LP CA Laring

19
A. Definisi Merupakan karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada lapisan epitel di laring. Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulangannya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, di luar negeri karsinoma laring menempati tempat pertama dalam urutan keganasan di bidang THT (Nuryakin, 2012). B. Etiologi Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap. Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan /tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.

description

lp ca laring

Transcript of LP CA Laring

Page 1: LP CA Laring

A. Definisi

Merupakan karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada lapisan epitel di

laring. Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih

merupakan masalah, karena penanggulangannya mencakup berbagai segi. Sebagai

gambaran perbandingan, di luar negeri karsinoma laring menempati tempat pertama

dalam urutan keganasan di bidang THT (Nuryakin, 2012).

B. Etiologi

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para

ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan

resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan

beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah

rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan

di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang

tidak merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai

dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap. Yang terpenting pada penanggulangan

karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan /tindakan yang tepat dan

kuratif, karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan

utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan

memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.

C. Gejala

1. Serak

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita

suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada

sangaat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, kecepatan getaran

dan ketegangan pita suaara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal befungsi

secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan

celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen rikoaritenoid, dan

kadang-kadang menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu

gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas

Page 2: LP CA Laring

suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.

Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor

tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap. Apabila

tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di

batas inferior pita suara serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan

subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada

kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak

nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofarig jarang

menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan

suara bergumun (hot potato voice).

2. Dispneu dan stridor.

Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat

timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh

massaa tumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi pita suara.

Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan

dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada

umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis kurang baik.

3. Nyeri tenggorok.

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

4. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus

piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas

postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor

ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

4. Batuk dan hemoptisis.

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan

tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis

sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.

6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan

penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau

metastase lebih jauh.

Page 3: LP CA Laring

7. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor

ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi

tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium.

Page 4: LP CA Laring

D. PatofisiologiFaktor predisposisi

(alkohol, rokok, radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

CA Laring

Metastase supraglotik

Obstruksi lumen oesophagus

Disfagia progresif

Intake kurang

BB turun

KetidakseimbanganNutrisi kurang dari

kebutuhan

Plica Vocalis

Suara parau

Afonia

Suara parau

Hambatan komunikasi

verbal

Menekan/ mengiritasi

serabut saraf

Nyeri tekan

Gangguan rasa nyaman:

nyeri

Obstruksi jalan Nafas

Mengiritasi sel laring

Infeksi sel mukosa

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Risiko Infeksi

Sesak nafas

Ketidakefektifan pola nafas

Page 5: LP CA Laring

E. KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING

SUPRAGLOTIS

Tis Karsinoma insitu

T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih

baik).

T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis

masih bisa bergerak (tidak terfiksir).

T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah

krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan

arah ke rongga pre epiglotis.

T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan

lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

GLOTIS

Tis Karsinoma insitu.

T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara

masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat

bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).

T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar

dari laring.

SUBGLOTIS

Tis karsinoma insitu

T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.

Page 6: LP CA Laring

T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau

sudah terfiksir.

T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring

atau kedua-duanya.

Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

Nx Kelenjaar limfa tidak teraba

N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm

homolateral.

N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 -

6 cm.

N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak

lebih daari 6 cm.

N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6

cm.

N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih

daaari 6 cm.

N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

METASTASIS JAUH (M)

Mx Tidak terdapat/terdeteksi.

M0 Tidak ada metastasis jauh.

M1 Terdapat metastasis jauh.

STAGING (STADIUM)

ST1 T1 N0 M0

STII T2 N0 M0

Page 7: LP CA Laring

STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0

STIV T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

T1/T2?T3/T4 N1/N2/N3 M3

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan

kaca laring atau langsung dengan mengguinakkn laringoskop. Pemeriksssaan

penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga

pemeriksaan radiologik. Foto thorak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada

tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat

memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-

epiglotis serta metastasis kelenjar getah beningleher. Diagnosis paasti

ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomik dari bahan biopsi laring, dan

biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil

atologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

G. Penatalaksanaan

Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan , maka ditentukan tindakan

yang akan diambil sebagai penenggulangannya. Ada 3 cara penanggulangan

yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatiska ataupun

kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum

pasien. Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan

radiasi, staium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan

operasi dengan rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk radiasi.

Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung

lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila

terdapat penjalaran ke kelenjar limfaa leher. Di bagian THT RSCM tersering

dilakukan laringektomi totalis, karena beberapa pertimbangan, sedangkan

Page 8: LP CA Laring

laringektomi parsial jarang dilakukan, karena tehnik sulit umtuk menentukan

batas tumor.

Pemakaian sitostatiska belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian

sitostatiska tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping

harga obat yang relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien.

Para ahli berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling

baik diantara tumor-tumor daerah traktus aerodigestivus, bila dikelola dengan

tepat, cepat dan radikal.

Page 9: LP CA Laring

H. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS KLIEN :

I. RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluhan utama : dyspneu, sakit menelan, suara serak.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Ada riwayat merokok, aktifitas yang

berhubungan dengan suara.

II. PENGKAJIAN FISIK DAN POLA FUNGSI

A. KARDIORESPIRASI

1. Tanda-tanda vital : Tensi, Nadi, Suhu, Pernafasan

2. Respirasi : batuk, stridor, dyspneu, riwayat penyakit paru

kronis, batuk dengan atau tanpa sputum.

3. Sirkulasi

4. GCS

B. MAKAN-MINUM / NUTRISI

TB / BB, terdapat penurunan BB drastis.

Nafsu makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena

adanya nyeri telan, kesukaran menelan, benjolan pada leher,

kebersihan mulut buruk, inflamasi / drainase oral.

III. ELIMINASI

IV. INTEGRITAS KULIT

V. MELAKUKAN MOBILISASI

Kelamahan, kelelahan

VI. ISTIRAHAT DAN TIDUR

Klien apabila tidur biasanya disertai dengan mendengkur keras.

VII. KEBERSIHAN DIRI

Kemunduran kebersihan mulut

VIII. NEUROSENSORIK

Diplopia, ketulian, kesemutan, parastesia otot wajah, ketulian

konduksi, hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub

Page 10: LP CA Laring

mandibular), parau menetap (gejala dominan dan dini kanker laring

intrinsik)

IX. LINGKUNGAN SOSIAL

Terdapat riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan

serbuk / kayu, kimia toksik / serbuk, logam berat. Perasaan takut aka

kehilangan suara, ansietas, depresi, marah, menolak., kurang

dukungan sistem keluarga, perubahan tinggi suara, enggan untuk

bicara,massalah tentang kemampuan berkomunikasi.

X. EKONOMI

Berhubungan dengan biaya perawatan selama sakit.

Page 11: LP CA Laring

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No 1

Ketidakefektifan Kebersihan Jalan Nafas

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, ketidakefektifan bersihan

jalan nafas klien teratasi

Kriteria Hasil :

NOC: Respiratory Status: Airway Patency

No. Indikator 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

Respiratory Rate

Respiratory Rhytme

Depth of Inspiration

Ability to clear secretion

Keterangan Penilaian :

1 : severe (berat)

2 : substansial (mendekati berat)

3 : moderate (sedang)

4 : mild (ringan)

5 : norma

l

Page 12: LP CA Laring

Intervensi NIC :

1. Identifikasi potensial insersi jalan nafas

2. Buang sekresi dengan batuk atau suction

3. Lakukan physical terapi pada dada

4. Instruksikan cara batuk efektif

5. Lakukan nebulizer jika diperlukan

6. Kolaborasikan pemberian bronkodilator

Diagnosa Keperawatan No 2

Ketidakefektifan pola nafas

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, pola nafas klien teratasi

Kriteria Hasil :

NOC: Respiratory Status: Airway Patency

No. Indikator 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

Respiratory Rate

Respiratory Rhytme

Depth of Inspiration

Dyspnea

Keterangan Penilaian :

1 : severe (berat)

2 : substansial (mendekati berat)

3 : moderate (sedang)

4 : mild (ringan)

5 : norma

Page 13: LP CA Laring

Intervensi NIC :

1. Monitor tanda – tanda vital

2. Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal

3. Posisikan elevasi untuk dyspnea

4. Monitor RR dan status oksigen

5. Lakukan terapi fisik pada dada

6. Kolaborasi dengan tim medis

Diagnosa Keperawatan No. 3

Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri klien berkurang

Kriteria Hasil :

NOC : Pain Level

No. Indikator 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Melaporkan nyeri

Lama episode nyeri

Ekspresi nyeri pada waja

Agitasi

Diaporesis

Muntah

Keterangan Penilaian :

1 : severe (berat)

2 : substansial (mendekati berat)

3 : moderate (sedang)

4 : mild (ringan)

5 : normal

Page 14: LP CA Laring

Intervensi NIC :

1. Lakukan pengkajian yang komprehensif

2. Ekplorasi pengetahuan dan kepercayaan klien terhadap nyeri

3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu klien

4. Promosikan istirahat yang adekuat

5. Kolaborasikan pemberian analgesik

Diagnosa Keperawatan No. 4

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, ketidakseimbangan nutrisi

klien teratasi

Kriteria Hasil :

NOC : Nutrition Status

No. Indikator 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

5.

Intake Nutrisi

Intake Makanan

Intake Cairan

Hematokrit

Hydration

Keterangan Penilaian :

1 : severe (berat)

2 : substansial (mendekati berat)

3 : moderate (sedang)

4 : mild (ringan)

5 : normal

Intervensi NIC : Nutrition Management

Page 15: LP CA Laring

1. Kaji adanya alergi makanan pada pasien

2. Berikan intake kalori sesuai kebutuhan

3. Berikan makanan berzat besi dan vitamin C sesuai kebutuhan

4. Monitor berat badan pasien

5. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

Diagnosa Keperawatan No. 5

Risiko Infeksi

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, tidak ada tanda – tanda

infeksi pada klien

Kriteria Hasil :

NOC : Infection severity

No. Indikator 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

Fever

Malaise

Loss of appetitie

Lethargy

Keterangan Penilaian :

1 : severe (berat)

2 : substansial (mendekati berat)

3 : moderate (sedang)

4 : mild (ringan)

5 : normal

Intervensi NIC : Nutrition Management

Page 16: LP CA Laring

1. Pertahankan Iv line yang aseptic

2. Gunakan APD

3. Promosikan intake nutrisi

4. Kolaborasikan pemberian antibiotic

5. Ajarkan pasien dan keluarga cara mencegah infeksi