Lupus

10
TUGAS IMUNOGENETIK PENYAKIT GANGGUAN IMUNITAS ‘LUPUS ERYTHEMATOSUS’ Oleh : Yulis Indah Aristyani ( 125130100111019) 2012 B UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

penyakit lupus

Transcript of Lupus

TUGAS IMUNOGENETIK PENYAKIT GANGGUAN IMUNITASLUPUS ERYTHEMATOSUS

Oleh :Yulis Indah Aristyani ( 125130100111019)2012 B

UNIVERSITAS BRAWIJAYAPROGRAM KEDOKTERAN HEWANMALANG2014BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangImunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. enyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Pada kali ini, akan dibahas mengenai lupus erythematosus.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lupus erythematosus Untuk mengetahui etiologi dari lupus erythematosus Untuk mengetahui patofisiologi lupus erythematosus Untuk mengetahui patogenesis lupus erythematosus Untuk mengetahui faktor genetik dan imunologi terhadap penyakit lupus erythematosus

BAB 2PEMBAHASAN

2.1.Pengertian LupusEritematosusPenyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE).SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus yang etiologinya tidak diketahui. Kelompok ini meliputi SLE,skleroderma, polimiositis, artritis reumatoid, dan sindrom sjogren. Gangguan-gangguan ini sering kali memiliki gejala-gejala yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis menjadi semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan. Namun demikian, keadaan yang paling sering ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk waktu yang lama. Identifikasi awal dan penatalaksanaan SLE biasanya dapat memberikan proknosis yang lebih baik.

2.2.EtiologiSehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ( Robbins & cotran,2008).2.3.PatofisiologiPenyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali (Brunner & suddarth,2001).

2.4Patogenesis LupusPenyakit SLE sangat komplek dari segi diagnosis maupun tata laksana. Keadaan aktivitas penyakitpun terkait erat dengan aktivitas respon imun di dalam tubuh yang sulit dimengerti peran sel imun mana yang paling menonjol dan sitokin apa yang paling berperan. Oleh karena setiap individu itu unik secara genetik sehingga sulit sekali respon imun yang terkait dengan faktor genetik bisa dijelaskan dengan mudah.Hal ini bisa dilihat dari manifestasi kliniknya yang beragam dari individu ke individu lainnya. Namun pada umumnya inflamasi oleh karena sel kekebalan tubuh mengenali sel sendiri sebagai antigen (benda asing). Kombinasi dari berbagai gen yang defek menimbulkan individu peka terhadap penyakit autoimun apapun. Dalam hal ini gen-gen yang terkait pada penyakit autoimun yaitu gen-gen sitokin proinflamasi, gen yang mengatur kemokin dan gen-gen lain yang terkait dengan aktivasi sistem imun yaitu gen pengendali apoptosis (kematian sel), gen pengendali siklus sel, serta gen pengendali signaling intraseluler.Peran antibodi dalam menimbulkan penyakit pada SLE masih belum jelas. Peran antibodi tersebut diduga :1. Merusak langsung sel target2. Membentuk komplek imun dan mengaktivasi sistm komplemen yang akhirnya menimbulkan inflamasi. Patogenesis penyakit lupus terkait dengan faktor genetik dan adanya pemicu dari faktor lingkungan dan hormonal. Banyak gen yang terlibat dalam patogenesis lupus, sampai sekarang belum ada petanda atau marker gen yang spesifik yang memicu timbulnya penyakit lupus ini (http://rematik-autoimun.com/systemic-lupus-erythematosus-sle.html).2.5 Faktor Genetik Dan Imunologi Terhadap Penyakit Lupus Erythematosus Faktor GenetikBerbagai gen dapat berperan dalam respon imun abnormal sehingga timbul produk autoantibodi yang berlebihan. Kecenderungan genetik untuk menderita SLE telah ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada anak kembar. Sekitar 2-5% anak kembar dizigot berisiko menderita SLE, sementara pada kembar monozigot, risiko terjadinya SLE adalah 58%. Risiko terjadinya SLE pada individu yang memiliki saudara dengan penyakit ini adalah 20 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum. Studi mengenai genome telah mengidentifikasi beberapa kelompok gen yang memiliki korelasi dengan SLE. MHC (Major Histocompatibility Complex) kelas II khususnyaHLA- DR2 (Human Leukosit Antigen-DR2), telah dikaitkan dengan timbulnya SLE. Selain itu, kekurangan pada struktur komponen komplemen merupakan salah satu faktor risiko tertinggi yang dapat menimbulkan SLE. Sebanyak 90% orang dengan defisiensi C1q homozigot akan berisiko menderita SLE. Di Kaukasia telah dilaporkan bahwa defisiensi varian S dari struktur komplemen reseptor 1, akan berisiko lebih tinggi menderita SLE. Faktor Imunologi Pada LE terdapat beberapa kelainan pada unsur-unsur sistem imun, yaitu :a. Antigen Dalam keadaan normal, makrofag yang berupa APC (Antigen Presenting Cell) akan memperkenalkan antigen kepada sel T. Pada penderita lupus, beberapa reseptor yang berada di permukaan sel T mengalami perubahan pada struktur maupun fungsinya sehingga pengalihan informasi normal tidak dapat dikenali. Hal ini menyebabkan reseptor yang telah berubah di permukaan sel T akan salah mengenali perintah dari sel T.b. Kelainan intrinsik sel T dan sel B Kelainan yang dapat terjadi pada sel T dan sel B adalah sel T dan sel B akan teraktifasi menjadi sel autoreaktif yaitu limfosit yang memiliki reseptor untuk autoantigen dan memberikan respon autoimun. Sel T dan sel B juga akan sulit mengalami apoptosis sehingga menyebabkan produksi imunoglobulin dan autoantibodi menjadi tidak normal.16,2c. Kelainan antibodi Ada beberapa kelainan antibodi yang dapat terjadi pada SLE, seperti substrat antibodi yang terlalu banyak, idiotipe dikenali sebagai antigen dan memicu limfosit T untuk memproduksi autoantibodi, sel T mempengaruhi terjadinya peningkatan produksi autoantibodi, dan kompleks imun lebih mudah mengendap di jaringan(Wallace,2007).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth.Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2001http://rematik-autoimun.com/systemic-lupus-erythematosus-sle.html diakses pada tanggal 20 Desember 2014Robbins & cotran.Buku saku dasar patologis penyakit. Edisi 7. Jakarta:EGC,2008Wallace DJ, Hahn B, eds. Dubois lupus erythematosus. 7th ed. Williams & Wilkins. 2007