Proposal Magang

31
PROPOSAL PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA STAFF PENGAJAR (DOSEN) PENGELOLAAN 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE), YAYASAN ANAK KAMPUNG, CIMANDE – BOGOR, JAWA BARAT DIAJUKAN OLEH : Furqaan Hamsyani, S.Hut.M.Si Nip. 19790104 201012 1002 i

description

PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIASTAFF PENGAJAR (DOSEN)PENGELOLAAN 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE), YAYASAN ANAK KAMPUNG, CIMANDE – BOGOR, JAWA BARAT

Transcript of Proposal Magang

Page 1: Proposal Magang

PROPOSALPROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

STAFF PENGAJAR (DOSEN)

PENGELOLAAN 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE), YAYASAN ANAK KAMPUNG, CIMANDE – BOGOR, JAWA BARAT

DIAJUKAN OLEH :

Furqaan Hamsyani, S.Hut.M.Si Nip. 19790104 201012 1002

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDAJURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGANSAMARINDA,

2013

i

Page 2: Proposal Magang

PRAKATA

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

anugerah dan karunia-NYA kepada kita, sehingga Proposal Kegiatan Program

Pengembangan Sumber Daya Manusia Staff Pengajar (Dosen) untuk pengelolaan

3R, Yayasan Anak Kampung Cimande – Bogor ini dapat kami selesaikan tepat

pada waktunya.

Program kegiatan magang ini diharapkan menjadi suatu langkah awal dari

pelaksanaan program produk unggulan berbasis teknologi di vokasi yang

dikembangkan oleh Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen

Pertanian PS. Manajemen Lingkungan. Sehingga diharapkan kelak selain dapat

dijadikan sebagai media dan meteri pembelajaran bagi dosen dan mahasiswa, juga

diharapkan dapat mempunyai nilai tambah dari Pengelolaan 3R yang dihasilkan.

Semoga dari hasil kegiatan magang ini nantinya dapat memberikan

kontribusi yang nyata bagi masyarakat dapat memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya khususnya bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Demikian proposal magang ini saya buat, masukan dan saran yang bersifat

membangun pengembangan SDM Staff Pengajar.

Samarinda, 18 Oktober 2013Pemohon,

Furqaan Hamsyani, S.Hut.M.SiNIP. 19790104 201012 1002

ii

Page 3: Proposal Magang

HALAMAN PENGESAHAN

1. A. Judul Magang : Pengelolaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)B. Bidang Ilmu : Manajemen LingkunganC. Kelompok Bidang Ilmu : Manajemen Lingkungan

2. A. Peserta Magang : 1 (satu) OrangB. Program Studi : Manajemen LingkunganD. Jurusan : Manajemen PertanianC. Instansi : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

3. A. Jangka Waktu : 5 HariB. Tempat Pelatihan : Yayasan anak kampung Cimande – Bogor,

Jawa BaratC. Biaya : Rp. 10.000.000,-D. Sumber Dana : APBD 2013

Mengetahui,KPS. Manajemen Lingkungan,

Ir. Dadang Suprapto, MPNIP. 19620101 198803 1 003

Samarinda, 18 Oktober 2013Hormat Saya,

Furqaan Hamsyani, S.Hut.M.SiNIP. 19790104 201012 1002

iii

Page 4: Proposal Magang

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan industry yang seakin

pesat akan memberikan dampak pada jumlah sampah yang dihasilkan antara lain

sampah plastic, kertas, produk kemasan yang mengandung B3 (Bahan Beracun

Berbahaya). Jumlah dan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis

material yang kita konsumsi semakin meningkat perekonomian dalam rumah

tangga maka semakin bervariasi jumlah sampah yang dihasilkan. Selain kondisi

tersebut masih djumpai timbulan atau buangan sampah di sungai sehingga

memberikan dampak negative pada lingkungan yang akhirnya menganggu

kesehatan manusia.

Berdasarkan SK SNI tahun 1990, Sampah adalah limbah yang bersifat

padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi

dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi

investasi pembangunan. Pada umumnya paradigma masyarakat terhadap sampah

dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga atau industri,

adalah benda yang yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai ekonomis.

Dengan adanya UU No. 18 /2008 tentang Pengelolaan Sampah maka perlu

suatu pengelolaan sampah dengan maksimal. Adapun upaya pengelolaan sampah

dapat dilakukan dengan cara Reuse, Reduce, dan Recycle (3 R) adalah kegiatan

memperlakukan sampah dengan cara, menggunakan kembali, mengurangi dan

mendaur ulang.

1. Reuse (menggunakan kembali) : yaitu penggunaan kembali sampah secara

langsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.

2. Reduce (mengurangi) : yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan

timbulnya sampah.

3. Recycle (mendaurulang) : yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah

mengalami proses pengolahan.

iv

Page 5: Proposal Magang

1.2 Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini merupakan suatu upaya pengelolaan 3R yang berbasis

lingkungan agar lingkungan dapat mencukupi kebutuhan manusia tanpa

pengorbanan. Adapun tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk

mendapatkan pengelolaan 3R dalam pengelolaan sumberdaya yang berbasis

lingkungan.

1.3 Manfaat Kegiatan

Hasil kegiatan magang tentang pengelolaan 3R berbasis lingkungan ini,

diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:

1. Memberikan satu alternatif dalam pengelolaan 3R.

2. Mendapatkan dan menguasai Teknologi Tepat Guna tentang pengelolaan 3R.

3. Teknologi Tepat Guna tentang pengelolaan 3R yang sangat berguna bagi

media praktikum mahasiswa dan dosen.

v

Page 6: Proposal Magang

2. PENGELOLAAN 3R

2.1. Perbedaan Antara Sampah Dengan Limbah

Kedua istilah tersebut pada dasarnya merupakan sisa bahan buangan yang

tidak digunakan lagi, walaupun masih dapat diproses untuk kegunaan lain.

Pengertian sampah terbatas pada sampah padat terdiri dari sampah  organik yang

dapat diproses secara alami dan sampah anorganik yang tidak dapat dimusnahkan.

Sedangkan limbah merupakan bahan buangan  yang dalam prosesnya

menggunakan air . Kedua bentuk buangan baik sampah padat maupun limbah cair

yang bersumber dari lingkungan masyarakat secara umum disebut dengan istilah

limbah domestik. Pengertian limbah domestik adalah bahan buangan yang

bersumber dari lingkungan masyarakat, dimana bentuk dan komposisinya dapat

dipengaruhi oleh budaya dan lingkungannya.

Jika diperhatikan, limbah dan sampah berasal dari berbagai macam

kalangan, Selain itu limbah dan sampah juga terdiri dari berbagai jenis, sehingga

limbah dan sampah sulit diatasi. Berdasarkan sumbernya, limbah domestik bisa

berasal dari permukiman penduduk, lingkungan perkantoran, pertokoan dan pasar,

maupun industri. Berdasarkan kandungan zat kimianya limbah domestik

dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) anorganik, seperti misalnya plastik, logam-

logam, pecahan gelas dan abu, dan (b) organik seperti sisa makanan, kertas,

dedaunan, sisa makanan buah dan sayur. Dan berdasarkan mudah tidaknya

dibakar, juga dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) mudah dibakar (kertas, karet,

plastik, kain dan kayu), dan (b) tidak mudah dibakar (kaca, kaleng)

2.2. LIMBAH

Apabila tumpukan sampah tidak cepat dikelola, maka sampah akan

berubah menjadi limbah, karena tumpukan sampah terkena dengan air. Selain

berasal dari sampah. limbah juga bisa berasal dari kegiatan industri. Jenis limbah

ini sukar atau tidak dapat dinetralisir secara ilmiah dan limbah ini sangat

vi

Page 7: Proposal Magang

berbahaya dan beracun jika mencemari perairan. Dikatakan berbahaya dan

beracun karena limbah mengandung bahan berbahaya atau beracun yang dapat

merusak dan mencemari lingkungan serta bisa membahayakan kesehatan

manusia. Pengelolaan limbah berbahaya dan beracun merupakan rangkaian yang

mencakup pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan limbah, serta

penimbunan hasil pengolahan tersebut.

Pengelolaan limbah membutuhkan biaya besar karena didalam proses

pengelolaannya diperlukan peralatan dan teknologi yang canggih. Di Indonesia

setiap industri yang menghasilkan limbah tidak perlu membangun unit

pengelolaan limbah karena tidak ekonomis dan efisien. Akan tetapi limbah

dikumpulkan dan disimpan dengan baik sehingga aman bagi lingkungan. Setelah

jumlahnya cukup, dikirim ke perusahaan yang khusus  mengelola limbah. Limbah

dapat dimanfaatkan dengan cara:

(a) penggunaan kembali (reuse) yaitu pemanfaatan limbah dengan dengan jalan

menggunakannya kembali untuk kepentingan yang sama,tanpa mengalami

pengolahan,

(b) daur ulang (recycle) yaitu pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau

kimiawi, contohnya kertas bekas diolah kembali menjadi kertas baru atau

benda lain, dan

(c) tukar-menukar limbah (waste material exchange) yaitu upaya pemanfaatan

limbah dengan jalan tukar-menukar atau membeli dan menjual limbah. Hal

ini saling menguntungkan karena yang menghasilkan limbah dapat

mengurangi biaya pengelolaan, sedangkan pengguna limbah mendapatkan

bahan mentahnya.

Menurut Higgins (1989) dalam Djayadiningrat (1996), meminimalisasi

limbah dapat dilakukan dengan cara: Mengolah cara pembelian dan pengendalian

bahan, memperbaiki pelaksanaan house keeping, mengubah cara-cara produksi,

penggantian bahan dengan bahan yang kurang daya racunnya, mengurangi

volume aliran air, dan  pemisahan limbah. Pengelolaan limbah dengan sampah

hampir sama karena limbah berasal dari sampah, hanya saja pengelolaan limbah

vii

Page 8: Proposal Magang

lebih sulit karena limbah sudah tercampur, sehingga sulit melakukan pemisahan

antara sampah yang masih bermanfaat dengan sampah yang tidak bermanfaat.

2.3. SAMPAH

Sampah merupakan suatu benda yang tidak digunakan dan harus dibuang.

Apabila tidak dikelola akan menyebabkan pencemaran lingkungan serta

menimbulkan penyakit. Buruknya perilaku masyarakat, mengubah kebiasaan

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat memang sulit. Buktinya masih banyak

warga yang membuang sampah sembarangan, kriteria sehatnya suatu kota

maupun desa tergantung pada sampah. Kalau sampah masih berserakan di mana-

mana, pertanda kawasan itu belum sehat. Banyaknya sampah akan mendatangkan

berbagai kuman sumber penyakit. Sampah juga merupakan bagian terpenting

dalam kehidupan. Oleh sebab itu kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini

harus ditumbuhkan supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan

sampah.

2.4. Usaha-usaha untuk meminimalisasi masalah sampah.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemerosesan,

pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya

mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya

dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau

keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya

alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif

dengan metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Praktek

pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,

berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga

antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak

berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial

dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah (Wikipedia

bahasa Indonesia, 2010).

viii

Page 9: Proposal Magang

Pengelolaan sampah merupakan proses yang perlu dilakukan dengan

tujuan: mengubah sampah menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis,

mengelola sampah agar menjadi sesuatu yang tidak membahayakan bagi

lingkungan hidup. Manfaat pengelolaan sampah: penghematan sumber daya alam,

penghematan energi, penghematan lahan TPA, lingkungan asri (bersih, sehat,

nyaman). Bencana sampah yang tidak dikelola dengan baik: longsor tumpukan

sampah, sumber penyakit, pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah dapat

dilakukan dengan cara:

1. Penimbunan adalah Pembuangan sampah pada penimbunan darat atau

TPA termasuk menguburnya untuk membuang sampah, usaha ini adalah usaha

yang kerap kali dilakukan. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg

ditinggalkan, lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam.

Penimbunan darat yang di kelola dengan baik akan menjadi tempat

penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat

yang tidak tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah

lingkungan, diantaranya angin berbau sampah, menjadi sumber penyakit, dan

adanya genangan air sampah.

2. Pengkomposan merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan

kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah organik dan sampah anorganik

harus dipisahkan. Sampah anorganik didaur ulang. Sampah organik sangat baik

sebagai bahan kompos. Pengomposan dilakukan ditempat yang jauh dengan

pemukiman, proses pengomposan tidak berdanpak negatif terhadap

lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup dengan plastik atau bahan

penutup lainnya. Kompos selain digunakan sebagai pupuk tanaman, juga

meningkatkan bahan organik di dalam tanah, yang fungsinya sebagai unsur

hara, menggemburkan tanah, dan lain-lain.

3. Daur ulang adalah mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah

yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk

digunakan kembali. Yang menjadi masalah adalah daur ulang sampah plastik,

sampah plastik selama ini benar-benar hanya dilihat sebagai sampah semata.

Hampir-hampir tidak ada yang bisa melihat sisi positifnya, bahkan pemulung

ix

Page 10: Proposal Magang

pun enggan mengumpulkannya. Padahal sampah plastik ini bisa didaur ulang

menjadi bahan baku pembuatan plastik. Permintaan terhadap bahan baku ini

pun sangat besar sehingga pabrik pembuatan plastik sering kehabisan bahan

baku. Belum lagi kalau dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerjanya. Dalam

bisnis ini banyak pihak yang bisa terlibat di dalamnya. Misalnya pemulung,

penampung, bandar sampah plastik bekas, maupun pemasok ke perusahaan

daur ulang sampah plastik. Di dalam perusahaan atau pabrik daur ulang

sampah plastik sendiri banyak menampung tenaga kerja mulai dari  tenaga

sortir plastik, tenaga giling, tukang pres,  tukang jemur, tenaga pengepakan

sampai staf administrasi dan keuangan, mereka semua mendapatkan upah yang

cukup lumayan dan memadai untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.

Usaha daur ulang plastik juga sangat berperan dalam membantu dan

memelihara kebersihan lingkungan.

Masalah limbah dan sampah sudah sempantasnya  ditangani yaitu dimulai

dari kesadaran dalam diri masing-masing, karena hal itu merupakan sesuatu yang

paling utama, tanpa ada kesadaran semua hal yang direncanakan tidak dapat

dilaksanakan dengan baik. Usaha yang dilakukan untuk membangun  kesadaran

masyarakat yaitu mulai dari sosialisasi terhadap masyarakat itu sendiri.

Masalah persampahan tampaknya bukan hal yang sederhana, karena

sepanjang ada kehidupan manusia permasalahan tersebut akan selalu timbul.

Walaupun kebijakan persampahan telah tersedia, ditambah dengan  pendanannya

baik yang bersumber dari APBD tampaknya belum merupakan jaminan

mantapnya pengelolaan sampah, apabila kesadaran masyarakat tidak dibangun.

Hal tersebut mengingat bahwa keberhasilan penanganan sampah sangat

ditentukan oleh ”niat kesungguhan masyarakat” yang secara sadar peduli untuk

menanganinya.  Atas dasar itulah pentingnya sosialisasi penyadaran masyarakat

baik melalui jalur formal maupun informal yang antara lain meliputi hal-hal

sebagai berikut:.

1. Penyadaran formal, diberikan kepada generasi muda di sekolah (SD,

SLTP, dan SLTA) melalui pemantapan kegiatan ”Krida” mingguan.

x

Page 11: Proposal Magang

2. Penyadaran informal, diberikan kepada masyarakat dalam kaitannya

penanganan sampah berbasis kesehatan lingkungan, untuk itu perlunya: (a)

penyadaran masyarakat, untuk menghargai terhadap alam lingkungannya, agar

tidak lagi membuang limbah domestik (sampah padat dan limbah cair)  bukan

pada tempatnya, dan (b) masyarakat hendaknya mulai sadar dan mulai untuk

memilah-milah sampah berdasarkan jenisnya, guna menghindari sumber-

sumber penyakit (Waryono, 2008).

Kesadaran masyarakat yang tinggi sangat diperlukan, berikut ini

merupakan salah satu contoh orang  yang memiliki kesadaran yang sangat tinggi

mengenai permasalahan sampah. Birch datang ke Lombok sebagai turis, lalu dia

mengabdi memunguti sampah selama 24 tahun.

2.5. Jenis Limbah Padat

Jenis sampah yang dikenal, terdiri atas :

1. Garbage (sampah basah), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan

organik dan yang memiliki sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan

basah.

2. Rubbish (sampah kering), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan

organik dan anorganik yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh

bahannya tidak cepat membusuk, seperti sampah logam (kaleng, seng) dan

sampah non logam, baik mudah terbakar (kertas, kayu, plastik) dan yang tidak

terbakar (pecahan kaca)

3. Dust and ash (debu dan abu), yaitu sampah yang terdiri dari bahan organik dan

anorganik yang merupakan partikel terkecil yang bersifat mudah beterbangan

dan membahayakan pernapasan. Abu merupakan hasil pembakaran (proses

kimia) dan debu yang merupakan proses mekanis

4. Demolation and construction wastes, yaitu sampah sisa-sisa bahan bangunan,

seperti puing, pecahan bata dan tembok, genteng, dll

5. Bulky waste, yaitu sampah barang bekas, baik yang masih dapat digunakan

atau yang tidak dapat digunakan, seperti lemari es, kursi, tv, barang rongsokan

xi

Page 12: Proposal Magang

6. Hazardous wastes, yaitu sampah yang berbahaya (limbah B3, bahan buangan

berbahaya) seperti, patogen (yang merupakan limbah rumahsakit, laboratorium

klinis), sampah beracun (kertas pembungkus pestisida), yang mudah meledak

(mesiu), dan sampah radioaktif ( sampah nuklir)

7. Water and waste treatment plant, yaitu sampah yang berupa hasil sampingan

pengolahan air bersih maupun air kotor, biasanya berupa gas atau lumpur

2.6. Sistem Pengelolaan Limbah Padat.

Faktor yang mempengaruhi jenis dan besarnya timbunan sampah adalah,

jenis bangunan yang ada, tingkat aktivitas, iklim, musim, letak geografis, letak

topografi, jumlah penduduk, periode sosial ekonomi, tingkat teknologi. Dengan

mengetahui macam serta besarnya timbunan sampah akan mempermudah

pengelolaannya, karena pengelolaan sampah di kota besar biasanya dilakukan

secara komunal, sehingga diperlukan pengelolaan dengan memanfaatkan

teknologi yang ada. Pemilihan teknologi akan dipermudah oleh pengetahuan

tentang jenis dan karakter timbunan sampah yang dihasilkan. Pengetahuan tentang

karakteristik sampah diperlukan untuk:

1. Pemilihan peralatan, system pengelolaan, dan energi yang dapat dipulihkan.

2. Analisis serta perencanaan tempat pembuangan akhir. Karakter sampah dari

waktu ke waktu akan mengalami perubahan, dan kecenderungan ini harus

diamati terutama kadar senyawa organik, kertas dan plastik. Perubahan ini

sejalan dengan pola hidup, budaya masyarakat dan aplikasi teknologi

Sistem pengelolaan limbah padat domestik terdiri dari aspek teknik

operasional, aspek organisasi, aspek pembiayaan, aspek pengaturan, dan aspek

peranserta masyarakat

2.6.1. Aspek teknik operasional

Sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya timbunan sampah masuk ke pewadahan kemudian dibawa oleh

kendaraan pengumpul langsung ke tempat pembuangan akhir. Atau jalur lain,

xii

Page 13: Proposal Magang

misalnya setelah melalui bagian pengumpulan kemudian dibawa ke bagian

pemilahan dan pengolahan, setelah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir.

2.6.1.a. Sistem pewadahan

Dalam hal ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang

bergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, misalnya ada yang

menggunakan bak sampah dari beton, dari tong yang terbuat dari seng, plastik

atau menggunakan container. Di negara maju, masyarakatnya sudah biasa

membuang sampah dengan melakukan pemisahan berdasarkan jenis sampah.

Sampah yang cepat membusuk (garbage) dipisahkan dengan sampah yang tidak

cepat membusuk (rubbish, dust and ash)

2.6.1.b. Sistem pengumpulan

Dalam hal ini, penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung

daerah pelayanan, tingkat sosial ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana yang

dilayani

1. pengumpulan individual tidak langsung, Kendaraan pengumpul (dengan

gerobak) mengambil sampah dari pengguna jasa, misalnya rumah tangga,

kemudian diangkut ke transfer depo (stasiun pemindahan), lalu diangkut

(dengan truk) ke tempat pembuangn akhir

2. pengumpulan individual langsung, Kendaraan pengangkut langsung membawa

timbunan sampah dari pengguna jasa untuk dibuang ke TPA

3. pengumpulan komunal langsung, Pengguna jasa mengumpulkan sampah secara

bersama pada wadah komunal untuk diangkut oleh kendaraan pengangkut,

langsung dibuang ke TPA.

4. pengumpulan komunal tidak langsung, Pengguna jasa mengumpulkan sampah

pada wadah bersama untuk dibawa oleh kendaraan pengumpul ke transfer

depo, kemudian oleh kendaraan pengangkut dibuang ke TPA.

2.6.1.b.1. Pengumpulan dengan menggunakan container.

Container adalah wadah yang dipakai sebagai tempat timbunan sampah,

yang penggunaannya dapat secara individual atau komunal. Ada dua jenis

xiii

Page 14: Proposal Magang

container, yaitu yang dengan mudah dipindahkan karena menggunakan roda

(hauled) dan yang sifatnya tetap (station)

1. hauled container system. Yaitu system pengumpulan dengan menggunakan

container yang yang dapat dipindahkan. Container yang sudah penuh

digerakkan ke arah transfer depo untuk dilakukan pemindahan sampah.

Container kosong dipindahkan kembali ke tempat semula. Ada 2 tipe, yaitu ;

- conventional mode. Sistem ini memiliki kelemahan dari segi waktu yang

tidak efisien, karena hanya menggunakan satu container, sehingga kemudian

system ini dikembangkan menjadi exchange container mode.

- exchange container mode. Sistem ini memiliki kelebihan dibanding dengan

system konvensional, karena efektifitas waktu pemindahan sampah ke

transfer depo dapat ditingkatkan, namun dari segi biaya trelatif lebih mahal

kerana membutuhkan lebih dari satu container

2. Stationery container system. Yaitu pengumpulan dengan menggunakan

container yang tidak dapat dipindahkan, sehingga sampah yang ada tersebut

diambil oleh kendaraan pengangkut. Pada system ini container yang tidak

bergerak tersebut ketika penuh muatannya dipindahkan ke kendaraan

pengangkut

2.6.1.c. Pemindahan dan pengangkutan

Dalam hal ini dibahas tentang transfer depo atau transfer station, yang

mempunyai fungsi secara umum sebagai tempat penampungan sementara (TPS)

dan tempat bertemunya kendaran pengumpul dengan kendaraan pengangkut.

Ditinjau dari cara pemuatannya, transfer depo (transfer station) terdiri dari

beberapa jenis :

1. Direct discharge. Yaitu transfer depo yang berfungsi sebagai tempat

pertemuan kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh dengan sampah

dengan kendaraan pengangkut, dimana transfer depo ini didisain sedemikian

rupa sehingga pemindahan sampah dapat secara langsung dari kendaraan

pengumpul dengan kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Sesuai

dengan luasnya jenis ini terbagi dalam tiga tipe, yaitu besar, menengah dan

xiv

Page 15: Proposal Magang

kecil. Kelebihan tipe ini adalah biaya yang relatif murah karena dapat dibuat di

luar ruangan dan sistem ini digunakan untuk sampah yang mudah membusuk

(garbage) karena dapat langsung dibuang ke TPA. Namun, dari segi estetika

dan kesehatan kurang baik karena tidak tertutup

2. Indirect discharge. Yaitu transfer depo berfungsi sebagai tempat pertemuaan

kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh sampah dengan kendaraan

pengangkut, dimana sampah dari kendaraan pengumpul dikumpulkan dalam

suatu ruang untuk kemudian dengan menggunakan crane sampah dipindahkan

ke kendaraan pengangkut. Keuntungan system ini adalah, dari sampah yang

sudah terkumpul dapat diadakan pemilihan menurut jenisnya, sehingga dapat

dengan tepat ditentukan cara pengelolaannya dan secara estetika baik, karena

sampah tertutup di suatu ruangan. Akan tetapi transfer depo ini biayanya cukup

mahal

3. Combine direct discharge and indirect discharge. Yang merupakan kombinasi

antara keduanya

2.6.1.d. Tempat pembuangan akhir (TPA)

Tempat pembuangan akhir yang sering digunakan adalah :

1. Open dumping. Merupakan tempat pembuangan akhir dimana sampah yang

dibuang diletakkan begitu saja diatas tanah kosong atau sebelum digunakan

tanah tersebut dibuat lubang dengan menggunakan traktor. Cara ini tidak

dianjurkan, karena sampah yang dibuang dibiarkan terbuka sehingga dapat

menjadi sarang binatang tertentu yang dapat membawa penyakit. Secara

estetika kurang baik, dapat menimbulkan bau dan pemandangan buruk.

2. Control land fill. Merupakan tempat pembuangan akhir dimana sampah yang

dibuang diletakkan di atas lubang yang dibuat dengan traktor, yang kemudian

lubang yang sudah penuh tersebut ditutup dengan lapisan tanah setebal kurang

lebih 20 cm.

3. Sanitary land fill. Merupakan tempat pembuangan akhir, dimana sampah yang

dibuang pada lubang, kemudian ditutup oleh lapisan tanah yang penutupannya

xv

Page 16: Proposal Magang

dilakukan setiap hari sehingga terbentuk sel-sel didalamnya. Cara ini

merupakan cara terbaik dibandingkan yang sebelumnya.

2.6.1.e Pemilahan dan pengolahan

1. Pemilahan. Bagian ini sebenarnya merupakan bagian yang sangat penting dari

keseluruhan system. Akan tetapi bagian ini pada umumnya membutuhkan

teknologi tinggi yang belum terdapat di negara berkembang. Di Indonesia

sendiri pemilihan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia (pemulung).

Sebaliknya, di negara maju yang upah tenaga kerjanya mahal, maka bagian

pemilahan sudah menggunakan system yang modern. Pemilahan dilakukan

untuk menggolongkan jenis sampah sesuai dengan karakteristiknya, sehingga

pada tahap pengolahan, prosesnya akan dipermudah.

2. Pengolahan. Istilah yang paling dikenal pada bagian pengolahan adalah

recycling, reuse dan recovery .

1. Recycling , adalah proses pengolahan yang dilakukan dengan merubah

bentuk material sampah secara fisis dengan memproses kembali menjadi

barang yang berguna dan bermanfaat, misalnya mengubah sampah plastik

menjadi ember plastik.

2. Reuse, adalah mengembalikan barang yang sudah menjadi sampah

(rongsokan) menjadi barang yang berguna yang mempunyai manfaat yang

sama seperti aslinya tanpa merubah identitasnya

3. Recovery , adalah memanfaatkan energi yang tersimpan dalam sampah,

misalnya untuk tenaga listrik (mengubah sampah kotoran hewan menjadi

biogas).

2.7. Aspek organisasi

Aspek organisasi pada system pengelolaan sampah menjadi penting, agar

sistem dapat berjalan dengan baik. Dua hal yang diperlukan dalam pengelolaan

sampah :

xvi

Page 17: Proposal Magang

1. Tenaga kerja, yaitu anggota masyarakat yang bertugas membuat, mengelola

dan memelihara system, baik dengan tujuan mendapatkan upah atau secara

sukarela

2. Struktur organisasi, yaitu perangkat organisasi yang diperlukan untuk system

pengelolaan sampah, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila

system masih berwujud sederhana, maka struktur organisasi tidak dibutuhkan

lagi

2.8. Aspek pembiayaan

Aspek pembiayaan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, terutama

untuk system yang luas dan rumit. Setiap anggota masyarakat harus turut serta,

misalnya dalam hal memberikan retribusi. Retribusi ini dapat dilakukan dengan

menggunakan subsidi silang untuk membantu golongan masyarakat yang kurang

mampu

2.9. Aspek pengaturan

Aspek pengaturan dibutuhkan untuk menjamin agar system dapat berjalan

dengan baik. Pada umumnya diwujudkan dalam bentuk peraturan pemerintah

pusat maupun daerah, baik tertulis maupun dalam bentuk peraturan (hukum) adat.

2.10. Aspek peran serta masyarakat

Yang dimaksud dengan aspek peran serta masyarakat adalah adalah

keterlibatan masyarakat baik secara aktif maupun pasif, secara individu, keluarga,

atau kelompok masyarakat untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri mapun

lingkungan Baik di desa maupun di kota umumnya masalah sampah kurang

diperhatikan oleh masyarakat, disebabkan oleh hal-hal :

- kurangnya pengertian bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik, dapat

menimbulkan dampak negatif yang merugikan kesehatan lingkungannya

sendiri

- kurang menyadari arti kebersihan dan keindahan

- kurang memahami teknologi dan pengorganisasian pengelolaan sampah

xvii

Page 18: Proposal Magang

- anggapan bahwa pengelolaan sampah adalah tanggungjawab pemda (terutama

di kota besar)

Untuk itu diperlukan upaya menumbuhkan peranserta masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan membentuk program yang dilakukan secara intensif

dan berorientasi kepada penyebarluasan pengetahuan, penanaman kesadaran,

pembentukan perilaku, sehingga :

- masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungan

- masyarakat turut aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, menularkan

kebiasaan hidup bersih pada anggota masyarakat lainnya, dan memberi saran-

saran yang membangun

- masyarakat dapat mengikuti tatacara pemeliharaan kebersihan secara baik

- masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah

xviii

Page 19: Proposal Magang

3. PENUTUP

3.1. Ringkasan

a. Jenis limbah padat yang dikenal, terdiri atas garbage, rubbish, dust and ash,

demolation and construction wastes, bulky wastes, hazardous wastes, water

and waste treatment plant.

b. Faktor yang mempengaruhi jenis dan besarnya timbunan sampah adalah, jenis

bangunan yang ada, tingkat aktivitas, iklim, musim, letak geografis, letak

topografi, jumlah penduduk, periode sosial ekonomi, tingkat teknologi.

c. Sistem pengelolaan limbah padat domestik terdiri dari aspek teknik

operasional, aspek organisasi, aspek pembiayaan, aspek pengaturan, dan aspek

peranserta masyarakat

d. Dalam Sistem pengumpulan dikenal dengan pengumpulan individual tidak

langsung, pengumpulan individual langsung, pengumpulan komunal langsung,

pengumpulan komunal tidak langsung,

e. Dalam sistem pengumpulan dengan menggunakan container dikenal dengan

hauled container system, yang memiliki dua tipe, yaitu conventional mode,

exchange container mode, serta stationery container system.

f. Dalam hal pemindahan dan pengangkutan, bila ditinjau dari cara pemuatannya,

transfer depo (transfer station) terdiri dari beberapa jenis, yaitu direct

discharge, indirect discharge, atau kombinasi antara direct discharge and

indirect discharge.

g. Tempat pembuangan akhir yang sering digunakan adalah open dumping,

control land fill, sanitary land fill,

h. Istilah yang paling dikenal pada bagian pengolahan adalah recycling, reuse dan

recovery.

xix

Page 20: Proposal Magang

4. METODE KEGIATAN MAGANG

4.1. Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan di Yayasan Anak Kampung, Cimande-Bogor,

dengan waktu mulai tanggal 9 sampai dengan 13 November 2013.

4.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah data hasil wawancara (kuesioner), studi

pustaka, dan observasi lapangan. Alat yang digunakan adalah laptop, alat

perekam, kamera, dan alat tulis.

4.3. Proses Pengelolaan 3R

Proses pengelolaan 3R berbasis lingkungan dilaksanakan dengan tahap

sebagai berikut: Wawancara, Studi pustaka dan Observasi lapangan

4.4. Prakiraan Anggaran Kegiatan Magang

Jenis Pengeluaran/ SpesifikasiRincian Anggaran yang diusulkan

Harga (Rp.)

Jumlah(Rp.)

Keterangan

1. Bahan dan peralatan 1.250.0002. Kontribusi Pelatihan 2.000.0003. PerjalananPerjalanan SMD-BPP PP 350.000 700.000Perjalanan BPP-JKT PP 1.000.000 2.000.000Perjalanan JKT-BOGOR PP 300.000 600.000Perjalanan Bogor ke tempat pelatihan PP 100.000 200.0004. Akomodasi dan konsumsi Akomodasi 1.500.000 1.500.000Konsumsi selama 5 hari kerja 500.000 500.0005. Lain-lainPembuatan laporan 50.000 250.000Dokumentasi 250.000 250.000

xx

Page 21: Proposal Magang

Biaya Tidak Terduga 750.000 750.000Total (1+2+3+4+5) 10.000.000

xxi