanakan tetapi gagal dalam geraknya atau tidak. Seringkali
organisasi mengalami guncangan-guncangan di tahap ini.
Tahap controlling merupakan tahap pengendalian kualitas kerja inilah yang
mengukur sejauh mana organisasi telah bergerak sejauh ini, apakah lambat, cepat, atau
malah kehilangan arah, sehingga tidak menuju tujuan. Nantinya, kontrol ini
memberikan feedback, yang akan mempengaruhi sikap kerja, atau bahkan
mempengaruhi hal yang lebih fundamental, yaitu goal. Di Indonesia tahap ini
seringkali diabaikan oleh suatu organisasi. Diabaikan di sini bukan berarti tidak
melakukan sama sekali, akan tetapi pelaksanaan kontrol atau kendali kerja ini
seringkali tidak berjalan dengan baik dan konsisten, sehingga pengendalian kualitas
kerja seringkali dianaktirikan.
Itulah konsep dasar sebuah organisasi, punya tujuan dan rencana yang jelas,
punya pembagian peran, punya pola hubungan tiap-tiap bagian peran, melakukan peran,
dan adanya evaluasi terhadap apa yang dilakukan.
Proses mempengaruhi (wewenang dan kekuasaan).
Suatu proses adalah setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan pengaruh menurut Scott dan Mitchell
merupakan suatu transaksi social dimana seorang atau sekelompok orang digerakkan
oleh seorang atau kelompok orang yang lain untuk melakukan kegiatan yang sesuai
dengan harapan mereka yang mempengaruhi.
Dalam hal ini suatu pengaruh sangat berhubungan dengan kekuasaan dan
wewenang. Yang dimaksud dengan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempunyai
pengaruh, sedangkan wewenang merupakan salah satu tipe dari kekuasaan.
Dalam proses mempengaruhi mencakup tiga unsur yaitu :
1. Orang yang mempengaruhi.
2. Metoda mempengaruhi.
3. Orang yang dipengaruhi.
3
Dalam Organisasi tentunya terdapat proses-proses yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Seperti, Proses mempengaruhi pengambilan
keputusan dan komunikasi adalah proses-proses manejerial karena secara nyata
dilaksanakan oleh para manajer. Proses-proses ini juga merupakan proses-proses
organisasional karena lebih penting daripada manajer individual dalam pengaruhny
apada pencapaian tujuan–tujuan organisasi. Ketiga proses organisasi dan manejemen
ini merupakan bagian vital sistem organisasi formal dan mempunyai implikasi-
implikasi sangat penting terhadap perilaku organisasi.
Didalam proses organisasi terdapat beberapa proses pendukung lainnya yaitu
antara lain :
1. Proses memahami
Merupakan proses untuk memmpengaruhi yaitu suatu bentuk kegiatan atau
keteladanan yang baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu
perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok. Proses ini biasanya
diterapkan untuk mengerti suatu bentuk kebiasaan atau perilaku dari anggota
organisasi sehingga dapat melihat dan memehami karakterisitik dari sebuah organisasi
itu sendiri.
2. Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui
suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi kegiatan
kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang dan
wewenang itu dapat dilimpahkan.
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori
(berburuk sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran
maupun dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan
itu berlangsung dengan Konsep sebagai berikut :
Identifikasi dan diagnosis masalah
Pengumpulan dan analisis data yang relevan
Pengembangan & evaluasi alternantif
3
Pemilihan alternatif terbaik
Implementasi keputusan & evaluasi terhadap hasil -hasil
Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M.
Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
“Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip
organisasi meliputi :
1) Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,
organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai
suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain,
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2) Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3) Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan saja.
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
1)Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya
kepada atasan.
3
2)Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
3)Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan
tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup
banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
4)Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas
dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
5)Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya
kepada orang lain.
6)Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi.
Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari
organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/
kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak
kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan
berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta,
Bandung, atau Surabaya.
7)Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya
3
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
8)Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan
kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa suatu organisasi mempunyai tujuan tertentu
dan organisasi merupakan wadah untuk mencapai tujuan tersebut. Suatu organisasi
yang dianggap baik mempunyai ciri-ciri tertentu seperti diatas, adapun ciri-ciri
tersebut antara lain adalah:
1. Adanya tujuan yang jelas
Tanpa adanya tujuan yangjelas seakan-akan organisasi itu mengambang serta akan
tenggelam ditelan keadaan yang selalu berusaha untuk menghancurkan organisasi itu.
Dapat diumpamakan sebagai sebuah kendaraan yang sedang berjalan tanpa tujuan, pada
akhirnya bahan bakar akan habis dan kendaraanpun akan mogok ditengah jalan.
2. Tujuan organisasi harus dapat dipahami oleh setiap orang yang ada di dalam
organisasi itu.
Dengan mengetahui tujuan yang hendak dicapai oelh organisasi, diharapkan para
anggota organisasi dapat:
Mengetahui apa yang diharapkan oelh organisasi dari masing-masing anggota
Memahami apa yang dapat mereka harapkan dari organisasi
Menyerasikan tujuan organisasi dengan tujuan mereka
3. Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap individu dalam organisasi.
Bila tujuan organisasi dinilai para anggotanya cukup layak dan sesuai dengan tujuan
pribadi mereka masing-masing maka para anggota organisasi akan lebih mudah
digerakkan untuk memberikan pengorbanan-pengorbanan tertentu dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut.
4. Adanya kesatuan arah dalam organisasi
Semua kegiatan, semua sumber, pemikiran, keahlian dan kemampuan ditunjukan hanya
ke satu arah, yaitu pencapaian tujuan dengan cara yang seefesien dan seefektifkan
mungkin.
5. Adanya kesatuan perintah
3
Setiap bawahan hanya mempunyai seorang atasan langsung yang memberikan perintah,
instruksi bimbingan dan pedoman kerja serta kepadanya bawahan tersebut memberikan
laporan dan bertanggung jawab.
6. Adanya keseimbangan antara wewenang dan bertanggung jawab
Hal ini sangat penting mengingat wewenang yang lebih besar dari wewenang, di dalam
pelaksanaan tugas kemungkinan besar akan terjadi kemacetan-kemacetan, meningat
seseorang tidak merasa aman untuk melakukan tindakan tertentu karena merasa ragu-
ragu apakah tindakan tersebut masih dalam wewenang atau tidak.
7. Adanya pembagian tugas yang merata
Secara fisiologi, organisasi merupakan manifestasi dari kemempuan manusia untuk
bekerjasama. Karena itu tugas-tugas dalam organisasi harus dibagi-bagi sesuai dengan
kemampuan, keahlian, dan bakat orang-orang di dalam organisai.
8. Struktur organisasi sesederhana mungkin :
Pola dasar organisasi yang disusun sesuai dengan kebutuhan dan didasarkan pada
hubungan-hubungan yang sederhana dan jelas.
9. Pola dasar organisasi harus mantap
Pola dasar organisasi yang disusun haruslah merupakan pola yang mampu untuk
mengahadapi berbagai macam situasi. Jadi pola dasar organisasi haruslah flexible dalam
arti kata mampu mengadakan penyesuaian tanpa mengadakan perubahan mendasar.
10. Setiap orang telah berjasa harus mendapat imbalan yang setimpal dengan jasa yang
diberikannya pada organisasi.
11. Penempatan orang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
12. Adanya jaminan jabatan
Kelompok pimpinan tidak boleh memperlakukan bawahanya dengan cara yang tidak
wajar dan semaunya (tidak semena-mena), misalnya pemecatan tanpa alas an yang kuat.
13. Koordinasi
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang koordinasi sebagai berikut :
Menurut Fayol koordinasi berarti mengikat bersama dan menyelarakan semua
kegiatan dan usaha.
Menurut Terry koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk
menciptakan kelayakan kuantitias, waktu, pengarahan, persamaan yang
menghasilkan keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan yang telah
ditetapkan.
3
Menurut Koontz dan Donell koordinasi merupakan pencapaian keselarasan usaha
individu dalam rangkan mencapai tujuan serta sasaran kelompok.
Pemikiran dasar yang dikemukakan di atas dapat dinyatakan dalam satu definisi
tentang koordinasi yaitu : di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar
satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.
Koordinasi adalah prinsip umum di dalam semua organisasi atau dapat pula
dikatakan bahwa koordinasi adalah prinsip pokok organisasi. Kurangnya koordinasi
dalam suatu organisasi akan terlihat dari adanya gejala-gejala sebagai berikut:
1. Petugas atau satuan-satuan organisasi sering bertengkar menurut suatu bidang
kerja atau wewenang yang masing-masing dianggap termasuk dalam lingkungan
tugasnya. Dalam hal ini sering terjadi pekerjaan rangkap dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan yang memboroskan tenaga, waktu dan bahan.
2. Petugas atau satuan-satuan organisasi salaing melemparkan tanggung jawab
kepada pihak lain atau masing-masing merasa suatu pekerjaan tidak termasuk ke
dalam ruang lingkup tugasnya.
3. Pembagian tujaun organisasi tidak berjalan secara lancar dan pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan ternyata serba salah, bersimpang siur atau bahkan hasil
pekerjaan yang satu saling menghapuskan hasil pekerjaan yang lain. Tanpa
melaksanakan koordinasi maka tiap satuan organisasi dapat berjalan sendiri-
sendiri tanpa adanya kesatuan arah.
Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi maka ada beberapa manfaat
yang dapat diambil dari padanya, diantaranya:
1. Dengan koordinasi dapat dihindarkan pertentangan satu sama lain antara satuan-
satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi.
2. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa satuan
organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting.
3. Dapat dihindarkan terjadinya penyelesaian persoalan yang berlarut-larut karena
ketidakjelasan orang bertanggung jawab.
4. Dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya pekerjaanrangkap terhadap sesuatu dari
satuan organisasi atau pekerjaan rangkap terhadap tugas dari pejabat.
5. Dapat ditumbukan kesadaran di antara para pejabat agar saling bantu membantu satu
sama lain teutama diantara pejabat yang ada dalam satuan organisasi yang sama.
3
6. Dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan suatu aktifitas
dari satuan organisasi atau kekosongan pekerjaan pada tugas dari para pejabat.
7. Dapat ditimbulkan kesadaran diantara para pejabat agar saling memberitahukan
masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat menghindarkan kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan yang merugikan.
8. Dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para pejabat.
9. Dapat dijamin adanya kesatuan tindakan antar pejabat.
10. Dapat dijamin adanay kesatuan sikap antar pejabat.
11. Dapat dijamin adanya kesatuan kebijaksanaan antar pejabat.
2.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan
hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk
bagan (grafik) yang memperlihatkan hubungan unit kerja dan jalur-jalur wewenang
yang ada
Struktur organisasi merupakan kelanjutan dari dua bentuk pola organisasi.
Adapun struktur organisasi ini secara otomatis merupakan perwujudan struktur
organisasi formal dengan jalan menganalisis jabatan-jabatan yang telah ditetapkan.
Operasi kegiatan perusahaan akan berjalan lancar jika struktur organisasi yang
dipakai dapat memberikan dukungan moral bagi karyawan sehingga mereka mau
bekerja sama dan selalu berusaha menjalin koordinasi yang mereka sadari sebagai
tanggung jawab penting untuk menjadi bagian dari seluruh perusahaan yang saling
menunjang pencapaian tujuan organisasi (perusahaan).
Keuntungan Penggunaan Bagan Organisasi:
Memperlihatkan karakterisitik/tipe dari organisasi yang bersangkutan
Memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan/keterkaitan antar pekerjaan
Sebagai pedoman untuk mengetahui jalur wewenang dan tanggung jawab
Struktur organisasi yang dibentuk akan selalu berdasarkan pada 3 komponen
organisasi yaitu:
1. Interaksi kemanusiaan,
3
2. Kegiatan yang terarah pada tujuan,
3. Struktur.
Berdasarkan ketiga komponen organisasi itu seorang manajer puncak harus
dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan karyawan dalam mencapai tujuan organisasi. Di
samping pertimbangan ketiga komponen tersebut, struktur organisasi harus memberi
penjelasan pembagian kekuasaan (authority/wewenang) dan tanggung jawabnya.
Pendelegasian wewenang dapat sangat erat hubungannya dengan batasan
wewenang dan tanggung jawab seseorang tentang suatu bagian kegiatan yang
dilaksanakan. Dengan menugaskan sebagian pekerjaan kepada bawahan berarti manajer
memberikan wewenang dan tanggung jawab yang seimbang, untuk kemudian setiap
bawahan harus mempertanggungjawabkannya kepada atasannya sesuai dengan struktur
organisasi.
Hubungan wewenang dan tanggung jawab dalam struktur organisasi dapat
terlihat seperti:
Bentuk-Bentuk Organisasi
Berdasarkan strukturnya, bentuk organisasi dapat dibedakan atas:
1. Organisasi garis
Organisasi garis diciptakan oleh Henry Fayol. Ciri-ciri organisasi garis adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah karyawan sedikit, maka struktur oranisasi masih sederhana
Gambar 1. Hubungan wewenang dan tanggung jawab pada struktur organisasi
3
b. Pimpinan dengan karyawan saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari
kerja
c. Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh
atas segala bidang pekerjaan yang ada di dalam unitnya
d. Puncuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan
e. Pucuk pimpinan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal, segala
keputusan/kebijakan dan tanggung jawab ada pada satu tangan
f. Tingkat spesialisasi belum terlalu tinggi juga alat-alat yang diperluka tidak
beraneka ragam
g. Organisasinya kecil
Kebaikan-kebaikan organisasi garis adalah:
1. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada
satu tangan.
2. Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan
langsung dengan bawahan.
3. Proses pengambilan keputusan cepat.
4. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat
segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
5. Rasa solidaritas tinggi
Sedangkan kekurangan-kekurangannya adalah:
1. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak
mampu melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam
kehancuran.
2. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
3. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
4. Bentuk organisasi tidak fleksibel
3
Bagan organisasi garis
2. Organisasi garis dan staf
Organisasi garis dan staff diciptakan oleh Harrington Emerson. Organisasi ini
mencakup kelompok-kelompok orang yang berpengaruh dalam menjalankan organisasi
yaitu :
a. Orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan yang digambarkandengan garis atau lini.
b. Orang yang melaksanakan tugas berdasarkan keahlian yang dimilikinya, orang ini
berfungsi hanya untuk memberikan saran-saran kepada unit operasional. Orang-
orang tersebut disebut staf.
Ciri-ciri organisasi garis dan staf adalah:
a. Organisasinya besar dan bersifat kompleks
b. Jumlah karyawan banyak
c. Hubungan antara atasan dan bawahan tidak bersifat langsung
d. Pimpinan dan para karyawan tidak semuanya saling mengenal
e. Spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan dipergunakan secara maksimal
f. Kesatuan perintah tetap dipertahankan , setiap atasan mempunyai bawahan -
bawahan tertentu dan setiap bawahanhanya mempunyai seorang atasan langsung
g. Terdapat 2 kelompok wewenang yakni wewenang lini dan wewenang staf :
Wewenang Lini adalah yang dapat/harus merealisasi tujuan organisasi secara
langsung
Wewenang staf adalah karyawan yang tidak dapat merealisasi tujuan
perusahaan secara langsung tetapi hanya memberika bantuan pelayanan,
3
Misi Dan Tujuan Organisasi
Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan dicapai
Misi dan Tujuan Organisasi Sebelum organisasi menentukan tujuannya, terlebih dulu
menetapkan misi / maksud organisasi.
Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi.
Sedangkan Misiorganisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang
membedakan organisasi dariorganisasi-organisasi lainnya dan mengidentifikasikan
ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.
Etzioni mendefinisikan tujuan organisasi sebagai :
1. Suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud
untuk merealisasikan2.
2. Pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi
sebagaikolektifitas mencoba untuk menimbulkannya.
Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah
organisasi, Salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang
bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan
misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja
organisasi tersebut.
Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah sekumpulan ilmu
3
pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan
sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.
Dalam pembahasan mengenai teori organisasi, mencakup masalah teori-teori
organisasi yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan perkembangannya hingga
sekarang. Yaitu meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori
organisasi modern.
TEORI ORGANISASI KLASIK
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga teori tradisional, yang
berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai dari tahun seribu delapan ratusan(abad
19) yang mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan,
tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain
yang terjadi bila orang-orang bekerja sama.
Dalam teori ini, organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik
sebagai sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan
petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreativitas. Teori ini juga
berkembang dalam tiga aliran yang dibangun atas dasar anggapan-anggapan yang
sama dan mempunyai efek yang sama, yaitu :
a. Teori birokrasi :
dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of
Capitalism.
b. Teori administrasi :
dikembangkan atas dasar sumbangan Henry Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa
serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
c. Manajemen ilmiah :
dikembangkan mulai tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor.
3
TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
Teori neoklasik secara sederhana dikenal sebagai teori/aliran hubungan manusiawi
(The human relation movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori
klasik. Anggapan dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan
social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya, atas
dasar anggapan ini maka teori neoklasik mendefinisikan “suatu organisasi” sebagai
sekelompok orang dengan tujuan bersama. Perkembangan teori neoklasik dimulai
dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari tulisan
Huga Munsterberg.
Dalam hal pembagian kerja, teori neklasik telah mengemukaan perlunya hal-hal
sebagai berikut:
a. Partisipasi, yaitu melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan.
b. Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi.
c. Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan kepada para yunior
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
TEORI ORGANISASI MODERN
Teori modern ditandai dengan ahirnya gerakan contingency yang dipelopori Herbert
Simon, yang menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang
dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang
dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing. Kemudian Katz dan
Robert Kahn dalam bukunya “the social psychology of organization” mengenalkan
perspektif organisasi sebagai suatu sistem terbuka. Buku tersebut mendeskripsikan
keunggulan-keunggulan perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang
penting dari sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya organisasi
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah jika organisasi ingin tetap
bertahan.
Teori modern yang kadang – kadang disebut juga sebagai analisa system pada
3
organisasi merupakan aliran besar ketiga dalam teori organisasi dan manajemen. Teori
modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan an saling
ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu
system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi
merupakan system terbuka.
Siklus Proses Manajemen Dalam Sebuah Organisasi
Gambar siklus hidup proses manajemen
Proses perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan
merupakan pekerjaan anggota organisasi, yang dilakukan dengan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah
ditetapkan. Proses penentuan tujuan, penerjemahan ke dalam strategi, kebijaksanaan
dan program organisasi diterapkan dalam sebuah perencanaan (Planning). Dan
mempunyai tiga aspek : mendefinisikan masalah, mendiagnosis dan menentukan
tujuan. Pendekatan yang dilakukan manajer menggunakan cara brainstorming (suatu
teknik pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, individu di dalamnya
mencoba meningkatkan kreativitas dengan cara mengajukan alternatif secara spontan
tanpa memperhatikan kenyataan atau tradisi), serta mengevaluasi alternatif dan
memilih yang terbaik dan mengimplementasikan keputusan dan memonitor hasil.
Sebuah organisasi adalah pola hubungan –banyak hubungan yang saling terjalin
secara simultan yang menjadi jalan bagi orang, dengan pengarahan dari manajer,
untuk mencapai sasaran bersama. Proses manajerial dari pengorganisasian termasuk
3
pembuatan keputusan, penciptaan kerangka kerja, sehingga organisasi tersebut dapat
bertahan dari keadaan yang baik pada masa kini hingga masa depan. Suatu usaha kerja
sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga
terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Orang yang
menggerakkan / mengkoordinasi unsur-unsur manajemen untuk mencapai tujuan
disebut koordinator (manajer).
D. Proses Pelaksanaan
a.Pengertian Pelaksanaan/pengarahan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan
fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah
bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
2. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting,atau mendesak,
3
4. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
5. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
PRINSIP-PRINSIP PENGARAHAN
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja
efektif serta efesien untuk mencapai tujuan.
Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping
menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia
itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki
pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang
dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
1. Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin
efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap
usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam
melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-
faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup,
pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan bawahan.
2. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak
mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan
harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat
dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik
akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang
wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik,
3
dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan
tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur
didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan
saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin
besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
Cara-cara pengarahan
Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan
maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara pengarahan yang
dilakukan dapat berupa:
1. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang
perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi
ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan
pengenalan dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang
dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu
ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu
ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka
kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada
pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya.
Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain, :
1. Tugas itu sendiri
2. Tugas lain yang ada hubungannya
3. Ruang lingkup tugas
4. Tujuan dari tugas
3
5. Delegasi wewenang
6. Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
7. Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.
2. Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang
yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan
tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan
ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus perintah ini
mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang lain
yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di bagian lain.
Adapun perintah yang dapat berupa :
3. Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer,
kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh
bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus
bersifat lebih mendetail.
4. Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi
apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis
memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya,
sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan
akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya
perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah
5. Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan
sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi.
3
Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau
dapat pula berupa bujukan dan ajakan.
Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata:
“apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”.
“marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan
sebagainya.
Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat kurang
fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.
b.Delegasi wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian
perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan sebagian dari
wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan diberikan kepada
bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan wewenang.
Ini dapat menimbulkan keengganan bawahan untuk mengambil suatu tindakan.
Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian
dengan pihak penyedia (supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan
menanyakan kepada pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini
dapat diatasi dengan membuat suatu bagan wewenang untuk menyetujui perjanjian.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana
tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk.Langkah tersebut adalah
actuating yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah
tersebut lebih condong diartikan penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi
actuating ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf
pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan
3
efisien. Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah
ini :
Tujuan Pergerakan
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi kerja staf
3
Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Fungsi penggerakan
Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri manager dengan menunjukkan kepada staf
bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap
lingkungannya. Ia harus memiliki kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif.
Ada 4 jenis utama fungsi penggerakan
a. Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus
memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada
waktunya. Untuk mengkoordinasi pekerjaan tim kesehatan, pekerja kesehatan yang
bertugas harus :
Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan
Mengkoordinasikan kegiatan
Menyampaikan keputusan
b. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat meliputi
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
c. Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukn meliputi :
i. Pemantauan dan pengawasan
ii. Logistik ( perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman,
penyebaran dan pengembalian barang )
iii. Akuntasi
iv. Organisasi
d. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan
Berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi
kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.
3
Faktor – faktor penghambat fungsi penggerakan
Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena
manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti
konsep perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang
menjadi prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan
sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self
esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas
kerja.
Faktor – faktor pendukung fungsi penggerakan
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :
(1). Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha
dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki
kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja,
sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-sifat
kepemimpinan menurut Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :
(a). Memiliki kecerdasan orang-orang yang dipimpin
(b). Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh
(c). Memiliki kelancaran dalam berbicara
(d). Matang dalam berpikir dan emosi
(e). Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin
(f). Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.
(2). Sikap dan Moril (Attitude and Morale)
3
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan
bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola
hidupnya. Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu :
(a). Sikap feudal (feudal attitude)
Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan bertindak
sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka terikat oleh aturan-
aturan tertentu yang telah teradat dan selalu ingin penghormatan yang serba
lebih. Dengan demikian dalam masyarakat feudal dimana sikap anggota
masyarakat sesuai dengan pola hidup feodalisme akan sukar lahir
kepemimpinan demokratis dariad para manajer, mengingat manajer tersebut
hidup dari masyarakat feudal.
(b). Sikap Kediktatoran (Dictatorial attitude).
Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir berperasaan dan bertindak
sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan mutlak, sehingga bawahan,
pekerja akan menjadi sasaran daripada kekuasaannya.
(3). Tatahubungan (Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif,
pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial
diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif. Dalam melakukan
komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam diantaranya :
(a). Komunikasi intern
yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik antara
atasan dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan dengan
bawahan atau sebaliknya.
(b). Komunikasi Ekstern
yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.
3
(c). Komunikasi Horizontal
yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern antar jabatan
yang sama.
(d). Komunikasi Vertikal
yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
(4). Perangsang (Incentive) ;
insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.
(5). Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka
timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata
control. Menurut Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan dalam tingkatan
organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota manajemen saling
berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas supervisor cukup berat karena
ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi
petunjuk untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat
kepada pegawai yang mengalami kesulitan.
(6). Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan
ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :
(1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).
(2). Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).
Hal – hal yang perlu diperhatikan manajer dalam fungsi penggerakan
1. Manajer harus bekerja lebih produktif
3
2. Manajer perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan
sosiologi
3. Manajer harus mempunyai tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap
lingkungan
4. Manajer harus bersikap obyektif
Berikut ini akan diuraikan pandangan tentang perilaku manusia dalam bekerja,
antara lain:
A. Motivasi
Motivasi sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah
tujuan tertentu” (Mitchell, 1982:81)
Motivasi sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk
memenuhi kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)
Motivasi adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi
seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti
arah tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)
1. Teori Motivasi
Menurut Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam yaitu :
teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi
(expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory)
1. Teori kebutuhan
Teori hirarkhi kebutuhan
Abraham Maslow yang mengungkapkan Motivasi manusia
berhubungan dengan 5 macam kebutuhan yang berhirarkhi yaitu :
3
1. Kebutuhan psikologis
2. Kebutuhan akan keamanan
3. Kebutuhan akan apeksi
4. Kebutuhan akan pandangan masyarakat
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri
2. Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989)
Yang berpendapat orang-orang berupaya mendapatkan kelayakan
dan keadilan dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubngan memberi
dan menerima. Tendensi keadilan dan ketidakadilan :
Seorang individu akan berupaya untuk memaksimalisasi jumlah
hasil positif yang diterima olehnya.
Orang-orang menolak untuk memperbesar masukan-masukan
apabila hal tersebut memerlukan upaya atau biaya besar.
Orang menolak perubahan behavioral atau kognitif dalam
masukan-masukan yang penting bagi konsep diri mereka atau
harga diri mereka.
Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri seorang individu
cenderung mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai
masukan dan hasil pihak lain.
Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan apabila ketidak
adilan hebat, tidak dapat diatas dengan metode lain.
3. Teori ekpektansi
Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan cara-cara menimbulkan
kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang didalamnya ada
prinsip hedonisme.
Teori ekpektansi Victor Vroom (1964) :
3
kekuatan motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk
melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah
kiranya saya dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang diinginkan),
instrumentalis (hasil kerja apakah akan saya peroleh sebagai hasil kinerja
saja) dan valensi (bagaimankah penilaian saya tentag hasil-hasil kerja)
dengan membuat persamaan bahwa motivasi merupakan hasil dari ekpektansi
kali instrumentalitas kali valensi.
Teori ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk
kenaikan upah akan rendah apabila :
Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia tidak mampu mencapai
tingkat kenerja yang diperlukan.
Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak yakin bahwa
sutau tingkat kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan
Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang menghargai kenaikan
dalam imbalan
Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan, mungkin terjadi.
4. Teori pencapaian tujuan (Edwin A.Locke)
Teori ini diaplikasikan dalam teknik manajemen berdasarkan sasaran
(Management by Objective) dan Locke berpendapat “kinerja cenderung
meningkat sewaktu tujuan menjadi semakin sulit dicapai tetapi hal
tersebut akan berlangsung hingga titik tertentu, spesifikasi tujuan secara
menyeluruh yang disertai kesulitan-kesulitan ternyata sangat kuat
berkaitan dengan kinerja tugas”. dimana penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme motivasional sebagai berikut :
Tujuan mengarahkan perhatian
Tujuan mengatur upaya
Tujuan meningkatkan persistensi
Tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan
2. Model Motivasi Manusia
1. Model maslow :
3
Manusia sebagai makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting
being) Sebuah kebutuhan yang dipenuhi bukanlah sebuah motivator prilaku
Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan-suatu hirakhi menurut
pentingnya masing-masing kebutuhan
Model instink (Berelson,1972; Lawless,1972)
oleh instink yang merupakan tendensi yang ada dalam diri manusia untuk
bereaksi dengan cara tertentu
2. Model hedonism
Motivasi dipengaruhi oleh tuntutan sederhana upaya meminimalisasi
perasaan sakit dengan mencari kesenangan dan kegembiraan maksimal
3. Model motivasi yang tidak disadari (Davidson, 1952)
Model instink dan hedinistik dalam hal menerangkan eksistensi dan
peranan proses mental yang berlangsung dibawah sadar yang
mempengaruhi prilaku.
4. Model manusia rasional.
Masing-masing individu sadar akan pola kebutuhan dan keinginan pribadi
dengan pertimbangan akalnya.
5. Model manusia sosial
Seorang individu dan prilakunya dipengaruhi oleh ekspektansi dan tekanan
sosial, orang-orang dengan siapa ia bekerjasama
3. Sifat-sifat Manusia
Sebuah fenomin individual-masing-masing individu bersifat unik dan
fakta tersebut harus diingat pada riset motivasi.
Motivasi bersifat intensional-apabila seseorang karyawan
melaksanakan suatu tundkaan maka hal tersebut disebabkan karena
orang tersebut secara sadar telah mimilih tindkaan tersebut.
3
Motivasi memiliki macam-macam fase-para periset telah menganalisis
berbagai macam aspek motivasi dan termasuk didalamnya bagaimana
motivasi tersebut ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan dan pengaruh
apa menyebabkan timbulnya persistensinya dan bagaimana motivasi
dapat dihentikan
Tujuan teori motivasi adalah memprediksi prilaku-perlu ditekankan
perbedaan-perbedaan antara motivasi, prialku dan kinerja. Motivasi penebab prialku,
andaikata prialku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi
(Mitchell, 1982:88)
4. Sepuluh Motivator Kerja
a. Pemerkaya jabatan (job enrichment) dan rotasi kerja
b. Partisipasi
c. Manajemen berdasarkan hasil
d. Manajer penggandaan
e. Kekuatan fikiran
f. Hubungan manusia yang realistis
g. Lingkungan kerja dimana pekerjaan dilaksanakan
h. Jam kerja yang fleksibel
i. Kritik efektif
j. Tiada kesalahan sama sekali
5. Menurunnya Sebuah Motivasi
Kekuatan sebuah motivasi cenderung menyusut apabila terpenuhi atau terhalangi
dalam pemenuhannya yang antara lain :
a. Kebutuhan yang sudah dipenuhi, bukan lagi sebuah motivator prilaku
b. Pemenuhan kebutuhan yang terhalangi akan pencapaian kepuasannya.
3
c. disonansi kognitif (motiv yang terhalangi dan prilaku penyeusian yang terus
menerus tidak berhasil dapat menyebakan timbulnya bentuk-bentuk prialaku
penyesuaian yang tidak rasional)
d. Frustasi (dihalanginya pencapaian tujuan bisa menyebabkan frustasi dengan
prilaku seperti agressi, regresi, fiksasi dan resignasi)
e. Rasionalisasi (mengemukakan dalih-dalih karena ketidakmampuannya)
f. Regresi (tidak berprilaku sesuai dengan umur)
g. Fiksasi (apabila seseorang terus menerus memperlihatkan pola prilaku sama,
terus menerus, walaupun pengalaman menunjukan bahwa hal tersebut tdiak
memberikan hasil apa-apa)
h. resignasi/apati (frustasi dalam jangka waktu lama dan kehilangan harapan
sehingga menarik diri dari kenyataan.
Premis yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang
karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :
Teori X yang menganggap
Kebanyakan karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja
sesedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan,
Kebanyakan karyawan harus dibujuk.dipersuasi, diberikan
penghargaan, diuhkum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka
agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi.
Kebanyakan karyawan ingin diberikan pengarahan oleh seorang
menejer formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk
menghindari tanggungjawab.
Teori Y menyatakan :
Kebanyakan karyawan memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab
dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakan-
tindakannya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut.
3
Kebanyakan karyawan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial,
kebutuhan akan pengahrgaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri
sendiri.
B. Kepemimpinan
Setelah perencanaan dibuat dan struktur organisasi terbentuk, maka langkah
selanjutnya adalah pengisian jabatan dalam organisasi, dikalangan para ahli
manajement ada bermacam-macam pendapat tentang kepemimpinan, ada yang
berpendapat kepemimpinan adalah fungsi leadership, fungsi motivating atau fungsi
modeling.
Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu mengarahkan orang-orang
yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan oleh para pemimpin
dengan terlebih dahulu menetapkan tujuan yang jelas, yang berisi arahan kemana
usaha para bawahan akan dibawa/arahkan. Tanpa adanya tujuan yang jelas, akan
sangat sulit bagi pemimpin untuk mengarahkan para bawahannya agar mencapai
tujuan.
Selain itu, dalam megarahkan para bawahannya untuk memcapai tujuan yang
telah ditetapkan, para pemimpin harus mengembankan mekanisme Reward and
Punishment (ganjaran dan hukuman). Reward diberikan bagi karyawan yang
memiliki kinerja pekerjaan yang baik, sedangkan punishment diberikan bagi
karyawan yang memiliki kinerja kerja yang buruk.
Kepemimpinan juga harus memiliki sifat memengaruh (influencing) yakni
dalam hal ini pemimpin harus mampu memengaruhi para bawahannya baik dengan
perkataan, sikap, kepribadian dan perbuatannya agara para bawahan tersebut mau
bekerja sama dalam proses pencapaian tujuan perusahaan.
Walaupun pemimpin bukan merupakan manusia sempurna, tetapi seorang pemimpin
senantiasa dituntut oleh para bawahannya untuk memiliki pengetahuan, keahlian, dan
terutama kualitas kepribadian yang lebih sempurna dibandingkan dengan orang ang
dipimpinnya. Bahkan untuk menciptakan citra bahwa pemimpin tersebut merupakan
manusia yang sempurna, seorang pemimpin kerap melakukan Manajemen Kesan
3
(Imperssion management) seolah-olah dia adalah pemimpin yang sempurna. Tetapi
manajemen kesan bukan merupakan cerminan keadaaan pemimpin itu apa adanya.
Pemimpin juga memiliki wewenang, yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk
memerintah orang lain (bawahannya) dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan tugas/pekerjaan. Wewenang ini berasal dari kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin.dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki pemimpin tidak sama
dengan kekuasaan yang dimiliki bawahanny. Yakni dalam hal inin para pemimpin
memiliki kekuasaan yang lebih besar dari para bawahannya.
Kekuasaan para pemimpin berasal dari :
1. Legitimate power
Yakni dalam hal ini pemimpin memiliki kekuasaan karena dia diberi
kewenangan oleh pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.
2. Expert Power
Dalam hal ini kekuasaan dimiliki seorang pemimpin karena keahlian
yang lebih menonjol dalam bidang keahliannya sehingga dia diakui
otoritas keahliannya.oleh orang lain.
3. Reward Power
Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin
tersebut gemar memberikan hadiah terutama dalam bentuk materi.
4. Coercive Power
Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena dia memiliki
kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya.
Kekuasaan jenis ini terutama banyak ditemukan dalam organisasi yang
bersifat otoriter.
5. Referrent Power
3
Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena wibawa yang
dia miliki. Sedangkan kewibawaannya tidak selaran dengan
perkataannya.
Menurut Stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting :
Kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ),
kualitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima
pengarahan dari seorang pemimpin.
Kepemimpinan merupakan pembagian kekuasaan yang tidak seimbang
diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai
wewenang dalam mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota
kelompok dan sebaliknya bahwa anggota kelompok atas bawahan
secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pemimpin.
Kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga
mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pemimpin tidak dapat
mengatakan pada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga
mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.
PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan :
Kepemimpinan itu tumbuh dari bakat
Kepemimpinan tumbuh dari perilaku.
Pendekatan ini berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang
cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai ia akan muncul
pemimpin dalam situasi kelopok yang ia masuki.
Bersandar pada pandangan situasi.
Pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas
pemimpin. Efektifis pemimpin bervariasi menurut situasi tugas yang
harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan
3
organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam
situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin
lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan
kontingensi yang menentukan efektivitas situasi gaya pemimpin.
C. Komunikasi
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi manager karena sebagai
proses dimana fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi kepemimpinan dan fungsi pengendalian dapat
dicapai. Dan sebagai kegiatan dimana manajer mencurahkan sebagian
besar dari waktunya.
Proses komunikasi memungkinkan para manager menjalankan
tanggung jawabnya dan informasi harus dikomunikasikan kepada para
manager sebagai dasar pembuatan keputusan dalam pembuatan fungsi-
fungsi management baik secara terulis maupun lisan.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau
informasi seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya
berupa kata-kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih
luas seperti ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya. Komunikasi dapat
menghubungkan antara bagian yang berbeda atau disebut rantai pertukaran informasi.
Hal ini mengandung unsure-unsur:
Sebagai kegiatan untuk seseorang mengatur
Sebagai saran pengendalian informasi
Sebagai system terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
PROSES KOMUNIKASI
Modal yang paling sederhana adalah modal komunikasi antar pribadi
3
Dari bagian diatas bahwa model ini menunjukan 3 elemen penting dimana
jika salah satu hilang tidak akan terjadi komunikasi. Model yang paling
canggih dalam komunikasi adalah model proses komunikasi dimana langkah-
langkahnya sebgai berikut:
Pengirim
Ada;ah seseorang yang mempunyai kebutuhan, keinginan atau
informasi serta mempunyai kepentingan untuk mengkomunikasikan
kepada orang lain.
Pengkodean
Adalah pengirim pengkodean informasi yang akan disampaikan
dan diterjemahkan ke dalam symbol atau isyarat yang biasanya
dalam bentuk kata-kata agar orang lain mengerti tentang informasi
yang disampaikan.
Pesan
Pesan dapat dalam segala bentuk yang biasanya dapat dirasakan
dan dimengerti satu atau lebih dari indra penerima, misalnya pidato
dapat didengar dan jika tulisan dapat dibaca, isyarat dapat dilihat
dan dirasakan.
Saluran
Adalah cara mentransmisikan (menyampaikan) pesan, misalnya
kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan. Agar
komunikasi dapat efektif dan effisien saluran harus sesuai dengan
pesan.
Penerima
3
Adalah orang yang menafsirkan pesan dari penerima, jika pesan
tidak sampai pada penerima, komunikasi tidak terjadi.
Penafsiran Kode
Dalam peroses dimana penerima menafsirkan pesan dan
menerjemahkannya menjadi informasi yang berarti baginya.
Semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan yang
dimaksudkan oleh pengirim, maka efektif komunikasi yang terjadi.
Umpan Balik
Adalah pembalik dari proses komunikasi dimana reaksi terhadap
komunikasi pengirim dinyatakan karena penerima itu telah menjadi
pengirim, umpan balik mengalir lewat langkah yang sama seperti
semula. Semakin cepat umpan balik semakin efektif komunikasi.
SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Saluran komunikasi ini ditentukan oleh struktur organisasi dan
tipe-tipe saluran dasar komunikasi, yaitu vertical, lateral, dan diagonal.
1. Komunikasi Vertical
Komunikasi vertical adalah komunikasi ke atas dan atau ke bawah
dalam rantai komando. Komunikasi ke bawah dimulai dari manajemen
tingkat atas sampai pada karyawan, bukan supervisor. Kegunaanya antara
lain untuk memberikan perintah, petunjuk dan lain-lain serta membuka
informasi kepada anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan
organisasi. Sedangkan kegunaan komunikasi ke atas memberikan
informasi kepada tingkatan yang lebih tinggi tentang apa yang terjadi pada
tingkatan lebih rendah. Misalnya tentang saran-saran, laporan kemajuan
dan sebagainya.
2. Komunikasi Lateral atau Horizontal
3
Meliputi pola aliran kerja dalam organisasi yang terjadi antara
anggota-anggota kelompok kerja yang sama dan diantara departemen-
departemen pada tingkat organisasi yang sama. Kegunaanya :
menyediakan saluran langsung untuk koordinasi dan pemecahan masalah
organisasi. Hal ini untuk menghindari keterlambatan dalam pengarahan
dan untuk membentuk hubungan dengan rekan meraka.
KOMUNIKASI INFORMAL
Bentuk dari komunikasi ini timbul karena adanya berbagai maksud yaitu :
Pemuas kebutuhan manusiawi
Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan
Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
Sumber informasi hubungan pekerjaan
Jenis lain dari komunikasi informal adalah desas-desus yang secara
resmi tidak disetujui. Hal ini sebagai akibat jaringan informasi yang
simpang siur dan tumpang tindih. Artinya beberapa orang tentu
mempunyai banyak informasi kemungkinan menjadi anggota dari
beberapa jaringan informasi. Desas-desus ini juga mempunyai peranan
fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI
1. Kebutuhan akan komunikasi yang efektif
Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan beberapa cara yaitu,
kesadaran akan kebutuhan komunikasi yang efektif dan penggunaan umpan balik. Di
zaman modern ini komunikasi merupakan subjek penting maka perusahaan besar
biasanya menggunakan ahli komunikasi untuk membantu memecahkan masalah-
masalah komunikasi internal.
Komunikasi umpan balik atau dua arah memungkinkan proses komunikasi berjalan
lebih efektif dana dapat menciptakan lingkungan yang komunikatif dalam organisasi.
3
Dalam hal ini manager harus aktif. Penggunaan management partisipatif dan
komunikasi tatap muka merupakan jalan lain meningkatkan efektifitas komunikasi
melalui umpan balik.
2. Komunikator yang lebih efektif
Untuk dapat menjadi komunikator yang lebih efektif harus memberikan latihan-
latihan dalam bentuk penulisan maupun penyampaian berita secara lisan dengan
maksud untuk meningkatkan pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan bahasa
yang baik dan benar, pengutaraan yang tepat dan kepekaan terhadap latar belakang
penerima berita.
Salah satu alat yang digunakannya adalah aktif listening yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan management para manager. Sebagai dasar peralatan ini
adalah penggunaan reflektif statements (pernyataan balik) olehnpara pendengar.
The American management association (AMA) menyusun sepuluh pedoman
efektifitas komunikasi organisasi yaitu :
Cobalah menjernihkan gagasan anda sebelum berkomunikasi.
Telitilah kegunaan sebenarnya dari setiap komunikasi.
Pertimbangkan situasi manusia dan fisik secara keseluruhan bilamana
ada komunikasi.
Berkonsentrasi dengan orang lain, bila perlu dalam merencanakan
komunikasi.
Berhati-hatilah ketika anda berkomunikasi, mengenai nada maupun isi
pokok dari pesan anda.
Ambilah kesempatan bila muncul untuk menyampaikan sesuatu yang
dapat membantu atau bernilai bagi penerima.
Lakukan tindak lanjut komunikasi anda.
Berkomunikasi untuk hari esok sebaik hari ini.
Pastikan bahwa tindakan anda mendukung komunikasi anda.
3
Berusahalah bukan saja untuk di mengerti, tetapi juga untuk mengerti
serta jadilah pendengar yang baik.
HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
a. Hambatan Organisasional:
i. Tingkatan Hieararki:
Bila organisasi tumbuh dan berkembang akan menimbulkan
berbagai masalah organisasi, karena menambah tingkatan memakan waktu
yang panjang dan ketepatannya semakin berkembang. Dimana setiap
tingkatan bisa menambah atau mengurangi, serta merubah berita dengan
aslinya.
ii. Wewenang Manajerial:
Bahwa mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan
terhadap komunikasi. Atasan merasa bahwa mereka tidak sepenuhnya
menerima berbagai masalah, kondisi yang membuatnya tampak lemah
sedang bawahan menghindar situasi untuk mengungkapkan informasi
yang membuat posisinya tidak menguntungkan. Maka dua hal diatas
akan menimbulkan gap.
iii. Spesialisasi
3
Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah lainnya membuat
org merasa ada dalam dunia yang berbeda, yang akhirnya
menghalangi masyarakat, sulit memahami dan mendorong terjadi
kesalahan-kesalahan.
Hambatan antar pribadi:
Kesalahan dalam komunikasi juga dipengaruhi oleh faktor ketidaksempurnaan manusia dan bahasa. Maka perlu memperhatikan:
Persepsi selektif
Kedudukan komunikator
Keadaan membela diri
Pendengaran lemah
Ketidak tepatan penggunaan bahasa
3
3