LP PK

9
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN I. Kasus(masalah utama) Perilaku kekerasan II. Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut, maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu pada saat berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2010). Perilaku kekerasan sering dianggap sebagai akibat yang ekstrem dari marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang di mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci, atau marah. Hal ini akan mempengaruhi 1

description

Laporan pendahuluan perilaku kekerasan

Transcript of LP PK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUANPERILAKU KEKERASANI. Kasus(masalah utama)

Perilaku kekerasanII. Proses terjadinya masalah

1. PengertianPerilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut, maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu pada saat berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2010).

Perilaku kekerasan sering dianggap sebagai akibat yang ekstrem dari marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang di mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci, atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut, terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.

2. Rentang Respon Marah

Menurut Yosep (2010), perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa dia tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) hingga respon yang sangat tidak normal (maladaptif).

a) Respon Adaptif

a) Respon adaptifRespon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif meliputi:

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah perasaan yang timbul dari pengalaman ahli.

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.

b) Respon maladaptifRespon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial-budaya dan lingkungan. Adapun respon tidak normal (maladaptif) yaitu:

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan keyakinan sosial.

2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.3. Tanda dan Gejala

Menurut Yosep (2010), perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:

1) Muka merah dan tegang

2) Mata melotot/pandangan tajam

3) Tangan mengepal

4) Rahang mengatup

5) Postur tubuh kaku

6) Jalan mondar-mandir4. Etiologi

1) Faktor Predisposisi

a. Faktor psikologis

a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyenangkan.c) Rasa frustasi.d) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipeljari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.

b. Faktor sosial budayaSeseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat emmbantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

c. Faktor biologiBerdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:

Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.

Pengaruh biokimia/menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.

Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan geentik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana).

Gangguan otak, sindrom otak organikberhubungan dengan gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kriminal (Direja, 2011).2) Faktor PresipitasiMenurut Direja (2011) secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.

Lingkungan: panas, padat, dan bising.

Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:

Kesulitan kondisi sosial ekonomi.

Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.

Ketidakpastian seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.

Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.

Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.III. A. Pohon masalah

Perilaku kekerasanGPS: Halusinasi

Regimen terapeutik inefektifHarga diri rendah kronisIsolasi sosial : menarik diri

Koping keluarga tidak efektifBerduka disfungsional

DAFTAR PUSTAKA

Townsend, M.C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing. (5th ed). St louis: Mosby Year BookNanda International. 2013. Nursing Diagnoses : Definitions And Classification 2012-2014. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

MC, closky J dan Bulaceck. 2000. Nursing Intervension Classification (NIC). Mosby : Philadelphia

Stuart, Gail Wiscarz. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Sandra J. Sundeen:alih bahasa, Achir Yani S. Hamid : editor dalam bahasa Indonesia. Ed.3. Jakarta: EGC

Kusmawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Asertif

Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan.

Frustasi

Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan tidak dapat menemukan alternatifnya.

Pasif

Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah.

Agresif

Klien mengekspre-sikan secara fisik, tetapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman

Kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai amuk, merusak lingkungan

PAGE 1