LP CA Laring
-
Upload
ima-safitri-puji-utami -
Category
Documents
-
view
88 -
download
7
description
Transcript of LP CA Laring
A. Definisi
Merupakan karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada lapisan epitel di
laring. Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih
merupakan masalah, karena penanggulangannya mencakup berbagai segi. Sebagai
gambaran perbandingan, di luar negeri karsinoma laring menempati tempat pertama
dalam urutan keganasan di bidang THT (Nuryakin, 2012).
B. Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para
ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan
beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah
rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan
di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang
tidak merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap. Yang terpenting pada penanggulangan
karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan /tindakan yang tepat dan
kuratif, karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan
utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan
memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.
C. Gejala
1. Serak
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada
sangaat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, kecepatan getaran
dan ketegangan pita suaara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal befungsi
secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan
celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen rikoaritenoid, dan
kadang-kadang menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu
gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas
suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.
Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor
tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap. Apabila
tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di
batas inferior pita suara serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan
subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada
kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak
nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofarig jarang
menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan
suara bergumun (hot potato voice).
2. Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat
timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh
massaa tumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi pita suara.
Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan
dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada
umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis kurang baik.
3. Nyeri tenggorok.
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus
piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas
postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor
ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
4. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis
sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.
6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan
penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau
metastase lebih jauh.
7. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor
ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium.
D. PatofisiologiFaktor predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)
Proliferasi sel laring
Diferensiasi buruk sel laring
CA Laring
Metastase supraglotik
Obstruksi lumen oesophagus
Disfagia progresif
Intake kurang
BB turun
KetidakseimbanganNutrisi kurang dari
kebutuhan
Plica Vocalis
Suara parau
Afonia
Suara parau
Hambatan komunikasi
verbal
Menekan/ mengiritasi
serabut saraf
Nyeri tekan
Gangguan rasa nyaman:
nyeri
Obstruksi jalan Nafas
Mengiritasi sel laring
Infeksi sel mukosa
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
Risiko Infeksi
Sesak nafas
Ketidakefektifan pola nafas
E. KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis
masih bisa bergerak (tidak terfiksir).
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan
arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan
lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis Karsinoma insitu.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring.
SUBGLOTIS
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring
atau kedua-duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx Kelenjaar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm
homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 -
6 cm.
N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak
lebih daari 6 cm.
N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6
cm.
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih
daaari 6 cm.
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
METASTASIS JAUH (M)
Mx Tidak terdapat/terdeteksi.
M0 Tidak ada metastasis jauh.
M1 Terdapat metastasis jauh.
STAGING (STADIUM)
ST1 T1 N0 M0
STII T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2?T3/T4 N1/N2/N3 M3
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan
kaca laring atau langsung dengan mengguinakkn laringoskop. Pemeriksssaan
penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga
pemeriksaan radiologik. Foto thorak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada
tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat
memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-
epiglotis serta metastasis kelenjar getah beningleher. Diagnosis paasti
ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomik dari bahan biopsi laring, dan
biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil
atologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
G. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan , maka ditentukan tindakan
yang akan diambil sebagai penenggulangannya. Ada 3 cara penanggulangan
yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatiska ataupun
kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum
pasien. Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan
radiasi, staium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan
operasi dengan rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung
lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila
terdapat penjalaran ke kelenjar limfaa leher. Di bagian THT RSCM tersering
dilakukan laringektomi totalis, karena beberapa pertimbangan, sedangkan
laringektomi parsial jarang dilakukan, karena tehnik sulit umtuk menentukan
batas tumor.
Pemakaian sitostatiska belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian
sitostatiska tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping
harga obat yang relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien.
Para ahli berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling
baik diantara tumor-tumor daerah traktus aerodigestivus, bila dikelola dengan
tepat, cepat dan radikal.
H. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN :
I. RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama : dyspneu, sakit menelan, suara serak.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Ada riwayat merokok, aktifitas yang
berhubungan dengan suara.
II. PENGKAJIAN FISIK DAN POLA FUNGSI
A. KARDIORESPIRASI
1. Tanda-tanda vital : Tensi, Nadi, Suhu, Pernafasan
2. Respirasi : batuk, stridor, dyspneu, riwayat penyakit paru
kronis, batuk dengan atau tanpa sputum.
3. Sirkulasi
4. GCS
B. MAKAN-MINUM / NUTRISI
TB / BB, terdapat penurunan BB drastis.
Nafsu makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena
adanya nyeri telan, kesukaran menelan, benjolan pada leher,
kebersihan mulut buruk, inflamasi / drainase oral.
III. ELIMINASI
IV. INTEGRITAS KULIT
V. MELAKUKAN MOBILISASI
Kelamahan, kelelahan
VI. ISTIRAHAT DAN TIDUR
Klien apabila tidur biasanya disertai dengan mendengkur keras.
VII. KEBERSIHAN DIRI
Kemunduran kebersihan mulut
VIII. NEUROSENSORIK
Diplopia, ketulian, kesemutan, parastesia otot wajah, ketulian
konduksi, hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub
mandibular), parau menetap (gejala dominan dan dini kanker laring
intrinsik)
IX. LINGKUNGAN SOSIAL
Terdapat riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan
serbuk / kayu, kimia toksik / serbuk, logam berat. Perasaan takut aka
kehilangan suara, ansietas, depresi, marah, menolak., kurang
dukungan sistem keluarga, perubahan tinggi suara, enggan untuk
bicara,massalah tentang kemampuan berkomunikasi.
X. EKONOMI
Berhubungan dengan biaya perawatan selama sakit.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan No 1
Ketidakefektifan Kebersihan Jalan Nafas
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, ketidakefektifan bersihan
jalan nafas klien teratasi
Kriteria Hasil :
NOC: Respiratory Status: Airway Patency
No. Indikator 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
Respiratory Rate
Respiratory Rhytme
Depth of Inspiration
Ability to clear secretion
Keterangan Penilaian :
1 : severe (berat)
2 : substansial (mendekati berat)
3 : moderate (sedang)
4 : mild (ringan)
5 : norma
l
Intervensi NIC :
1. Identifikasi potensial insersi jalan nafas
2. Buang sekresi dengan batuk atau suction
3. Lakukan physical terapi pada dada
4. Instruksikan cara batuk efektif
5. Lakukan nebulizer jika diperlukan
6. Kolaborasikan pemberian bronkodilator
Diagnosa Keperawatan No 2
Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, pola nafas klien teratasi
Kriteria Hasil :
NOC: Respiratory Status: Airway Patency
No. Indikator 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
Respiratory Rate
Respiratory Rhytme
Depth of Inspiration
Dyspnea
Keterangan Penilaian :
1 : severe (berat)
2 : substansial (mendekati berat)
3 : moderate (sedang)
4 : mild (ringan)
5 : norma
Intervensi NIC :
1. Monitor tanda – tanda vital
2. Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal
3. Posisikan elevasi untuk dyspnea
4. Monitor RR dan status oksigen
5. Lakukan terapi fisik pada dada
6. Kolaborasi dengan tim medis
Diagnosa Keperawatan No. 3
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil :
NOC : Pain Level
No. Indikator 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Melaporkan nyeri
Lama episode nyeri
Ekspresi nyeri pada waja
Agitasi
Diaporesis
Muntah
Keterangan Penilaian :
1 : severe (berat)
2 : substansial (mendekati berat)
3 : moderate (sedang)
4 : mild (ringan)
5 : normal
Intervensi NIC :
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif
2. Ekplorasi pengetahuan dan kepercayaan klien terhadap nyeri
3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu klien
4. Promosikan istirahat yang adekuat
5. Kolaborasikan pemberian analgesik
Diagnosa Keperawatan No. 4
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, ketidakseimbangan nutrisi
klien teratasi
Kriteria Hasil :
NOC : Nutrition Status
No. Indikator 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
Intake Nutrisi
Intake Makanan
Intake Cairan
Hematokrit
Hydration
Keterangan Penilaian :
1 : severe (berat)
2 : substansial (mendekati berat)
3 : moderate (sedang)
4 : mild (ringan)
5 : normal
Intervensi NIC : Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan pada pasien
2. Berikan intake kalori sesuai kebutuhan
3. Berikan makanan berzat besi dan vitamin C sesuai kebutuhan
4. Monitor berat badan pasien
5. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
Diagnosa Keperawatan No. 5
Risiko Infeksi
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, tidak ada tanda – tanda
infeksi pada klien
Kriteria Hasil :
NOC : Infection severity
No. Indikator 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
Fever
Malaise
Loss of appetitie
Lethargy
Keterangan Penilaian :
1 : severe (berat)
2 : substansial (mendekati berat)
3 : moderate (sedang)
4 : mild (ringan)
5 : normal
Intervensi NIC : Nutrition Management
1. Pertahankan Iv line yang aseptic
2. Gunakan APD
3. Promosikan intake nutrisi
4. Kolaborasikan pemberian antibiotic
5. Ajarkan pasien dan keluarga cara mencegah infeksi