LP DM

17
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS A. Pengertian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). B. Klasifikasi Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : 1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) 2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) 3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya 4. Diabetes mellitus gestasional (GDM) C. Etiologi 1. Diabetes tipe I: a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi

description

asuhan keperawatan

Transcript of LP DM

Page 1: LP DM

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam

darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala

yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena

adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo,

2002).

B. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin

(NIDDM)

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau

sindrom lainnya

4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. Etiologi

1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I

itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi

atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM

tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons

abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan

Page 2: LP DM

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel

pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes

tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang

peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada

usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

Page 3: LP DM

D. Nusing Pathway

Defisiensi Insulin

gluk

agon↑ penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine Dehidrasi

↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis

Aterosklerosis

Mual muntah

Resti Ggn Nutrisi Kurang dari

kebutuhan

Koma Kematia

n

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal

Jantung Serebral Ekstremitas

Miokard InfarkStroke Gangren

Retinopati diabetik

Ggn. PenglihatanGagal Ginjal

Resiko Injury

Nefropati

Ggn Integritas Kulit

Kekurangan volume cairan

Page 4: LP DM

E. Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,

polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada.

Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah

keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada

pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat

perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga

gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala

sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang

sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan

karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta

kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada

tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada

usia lanjut yang sering ditemukan adalah :

Katarak

Glaukoma

Retinopati

Gatal seluruh badan

Pruritus Vulvae

Infeksi bakteri kulit

Infeksi jamur di kulit

Dermatopati

Neuropati perifer

Neuropati visceral

Amiotropi

Ulkus Neurotropik

Penyakit ginjal

Penyakit pembuluh darah perifer

Penyakit koroner

Penyakit pembuluh darah otak

Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda

disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul

Page 5: LP DM

keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan

inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia

kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi

adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi

polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang

biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah

tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut.

Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif

sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis

dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,

kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan

ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia

seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak

umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak

bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan

mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang.

Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan

gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

4. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ).

Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :

hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah

bata  ( ++++ )

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring

diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM

Page 6: LP DM

DM

Kadar glukosa darah

sewaktu

- Plasma vena

- Darah kapiler

Kadar glukosa darah

puasa

- Plasma vena

- Darah kapiler

< 100

<80

<110

<90

100-200

80-200

110-120

90-110

>200

>200

>126

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada

sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam

kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2

jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Anamnese

1. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,

suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah

sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah,

rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak

sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Page 7: LP DM

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab

terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan

oleh penderita untuk mengatasinya.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit –

penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi

insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat

penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,

tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-

obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu

anggota keluarga yang juga menderita DM atau

penyakit keturunan yang dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,

jantung.

6. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan

emosi yang dialami penderita sehubungan dengan

penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap

penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara

bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda

vital.

2. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah

pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang

berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah

sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,

gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,

apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa

mata keruh.

Page 8: LP DM

3. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekasS luka, kelembaban dan shu kulit di

daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada

kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

4. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

5. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau  

berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/

hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,

konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,

peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa

panas atau sakit saat berkemih.

8. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn

tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya

gangren di ekstrimitas.

9. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,

letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,

disorientasi.

10. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl,

gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post

prandial > 200 mg/dl.

Urine

Page 9: LP DM

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam

urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict

( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui

perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning

( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++).

Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan

antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

3. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

melemahnya / menurunnya aliran darah  ke daerah

gangren akibat adanya  obstruksi pembuluh darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya

gangren pada ekstrimitas.

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan

iskemik jaringan.

4. Perencanaan

Diagnosa no. 1

Gangguan perfusi berhubungan dengan

melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren

akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi  perifer tetap

normal.

Kriteria Hasil : – Denyut nadi perifer teraba kuat dan

reguler

- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

- Kulit sekitar luka teraba hangat.

- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

- Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Page 10: LP DM

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi

darah.

Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan

aliran darah  :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah  dari jantung 

( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari

penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari

penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik

sehingga tidak terjadi oedema.

Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa

:

Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi,

menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat

vasokontriksi.

Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat

terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan

terjadinya  vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi

untuk mengurangi efek dari stres.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian

vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan

terapi oksigen ( HBO ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan

dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan

dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah

secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan

pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah

ulkus/gangren.

Diagnosa no. 2

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya

gangren pada ekstrimitas.

Page 11: LP DM

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil :              

1.Berkurangnya oedema sekitar luka.

2. pus dan jaringan berkurang

3. Adanya jaringan granulasi.

4. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan

proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan

tindakan selanjutnya.

Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka

secara abseptik menggunakan larutan yang tidak

iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka

dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat

menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif

akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa

balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses

granulasi.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin,

pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula darah

pemberian anti biotik.

Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah,

pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman

dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan,

pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui

perkembangan penyakit.

Diagnosa no. 3

Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan

iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil : 

Page 12: LP DM

1. Penderita secara verbal mengatakan nyeri

berkurang/hilang

2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk

mengatasi atau mengurangi nyeri

3. Pergerakan penderita bertambah luas

4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas

normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T :

100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang

dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang

dialami pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya

nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri

yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan

memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam

melakukan tindakan.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari

lingkungan akan memperberat rasa nyeri.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat

mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan

pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu

memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi

seoptimal mungkin.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat

rawat luka.

Rasional :  massage dapat meningkatkan

vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC

Page 13: LP DM

sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa

nyaman.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu

mengurangi nyeri pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: LP DM

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit RGC, Jakarta

Nanda, 2001, Nursing Diagnosis : Definition and

Classification 2001 – 2002, Philadephia

Price, S.A, et all, 1995, Patofisiologi, Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit, Buku 1, Edisi 4, Penerbit

EGC, Jakarta

Soeparman, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit

Gaya Baru, Jakarta