luka bakar.docx

20
Luka Bakar Penanganan dan perawatan luka bakar sampai saat ini masih memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan bagi kita, karena sampai saat ini angka morbiditas dan mortalitas yangmasih tinggi. Di Amerika dilaporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5-6 ribu kematian/tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38%. Di Unit luka bakar RSU Dr. Soetamo Surabaya jumlah kasus yang dirawat selama satu tahun (Januari 2000 sampai Desember 2000) sebanyak 106 kasus atau 48,4% dari seluruh penderita bedah plastik yang dirawat yaitu sebanyak 219, jumlah kematian akibat luka bakar sebanyak 28 penderita atau sekitar 26,41% dari seluruh penderita luka bakar yang dirawat. Kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan (data dari Burn unit RSU Dr. Soetamo). American Burn Association (ABA) sampai saat ini masih berusaha mengadakan Continuing Education untuk memberikan informasi dan pelatihan guna memantapkan dan memberikan pengetahuan dasar untuk penanganan luka bakar dengan adanya perkembangan yang cepat dalam teknik baru/ metode baru perawatan luka bakar. Fase Luka Bakar Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3 fase yaitu fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan

description

lukaa bakar

Transcript of luka bakar.docx

Luka BakarPenanganan dan perawatan luka bakar sampai saat ini masih memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan bagi kita, karena sampai saat ini angka morbiditas dan mortalitas yangmasih tinggi. Di Amerika dilaporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5-6 ribu kematian/tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38%. Di Unit luka bakar RSU Dr. Soetamo Surabaya jumlah kasus yang dirawat selama satu tahun (Januari 2000 sampai Desember 2000) sebanyak 106 kasus atau 48,4% dari seluruh penderita bedah plastik yang dirawat yaitu sebanyak 219, jumlah kematian akibat luka bakar sebanyak 28 penderita atau sekitar 26,41% dari seluruh penderita luka bakar yang dirawat. Kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan (data dari Burn unit RSU Dr. Soetamo).American Burn Association (ABA) sampai saat ini masih berusaha mengadakan Continuing Education untuk memberikan informasi dan pelatihan guna memantapkan dan memberikan pengetahuan dasar untuk penanganan luka bakar dengan adanya perkembangan yang cepat dalam teknik baru/ metode baru perawatan luka bakar.Fase Luka BakarUntuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3 fase yaitu fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.1. Fase akut/ fase syok/ fase awal.Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD/ Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernapas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran napas akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pascatrauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik . Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.

2. Fase subakutFase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu:a. Proses inflamasi atau infeksib. Problem penutupan lukac. Keadaanhipermetabolisme

3. Fase lanjutPada fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

Penyebab Luka Bakar

Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain:1. Luka bakar karena api2. Luka bakar karena air panas3. Luka bakar karena bahan kimia4. Luka bakar karena listrik, petir, dan radiasi5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari6. Luka bakar karena tungku panas/ udara panas7. Luka bakar karena ledakan bomDerajat Kedalaman Luka BakarKedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 3 tingkat/ derajat, yaitu sebagai berikut:1. Luka bakar derajat I :Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superfisialis), kulit hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-unjung syaraf sensorik teriritasi. Penyembuhan dapat terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

2. Luka Bakar derajat II:Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi.Dibedakan atas 2 bagianA. Derajat II dangkal/ superficial (IIA)Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.B. Derajat II dalam/ deep (IIB)Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka Bakar derajat IIIKerusakan meluputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

LUAS LUKA BAKARWallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.Kepala dan leher 9%Lengan 18%Badan Depan 18%Badan Belakang 18%Tungkai 36%Genitalia/ perineum 1%Total 100%Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan satu tahun.

KRITERIA RINGAN-BERAT LUKA BAKAR(American Burn Association)1. Luka Bakar Ringan Luka bakar derajat II < 15% Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak Luka bakar derajat III < 2%2. Luka Bakar Sedang Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak Luka bakar derajat III < 10%3. Luka bakar berat Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak Luka bakar derajat III 10% atau lebih Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/ perineum Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUTPada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.1. Evaluasi Pertama (Triage)A. Airway, sirkulasi, ventilasiPrioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera dilakukan intubasi endotrakheal, pemasangan infus untuk mempertahankan volume sirkulasi.

B. Pemeriksaan fisik keseluruhanPada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain misalnya bersamaan dengan trauma kapitis, trauma toraks atau mengalami trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung/spine.

C. AnamnesisMekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga keccurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan terjadi, serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya.

D. Pemeriksaan Luka BakarLuka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya.2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman).

2. Penanganan di Ruang Emergencya. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderitab. Bebaskan pakaian yang terbakarc. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya trauma lain yang menyertaid. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distres jalan napas dapat dipasang endotracheal tube. Tracheostomy hanya bila ada indikasi.e. Pemasangan intravenous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan scalp vein. Diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak-anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak di bawah 2 tahun.f. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk memonitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah urine/jam.g. Dilakukan pemasangan nasogastrik tube untuk gastrik dekompresi dengan intermitten pengisapan.h. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan diberikan secara intramuskuler.i. Timbang berat badanj. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.k. Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci, debridement dan didesinfeksi dengan savlon 1:30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan topical Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kassa steril yang tebal. Pada hari ke-5 kassa dibuka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30.l. Eskarotomi dan Fasiotomi/insisi relaksasi dilakukan pada luka bakar derajat II dalam dan derajat III pada tangan, leher dan penis. Tindakan ini dilakukan sebelum terjadi ketegangan pada daerah luka bakarnya.Penanganan SirkulasiPada luka bakar berat/mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan ekstravasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interstisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik intravaskuler dan edema interstitial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi ke bagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi sel/jaringan/organ.Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan masif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian.Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan menggunakan metode resusitasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkan perbaikan prognosis, derajat hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostik terhadap angka mortalitas.Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula berikut : Evans formula Brooke formula Parkland formula Modifikasi Brooke Monafo formula

Resusitasi CairanBAXTER formulaHari pertamaDewasa: Ringer Laktat 4cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jamAnak: Ringer Laktat : Dextran = 17 : 32cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah kebutuhan faali

Kebutuhan faali :< 1 tahun: berat badan x 100cc1-3 tahun: berat badan x 75 cc3-5 tahun: berat badan x 50cc

jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya

Hari keduaDewasa: Dextran 500-2000cc + D5%Albumin = (3 x X) x 80 x berat badan g/hari100(Albumin 25% = Gram x 4cc )1 cc/menit

Anak: diberi sesuai kebutuhan faali

PENANGANAN PERNAPASANTrauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan. Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai berikut.1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.2. Sputum tercampur arang.3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.4. Penurunan kesadaran termasuk confusion.5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila terjadi distress pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.MONITORING PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUTMonitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisikmeliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yangharus dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoringjuga dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita. Monitoringpenderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72jam pertama)dan pos resustasi.

I. Triage Intalasi Gawat DaruratA. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukansegera diatasi adakahproblem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasilifesaving. Penderitaluka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalamipneumotoraks.B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectaltemperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik,dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadicardiac arrest.C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukanpemasanganfoleykateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar derajatIII atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urinemenunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.

II. MONITORING DALAM FASE RESUSITASI(sampai 72 jam)1.Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakahresusitasi cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc urine/jam

2.Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat.Keadaan ini dapat menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenismeningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.3.Vital Sign4.pH darah.5.Perfusi perifer6.laboratoriumaserum elektrolitb.plasma albuminc.hematokrit, hemoglobind.urine sodiume.elektrolitf.liver function testg.renal function tesh.total protein / albumini.pemeriksaan lain sesuai indikasi7. Penilaian keadaan paruPemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanyaperubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing,atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi.Pemeriksaan toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas.8. Penilaian gastrointestinal.Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untukmengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pHkurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.9. Penilaian luka bakarnya.Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbauatau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatanselanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.

Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus1. Luka bakar listrik2. Luka bakar dengan trauma inhalasi3. Luka bakar bahan kimia4. Luka bakar dengan kehamilan

Luka Bakar listrikLuka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuhdisebabkan karena beberapa hal berikut :1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energidalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yangmemiliki resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliranlistrik dalam tubuh menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan olehresistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local maupun sistemik(otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagal ginjal,dan sebagai berikut).2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakanluasnya. Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah disepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler)

PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENTA. PRIMARY SURVEYa. Airway cervical spine.b. Breathingc. Circulationd. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupile. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.B. SECONDARY SURVEY1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.2. Pakaian dan perhiasan dibukaa. Periksa titik kontakb. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.c. Pemeriksaan neurologistd. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.C. RESUSITASI1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka bakar.2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output dipertahankanantara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.163. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,04. Monitor jarang dipergunakan.D. CARDIAC MONITORING1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac LiveSupport.III. MONITORING POST RESUSITASI(72 jam pascatrauma)Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan teliti meliputiobservasi klinis dan data pemeriksaan laboratorium yaitu :1. Cairan elektrolit2. Keadaan luka bakarnya3. Kondisi potensial infeksi4. Status nutrisi / giziLuka bakar dengan trauma inhalasiPada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)Luka bakar mengenai daerah muka / wajahDapat merusak mukosa jalan napasEdema laring hambatan jalan napas.GejalaSesak napasTakipneaStridorSuara serakDahak berwarna gelap (jelaga)Hati hati kasus trauma inhalasi mematikanMekanisme kerusakan saluran napas.1. Trauma panas langsungTerhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelagadan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangantrakeobronkial.2. Keracunan asap yang toksikAkibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksijalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan edema.3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuatterhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2)CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadarkarboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannyaintoksikasi CO.KLINISKecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3atau lebih dari keadaan berikut :1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar2. Sputum tercampur arang3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.4. penurunan kesadaran.5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanyawheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)6. Gejala distress napas. Takipea7. Sesak atau tidak ada suara.Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirupPada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif ARDS18Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologistKadar Keracunan CO Kelainan Neurologis10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapanganpenglihatan menyempit40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma,takipneaPemeriksaan tambahan :1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam darikejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15 %setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.2. Gas DarahPaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5)mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal,tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal4. Bronkoskopi FiberopticBila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik bintik pendarahandan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.5. Tes Fungsi paruScan Paru Xenon tidak praktis.Diagnosa Trauma Inhalasi :1. Kecurigaan klinis2. Riwayat kejadian3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic5. pemeriksaan fungsi paru.19PENATALAKSANAANTanpa Distres Pernapasan :1. Intubasi / pipa endotrakeal.2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit3. Penghisapan secret secara berkala.4. Humidifikasi dengan nebulizer.5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi)6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasanA. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.B. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik,stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahannilai hasilpemeriksaan analisis gas darah (8jam pertama . 24 jam sampai 4-5 hari.C. Pemeriksaan :1. Analisa gas daraha. pada saat pertama kali (resusitasi)b. 8 jam pertamac. Setelah 24 jam kejadiand. Selanjutnya sesuai kebutuhan2. foto toraks 24 jam pasca kejadian.7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalannapas.8. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi9. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat daruratDengan Distres PernapasanKasus ini diperlakukan secara khususUntuk mengatasi masalah distress pernapasan yang dijumpai :1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanultrakeostomi.2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial washing.4. Humidifikasi dengan nebulizer.5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi setiap 6 jam.6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.20A. Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)B. Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit),sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasilpemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran hasilinfitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 4-5 hari.7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telahdiatasi.8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengahduduk.9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.Luka Bakar Kimia.Di Amerika Serikat terdapat 500.000 jenis kimia yang beredar. Sekitar 30.000jenis yang berbahaya.Dilaporkan 2-6 % kejadian luka bakar karena bahan kimiaKlafisikasi Bahan kimia :1. Alkalis/BasaHidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.2. Acids/AsamAsam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolamrenang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.3. Organic CompoundsFenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapatmenyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.Berat / ringannya trauma tergantung :1. bahan2. Konsentrasi3. Volume4. Lama kontak5. Mekanisme trauma21Penatalaksanaan :1. Bebaskan pakaian yang terkena2. Irigasi dengan air yang kontinu3. Hilangkan ras nyeri4. Perhatikan airway, breathing dan circulation5. Indenifikasi bahan penyebab.6. Perhatikan bila mengenai mata.7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.Luka Bakar dan kehamilanHati hati terhadap komplikasiKomplikasi pada ibu dan janinPada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan.Penatalaksanaan:1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan janin2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada uterus,mengurangiuterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.3. Monitoring janin4. Konsultasi dengan spesialis kandunganKOMPLIKASI1. Terminasi kehamilan akibat hipotensi, hipoksia serta adanya gangguan cairan danelektrolit.2. Persalinan premature3. Kematian janin intrauterineKESIMPULANMengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukanpenanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukuptinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factorpelayanan petugas, factor fasilitas pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penangananluka bakar perlu perlu diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan luka bakar sepertipenanganan trauma yang lain ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaansejak awal harus sebaik baiknya karena pertolongan pertama kali sangatmenentukan perjalanan penyakit ini selanjutnya.

Telah diuraikan dalam makalah ini tata cara penatalaksanaan yang bisa dipakai sebagai panduan/pedoman dakam penanganan penderita luka bakar fase akut. Kami menghimbau agar segera terbentuk suatu yayasan yang bergerak di bidang luka bakar seperti Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI) yang bergerak dalam pendidikan berkelanjutan dan memberikan informasi dan kursus yang kontinyu dalam penanganan penderita luka bakar.