LP Faringitis

8
FARINGITIS A. Pengertian Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Ngastiyah, 2005) B. Etiologi Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae. C. Klasifikasi Berdasarkan lama berlangsungnya faringitis dibedakan menjadi : 1. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung lama. 2. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya

description

keperawatan

Transcript of LP Faringitis

Page 1: LP Faringitis

FARINGITIS

A. Pengertian

Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan

yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus

tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Ngastiyah, 2005)

B. Etiologi

Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan

oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis

atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A,

korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia

pneumoniae.

C. Klasifikasi

Berdasarkan lama berlangsungnya faringitis dibedakan menjadi :

1. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri

yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih

berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.

Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung lama.

2. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang

lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang

mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa

yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu, menggunakan suara

berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan

tembakau.

Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan umum dan kongesti

membrane mukosa.

b. Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama

(membrane tipis, keputihan, licin dan pada waktunya berkerut).

c. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding

faring.

D. Patofisiologi

Page 2: LP Faringitis

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel

kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal

terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula

serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada

dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.

Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel

atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding

faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak

sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala dari faringitis seperti (Rusmarjono,et.al.,2001):

1. Pada gejala awal penyakit, penderita umumnya merasakan rasa gatal dan

kering pada tenggorokannya.

2. Malaise (kelemahan) dan juga sakit kepala merupakan gejala yang sering

ditemukan karena adanya proses peradangan pada faring.

3. Selain itu, suhu tubuh bisa mengalami sedikit kenaikan (subfebris).

4. Eksudat (lendir) pada faring menebal (karena pada awal penyakit terjadi

peningkatan produksi eksudat). Eksudat ini biasanya sulit untuk dikeluarkan.

Untuk mengeluarkannya biasanya dengan batuk.

5. Suara menjadi parau/serak karena peradangan juga mengenali laring.

Page 3: LP Faringitis

6. Selain itu, biasanya penderita mengalami kesulitan menelan (disfagia) akibat

nyeri telan.

7. Nyeri bisa dirasakan hingga ke telinga.

8. Pada pemeriksaan akan dijumpai faring yang berwarna kemerahan dan kering.

9. Pada jaringan limfoid tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang

paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 %

pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri

Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus

meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri

saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan tanda-tanda

yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan

tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak

semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan

gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai

coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini.

(Alan, et.al.,2001).

Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise,

fatigue, serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis

pada anak dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah (Vincent, et.al., 2006)

F. Komplikasi

Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang

ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga

bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar

amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat.

1. Otitis media purulenta bakterialis

Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube

eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.

2. Abses Peritonsiler

Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami

supurasi, menembus kapsul tonsil.

3. Glomerulus Akut

Page 4: LP Faringitis

Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke

ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh

meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.

4. Demam Reumatik

Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan

menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup

jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.

5. Sinusitis

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis

maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan

jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor

predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga

campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb

siella pneumoniae.

6. Meningitis

Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian

masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi

meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan serologic

2. Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam

3. Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru

4. Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan

asam di jaringan

H. Penatalaksanaan Medis

1. Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau

asetaminofen cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau

pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang

disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk

menggunakan antibiotika.

Page 5: LP Faringitis

2. Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G

sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini

biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu

badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin atau klindamisin merupakan obat alin

dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika penderita

menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian

kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri.

Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala

nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar

untuk dapat bekerja sama.

I. Daftar Pustaka

Alan L, Bisno LA, Chairman, Gerber AM, Gwaltney MJ, dkk.2001. Diagnosis

and management of Group A streptococcal pharyngitis: a practice guideline.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Rusmarjono, Soepardi, E.A. Dalam: Supardi, E.A., Iskandar. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Ed ke-5. Jakarta: Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia. 2001.

Vincent, T., Mirian, Celestin,N.,Hussain,N.,Aneela. Pharyngitis.

http://www.a.f.p.org.2004;69:1469-70www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.