LP Resiko Infeksi Aditya

download LP Resiko Infeksi Aditya

of 15

description

kjlmnhbvc

Transcript of LP Resiko Infeksi Aditya

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PENGONTROLAN INFEKSI: RISIKO INFEKSI PADA PASIEN

POST OPERASI LAPAROTOMI DI RUANG ANAKRS. AISYIYAH BOJONEGORO

YADI TRI ADITYA, S.Kep201320461011052PEMBIMBING KLINIK: Ns. ANIK SULISTYANI, S.KepPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini dibuat dalam rangka praktik klinik Profesi Ners mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang, di Ruang Anak RS. Aisyiyah Bojonegoro mulai tanggal 5 Mei sampai dengan selesai.

Bojonegoro, 14 Juni 2014

Ners Muda,

Yadi Tri Aditya, S.Kep

NIM. 201320461011052Mengetahui,Pembimbing Institusi,

Pembimbing Klinik,

Ns. Sunardi, S.Kep., M.Kep

Ns. Anik Sulistyani, S.KepPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Resume ini dibuat dalam rangka praktik klinik Profesi Ners mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang, di Ruang Anak RS. Aisyiyah Bojonegoro mulai tanggal 5 Mei sampai dengan selesai.

Bojonegoro, 14 Juni 2014

Ners Muda,

Yadi Tri Aditya, S.Kep

NIM. 201320461011052Mengetahui,Pembimbing Institusi,

Pembimbing Klinik,

Ns. Sunardi, S.Kep., M.Kep

Ns. Anik Sulistyani, S.KepPENGONTROLAN INFEKSI PADA PASIEN POST OPERASIA. Latar belakang Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan sangat berisiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit.

Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit. Mikroorganisme bisa berada di setiap tempat, dalam air, tanah, permukaan tubuh seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya. Infeksi yang di derita pasien karena dirawat di Rumah Sakit, dimana sebelumnya pasien tidak mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi nosokomial. Pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi. Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain: faktor internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personal hygiene yang rendah, perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS, lingkungan yang terkontaminasi dan sebagainya). Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.B. Tujuan1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistemastis dan lengkap pada pasien dengan risiko infeksi.

2. Tujuan khusus

Setelah menyusun laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat:a. Memahami lebih dalam tentang konsep dasar risiko infeksi pada pasien.

b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan risiko infeksi.c. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan dasar analisa data hasil pengkajian pasien dengan risiko infeksi.Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pengontrolan infeksi pasien.

d. TINJAUAN TEORIA. Pengertian

Risiko infeksi merupakan keadaan dimana seorang individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen. Infeksi adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005).B. EtiologiPenyebab dari resiko infeksi dalam klasifikasi NANDA (2012) antara lain:

1. Prosedur invasive

2. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen

3. Trauma

4. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

5. Rupture membrane amnionik

6. Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)

7. Malnutrisi

8. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen

9. Imunosupresi

10. Imunitas yang tidak adekuat

11. Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, Leukopenia, Penekanan respon inflamasi)

12. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Ph, perubahan peristaltik)13. Penyakit kronisC. Faktor predisposisi/Faktor pencetusBeberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry (2005) adalah:1. Agen

Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.2. Host

Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai, tidak ada infeksi..Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak.

3. Environment (lingkungan)

Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, oksige dan sebagainya. Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.D. Patofisiologi

Pasien dengan post operasi prostektomi menggunakan kateter untuk drainase dan pengeluaran urinnya. Pasien juga disertai dengan luka pembedahan. Adanya kateter dalam traktus urinarius dapat menimbulkan infeksi. Kolonisasi bakteri (bakteriuria) akan terjadi dalam waktu 2 minggu pada separuh dari pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, dan dalam waktu 4-6 minggu sesudah pemasangan kateter pada hampir semua pasien meskipun rekomendasikan untuk pengendalian infeksi dan perawatan kateter telah diikuti dengan cermat. Mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi traktus urinarius yang berkaitan dengan kateter mencakup: Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia dan Candida. Mikroorganisame ini merupakan bagian dari flora endogenus atau flora usus normal, atau didapat melalui kontaminasi-silang oleh pasien atau petugas rumah sakit atau melalui kontak dengan peralatan yang tidak steril. Terjadinya infeksi pasca operatif diakibat oleh infasi bakteri atau mikroorganisme seperti staphylococcus aureus, escherhia coli, proteus vulgaris, aerobacter aereo-genes dan organisme lainnya ke dalam sirkulasi darah melalui luka operasi. Infeksi pasca operatif yang sering terjadi adalah 1) Selulitis yaitu infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan; 2) Limfangitis adalah penyebaran infeksi dari selulitis atau abses ke sistem limfatik; 3) Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus (Brunner & Suddarth, 2002).

Infeksi saluran kemih dan epididimitis adalah komplikasi yang mungkin setelah prostatektomi. Pasien dikaji terhadap kejadianya; dan diberikan antibiotik sesuai yang diresepkan (Brunner & Suddarth, 2002b). Selain itu infeksi luka merupakan penyebab terjadinya demam pasca bedah dan morbiditas pasien; sehingga pemeriksaan luka juga komponen penting pemeriksaan pasca bedah bagi demam. Sepsis luka dapat tampil dalam 24 jam setelah operasi jika organisme penyebabanya sterptokokus atau klostridium, infeksi yang karna organisme terkhir sangat serius, mis mionekrosis klostridium (gangren gas) dapat cepat berkembang dengan akibat buruk. Tetapi biasanya lebih lazim demam akibat infeksi luka timbul setelah hari keempat pasca bedah, karna masa inkubasi yang agak lebih lam diperlukan untuk gram negatif usus atau kontaminan stafilokokus eksogen-endogen yang sering menyebabkan untuk mencapai tingkat bermakna (Brunner & Suddarth, 2002)

E. Tanda dan gejalaTanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi (Smeltzer, 2002) sebagai berikut :

a. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah local karena peradangan akut.

b. Kalor

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.

c. Dolor

Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.

d. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.e. Functio Laesa

Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit, trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.G. Pathway

ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian

1. IdentitasMendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.2. Riwayat kesehatana. Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan

b. Riwayat kesehatan sekarangApa yang dirasakan sekarangc. Riwayat penyakit dahuluApakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernahd. Riwayat kesehatan keluargaMeliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular3. Pola kesehatan fungsional

a. Pemeliharaan kesehatan : Bagaimana pasien menjaga kesehatannya

b. Nutrisi metabolik: Asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizic. Eliminasi : Pola BAK dan BAB, konsistensi feses, warna urine, volume outputd. Aktivitas : Meliputi gerakan ( mobilitas ) pasien, aktivitas/ pekerjaan pasien yang dapat mengendorkan otot.

e. Pola persepsi kognitif : Bagaimana pasien memandang penyakitnya dan kondisi yang dialami

f. Pola istirahat : Meliputi kebiasaan tidur / istirahat pasien kebiasaan dalam istirahat,waktu istirahat, kualitas tidur..g. Konsep diri : Gambaran diri, ideal diri, harga diri dan identitas diri

h. Pola peran dan hubungan : Bagaimana hubungan / berinteraksi dengan orang laini. Pola reproduksi dan seksual : Pola aktivitas seksual dan keadaan sistem reproduksi pasien

j. Pola pertahanan diri / koping : Regresi, penyangkalan, isolasi diri, menarik diri dan intelektualisasi

k. Keyakinan dan nilai : keyakinan, budaya dan agama yang pasien anut yang berhubungan dengan kesehatan pasien.

4. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran : Keadaan Umum, Kesadaran, Pemeriksaan GCS.

b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi

c. Head to toe

1) KepalaBentuk kepala, rambut hitam lurus.2) MataKonjungtiva, sklera ikterik, pupil, kedua mata simetris dan bulat.

3) HidungBentuk hidung obstruksi dan polip hidung, nafas cuping hidung, dan sekret.4) TelingaBentuk telinga dan simetris, pengeluaran discharge.5) MulutBentuk mulut, bibir dan mukosa, gigi, lidah, dan stomatitis.6) Lehervena jugularis, pembesaran nodul dan pembesaran kelanjar tiroid.7) Dada

Inspeksi:Bentuk dada, retraksi dinding dada, ekspansi dada.

Perkusi : Paru sonor, jantung redup.

Auskultasi : Paru vesikuler (merata disemua lapang paru), bunyi jantung, bunyi jantung tambahan: murmur dan gallop.8) AbdomenInspeksi: datar

Auskultasi: BU

Perkusi

: tympani, hepar dan lien pekak

Palpasi

: nyeri tekan.9) GenetaliaPerdarahan, warna urin, DC.

10) AnusHemoroid.11) Ekstremitas Edema, akral, turgor kulit, refleks fisiologis, refleks patologis, kekuatan otot.

12) Kulit

Warna, sianosis.edema5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit, trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.6. Diagnosa keperawatanResiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat, prosedur invasive, malnutrisi7. Rencana asuhan keperawatan

NOHARI/TGLNO DXTUJUANINTERVENSIRASIONAL

1.Selasa

9 April 2013ISetelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat terhindar dari risiko infeksi dengan indikator:Risk controlNo

Indikator

Awal

Tujuan

1

2

3

4

5

1.

Mengetahui faktor risiko

1

2.

Memonitor faktor risiko lingkungan

1

3.

Memonitor faktor risiko dari tingkah laku

1

4.Kembangkan strategi kontrol risiko efektif

2

5.Komitmen menggunakan strategi kontrol risiko efektif

2

6.Memodifikasi gaya hidup un

uk mengurangi dukungan personal untuk mengontrol risiko2

7.

Memonitor perubahan status kesehatan3

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

1. Ukur tanda tanda vital terutama suhu tiap 4 jam2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

3. Batasi jumlah pengunjung4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Ajarkan cuci tangan yang baik untuk menjaga kesehatan individu

6. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

7. Gunakan tehnik yang tepat selama mengganti balutan.8. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

9. Tingkatkan intake nutrisi10. Berikan terapi antibiotik bila perlu.11. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat 12. Cuci dasar luka dengan larutan NaCl 0,9 %.

13. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi.

14. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi.

15. Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi

16. Catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit, protein, serum, albumin)

17. Kaji warna kulit, kelembaban, tekstur dan turgor, cuci kulit dengan hati-hati, gunakan hidrasi dan pelembab seluruh muka.1. Peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukkan adanya sepsis.

2. Mencegah timbulnya infeksi silang

3. Untuk menghindari kontak infeksi

4. Mencegah masuknya mikroorganisme

5. Meningkatkan pengetahuan pengunjung dan pasien

6. Mencegah alat terkontaminasi

7. Teknik yang baik mengurangi masuknya mikroorganisme pathogen kedalam luka.

8. Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih

9. Meningkatkan daya tahan tubuh

10. Antibiotic pilihan berguna melawan organisme gram negative dan gram positif.

11. Dapat membuang jaringan yang mati pada permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme

12. Menjaga kebersihan luka

13. Mengetahui gejala dan tanda infeksi

14. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengontrolan infeksi

15. Menemukan gejala infeksi dini

16. Memonitor infeksi17. Mengetahui kondisi kulit

DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Made Sumarwati, Jakarta: EGC.

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2008). Nursing outcome classification (NOC). Philadelphia: Mosby.McCloskey & Gloria M Bulechek. (2008). Nursing intervention classification (NIC). USA:Mosby.

NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC.Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.Bakteri dan mikroorganisme penyebeb inferksi

ISK, epididimitis

Abses

Limfangitis

Selulitis

Risiko Infeksi

Sirkulasi darah

Traktus urinaria

1. Enviroment

2. Teknik septik antiseptik

a). Prinsip asepsis ruangan

b). Prinsip asepsis tenaga kesehatan

c). Prinsip asepsis pasien

d). Prinsip asepsis instrumen

3. Pasien

a). Umur

b). Nutrisi dan berat badan

c). Penyakit

d). Obat-obat yang digunakan

Tanda dan gejala:

1. tumor

2. calor

3. dolor

4. rubor

5. fungsiolacea

Kolonisasi bakteri

(bakteriuria)

pada pemakaian kateter yang lama

Kolonisasi bakteri

di luka post operasi

Staphylococcus aureus, Escherhia coli, Proteus vulgaris, Aerobacter aereo-genes

Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia dan Candida