LP HDR fix
Click here to load reader
-
Upload
theodora-rosaria -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of LP HDR fix
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIS
I. Kasus (masalah utama) : Harga Diri Rendah Kronis
a. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat.2007)
b. Penyebab
Harga diri rendah dapat terjadi karena pengalaman interpersonal di masa atau
tahap perkembangan dari bayi sampai usia lanjut yang tidak menyenangkan. Hal
ini dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah kronis
(Fitria,2009,hlm.7).
c. Tanda dan Gejala
i. Mengkritik diri sendiri
ii. Perasaan tidak mampu
iii. Pandangan hidup yang pesimistis
iv. Tidak menerima pujian
v. Penurunan produktivitas
vi. Ponalakan terhadap kemampuan diri
vii. Kurang memperhatikan perawatan diri
viii. Berpakaian tidak rapi
ix. Selera makan berkurang
x. Tidak berani menatap lawan bicara
xi. Lebih banyak menunduk
xii. Bicara lambat dengan nada suara lemah (Fitria,2009,hlm.6)
II. Proses terjadinya masalah :
a. Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orangtua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
Risiko tinggi perilaku kekerasan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
Koping individu tidak efektif
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
(Fitria,2009,hlm.6)
b. Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi
secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba – tiba.
Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejal lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat
(Fitria,2009,hlm.6).
c. Proses terjadinya masalah (patofisiologi)
Karena pengalaman interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi
sampai usia lanjut yang tidak menyenangkan, lingkungan social yang tidak
mendukung ataupun pengalaman individu, serta adanya perubahan social.Hal ini
dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan tidak dihargai. Hal ini
akan menyebabkan stress dan apabila koping yang digunakan tidak efektif dapat
menyebabkan harga diri rendah kronis (Fitria,2009,hlm.8).
III. A. Pohon masalah :
(Fitria,2009,hlm.8)
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
Koping individu tidak efektif
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :
Masalah Keperawatan :
1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
5. Risiko tinggi prilaku kekerasan (Fitria,2009,hlm.8)
Data yang perlu dikaji :
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Harga diri rendah kronis Subjektif:
1. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
2. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
4. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan
diri (mandi, berhias, makan, atau toileting)
Objektif:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Berkurang selera makan
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah
(Fitria,2009,hlm.9)
IV. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronis (Fitria,2009,hlm.9).
V. Rencana tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan kepada klien
Tujuan:
a. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Klien mampu menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Klien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai denan
kemampuannya.
e. Klien mampu merencanakan kegiatan yang sudah dipilih.
Tindakan Keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai dengan
kemampuan.
d. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuannya.
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga
Tujuan:
a. Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
klien.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas klien yang sesuai dengan kemampuan.
c. Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan
yang telah dilakukan.
d. Keluarga mampu menilai perkemangan perubahan kemampuan klien.
Tindakan Keperawatan:
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan
konsep diri: harga diri rendah kronis.
c. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien.
d. Jelaskan cara – cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis.
e. Demonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis.
f. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah.
(Fitria,2009,hlm.9-12)
DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Keliat,Budi Anna.2007.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
1. Klien sedang duduk di atas tempat tidur sambil menunduk. Tidak mau melihat dan
bercakap-cakap dengan klien lain yang sedang duduk di samping tempat tidurnya.
2. Klien masuk ke rumah sakit karena enolak untuk bergaul dengan orang lain. Hal itu
terjadi sejak bapaknya / anggota keluarganya meninggal dua beberapa tahun yang
lalu.
3. Klien sering mengatakan bahwa dialah penyebab kematian anggota keluarganya
(bapaknya), kerana dia tidak mampu menjaganya. Klien mengatakan seandainya dulu
dia menyelesaikan pendidikannya pasti anggota keluarganya (bapaknya) pasti akan
mampu merawat bapaknya.
4. Observasi pada klien didapatkan klien sering menunduk, menghindari kontak mata,
dan berbicara hanya sebentar atau seperlunya saja.
Diagnosis Keperawatan:
Harga diri rendah kronis
Tujuan khusus:
1. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Klien mampu menetapkan atau memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
4. Klien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuannya.
5. Klien mampu merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
Tindakan Keperawatan:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki oleh klien.
2. Tindakan yang dapat dilakukan perawat agar klien mampu mengungkapkan
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki dengan cara:
a. Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif.
b. Beri pujian realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negative setiap
bertemu dengan klien.
3. Membantu klien agar mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
4. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan tindakan sesuai dengan
kemampuan.
5. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
6. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
Tindakan keperawatan pada klien:
Proses Pelaksanaan Tindakan SP 1 (Bina hubungan saling percaya)
Orientasi:
1. Salam terapeutik : Selamat pagi, perkenalkan nama saya Theodora Rosaria, suka
dipanggil Theo, dari STIKES Telogorejo. Apakah kita bisa berkenalan? Nama
panjang Ibu siapa? Suka dipanggil apa?
2. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan Ibu N hari ini?
3. Kontrak : Topik : bagaimana kalau kita hari ini berbincang-bincang?
Waktu : bincang- bincangnya kurang lebih 15 menit, Bu? Mau?
Tempat : kita bincang-bincangnya mau di mana?
Kerja :
“Bagaimana perasaannya Ibu N? Adakah yang Ibu N pikirkan? Bagaimana jika Ibu N
menceritakannya kepada saya? Saya siap mendengarkannya.”
Terminasi :
1. Evaluasi subjektif : bagaimana perasaan Ibu N setelah berbincang-bincang tadi?
2. Tindak lanjut : Baiklah besok kita ketemu lagi untuk berbincang-bincang tentang
kemampuan positif Ibu.
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik : Besok kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan positif yang
Ibu N miliki dan dapat dilakukan.
b. Waktu : Bagaimana kalau pagi seperti ini? Jam 10? Nanti bincang-bincangnya
15menit, mau?
c. Tempat : Tempatnya di mana Ibu N? Di sini? Baiklah. Selamat siang, sampai
jumpa besok.
Proses Pelaksanaan Tindakan SP 2 (Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang
masih dimiliki klien)
Orientasi:
1. Salam terapeutik : Selamat pagi Ibu N, masih suka dipanggil Ibu N? Masih ingat
dengan saya Bu? Saya lihat Ibu sudah terlihat lebih segar ya hari ini.
2. Evaluasi/validasi : Bagaimana ni Ibu perasaannya hari ini ?
3. Kontrak:
a. Topik : Sesuai kontrak kemarin hari ini kita berbincang tentang aspek positif/
kegiatan yang Ibu N lakukan sehari-hari.
b. Waktu : Kontrak kemarin waktunya 15 menit ya Bu. Mari 15 menit ini kita
berbincang-bincang.
c. Tempat : kita bincang-bincang di mana Bu? Apa Ibu mau di taman? Baiklah
kita bincang-bincang di taman.
Kerja:
”Ibu, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.”Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang ibu miliki “.
”Ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini.
”Sekarang, coba Ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapihkan tempat tidur Ibu”. Mari kita lihat tempat tidur ibu. Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
”Ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan jika Ibu tidak melakukan tulis
TM (tidak melakukan). Serta jangan lupa dimintakan tanda tangan perawat yang berjaga ya
Bu.”
Terminasi:
1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif :“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan
latihan merapihkan tempat tidur ? Ya,ternyata ibu banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
b. Evaluasi objektif : “Masih ingat bu cara merapikan tempat tidur? Coba kita
praktikkan lagi, hayo”
2. Tindak lanjut : ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa
kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
3. Kontrak:
a. Topik :”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring.”
b. Waktu : “Besok jam 8 pagi, kurang lebih 20 menit.”
c. Tempat : “Di dapur ruangan ini sehabis makan pagi ya Bu.” Sampai jumpa.”
Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga
untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
1. Salam terapeutik : “Selamat pagi !”
2. Evaluasi/validasi : “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
3. Kontrak:
a. “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu?
b. Waktu : Berapa lama waktu Ibu? 30 menit?
c. Tempat : Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang Ibu ketahui tentang masalah Ibu?”
“Ya memang benar sekali Bu,Ibu itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu ini terus menerus seperti itu, Ibu bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya jadi malu bertemu dengan orang lain dan
memilih mengurung diri”
“Sampai di sini, Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk Ibu”
”Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama
(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu)
” Ibu itu telah berlatih tentang kegiatan aspek positif yaitu merapihkan tempat tidur. Serta
telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Ibu untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.
Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda
cek list pada jadual yang kegiatannya, dan memintakan tanda tangan perawat”.
”Selain itu, bila Ibu sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Ibu. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Ibu ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Ibu”
”temui Ibu dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali Ibu,sudah semakin terampil merapikan tempat tidur”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Terminasi:
Evaluasi sibjektif :”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
Evaluasi objektif :“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi dan
bagaimana cara merawatnya?”
Tindak lanjut : “Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
Kontrak: Topik :“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Ibu”
Kontrak : Waktu :“Jam berapa Bapak/Ibu datang?
Kontrak : Tempat : “Di mana nanti kita bertemu Bapak/Ibu?” Baik saya tunggu. Sampai
jumpa.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
Orientasi:
Salam terapeutik :“Selamat pagi Pak/Bu”
Evaluasi/validasi :” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?””Bapak/Ibu masih ingat latihan
merawat keluarga BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
Kontrak topik :“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu.”
Kontrak waktu :”Waktunya 20 menit”.
Kontrak tempat :”Sekarang mari kita temui Ibu di kamarnya”
Kerja:
”Selamat pagi Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Ibu. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
keluarga Ibu juga ingin merawat Ibu agar Ibu cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Ibu ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
Evaluasi subjektif :“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
Evaluasi objektif : Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada Ibu. Caranya bisa dijelaskan lagi Bapak/Ibu?”
Tindak lanjut : “Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari.”
Kontrak topik : “Kita akan mendiskusian tentang cara merawat Ibu,ya?”
Kontrak waktu dan tempat : Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu. Sampai
jumpa
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi:
Salam terapeutik :“Selamat pagi Pak/Bu”
Kontrak topik :”Karena hari ini Ibu direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan
jadwal Bapak selama di rumah”
Kontrak watu :”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu?
Kontrak tempat : “Mari kita bicarakan di kantor”
Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Ibu selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Ibu dirawat di rumah
sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Ibu
selama di rumah. Misalnya kalau Ibu terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran
negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa Ibu
lansung ke rumah sakit”
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak. Jangan lupa
kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika