Long Case Prast (Demam Tipoid)

77
LAPORAN LONG CASE OBSERVASI FEBRIS SUSPECT DEMAM TIFOID Disusun Oleh : Prasetyo Tri Kuncoro K1A005035 Preseptor Fakultas : dr. Agung S Dwi Laksana, Ph.D KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Transcript of Long Case Prast (Demam Tipoid)

Page 1: Long Case Prast (Demam Tipoid)

LAPORAN LONG CASE

OBSERVASI FEBRIS

SUSPECT DEMAM TIFOID

Disusun Oleh :

Prasetyo Tri Kuncoro

K1A005035

Preseptor Fakultas :

dr. Agung S Dwi Laksana, Ph.D

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2010

Page 2: Long Case Prast (Demam Tipoid)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

OBSERVASI FEBRIS

SUSPECT DEMAM TIFOID

Prasetyo Tri Kuncoro

K1A 005 035

Telah diperiksa, disetujui, dan disahkan judul

Pada hari , 2010

Mengetahui

Perseptor Lapangan : Perseptor Fakultas :

d r. Purwanto d r. Agung S Dwi Laksana, M.Sc PH

NIP. 1966 0223 2002 12202 NIP. 1967 0905 2000 121001

Page 3: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. Tono

Alamat lengkap : Rt 01/Rw V Desa Sawangan Kec Kebasen Kab.

Banyumas.

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1. Tono KK L 31 th SD Buruh -

2. Sri

Komarsih

Ibu P 30 th SD Ibu rumah

tangga

-

3. Anggun Anak I P 10 th SD Pelajar Pasien

Demam

tifoid

4. Icu Anak II L 7 th TK Pelajar -

5. Dede Anak III L 4 th - - -

Sumber : Data Primer, Februari 2010

Kesimpulan :

Kesimpulan dari demografi keluarga Bapak Tono yang berbentuk nuclear

family. Bapak Tono mempunyai 3 orang anak dengan anggun sebagai anak

pertama, Icu anak kedua dan Dede anaka ketiga. An. Anggun berjenis kelamin

perempuan, umur 10 tahun menderita penyakit Demam tifoid.

Page 4: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB II

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang

penderita demam tifoid, berjenis kelamin perempuan yang berusia 10 tahun.

B. ANAMNESIS

1. Identitas Penderita

Nama : An. Anggun

Umur : 10 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Rt 01/ Rw V Desa Sawangan Kec Kebasen, Kab.

Banyumas.

Status Pernikahan : Belum Menikah

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 2 Februari 2009

2. Keluhan Utama : demam

3. Keluhan Tambahan : Perut sakit, lemas, pusing, mual, kembung, kaki

pegal dan mencret.

4. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD Puskesmas Kebasen dengan keluhan

demam. Sebelum masuk Puskesmas, pasien berobat ke mantri dan diberi

obat penurun panas, namun demam tidak kunjung sembuh. Kemudian

pasien di bawa ke Puskesmas. Demam dikeluhkan sejak + 2 hari sebelum

masuk puskesmas. Demam muncul perlahan-lahan, awalnya nglemeng,

lama-kelamaan menjadi tinggi. Demam biasanya naik-turun, pasien

merasa suhu badannya naik saat sore hari dan suhu tubuh dirasakan lebih

rendah saat pagi hari.

Page 5: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Keluahan laian yang dirasakan pasien adalah mual, batuk, pusing,

nyeri perut, nyeri kaki dan mencret. Satu hari pasien Buang Air Besar

(BAB) sebanyak 5 kali. Sekali BAB sebanyak ¼ gelas belimbing dengan

konsistensi cair. Keluhan ini menyebabkan pasien tidak nafsu makan.

Pasien tidak mengeluh pilek dan sesak nafas. Sebelum demam, pasien

memakan bakso di pinggir jalan.

Satu bulan sebelumnya pasien juga mengalami gejala yang sama.

Pasien mengalami panas dan nyeri perut selama 1 minggu. Kemudian

pasien berobat ke mantri dan dinyatakan sembuh.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit yang sama : Disangkal

- Riwayat penyakit maag : Disangkal

- Riwayat mondok : Disangkal

- Riwayat alergi : susu sapi.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluhan yang sama dengan orang tua : Disangkal

- Keluhan yang sama dengan keluarga : Disangkal

- Keluhan yang sama dengan saudara kandung : Disangkal

7. Riwayat Sosial dan Exposure

Community

Rumah pasien berada di daerah pegunungan dengan jarak rumah yang

satu dengan rumah yang lainnya cukup berjauhan. Lingkungan sekitar

rumah pasien kurang memenuhi syarat kesehatan dengan kebersihan

lingkungan yang kurang. Di sekitar rumah pasien terdapat tempat

pembuangan sampah umum.

Home

Rumah pasien kurang memenuhi kriteria rumah sehat, seperti ventilasi

udara kurang, cahaya yang masuk ke rumah baik, dinding rumah

terbuat dari bilik dan tidak diplester, lantai rumah dari masih dari

tanah, terdapat tungku kayu untuk memasak makanan sehari-hari.

Hobby

Pasien mempunyai hobi bermain dengan teman-teman sebayanya.

Page 6: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Occupational

Pasien masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4.

Personal habit

Pasien sering makan makanan pedas dan jajan disembarang tempat.

Diet

Nasi, sayur, lauk pauk, terkadang buah.

Drug

Obat yang biasa dibeli di warung.

8. Riwayat Psiko Sosio Ekonomi

Ayah penderita bekerja sebagai buruh, dan ibu sebagai ibu umah

tangga. Penderita tinggal di rumah bersama bapak dan ibunya. Kebutuhan

sehari-hari dicukupi dengan penghasilan kurang lebih 600 ribu per bulan.

Hubungan penderita dengan anggota keluarga yang lain saling

mendukung. Orangtua penderita peduli dengan kesehatan anggota

keluarganya. Dalam kehidupan sosial penderita banyak bergaul dengan

teman sebayanya.

9. Riwayat Gizi

Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi

sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, kerupuk, dan

jarang dengan daging, makanan kadang tidak habis, terkadang konsumsi

buah-buahan. dan jarang minum susu. Kesan gizi kurang

10. Anamnesis Sistem

a. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

b. Kepala : sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak

rontok, berwarna hitam, luka pada kepala (-),

benjolan/borok di kepala (-)

c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), gatal(-),

penglihatan kabur (-)

d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-)

f. Mulut : sianosis (-)

g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

Page 7: Long Case Prast (Demam Tipoid)

h. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk berdahak (-), mengi (-), pilek

(-), batuk darah (-)

i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (+), nafsu makan

menurun (+), nyeri perut (+)

k. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa

l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan (-) dan nyeri kaki (+),

nyeri otot (-)

n. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak lemah, kesadaran compos mentis, status gizi kesan kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 108 x/menit, reguler, isi & tekanan cukup

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 38,7 oC

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 25 kg

TB : 120 cm

BMI : BB/(TB dalam meter)2 = 25 /(1,2)2 = 17,3 = kesan

underweight

Status Gizi : Gizi kurang

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), roseola (-)

4. Kepala

Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m.

temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah (-)

Page 8: Long Case Prast (Demam Tipoid)

5. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak coklat kehitaman, katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/ uveitis (-/-)

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (+), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (+), tremor (-)

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

10. Leher

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe

(-), lesi pada kulit (-)

11. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

Pa : ictus cordis tak kuat angkat

Per : Batas kiri atas : SIC II LPSS

Batas kiri bawah : SIC V 2 jari medial LMCS

Batas kanan atas : SIC II LSD

Batas kanan bawah : SIC IV LSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1 > S2 regular, murmur (-), Gallop (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan = kiri

Pa : fremitus raba kanan = kiri

Pe : sonor/sonor, peranjakan paru memendek

Page 9: Long Case Prast (Demam Tipoid)

A : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), wheezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I : pergerakan dada kanan = kiri

Pa : fremitus raba kanan = kiri

Pe : sonor/sonor, peranjakan paru memendek

A : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), wheezing (-/-)

12. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

Pa :supel, nyeri tekan (+) di regio epigastrik dan inguinal sinistra, hepar

dan lien tak teraba

Pe : timpani seluruh lapang abdomen

A :Bising usus (+) meningkat

13. Sistem Collumna Vertebralis

I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-), gibus (-)

Pa :nyeri tekan (-)

14. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

- - - -

- - - -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah lengkap

2. Urin Analisis

3. Tes fungsi hepar SGPT dan SGOT

4. Tes Widal

5. Kultur

E. RESUME

An. Anggun, perempuan, usia 10 tahun menderita demam yang disertai

mual, pusing, perut sakit dan mencret. Demam dikeluhkan sejak 2 hari

sebelum masuk puskesmas. Demam muncul perlahan-lahan, awalnya

nglemeng, lama-kelamaan menjadi tinggi dan naik pada malam hari. Pasien

Page 10: Long Case Prast (Demam Tipoid)

mengeluhkan mual perut sakit, pusing dan mencret. Satu hari pasien Buang

Air Besar (BAB) sebanyak 5 kali. Sekali BAB sebanyak ¼ gelas belimbing

dengan konsistensi cair. Sebelum demam, pasien memakan bakso di pinggi

jalan.

Tabel . Master Problem List

No Approx.

Date of

onset

Date

Problem

Recorded

Active Problems Inaktive/

Resolved

Problems

Date

Resolved

1. 31-01-10 2-02-10 An. A mondok di

Puskesmas karena panas,

nyeri perut, mencret,

pusing dan kaki pegal

- -

2. 1-01-10 2-01-10 An. A periksa ke

mantri karena

menderita panas, nyeri

perut dan kaki pegal.-

14-01-10-

3. 2002 2002 An. A alergi terhadap

susu

F. DIAGNOSIS HOLISTIK

An. Anggun berasal dari keluargagolongan ekonomi rendah, sebagai

anak pertama dalam keluarga inti menderita demam tifoid.

1. Aspek Personal

Pasien mengeluh demam.

Idea : pasien berharap penyakitnya segera sembuh.

Concern : pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk

mendukung pengobatannya, mendukung dirinya dalam

mengendalikan penyakitnya dan dukungan dari segi

moral pasien.

Page 11: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh,

agar dapat beraktifitas, sekolah dan bermain bersama

temannya.

Anxiety : pasien takut akan kondisi kesehatannya yang belum stabil.

Kedaan ini sangat mengganggu aktifitas sehari-hari

terutama dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

2. Aspek klinis

Diagnosa differential adalah demam tifoid, dengue fever, dan malaria.

Gejala klinis yang muncul adalah demam, mual, perut sakit, pusing, nyeri

kaki dan menret.

3. Faktor internal kepribadian

Usia pasien 10 tahun dan berjenis kelamin perempuan merupakan

masa usia yang rentan terjadi serangan demam tifoid.

Status gizi pasien yang kurang juga dapat menyebabkan pasien rentan

terserang penyakit.

Kebiasaan pasien makan pedas dan jajan di sembarang tempat

merupakan faktor resiko terjadinya demam tifoid.

Kepribadian pasien termasuk dalam kepribadian terbuka, mau

menerima nasehat orang lain.

4. Aspek Faktor Eksternal

Pasien tinggal di daerah pegunugnan dengan lingkungan jarang

penduduk dan jauh dari jalan raya

Tempat tinggal pasien dekat dengan tempat pembuangan sampah.

Disekitar rumah pasien ada tetangga yang memiliki gejala serupa

dengan pasien.

Rumah pasien berukuran kecil, terbuat dari tembok bilik dengan

lantaiterbuat dari tanah dan ventilasi serta pencahayaan rumah pasien

kurang.

Ibu masih menggunakan pawon sebagai alat memasak.

Pasien masih bersekolah di SD.

Orangtua pasien hanya bersekolah hingga SD dan SD.

Page 12: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Penghasilan orangtua hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer

keluarga.

Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup sulit dijangkau, hal

ini dikarenakan rumah berada di daerah pegunungan dan tidak dapat

dilewati oleh kendaraan bermotor. Jarak tempuh rumah pasien dengan

puskesmas sekitar 30 menit.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mengeluh demam dan

tidak bisa melalukan aktifitas seperti biasanya.

G. PENATALAKSANAAN

1. Personal

Terapi farmakologis :

1. Infus RL 250 cc selanjutnya RL D5 = 1:1

2. Kloramfenikol syrup 4 x C 1

3. Paracetmol 3 x 250

4. Anatsida 3 ½ tab

5. CTM 3 x ½ tab

6. Injeksi ranitidin 2 x ½ ampul IV

7. Injeksi dexametason 3 x ½ a,mpul IV pelan

Terapi non farmakologis :

1. Istirahat total

2. Konsumsi makanan rendah serat. Kurangi aktifitas fisik yang berat.

3. Diet bubur halus

4. Jaga higeinitas

5. Jaga daya tahan tubuh.

Patient Centre Management

a. Dukungan Psikologis

Suport psikologis biasanya perlu diberikan oleh keluarga pasien.

Hal ini berkaitan dengan penyakit demam tifoid yang membutuhkan

waktu yang cukup lama agar dapat benar-benar sembuh. Pasien harus

dimotivasi agar mau beristirahat total minimal selama satu minggu.

Page 13: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko apa saja yang

dapat menyebabkan penyakit demam tifoid.

b. Penentraman Hati

Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung

pengobatan pasien. Penyakit demam tifoid pada anak jarang

menimbulkan komplikasi pada anak. Akan tetapi dibutuhkan

kesabaran dari pasien untuk istirahat total dan tidak melakukan

aktifitas total minimal selama 1 minggu. Motivasi keluarga terhadap

pasien juga diperlukan agar pasien mau meminum obat secara teratur

agar pasien cepat sembuh. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh

hati dalam pengobatan pasien.

c. Penjelasan mengenai penyakit demam tifoid

Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien bahwa

pasien harus beristirahat secar total selama minimal satu minggu agar

kondisi pasien cepat membaik dan tidak terjadi komlikasi yang tidak

diinginkan. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko

yang dapat menyebabkan penyakit demam tipiod.

d. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera

dalam penatalaksanaan.

e. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan

promosi kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan

yang bergizi, istirahat yang cukup.

2. Keluarga

Menjaga higienitas, dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan,

memasak makanan dengan benar, dan tidak makan makanan disembarang

tempat yang tidak terjamin kebersihannya. Selain itu air harus dimasak sampai

mendidih.

3. Komunitas

Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat

pembuangan yang sudah disediakan dan buang air besar di WC umum.

Page 14: Long Case Prast (Demam Tipoid)

H. FOLLOW-UP PASIEN

Tanggal 3 februari 2010

S : demam (-), nyeri perut menurun, batuk, lemas, perut kembung mual dan

mencret.(BAB 5 x sehari)

O : KU baik, compos mentis

Tanda vital

R : 20 x/menit

N : 100 x/menit

S : 36, 6 0C

Lidah kotor (+)

BB : 25 kg

TB : 120 cm

A : observasi febris suspect demam tifoid

P : Terapi medikamentosa berupa infus RL: D5 = 1:1, Kloramfenikol syrup

4 x 250, Paracetmol 3 x 250, Anatsida 3 ½ tab, CTM 3 x ½ tab, Injeksi

ranitidin 2 x ½ ampul IV, Injeksi dexametason 3 x ½ ampul IV pelan.

Terapi non farmakologis, istirahat total, konsumsi makanan rendah serat,

Kurangi aktifitas fisik yang berat, diet bubur halus, jaga higeinitas, jaga

daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered

management, berupa dukungan psikologis, managemen stress,

penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic

konseling pada keluarga dan edukasi pasien.

Tanggal 4 Februari 2010

S : panas (+) ↑, terus menerus, lemas (+), perut sakit (+) ↓, pusing (+),

mengigau malam hari, BAB cair.

O : KU baik, compos mentis

Tanda vital

: R : 16 x/menit

N : 80 x/menit

Page 15: Long Case Prast (Demam Tipoid)

S : 40 0C

Lidah kotor (+)

BB : 25 kg

TB : 120 cm

A : observasi febris suspect demam tifoid

P : Terapi medikamentosa berupa amoxcicilin 3 x 250 dan terapi sebelumya

dilanjutkan. sedangkan non medika mentosa. Terapi non farmakologis,

istirahat total, konsumsi makanan rendah serat, Kurangi aktifitas fisik

yang berat, diet bubur halus, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh

Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa

dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan

tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan

edukasi pasien.

Tanggal 5 Februari 2010

S : panas (+) tinggi, perut sakit (+), kembung (+), BAB (-), batuk (+)

O : KU baik, compos mentis

Tanda vital

R : 16 x/menit

N : 100 x/menit

S : 38,5 0C

Lidah kotor (+)

BB : 25 kg

TB : 120 cm

A : observasi febris suspect demam tifoid

P : terapi medika mentosa diteruskan dan terapi non medikamentosa

istirahat total, konsumsi makanan rendah serat, Kurangi aktifitas fisik

yang berat, diet bubur halus, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh.

Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa

dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan

tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan

edukasi pasien.

Page 16: Long Case Prast (Demam Tipoid)

I. FLOW SHEET

Nama : An. A

Diagnosis : Demam Tifoid

No Tgl Problem N RR TBB

kg

TB

cmPlanning Target

1

.

2-02-10 - demam

- nyeri perut

(+)

- Lemas

- Pusing

- Mual

- Kembung

- kaki pegal

- mencret.

108 20 38,7 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Anatsida

- CTM

- Injeksi

ranitidin IV,

- Injeksi

dexametason

IV pelan.

- edukasi

Demam turun,

nyeri perut

menghilang

2 3-02-10 - demam (-)

- nyeri perut

menurun,

- batuk,

- lemas,

- perut

kembung

- mual

- mencret

(BAB 5 x

sehari)

100 20 36,6 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Anatsida

- CTM

- Injeksi

ranitidin IV,

- Injeksi

dexametason

IV pelan.

- edukasi

Nyeri perut

berkurang,

mual

berkurang,

dan diare

berkurang.

3 4-02-10 - panas (+) ↑

- lemas (+),

- nyeri perut ↓

- pusing (+),

80 20 40 25 120 - infus RL: D5

- Amoxicilin

- Kloramfenikol

syrup,

Demam

menurun,

Page 17: Long Case Prast (Demam Tipoid)

- mengigau

malam hari,

- BAB cair

- Paracetmol

- Anatsida

- CTM

- Injeksi

ranitidin IV,

- Injeksi

dexametason

IV pelan.

- edukasi

4 5-02-10 - panas (+)

- nyeri perut

(+)

- kembung

(+),

- BAB (-),

- batuk (+)

84 20 38,5 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Amoxcicilin

- GG

- CTM

- Diet makanan

bergizi

- Edukasi

- Demam

turun,

- Nyeri

perut

menurun

5 6-02-10 - Panas (+) ↑↓

- nyeri perut

(+)

- BAB normal

80 20 38,5 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Amoxcicilin

- GG

- CTM

- Diet makanan

bergizi

- Edukasi

- Demam

turun

- Nyeri

perut

menurun

6 7-02-10 - Panas (+) ↑↓

- Nyeri perut

(+)

84 20 37,8 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Amoxicilin

- Demam

turun

- Nyeri

perut

menurun

Page 18: Long Case Prast (Demam Tipoid)

- B compleks

- Calk

- Vitamin C

Diet makanan

bergizi

- Edukasi

8 8-02-10 - Panas

nglemeng

- Nyeri perut

(+)

84 20 37,8 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Amoxicilin

- B compleks

- Calk

- Vitamin C

Diet makanan

bergizi

- Edukasi

- Demam

turun

- Nyeri

perut

menurun

9 9-02-10 - Panas

nglemeng

- Nyeri perut

(+)

84 20 38,5 25 120 - infus RL: D5

- Kloramfenikol

syrup,

- Paracetmol

- Amoxicilin

- B compleks

- Calk

- Vitamin C

Diet makanan

bergizi

- Edukasi

- Rujuk RSUD

Banyumas

- Demam

turun

- Nyeri

perut

menurun

Page 19: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An.

Anggun, An, Icu, dan An. Dede.. Bapak Tono berusia 31 tahun, yang

merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu Sri sumarsih adalah ibu

kandung dari penderita, berumur 30 tahun. Adik an. Angun yaitu Icu

berusia 7 tahun dan dede berusia 4 tahun. Keluarga pasien merupakan

keluarga yang cukup sadar mengenai kesehatan. Saat penderita

mengalami demam, keluarga penderita langsung membawa pasien ke

dokter. Setelah gejala pasien tidak kunjung sembuh, pasien langsung

dibawa ke Puskesmas. An. Anggung saat berobat di dampingi oleh

ibunya. Setelah ke dokter, An. S didiagnosis demam tifoid.

2. Fungsi Psikologis

An. Anggun tinggal serumah dengan bapak dan ibu kandungnya.

Bapak Tono dan ibu ibu Sri sangat menyayangi dari An. Anggun. An.

Anggun juga sering berkumpul dengan keluarga disaat sore hari. An.

Anggun aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan masyarakat, An. S

sering bermain dengan teman sebayanya.

3. Fungsi Sosial

An. Anggun rajin bersekolah dan memiliki banyak teman di

sekolahnya. An. S bersekolah dari jam 07.00 WIB hingga jam 12.00 WIB.

Dalam lingkungan tempat tinggal An. S juga sering bermain dengan teman

sebayanya dan memiliki banyak teman.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga An. Anggun berasal dari penghasilan bapak

yang tiap bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.600.000,-. Biaya pengobatan

pasien di Puskesmas menggunakan Jamkesmas.

Page 20: Long Case Prast (Demam Tipoid)

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R

SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.

A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota

keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis

keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =

baik.

ADAPTATION

Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan

dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu

masalah selalu menceritakan kepada ibunya. Penyakitnya ini kadang

mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

PARTNERSHIP

Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa

singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga

lainnya, komunikasi dengan istri dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.

GROWTH

Pasien merasa bersyukur masih dapat menjalani aktifitasnya sehari-hari yaitu

bersekolah.

AFFECTION

Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan kedua

adiknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu

pula sebaliknya.

RESOLVERasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun

dari saudara-saudara.

A.P.G.A.R An. A Terhadap Keluarga Hampir

selalu

Kadang

-kadang

Hampir

tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

Page 21: Long Case Prast (Demam Tipoid)

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6

A.P.G.A.R Tn. T. Terhadap Keluarga Hampir

selalu

Kadang

-kadang

Hampir

tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

Page 22: Long Case Prast (Demam Tipoid)

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6

A.P.G.A.R Ny. S Terhadap Keluarga Hampir

selalu

Kadang

-kadang

Hampir

tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+6+7+)/3

= 6,3

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah

19, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,3. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam

keadaan sedang.

Page 23: Long Case Prast (Demam Tipoid)

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga An. S dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

SUMBER PATOLOGI KET

Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga

dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan

kemasyarakatan kurang aktif.

-

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal

ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam

keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya

yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang

bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan

bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

-

Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik,

hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang

rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Saat

tidak sakit penderita rutin mengaji di sore hari di masjid

dekat rumah.

-

Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, pendapatan

hanya cukup untuk memenuhi keburuhan primer

kebutuhan sekunder masih belum bisa terpenuhi.

+

Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.

Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang.

Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas

pendidikan seperti buku dan koran terbatas.

+

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga

menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan

fasilitas Jamkesmas untuk berobat.

-

Page 24: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Keterangan :

Social (-) artinya keluarga An. A sudah berperan aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan.

Cultural (-) artinya keluarga An. A masih aktif dalam pergaulan

sehari-hari. Keluarga An. A masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti

keluarga An.S masih mengikuti tradisi yasinan, mauludan, menggunakan

bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

Religion (-) artinya keluarga An. A sudah memiliki pemahaman

agama yang cukup untuk seusianya, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan

An. A dalam mengikuti pengajian jika An. A tidak sedang sakit.

Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong

rendah, pendapatan hanyacukup untuk memenuhi kebutuhan primer.

Education (+) artinya keluara Tn. S masih memiliki pengetahuan

yang kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan.

Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien

sudah baik, yaitu dengan langsung mengunjungi Puskesmas terdekat tidak

berobat ke dukun atau yang semisalnya.

Kesimpulan :

Dalam keluarga An. S fungsi patologis yang positif adalah fungsi economi

dan fungsi edukasi.

D. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga An. A

DALAM SATU RUMAH

Ny.S

Tn.T

An.W

An. D An. I

Tn.T

Page 25: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Sumber : Data Primer, 4 Februari 2009

Keterangan : hubungan baik

Kesimpulan :

Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn.T baik-baik saja dan

sangat harmonis dan saling dukung mendukung.

Page 26: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Pasien mulai menderita demam 2 hari sebelum masuk Puskesmas.

Saat ini, dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

Pasien tinggal di daerah pegunungan yang jarang penduduk dengan rumah

yang sederhana. Rumah pasien tidak memiliki jamban sendiri. Keluarga

pasien biasa BAB di WC umum. Pencahayaan rumah dan ventilasi udara

kurang, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan rumah yang berada pada

daerah pegunungan.

Pasien mempunyai kebiasaan jajan makanan disembarang tempat.

Pasien sering jajan di sekolah atau penjual keliling tanpa memperhatikan

kebersihan makanan tersebut. Pada saat sebelum demam, pasien

sebelumnya mengkonsumsi bakso.

Komunikasi yang terjalin dalam keluarga ini cukup baik dan

harmonis. Semua anggota keluarga berusaha mengutarakan penapatnya

saat sedang ada masalah. Akan tetapi, anak-anak lebih sering

berkomunikasi dengan ibu dibandingkan dengan bapaknya. Anak-anak

jarang untuk bercerita mengenai masalahnya kepada sang ayah karena

merasa takut.

Anak A adalah anak yang pendiam. Dia hanya berbicara

seperlunya saja, sehingga dia lebih sering memendam keinginannya

dibandingkan mengutarakannya kepada orang tuanya apalagi kepada

bapaknya. An. A lebih sering bercerita kepada ibunya.

2. Faktor Non Perilaku

Dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi

bawah. Keluarga ini hanya memiliki satu sumber penghasilan yaitu gaji

dari Bapak Tono sebagai buruh.

Page 27: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Rumah pasien berada di daerah pegunungan. Rumah yang dihuni

keluarga ini tidak termasuk rumah sehat dikarenakan sirkulasi udara dan

pencahayaanya kurang yang menyebabkan udara di dalam rumah lembab.

Rumah pasien juga tidak memiliki jamban sediri. Selain itu jarak antara

rumah pasien dengan pelayanan kesehatan terdekat cukup jauh. Waktu

yang ditempuh untuk ke Puskesmas sekitar 30 menit dengan menggunakan

kendaraan bermotor.

Orang tua pasien hanya lulus sampai SD. Hal ini menyebabkan

pengetahuan dan kesadaran dari keluarga pasien mengenai kesehatan

menjadi kurang. Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit apa yang

diderita oleh pasien dan apa yang harus dilakukan pada saat pasien sakit.

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

: faktor non perilaku

: faktor perilaku

Keluarga An. A

Pengetahuan :Keluarga kurang

mengetahui penyakit penderita

Lingkungan:Lembab dan sedikit

sinar matahari.Tidak ada jamban

sendiri.

TindakanKebiasaan pasien

jajan makanan disembarang tempat

Pelayanan Kesehatan:Jika sakit berobat ke dokter

dan puskesmas

Sikap:Kesadaran pasien akan

kesehatan kurang

Komunikasi:Pasien adalah anak yang pendiam. Pasien jarang

bercerita mengenai masalahnya

Page 28: Long Case Prast (Demam Tipoid)

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6 x 6 m2, memiliki

halaman rumah yang cukup luas dan menghadap ke utara. Terdapat pagar

pembatas. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur dan

ruang bersama. Rumah terbuat dari bilik dan lantai di semua ruangan

terbuat dari tanah. Atap rumah pasien terbuat dari genteng dan seng. .

Ruang tamu memiliki jendela dengan ukuran 2,5 X 2 m. Kamar tidur rumah

pasien memiliki jendela dengan ukuran 0,5x0,5m. Rumah pasien tidak

mempunyai kamar mandi. Pasien biasa mandi di WC umum yang berada di

dekat rumah.

2. Denah Rumah

Rumah pasien berukuran 6 X 6 m2 yang terdiri dari 2 kamar tidur,

1 ruang tamu, dan dapur. Tiap ruangan memiliki ukuran yang berbeda-

beda, ruang tamu berukuran 3,5 x 2 m, kamar tidur berukuran 3,5 x 2,5 m.

Rumah pasien menghadap kearah utara. Air yang digunakan untuk

kebutuhan sehari-hari menggunakan air yang ditampung dari gunung.

Kamar Tidur

Dapur Ruang Makan P e k a r a n g a n

Pekarangan rumah

Ruang Tamu

Jalan

Page 29: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB V

DAFTAR MASALAH

A. Problem List

MASTER PROBLEM LIST

No.Approx.

Date of

Onset

Date

Problem

Recorded

Active ProblemsInactive/

Resolved

Problems

Date

Resolved

1. 2002 2002 Alergi susu sapi

2. 2010 1-01-2010 Demam Tifoid 14-01-

2010

3. 1-02-2009 2-2-2010 Demam Tifoid

B. Masalah non medis :

1. Keluarga An, A kurang pengetahuan mengenai penyakit demam tifoid.

2. An. A sering jajan makanan disembarang tempat dan sering makan-

makanan pedas.

3. Kondisi rumah An. A ventilasi dan sirkulasi, ibu masih menggunakan

pawon untuk memasak.

4. Rumah pasien tidak memiliki jamban.

5. Kondisi ekonomi keluarga adalah kurang.

6. Fungsi fisiologis keluarga Tn. T adalah sedang.

7. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.

Page 30: Long Case Prast (Demam Tipoid)

C. Diagram Permasalahan Pasien

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

D. Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)

No

.

Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Keluarga An. S kurang

mengerti akan penyakit

demam tifoid

4 4 4 3 4 4 4 12.288

2. Pasien sering jajan di

sembarang tempat

5 4 5 3 4 4 5 24.000

3. Rumah pasien jauh dari

tempat pelayanan

kesehatan

3 3 4 3 3 4 4 5.184

4. Rumah kurang sehat 3 3 3 3 3 3 3 2.187

An. A 10 th dengan demam

tifoid

1. Keluarga An. A kurang mengerti akan penyakit demam tifoid

3. rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan

2. pasien sering jajan di sembarang tempat.

4. rumah kurang sehat

Page 31: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 = tidak penting

1 = agak penting

2 = cukup penting

3 = penting

4 = sangat penting

E. Prioritas Masalah

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah

keluarga Tn. T adalah sebagai berikut :

1. Pasien sering jajan di sembarang tempat.

2. Keluarga Tn. T kurang mengerti akan penyakit demam tifoid

3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.

4. Rumah kurang sehat

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah kebiasaan pasien jajan di

sembarang tempat. Pasien belum mengetahui akibat yang ditimbulkan dari

makan makanan yang tidak sehat. Hal ini juga dapat berkaitan dengan

pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai kesehatan.

Page 32: Long Case Prast (Demam Tipoid)

F. Pembinaan Keluarga

1. Tujuan

Tujuan Umum

Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih

memahami mengenai pengetahuan keluarga mengenai demam tifoid serta

penyebabnya yang dikaitkan dengan pola asuh terhadap anak.

Tujuan Khusus :

Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita dapat :

a. Mengetahui tentang penyebab demam tifoid.

b. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam

perjalanan penyakit demam tifoid.

c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit

demam tifoid.

2. Materi

Materi yang diberikan berupa pengetahuan mengenai demam tifoid.

Sasaran dari pembinaan ini adalah pasien dan keluarganya. Pembinaan

keluarga ini dilakukan pada tanggal 16 Februari 2010 dengan metode

penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarganya dan tanya jawab. Untuk

mengevaluasi dari pembinaan keluarga dilakukan dengan memberikan

pertanyaan kepada keluarga pasien. Selain itu diberikan pula management

penatalaksanaan demam tifoid kepada pasien dan keluarganya. Adapun

management penatalaksanaan demam tifoid yang diarahkan kepada pasien dan

keluarganya adalah sebagai berikut:

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Pengobatan

Melaksanakan terapi yang telah diberikan di Puskesmas

2. Menimbulkan tanggung jawab pada diri sendiri

Dalam hal ini, dokter berusaha memunculkan rasa tanggung jawab

pasien untuk menjaga kesehatannya sendiri termasuk dalam

meningkatkan higiene perseorangan. Pada kasus ini, dokter berusaha

memunculkan tanggung jawab kepada keluarga pasien untuk

Page 33: Long Case Prast (Demam Tipoid)

memperhatikan kesehatan anaknya dan memberi pengertian tentang

pentingnya menjaga kesehatan, sehingga apabila sakit hendaknya

segera berobat ke Puskesmas atau dokter.

3. Basic Konseling mengenai Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya demam tifoid

kembali pada anak yaitu:

Meningkatkan daya tahan tubuh antara lain :

- Makan makanan yang sehat, cukup kualitas dan kuantitasnya.

- Pemeliharaan kesehatan jasmani dengan olahraga yang teratur dan

cara hidup yang teratur (bekerja, beristirahat, rekreasi dan

menikmati hiburan pada waktunya).

- Pemeliharaan kesehatan rohani

B. FAMILY CENTERED MANAGEMENT

Pada prinsipnya tujuan dari manajemen ini adalah untuk

meminimalisir terjadinya kembali demam tifoid. Penanganannya hampir

sama dengan manajemen pasien namun dalam hal ini diutamakan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan pemahaman semua anggota keluarga

mengenai demam tifoid. Dalam hal ini, menjelaskan bahwa demam tifoid

tidak hanya disebabkan oleh makanan saja. Akan tetapi demam tifoid juga

bisa diakibatkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk, dan susu formula.

Dalam manajemen keluarga ini, diberikan pengertian kepada

keluarga mengenai demam tifoid secara menyeluruh baik dari faktor host,

agent dan lingkungan.

1. Faktor Host dan agent

a. Makan makanan yang bersih da sehat.

b. Konsumsi makanan rendah serat.

c. Olah raga yang teratur..

d. Jaga higeinitas

e. Jaga daya tahan tubuh.

2. Faktor lingkungan

Penyakit demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang

berbasis lingkungan. Terdapat dua faktor yang mendominasi, yaitu

Page 34: Long Case Prast (Demam Tipoid)

sarana air bersih dan pembuangan sampah. Kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor

lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman serta ditambah dengan

perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan

minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit demam tifoid.

2. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan dengan cara konseling pada keluarga dan penderita

3. Sasaran individu

Seluruh anggota keluarga

4. Target kegiatan

Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai demam tifoid.

5. Waktu dan tempat

- Hari : Senin

- Tanggal : 22 Februari 2010

- Tempat : Desa Sawangan, RT 01/05, Kecamatan Kebasen

- Waktu : 09.00WIB

Page 35: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB VI

RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

TanggalKegiatan yang

dilakukan

Anggota

keluarga yang

terlibat

Target Hasil kegiatan

4-02-

2010

1.

saling percaya

dengan pasien

(perkenalan

identitas).

2.

penyebab demam.

3.

pasien untuk

pertemuan akan

datang

Pasien dan ibu

pasien

1.

hubungan baik

dengan pasien

1. Hubungan

interpersonal

dengan pasien

dan

keluarganya

baik

2. Pasien

menepati

janjinya

5-02-

2010

1. Mengkaji

pengetahuan

pasien tentang

penyakit demam

tifoid

2. Memberikan

penjelasan

tentang

demam tifoid

Pasien, bapak

dan ibu pasien.

Pengetahuan

keluarga pasien

mengenai penyakit

demam tifoid

bertambah

Pasien

mengetahui

pengertian,

penyebab dan

gejala demam

tifoid.

6-02-

2010

1.

demam tifoid

Pasien, bapak,

dan ibu.

Pasien dan

keluarga

Anjuran

dilaksanakan oleh

Page 36: Long Case Prast (Demam Tipoid)

2.

tifoid

3.

pasien untuk

periksa ke

Puskesmas

apabila nanti

mengalami

gejala yang sama

melakukan sesuai

dengan yang di

anjurkan

pasien dan

keluarganya.

7-02-

2010

1.

pasien untuk

pertemuan akan

datang

Pasien, bapak,

dan ibu.

Rencana untuk

home visit ke

rumah pasien

Pasien bersedia

untuk dilakukan

home visit

22-02-

2010

1. Home visit ke

rumah pasien

2. Identifikasi faktor

resiko yang

berhubungan

dengan demam

tifoid di rumah

pasien.

Pasien, bapak,

ibu dan adik

pasien.

Mengetahui faktor

resiko demam

tifoid di rumah

pasien.

Pasien

mengetahui

mengenai faktor

resiko demam

tifoid yang berada

di rumahnya.

Page 37: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB VII

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikrobiologi Salmonella Typhi

Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi,

s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang

lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cenderung untuk menjadi lebih

berat daripada bentuk infeksi salmonella yang lain. (1)

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil,

tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Organisme salmonella tumbuh

secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan

spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan

sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit.

Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama

beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam

sampah, bahan makanan kering, dan bahan tinja. (1)

Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella H. Antigen

O adalah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas

sedangkan antigen H adalah protein labil panas. (2)

1. Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.

Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap

pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer. (2)

2. Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.

typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1

tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak

aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau

asam. (2)

B. Patofisiologi Demam Tifoid

Page 38: Long Case Prast (Demam Tipoid)

HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat

masuknya Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp

masuk bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi

daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya

hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung,

sehingga Salmonella spp lebih mudah masuk ke dalam usus penderita.

Salmonella spp kemudian memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di

dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk

menghasilkan lebih banyak Salmonella spp. (4)

Setelah itu, Salmonella spp memasuki saluran limfe dan akhirnya

mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita.

Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding empedu atau

secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu,

maka bakteria dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu

yang infektif terjadilah invasi ke dalam usus untuk kedua kalinya yang lebih

berat daripada invasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi

yang luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi

jelas. Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh

infeksi menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ

mengalami kelainan, contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah,

terutama jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpa dan

sumsum tulang. (4)

Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis

superfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama

disebabkan oleh sumbatan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia

sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk

kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang

berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar

dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang

jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus

bahkan dapat mencapai membran serosa. (4)

Page 39: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk

ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus.

Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan

penyebab yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam

tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai

dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam

tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi

menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan

usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada

serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun

perforasi. (4)

Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih

tetap mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka

penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut. (4)

Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan

melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi

endokaritis. Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis

serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid. (4)

C. Gejala Klinis Demam Tifoid Anak

Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah

mortalitas (kematian) demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan

dengan dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada

anak besar dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam

tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan

mempunyai gejala klinis ringan ataupun tanpa gejala (asimptomatik) (2).

Masa inkubasi rata-rata bervariasi 7-20 hari. Inkubasi terpendek 3 hari

dan terlama 60 hari. Lamanya masa inkubasi berkorelasi dengan jumlah

kuman yang ditelan, keadaan umum atau status gizi serta status imunologis

pasien. Walaupun gejala demam tifoid ini bervariasi namun secara garis besar

dapat dikelompokan, antara lain (2) :

- Demam satu minggu atau lebih;

- Gangguan pencernaan; dan gangguan kesadaran.

Page 40: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai infeksi akut

pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah,

demam tifoid, dan konstipasi. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu

badan yang meningkat. Setelah minggu kedua maka gejala dan tanda klinis

makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa,

perut kembung, mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai

dengan yang berat (2,7).

Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti

orang dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise

pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remiten (39-41◦C) serta dapat juga

bersifat ireguler terutama pada bayi dan tifoid kongenital (7).

Lidah tifoid terjadi beberapa hari setelah panas meninggi dengan

tanda-tanda antara lain lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian

belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila

penyakit makin progresif akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila lebih

prominem (7).

Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal

minggu kedua. Merupakan nodul kecil menonjol dengan diameter 2-4 cm,

berwarna merah pucat, serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan

emboli kuman dimana di dalamnya mengandug kuman salmonella dan

terutama didapatkan di daerah perut, dada, dan kadang-kadang daerah pantat

maupun bagian flexor lengan atas (8).

Limpa pada umumnya sering membesar dan sering ditemukan pada

akhir minggu pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran oleh karena

malaria. Pembesaran limpa pada tifoid tidak progresif dengan kosistensi lebih

lunak (8).

Demam tifoid pada anak usia < 2 tahun jarang dilaporkan, bila terjadi

biasanya gambaran klinisnya berbeda dengan anak yang lebih besar.

Kejadiannya sering mendadak disertai panas yang tinggi, muntah-muntah,

kejang, dan tanda-tanda perangsangan meningeal. Pada pemeriksaan darah

ditemukan leukositosis (20.000-25.000/mm3), limpa sering teraba pada

pemeriksaan fisik dan angka kematian yang tinggi ( 12,5%) (7).

Page 41: Long Case Prast (Demam Tipoid)

D. Penegakan Diagnosis Demam Tifoid Anak

Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis

yang diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan

Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia klinik,

imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk membantu menegakkan diagnosis, menetapkan prognosis, memantau

perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit (3).

1. Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit

perdarahan usus atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah

(leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.

Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.

LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat

Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia). (3)

2. Urinalisis

Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi

penyulit. (3)

3. Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran

peradangan sampai hepatitis Akut. (3)

4. Imunorologi

Tes Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya

antibodi (di dalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi atau

paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih amat popular

dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis

seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat segera

diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu

antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin. (6)

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat

memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat

Page 42: Long Case Prast (Demam Tipoid)

disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi,

reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi

anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil

negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah

mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1

minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit

imunologik lain. (6)

Diagnosis Demam Tifoid atau Paratifoid dinyatakan bila titer O =

1/160, bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi

mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O

meningkat setelah akhir minggu 1. Melihat hal-hal di atas maka

permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam

beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan

besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontak

sebelumnya. (6)

Elisa Salmonella typhi atau paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang

dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk

mendeteksi Demam Tifoid atau Paratifoid. Sebagai tes cepat (Rapid Test)

hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid atau

Paratyphoid dinyatakan apabila lgM positif menandakan infeksi akut dan

jika lgG positif menandakan pernah kontak atau pernah terinfeksi atau

reinfeksi atau daerah endemik. (6)

5. Mikrobiologi

Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan

Demam Typhoid atau paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif

maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid atau Paratifoid. Sebalikanya

jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid atau Paratifoid, karena

hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak

segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam

Page 43: Long Case Prast (Demam Tipoid)

spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan

darah masih dalam minggu pertama sakit, sudah mendapatkan terapi

antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi (3).

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui

karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2 -

7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari).

Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah,

kemudian untuk stadium lanjut atau carrier digunakan urin dan tinja. (3)

6. Biologi molekular

PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak

dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang

kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji

ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit

(sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen

yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta

jaringan biopsi (3).

E. Diagnosis Banding

1. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan karena

plasmodium yag menyerang erotrosit yang ditandai dengan ditemukannya

bentuk aseksual dalam darah. Malaria mempunyai gambaran karateristik

demam periodik, anemia dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada

masing-masing plasmodium. Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum

terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di

punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak

enak, demam tifoid ringan dan kadang-kadang dingin.(9)

Gejala yang klasik adalah trias malaria. Secara berurutan periode

dingin (15-60 menit) : mulai menggigil. Penderita sering membungkus diri

dengan selimut dan pada saat menggigil seluruh badan bergetar dan gigi

saling terantuk, diikuti dengan kenaikan temperatur. Periode panas :

penderita muka merah, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi beberapa

Page 44: Long Case Prast (Demam Tipoid)

jam, diikuti dengan keadaan berkeringat. Periode berkeringat : penderita

berkeringat dan temperatur mulai turun (9)

2. Dengue Fever

Dengue fever adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trobositopenia, dan diuresis

hemoragi.(9)

Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,

yang diikuti dengan fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien

sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan

jika mendapat pengobatan tidak adekuat (9)

F. Komplikasi Demam Tifoid Anak

Pada akhir minggu ke-2 sampai masuk minggu ke-3 merupakan masa

yang berbahaya. Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul komplikasi

demam tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Dengan

terapi yang tepat, banyak penderita yang sembuh dari demam tifoid. Namun

tanpa terapi yang tepat, beberapa penderita mungkin tidak selamat dari

komplikasi demam tifoid (1).

Komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan

usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu diwaspadai dari

demam tifoid yang muncul pada minggu ke-3. Sekitar 5 persen penderita

demam tifoid mengalami komplikasi ini (1).

Perdarahan usus umumnya ditandai keluhan nyeri perut, perut

membesar, nyeri pada perabaan, seringkali disertai dengan penurunan tekanan

darah dan terjadinya syok, diikuti dengan perdarahan saluran cerna sehingga

tampak darah kehitaman yang keluar bersama tinja. Perdarahan usus muncul

ketika ada luka di usus halus, sehingga membuat gejala seperti sakit perut,

mual, muntah, dan terjadi infeksi pada selaput perut (peritonitis). Jika hal ini

terjadi, diperlukan perawatan medis yang segera (1).

Komplikasi lain yang lebih jarang, antara lain :

Page 45: Long Case Prast (Demam Tipoid)

1. Anak dengan panas tinggi umumnya tidak mau makan karena ada demam

tifoid. Sehingga dapat terjadi kekurangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit.

2. Kejang Demam

3. Gangguan Kesadaran

4. Pembengkakan dan peradangan pada otot jantung (miokarditis).

5. Pneumonia.

6. Peradangan pankreas (pankreatitis).

7. Infeksi ginjal atau kandung kemih.

8. Infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis).

9. Masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikosis.

G. Upaya Pencegahan Demam Tifoid Anak

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum

dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan

higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat

menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan

pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang

masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.

Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual

(keliling) minuman/makanan (2)

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah

vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi.

Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan

secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan,

vaksin tifoid hanya direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke

tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan

penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium. (2)

Vaksin tifoid yang diinaktivasi (per injeksi) tidak boleh diberikan

kepada anak-anak kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan

proteksi, oleh karena itu haruslah diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu

sebelum berpergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja.

Dosis ulangan diperlukan setiap dua tahun untuk orang resiko tinggi. (2)

Page 46: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada

anak-anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari secara

terpisah diperlukan untuk proteksi. Dosis terakhir harus diberikan sekurang-

kurangnya satu minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada

vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap 5 tahun untuk orang-

orang yang masih memiliki resiko terjangkit. (2)

Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau

harus menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi

(per injeksi) adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi

dosis vaksin sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan

dosis lainnya. Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang

dilemahkan (per oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya saat

diberi vaksin sebelumnya maka tidak boleh mendapatkan dosis lainnya, orang

yang memiliki sistem imunitas yang lemah maka tidak boleh mendapatkan

vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin tifoid yang diinaktifasi,

diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit lain yang

menyerang sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan

dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid

selama 2 minggu atau lebih, penderita kanker dan orang yang mendapatkan

perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak

boleh diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik.

Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan

problem serius seperti reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang

menyebabkan bahaya serius atau kematian sangatlah jarang terjadi. Problem

serius dari kedua jenis vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada vaksin tifoid yang

diinaktivasi, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang

per 100), sakit kepada (sekitar 3 orang per 100) kemerahan atau

pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7 orang per 100). Pada vaksin

tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah demam atau

sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak, mual, muntah-muntah atau

ruam-ruam (jarang terjadi). (2)

H. Managemen Penatalaksanaan Demam Tifoid

Page 47: Long Case Prast (Demam Tipoid)

1. Pengobatan kausal

a. kloramfenikol/ tiamfenikol 100 mg/ kgBB/ hari dibagi 3-4 dosis

selama 10 hari

b. kotrimoksasol dengan dasar trimetropin 8-10 mg/kgBB/ hari aau

sulfameoksasol 40-50 mg/kgBB/hari selama 7 hari

c. amoksisilin 100mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis selama 14-21

hari

d. sefriakson 80 mg/kgBB/hari selama 7 hari

e. sefiksim 15-20 mg/kgBB/hari selama 10 hari

2. Memperbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit atasi dehidrasi,

hipoglikemi

3. Pengobatan suportif : roboronsia

4. Pengobatan dietetik tergantung kondisi penderita bila perlu makanan

lunak/ cair mudah dicerna tinggi kalori dan protein

5. Tirah baring bila perlu isolasi penderita

6. Pada kasus berat deksametason 1-3 mg/kgBB/ hari dengan antibiotik yang

sesuai

7. Transfusi darah sesuai keperluan (4)

G. Upaya Rehabilitatif Pada Penderita Demam Tifoid Anak

1. Pisahkan anak penderita demam tifoid dari saudara-saudaranya untuk

menghindari penularan. Bahkan bila ibu menemani, tidak disarankan

untuk tidur bersama dengan anak yang sakit. Sebaiknya tempatkan anak

yang sakit di kamar tersendiri, tentunya dengan perhatian penuh dari

kedua orang tua untuk menghindari perasaan terisolir/kesepian.

2. Upayakan klien dengan demam tifoid beristirahat total di tempat tidur

sampai demamnya turun. Demam bisa berlangsung selama dua minggu.

Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali.

Jelaskan pada anak bahwa untuk mandi, buang air besar dan kecil harus

meminta pertolongan kepada ibu atau orang dewasa lainnya..

3. Ingatkan kepada siapa saja yang membantu untuk selalu mencuci tangan

dengan desinfektan sebelum dan sesudah kontak dengan anak yang sakit.

Page 48: Long Case Prast (Demam Tipoid)

4. Seperti halnya di rumah sakit, orang tua perlu mengukur suhu tubuh anak

dan mencatatnya. Catatan suhu tubuh ini sangat penting untuk

dikonsultasikan ke dokter dan bila ada peningkatan suhu tubuh yang

tinggi.

5. Biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkan sampai suhu

tubuh turun. Jika obat hampir habis, sementara suhu tubuh makin tinggi,

konsultasikanlah ke pelayanan medis atau dokter karena mungkin

membutuhkan perawatan yang lebih intensif di rumah sakit.

6. Untuk membantu mempercepat penurunan suhu tubuh, upayakan agar

anak banyak minum air putih, dikompres dengan air hangat, dan jangan

menutupinya dengan selimut agar penguapan suhu lebih lancer.

7. Berikan makanan yang mengandung banyak cairan dan bergizi seperti sop

dan sari buah, juga makanan lunak, seperti bubur

8. Pembuangan feses dan urine harus dipastikan dibuang ke dalam WC dan

disiram dengan air sebanyak-banyaknya. WC dan sekitarnya pun harus

bersih agar tidak ada lalat yang akan membawa kuman ke mana-mana.

Bila anak menggunakan pot atau urinal untuk BAK dan BAB, jangan lupa

untuk merendamnya dengan cairan desinfektan setelah dipakai.

9. Rendam pakaian anak dengan desinfektan sebelum dicuci, dan jangan

mencampurnya dengan pakaian yang lain. (8)

Page 49: Long Case Prast (Demam Tipoid)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Diagnosis Holistik

1. Segi Biologis : An. A dengan demam tifoid

2. Segi Psikologis : kondisi pskologis baik, tidak depresi, terbuka kepada

semua orang. Hubungan antara anggota keluarga terjalin akrab, harmonis,

dan hangat

3. Segi Sosial :

Pasien melakukan kegiatan sosialisasi di masyarakat, pasien memiliki

banyak teman sebaya. Komunikasi pasien dengan anggota keluarga lain

berjalan dengan baik meski pasien lebih sering berkomunikasi dengan

ibunya dibandingkan dengan bapaknya.

B. SARAN

Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :

1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha

menyembuhkannya.

2. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di

masyarakat, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

3. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin

kebersihan dan kesehatannya.

4. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi

protein.

Page 50: Long Case Prast (Demam Tipoid)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cleary TG. Salmonella. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Eds.

Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 16. Philadelphia : WB Saunders,

2000:842-8.

2. Rampengan T.H., Laurent I. R. Demam Tifoid. Dalam : Penyakit Infeksi

Tropik pada Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1993 : 53; 59.

3. Risky V. P., Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid pada Anak.

Available at http://www.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.pdf.

Accessed at 3 Februari 2008.

4. Aru W. Sudoyo, Bambang S., Idrus A., Marcellus S., Siti S. Demam Tifoid.

Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta :

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2006 : 1774.

5. Tirta Swarga. Demam Tifoid. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. 2008

6. Puspa Wardani, Prihartini, Probohusodo. Kemampuan Uji Tabung Widal

Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Journal of

Clinical and Medical Labolatory. 12. 1. 2005 : 31-7

7. Rampengan, T.H., Laurentz, I.R : Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC.

1997: 53-72.

8. Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H,

Hadinegoro SR, Eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit

Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI, 2002:367-75.

9. Harijanto. Malaria. Dalam : Aru W. Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:

Jilid III Edisi IV. Jakarta : BP FKUI, 2006: 1754-5

Page 51: Long Case Prast (Demam Tipoid)

Genogram

Keterangan :

: laki- laki

: perempuan

atau : meninggal :

: pasien

: tinggal dalam satu rumah

Sumber : Data Primer, 10 Oktober 2009

Kesimpulan:

An. Anggun merupakan anak pertama dari tiga bersaudara Sejak kecil

hubungan An. Anggun dengan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya

cukup harmonis dan penuh kasih sayang. Berdasarkan genogram di atas, tidak

didapatkan anggota keluarga lain yang mengalami gejala yang sama dengan

penderita.

Anggun2000SD

icu2003TK

Dede2006

Tono1969

Sri1970

JAWA JAWA