LP Retensio Plasenta(1-7)

12
LAPORAN PENDAHULUAN RETENSIO PLACENTA 1.1. Pengertian Retensio Placenta Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, secara fisiologis otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi dan penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina.Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu : 1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus 2. Tali pusat memanjang 3. Adanya semburan darah mendadak dan singkat Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang 1

description

fh

Transcript of LP Retensio Plasenta(1-7)

LAPORAN PENDAHULUANRETENSIO PLACENTA1.1. Pengertian Retensio Placenta

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, secara fisiologis otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi dan penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina.Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu :

1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus

2. Tali pusat memanjang

3. Adanya semburan darah mendadak dan singkat

Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III (APN,2008)

Retensio placenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi (Manuaba,1998). Jika placenta belum lepas sama sekali maka tidak akan terjadi perdarahan dan jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya (Sarwono,1999). Placenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.1.2. Penyebab atau Etiologi

Plasenta belum lahir bisa karena belum lepasnya plasenta dari dinding uterus atau plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio placenta). Belum lepasnya plasenta dari dinding uterus disebabkan oleh :

1) Sebab Fungsionil

(1) His kurang kuat (sebab terpenting)

(2) Tempat insersi di sudut tuba

(3) Bentuknya : placenta membranacea, placenta anularis

(4) Ukuran placenta yang sangat kecil

2) Sebab Patologi anatomi

(1) Placenta accreta

Pada placenta accreta villi korialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding rahim sampai kebatas atas lapisan otot rahim. Placenta accreta ada yang kompleta yaitu kalau seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim dan ada yang partialis yaitu kalau hanya beberapa bagian saja dari permukaannya yang berhubungan / melekat erat pada dinding rahim. Placenta accreta ini disebabkan karena kelainan desidua misalnya desidua yang terlalu tipis. Placenta accreta partialis masih dapat dilepaskan secara menuil tetapi plasenta accreta kompleta tidak boleh dilepaskan secara manual karena usaha tersebut dapat menimbulkan perforasi dinding rahim.

(2) Placenta increta

Pada placenta increta vili korialis menanamkan diri sampai masuk kedalam lapisan otot rahim.

(3) Placenta percreta

Pada plasenta percreta masuknya vili korialis sampai menembus lapisan otot dan mencapai serosa atau menembusnya.

1.3. Penanganan Retensio Placenta

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir dimana sebelumnya telah dilakukan manajemen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin 10 iu pada 15 menit pertama dan 10 iu pada 15 menit kedua serta ada tanda-tanda pelepasan plasenta, maka harus diusahakan tindakan untuk mengeluarkannya. Tindakan untuk melepas plasenta dari implantasinya dapat menggunakan tangan dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.T indakan tersebut dikenal dengan plasenta manual.Plasenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta (Manuaba,1998 ). Tehnik plasenta manual tidaklah sukar tetapi harus dipikirkan persiapannya agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.

1.4. Prosedur Pelaksanaan Placenta Manual

1) Persiapan

(1) Pasang set dan cairan infuse

(2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

(3) Lakukan anestesi verbal dan analgesia per rectal

(4) Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

2) Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

(1) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

(2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai

(3) Secara obstetrik,masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat

(4) Setelah mencapai bukaan serviks,minta seorang asisten atau penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri

(5) Sambil menahan fundus uteri,masukkan tangan dalam hingga kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

(6) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti member salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).

3) Melepas plasenta dari dinding uterus

(1) Tentukan implantasi plasenta,temukan tepi plasenta paling bawah.

a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang,tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah (posterior ibu).

b) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap keatas (anterior ibu).

(2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan keatas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

Catatan :

a) Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).

b) Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

(3) Mengeluarkan plasenta

a) Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.

b) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).

c) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus kearah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah disediakan.

(4) Pencegahan infeksi pasca tindakan

a) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.b) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.c) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalird) Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering(5) Pemantauan pasca tindakana) Periksa kembali tanda vital ibub) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

c) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutand) Beritahu pada ibu dan keluarganyabahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutane) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah keruang rawat gabungf) Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri1.5. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual

Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

1) Terjadi perforasi uterus

2) Terjadi perdarahan

3) Terjadi infeksi

4) Terjadi syok neurogenik

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan (Manuaba,1998):

1) Memasang infuse dan persiapan transfusi darah

2) Memberikan uterotonika intravena atau intramuscular

3) Memberikan antibiotika

4) Memasang tamponade uterovaginal

DAFTAR PUSTAKA

Affandi,Biran. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR

Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI UNPAD. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar

Manuaba,IB.1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan & KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta : EGC

Wiknjosastro,Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

7