MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064
description
Transcript of MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT KEPATUHAN MENJALANI
PENGOBATAN TUBERKULOSIS KAMBUH DI PUSKESMAS SE-KOTA MALANG
Ahsan, Mukhamad Fathoni, Nurul Bariyyah
ABSTRAK
Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang menyebabkan besarnya angka ketidakpatuhan pasien dalam berobat yang dapat memungkinkan terjadinya bahaya resistensi obat. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung pasien tuberkulosis paru kambuh agar patuh dalam menjalani pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan serta menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga pada Pasien Tuberkulosis Kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang tergolong dukungan keluarga baik (83,3%) sedangkan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan tergolong kepatuhan sedang (40%), tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pada pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan (p=0,349). Penelitian selanjutnya disarankan menggali faktor penyebab tingkat kepatuhan sedang dan rendah pada pasien tuberkulosis kambuh.
Kata kunci: Dukungan Keluarga, Tingkat Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis kambuh
ABSTRACT
Tuberculosis requires long term treatment to achieve a cure. Type of long-term treatment causes the amount numbers of non-compliance patients in the treatment which may allow the danger of drug resistance. It needs a supportive environment for relapse pulmonary tuberculosis patients to be adherence in long-term treatment. Patient adherent is influenced by family support. This study aims to identify the family support and level of patient adherence in the treatment of tuberculosis relapse and to analyze the relationship of family support with level of compliance of tuberculosis relapse patients undergoing the treatment in all primary health care of Malang. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using a sampling technique with total inclusion criteria obtaining a sample of 30 people. Based on this research, family support on relapsed Tuberculosis Patients undergoing treatment in the primary health care of Malang was considered good family support (83.3%), while the level of compliance in treatment adherence was classified as moderate (40%), there was no significant relationship between family support with level of compliance to tuberculosis patients in relapse treatment (p = 0.349). It is suggested for further research to explore the factors causing medium and low adherers to tuberculosis relapse patients.
Keywords: family support, the level of compliance in undergoing treatment, relapse pulmonary tuberculosis patients
PENDAHULUAN
Latar Belakang. Tuberkulosis Paru
merupakan penyakit infeksi yang masih
menjadi masalah utama di Indonesia maupun
di dunia oleh karena tingginya tingkat
prevalensi penderita Tuberkulosis Paru. Data
World Health Organization menyebutkan
bahwa pada tahun 2010, sebanyak 8,8 juta
orang menderita Tuberkulosis dan 1,4 juta
meninggal karena Tuberkulosis (TB atau
TBC). Sedangkan di Indonesia yang
merupakan salah satu dari lima negara
dengan beban Tuberkulosis tertinggi secara
global, estimasi prevalensi TB sebanyak 285
per 100.000 penduduk dan angka kematian
27 per 100.000 penduduk, dan sepertiga dari
populasi dunia sudah tertular dengan TB
dimana usia produktif (15-55 tahun) adalah
sebagian besar penderitanya. 1,2,3
Provinsi dengan kasus Tuberkulosis
terbanyak kedua di Indonesia adalah di Jawa
Timur dengan jumlah 41.467 kasus setelah
Jawa Barat dengan 62.563 kasus, dan di Kota
Malang sendiri jumlah penderita TB yang
terekam dalam laporan Dinas Kesehatan Kota
Malang sebesar 1.372 orang dan tahun 2012
total penderita tuberkulosis seluruh kasus
adalah sebesar 1556 orang.4,5,6
Menurut data Global Report WHO
untuk kasus TB Relapse (kambuh), dilaporkan
kasus tersebut di Indonesia sebanyak 4.387
(67%), sedangkan data Dinas Kesehatan Kota
Malang menyebutkan pada tahun 2012 total
pasien TB Paru kambuh di Kota Malang
sebanyak 38 orang dan 22 diantaranya
menjalani pengobatan di Puskesmas yang
merupakan fasilitas kesehatan yang penting
dan terjangkau bagi seluruh kalangan
masyarakat. Sementara itu, dari hasil
penelitian Setiono & Musrichan (2011)
menemukan kasus kambuh sebanyak 11 dari
98 orang (11,2%)1,6,7,8.
Penderita TB Paru BTA Positif akan
menjadi sumber penularan bagi lingkungan
sekitarnya. Penularan TB disebabkan oleh
masih rendahnya kesadaran penderita dalam
menjalani proses pengobatan dan
penyembuhan sehingga tidak jarang
menimbulkan kasus putus berobat. Besarnya
angka ketidakpatuhan berobat akan
mengakibatkan tingginya angka kegagalan
pengobatan penderita TB paru dan
menyebabkan makin banyak ditemukan
penderita TB paru dengan BTA yang resisten
dengan pengobatan standar sehingga banyak
menimbulkan kekambuhan. Salah satu
penyebab terjadinya kekambuhan adalah
riwayat minum obat yang tidak teratur karena
ketidakpatuhan pengobatan yang dapat
memungkinkan terjadinya bahaya resistensi
obat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
kepatuhan pasien dalam pengobatan9,10,11.
Faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan pasien dalam pengobatan adalah
dukungan keluarga, seperti pada penelitian
Hutapea yang menyimpulkan bahwa
dukungan keluarga dapat meningkatkan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis
penderita TB Paru. Hal ini didukung pada
penelitian Syahputra tentang hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien
minum obat, menyimpulkan adanya hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan pasien minum obat.
Namun, berbeda dengan penelitian Dewi,
Nursiswati & Ridwan, pada penelitian
tersebut tidak didapatkan adanya hubungan
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan
TB12,13,14,15.
Tujuan Umum. Menganalisis hubungan
dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan
dalam menjalani pengobatan pada pasien TB
Paru kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang.
Manfaat. Akademik. Mendukung
penelitian lain untuk mencari solusi
pemecahan masalah terkait kurang patuhnya
pasien kambuh dalam menjalani pengobatan
tuberkulosis. Praktis. Memberikan informasi
pentingnya dukungan keluarga terhadap
kepatuhan pengobatan. Meningkatkan peran
perawat khususnya dalam meningkatkan
kepatuhan pasien yang dapat digunakan
untuk panduan dalam upaya pencegahan
pasien kambuh dengan memberikan
konseling kepada keluarga sehingga
mengetahui cara merawat keluarga mereka
yang mengalami Tuberkulosis. Masukan
dalam penyusunan program khususnya
pasien kambuh terkait dengan pengoptimalan
peran keluarga dalam merawat keluarga yang
sakit dalam upaya penanggulangan TB.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian. Jenis penelitian
adalah deskriptif korelasional dengan desain
Cross Sectional Study, untuk mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dan
tingkat kepatuhan dalam menjalani
pengobatan pada pasien TB Paru kambuh di
Puskesmas Se-Kota Malang.
Populasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua penderita TB paru pengobatan
lini II kategori kambuh di 15 Puskesmas se-
Kota Malang pada tahun 2012 (periode
Januari hingga Desember) dan tahun 2013
(periode Januari hingga Mei) sebanyak 37
orang.
Sampel. Teknik Sampling yang
digunakan adalah total sampling. Kriteria
inklusi: Pasien yang tercatat sebagai pasien
TB paru dengan pengobatan lini II kategori
kambuh, pasien pindahan/rujukan dari unit
pelayanan kesehatan lain seperti Rumah
Sakit Umum, Dokter Praktek Swasta dan lain-
lain dan bersedia menjadi responden dan
menandatangani informed consent. Kriteria
eksklusi. Pasien yang dinyatakan meninggal
pada saat akan dilakukan pengambilan data.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 37
orang tetapi pada saat dilakukan penelitian
jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30
orang karena 3 orang pasien meninggal
dunia, 2 orang tidak bersedia menjadi subjek
penelitian dan 2 orang berdomisili di luar kota.
Penelitian ini menggunakan dua angket
pertanyaan tertutup dengan skala berbeda.
Variabel dukungan keluarga menggunakan
skala likert dalam bentuk checklist sejumlah
16 item pernyataan dengan 4 pilihan jawaban
(selalu/sering/ kadang-kadang/tidak pernah.
Variabel kepatuhan menggunakan alat
ukur kuesioner MMAS-8 sebanyak 8 item
pertanyaan dengan skala Guttman dan Likert.
Pilihan jawaban ya/tidak, sedangkan item
nomor 8 yang merupakan skala likert, pilihan
jawaban “tidak pernah/sekali-sekali/kadang-
kadang/biasanya /selalu16.
Uji validitas menggunakan teknik
korelasi product moment dan uji reliabilitas
dengan koefisien alpha cronbach>0.06.
Teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hubungan antara dua variabel adalah uji
Spearman Rank dengan SPSS 16 for
windows. Uji korelasi menggunakan tingkat
kepercayaan 95% dan signifikansi 5%.
HASIL PENELITIAN
Dukungan Keluarga
Gambar 1 Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga Pasien TB Kambuh yang Menjalani Pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang
Berdasarkan data hasil penelitian
tentang dukungan keluarga secara
keseluruhan pada gambar 1 di atas
menggambarkan bahwa sebagian besar
dukungan keluarga yang didapatkan
responden adalah baik yaitu sebesar 83.3%
(25 responden), kategori cukup sebanyak 4
responden (13.3%), dan 1 (3.3%) responden
kategori kurang.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sub-variabel Dukungan
Keluarga Pasien TB Paru Kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang
No Variabel
Dukungan keluarga
Baik Cukup Kurang
N % N % N %
1 Dukungan Informasi
20 66.7 8 26.7 2 6.7
2 Dukungan Penghargaan
19 63.3 10 33.3 1 3.3
3 Dukungan Emosional
25 83.3 5 16.7 0 0.0
4 Dukungan Instrumental
24 80 5 16.7 1 3.3
Berdasarkan data hasil penelitian
tentang dukungan informasi pada tabel di
atas menggambarkan bahwa sebagian besar
responden mendapat dukungan informasi baik
yaitu sebesar 66.7% (20 responden), dan
hampir setengahnya mendapat informasi yang
cukup dan kurang dari keluarga. Untuk
dukungan penghargaan digambarkan bahwa
sebagian besar dukungan penghargaan yang
didapatkan responden adalah baik yaitu
sebesar 63.3% (19 responden) dan hampir
setengahnya tergolong cukup dan kurang
dalam mendapatkan dukungan penghargaan.
Berdasarkan data hasil penelitian
tentang dukungan emosional bahwa hampir
seluruh responden mendapat dukungan
emosional yang baik yaitu sebesar 83.3% (25
responden) dan sebagian kecilnya mendapat
dukungan emosional cukup. Begitu pula
dengan subvariabel dukungan instrumental
digambarkan bahwa sebagian besar
dukungan instrumental yang didapatkan
responden adalah baik yaitu sebesar 80% (24
responden) dan sisanya mendapat dukungan
instrumental yang cukup dan kurang.
Kepatuhan
Gambar 2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menjalani Pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat
disimpulkan bahwa hampir setengah dari
jumlah responden (40%) termasuk dalam
kategori kepatuhan sedang, sedangkan
kategori kepatuhan tinggi sebesar 36.7% (11
responden) dan 23.3% (7) responden dalam
kategori kepatuhan rendah.
0
20
40
Baik Cukup Kurang
254 1
n = 30
0
5
10
15
Tinggi Sedang Rendah
11 127
n = 30
Hubungan Dukungan Keluarga dan
Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan
Tabel 2 Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Pasien Kambuh TB Paru dalam Menjalani Pengobatan
Variabel
Kepatuhan
Total N
(%) Tinggi N (%)
Sedang
N (%)
Renda
h N (%)
Dukungan
informasi
Baik 6 (20.0) 8 (26.7) 6 (20.0) 20 (66.7)
Cukup 4 (13.3) 3 (10.0) 1 (3.3) 8 (26.7)
Kurang 1 (3.3) 1 (3.3) 0 (0.0) 2 (6.7)
Dukungan Penghargaan
Baik 5 (16.7) 10 (33.3) 4 (13.3) 19 (63.3)
Cukup 5 (16.7) 2 (10.0) 3 (10.0) 10 (33.3)
Kurang 1 (3.3) 0 (0.0) 0 (0.0) 1 (3.3)
Dukungan emosional
Baik 9 (30.0) 11 (36.7) 5 (16.7) 25 (83.3)
Cukup 2 (6.7) 1 (3.3) 2 (6.7) 5 (16.7)
Kurang 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)
Dukungan instrumental
Baik 9 (30.0) 9 (30.0) 6 (20.0) 24 (80)
Cukup 2 (6.7) 3 (10.0) 0 (0.0) 5 (16.7)
Kurang 0 (0.0) 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (3.3)
Dukungan keluarga
Baik 8 (26.7) 11 (36.7) 6 (20.0) 25 (83.3) Cukup 2 (6.7) 1 (3.3) 1 (3.3) 4 (13.3)
Kurang 1 (3.3) 0 (0.0) 0 (0.0) 1 (3.3)
Pada hasil tabel silang terlihat bahwa
terdapat 8 responden yang mendapatkan
dukungan keluarga baik dengan tingkat
kepatuhan tinggi dalam menjalani
pengobatan, 2 responden yang mendapatkan
dukungan keluarga cukup dengan tingkat
kepatuhan tinggi, serta 1 responden yang
mendapatkan dukungan keluarga kurang
dengan tingkat kepatuhan tinggi.
Responden yang mendapatkan
dukungan keluarga baik dengan tingkat
kepatuhan sedang dalam menjalani
pengobatan sebanyak 11 responden, terdapat
satu responden mendapat dukungan keluarga
cukup dengan kepatuhan sedang dalam
menjalani pengobatan serta tak satupun
responden mendapatkan dukungan keluarga
kurang dengan tingkat kepatuhan sedang
dalam menjalani pengobatan.
Responden yang mendapatkan
dukungan keluarga baik dengan tingkat
kepatuhan rendah dalam menjalani
pengobatan sebanyak 6 responden, terdapat
1 responden mendapat dukungan keluarga
cukup serta tidak ada responden yang
mendapatkan dukungan keluarga kurang
dengan tingkat kepatuhan rendah.
Hasil uji korelasi spearman diperoleh
nilai koefisien korelasi antara variabel 1 dan 2
sebesar -0,177 yang berarti dukungan
keluarga memiliki hubungan yang tidak
signifikan dengan kepatuhan pasien
tuberkulosis kambuh dalam menjalani
pengobatan, sedangkan besar signifikansi
adalah 0,349, karena angka tersebut di atas
0.05 (p>0.05) maka H0 gagal ditolak, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan pasien tuberkulosis
kambuh dalam menjalani pengobatan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil di atas, dapat
diketahui bahwa sebagian besar pasien
tuberkulosis paru kambuh di Puskesmas Se-
Kota Malang mendapatkan dukungan
keluarga baik. House membagi dukungan
keluarga menjadi 4 bentuk yaitu dukungan
informasional, dukungan penghargaan,
dukungan emosional dan dukungan
instrumental17.
Dari hasil penelitian diperoleh 66,7%
responden memperoleh dukungan
informasional baik, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa sebagian besar responden
mendapatkan nasihat, usulan, saran, petunjuk
dan pemberian informasi dari keluarga
dengan baik. Sesuai dengan penelitian Dewi,
Nursiswati & Ridwan, yang juga
menyimpulkan sebagian besar keluarga
memberikan dukungan informasi kepada
pasien yang menjalani pengobatan TBC obat
atau suntik. Informasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dalam
minum obat secara teratur dan tepat baik
waktu maupun dosisnya. Secara konkret
pemberian dukungan informasional yaitu
berupa nasihat atau pemberian informasi
yang dibutuhkan terkait pengetahuan keluarga
tentang TBC misalnya tanda dan gejala serta
pengobatannya (diet, terapi obat atau suntik)
yang diperoleh dari penjelasan petugas
kesehatan, selebaran, televisi, koran, dan
lain-lain15.
Bentuk dukungan keluarga yang
kedua ialah dukungan penghargaan. Dari
penelitian diperoleh hasil sebagian besar
responden (63,3%) mendapatkan dukungan
penghargaan baik. Hal ini berarti sebagian
besar responden tergolong baik dalam bentuk
dukungan penghargaan positif, dorongan
maju untuk sembuh, pujian ketika berhasil
minum obat atau suntik, dan perbandingan
positif orang itu dengan orang lain. Dukungan
penghargaan dapat meningkatkan harga diri
seseorang dan effikasi diri sehingga perilaku
yang diinginkan dapat tercapai18.
Dukungan instrumental yaitu bentuk
dukungan berupa bantuan dalam bentuk
nyata atau material. Pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden (80%) mendapatkan dukungan
instrumental cukup. Data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tergolong cukup mendapatkan
dukungan keluarga instrumental. Dukungan
instrumental tersebut merupakan bantuan
yang dapat terlihat nyata seperti menyediakan
dana yang dibutuhkan selama proses
pengobatan, kesediaan waktu dalam merawat
dan mendampingi pasien ketika kontrol
maupun pada saat minum obat atau suntik17.
Bentuk dukungan yang terakhir yaitu
dukungan emosional. Pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa 83.3% responden
mendapat dukungan emosional baik. Hal ini
berarti sebagian besar responden menerima
ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap keadaan pasien misalnya dalam
bentuk mendengarkan keluhan psikologis
karena efek samping pengobatan, sehingga
dengan adanya dukungan tersebut meyakini
bahwa dirinya diurus, diperhatikan, dan
disayangi serta tidak menyalahkan atas
permasalahan yang dihadapi dan memberikan
rasa nyaman dalam meningkatkan
kepercayaan diri pasien untuk tetap patuh
menjalani pengobatan17,19.
Kepatuhan pasien sangat dituntut
dalam menjalani pengobatan jangka panjang
ini. Dengan upaya patuh dalam minum obat
diharapkan kemampuan bakteri dalam tubuh
dapat berkurang dan mati. Kepatuhan minum
obat ini diperlukan pada seluruh penyakit
terutama penyakit TBC yang membutuhkan
pengawasan ekstra dalam pengobatannya.
Kepatuhan meliputi sejauh mana pasien
mengikuti jadwal minum obat dan suntik
mereka seperti yang telah ditentukan
penyedia perawatan15.
Hasil penelitian kepatuhan
menunjukkan bahwa hampir sebagian
responden termasuk dalam kategori
kepatuhan sedang sebesar 40%, berikutnya
kepatuhan tinggi 36,7%, dan sebagian kecil 7
responden (23.3%) dalam kategori kepatuhan
rendah. Banyaknya jumlah responden yang
termasuk dalam kategori kepatuhan sedang
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan yang mempunyai
efek positif maupun negatif antara lain faktor
struktural dan ekonomi, pasien, terapi,
dukungan dari petugas pelayanan kesehatan
dan faktor kondisi18.
Teori biomedis menyatakan bahwa
ketidakpatuhan dihubungkan dalam hal
karakteristik pasien termasuk usia. Selain itu,
tidak adanya dukungan sosial dan kehidupan
yang tidak mapan menciptakan lingkungan
yang tidak mendukung dalam program
tercapainya kepatuhan pasien dan
kompleksitas regimen pengobatan merupakan
faktor yang mempunyai efek negatif terhadap
kepatuhan22,23.
Hasil analisis didapatkan tidak terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Dewi, Nursiswati dan Ridwan, yang juga
menyimpulkan tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien
dalam menjalani pengobatan TBC15.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
pasien dalam berobat adalah dukungan sosial
di antaranya adalah dukungan dari keluarga.
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
adalah melakukan perawatan kepada anggota
keluarga yang sakit. Keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan dukungan agar pasien rutin
dalam pengobatan. Adanya perhatian dan
dukungan keluarga dalam mengawasi dan
mengingatkan penderita untuk minum obat
dapat memperbaiki derajat kepatuhan
penderita17,18,20.
Berdasarkan hal tersebut, dukungan
keluarga sangat memegang peranan yang
penting dalam kepatuhan anggota keluarga
lainnya. Namun dari hasil penelitian, ternyata
tidak didapatkan adanya hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien
tuberkulosis kambuh dalam menjalani
pengobatan TB. Dukungan keluarga tidak
hanya mengakibatkan efek memudahkan tapi
juga dapat menghambat perilaku kepatuhan
dalam menjalani pengobatan TB17.
Berdasarkan hasil penelitian,
dukungan keluarga tidak berhubungan
dengan perilaku kepatuhan berobat pasien.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku menurut Snehandhu adalah niat
seseorang bahwa perilaku bertindak
sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya dan teori model
tindakan beralasan mengatakan niat
seseorang dipengaruhi oleh sikap yang terdiri
dari keyakinan dan evaluasi terhadap hasil
perilaku serta motivasi untuk patuh, dan
otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal
ini mengambil tindakan atau keputusan.
Sedangkan menurut teori sosial kognitif,
perilaku dapat dipengaruhi oleh efikasi diri
dalam menjalani pengobatan15,21,22.
Kemungkinan hal ini dapat menjadi
penyebab tidak terdapatnya hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien
minum obat TB.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dukungan keluarga pada pasien
Tuberkulosis Paru kambuh di Puskesmas
Se-Kota Malang, dukungan keluarga baik
sebanyak 83,3%, dukungan keluarga
cukup sebanyak 13,3% dan 3,3%
merupakan dukungan keluarga kurang.
2. Kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru
kambuh dalam menjalani pengobatan di
15 Puskesmas Se-Kota Malang, hampir
sebagian responden termasuk dalam
kategori kepatuhan sedang yaitu sebesar
40%, serta 36,7% dalam kategori
kepatuhan tinggi dan 23,3% kategori
kepatuhan rendah.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru
kambuh dalam menjalani pengobatan di
Puskesmas Se-Kota Malang.
Saran
Bagi Institusi diharapkan hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran
dan pengembangan konsep keperawatan
yang berhubungan dengan penanggulangan
tuberkulosis kambuh selain dari faktor
dukungan dari keluarga dan saran bagi
puskesmas agar sistem pencatatan rekam
pasien yang lebih baik.
Bagi Praktek Keperawatan. Tenaga
kesehatan diharapkan meningkatkan kegiatan
kunjungan rumah pada pasien tuberkulosis
kambuh untuk pengawasan minum obat dan
memonitor efek samping yang terjadi
(terutama yang mengganggu aktivitas
pekerjaan pasien) sehingga diupayakan
berkolaborasi dalam menyesuaikan dosis,
mengganti obat dengan yang lain, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan motivasi dalam
kepatuhan berobat.
Bagi Masyarakat terutama keluarga dan
pasien agar meningkatkan peran serta dalam
pengobatan TB dan perlunya pendekatan
lintas sektoral khususnya upaya peningkatan
ekonomi masyarakat sehingga tidak menjadi
alasan lagi untuk tidak minum obat oleh
karena efek samping yang mengganggu
aktivitas pekerjaan pasien.
Bagi Penelitian Selanjutnya, hendaknya
menggali faktor penyebab kepatuhan sedang
dan rendah menggunakan desain cohort
untuk mendapat sampel lebih banyak,
hendaknya dilakukan penelitian tentang faktor
terapi misalnya motivasi untuk tetap patuh
berobat dalam menyeimbangkan efek
samping ringan maupun berat yang
didapatkan selama menjalani pengobatan.
Pada penelitian selanjutnya sebaiknya
metode pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan instrumen yang dapat
mengukur variabel secara objektif, terutama
variabel kepatuhan, misalnya dengan
mengombinasikan kuesioner Morisky dan
pengkajian medis.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2011. Country Profile, (online), http://www.who.int/tb/publications/ global_report/2011/ gtbr11_a2.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.
2. WHO. 2011. Tuberculosis Control in The South-East Asian Region.
http://www.searo.who.int/LinkFiles/TB_Day_Kit_TB_Annual_Report_2011.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.
3. WHO. 2012. Tuberculosis, (online)
http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs104/en/, diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2012. Profil Data Kesehatan indonesia tahun 2011.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROF
IL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.
5. Hermayanti, D. 2010. Studi Kasus Drop Out Pengobatan Tuberkulosa (TB) di Puskesmas Kodya Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.
6. Dinas Kesehatan Kota Malang. 2013. Laporan Triwulan Penemuan Pasien TB Per UPK.
7. Setiono, A. & Musrichan. 2011. Uji Diagnostik Pemeriksaan Immuno-chromatographic Tuberculosis (ICT TB) dibandingkan dengan Pemeriksaan BTA Sputum Pada Tersangka Penderita TB Paru Di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro.
8. Maharani, L., Affandi, B., Aditama, T. Y., Prihartono, J. 2009. Profil perempuan hamil penderita tuberkulosis di poliklinik tuberkulosis Persatuan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia Baladewa Jakarta Pusat.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/IJOG/article/viewFile/955/952, diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
9. Rochana, R.N. 2009. Evaluasi Kepatuhan Pasien Pengobatan Obat Hipoglikemik Oral Bagi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
10. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak.
11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace).
12. Syakira. 2012. Gambaran Pelaksanaan Tugas Pengawas Minum Obat Dan Kepatuhan Pasien Penderita TBC Dalam Mengkonsumsi Obat di RSUD Toto.
Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Jurusan Farmasi.
13. Hutapea, T. P. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis, (online), http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Dukungan%20Keluarga.pdf, diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.
14. Syahputra Y, M. I. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Minum Obat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. 15. Dewi, M., Nursiswati & Ridwan. 2009.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien TBC dalam Menjalani Pengobatan di Tiga Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Vol. 10 (No. XIX),
hal 60. 16. Purwaningtyas, E., Ikawati, Z.,
Pramantara, D.P. 2011. Hubungan kepatuhan penggunaan Obat dengan persistensi Pengisian Obat pada Pasien Hipertensi di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM dan RSUP Sardjito
Yogyakarta. 17. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan, PT
Grasindo, Jakarta. 18. WHO. 2003. Adherence to Long-Term
Therapies : Evidence for action, (online), (http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s4883e/s4883e.pdf, diakses 22 Oktober 2012)
19. Peraturan Pemerintah RI No 40 Tahun 2011 Tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Atau Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Atau Pelaku Pornografi, (online), (http://www.bkkbn.go.id/jdih/Peraturan%20PerundangUndangan %20Pusat/PP%20NOMOR%2040%20TAHUN%202011%20PEMBINAAN,%20PENDAMPINGAN,%20DAN%20PEMULIHAN%20TERHADAP%20ANAK%20KORBAN%20PORNOGRAFI.txt, diakses 30 Oktober 2012).
20. Ali. 2009. Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
21. Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
22. Munro, S.; Lewin, S.;, Swart, T; & Volmink, J. 2007. A review of health behaviour theories: how useful are these for developing interventions to promote long-term medication adherence for TB and HIV/AIDS? BMC Public Health, 7:104.
23. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor penting dalam Keberhasilan Terapi, volume 7 no 5 edisi September.
Telah disetujui oleh Pembimbing I
DR. Ahsan, S.Kp, M.Kes. .
NIP. 19640814 198401 1 001