Lung Cancer

33
TUGAS KELOMPOK MAKALAH FARMAKOTERAPI TERAPAN LANJUT ‘ Lung Cancer / Kanker Paru ‘ OLEH KELOMPOK VIII : Amicelia Oryza, S.Farm (12340063) Astri Rustianti, S.Farm (12340073) Clorida Shintanoferi, S.Farm (12340100) Eti Kris PWW, S.Si (12340097) Noor Hotimah, S.Farm (12340065) Rochaeti, S.Farm (12340105) Rizky Winarty (12340115) Wiwin Dwi Hariyanti, S.Si (12340111) Dosen Pengajar: Drs. Tahoma Siregar, M.Si.,Apt APOTEKER ANGKATAN XXIV PROGRAM STUDI APOTEKER INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of Lung Cancer

Page 1: Lung Cancer

TUGAS KELOMPOK MAKALAH FARMAKOTERAPI TERAPAN

LANJUT

‘ Lung Cancer / Kanker Paru ‘

OLEH KELOMPOK VIII :

Amicelia Oryza, S.Farm (12340063)Astri Rustianti, S.Farm (12340073)

Clorida Shintanoferi, S.Farm (12340100)Eti Kris PWW, S.Si (12340097)

Noor Hotimah, S.Farm (12340065)Rochaeti, S.Farm (12340105)

Rizky Winarty (12340115)Wiwin Dwi Hariyanti, S.Si (12340111)

Dosen Pengajar:Drs. Tahoma Siregar, M.Si.,Apt

APOTEKER ANGKATAN XXIV

PROGRAM STUDI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JAKARTA

2013

Page 2: Lung Cancer

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang

tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Farmakoterapi Terapan

Lanjutan dengan judul “Kanker Paru” yang membahas mengenai definisi kanker paru-paru,

penyebab dan gejala kanker paru-paru, diagnosa dan cara penanganan kanker paru-paru.

Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas makalah ini, penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya kepada Drs.

Tahoma Siregar,M.Si.,Apt dan Dra. Sulina Kristiono, MS.,Apt selaku dosen pengajar

untuk mata kuliah farmakoterapi terapan lanjutan dan rekan-rekan yang telah memberi

dukungan dan motivasi.

Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya. Dan

penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi untuk tugas

mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Januari 2013

Tim Penulis

Page 3: Lung Cancer

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

I.2 Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Kanker Paru-paru .............................................................................

II.2 Jenis dan Tahapan Kanker Paru-Paru.............................................................

II.3 Penyebab Kanker Paru-Paru ..........................................................................

II.4 Gejala Kanker Paru-Paru................................................................................

II.5 Tekhnik Pemeriksaan Kanker Paru-Paru …………………………………………. II.6 Pengobatan Kanker Paru-Paru ……………………………………………… II. 7 Pencegahan Kanker Paru

……………………………………………………

BAB IV KESIMPULAN ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

Page 4: Lung Cancer

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan

salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan

yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain.

Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh

tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)

merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan

genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler

perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan

atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar

progresinya.

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan

tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan

dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.

Di negara maju, prevalensi kanker paru sangat tinggi, seperti di USA tahun 2002

dengan 154.900 kematian akibat kanker, Inggris dengan prevalensi kejadian mencapai 40.000

per tahun. Bahkan, di Indonesia sebagai negara berkembang telah menduduki peringkat 4

akibat kanker paru.

Belakangan ini, kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama

mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut

sehingga memperburuk prognosisnya. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian dalam

penyakit-penyakit golongan kanker.

Menurut WHO, merokok merupakan salah satu ancaman paling besar bagi kesehatan

masyarakat yang dihadapi oleh dunia. Ada lebih dari satu miliar orang yang merokok di

dunia dan sekitar setengah anak-anak dunia menghirup udara yang telah dicemari oleh asap

rokok. Lebih dari 80% perokok dunia adalah yang berada di Negara dengan pendapatan

rendah sampai menengah. Merokok sendiri telah menyebabkan kematian 5,4 juta orang

Page 5: Lung Cancer

dalam setahun dan 100 juta kematian telah disebabkan oleh merokok dalam abad ke-20. Jika

hal ini berlanjut, maka kematian akan mencapai satu miliar dalam abad ke-21.

Seperti umumnya kanker lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,

tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan

faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan

lain – lain. Dari beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat

berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok

yang dihisap per hari dengan tingginya insisden kanker paru.

Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli

paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan

sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat

memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan

penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera

dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.

Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera

mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah

semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri

maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman

penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni

tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic

carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat

menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi

onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.

Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau

kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak

terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses

multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti

kromosom juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel

kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam

proses karsinogenesis kanker paru.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan terapi pada pasien kanker paru, diantaranya :

Page 6: Lung Cancer

1. Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan

harapan hidup pasien.

2. Mengurangi dampak kanker

3. Pada pasien rawat jalan, mengurangi dampak fisik atau psikis kanker pada pasien atau

keluarga.

4. Menunjang pengobatan kuratif seperti pemberian nutrisi, dan transfusi darah.

Page 7: Lung Cancer

BAB II

TINJAUAN TEORI

Kanker paru atau karsinoma bronkogenik adalah semua penyakit keganasan di paru,

mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran (metastasis)

tumor dari organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang

berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau bronkus. Gejala awal kanker paru-paru

biasanya tidak terlalu jelas sehingga sering diabaikan dan ditunda pengobatannya.

Patofisiologi

a. Paru-paru karsinoma / kanker paru berasal dari sel epitel pluripoten setelah terpapar

karsinogen yang menyebabkan peradangan kronis dan akhirnya menyebabkan perubahan

genetik dan sitologi yang berkembang menjadi karsinoma atau kanker.

b. Aktivasi protooncogeneses, penghambatan atau mutasi gen supresor tumor dan produksi

faktor pertumbuhan autokrin juga berkontribusi terhadap proliferasi sel dan transformasi

maligna.

c. Tipe sel utama adalah sel kanker squamous, adenokarsinoma, sel kanker luas, sel kanker

kecil (SCLC)

d. Perokok kretek adalah alasan yang menyebabkan kanker paru. Paparan kerja dan

lingkungan seperti asbestos sering menimbulkan mesotelioma, radiasi ion pada pekerja

tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, dan polisiklik hidrokarbon

Faktor Risiko Kanker Paru

Laki-laki

Usia lebih dari 40 tahun

Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)

Hidup dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)

Radon dan asbes

Lingkungan industri tertentu

Zat kimia, seperti arsenik

Beberapa zat kimia organik

Page 8: Lung Cancer

Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan

Polusi udara

Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi, jika mempunyai keluhan napas

(gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan

diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru.

Tanda dan gejala

Pada fase awal, kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis sehingga jika sudah

menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Tanda dan gejala kanker paru

membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui.

• Lokal : Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi lebih parah daripada

batuk kronis, batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua

minggu, mengi pada penderita bukan asma, terdapat kavitas (abses paru), hemoptisis

• Invasi lokal : nyeri dada, suara serak, sindrom horner, sindrom vena cava superior,

perubahan warna dahak, meningkatnya jumlah dahak, dahak berdarah.

• Gejala metastasis à otak, tulang, hati, adrenal

• Sindrom paraneoplastik : sistemik, hematologi, neurologik, endokrin, dll.

• Asimtomatik dengan kelainan radiologis : Kelainan berupa nodul soliter.

Selain itu, disebabkan oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya.

Tergantung pada organ-organ yang dirusak, meliputi dengan gejala :

Kelelahan kronis

Kehilangan nafsu makan

Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya

Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan

Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan

ingatan sebagian)

Bengkak pada leher dan wajah

Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.

Manisfestasi Klinis

• Mulai secara tersembunyi selama berpuluh-puluh tahun dan tanpa gejala

• Tanda dan gejala tergantung lokasi, ukuran tumor, derajat obstruksi, dan keberadaan

metastatis.

• Gejala yang paling sering dirasakan adalah batuk kering. Pada tahap akhir, batuk

menghasilkan darah kental yang harus dicurigai terhadap adanya kanker paru.

Page 9: Lung Cancer

• Nyeri dada, suara serak, edema pada leher terlihat jika tumor menyebar pada struktur

yang berdekatan dan pada nodus limfe

• Anoreksia, demam, lemah, penurunan BB, dan anemia terjadi pada tahap akhir.

Tempat metastasis yang umum yaitu, nodus limfe, tulang, otak, paru kolateral, dan

kelenjar adrenal.

Diagnosis

Seseorang dapat didiagnosis karena ada gejala atau tanda, tetapi jika kanker masih

terlalu kecil sering belum menimbulkan gejala dan tanda. Kebanyakan penderita kanker paru

datang setelah staging atau tingkatan penyakit sudah lanjut. Kasus kasus staging awal (dini)

sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin

(check-up kesehatan). Setelah datang ke dokter akan dicari kelainan pada seluruh tubuh atau

fisik diagnostik dan selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan tambahan agar didapat

kepastian tentang penyakit.

Langkah pertama secara radiologis dengan menentukan lesi intra torakal sebagai

tumor jinak atau ganas dapat ditambah dengan teknik Positron Emission Tomography untuk

menentukan staging penyakit. Lalu, tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer untuk

menentukan pengambilan jaringan tumor. Untuk lesi yang letaknya perifer, kombinasi

bronkoskopi dengan biopsi dan tuntunan USG atau CT Scan untuk memberikan hasil lebih

baik. Untuk staging kanker paru sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT Scan Torak, USG

Abdomen, CT Scan Otak, dan bone scanning.

Staging kanker paru dilakukan secara :

a. Diagnosis klinis (c TNM), b. Reaksi Surgikal Patologis (p TNM),

c. Evaluasi surgikal (s TNM), d. Retreatment (r TNM), e. Autopsi (a TNM).

Staging (tingkatan) kanker paru

Staging kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan

penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru

untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama dokter akan melakukan foto

toraks (foto polos dada). Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor,

dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum cukup karena tidak dapat menentukan

keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis luar paru. Bahkan pada beberapa kondisi

misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps luas menutup tumor sehingga tidak

terlihat. Sama perti pencarian jenis histologis kanker, pemeriksaan untuk menetukan staging

juga tidak mesti sama pada semua pasien tetapi masing masing pasien mempunyai prioriti

pemeriksaan yang harus segera dilakukan tergantung kondisinya pada saat datang.

Page 10: Lung Cancer

Bronkoskopi adalah tehnik pemeriksaan yang menggunakan alat bronkoskop yang

dimasukkan ke dalam saluran napas sehingga dapat menilai keaadan saluran napas,

dan sekaligus dapat mengambil spesimen untuk pemeriksaan sel kanker dengan cara

bilasan, sikat, atau biopsi. Bronkoskopi diperlukan untuk menlai apakah akan timbul

kegawatan misalnya sumbatan pada saluran napas akibat tumor dalam saluran napas

atau penekanan dari luar.

CT-scan toraks : Dapat melihat karakteristik tumor lebih jelas termasuk menentukan

ukuran, lokasi dan apakah sudah terjadi keterlibatan kelenjar getah bening di dada

serta ada tidaknya penyebaran di paru.

USG abdomen: Dilakukan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan hati

tetapi dengan CT tehniknya lebih sederhana dan hasilnya lebih informatif.

Pemeriksaan lain, antara lain MRI toraks kurang bermanfaat untuk menentukan

staging kanker paru. Pemeriksaan lain lebih ditujuan untuk melihat apakah telah

terjadi penyebaran (metastasis) jauh :. CT/MRI kepala untuk menilai metastasis di

otak. Bone scan /MRI untuk menilai metastasis di tulang. Pemeriksaan tambaban ini

dilakukan jika ada keluhan atau pasien dengan staging awal dan akan dioperasi.

Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis kanker paru, terdiri dari NSCLC

(Non Small Cell Lung Cancer) dan SCLC (Small Cell Lung Cancer). Staging ini penting

untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging

berdasarkan ukuran dan lokasi tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/dinding dada (T),

penyebaran kelenjar getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

Kanker Paru Jenis SCLC

Staging/Tingkatan Terbatas

Tumor ditemukan didalam satu paru dan penjelaran ke kelenjar getah bening dalam

paru yang sama

Staging/Tingkatan Luas

Tumor telah menyebar keluar dari satu paru atau ke organ lain diluar paru.

Kanker Paru Jenis NSCLC

Staging/Tingkat I A/B, satu tumor ukuran kurang atau lebih dari 3 cm pada satu lobus

paru

Staging/Tingkat II A/B, satu tumor dalam lobus paru melekat ke dinding dada atau

menyebar ke kelenjar getah bening di dalam paru yang sama

Page 11: Lung Cancer

Staging/Tingkat III A, tumor yang menyebar ke kelenjar getah bening didalam area

trakeal memasuki dinding dada dan diaphragma

Staging/Tingkat III B, tumor yang menyebar ke nodes getah bening pada lawan paru,

atau di dalam leher.

Staging/Tingkat IV, tumor yang menyebar kebagian lain paru atau organ lain di luar

paru.

Terapi

Berikut adalah perbedaan pengobatan dari sel kanker tidak kecil (NSCLC) dengan sel

kanker kecil (SCLC) :

NSCLC (Non small cell lung cancer)

Hasil yang diinginkan : sasaran pengobatan tergantung pada tingkatan penyakit.

Tingkatan I,II, dan kemungkinan III dapat diobati dengan terapi yang sesuai. Tetapi penyakit

tipe IV tidak bisa disembuhkan sehingga kemoterapi adalah satu-satunya pengobatan yang

dapat menurunkan gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup.

Prinsip : a. Pembedahan adalah terapi pilihan untuk mengetahui lokasi penyakit

(Tingkatan I atau II). Jika tumor tidak dapat dibedah, terapi radiasi dapat digunakan, b.

Meskipun NSCLC sudah dianggap tidak sensitif pada kemoterapi sitotoksik, kombinasi baru

dapat memperbaiki respon. Pasien lebih banyak menyukai kemoterapi yang dianggapnya

memiliki status kondisi yang baik atau meminimalkan kehilangan berat badan, dan penyakit

yang kurang ekstensif, c. Tidak ada rejimen tunggal yang dianggap standar jadi seleksi

kemampuan pasien untuk toleransi yang diharapkan toksik dari terapi radiasi, d. Kombinasi

modalitas lebih menguntungkan pada penyakit tingkatan III.

Bukti terbaru menyatakan bahwa kemoterapi (terapi neoadjuvan) dengan atau tanpa

terapi radiasi diikuti pembedahan. Untuk penyakit tingkat III tidak dioperasi, penambahan

kemoterapi sampai radioterapi dapat memperbaiki kelangsungan hidup dibandingkan dengan

radioterapi tunggal.

Kemoterapi :

Sisplatin. Golongan terbaru dari sisplatin adalah carboplatin yang dievaluasi dalam

upaya mengidentifikasi rejimen toleransi yang lebih baik.

Kombinasi vinorelbin dan sisplatin sering menjadi standar untuk tes kombinasi

terbaru dalam meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan toksisitas kombinasi

dibandingkan dengan sisplatin tunggal.

Banyak penelitian menyebutkan untuk obat paclitaxel yang dikombinasi dengan obat

golongan lain. Infus selama 1 jam adalah pemberian yang mudah untuk pasien rawat

Page 12: Lung Cancer

jalan dan meminimalkan mielosupresan tetapi dapat meningkatkan neropati sensorik

perifer.

Docetaxel merupakan terapi kedua yang memperbaiki kelangsungan hidup

dibandingkan dengan terapi pendukung dan pengukuran respon lain dibandingkan

dengan ifosfamid yang merupakan terapi kedua. Docetaxel dapat juga sebagai terapi

pertama pada rejimen kombinasi dengan obat lain.

Gemcitabin adalah terapi pertama ketika dikombinasikan dengan sisplatin dan

sisplatin dikombinasikan dengan etoposid. Kurangnya trombositopenia adalah tampak

dari pemberian hari ke 1 dan 8 dari 21 hari daripada pemberian pada hari ke 1, 8, dan

15 dari 28 hari.

Irinotecan. Dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi. Namun jika diberikan

tunggal lebih rendah dalam pengobatan pasien sebelumnya. Irinotecan dievaluasi

dengan radioterapi dada pada dosis selektif untuk mencegah esofagistis, diare, dan

pneumonitis.

Obat kombinasi kemoterapi NSCLC

a. Double combination : Sisplatin dengan dosis 60-100 mg/m2 IV pada hari

pertama ditambah obat etoposide dengan dosis 80-120 mg/m2 IV pada hari ke

satu sampai hari ke 3. Obat kombinasi tersebut dengan jadwal pemberian

setiap 3-4 minggu.

b. Double Combination : Sisplatin dengan dosis 120 mg/m2 IV pada hari ke 1 dan

hari ke 29 tiap 6 minggu ditambah obat vindesine dengan dosis 3 mg/m2 IV 6

kali tiap minggu kemudian interval waktu menjadi tiap 2 minggu.

c. Multiple Combination : Mitomisin dengan dosis 8 mg/m2 IV pada hari ke 1

dan 29 ditambah obat vindesine dengan dosis 3 mg/m2 IV pada hari 1, 8, 29,

dan 36 lalu ditambah lagi dengan obat sisplatin pada dosis 80 mg/m2 IV pada

hari ke 1 dan 29 dengan jadwal pemberian setiap 6 minggu

d. Multiple Combination : Ifosfamide dengan dosis 1.5 g/m2 IV pada hari ke 1

sampai hari ke 3, ditambah Karboplatin dengan dosis 300-350 mg/m2 pada

hari ke 1 dan ditambah dengan etoposide dengan dosis 60-100 mg/m2 pada

hari ke 1 sampai hari ke 3 dengan jadwal pemberian setiap 3 minggu.

SCLC (Small cell lung cancer)

Hasil yang dicapai : Sasaran terapi diobati atau pada berkurangnya kelangsungan

hidup yang membutuhkan kecepatan kemoterapi kombinasi.

Page 13: Lung Cancer

Prinsip umum : Kecepatan kemoterapi kombinasi menghasilkan 4 sampai 5 kali lipat

dapat meningkatkan median untuk pasien SCLC.

Kemoterapi :

Kombinasi kemoterapi lebih jelas unggul untuk golongan terapi tunggal

Sisplatin merupakan rejimen yang menghasilkan ketahanan dan kurangnya terapi

dalam mielosupresan daripada rejimen tanpa sisplatin. Carboplatin yang merupakan

golongan baru dari sisplatin juga dapat digunakan karena mempunyai khasiat yang

sama dan kurangnya toksisitas.

Intensitas dosis belum dapat memperbaiki ketahanan dan meningkatkan toksisitas

seperti granulositopenia, mukositis, dan kehilangan berat badan.

Dosis tinggi kemoterapi dan transplantasi sel stem darah perifer yang memiliki resiko

baik untuk pasien

Obat kombinasi SCLC :

a. Double Combination : Sisplatin dengan dosis 60 mg/m2 IV pada hari pertama

dikombinasi dengan etoposide pada dosis 100 mg/m2 IV pada hari pertama

sampai hari ke 3 dengan jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 minggu x 4

b. Multiple Combination : Siklofosfamid dengan dosis 1000 mg/m2 IV hari

pertama ditambah doksorubisin dengan dosis 40 mg/m2 IV hari pertama dan

ditambah lagi dengan vinkristin dengan dosis 1 mg/m2 IV hari pertama dengan

jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 minggu x 6.

c. Double Combination : Karboplatin dengan dosis 300 mg/m2 IV hari pertama

dikombinasi dengan etoposide pada dosis 100 mg/m2 IV pada hari pertama

sampai hari ke 3 dengan jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 sampai 4

minggu.

d. Multiple Combination : Siklofosfamid dengan dosis 1000 mg/m2 IV hari

pertama ditambah doksorubisin dengan dosis 45 mg/m2 IV hari pertama dan

ditambah lagi etoposid dengan dosis 50 mg/m2 IV hari pertama sampai hari ke

5 atau 80 mg/m2 IV pada hari pertama sampai hari ke 3, dengan jadwal

pemberian obat kombinasi tiap 3 minggu.

e. Multiple Combination : Ifosfamid dengan dosis 1.5 g/m2 IV dikali 3 hari

ditambah dengan karboplatin dengan dosis 300 mg/m2 hari pertama dan

ditambah lagi dengan etoposid pada dosis 60-100 mg/m2 dikali 3 hari dengan

jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 atau 4 minggu.

Radiasi terapi dan metastatis otak :

Page 14: Lung Cancer

Radioterapi dikombinasi dengan kemoterapi untuk pengobatan tumor secara terbatas

pada kavitas torak. Terapi kombinasi modalitas dapat menurunkan kejadian dan

menunda onset tumor lokal yang kembali dapat diobati tetapi hanya memperbaiki

ketahanan lebih pada kemoterapi tunggal.

Karena SSP bermetastase sering diobati pada iradiasi kranial profilaksis yang

mencapai respon lengkap pada kemoterapi. Namun neurologik dan kognitif

memperbaiki caranya pada beberapa ahli bahwa radiasi kranial sampai otak

bermetastase.

Seperti topotekan, sebuah golongan pembawa otak darah menjadi lebih baik

digunakan untuk mengevaluasi dampak pada frekuensi metastase otak.

Evaluasi Terapi

Kemoterapi dilanjutkan jika ada respon meski durasi optimal tidak jelas karena biaya

yang efektif untuk melanjutkan kemoterapi selama 4 sampai 6 lingkaran jika pasien

SCLC mencapai semua atau sebagian respon dari awal kemoterapi

Jika tidak ada respon atau penyakit menjadi progresif, sebuah alternatif atau rejimen

investigasi seharusnya dilaksanakan

Pasien yang menerima radiasi terapi menyebabkan kelelahan, esofagistis, pneumonitis

radiasi, dan toksisitas kardiak

Pasien dengan kanker paru menderita dari masalah medis konkomitan termasuk

penyakit paru obstruksi kronik, dan gangguan kardiovaskuler yang membutuhkan

interfensi farmakologis dan dimonitor.

Rejimen farmakologi yang kompleks seperti golongan kemoterapi, antiemetik,

antibiotik, analgesik, bronkodilator, glukokortikoid, antikonvulsan, dan golongan

kardiovaskuler yang mengharuskan memonitor terapi intensif untuk mencegah efek

toksik antar obat dan mengoptimalkan pasien.

Pencegahan Kanker Paru

Penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari 80 % kanker paru berhubungan

dengan merokok. Berhenti merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang

terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang yang tidak

pernah merokok. Usaha pencegahan kanker yang lain dikenal dengan istilah kemopreventif

(Chemoprevention). Kemopreventif adalah penggunaan bahan alami, metode diet tertentu

dan zat kimia sintetis untuk mencegah perkembangan penyakit. Misalnya vitamin, diet, dan

terapi hormone. Banyak cara dan bahan yang sedang diuji cobakan dengan tujuan bukan

Page 15: Lung Cancer

hanya mengurangi resiko kanker, tetapi juga untuk mengurangi kesempatan akan

berulangnya kanker (relapps).

Penatalaksanaan

Memberi kemungkinan kesembuhan maksimum. Pengobatan tergantung pada tipe sel,

tahap penyakit, dan status psikologik. Pengobatan termasuk pembedahan, terapi radiasi,

kemoterapi, immunoterapi secara terpisah atau kombinasi.

Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial

a. Pembedahan : Gagal pernapasan

b. Radiasi : Hilangnya fungsi kardiopulmonal

c. Kemoterapi : Toksisitas pulmonal, leukemia, pneumonitis, jika dikombinasi antara

kemoterapi dengan radiasi.

Page 16: Lung Cancer

BAB III

PEMBAHASAN

Gejala awal sering tidak dirasakan sehingga tidak mendapatkan kelainan pada

pemeriksaan fisis penderita kanker paru staging awal penyakitnya. Hal itu disebabkan tumor

masih dengan volume kecil dan belum menyebar sehingga tidak menimbulkan gangguan di

tempat lain. Pada kasus dengan staging lanjut akan dapat ditemukan kelainan tergantung pada

gangguan yang ditimbulkan oleh tumor primer atau penyebarannya. Kelainan yang didapat

tergantung letak dan besar tumor sehingga menimbulkan gangguan. Kanker paru juga dapat

menyebabkan timbulnya tumpukan cairan di rongga pleura atau menekan pembuluh darah

balik (vena), dll. Kelainan yang dapat ditemukan berkaitan penyebaran kanker, misalnya

benjolan di leher dan ketiak. Tidak jarang juga pasien datang dengan kelumpuhan akibat

penyebaran di otak atau tulang belakang.

Pemeriksaan

Ditemukannya jenis sel (histologis) kanker adalah syarat utama untuk mengatakan

seseorang menderita kanker dan selanjutnya dapat ditentukannya staging (tingkatan)

penyakitnya secepat mungkin untuk menentukan pengobatan terbaik.

Jenis sel kanker paru

Dua jenis utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil dan kanker paru-paru

bukan sel kecil. Jenis kanker ini didiagnosis berdasarkan bentuk sel di bawah mikroskop.

Lebih dari 80% dari semua kanker paru-paru termasuk dalam jenis kanker bukan sel kecil.

Ada 3 subtipe utama dari kanker paru-paru bukan sel kecil, yaitu adenocarcinoma, carcinoma

sel squamosa dan carcinoma sel besar.

Jenis sel kanker paru secara garis besar dibagi atas 2 kelompok :

1. Kanker Paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK / Non Small Cell Lung Cancer = NSCLC)

Page 17: Lung Cancer

Jenis NSCLC ini terbagi lagi menjadi :

Karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skuamosa. Jenis ini

adalah jenis kanker paru paling umum. Hal ini berkembang dalam

sel yang menggarisi saluran udara. Jenis kanker ini seringkali

disebabkan karena rokok.

Adenokarsinoma: jenis ini berkembang dari sel-sel yang

memproduksi lendir (dahak) pada permukaan saluran udara

(airways). Jenis ini adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama

pada perokok.

Karsinoma sel besar: Bentuk sel kanker ini dibawah mikroskop

sesuai namanya: sel sel bundar besar. Sering disebut juga

undifferentiated carcinoma. Lebih dari 80% kasus kanker paru

merupakan jenis NSCLC.

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan dokter spesialis paru untuk mendapatkan jenis sel

kanker paru antara lain :

Sitologi sputum: menemukan sel kanker pada sputum atau dahak penderita, hasil

positif biasanya ditemukan jika kanker ada di dalam saluran napas. Kepositfan

pemeriksaan ini < 10% dan sangat bergantung pada tehnik pasien membantukkan

dahak yang akan diperiksa. Dahak yang diperiksa harus dahak segar pagi hari dan

segera dibawa ke laboratorium patologi anatomi untuk diproses.

Biopsi jarum halus: yaitu mengambil spesimen jaringan dari tumor yang superfisial

menggunakan jarum halus. Misalnya untuk tumor yang ditemukan di leher, ketiak

atau dinding dada yang dapat diraba. Tehnik ini sangan sederhana dan jarang

menimbulkan komplikasi berat. Pada saat melakukan terkadang dibutuhkan anestesi

(bius) lokal saja. Bahan hasil pemeriksaan ini akan diletakkan dalam gelas objek

dansegera direndam dalam alkohol 98% dan dikirim ke patologi anatomi untuk di

proses. Dokter paru biasanya dapat melakukan dengan cepat dan hasil kepositifannya

cukup tinggi. Tetapi perlu diingat terkadang hasilnya meski positif tapi bukan berupa

sebaran kanker paru, misalnya tuberkulosis(TBC), kanker kelenjar getah bening, dll.

Punksi pleura yaitu mengambil cairan dari rongga pleura (lapisan paru) jika

ditemukan cairan akibat kanker paru. Punksi ini menggunakan jarum infus ukuran 14,

jika volume cairan dikit dokter paru akan melacak lokasi yang tepat dengan bantuan

Page 18: Lung Cancer

USG toraks. hasil punksiini akan dianalisa dan dikirim ke laboratorium patologi

anatomi untuk di proses. Hasil positif tidak selalu didapt dengan tehnik ini tetapi

harus dilakukan. Jika volume cairan cukup banyak dokter spesialis paru akan

sekaligus mengeluarkan sampai 1.500 cc tergantung toleransi pasien. Jika pasien

merasa tidak enak, sesak atau batuk batuk maka aliran cairan harus segera dihentikan.

Pada kasus dengan jumlah cairan yang terus banyak, maka dokter spesialis paru akan

mengalirkan dengan cara memasang selang dada (WSD) sebagai usaha mengurangi

keluhan dan paru dapat mengembang maksimal. Punksi pleura dan pemasangan

selang dada kebanyakan dilakukan dokter spesialis paru dengan bius lokal. Tetapi

pada kondisi berat harus dilakukan di kamar operasi dengan bius umum.

Biopsi pleura yaitu mengambil sedikit jaringan pleura jika didapat rongga pleura

akibat penumpukan cairan. Cara ini biasanya dilakukan bersamaan dengan punksi

pleura. Kepositifnya juga tidak terlalu besar.

TTNA ( Transthoracal needle aspiration): yaitu mengambil spesimen jaringan dengan

menggunakan jarum halus menembus dinding dada. Dapat dilakukan dengan

berpedoman pada foto toraks atau dengan tuntutan CT-scan dll.Dokter spesialis paru

biasa melakukan ini dengan bius lokal dengan tingkat kepositifan yang besar.

Jenis sel kanker paru secara garis besar dibagi atas 2 kelompok

1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SCLC) merupakan 20% dari seluruh kanker paru,

bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan pengobatan.

2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (NSCLC) yang terbanyak yaitu sekitar 80%

dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis KPKBSK yang dapat dikenali diantaranya:

Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa)

Adenokarsinoma, adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama pada

perokok

Karsinoma sel besar

Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid,

karsinoma bronkoalveolar.

Targeted therapy

Pada banyak kondisi pasien tidak dapat memenuhi syarat untuk dilakukan

pembedahan, radioterapi atau kemoterapi maka dapat ditawarkan pemberian obat golongan

baru dengan mekanisme kerja yang telah teruji dikenal dengan istilah targeted therapy. Obat

golongan ini diberikan 1x perhari dengan cara diminum. Sampai saat ini anjuran penggunaan

targeted therapy untuk kanker paru adalah sebaiknya setelah kemoterapi diberikan kecuali

Page 19: Lung Cancer

pada kasus kasus pilihan terapi utama tidak dapat dilakukan. Penerapan target terapi

biasa dilakukan untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium 3 dan

4 yang tidak berespons terhadap pengobatan lain.

Ada dua macam target terapi yang paling umum digunakan, yaitu.

1. Erlotinib (Tarceva)

Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal

Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah.

Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan

sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC

untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada

pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause).

Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.

2. Bevacizumab (Avastin)

Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan

protein untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru.

Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC

stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan

kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa

diberikan melalui intravena infuse dan umumnya dapat memiliki efek

samping berupa perdarahan pada paruparu.

Terapi lain

Dengan berbagai alasan banyak pasien kanker paru memilih obat alternatif yang

belum teruji dan bukan standar untuk pengobatan kanker paru. Jika diputuskan itu pilihan

pasien dan keluarga anjurannya adalah pasien tetap kontrol ke dokter spesialis paru agar

dapat dipantau efek samping obat obatan yang digunakan dan dapat memutuskan kapan obat

obat alternatif itu tidak bermanfaat dan sebaiknya dihentikan.

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)

• Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan

pada jaringan disekitarnya.

• Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru-paru tempat

asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.

b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)

Page 20: Lung Cancer

• Tahap tersembunyi

Merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam

sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.

• Stadium 0

Merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-

paru dan tidak bersifat invasif.

• Stadium I

Merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar

ke kelenjar getah bening sekitarnya.

• Stadium II

Merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening di

dekatnya.

• Stadium III

Merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti

dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau

pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.

• Stadium IV

Merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama,

atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya,

misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.

Page 21: Lung Cancer

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Merokok menjadi penyebab lebih dari 80% kanker paru-paru di seluruh dunia. Bahan-

bahan berbahaya di dalam rokok bisa merusak sel paru-paru. Seiring berjalannya waktu, sel-

sel yang rusak ini bisa berubah menjadi kanker.

2. Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian didunia selain kanker payudara,

kanker prostate dan kanker kolorektal.

3. Dua tipe utama kanker paru adalah :

Kanker paru bukan sel kecil (NSCLC) adalah jenis paling umum dari kanker paru.

Kanker paru sel kecil membentuk sekitar 10% dari semua kasus kanker paru. Jenis ini

didiagnosis berdasarkan bagaimana sel-sel tersebut tampak di bawah mikroskop

Merokok adalah faktor risiko utama yang paling penting untuk kanker paru-paru.

4. Saat ini terdapat beberapa cara pemberian kemoterapi, kemoterapi diberikan sebagai terapi

yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup dan menghilangkan gejala. Obat

kemoterapi terdiri dari alkilasi agen, anti metabolit, anthracycline, topoisomerase inhibitor,

vinca alkaloid.

5. Terapi target telah memberikan harapan dan era baru terhadap pengobatan kanker di masa

depan.

6. Adapun Tekhnik untuk mendiagnosa paparan Kanker Paru-Paru adalah:

1. Bronkoskopi

2. SC- scan

Page 22: Lung Cancer

3. USG Abdomen

4. Pemeriksaan Lain

DAFTAR PUSTAKA

1. Gofar,Abdul.(2009). Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Jakarta : Flamingo.

2. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcelius. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran UI

3. Dipiro, Joseph T. et all. 2006. Pharmacotheraphy Handbook, Sixth Edittion. Mc Graw Hill Companies Inc : New York, USA.

4. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 1998. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta