magang

52
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam persaingan global yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan sangat penting. Oleh karena itu produktivitas tinggi harus menjadi salah satu target dalam kegiatan industri manufaktur sekarang ini. Peningkatan daya saing produk manufaktur memerlukan inovasi teknologi, efisiensi dan produktivitas yang optimal. Peningkatan daya saing juga menuntut intensitas pekerja operasional dan tempo kerja yang optimal. Gangguan operasional industri manufaktur dapat disebabkan karena cara-cara kerja yang buruk akibat kekurangan keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya informasi tentang bahan-bahan yang berbahaya dan mesin-mesin yang beresiko tinggi akan menimbulkan kerugian tidak hanya produksi tetapi juga peningkatan bahaya. Kerugian

Transcript of magang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam persaingan global yang semakin berat dan dinamis,

produktivitas mempunyai peranan sangat penting. Oleh karena itu

produktivitas tinggi harus menjadi salah satu target dalam kegiatan industri

manufaktur sekarang ini. Peningkatan daya saing produk manufaktur

memerlukan inovasi teknologi, efisiensi dan produktivitas yang optimal.

Peningkatan daya saing juga menuntut intensitas pekerja operasional dan

tempo kerja yang optimal. Gangguan operasional industri manufaktur dapat

disebabkan karena cara-cara kerja yang buruk akibat kekurangan

keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya informasi tentang bahan-bahan

yang berbahaya dan mesin-mesin yang beresiko tinggi akan menimbulkan

kerugian tidak hanya produksi tetapi juga peningkatan bahaya. Kerugian

produksi dan kerugian meteril lainnya akibat dari terjadinya kecelakaan,

kecelakaan kerja tidak akan terjadi jika budaya K3 terus menerus

dikembangkan di perusahaan industri. (Suma’mur, 1996).

Budaya K3 ini dapat dikembangkan dari lingkungan kerja yang aman,

nyaman, dan disiplin pekerja yang tinggi. Rasa aman dan ketentraman akan

dapat meningkatkan kegairahan bekerja yang berdampak langsung terhadap

peningkatan mutu kerja, peningkatan produksi dan produktivitas, sehingga

2

bukan hanya memberikeuntungan bagi perusahaan tetapi juga bagi bangsa

dan negara. (Suma’mur, 1996).

Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah

memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang

sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang

berisiko tinggi. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa “setiap perusahaan

yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau

bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan

kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit

akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen

K3.” (Permenaker No. 05/MEN/1996).

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah

satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kinerja (performen)

merupakan resultan dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja

dan lingkungan. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka dapat dicapai

suatu derajat peningkatan produktivitas yang optimal. Sebaliknya apabila

terjadi ketidak serasian maka dapat menimbulkan masalah kecelakaan kerja,

3

kesehatan kerja yang akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

(Suma’mur, 1996).

Sistem manajemen K3 juga dinyatakan dalam Undang-undang Tenaga

Kerja yang disahkan (UU No. 13/ 2003), yaitu pada pasal 86 dan pasal 87.

Pada pasal 86, undang-undang tersebut menetapkan bahwa setiap pekerja/

buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

dan kesehatan kerja, perlindungan atas moral dan kesusilaan, dan perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Pada pasal 87, undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap

perusahaan harus menerapkan system manajemen K3, untuk diintegrasikan

dalam sistem manajemen umum perusahaan.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih

belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat

kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini

umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, sedangkan pada

industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan relatif kecil

karena didukung oleh kemampuansumberdaya manusia dan dana yang

tersedia.

Sesuai dengan Pasal 2 Permenaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan

sasaran penerapan SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat

kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

4

lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif.

Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka

perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui

penerapan program K3 yang berkesinambungan. Namun pengendalian

secara teknis tekhnologi pada sumber bahaya itu sendiri yang paling

efektif (Siswanto, 1983). Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban

perusahaan melaksanakan dan menerapkan peraturan perundangan

nasional maupun internasional tentang Keselamatan dan kesehatan kerja

guna mencapai keselamatan, kesehatan serta kesejahteraan bagi tenaga

kerja dan masyarakat sekitar.

PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

merupakan salah satu perusahaan swasta nasional bergerak dibidang

eksplorasi minyak dan gas bumi yang beroperasi di Kalimantan Timur.

Terhitung mulai tanggal 15 Oktober 2008, PT MEDCO E&P Kalimantan

(sesuai dengan SK Kehakiman No. C-09341 HT.01.04 TH 2004) melakukan

Re-Branding menjadi PT. Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field

Tarakan. Re-Branding ini dilakukan atas permintaan pihak manajemen PT

Medco Energi Internasional Tbk untuk mendukung pertumbuhan bisnis di

bidang energi dan agar lebih memperkuat nama Medco Energi secara

5

komersial serta meningkatkan kebersamaan antara unit-unit usaha di bidang

energy.

Perusahaan menyadari pentingnya penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan guna mendukung segi

operasional serta untuk pemenuhan tuntutan yang tinggi dari para pelanggan

akan standar pengelolaan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan.

Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan praktek kerja

lapangan/magang di PT. Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field

Tarakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan pada latar belakang, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaiman Gambaran Umum PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga

& Tarakan Field Tarakan ?

2. Bagaimana Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan ?

3. Apa saja faktor bahaya dan potensi bahaya di PT.Pertamina EP

UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan serta bagaimana

upaya pengendalian yang terdapat di perusahaan ?

6

C. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya magang di PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan adalah :

1. Untuk mengetahui Gambaran Umum PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

2. Untuk mengetahui Gambaran Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina EP

UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan.

3. Untuk mengetahui faktor bahaya dan potensi bahaya di

PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

serta upaya pengendalian yang terdapat di perusahaan.

.

4. Manfaat

Dari pelaksanaan kegiatan magang yang telah dilakukan, dapat

member manfaat bagi:

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menambah wawasan mahasiswa dalam ilmu keselamatan

dan kesehatan kerja.

b. Dapat mengetahui penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di

perusahaan.

7

c. Dapat mengetahui faktor dan potensi bahaya serta upaya

pengendalian yang terdapat di perusahaan.

d. Dapat mengetahui aplikasi ilmu keselamatan dan kesehatan kerja

dengan penerapan yang ada di perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai pembanding dan masukan terhadap upaya penanganan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sehingga efisiensi dan efektifitas

perusahaan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman

a. Mendapatkan informasi mengenai penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina EP

Field Tarakan.

b. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan

ilmu pengetahuan dan peningkatan proses belajar dan mengajar.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah merupakan segala sarana dan upaya untuk

mencegah terjadinya suatu kecelakaan kerja (Silalahi, 1995). Dalam hal ini

keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan mesin, alat kerja dalam

proses landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan tenaga

kerja didalam melaksanakan tugasnya, melindungi keselamatan setiap orang

yang berada di lokasi tempat kerja dan melindungi keamanan peralatan serta

sumber produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.

Keselamatan kerja diutamakan dalam bekerja untuk menghindari

terjadinya kecelakaan. Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan dapat diartikan

sebagai suatu peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak diduga, yang

kejadiannya dapat menyebabkan timbulnya bencana atau kerugian.

Pengertian dari kecelakaan adalah suatu peristiwa yang dapat merusak suatu

rencana yang telah dibuat atau direncanakan sebelumnya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

9

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia

pada umumnya. Secara disiplin ilmu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

diartikan sebagai “ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk

melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan”.

Secara hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai

“Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang

memasuki tempat kerja senantiasa dalam keaaan yang sehat dan selamat

serta sumbersumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien

dan produktif”.

Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan skala prioritas, karena

dalam pelaksanaannya, selain dilandasi oleh peraturan perundang-undangan

tetapi juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu keteknikan dan

ilmu kedokteran.

Adapun tujuan dari keselamatan dan kesehatan karja menurut

Suma’mur 1989 antara lain :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatakan produksi serta

produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

10

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.

B. Potensi Bahaya

Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau

berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cedera, penyakit,

kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional

yang telah ditetapkan.

C. Identifikasi Potensi Bahaya

Identifikasi potensi bahaya merupakan suatu proses aktivitas yang

dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi

sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang

mungkin timbul di tempat kerja.

D. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang jelas

tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban

jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan

dengan pekerjaan.

Berdasarkan selang waktu akibatnya, kecelakaan terbagi menjadi dua

yaitu kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak langsung. Kecelakaan

11

langsung merupakan kecelakaan yang akibatnya langsung tampak atau

terasa. Sedangkan kecelakaan tidak langsung adalah kecelakaan yang

akibatnya baru tampak atau terasa setelah ada selang waktu dari saat

kejadiannya (Suma’mur, 1989).

Berdasarkan dari sisi korbannya, kecelakaan juga terbagi menjadi dua

yaitu kecelakaan dengan korban manusia dan kecelakaan tanpa korban

manusia. Kecelakaan dengan korban manusia juga terbagi lagi menjadi tiga

bagian yaitu kecelakaan diukur berdasarkan besar-kecilnya kerugian

material, kekacauan organisasi kerja, maupun dampak negatif yang

diakibatkannya (Suma’mur, 1989).

Manusia juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan kerja atau

tingkah laku tidak aman. Adapun faktor penyebab tingkah laku tidak aman

yaitu faktor kebiasaan, emosi atau psikologi dan kurang terampil. (Suma’mur,

1989), menyimpulkan bahwa kurang lebih 80 % kecelakaan kerja disebabkan

oleh tingkah laku dan kelalaian manusia yang tidak aman.

Mesin atau alat produksi juga merupakan penyebab kecelakaan kerja.

Hal ini dapat disebabkan karena bagian-bagian mesin selalu bergerak dan

berputar. Dan pergeseran pada mesin atau alat produksi dapat menimbulkan

suhu yang tinggi sehingga bila kontak bahan yang mudah terbakar dapat

menimbulkan kebakaran. Selain manusia dan mesin, lingkungan kerja juga

dapat mempengaruhi kecelakaan kerja. Hubungan mesin dengan operator

atau manusia sangat berpengaruh sekali karena mesin dapat menimbulkan

12

suatu kecelakaan apabila seorang operator mengalami keteledoran dalam

menjalankan mesin atau alat produksi.

Sebagaimana telah disinggung, faktor manusia merupakan faktor

utama kecelakaan kerja. Suma’mur ( 1989 ), mengungkapkan bahwa

perubahan manusia setiap waktu menimbulkan atau mengurai kecelakaan

kerja. Akibatnya dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka

pencegahannya. Akibat kecelakaan kerja juga dapat dibagi atas dua kategori

besar yakni kerugian bersifat ekonomis dan kerugian bersifat non ekonomis.

Maksud utama dari analisa adalah untuk memberikan jawaban mengapa

kecelakaan dapat terjadi, sehingga dapat ditentukan bagaimana agar

kecelakaan sejenis tidak terjadi lagi (Suma’mur,1989).

Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) sangat dibutuhkan dalam

kegiatan industri, hal-hal yang melatar belakangi yaitu bahwa setiap aktifitas

industri selalu mengandung bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan

kerja, bahaya dan risiko tersebut akan menimbulkan konsekuensi, apabila K3

tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian.

Kerugian-kerugian tersebut berupa aset perusahaan dari yang paling

ringan sampai kepada kehancuran, dari sisi pekerja dari cacat / sakit yang

teringan sampai kepada korban jiwa, sedangkan dari segi lingkungan dari

tingkat pencemaran ringan sampai bencana.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu menciptakan kondisi

kerja yang aman dan sehat sehingga mencegah terjadinya luka-luka,

13

penyakit, dan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian baik material

maupun non material, mencegah terjadinya penurunan kesehatan atau

gangguan lainnya (cacat, cidera) pada pekerja yang diakibatkan oleh potensi

bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, serta menciptakan keserasian

antara pekerja dengan pekerjaan maupun lingkungan kerjanya baik secara

fisiologis maupun psikologis untuk meningkatkan kapasitas, kinerja dan

produktivitas kerja. Tujuan akhir dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu ‘

hidup yang berkualitas ‘ yang berarti sehat fisik, mental, sosial, spiritual.

Maksud dari ‘ hidup yang berkualitas ‘ yaitu tidak menderita cacat,

tidak menderita sakit, tidak terjadi “kematian prematur”, usia harapan hidup

tinggi, memiliki kapasitas kerja yang tinggi, mampu menikmati masa pensiun

sekurang-kurangnya 10 tahun setelah purna karya.

E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebut SMK3

adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian ,

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman (Permenaker No : PER.

05/MEN/1996).

14

Secara aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah

ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

PER.05/MEN/1996 disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) adalah suatu pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses

konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang memuat keseluruhan

tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan

program kerja perusahaan yang bersifat umum dan operasional. Kebijakan ini

ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus. Untuk pembuktian

penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit

yang ditunjuk menteri (Pasal 5 ayat 1 PER.05/MEN/1996).

Unsur-unsur audit SMK3 meliputi:

a. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap

K3 dengan menyediakan sumberdaya yang memadai. Pengusaha dan

pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang

diwujudkan dalam:

1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan

keputusan perusahaan,

15

2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana

sarana lain yang diperlukan di bidang K3,

3. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang

dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3,

4. Perencanaan K3 yang terkoordinasi,

5. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Beberapa hal tentang pembangunan dan pemeliharaan komitmen

antara lain:

1. Adanya kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal dan secara jelas

menyatakan tujuan-tujuan K3 dan komitmen perusahaan dalam

memperbaiki kinerja K3,

2. Kebijakan yang ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus,

3. Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui

proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja,

4. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga

kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara

yang tepat,

5. Apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang

bersifat khusus,

6. Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara

berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut mencerminkan

dengan perubahan yang terjadi dalam peraturan perundangan.

16

b. Strategi pendokumentasian

Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap system

manajemen dan harus dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan dan

didokumentasikan serta diperbaharui apabila diperlukan. Perusahaan harus

dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif.

Pendokumentasian SMK3 didukung kesadaran tenaga kerja dalam rangka

mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem kinerja K3. Bobot dan

mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan perusahaan.

Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus

diintegrasikan dalam keseluruhan dokumen yang ada. Perusahaan harus

mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk:

1. Menyatukan secara sistematis kebijakan tujuan dan sasaran K3,

2. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3,

3. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur,

4. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan

unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan,

5. Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan

telah diterapkan.

17

Perencanaan dan rencana strategi K3 meliputi:

1. Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasi dan menilai potensi

bahaya dan risiko K3 yang berkaitan dengan operasi,

2. Perencanaan strategi K3 perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan

untuk mengendalikan potensi bahaya dan resiko K3 yang telah

terindentifikasi yang berhubungan dengan operasi,

3. Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses proyek atau

tempat kerja tertentu telah dibuat,

4. Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan K3

sebelumnya,

5. Rencana tersebut menetapkan tujuan K3 perusahaan yang dapat diukur,

menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya.

c. Peninjauan ulang disain dan kontrak

Peninjauan ulang disain dan kontrak meliputi:

1. Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya

dan penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan

atau perancangan ulang,

18

2. Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian

sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap

perancangan,

3. Petugas yang kompoten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi

bahwa perancangan memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan,

4. Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai

implikasi terhadap K3 diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau ulang

dan disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan,

5. Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi dan

menilai potensi bahaya K3 tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat, di

mana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa

dalam suatu kontrak,

6. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan

ulang kontrak oleh personil yang berkompoten,

7. Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat

memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan,

8. Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan.

d. Pengendalian dokumen

Perusahaan harus menjamin bahwa:

1. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung

jawab di perusahaan,

19

2. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan dapat direvisi,

3. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil

yang berwenang,

4. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap

perlu,

5. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan,

6. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

e. Pembelian

Spesifikasi pembelian barang dan jasa meliputi:

1. Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin spesifikasi

teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3 telah diperiksa sebelum

keputusan untuk membeli,

2. Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau jasa

harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan K3

dicantumkan dalam spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan

peraturan perundangan dan standar K3 yang berlaku,

3. Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat

keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan K3 dicantumkan

dalam spesifikasi pembelian

4. Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan

terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan sebelum pembelian, serta

20

ditinjau ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana produksi dan

bahan kimia,

5. Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan

spesifikasi pembelian,

6. Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih

dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai resikonya,

7. Produksi yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan

jelas.

f. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3

Keamanan bekerja berdasarkan SMK3:

1. Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasikan bahaya yang

potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses

kerja,

2. Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut

ditetapkan melalui tingkat pengendalian,

3. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan

diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas kerja yang beresiko

tinggi,

4. Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko

yang teridentifikasi didokumentasikan,

21

5. Kepatuhan dengan peraturan, standar, ketentuan pelaksanaan

diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi

prosedur atau petunjuk kerja,

6. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten

dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan

tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk,

7. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara

benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak dipakai,

8. Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak

pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang

berlaku,

9. Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada

proses kerja,

10. Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan

dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja

yang telah ditentukan,

11. Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan

tingkat risiko tugas,

12. Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat

pengendalian,

22

13. Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit

akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-

saran kepada pengurus,

14. Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi,Persyaratan tugas tertentu,

termasuk persyaratan kesehatan diidentifikasi dan dipakai untuk

menyeleksi dan penempatan tenaga kerja,

15. Penugasan pekerjaan harus didasarkan pada kemampuan dan tingkat

keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja,

16. Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui

daerah-daerah yang memerlukan pembatasan izin masuk,

17. Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin

masuk,

18. Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai

dengan standar dan pedoman teknis,

19. Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus

dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis,

20. Penjadwalan pemeriksaan dan pemeriksaan sarana produksi serta

peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang

ditetapkan oleh peraturan perundangan standar dan pedoman teknis.

g. Standar pemantauan

Standar pemantauan meliputi:

23

1. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja yang dilaksanakan secara teratur,

2. Inspeksi dilakukan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja

yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya,

3. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat

yang diperiksa,

4. Daftar periksa chek list tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada

saat inspeksi,

5. Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan

kebutuhan,

6. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya,

7. Pemantauan lingkungan tempat kerja dilaksanakan secara teratur dan

hasilnya yang dicatat dipelihara,

8. Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi

dan psikologis,

9. Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,

pemeliharaan, penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji

mengenai kesehatan dan keselamatan,

10. Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten,

11. Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang

bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau,

24

12. Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan

kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk

membantu pemeriksaan ini,

13. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk

sesuai peraturan perundangan,

14. Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan

perundangan,

15. Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan

peraturan perundangan

h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan

Pelaporan dan perbaikan kekurangan meliputi:

1. Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil perlu

diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap K3,

2. Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan

oleh peraturan perundangan,

3. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan

oleh peraturan perundangan,

4. Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit

akibat kerja yang dilaporkan,

25

5. Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas

atau ahli K3 yang telah dilatih,

6. Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan

usaha perbaikan,

7. Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk

melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan

penyelidikan,

8. Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat

terjadinya kecelakaan,

9. Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah

K3 dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya.

i. Pengelolaan material dan pemindahannya

Pengelolaan material dan pemindahannya meliputi:

1. Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai

risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan

mekanis,

2. Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten,

3. Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian risiko

yang berhubungan dengan penanganan secara manual atau mekanis,

4. Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan

terhadap kerusakan, tumpahan dan kebocoran,

26

5. Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa bahan disimpan dan

dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku,

6. Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan

yang dapat rusak dan kadaluarsa,

7. Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang

aman sesuai dengan peraturan perundangan,

8. Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai

penyimpanan, penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya

yang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan, standar dan

pedoman teknis,

9. Lembar data keselamatan bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan

berbahaya harus mudah didapat,

10. Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian bahan-bahan

berbahaya,

11. Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan

peraturan perundangan dan standar yang berlaku,

12. Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan

secara aman bahan-bahan berbahaya,

13. Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan

mengenai cara penanganan yang aman,

14. Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten.

27

j. Pengumpulan dan penggunaan data

Pengumpulan dan penggunaan data meliputi:

1. Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi,

mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan K3,

2. Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan

dipelihara pada tempat mudah didapat,

3. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga

kerahasiaan catatan,

4. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara,

5. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan rehabilitasi kesehatan

dipelihara,

6. Data K3 yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa,

7. Laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan.

k. Audit SMK3

Audit SMK3 meliputi:

1. Audit SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian

kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut

efektif,

28

2. Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan

independen di perusahaan

3. Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang

berkepentingan,

4. Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau

untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan.

l. Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan

Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan meliputi:

1. Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan K3 telah

dilaksanakan,

2. Rencana pelatihan K3 telah disusun bagi semua tingkatan dalam

perusahaan,

3. Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemajuan dan

latar belakang pendidikan,

4. Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan

dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan

perundangan yang berlaku,

5. Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan

pelatihan yang efektif,

6. Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh

pelatihan,

29

7. Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin

peningkatan secara berkelanjutan,

8. Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar

tetap relevan dan efektif,

9. Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam

pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan

prinsip-prinsip serta pelaksanaan K3,

10. Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran

dan tanggung jawab mereka,

11. Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja

baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya

secara aman,

12. Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja termasuk tenaga kerja

baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya

secara aman,

13. Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga

kerja,

14. Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja

dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur K3,

15. Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan

teklimat kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan

dan kesehatan,

30

16. Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap

peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus,

melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.

Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah :

a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur system

operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden

dan kerugian-kerugian lainnya.

b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di

perusahaan.

c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang

K3.

d. Dapat meningkatkan pegetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3,

khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

e. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Konsep Dasar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) mencakup ketentuan pola tahapan “Plan-Do-Check-Action” sebagai

berikut :

a. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin

komitmen terhadap penerapan SMK3.

31

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan

SMK3.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif

dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang

diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.

d. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan

kesehatan kerja serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan

kesehatan kerja.

Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi yang

sesuai dengan kemampuan dan Policy Managementnya dalam penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu :

a. Innovative Management dengan melakukan inovasi manajemen melalui

“Unsafe Condition Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita

dituntut untuk memperkecil atau mengurangi insiden yang diakibatkan oleh

kondisi tempat kerja seperti, organisasi, peralatan kerja (mesin-mesin),

lingkungan kerja dan sistem kerja.

b. Traditional System dalam penyelamatan pekerjaan melalui “Unsafe Act

Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut untuk

memperkecil atau mengurangi tingkah laku orang yang tidak aman.

32

BAB III

METODE KEGIATAN MAGANG

A. Tempat

Program magang akan dilaksanakan di PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan, Safety Health and Environment

Department (SHE Department), Kecamatan Tarakan Tengah Kota Tarakan.

B. Waktu

Waktu pelaksanaan program magang akan dilaksanakan selama 1 bulan,

tepatnya mulai tanggal 2 Maret 2011 – 2 April 2011. Masuk setiap hari Senin

– Jum’at jam 07.00 – 16.00 WITA.

C. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang

No KegiatanWaktuMingguI

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

1. Pengenalan lingkungan2. Identifikasi masalah3. Pengumpulan data4. Penyusunan data

1

Tabel 2. Planning Of Action (POA)

No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Metode Pelaksanaan PJSumber Biaya

Tempat IndikatorWaktu

Pelaksaaan1. Perkenalan

dengan pihak PT.Pertamina EP Field Tarakan dan mengumpulkan data struktur organisasi, fungsi dan tugas di unit tempat magang

Mahasiswa dapat mengenal dan mempererat hubungan dengan pihak perusahaan serta mengetahui struktur organisasi, fungsi dan tugas di unit tempat magang

Seluruh pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

100% Wawancara, Observasi

Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa dan pihak perusahaan

PT.Pertamina EP Field Tarakan

Dari hasil orientasi mahasiswa dapat mengenal kondisi perusahaan 100 % mahasiswa mengetahui struktur organisasi, fungsi dan tugas petugas di unit tersebut

Minggu I

2. Melihat dan menganalisa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

Mahasiswa dapat mengetahui sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

Pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

100% Wawancara Mahasiswa dan Pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak perusahaan

PT.Pertamina EP Field Tarakan

80%, mahasiswa dapat mengidentifikasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

Minggu II

3. Mengidentifikasi faktor bahaya dan potensi bahaya serta upaya pengendalian perusahaan

Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor bahaya dan potensi bahaya serta upaya pengendalian perusahaan

Pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

100% WawancaraObservasi

Mahasiswa dan Pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak perusahaan

PT.Pertamina EP Field Tarakan

80%, mahasiswa dapat mengetahui faktor bahaya dan potensi bahaya serta upaya pengendalian perusahaan

Minggu III

4. Mengumpulkan data pelaksanaan/penerapan SMK3 di perusahaan dan membuat prioritas masalah

Mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan/penerapan K3 di perusahaan magang dan mampu membuat prioritas masalah

Seluruh pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

100% Observasi Mahasiswa dan Pekerja PT.Pertamina EP Field Tarakan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak perusahaan

PT.Pertamina EP Field Tarakan

100%, mahasiswa mengetahui pelaksanaan/penerapan K3 di perusahaan dan mengetahui prioritas masalah

Minggu IV

2

1

DAFTAR PUSTAKA

Anggraheni. S. 2007. Sistem Manajemen K3 dalam Upaya Meminimalisasi

Kecelakaan Kerja di PT. Petronika Gresik. Tesis. Universitas Air

Langga.

Bennet Silalahi dan Rumondang Silalahi, 1995. Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja.Jakarta : Pustaka Binaman Pressinda.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Audit SMK3, Edisi I.

Jakarta : Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja Ditjen Pembinaan

Pengawasan Ketenagakerjaaan.

Depnaker. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Nazir. M.1998. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo. S.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.

Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Suma’mur, 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Cetakan

Keempat. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.

Suma’mur PK, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.

Toko Gunung Agung

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.