LO 8

2
KONSEP BIOETIK HUMANIORA DAN PROFESIONALISME Terdapat 4 prinsip bioetik humaniora dan profesionlisme: 1) Beneficence Dokter gigi mampu menegakkan diagnosis leukoplakia melalui anamnesis, tanda dan gejala, dan pemeriksaan fisik dan penunjang. 2) Nonmaleficence Dokter gigi dapat melakukan tatalkasana leukoplakia dan mencegah komplikasi serta dapat merujuk dengan benar. 3) Autonomi Dokter gigi mempunyai kewajiban menghargai hak-hak pasien, memberikan informasi mengenai penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan. 4) Justice Dokter gigi mampu memberikan edukasi pasien mengenai faktor predisposisi leukoplakia. EPIDEMIOLOGI LEUKOPLAKIA Prevalensi terjadinya leukoplakia di beberapa variasi populasi memperlihatkan hasil dengan rentangan yang berbeda. Secara umum, dilaporkan bahwa pravalensinya dalam rentang 0,2 – 5 % sebagai contoh pada India 0,2-4,9 %, Swedia 3,6 &, Jerman 1,6 %, dan Holland 1,4 %. Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian masyarakat di kawasan Asia.

description

bioetik

Transcript of LO 8

KONSEP BIOETIK HUMANIORA DAN PROFESIONALISMETerdapat 4 prinsip bioetik humaniora dan profesionlisme:1) BeneficenceDokter gigi mampu menegakkan diagnosis leukoplakia melalui anamnesis, tanda dan gejala, dan pemeriksaan fisik dan penunjang.2) NonmaleficenceDokter gigi dapat melakukan tatalkasana leukoplakia dan mencegah komplikasi serta dapat merujuk dengan benar.3) AutonomiDokter gigi mempunyai kewajiban menghargai hak-hak pasien, memberikan informasi mengenai penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan.4) JusticeDokter gigi mampu memberikan edukasi pasien mengenai faktor predisposisi leukoplakia.

EPIDEMIOLOGI LEUKOPLAKIA

Prevalensi terjadinya leukoplakia di beberapa variasi populasi memperlihatkan hasil dengan rentangan yang berbeda. Secara umum, dilaporkan bahwa pravalensinya dalam rentang 0,2 5 % sebagai contoh pada India 0,2-4,9 %, Swedia 3,6 &, Jerman 1,6 %, dan Holland 1,4 %. Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian masyarakat di kawasan Asia.Hasil penelitian kasus pada Yugoslavia, dari 2385 pasien yang diperiksa, 53 pasien didiagnosis mengalami leukoplakia dengan prevalensi sekitar 2,2%. Distribusi berdasarkan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa angka kejadian berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa pria lebih sering terkena leukoplakia dibandingkan wanita (4,3% : 0,9%). Berdasarkan umur, pada pria, angka kejadian leukoplakia meningkat pada umur sebelum dan sesudah 40 tahun, sedangkan wanita angka kejadian leukoplakia meningkat pada umur 30-39 dan 50-59 tahun. Angka kejadian leukoplakia di mulut berdasarkan lokasi paling banyak terjadi pada mukosa bukal (28,3%), dilanjutkan oleh komisura (20,8%), lidah (15,1%) dan bagian dalam bibir (13,2%).DAFTAR PUSTAKA1) Bokor-Bratic, Marija. The prevalence of precancerous oral lesions : Oral leukoplakia. Archive of Oncology 8, No. 4. 2000.2) Mishra, et al. Epidemiological and clinicopathological study of oral leukoplakia. Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology 71, No. 3. 2005.