Lkt paudni materi
-
Upload
paud-topkids -
Category
Technology
-
view
2.611 -
download
6
description
Transcript of Lkt paudni materi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang sangat cepat, mampu menggerakkan perubahan
yang dominan di semua aspek kehidupan. Pendidikan adalah salah satu aspek
yang didalamnya menyisakan banyak masalah untuk dipecahkan dan
dicarikan solusi efektif dan efisien dalam rangka mencetak generasi penerus
yang akan mengantarkan bangsa ini ke kursi Internasional.
Faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh bagi dunia pendidikan,
dominan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Makmurnya suatu negeri
yang tercermin dari kenaikan tingkat gizi anak, juga berpengaruh terhadap
keaktifan dan kecerdasan anak. Usia emas merupakan beban berat bagi
pendidik PAUD, karena di pundak inilah kami merasakan payahnya
menyajikan pendidikan yang TOP (pembelajaran Tepat dalam meng-
Optimalkan Potensi) Kids (anak).
Anak berpotensi pada usia dini hendaklah dapat dioptimalkan, sehingga pada
saat kado emas dibuka nantinya akan sesuai dengan harapan. Menggali
potensi, dilanjutkan dengan mengoptimalkan dengan cara yang tepat dicoba
diterapkan di Kelompok Bermain TOP Kids. Bervisi sebagai “the inspiring
school” kami mencoba berbagi melalui karya tulis ini. Menerapkan
1
pembelajaran majemuk di sentra-sentra kami rasakan sangat efektif dalam
menarik minat anak untuk terus menggali potensi dirinya.
B. Masalah
Beberapa permasalahan yang akrab dengan dunia Pendidikan Usia Dini dan
sering dijumpai adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya anak berpotensi yang belum terakomodir dengan pendidikan
yang tepat.
2. Perlunya mengoptimalkan potensi anak dalam rangka menemukan bakat
yang akan bermanfaat dalam menyelesaikan masalah (problem solving)
3. Beberapa potensi anak yang muncul dikembangkan dengan cara yang
tidak tepat sehingga banyak muncul istilah “anak nakal”
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan cara yang tepat dalam rangka mengoptimalkan potensi yang
dimiliki anak didik dalam rangka menghadirkan bakat dan membiasakan
anak menyelesaikan masalahnya secara mandiri.
2. Membiasakan pembelajaran dengan menyesuaikan gaya belajar siswa
dalam pembelajaran majemuk di sentra.
3. Menghadirkan istilah “anak berpotensi” sebagai pengganti istilah “anak
nakal”
2
D. Manfaat
Melalui penulisan karya tulis ini diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat
diambil, khususnya bagi:
1. Dinas Pendidikan, dalam tulisan ini kami menghadirkan istilah baru yaitu
POTENSI dan BAKAT yang sebetulnya sangat penting untuk
ditindaklanjuti mengingat banyaknya tantangan di lapangan saat
mengaplikasikan beberapa teori yang ada. Fasilitasi dari Dinas Pendidikan
sangat diharapkan dalam rangka mensosialisasikan istilah dimaksud
kepada lembaga PAUD yang ada di Indonesia.
2. Pemerhati Pendidikan, kami menyampaikan beberapa hal penting terkait
Pendidikan Anak Usia Dini khususnya cara TEPAT dalam menggali
potensi agar terasah dan dapat muncul sebagai bakat.
3. Pendidik PAUD, karya tulis ini ditulis berdasarkan pengalaman dalam
menerapkan beberapa teori yang ada. Beberapa hikmah dapat diambil dan
dijadikan sebagai bahan pembanding dalam mendidik anak usia dini.
4. Orang tua, kami menganggap orang tua adalah mitra yang sangat efektif
dalam mendidik anak usia dini. Beberapa pengalaman kami dalam
berkomunikasi dengan orang tua, mengindikasikan bahwa setiap anak
memang berbeda. Anak memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda pada
titik optimalisasinya, ada yang unggul dalam hal naturalistik atau mungkin
dalam musikal dan jenis kecerdasan yang lain.
3
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. TEORI KECERDASAN JAMAK
Seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dan Graduate
School of Education, Harvard University, Amerika Serikat, Howard Gardner,
mendefinisikan intelegensi atau kecerdasan sebagai kemampuan untuk
rnemecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam kondisi yang bermacarn-
macam dan situasi yang nyata. Dengan kata lain, intelegensi adalah kemampuan
untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Menurut Gardner, kritenia intelegensi meliputi
suatu kemampuan seseorang, baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian
yang menunjukkan kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan
dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.
Kecerdasan jamak tersebut adalah:
1. Kecerdasan Bahasa (Word Smartness): pandai mengolah kata-kata
2. Kecerdasan Ruang-Visual (Picture Smartness): pandai membuat persepsi
tetitang apa yang dilihat
4
3. Kecerdasan Musikalitas (Music Smartness): pandai dan peka dalam hal musik
4. Kecerdasan Tubuh-Kinestetik (Body Smartness): pandai dalam keterampilan
olah tubuh dan gerak
5. Kecerdasan Logis-Maternatis (Logic Smartness): pandai dalam Sains dan
Matematika
6. Kecerdasan Interpersonal (People Smartness): pandai memahami pikiran dan
perasaan orang lain
7. Keccrdasan Intrapersonal (Self Smartness): pandai dan peka dalam mengenali
emosi diri sendiri
8. Kecerdasan Lingkungan (Nature Smartness): pandai dan peka dalam
mengamati alam
9. Kecerdasan Eksistensial (Existence Smartness): pandai dan peka akan makna
kehidupan manusia dalam hidup
Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia berusaha menjadikan
kecerdasan jamak dalam Konsep MI (Multiple Intelligences) yang
menitikberatkan pada ranah keunikan, selalu menemukan kelebihan setiap
5
anak. Lebih jauh, konsep MI percaya bahwa ridak ada anak yang bodoh
sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan
tersebut dapat dideteksi sedari awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi
kepandaian sang anak. Atas dasar itu, seyogyanya sekolah menerima siswa
barunya dalam kondisi apa pun. Tugas sekolahlah meneliti kondisi siswa
secara a psikologis dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa
melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR).
Multiple Intelligences Research (MIR) dan Gaya BelalarAnak
Dalam scbuah kuliahnya, Bobbi dePortcz, Presidcn Learning Forum
California USA dan penulis berbagai buku tentang quantum (Quant um
Teaching, Quantum Learning, dan Quantum Business) menjel askan bahwa
proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa dapat
divisualisasikan dengan membayangkan din kita berada di dalam ruangan
yang gelap gulita. Ketika sebuah senter dinyalakan. selisih waktu antara
munculnya cahaya yang terpantul di dinding dengan saatjari kita
menekan tombol “on” pada senter tersebut sangat cepat, bahkan hampir
bersamaan. Intlah yang dinamakan quantum. Dalam proses pembelajaran,
seharusnya kecepatan otak siswa menangkap informasi dan guru adalah
1.287 km/jam, sama dengan kecepatan cahaya yang keluar dan senter dan
6
memantul di dinding. Itulah yang dipahami sebagai gaya belajar anak dan
seharusnya diimbangi dengan cara guru mengajar.
B. TEORI PEMBELAJARAN SENTRA
Model BCCT (Bayond Center and Circle Time atau Sentra dan saat lingkaran)
1. Konsep Dasar
Yang dimaksud dengan model Beyond Center and Circle Time adalah :
Suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia
dini dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik.
2. Tujuan
Tujuan dari model Beyond Center and Circle Time adalah sebagai berikut
:
a. Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak
(kecerdasan jamak) melalui bermain yang terarah.
b. Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk
aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri
(bukan sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghafal).
c. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat di
sentra-sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama
pendidik, sehingga mudah diikuti.
3. Ciri-ciri dari Model Beyond Center and Circle Time :
7
a. Pembelajarannya berpusat pada anak;
b. Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting;
c. Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan
berani mengambil keputusan sendiri;
d. Peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator;
e. Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat
minat;
f. Memiliki standar prosedur operasional (SPO) yang baku (baik di sentra
maupun saat di lingkaran);
g. Pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam
posisi duduk melingkar (dalam lingkaran).
4. Model ini menggunakan 3 jenis main
a. Main Sensorimotor
Anak main dengan benda untuk membangun persepsi.
b. Main Peran
Anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang
sudah dimilikinya.
c. Main Pembangunan
Anak bermain dengan benda untuk mewujudkan ide/gagasan yang
dibangun dalam pikirannya menjadi sesuatu bentuk nyata.
8
5. Penataan Lingkungan Main
a. Penempatan alat main yang tepat memungkinkan anak untuk mandiri,
disiplin, bertanggung jawab, memulai dan mengakhiri main,
klasifikasi
b. Penataan alat dan bahan selama main seharusnya mendukung anak
untuk membuat keputusan sendiri, mengembangkan ide, menuangkan
ide menjadi karya nyata, mengembangkan kemampuan sosial
c. Penataan alat dan bahan main memungkinkan anak main sendiri, main
berdampingan, main bersama dan main bekerjasama
6. Pijakan Pengalaman Main
Pijakan ini dilakukan berdasarkan perkembangan anak. Empat tahap untuk
pijakan pengalaman main yang bermutu :
a. Pijakan Lingkungan Main
Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup
(tiga tempat main untuk setiap anak)
Merencanakan untuk intensitas dan densitas pengalaman
Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main
Sensorimotor, pembangunan dan main peran
Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman
keaksaraan
9
Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang
positif
b. Pijakan Pengalaman Sebelum Main
Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau
mengundang nara sumber
Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang
mendukung standar kinerja
Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan
Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main
Menjelaskan rangkaian waktu main
Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial
Merancang dan menerapkan urutan transisi main
c. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak
Memberikan anak waktu untuk mengelola dan meneliti
pengalaman main mereka
Mencontohkan komunikasi yang tepat
Memperkuat dan memperluas bahasa anak
Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan hubungan
teman sebaya
Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan
main anak
10
d. Pijakan Pengalaman Setelah Main
Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya
dan saling menceritakan pengalaman mainnya.
Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar
positif melalui pengelompokkan, urutan, dan penataan lingkungan
main secara tepat.
7. Dua hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan BCCT, yaitu :
a. INTENSITAS BERMAIN
Sejumlah waktu yang diperlukan anak untuk pengalaman dalam tiga
jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun.
Contoh: Anak-anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian
kegiatan main setiap hari yang menyediakan kesempatan untuk terlibat
dalam main peran, pembangunan, dan sensorimotor.
b. DENSITAS BERMAIN
Berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk
mendukung pengalaman anak.
Contoh: Anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari,
cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya, untuk melatih
11
keterampilan pembangunan sifat cair. Anak-anak dapat menggunakan
balok unit (Pratt), palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan
bangunan dengan lem tembak, dan Lego untuk berlatih keterampilan
pembangunan terstruktur.
C. TEORI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN
Thomas Armstrong, dibukunya The Best School menyarankan pendidik agar
berfokus pada satu kebutuhan perkembangan tertentu di setiap tingkatan
utarna pendidikan formal: pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Bermain adalah kebutuhan
penting bagi anak pra-sekolah dan taman kanak-kanak. Saya juga
menganjurkan untuk meninggalkan tekanan tinggi kegiatan akademik pada
perididikan anak usia dini karena membahayakan perkembangan dan
pertumbuhan mereka.
Sedangkan Anggani Sudono dkk dalam bukunya Pengembangan Anak Usia
Dini menyatakan bahwa anak adalah pembelajar yang aktif.
Belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang dikerjakannya ketika anak
bermain. Bermain adalah wahana belajar dan bekerja secara alamiah bagi
anak. Anak Usia Dini senang memerhatikan, mencium, membuat suara,
12
meraba dan mengecap. Lingkungan yang kaya yang banyak memberikan
rangsangan mental dapat meningkatkan kemampuan belajar anak. Lingkungan
demikian akan menumbuhkan minat anak dan menggiatkan mereka aktif
belajar. Selain itu anak akan lebih berhasil belajar jika apa yang dipegangnya
sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Anak lebih mudah
belajar jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental atau sesuai
perkembangannya. Pengalaman yang berlebihan akan menakutkan anak,
tetapi sebaliknya pengalaman yang sangat minim akan membosankan anak.
Drost dkk dalam bukunya Perilaku Anak Usia Dini menambahkan bermain
adalah pekerjaan anak. Orang sering kali berdebat tentang belajar dan
bermain. Ada sebagian pihak yang percaya bahwa dengan belajar
(akademik) anak usia dini akan lebih siap untuk sekolah. Program yang
terlaju menitikberatkan pada keberhasãlan akademik (menulis, membaca, dan
berhitung) dengan metode instruksi dan guru hanya akan berhasil untuk
jangka pendek dan kurang mendukung keberhasilan anak baik di sekolah
maupun kehidupan selanjutnya. Sebaliknya, program yang kaya dengan
pengalaman bermain, yang merangsang keterampilan soslal dan emoslonal
pada anak usia prasekolah berpengaruh sangat positif pada perkembangan
intelektual anak.
13
BAB III. METODE DAN PROSEDUR KERJA
A. Strategi Pemecahan Masalah
Pembelajaran majemuk
1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Pemilihan special moment sebagai strategi dalam pemecahan masalah adalah
karena melalui saat-saat berkesan tersebut akan diketahui apakah anak telah
benar-benar merasakan hak mereka untuk bermain di sentra yang didalamnya
akan mengembangkan kecerdasan jamak. Berdasarkan catatan tersebut akan
digali informasi potensi apa yang seharusnya dikembangkan terhadap anak
berdasarkan kecenderungan dari kecerdasan jamak yang dimiliki anak.
Berikut adalah data tentang kecenderungan gaya belajar anak dan permainan
yang disarankan berdasarkan kecerdasan jamak.
KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR ANAK
MUSIK
Belajar dengan konsep music, alat music, menghubungkan music dengan
konsep tertentu.
KINESTETIK
Belajar dengan aktivitas, drama, respon tubuh, membuat kerajinan tangan.
14
NATURALIS
Belajar di alam terbuka dengan binatang atau tanaman sebagai praktek belajar,
gejala alam sebagai acuan belajar.
INTRAPERSONAL
Belajar sendiri, keinginan untuk mengekspresikan diri, kegiatan individual,
menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan pribadi.
SPASIAL
Belajar dengan gambar, dengan proses membayangkan, suka dengan warna,
belajar dengan metafora gambar, berkunjung ke museum.
INTERPERSONAL
Belajar dengan kerja kelompok, suka memecahkan masalah, simulasi,
mengadakan sebuah kegiatan.
MATEMATIK LOGIC
Belajar dengan angka-angka, computer, membuat hipotesa/ perkiraan,
memecahkan masalah atau studi kasus.
LINGUISTIK
Membiasakan anak anda belajar dengan cara membaca, menulis, berdebat,
berbicara di depan umum, bercerita, merekam dengan kaset.
15
JENIS PERMAINAN YANG DISARANKAN
MUSIK
Tape rekaman music, karaoke, alat-alat musik
KINESTETIK
Permainan rakyat dengan banyak gerakan, outbond, permainan pertukangan,
olah raga, layang-layang, trik sulap, mainan rumah-rumahan
NATURALIS
Memelihara hewan atau tanaman, mengoleksi daun-daunan
INTRAPERSONAL
Menulis buku harian, koleksi benda-benda, mencari bakat di buku telepon.
SPASIAL
Permainan tebak-tebakan gambar, bongkar pasang, win lose or draw, Lego,
nitendo, PS.
INTERPERSONAL
Mendiskusikan suatu tema dengan keluarga, membuat table permasalahan,
bertanya kepada orang tentang suatu hal, mendatangi panti asuhan.
MATEMATIK LOGIC
Permainan yang dianjurkan adalah teka-teki, domino, dam-daman, catur,
monopoli, Othello, nitendo, PS.
LINGUISTIK
16
Permainan yang dianjurkan adalah permainan kata-kata, scrabble, TTS,
membuat cerita bergambar, tebakan suara bunyi.
2. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah
Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia, mendefinisikan special
moment, saat-saat Istimewa, yaitu pengalaman dalam proses
pembelajaran ketika seorang guru menemukan saat-saat yang berkesan
dalam pekerjaannya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah
kesulitan pemahaman seorang siswa karena beberapa hal, menjadi mudah, dan
akhirnya siswa tersebut bisa memahami dengan baik
materi yang diajarkan.
Deskripsi strategi pemecahan masalah kami sajikan dalam bentuk bagan agar
lebih mudah di pahami. Penemuan special moment akan terus dilakukan
selama anak masih dalam usia pendidikan anak usia dini. Penggambaran
bagan yang bersifal loop (pengulangan) sangat sesuai dengan teori kecerdasan
dengan system sentra. Pengalaman yang mengesankan didapat berdasarkan
intensitas (pengulangan) dan ragam mainan (densitas) berupa jenis permainan
yang disarankan.
17
Anak bermain di sentra
Guru menuliskan special moment
kecenderungan anak berdasarkan
kecerdasan jamak
Mengoptimalkan melalui permainan yang disarankan
a
b c
d
Anak dibantu menemukan potensi dalam dirinya untuk kemudian diberikan
stimulasi sesuai dengan kecerdasan jamak yang dominan. Pengoptimalan
potensi secara terus menerus akan memunculkan bakat yang terkadang secara
kasat mata tidak terlihat.
Adapun proses penemuan special moment tergambar dalam bagan berikut:
Kecenderungan anak yang muncul adalah kecerdasan yang cukup dominan pada
kecerdasan jamaknya. Mengoptimalkan kecerdasan yang paling dominan
nantinya akan mengangkat kecerdasan jamak lainnya dalam mendukung
kecerdasan yang dominan sebagai potensi yang terasah menjadi bakat.
B. Alat Pengambilan Data
18
Karya tulis ini adalah merupakan hasil pemikiran/ gagasan/ ide yang muncul
karena adanya pengalaman yang sangat menarik dan unik saat berinteraksi
dengan anak saat proses belajar mengajar. Alat pengambilan data dirasa perlu
dalam rangka mendapatkan data yang valid untuk selanjutnya dituangkan dalam
bentuk karya tulis.
Data yang diambil bukanlah data yang nantinya akan diteliti lebih lanjut ataupun
berupa penelitian tindakan, namun data yang dimaksud berupa catatan harian
guru yang kemudian dideskripsikan lebih jelas dengan mengaitkan dengan teori
yang ada. Catatan harian guru didalamnya memuat special moment, yaitu catatan
tentang perilaku anak yang sangat mengesankan dan diluar kebiasaan anak.
C. Pengolahan dan Penganalisisan Data
Data yang ada diolah dan dianalisis dengan beberapa teori terkait, selanjutnya
diambil kesimpulan terkait dengan Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan
Jamak untuk anak usia dini( focus metode pembelajaran melalui bermain di
sentra-sentra).
19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kekhasan/ keunikan ide/ gagasan
Dalam karya tulis ini kami mencoba menghadirkan hal baru berupa
GAYA MENGAJAR = CARA BELAJAR yang merupakan teori yang
dihadirkan oleh Munif Chatib, penulis buku Best Seller Sekolahnya Manusia.
Kelompok Bermain TOP Kids yang telah menerapkan konsep sentra
seutuhnya sejak tahun 2009 (saat mendapatkan Pusat Unggulan PAUD
Kecamatan) mampu menghadirkan kekhasan dalam memberikan
pembelajaran.
Pembelajaran di sentra mampu mengakomodir kecerdasan jamak anak
usia dini, special moment adalah potret yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui keunikan anak. Setiap anak memiliki kecerdasan jamak, namun
setiap anak juga mempunyai special moment yang menunjukkan kecerdasan
yang lebih dominan.
Catatan anekdot yang diwajibkan bagi guru lebih dimaksimalkan lagi
dengan adanya catatan special moment. Memberikan potret kepada anak saat
kondisi terbaik, sehingga memberikan motivasi bagi guru untuk dapat
membantu anak mencapai indikator yang disyaratkan.
B. Keinovasian ide/ gagasan
Ide/ gagasan yang muncul terinspirasi dari keberhasilan guru SLB yang
berhasil mengantarkan anak didiknya menemukan bakat yang memukau.
20
Menggabungkan konsep pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dengan
konsep pendekatan pembelajaran kecerdasan jamak anak usia dini (focus
metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra), kami menghadirkan
konsep “sekolahku inspirasiku”.
Pembelajaran di sentra menghadirkan pembelajaran yang mampu
menghadirkan inspirasi melalui special moment. Ragam mainan (densitas)
yang ada dihadirkan dengan menyisipkan minimal 3 kecerdasan didalamnya.
Bermain dalam satu sentra mampu menghadirkan semua kecerdasan jamak,
setiap hari dari satu sentra ke sentra selalu dibayangi dengan kecerdasan
jamak. Adapun mapping keragaman nampak dari tabel berikut:
Ketakutan orang tua akan kebosanan anak saat menyekolahkan anak pada usia
dini pun terkikis. Bermain di sentra dengan menghadirkan kecerdasan
majemuk sangatlah menyenangkan, potret special moment dari guru adalah
hal yang sangat mengharukan bagi orang tua.
C. Kendala – kendala yang dihadapi dalam menerapkan ide/ gagasan
21
Dalam menerapkan ide/ gagasan kendala yang paling utama adalah
kemampuan guru dalam mendeskripsikan hasil pemotretan special moment.
Secara lebih spesifik kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Pola pikir guru yang belum sama tentang apa itu kecerdasan
2. Special moment kadang hanya dikaitkan dengan kemampuan kognitif saja,
dengan mengabaikan aspek psikomotor dan afektif
3. Kemampuan guru dalam menuliskan special moment dan memberikan
jenis permainan yang tepat
4. Pengkondisian anak dalam satu kelompok yang belum dikelompokkan
berdasarkan kecenderungan berdasar kecerdasan jamak
D. Faktor – Faktor pendukung dalam menerapkan ide/ gagasan
Meski terdapat beberapa kendala, sebetulnya masih dapat teratasi dengan
adanya faktor pendukung dalam menerapkan gagasan/ ide. Factor pendukung
yang optimal dirumuskan dalam uraian berikut:
1. Semangat guru untuk terus belajar melalui beberapa media, salah satu
yang sangat membantu adalah melalui bedah buku teragenda (2 pekan
sekali) dengan sesame teman guru.
2. Pembelajaran anak usia dini lebih dominan pada aspek psikomotor dan
afektif, sehingga meminimalkan special moment pada aspek kognitif saja
22
3. Kebiasaan guru menuliskan rencana pembelajaran (lesson plan) sangat
membantu mengasah kemampuan dan kepekaan menghadirkan special
moment yang elegan
4. Jumlah anak yang dibagi berdasarkan usia dan kelas-kelas di sentra yang
mensyaratkan jumlah ideal anak 6-8, sangat membantu dalam memberikan
permainan yang sesuai dengan kecenderungan anak berdasarkan
keccerdasan jamak
E. Tindak lanjut/ rencana desiminasi dalam menerapkan ide/ gagasan
Penerapan ide/ gagasan pada karya tulis ini sudah mengagendakan tugas besar
selanjutnya. Anak yang telah ditemukan special momentnya akan terus
dioptimalkan sesuai dengan kecenderungan dominan pada kecerdasan jamak
dengan target:
1. Anak mampu menemukan bakat dari potensi yang ditemukan melalui
kecenderungan kecerdasan yang dominan
2. Anak yang telah menemukan bakatnya dapat menggali potensi
berdasarkan kecerdasan yang ke dua, dan seterusnya
3. Anak berbakat dapat menjadikan bakat tersebut menjadi profesi
4. Profesi anak ketika dewasa dapat dibalut dengan bakat lain dari
kecerdasan jamak
23
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dalam karya tulis diatas, dapat disimpulkan beberapa hal
penting yang sebelumnya menjadi permasalahan dalam karya tulis ini.Adapun
kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya anak berpotensi yang terakomodir dengan pendidikan yang
tepat akan menjadi anak yang berbakat
2. Mengoptimalkan potensi anak dalam rangka menemukan bakat yang akan
bermanfaat dalam kehidupan anak ketika mereka dewasa, karena bakat
dapat dijadikan sebagai profesi
3. Potensi anak yang muncul dikembangkan dengan cara yang tepat
sehingga tidak lagi muncul istilah “anak nakal” namun diganti dengan
istilah “anak berbakat”
B. Rekomendasi
Berdasarkan penyusunan karya tulis ini, melalui ide/ gagasan yang kami
paparkan terkait dengan Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan Jamak Anak
usia Dini (focus metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra) kami
rekomendasikan hal-hal berikut:
1. Dinas Pendidikan, dalam tulisan ini kami menghadirkan istilah baru yaitu
POTENSI dan BAKAT yang sebetulnya sangat penting untuk
24
ditindaklanjuti mengingat banyaknya tantangan di lapangan saat
mengaplikasikan beberapa teori yang ada. Fasilitasi dari Dinas Pendidikan
sangat diharapkan dalam rangka mensosialisasikan istilah dimaksud
kepada lembaga PAUD yang ada di Indonesia.
2. Pemerhati Pendidikan, kami menyampaikan beberapa hal penting terkait
Pendidikan Anak Usia Dini khususnya cara TEPAT dalam menggali
potensi agar terasah dan dapat muncul sebagai bakat.
3. Pendidik PAUD, karya tulis ini ditulis berdasarkan pengalaman dalam
menerapkan beberapa teori yang ada. Beberapa hikmah dapat diambil dan
dijadikan sebagai bahan pembanding dalam mendidik anak usia dini.
4. Orang tua, kami menganggap orang tua adalah mitra yang sangat efektif
dalam mendidik anak usia dini. Beberapa pengalaman kami dalam
berkomunikasi dengan orang tua, mengindikasikan bahwa setiap anak
memang berbeda. Anak memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda pada
titik optimalisasinya, ada yang unggul dalam hal naturalistik atau mungkin
dalam musikal dan jenis kecerdasan yang lain.
25