Lisan Suryana Putra
Transcript of Lisan Suryana Putra
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT. JAPFA COMFEED INDONESIA, Tbk
TANGERANG
Lisan Suryana Putra
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2012 M/1433 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT. JAPFA COMFEED INDONESIA, TBK
TANGERANG
Lisan Suryana Putra
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2012 M/1433 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN.
Jakarta, Januari 2012
Lisan Suryana Putra
107092003115
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lisan Suryana Putra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir: Karang Anyar, 11 Agustus 1990
Kewarganegaran : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi, Berat Badan : 170 cm, 55 kg
Agama : Islam
Alamat : Perum Permata Balaraja Jl. Mutiara Raya II Blok A.95
No. 01, RT. 05 RW. 01, Ds. Saga, Kec. Balaraja,
Tangerang-15610
No. Telp : 08989298246
Email : [email protected]
IPK : 3,72
1995-2001 : SD Negeri Pekong
2001-2004 : SMP Negeri 2 Balaraja
2004-2007 : SMA Negeri 1 Balaraja
2007-2012 : S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
2007-2009 : Divisi Dana dan Usaha Perhimpunan Organisasi Profesi
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI)
2008-2009 : Staf Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANAISASI
v
RINGKASAN
LISAN SURYANA PUTRA, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang (di bawah bimbingan DR. IR. EDMON DARIS, M.Si dan RIZKI ADI PUSPITASARI, SP, MM).
Pakan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ternak.Oleh karena itu pembuatan pakan ternak memerlukan teknik-teknik produksi yang perlu dipahami karena dalam pelaksanaannya melibatkan beberapa sumber daya, baik sumber daya internal (tenaga kerja, mesin, modal, manajemen, dan lahan) ataupun eksternal (iklim, cuaca, harga, dan downtime). PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk berupa pakan ternak, baik dalam bentuk tepung, crumble dan pelet. Ditengah persaingan yang sangat kompetitif pada saat sekarang ini, perusahaan harus dituntut untuk dapat melakukan kegiatan produksi yang efisien. Namun ditengah kegiatan produksi, pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk terjadi beberapa kendala. Kendala tersebut salah satunya yaitu terkadang tidak tercapainya target produksi yang ditentukan pada hari produksi. Sehingga membuat mundur semua jadwal produksi yang telah ditetapkan oleh bagian produksi. Oleh karena itu dirasa perlu diadakan analisis mengenai faktor-faktor produksi pakan ternak pada perusahaan tersebut, agar dapat memecahkan permasalahan yang terjadi.
Tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu : (1) Mengidentifikasi dan menganalisis Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi proses produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang. (2) Mengetahui elastisitas produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang. Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu data diamabil pada bulan Mei sampai Oktober 2011, sedangkan pakan yang diteliti hanya pakan jenis pelet saja.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk divisi feedmill unit Tangerang yang beralamat di jalan raya Serang KM 14,2 kampung Lamporan, desa Dukuh, kecamatan Cikupa, kabupaten Tangerang, Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan manajer produksi, dan data sekunder diperoleh dari dokumen dan laporan perusahaan. Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data produksi pakan ternak yaitu analisis kuantitatif melalui model persamaan regresi linear berganda dan perhitungan elastisitas. Alat bantu yang digunakan adalah software Excell 2007 dan Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 16.
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk memiliki rata-rata produksi pakan ternak bentuk pellet yaitu 516,4 ton dalam satu hari pada bulan Mei sampai Oktober yang merupakan waktu penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
vi
memiliki skala usaha yang besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pakan ternak yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mesin, tenaga kerja, dan downtime. Hasil perhitungan regresi didapatkan nilai intersep yaitu 130,065. Faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap tingkat produksi yaitu mesin dengan nilai koefisien yaitu 0,536. Dua variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pakan ternak bentuk pellet. Bahkan faktor produksi downtime dengan nilai koefisien -0,264 bersifat berbanding terbalik dengan tingkat produksi pakan ternak. Hasil perhitungan elastisitas produksi pakan ternak didapat nilai elastisitas produksi variabel mesin bersifat elastis (1,000265 > 1). Sedangkan elastisitas produksi dua variabel lain yakni tenaga kerja dan downtime bersifat inelastis dengan masing-masing bernilai 0,176171 dan -0,21895.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak di PT.
Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang“. Shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang
senantiasa istiqomah dijalan Allah SWT.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak awal penyusunan skripsi ini
hingga terbentuknya suatu karya ilmiah yang utuh dibutuhkan proses yang tidak mudah.
Namun, hal tersebut dapat terlewati dengan adanya peran serta orang-orang di sekitar
penulis yang selalu memberi dorongan dan dukungan hingga skripsi ini tersusun. Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada
semua pihak yang turut membantu, terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, almarhum Bapak Sukarno dan Ibu yang
tidak pernah letih memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi, doa, semangat, dan
dorongan serta bantuan baik moril maupun materil. Kepada Bapak tersayang
semoga ananda bisa membuat Bapak bangga. Sesungguhnya ananda tak akan
pernah dapat membalas semua yang pernah Bapak berikan kepada ananda, semoga
Allah SWT. selalu memberikan pahala, barokah, kasih sayang, dan semua amal
ibadah bapak diterima oleh-Nya. Kepada Ibu-ku tercinta, ananda tidak akan dapat
membalas perjuanganmu selama ini, sehingga ananda dapat melanjutkan studi
hingga selesai. Semoga engkau selalu diberikan kasih saying, rahmat dan
barokah-Nya, Terimakasih atas kasih sayang dan perjuangan-mu Ibu.
viii
2. Adikku tersayang, Andi Prasetyo dan Nadia Triana Apreselia yang
memberikan doa, semangat, dan keceriaan disaat penulis merasakan penurunan
motivasi dan semangat. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan kalian dengan
pahala yang berlipat. Amin.
3. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
membimbing, memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan serta meluangkan
waktu, tenaga dan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Syukron jazakumullah
khairan katsir.
4. Ibu Rizki Adi Puspitasari, SP, MM selaku Dosen Pembimbing 2 sekaligus
Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah membimbing, memberikan saran,
motivasi, nasihat dan arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam
penyusunan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.
5. Dr. Taswa Sukmadinata selaku Dosen Penguji 1 dalam sidang munaqosyah
skripsi penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.
6. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosyah skripsi
penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat, dan arahan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.
7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis, yaitu Drs. Acep Muhib, M.Si,
Ir. Mudatsir Najamuddin, M.MA, Dr. Edmon Daris, MS, Rizki Adi Puspita Sari,
SP, M.M, Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, Ir. Iwan Aminuddin, M.Si, Rahmi
Purnowati, SP, M.Si, Achmad Tjahcha Nugraha, SP, MP, Ir. Junaidi, M.Si, Drh
Zulmanery, MM, Iping Ruspendi dan masih banyak lagi yang tidak penulis
sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis
sampaikan atas segala ilmu dan pelajaran selama di bangku perkuliahan maupun
ix
di luar itu. Semoga Allah SWT membalasnya.
8. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Sains dan Teknologi, Dr. Agus Salim,
M.Si, Drs. Tabah Rosyadi, MA. Selain itu, Ibu Tari, Pak Amin, Pak Somari,
khususnya Kak Dewi Rohmawati dan semua yang selama ini membantu penulis
dalam penyelesaian surat-surat administrasi untuk seminar proposal, seminar hasil,
sampai ujian munaqosyah skripsi. Semoga Allah SWT membalasnya.
11. Seluruh jajaran pimpinan dan staff PT. JCI, Tbk Tangerang, Drs Thedorus Bate,
selaku Manajer Personalia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
melakukan Penelitian di PT. JCI, Tbk Tangerang, Bapak Danang Hadinoto, selaku
manajer produksi yang telah mendampingi dan mendukung penulis pada saat
pelaksanaan Penelitian, Ibu Desi selaku staff personalia PT. JCI, Tbk Tangerang,
yang dalam hal ini berperan membantu pihak penulis dalam hal administrasi,
Bapak Sukirno selaku Kepala Seksi Produksi PT. JCI, Tbk Tangerang, yang telah
membantu dalam pengumpulan data.
12. Om Wahyu Gunawan, Om Eko, Om Alif yang telah membantu dan memberikan
saran dalam pengumpulan data penelitian, semoga kabaikan kalian dibalas oleh
Allah SWT. Amin
13.Best Friend of Agri ’07 (“braders” Irvan, Adam, Andry, Abdul, Fahmi, Teguh,
Suryadi, Aan, Wahyu, Mico, Mamet, Arul, Faisal, Dede, Dana, Tata, Rian, dan
Dudi) serta Agri's Girl ’07 (Oci, Sese, Sasa, Siska, Niaf, Niar, Novi, Debi, Desi,
Mery, Febri) terimaksih guys atas kecerian dan kebersamaan kalian selama ini
Semoga Allah membalas dengan Nikmat tak terhingga untuk kalian “brad” dan
“sist”, dan tali silaturahmi ini tetap terjaga sehingga menjadi “sebuah kisah
klasik untuk masa depan”. Capailah cita-cita kalian guys, semoga menjadi apa
yang kalian inginkan, amin.
14. Penghuni Apartemen kehidupan (Kost-an) Safitra (Doleng), Aan, Irvan, Adam,
Andri, Try, Halwan bersama kalianlah penulis dapat memahami arti kehidupan,
dan arti kebersamaan. Semoga kalian sukses dunia dan akhirat, amin.
x
15. Rekan-rekan senior mulai angkatan 2000-2006 (Bang Ano, Ka Mughni, Ka
Anggger, Ka Feri, Ka Ikhsan, Ka Uin, Ka Zul, Ka Rofikoh, Ka Febriya, Ka Vidya,
Ka Ulfa, dll) dan adik kelas mulai angkatan 2008-2011 atas doa dan dukungannya
terimakasih.
16. Semua pihak yang telah membantu namun penulis tidak dapat sebutkan satu persatu
tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT
memberi keberkahan kepada kita semua. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, Januari 2012
Lisan Suryana Putra
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DARTAR ISI ................................................................................................. xi
DARTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pakan Ternak Unggas di Indonesia .................................................. 6
2.2. Produksi Pakan Ternak Unggas ....................................................... 11
2.1.1. Bahan Baku Dasar Pembuatan Pakan Ternak Unggas ............ 15 2.1.2. Klasifikasi Bahan Pakan Ternak Unggas ............................... 17
2.3. Konsep Produksi ............................................................................. 18 2.2.1. Faktor Produksi ..................................................................... 19 2.2.2. Fungsi Produksi ..................................................................... 22 2.2.3. Elastisitas Produksi................................................................ 24 2.2.4. Jenis-Jenis Produksi .............................................................. 27
2.4. Sistem Produksi ............................................................................... 29
2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 32
2.6. Alur Pemikiran ............................................................................... 33
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 36
3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 36
3.3. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 37
3.3.2. Observasi .............................................................................. 37 3.3.3. Dokumentasi ......................................................................... 37
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 37
3.4.1. Uji Kelayakan Model ............................................................ 38 3.4.2. Uji Analisis Regresi Berganda ............................................... 40
3.5. Definisi Operasional ........................................................................ 42
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................................... 45
4.2. Lokasi Perusahaan ........................................................................... 46
4.3. Luas Lahan dan Penggunaannya ...................................................... 46
4.4. Struktur Organisasi .......................................................................... 47
4.5. Tenaga Kerja Sistem Kerja Perusahaan ............................................ 49
4.7. Sarana dan Prasarana Perusahaan .................................................... 51
4.8. Aktivitas Produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia............................. 52
4.8.1. Input Produksi ....................................................................... 53 4.8.2. Proses Produksi ..................................................................... 62 4.8.3. Output Produksi .................................................................... 67
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak Bentuk
Pellet di PT. JCI, Tbk Unit Tangerang ............................................ 71
5.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Bentuk Pellet di PT. JCI, Tbk Unit Tangerang .................................. 72
5.1.2. Interpretasi Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak Bentuk Pellet di PT. JCI, Tbk Unit Tangerang ............................................................................. 79
5.4. Elastititas Produksi .......................................................................... 81
xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 83
5.2. Saran ............................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Definisi Operasional ............................................................................... 38
2. Rekapitulasi Tenaga Kerja PT. JCI, Tbk Tangerang ................................ 50
3. Sarana Penunjang Produksi PT. JCI, Tbk Tangerang ............................... 51
4. Daftar Bahan Baku Berdasarkan Negara PT. JCI, Tbk Tangerang ........... 54
5. Jumlah Penggunaan Faktor Bahan Baku Bulan Mei-Oktober 2011 .......... 56
6. Jumlah Penggunaan Faktor Tenaga Kerja Bulan Mei-Oktober 2011 ........ 58
7. Jumlah Penggunaan Faktor Mesin Bulan Mei-Oktober 2011 ................... 61
8. Data Jumlah Downtime Bulan Mei-Oktober 2011 ..................................... 66
9. Data Produksi Mingguan PT. JCI, Tbk Tangerang................................... 69
10. Hasil Analisis Regresi Berganda ............................................................. 72
11. Hasil Analisis Elastisitas Produksi Pakan Ternak .................................... 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik Sebaran Pemasaran Industri Pakan Ternak Indonesia Tahun 2010 7
2. Grafik Produksi Pakan Ternak Indonesia Tahun 2005-2009 .................... 8
3. Grafik Konsumsi Pakan Ternak Indonesia Tahun 2005-2009 .................. 9
4. Grafik Perkembanan Harga Pakan Unggas Indonesia Tahun 2005-2009 .. 10
5. Grafik Produksi Dengan Satu Variabel Input ........................................... 25
6. Sistem Produksi dan Operasi ................................................................... 30
7. Bagan Pemikiran Konseptual “Analisis Faktor-faktor Produksi Pakan
Ternak di PT. JCI, Tbk Tangerang”......................................................... 35
8. Data Penggunaan Bahan Baku PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 ............ 57
9. Data Penggunaan Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 .......... 59
10. Data Kapasitas Mesin Produksi PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 .......... 62
11. Data Downtime PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 ................................... 67
12. Data Produksi PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 ..................................... 69
13. Partial Regression Plot Uji Heteroskesdastisitas ..................................... 74
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat Permohonan Penelitian ............................................................. 88
2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian.............................. 89
3. Data Faktor-faktor Produksi Mingguan PT. JCI, Tbk Unit Tangerang ... 90
4. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi Bulan Mei 2011 .................... 91
5. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi Bulan Juni 2011 .................... 92
6. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi Bulan Juli 2011 ..................... 93
7. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi Bulan Agustus 2011 .............. 94
8. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi Bulan September 2011 .......... 95
9. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi Bulan Oktober 2011 .............. 96
10. Data Kapasitas Mesin Bulan Mei-Oktober 2011 ................................ 97
11. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Mei 2011 .......................... 98
12. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Juni 2011.......................... 99
13. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Juli 2011 .......................... 100
14. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Agustus 2011 ................... 101
15. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan September 2011................ 102
16. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Oktober 2011 ................... 103
17. Data Downtime PT. JCI Mei 2011 ..................................................... 104
18. Data Downtime PT. JCI Juni 2011 ..................................................... 105
19. Data Downtime PT. JCI Juli 2011 ...................................................... 106
20. Data Downtime PT. JCI Agustus 2011............................................... 107
21. Data Downtime PT. JCI September 2011 ........................................... 108
22. Data Downtime PT. JCI Oktober 2011 ............................................... 109
23. Output Analisis Perhitungan Regresi Berganda ................................ 110
24. Perhitungan Elastisitas Produksi Pakan Ternak.................................. 116
25. Layout PT. JCI, Tbk Unit Tangerang ................................................. 117
26. Struktur Organisasi PT. JCI, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang..... 119
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Destiana (2010:2) menjelaskan bahwa peternakan merupakan salah satu
sektor perekonomian yang berkembang pesat saat ini di Indonesia, hampir
sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini.
Di tengah tekanan yang mendera berbagai sektor di dalam negeri sejak tahun
2008, sektor peternakan Indonesia ternyata tetap mampu bertahan. Ketika
terjadi imbas krisis global tersebut, masyarakat Indonesia menggeser minatnya
pada produk peternakan dengan melakukan subtitusi dari konsumsi daging
ruminansia (hewan pemamah biak) terutama daging sapi ke produk unggas.
Secara makro, sektor peternakan mampu berkontribusi cukup besar
terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), ketahanan pangan,
peningkatan rata-rata pendapatan penduduk nasional dan penciptaan lapangan
kerja (Indonesia Commercial Newsletter, 2009). Sebagai gambaran, pada tahun
2009 pembangunan peternakan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar
Rp 86 triliun dan melibatkan 4 juta rumah tangga peternak. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika sektor peternakan diharapkan sebagai sektor pertumbuhan
baru, baik dalam bidang pertanian maupun ekonomi nasional. Faktor yang
mendukung tercapainya cita-cita dan harapan atas sektor peternakan tersebut,
dituntut agar ketersedian industri sarana produksi ternak (sapronak) yang
berjalan dan tumbuh beriringan dengan industri yang menyerap hasil
produksinya seperti industri peternakan unggas. Achmadi (2010:5) menyatakan
2
tidak ada peran strategis lainnya yang mampu memajukan industri perunggasan
secara signifikan selain industri pakan ternak. Bagaimana tidak, industri pakan
berfungsi sebagai penyedia input terbesar dalam budidaya ternak dan merupakan
aspek penting dalam usaha ternak selain bibit. Alamsyah (2005;13) menjelaskan
bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya ternak sangat
dipengaruhi oleh total biaya pakan yang dikeluarkan, total biaya pakan yang
dikeluarkan yaitu sekitar 70% (antara 60-80%).
Pakan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha
budidaya ternak. Kebutuhan pakan ternak meliputi jenis, jumlah dan kualitas bahan
pakan yang diberikan kepada ternak secara langsung akan dapat mempengaruhi
tingkat produksi dan produktifitas ternak yang dipelihara. Oleh karena itu
pembuatan pakan ternak memerlukan teknik-teknik produksi yang perlu dipahami
karena dalam pelaksanaannya melibatkan beberapa sumber daya, baik sumber daya
internal ataupun eksternal.
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
menghasilkan produk berupa pakan ternak. Ditengah persaingan yang sangat
kompetitif pada saat sekarang ini, perusahaan harus dituntut untuk dapat melakukan
kegiatan produksi yang efisien. Peningkatkan efisiensi usaha merupakan tujuan utama
dari semua perusahaan peternakan. Tujuan ini termasuk untuk mengoptimalkan
tingkat produksi terhadap ongkos/biaya produksi. Suatu efisiensi tidak selalu dicapai
pada tingkat produksi yang maksimum, dan sebaliknya suatu efisiensi tidak selalu
dicapai dengan biaya produksi yang minimum. (Achmadi, 2010:4). Dalam mencapai
tingkat efisiensi proses produksi penyediaan pakan ternak, perusahaan harus
3
memperhatikan komposisi penggunaan input produksi. Input atau faktor produksi
tersebut antara lain modal, mesin/teknologi, tenaga kerja, lahan, serta manajemen.
Namun ditengah kegiatan produksi, pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk terjadi
beberapa kendala. Kendala tersebut salah satunya yaitu terkadang tidak tercapainya
target produksi yang ditentukan pada hari produksi, kurang lebih sekitar 90 % dari
target produksi 100 %. Sehingga membuat mundur semua jadwal produksi yang telah
ditetapkan oleh bagian produksi.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan
penelitian dalam rangka memecahkan permasalahan yang terdapat dalam
kegiatan produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk
Tangerang. Selain itu penelitian ini juga sebagai penyusunan tugas akhir atau
skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Pakan Ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perlu
diadakan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill
Unit Tangerang. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah, sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi pakan ternak pada PT.
Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang?
2. Bagaimana respon produksi yang disebabkan oleh perubahan faktor-faktor
produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang?
4
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu, sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi proses produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk Tangerang.
2. Mengetahui elastisitas produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk Tangerang.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Perusahaan, sebagai informasi dalam pengelolaan usaha pakan ternak untuk
memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dapat memberikan hasil yang optimal.
2. Pembaca, sebagai bahan informasi dan masukan bagi penelitian selanjutnya.
3. Peneliti, menambah wawasan ilmu pengetahuan, dan sekaligus menerapkan apa
yang sudah diajarkan selama berada di bangku perkuliahan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang merupakan perusahaan
penghasil pakan unggas. Pakan yang diproduksi terdapat tiga jenis yaitu
berupa tepung, crumble, dan pellet. Produksi pada bulan Februari yang
merupakan waktu survei awal penelitian menunjukkan bahwa produksi pellet
sebesar 9.907,55 ton, produksi crumble yaitu 3.334,25 ton, dan produksi
tepung yaitu 802,35 ton (PT. JCI, 2011). Jadi, penelitian ini hanya akan
5
membahas produksi jenis pakan pellet saja, karena jenis pakan ini yang paling
banyak di produksi oleh perusahaan tersebut.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series, yakni
data produksi perbulan. Data tersebut diambil berdasarkan produksi enam bulan
kebelakang dari waktu penelitian, yaitu dari bulan Mei sampai Oktober 2011.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pakan Ternak Unggas di Indonesia
Kebutuhan pakan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan
terhadap produk-produk peternakan, khususnya komoditas unggas (daging ayam
dan telur). Hal ini pun terjadi selaras dengan pertambahan jumlah penduduk,
peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan kesadaran akan gizi seimbang.
Produksi pakan ternak nasional hingga saat ini baru mampu mencapai angka
delapan juta ton setiap tahunnya. Angka ini bukanlah angka maksimum yang
dapat dicapai oleh industri pakan Indonesia karena kapasitas total produksi pakan
nasional sebenarnya mencapai angka 14 juta ton per tahun. Tingkat utilisasi baru
mencapai 57% dari kapasitas total produksi nasional. Hal ini memang dapat
dipahami jika dilihat dari beberapa kendala produksi pakan unggas seperti
keterbatasan bahan baku lokal, jumlah permintaan pakan, isu dan bencana
penyakit yang ada dalam industri ini. Sehingga industri pakan Indonesia baru
berani untuk menyuplai sekitar 75% dari total kebutuhan pakan nasional
(Indonesia Commercial Newsletter, 2010).
Pemasaran industri pakan ternak ditujukan untuk memenuhi permintaan atas
beberapa peternakan yang berkembang di dalam negeri. Komoditi peternakan
tersebut antara lain unggas, ruminansia, babi, aquaculture (budidaya hewan-tanaman
air baik air tawar maupun air laut) dan jenis peternakan lainya. Industri pakan ternak
mayoritas diserap oleh peternakan unggas dengan persentasi +83%, seperti yang
disajikan pada Gambar 1.
7
Sepanjang lima tahun terakhir angka produksi pakan di Indonesia
menunjukan pertumbuhan yang cukup baik walaupun masih berada di bawah
sepuluh persen. Rata-rata pertumbuhan produksi pakan masih sekitar tujuh persen
dengan porsi terbesar ditujukan untuk konsumsi peternakan unggas. Angka
pertumbuhan pada tahun 2007 sampai 2009 memang tidak menunjukan angka
pertumbuhan sebaik 2005 dan 2006. Total produksi pakan ternak nasional
merosot menjadi 7,7 juta ton pada 2007 dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 9,9 juta ton. Pada tahun 2007, subsektor peternakan diterpa badai yang
dahsyat karena berbagai persoalan seperti flu burung (Avian Influenza/AI),
anthraks dan terus meningkatnya harga-harga jagung dan kedelai yang menjadi
bahan baku pakan di pasar internasional. Produksi pakan ternak tahun 2005
sampai 2010 disajikan pada Gambar 2.
Gambar 1. Grafik Sebaran Pemasaran Industri Pakan Ternak di Indonesia Tahun 2010 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan , 2010
8
Selang waktu 2005 sampai 2009 masyarakat khawatir untuk
mengkonsumsi ayam dan produk turunannya. Hal tersebut berimbas langsung
pada angka konsumsi ayam dan produk turunannya yang merosot tajam hingga
50%-60%. Industri peternakan saat itu menderita kerugian yang cukup signifikan,
begitu juga dengan industri pakan ternak. Bencana tersebut mengakibatkan
permintaan terhadap pakan ternak menurun hingga 22% dibandingkan tahun
sebelumnya dan juga menyebabkan kapasitas industri mengalami penurunan
akibat banyaknya perusahaan yang gulung tikar. Namun dengan semakin
berjalannya program-program pemerintah dalam mengentaskan bencana ini,
kapasitas produksi tahun 2008 dan 2009 mulai membaik yang ditunjukan dengan
peningkatan produksi sekitar dua persen mencapai 8,8 juta ton. Kapasitas
produksi pakan ternak domestik di tahun 2010 diperkirakan akan mengalami
peningkatan, menyusul akan dibukanya tiga perusahaan pakan di tahun ini. Dua
dari tiga pabrik tersebut berasal dari China dan lainnya dari Malaysia.
Gambar 2. Grafik Produksi Pakan Ternak di Indonesia tahun 2005-2009 Keterangan: Data hingga Agustus 2009
Sumber : Indonesia Comercial Newsletter, 2009 dalam Economic Review No. 219, 2010
9
Faktor penentu dalam peningkatan konsumsi pakan ternak adalah jumlah
produksi ternak, lebih tepatnya produksi ternak unggas karena 83% produksi
pakan dikonsumsi oleh peternakan unggas. Produksi unggas nasional yang pada
tahun 2011 mencapai lebih dari satu milyar ekor bibit ayam diperkirakan akan
sedikit meningkatkan angka konsumsi pakan nasional menjadi 10 juta ton. Angka
ini dapat dipastikan akan terlampaui, jika melihat perkembangan jumlah produksi
unggas nasional yang setiap tahunya selalu meningkat selaras dengan peningkatan
usaha sektor terkait dengan rata-rata sekitar tujuh persen.
Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa konsumsi pakan ternak
bergerak landai dari tahun 2006, sehingga pertumbuhan konsumsi pakan ternak
hanya meningkat satu persen pada tahun berikutnya. Peningkatan mulai terjadi
pada tahun 2007 dan bergerak naik perlahan-lahan hingga konsumsi pakan ternak
mencapai angka 8.4 juta ton pada tahun 2009. Distribusi konsumsi pakan ternak
didominasi oleh ayam broiler dan layer sebanyak 72% dan sisanya ayam breeder
(11%), aquaculture (11%) dan lain-lain termasuk sapi, kambing, domba
mencapai enam persen (Indonesia Commercial Newsletter, 2009). Peran pakan
Gambar 3. Grafik Konsumsi Pakan Ternak di Indonesia Tahun 2005-2009 Sumber : Poultry Indonesia, 2010 dalam Economic Review No. 219, 2010
10
sebagai input terbesar dalam peternakan unggas nasional menuntut ketersediaan
bahan baku pakan yang memadai baik dari segi kualitas, kuantitas, delivery dan
kontinuitasnya. Komponen pakan masih sangat bergantung pada impor, terutama
sumber protein (kedelai, tepung ikan dan meat bone meal) dan jagung. Jagung
memiliki posisi tertinggi pada komposisi pakan unggas dengan porsi sekitar 50-
70%. Hal ini didukung oleh jumlah industri pakan ternak yang memanfaatkan
jagung sebagai bahan baku sebanyak 67 perusahaan dengan kapasitas terpasang
sebesar 12 juta ton per tahun. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk
pakan kemungkinan akan terus meningkat dan sangat mungkin akan berpengaruh
kepada peningkatan harga pakan secara nasional (Indonesia Commercial
Newsletter, 2010).
Harga pakan ternak dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, terutama pada akhir tahun 2009. Sejak tahun 2007, harga
pakan ternak meningkat menyusul peningkatan harga jagung dunia. Di awal 2008
harga pakan ternak telah melonjak 31-34%, dibanding posisi akhir tahun 2007
yang juga disebabkan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan seperti kedelai
Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Pakan Unggas di Indonesia Tahun 2007-2009 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2010 dalam Economic Review No. 219, 2010
11
dan jagung di pasar internasional yang tinggi dan semakin tinggi pada tahun 2009
dengan perkiraan peningkatan sekitar 30-35%.
Struktur pasar yang tidak sempurna pada industri pakan ternak ini memang
cukup membuat para pemain dalam industri ini gelisah. Harga pakan tidak
ditentukan sepenuhnya oleh keseimbangan permintaan dan penawaran pasar tetapi
sangat tergantung atas kecukupan pemenuhan bahan baku. Oleh karena itu, harga
pakan akan cenderung semakin meningkat jika tidak ada peningkatan produksi
bahan baku domestik secara signifikan.
2.2. Produksi Pakan Ternak Unggas
Ternak apapun jenisnya membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok, produksi dan reproduksi. Fungsi ternak bagi manusia adalah untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani. Tuntutan kebutuhan akan produk
peternakan baik berupa susu, daging dan telur sangat tinggi, seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan pentingnya gizi bagi
perkembangan tubuh manusia.
Agus (2007:12) menyatakan bahwa tingginya laju permintaan akan produk
peternakan ini harus diimbangi dengan kecepatan memproduksi yang tinggi pula.
Hal ini hanya dapat dicapai bila ternak mendapat cukup zat makanan yang dapat
diserap dan dikonversikan menjadi sumber protein hewani yang bernilai gizi dan
ekonomi yang tinggi. Faktor untuk mencapai target produksi ternak yang
menguntungkan dapat dilakukan dalam ukuran waktu yang relatif cepat adalah
pemberian pakan yang tepat. Beberapa hal penting yang harus kita ketahui dalam
produksi pakan ternak antara lain:
12
1. Kebutuhan gizi ternak,
2. Kandungan nutrisi dan anti nutrisi,
3. Sifat dan peran bahan pakan,
4. Sampling bahan untuk analisis dan analisis yang digunakan,
5. Toleransi pemakaian,
6. Kontinuitas,
7. Harga bahan baku,
8. Dasar dan teknik perhitungan formula,
9. Cara penimbangan,
10. Teknik pembuatan ransum dan konsentrat,
11. Alat-alat yang digunakan dalam pencampuran,
12. Operasional alat,
13. Processing,
14. Kontrol kualitas pergudangan, dan
15. Pendistribusiannya.
Tujuan dari usaha peternakan adalah memenuhi kebutuhan permintaan
manusia dengan memperhitungkan keuntungan yang bisa diraih. Bila kita mampu
menekan biaya ini maka usaha kita akan dapat lebih menguntungkan. Definisi
dari teknik produksi pakan ternak adalah serangkaian aktivitas yang melibatkan
sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pakan yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan oleh nutrisionist.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik
yang terkandung dalam bahan pakan antara lain, protein, lemak, serat kasar, bahan
ekstrak tanpa nitrogen, dll. Sedangkan bahan anorganik yang dimaksud yaitu
13
seperti kalsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium dan lain sebagainya.
Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis
proximate dan analisis terhadap vitamin dan mineral. Analisis masing- masing
komponen vitamin serta mineral yang terkandung didalam bahan dilakukan di
laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.
Formulasi pakan ternak biasanya disusun oleh seorang ahli nutrisi
(nutrisionist) yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai aspek-aspek teknis,
zooteknis dan ekonomis. Paduan dari ketiga aspek di atas adalah terciptanya suatu
susunan tiga atau lebih bahan baku pakan yang telah diperhitungkan target
kandungan nutrisinya. Sehingga bahan tersebut dapat direkomendasikan
penggunaannya untuk ternak, dan produk pakan tersebut tentunya harus marketable.
Kartasudjana (2001:25) menyatakan nutrisionist adalah seorang ahli pakan
ternak, persyaratan yang harus dimiliki oleh nutrisionist tersebut harus paham dasar
dari penyusunan suatu formula pakan. Persyaratan tersebut antara lain mengetahui
kebutuhan hidup untuk setiap jenis dan periode hidup ternak, toleransi ternak
terhadap zat-zat pakan tertentu, faktor penghambat (antinutrisi) yang terkandung
dalam bahan pakan. Selain itu nutrisionist juga harus memahami pengaruh musim
dan lingkungan terhadap ketersedian bahan baku pakan, sehingga mampu
mengkalkulasi formula yang ekonomis dengan kualitas memenuhi standar.
Produk pakan ternak yang dimaksud dalam pokok bahasan adalah suatu
produk yang umum dihasilkan oleh pabrik untuk kepentingan ternak sendiri
maupun untuk diperdagangkan. Produk umum yang biasa dihasilkan oleh pabrik
14
adalah konsentrat, bentuk yang dibuat dapat berbentuk partikel kecil (mash),
bentuk kompak (pellet), agregat (crumble), dan kubus (cubes).
Menurut Kartasudjana (2001,27) Tepung (mash) adalah suatu bahan atau
campuran bahan yang bentuknya tepung. Pembuatan tepung ini dilakukan secara
mekanis yaitu dengan cara dihancurkan dengan alat penghancur. Ukuran partikel
dapat disesuaikan dengan menggunakan saringan. Pelet (pellet) adalah bentuk
masa bahan-bahan pakan, konsentrat atau ransum yang dibentuk dengan menekan
dan memadatkannya melalui lubang cetakan secara mekanis. Crumble adalah
bahan, suatu campuran bahan atau ransum yang ukurannya lebih kecil dari pellet,
dimana bahan digiling dengan gilingan sesuai ukuran partikel yang diinginkan.
Kubus (cube) adalah bahan atau campuran bahan pakan yang dicetak secara
mekanis dengan mesin pengepres dengan bentuk menyerupai kubus. Bentuk
kubus biasanya terdiri dari hijauan (kering) yang telah dipotong-potong atau
campuran hijauan potongan hijauan kering dengan konsentrat bentuk mash yang
sering disebut makanan komplit (complete feed).
Bentuk pakan tersebut dihasilkan oleh mesin yang berbeda-beda. Cara
membuat bentuk mash, kita hanya membutuhkan alat timbangan, penghancur dan
pencampur (mixer). Alat yang digunakan untuk membentuk pellet adalah mesin
pellet, boiler dan pengering (oven), sedang bentuk crumble diperlukan alat tambahan
yaitu mesin pemecah dan saringan berbagai ukuran sesuai dengan yang dikehendaki.
Bentuk kubus biasanya campuran dari potongan hijauan dengan konsentrat bentuk
mash yang di-mixer dilajutkan dengan pengepresan. Sumber daya yang perlu ada
untuk dapat menghasilkan pakan ternak, antara lain manusia (tenaga ahli dan
15
pekerja), modal, bahan baku dan peralatan serta gudang. Semua aktivitas ini dikelola
oleh seorang manager bila dalam suatu perusahaan pakan. Biasanya kegiatan
pembuatan pakan atau istilah lainnya processing berada di bawah tanggung jawab
kepala bagian produksi.
2.2.1. Bahan Baku Dasar Pembuatan Pakan Ternak Unggas
Agus (2007: 7-17) menjelaskan bahwa bahan baku dasar yang digunakan
dalam proses pembuatan pakan ternak unggas terdiri beberapa bahan. Bahan baku
dasar tersebut antara lain jagung, Soya Bean Meal (SBM), Meta Bone Meal (MBM),
Corn Glutein Meal (CGM), Poultry by Product Meal (PBPM), Distiller Drived
Gran Solb (DDGS), Fish Meal (FM), Chiken Feather Meal (CFM), tepung tulang,
tepung industri, tepung batu, minyak sawit. Penjelasan terhadap masing-masing
bahan baku dasar tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
1. Jagung
Jagung merupakan sumber energi yang baik karena mengandung zat
karbohidrat dengan persentase yang tinggi, zat protein asam linoleat yang baik
dan sebagai sumber asam lemak esensial yang baik. Jenis jagung yang
digunakan pada PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit
Tangerang dibedakan atas jagung lokal dan juga jagung impor.
2. Soya Bean Meal (SBM)
SBM disebut juga bungkil kacang kedelai, SBM mengandung nilai protein
yang tinggi, karena didalamnya terkandung asam amino lisin, yaitu asam amino
yang paling essensial diantara asam-asam amino yang lainnya.
16
3. Meat Bone Meal (MBM)
MBM disebut juga tepung daging dan tulang. MBM merupakan hasil
pengolahan dari daging sapi dan kerbau yang diolah menjadi tepung. MBM ini
mengandung protein, lemak dan juga kalsium.
4. Corn Glutein Meal (CGM)
5. Poultry by Product Meal (PBPM)
PBPM merupakan bahan yang berasal dari pengolahan jeroan ayam.
6. Distiller Drived Gran Solb (DDGS)
7. Fish Meal (FM)
FM merupakan bahan yang berasal dari pengolahan limbah ikan.
8. Chiken Feather Meal (CFM)
CFM merupakan hasil dari penghalusan bulu-bulu ayam.
9. Tepung Tulang
Tepung tulang merupakan hasil dari pengolahan tulang yang diolah menjadi
tepung. Kandungan tepung tulang meliputi protein, lemak, kalsium, dan fosfor.
Syarat tulang yang bisa digunakan sebagai tepung tulang adalah tulang hewan
ternak yang sudah dewasa, seperti sapi, kuda, dan kerbau. Fungsi dar tepung
tulang yakni sebagai perekat pakan, karena membantu dalam proses
gelatinisasi.
9. Tepung Industri
10. Tepung Batu
Tepung batu merupakan bahan yang berasal dari kapur, yang merupakan
sumber mineral Ca.
17
11. Minyak Sawit (PO)
PO/Palm Oil merupakan bahan yang penting karena memiliki nilai biologis
yang tinggi yang diperlukan dalam pembuatan pakan ternak.
2.2.2. Klasifikasi Bahan Pakan Ternak Unggas
Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi
kimianya. Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia, serta penggunaannya secara
internasional bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas yaitu (Agus, 2007:18).
1. Hijauan kering dan jerami
Kelas ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotong dan
dirawat, serta produk lain yang mengandung serat kasar lebih dari 18% atau
dinding sel lebih dari 35%. Hijauan kering (hay) dan jerami padi termasuk
dalam kelas ini.
2. Pastura, tanaman padangan, dan hijauan segar
Semua hijauan yang dipotong atau tidak dan diberikan dalam keadaan segar.
Contoh: rumput, legume (kacang-kacangan), dan rambatan.
3. Silase
Kelas ini menyebutkan silase hijauan (rumput, tanaman jagung) tetapi tidak
termasuk silase ikan, bebijian, dan umbi.
4. Sumber Energi
Bahan baku yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan dengan
kandungan serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% dan
protein kurang dari 20%.
18
5. Sumber Protein
Kelas ini mengikutsertakan bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang
dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% dan protein 20% atau lebih.
Contoh: bahan pakan yang berasal dari hewan dan ikan, serta bungkil dan biji
tanaman kacang-kacangan.
6. Sumber Mineral
7. Sumber vitamin
8. Sumber aditif.
2.3. Konsep Produksi
Sebelum kita membahas mengenai pengertian proses produksi sebaiknya
terlebih dahulu kita mengetahui arti dari proses. Proses adalah cara, metode dan
teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan
dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil (Assauri, 2004:75).
Assauri (2004:75) menjelaskan bahwa produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Ritonga (2003:47)
menyatakan produksi adalah kegiatan menambah atau menciptakan kegunaan
suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Siddiqi dalam P3EI
(2009:230) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa
dengan memperhatikan nilai keadilan dan kebajikan/kemanfaatan (mashlahah)
bagi masyarakat. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk
menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu
benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan
19
menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya
dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia
barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan mengenai pengertian
proses produksi. Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada.
2.3.1. Faktor Produksi
Soekartawi (2003:3) menyatakan bahwa istilah faktor produksi sering pula
disebut dengan “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut “dikorbankan”
untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa Inggris, faktor produksi ini disebut
dengan “input”. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan dan
kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut
dengan “factor relationship” (FR). Dalam rumus matematis dapat dituliskan dengan:
Y = f(X1, X2, …,Xi, …Xn)
Keterangan:
Y = produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X, dan
X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y.
Soekartawi (2003:4) menyatakan bahwa dalam proses produksi pertanian,
maka Y dapat berupa produksi pertanian dan X dapat berupa lahan pertanian,
20
tenaga kerja, modal, dan manajemen. Namun demikian dalam praktek, keempat
faktor produksi tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. Faktor-faktor
sosial ekonomi lainnya, seperti pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat
keterampilan, dan lain-lain juga dapat mempengaruhi tingkat produksi. Oleh
karena itu, sebelum seseorang merancang untuk menganalisis kaitan input dan
output maka diperlukan pemahaman dan identifikasi terhadap variabel-variabel
apa yang mempengaruhi proses produksi.
a. Lahan pertanian
Dalam kenyataan, lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian.
Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang dipersiapkan untuk
diusahakan usaha tani, misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan
tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha
pertanian. Jadi, luas tanah pertanian selalu lebih luas daripada lahan pertanian
(Soekartawi, 2003:5).
b. Tenaga kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi pada jumlah yang cukup, bukan saja
dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja
pun perlu pula diperhatikan. Hal-hal yang berkenaan dengan faktor produksi
tenaga kerja antara lain: tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, tenaga kerja musiman, dan upah tenaga kerja (Soekartawi, 2003:8).
21
c. Modal
Soekartawi (2003:11) menjelaskan bahwa dalam kegiatan proses produksi
pertanian, modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal
tidak tetap/modal variabel. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan
mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Sehingga modal
tetap dapat diartikan sebagai biaya biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut.
Sebaliknya modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi dan habis dalam satu kali produksi tersebut. Misalnya biaya produksi
yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang
dibayarkan untuk upah tenaga kerja.
Pembatasan tersebut memang tidak baku karena ciri proses produksi pertanian
yang berubah-ubah dan kondisional menurut lokasi dan waktu tertetu pula.
Pembedaan modal tetap dan tidak tetap menjadi relatif sifatnya tergantung dari
cara pandang si peneliti, dan besar kecilnya modal dipengaruhi antara lain: skala
usaha, macam komoditas, dan tersedianya kredit.
d. Manajemen
Dalam usaha tani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dan
strategis. Yohanes Yahya (2006:1) memberikan pengertian manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses produksi melibatkan sejumlah orang
(tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manejemen berarti pula bagaimana
22
mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses
produksi. Dalam praktik, faktor manajemen ini banyak dipengaruhi oleh berbagai
aspek antara lain: tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar
kecilnya kredit, dan macam komoditas.
2.3.2. Fungsi Produksi
Soekartawi (2003:17) menjelaskan bahwa fungsi produksi adalah hubungan
fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel
yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya
berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang
banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Fungsi
produksi adalah suatu hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi ini terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal,
dan keahlian keusahawan. Dalam teori ekonomi, untuk menganalisis mengenai
produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal dan keahlian
keusahawan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai
faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Faktor produksi adalah semua
korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan
menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 1997:63).
Hubungan diantara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan tingkat
produksi yang dicapai, maka yang dapat digambarkan adalah hubungan antara jumlah
tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai (Sukirno, 2005).
Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Q = f ( K, L, R, T )……………………………………………………(1.1)
23
Keterangan:
K = adalah jumlah stock modal atau persediaan modal
L = Jumlah tenaga kerja (yang meliputi jenis tenaga kerja dan keahlian
keusahawan)
T = adalah tingkat teknologi yang digunakan
R = Biaya sewa lahan
Q = adalah jumlah produksi yang dihasilkan (Sukirno, 2005).
Soekartawi (1997:66) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah
hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan
(X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang
menjelaskan biasanya dalam bentuk input.
Secara matematis, hubungan ini dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f ( X1, X2, X3,………,Xi,…..Xn)………………………………………..(1.2)
Persamaan 1.2 menjelaskan bahwa hubungan X dan Y dapat diketahui dan
sekaligus hubungan Xi, Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. Penggunaan dari
berbagai macam faktor-faktor tersebut diusahakan untuk menghasilkan atau
memberikan hasil maksimal dalam jumlah tertentu.
Namun, produksi yang dipengaruhi oleh faktor produksi dinyatakan bahwa
semakin banyak faktor produksi yang digunakan, maka semakin banyak juga
produksi yang dihasilkan. Akan tetapi, hal ini dibatasi oleh adanya suatu keadaan dari
faktor produksi yang disebut dengan “The law of diminishing return“. Hukum ini
menyatakan bahwa semakin banyak sumber daya variabel yang ditambahkan pada
24
sejumlah tertentu sumber daya tetap, perubahan output yang diakibatkan akan
mengalami penurunan dan bias menjadi negatif (Debertin, 1986:20)
Iswardono (2004:46) menjelaskan bahwa fungsi produksi membatasi
pencapaian profit maksimum karena keterbatasan teknologi dan pasar dimana hal
ini akan mempengaruhi ongkos produksi, output yang dihasilkan dan harga jual
output. Hubungan antara input dengan input, input dengan output dan output
dengan output yang merupakan menjadi kharakteristik dari fungsi produksi suatu
perusahaan tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Pada umumnya,
semakin maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkatkan output yang
dapat diproduksikan dengan suatu jumlah input tertentu.
Iswardono (2004:49) bependapat bahwa dalam banyak hal, fungsi produksi
serupa ataupun analog dengan fungsi utility ataupun fungsi preferensi konsumen
meskipun ada perbedaannya. Perusahaan menggunakan input-input untuk
menghasilkan output, pada umumnya jumlah/kuantitas ini mempunyai karakteristik
cardinal artinya produk/output dapat diukur, dapat ditambah dan dapat dilihat fungsi
produksi juga menjelaskan bukan hanya satu isoquant tetapi seluruh jumlah isoquant,
dimana masing-masing isoquant menunjukkan tingkat output yang berbeda serta
menunjukkan bagaimana output berubah menjadi input yang digunakan juga berubah.
2.3.3. Elastisitas Produksi
Fungsi produksi dapat digambarkan untuk dapat dijelaskan secara rinci
dan menganalisa peranan masing – masing faktor produksi. Maka dari sejumlah
faktor– faktor produksi itu salah satu faktor produksi kita anggap variabel
(berubah– ubah) sedangkan faktor–faktor produksi lainnya dianggap konstan
25
(Mubyarto, 1989). Secara grafik penambahan faktor produksi yang digunakan
disajikan pada Gambar 5 :
Gambar 5 menunjukkan bahwa suatu perusahaan berproduksi di mana
modal dianggap tetap dan hanya tenaga kerja yang berubah. Jadi perusahaan dapat
meningkatkan outputnya dengan meningkatkan jumlah pemakaian tenaga kerja.
Pada Gambar 5 (a), menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan maka total produk yang dihasilkan akan terus meningkat hingga titik
maksimum yaitu di titik C. Jika suatu perusahaan terus menambah jumlah tenaga
kerja maka total produk yang dihasilkan justru akan menurun karena penambahan
tenaga kerja tidak menjadi efisien secara tehnis atau penambahan tenaga kerja
akan mengurangi produksi (Diminishing Return to Scale). Gambar 5 (b),
Gambar 5. Grafik Produksi dengan Satu Variabel Input Sumber: Debertin, 1986
Output per Periode
Output per Periode
Output per Periode
Output per Periode
I
B
C
TP
II III A
a)
E
AP
MP b) 0
26
memperlihatkan mengenai kurva produk marginal (MP) dan kurva produk rata-
rata (AP). Apabila total produk yang dihasilkan terus meningkat, maka nilai dari
produk marginal tersebut selalu positif, dan akan bernilai negatif ketika total
produk yang dihasilkan menurun. Kurva produk marginal yang memotong sumbu
horizontal (tenaga kerja per periode), pada saat kurva total produk mencapai titik
maksimum (titik C). Hal ini berarti bahwa penambahan tenaga kerja akan
menurunkan total produk dan nilai dari produk marginal menjadi negatif, artinya,
bahwa tambahan tenaga kerja akan menurunkan nilai marginal produk.
Kurva produksi total (TP) dapat dibagi menjadi tiga tahap daerah produksi
yaitu daerah I, daerah II, dan daerah III. Seorang produsen yang rasional akan
memproduksi output pada tahap II. Hal ini disebabkan karena pada daerah ini apabila
terjadi penambahan satu unit faktor produksi maka akan memberikan tambahan
produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan marginal produk (MP)
menurun tetapi masih dalam daerah yang positif. Hubungan antara kurva MPL
dengan APL tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan tiga tahapan produksi
dari tenaga kerja. Daerah antara titik nol (awal) sampai dengan kurva APL
maksimum merupakan tahapan I dari produksi untuk tenaga kerja. Tahapan II berada
diantara titik APL maksimum sampai pada titik dimana MPL adalah nol sedangkan
untuk tahap III merupakan daerah dimana MPL adalah negatif.
Hubungan antara Marginal Phsychal Product (MPP) dan Average Phsycal
Product (APP), selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi.
Tingkat elastisitas produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah
pertanian tersebut dalam increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas
27
produksi lebih besar dari satu dan produksi total menaik, maka pertanian ada pada
daerah increasing. Sebaliknya bila nilai elastisitas produksi lebih besar dari nol
tetapi lebih kecil dari satu, maka pertanian tersebut ada pada daerah decreasing.
Elastisitas produksi (Ep) adalah presentasi perubahan dari output sebagai akibat
dari presentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus
sebagai berikut (Soekartawi, 2003:25) :
ܧ =bx. Xഥ
Yഥ
Dimana : Ep = Elastisitas Produksi
X = Nilai rata-rata X
Y = Nilai rata-rata Y
Kriteria Elastisitas Produksi:
In Elastis Sempurna jika Ep = 0
In Elastis jika Ep < 1
Elastisitas Uniter jika Ep = 1
Elastis jika Ep > 1
Elastis Sempurna jika Ep = ~
2.3.4. Jenis-Jenis Produksi
Proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan masukan
menjadi keluaran. Macam barang atau jasa yang dikerjakan banyak sekali sehingga
macam proses yang ada juga menjadi banyak. Proses produksi dibagi menjadi tiga
yaitu proses produksi terus menerus, proses produksi terputus-putus, dan proses
produksi intermediate. Pemaparan lebih lanjut mengenai jenis produksi dapat dilihat
pada penjelasan berikut ini (Subagyo, 2000:8).
28
1. Proses Produksi Terus-menerus
Proses produksi terus-menerus atau continous adalah proses produksi yang tidak
pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Proses produksi continous
biasanya juga disebut sebagai proses produksi yang berfokuskan pada produk atau
product focus. Karena biasanya setiap produk disedakan fasilitas produk tersendiri
yang meletakkannya disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk itu.
Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk
pasar (produksi massa) seperti pabrik susu dan pabrik ban.
2. Proses Produksi Terputus-putus
Proses produksi terputus-putus atau intermittent digunakan untuk pabrik yang
mengerjakan barang bermacam-macam dengan jumlah setiap macam hanya
sedikit. Proses produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi setiap
saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang dikerjakan. Oleh karena
itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan proses
pembuatan barang. Proses produksi terputus-putus biasanya disebut juga sebagai
proses produksi yang berfokus pada proses atau process focus.
Assauri (2004:75) menjelaskan bahwa proses produksi terputus dapat dilihat
apabila kita menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam
memprodusir produk dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian diubah
atau di persiapkan kembali untuk memprodusir produk lain. Proses seperti ini
terdapat waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk perubahan yang
cepat guna memhadapi variasi produk yang berganti-ganti. Misalnya terlihat
29
dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan
seperti pabrik kapal, atau bengkel besi.
3. Proses Intermediate
Dalam kenyataannya kedua macam poroses produksi di atas tidak sepenuhnya
berlaku, biasanya merupakan campuran dari keduanya. Hal ini disebabkan
macam barang yang dikerjakan memang berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu
banyak dan jumlah barang setiap macam agak banyak. Proses produksi yang
memiliki unsur continous dan ada pula unsur intermittentnya, proses semacam
ini biasanya disebut sebagai proses intermediate. Arus barang biasanya
campuran, tetapi untuk beberapa kelompok barang sebagian arusnya sama.
2.4. Sistem Produksi
Manajemen produksi dan operasi merupakan manajemen dari suatu sistem
transformasi yang mengkonversikan masukan (inputs) menjadi keluaran (outputs)
yang berupa barang atau jasa. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
produksi dan operasi memerlukan serangkaian kegiatan yang merupakan suatu
sistem. Sistem produksi mempunyai unsur-unsurnya adalah masukan,
pentransformasian dan keluaran. Sedangkan produksi dan operasi sebenarnya
adalah merupakan suatu sistem untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa
yang dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh anggota masyarakat. Assauri
(2004:26) mengatakan bahwa sistem merupakan suatu rangkaian unsur-unsur
yang saling terkait dan tergantung, serta saling pengaruh mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan bagi
pelaksanaan kegiatan bagi pencapaian suatu tujuan tertentu. Sedangkan yang
30
dimaksudkan dengan sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-
unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam
pentransformasian masukan menjadi keluaran (Assauri, 2004:26). Suatu sistem
mempunyai banyak komponen yang terdapat dalam unsur baik bahan, maupun
pentransformasiannya serta juga keluarannnya. Dalam komponen masukan dari
suatu sistem produksi, seperti terlihat dalam gambar 6, terdiri dari bahan, tenaga
kerja (sumber daya manusia), energi, mesin, modal, dan informasi. Antara
komponen dalam unsur masukan tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi secara
bersama-sama membentuk suatu sistem dalam pentransformasian untuk mencapai
suatu tujuan akhir bersama. Sistem produksi mengkombinasikan atau
menggabungkan dalam proses transformasi, komponen-komponen masukan
tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal dan lainnya, dengan suatu cara
pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir bersama.
Informasi umpan balik
Gambar 6. Sistem Produksi dan Operasi Sumber: Assauri, 2004.
Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa masukan-masukan tersebut
dikonversikan ke dalam barang atau jasa yang menjadi keluaran dengan
menggunakan teknologi proses tertentu yang merupakan metode tertentu yang
Masukan:
-bahan. -tenaga kerja.
-mesin. -energi. -modal.
-informasi.
Transformasi:
Proses konversi
Keluaran:
Barang atau jasa
31
dipergunakan untuk mentransformasikan berbagai masukan menjadi keluaran.
Dalam Gambar 6 juga terlihat bahwa informasi umpan balik dipergunakan untuk
mengendalikan teknologi proses atau masukan. Hal ini merupakan hal yang
mendasar dalam produksi dan operasi, yang mana umpan balik (feedback)
dipergunakan untuk mengendalikan masukan dalam menghasilkan keluaran yang
diinginkan. Kegiatan ini merupakan tanggung jawab seorang manajer produksi
dan operasi untuk menggunakan informasi umpan balik untuk secara kontinyu
menyesuaikan bauran masukan dan teknologi yang dibutuhkan untuk memperoleh
keluaran yang diinginkan.
Sistem produksi dan operasi tidak hanya terdapat pada industri
manufaktur, tetapi juga terdapat dalam industri jasa seperti perbankan, asuransi,
pasar swalayan, dan rumah sakit. Jenis masukan yang dipergunakan dalam sistem
produksi dan operasi berbeda-beda tergantung pada jenis barang atau jasa yang
akan dihasilkan, atau dengan perkataan lain tergantung pada jenis industrinya.
Misalnya untuk produksi dan operasi industri manufaktur kendaraan bermotor,
masukan modal dan energi untuk mesin-mesin, peralatan dan perlengkapan (tools)
akan sangat dibutuhkan. Tenaga kerja dibutuhkan untuk mengoperasikan dan
memelihara peralatan dan bahan-bahan masukan yang akan dikonversikan dalam
proses, sehingga bahan baku tersebut dapat menjadi barang jadi. Sedangkan sistem
produksi dan operasi industri jasa menggunakan bauran yang berbeda dari masukan
yang dipergunakan dalam industri manufaktur. Sebagai contoh suatu perusahaan
telekomunikasi dalam pengoperasiannya membutuhkan modal untuk suku cadang
dan komponen elektronik serta peralatan yang terdapat dalam suatu bangunan, di
32
samping peralatan transmisi suara melalui sistem kabel, menara microwave,
switching, station computers, dan operator telepon.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Rosyidi (2006) dengan judul Analisis Efektifitas Penanganan
Produksi Tepung Terigu (PT. Indo Food Sukses Makmur Tbk, Jakarta Utara).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis penanganan
produksi di PT. Indo Food Sukses Makmur Tbk. Tujuan selanjutnya adalah
mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana perusahaan mencapai hasil jumlah
produksi yang ditargetkan dengan kendala yang dimiliki. Dalam penelitiannya
Rosyidi menggunakan beberapa metode analisis data yaitu teknik peramalan,
metode program linier, metode analisis time series dan metode P-chart
(pengendalian sifat-sifat produksi). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses
produksi dilakukan pada bulan Juni, Juli, dan Agustus guna mencari solusi
optimum setelah menganalisis jenis merek tepung terigu dan gandum. Hasil
optimal berdasarkan kendala-kendala yang ada dari alokasi sumber daya yang
dimanfaatkan seperti gandum, air, listrik, kapasitas penampungan, jam kerja, dan
kapasitas mill. Pencapaian target produksi sudah tepat pada sasaran yaitu jumlah
produksi lebih besar dari permintaan akan tepung terigu.
Penelitian sejenis pun juga dilakukan oleh Firman (2006) dengan judul
Optimalisasi Produksi Susu Pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS),
Pangalengan Bandung. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk menganalisis dan
menentukan tingkat produksi optimal pada KPBS Bandung untuk keuntungan yang
33
yang maksimal. Dalam penelitiannya Firman menggunakan metode analisis yakni
program linear (linear program). Pada kondisi post optimal ini akan meningkatkan
keuntungan pada KPBS Pangalengan sebesar Rp 43.317.200,00 untuk setiap bulannya.
Penelitian lain tentang produksi juga telah dilakukan oleh Mubarok (2009)
dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di Sentra
Produksi Kerupuk Desa Kenangan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu. Adapun metode yang digunakan oleh Mubarok yaitu
metode Cobb-Douglass. Hasil penelitian yang didapat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan di daerah penelitian yaitu modal (X1),
tenaga kerja (X2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan perhitungan
secara ekonometrik, faktor yang paling berpengaruh pada produksi kerupuk ikan
di daerah penelitian, baik skala sedang maupun kecil adalah modal (X1).
2.6. Alur Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pakan ternak dan tingkat
elastisitas PT. JCI, Tbk Tangerang. Produksi pakan ternak pada PT. JCI, Tbk
Tangerang memiliki tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi,
selain itu agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan yang optimal. Dalam
produksi pakan ternak diperlukan beberapa faktor produksi, faktor produksi
tersebut terbagi menjadi dua yakni faktor produksi ineternal dan faktor produksi
eksternal. Faktor produksi internal terdiri dari modal, tenaga kerja,
34
teknologi/mesin, bahan baku, dan lahan. Faktor produksi eksternal yaitu faktor
dari luar yang mempengaruhi produksi pakan ternak, faktor produksi eksterrnal
antara lain downtime, harga bahan baku, iklim dan cuaca, dan lain lain. Metode
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sebalum didapatkan faktor produksi yang
berpengaruh, maka dilakukan lah uji kelayakan model yang terdiri dari uji
multikulinearitas, uji heteroskesdastisitas, dan uji autokorelasi. Penelitian ini
menghitung tentang faktor-faktor produksi dan tingkat elastisitas dengan
menggunakan pendekatan regresi linear berganda. Sehingga hubungan antara
input dan output akan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
pakan ternak pada PT. JCI, Tbk Tangerang. Kerangka pemikiran konseptual
penelitian ini disajikan pada Gambar 7.
35
Gambar 7. Bagan Pemikiran Konseptual “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Tangerang”
Observasi & Dokumentasi
Produksi Pakan Ternak
Input/faktor produksi:
Uji Kelayakan Model : Uji Multikulinearitas, Uji
Heteroskesdastisitas, dan Uji Autokorelasi
Faktor Produksi Eksternal :
Cuaca, Iklim, Harga Bahan Baku, downtime,
dll
Faktor Produksi Internal :
Tenaga Kerja, Mesin, Lahan, Modal, dan
Bahan Baku
Analisis Regresi Linear Berganda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak Berupa Pellet
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk divisi
feedmill unit Tangerang yang beralamat di jalan raya Serang KM 14,2 kampung
Lamporan, desa Dukuh, kecamatan Cikupa, kabupaten Tangerang, Banten.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011. Lokasi penelitian ini
dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini
adalah salah satu perusahaan berskala nasional yang bergerak pada bidang
peternakan khususnya pakan ternak. Selain itu perusahaan tersebut merupakan
juga lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL).
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni
menggunakan data time series, tujuannya untuk melihat kondisi dalam kurun
waktu tertentu. Data tersebut yaitu data tentang produksi dan data penggunaan
faktor-faktor produksi pakan ternak bentuk pellet selama enam bulan kebelakang,
dimulai dari bulan Mei sampai Oktober 2011. Selain itu, diperlukan pula
dokumen-dokumen mengenai perusahaan. Dokumen tersebut antara lain profil
perusahaan, sejarah, struktur organisasi, tugas dan wewenang dari setiap bagian
atau departemen perusahaan, sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan,
proses produksi, serta jenis pakan yang diproduksi oleh perusahaan.
37
3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk
bahan atau data yang relevan, akurat dan reliable yang hendak kita teliti. Oleh
karena itu perlu digunakan metode pengumpulan data yang baik dan cocok.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data berupa :
3.3.1. Observasi
Metode ini dilaksanakan dengan metode pengamatan langsung terhadap
proses produksi pakan ternak pada lokasi penelitian.
3.3.2. Dokumentasi
Metode ini dilaksanakan dengan metode studi pustaka yaitu mengadakan
survei terhadap data yang telah ada dan menggali teori-teori yang telah
berkembang dalam bidang ilmu yang terkait. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dari lokasi penelitian, Badan Pusat
Statistik, jurnal, dan literatur.
3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data produksi
pakan ternak yaitu analisis kuantitatif melalui model persamaan regresi linear
berganda. Metode ini digunakan karena diharapkan dapat menjelaskan faktor-
faktor yang berhubungan nyata dan tidak berhubungan nyata terhadap produksi
pakan ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit
Tangerang. Alat atau instrumen perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu cara komputerisasi dengan menggunakan software Excell 2007 dan
Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 16.
38
Menurut Suyanto (2004:195), analisis regresi linear berganda digunakan
untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap
variabel dependen. Persamaan umum regresi linear berganda adalah sebagai
berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 +……..+e………................(3.3)
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Kode Variabel Skala Pengukuran Dependen Y Output Ton Independen X1
X2 X3
b0 b1-3 e
Mesin Tenaga Kerja Downtime intersep koefisien regresi eror
Ton Orang Menit
3.3.1. Uji Kelayakan Model
Adapun pengujian dalam uji kelayakan model antara lain yaitu :
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah ada tidaknya suatu hubungan liniear yang
sempurna atau yang mendekati sempurna antara beberapa atau semua variabel
bebas dalam persamaan. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas
dalam model adalah sebagai berikut :
a) Nilai R2, nilai Fhitung yang dihasilkan sangat tinggi, namun secara individual
variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
39
b) Melakukan regresi parsial dengan cara :
o Mengestimasi model awal dalam persamaan sehingga mendapat nilai R2
o Menggunakan auxilary regression pada masing-masing variabel independen
o Membandingkan nilai R2 dalam model persamaan awal dengan R2 pada
model regresi parsial. Jika nilai R2 dalam regresi parsial lebih tinggi maka
terdapat multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan gangguan atau hambatan yang tidak
menyebar secara normal pada sebaran sampel, berarti bahwa variasi residual
tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedasitas juga bertentangan
dengan salah satu asumsi dasar regresi homoskedasitas yaitu variasi residual
sama untuk semua pengamatan. Secara ringkas walaupun terdapat
heteroskedasitas maka penaksir OLS (OrdinaryLeast Square) tetap tidak bisa
dan konsisten tetapi penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil
maupun sampel besar (asimtotik). Penelitian ini menggunakan uji Rank
korelasi Spareman untuk menguji ada tidaknya heteroskedasitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurut menurut waktu dan ruang. Autokorelasi muncul karena observasi yang
beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residu (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada jenis data time series.
40
Asumsi klasik yang sering digunakan untuk menentukkan apakah terjadi
gejala penyakit dalam model antara lain :
a. Error term berdistribusi normal
℮1 ~ N (0, 훾2)
b. Var (℮1) = ∑ (℮2) = 훾2 konstan
c. ∑ (℮i) = 0
d. Non serial correlation
e. X non stochastic dan Y stochastic
f. Tidak ada kulinearitas diantara variabel X
3.3.2. Uji Analisis Regresi Berganda
1. Uji Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji F)
Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui angka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Uji F dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Fn = ∶ ( – )∶ ( – – )
Apabila : H0 : b1=0, berarti seluruh variabel independen dalam model tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Apabila : H1 : b1≠0, berarti seluruh variabel independen dalam model
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Kriteria uji :
H0 ditolak apabila : Fhitung > Ftabel, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila : Fhitung < Ftabel, derajat bebas tertentu
41
2. Uji Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji t)
Uji t merupakan angka yang menunjukan signifikansi dari pengaruh
variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan
manganggap variabel lainnya bersifat konstan.
푡 = 푆 = ⅀ ( Ῡ) (Ŷ Ῡ)
Apabila : H0 : b1=0, berarti seluruh variabel independen dalam model tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Apabila : H1 : b1≠0, berarti seluruh variabel independen dalam model
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Kriteria uji :
H0 ditolak apabila : thitung > ttabel, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila : thitung < ttabel, derajat bebas tertentu
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang menunjukkan besarnya
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. Rumus
dari uji R2 adalah sebagai berikut :
R = ⅀ (Ŷ Ῡ)⅀ ( Ῡ)
Irianto (2004:206) menjelaskan bahwa nilai R2 mempunyai interval dari 0
sampai 1. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), maka semakin baik hasil model
regresi tersebut. Dan sebaliknya semakin mendekati 0, maka variabel independen
secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.
42
3.4. Definisi Operasional
Nazir (2005:126) menyatakan definisi perasional adalah suatu definisi
yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-
sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk
memperoleh suatu hasil.
2. Produksi adalah kegiatan menambah atau menciptakan kegunaan suatu barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
3. Proses Produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-
sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada.
4. Mash/Tepung adalah suatu bahan atau campuran bahan yang bentuknya
tepung. Pembuatan tepung ini dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara
dihancurkan dengan alat penghancur.
5. Pellet adalah bentuk masa bahan-bahan pakan, konsentrat atau ransum
yang dibentuk dengan menekan dan memadatkannya melalui lubang
cetakan secara mekanis.
6. Crumble adalah bahan, suatu campuran bahan atau ransum yang ukurannya
lebih kecil dari pellet, dimana bahan digiling dengan gilingan sesuai ukuran
partikel yang diinginkan.
43
7. Tenaga Kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses
produksi pakan ternak yang dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam satu hari, adapun satuan dalam penghitungan ini yaitu
jumlah orang. Namun dalam perhitungan analisis faktor tenaga kerja
dijumlahkan berdasarkan minggu. Tenaga kerja yang termasuk dalam
perhitungan analisis adalah tenaga kerja yang hanya terkait langsung dengan
kegiatan proses produksi yaitu operator mesin, dan tenaga/buruh kasar.
8. Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi
untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Faktor mesin
dihitung dalam satuan ton/hari, yang dalam penghitungan analisis dijumlahkan
per minggu. Mesin yang dihitung berdasarkan jumlah line yaitu tiga line
mesin dengan kapasitas yang sudah terpasang optimal yaitu 44 ton per jam.
9. Dotwntime merupakan waktu menunggu pada saat proses produksi yang
diakibatkan oleh permasalahan yang bersifat teknis. Faktor downtime dihitung
dalam satuan menit/hari, namun dalam perhitungan analisis dijumlahkan
berdasarkan minggu.
45
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Pada tahun 1971 PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk didirikan dengan
nama PT. Japfa Pelletzing Factory (Japfa) sebagai perusahaan pembuat pellet
kopra chips, kerja sama antara PT. Perusahaan Dagang dan Industri Omtraco and
International Granhanle Thegra NV of The Netherland. Tahun 1982 industri
Ometraco memperoleh hak kepemilikan partner usahanya dan sekaligus merubah
status dari perusahaan investasi luar negeri menjadi perusahaan domestik,
kemudian pada tahun 1985 PT. Bimantara Citra dan Denaswara Utama ikut
menjadi pemegang saham perusahaan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Tangerang melakukan cara dalam
memperluas jaringan kerjanya, antara lain pada tahun 1989 membuka kepemilikan
saham perusahaan untuk umum di Jakarta dan Surabaya Exchanges. Pemegang
saham terbesar dengan 33% yaitu PT. Ometraco yang bertanggungjawab atas
manajemen Japfa Comfeed.
Pada tahun 1984 Perseroan Terbatas Japfa Comfeed Indonesia Terbuka unit
Tangerang di dirikan, dengan berdasarkan Surat Izin Perdagangan (SIUP) nomor :
3650/6680-P/PB/7/93 yang dikeluarkan pada tanggal 30 Juli 1993. Izin usaha tetap
yang dimiliki oleh perusahaan yaitu : (1) nomor 13/T/INDUSTRI/1991 tanggal 10
Mei 1991, dan (2) nomor 42/T/INDUSTRI/1997 tanggal 5 Oktober 1997 dan
perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1986.
46
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk memperluas jaringan usahanya ke industri
makanan ternak pada tahun 1990, bekerja sama dengan empat perusahaan yaitu : PT.
Ometraco Satwa Feed (Animal Feed), PT. Comfeed Indonesia (Animal Feed), PT.
Suri Tani Pemuka (Shrimp Feed) dan PT. Indopel Raya. Pada tahun 1993, PT. Japfa
Comfeed Indonesia membeli tiga perusahaan yaitu : (1) PT. Multi Breeder Adirama
Indonesia (Poultry Breeding), (2) PT. Ciomas Adisatwa (Slughter House Operation)
dan (3) PT. Suri Tani Pemuka (Shrimp Feed and Cold Storage Operation). Saat ini
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Tangerang terbagi menjadi 5 divisi yakni
divisi perunggasan (Poultry Division), divisi budidaya perairan (Aquaculture
Division), divisi ternak sapi (Beef Division), divisi internasional (International
Division), dan divisi bisnis strategi (Strategic Bussines Division).
4.2. Lokasi Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Unit Tangerang terletak dijalan raya
Serang KM 14,2 kampung Lamporan, Desa Dukuh, Kecamatan Cikupa,
Kabupaten Tangerang, Banten. Dengan perbatasan sebagai berikut:
a) Sebelah Barat : Jalan Raya Serang dan Pemukiman warga
b) Sebelah Selatan : Pemukiman warga
c) Sebelah Timur : PT. Starwin Indonesia
d) Sebelah Utara : Pemukiman warga
4.3. Luas Lahan dan Penggunaannya
Luas lahan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit Tangerang
Banten yaitu 58.000 m². Luas dari bangunan yang ada yaitu 26.581 m² yang terdiri dari
47
perkantoran dan laboratorium, musholla, koperasi, pos jaga, gudang, kamar mandi,
areal produksi, timbangan, taman, parkiran, areal perbengkelan, areal silo, areal tangki,
ruang PLN, ruang boiler, dan ruang kompresor.
4.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang di miliki PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi
Feedmill unit Tangerang telah tertata dengan rapih dan jelas sehingga bagian masing-
masing tugas dan tanggungjawab dalam mencapai tujuan perusahaan berjalan dengan
baik. Seluruh kegiatan diarahkan untuk mencapai produks, kualitas dan keamanan
produksitvitas terjamin serta diperoleh keuntungan yang diharapkan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit Tangerang telah
menerapkan manajemen sumber daya manusia yang sudah tertata dengan sangat
baik, hal ini terlihat dari deskripsi dan spesifikasi pekerjaan yang sudah terbagi
dengan baik dan baku. Masing-masing pegawai pada departemen produksi telah
memiliki tugas atau jobdesk masing-masing, mulai dari seorang manajer sampai
pegawai biasa telah memiliki tanggung jawab masing-masing sesuai dengan
tugas. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit Tangerang dipimpin
oleh seorang pimpinan perusahaan atau pimpinan unit. Pimpinan unit mengepalai
beberapa manajer di setiap departemen yang ada, yaitu : Manajer Logistik, Manajer
Perencanaan, Manajer Produksi, Manajer Kontrol Kualitas, Manajer Pemasaran,
Manajer Keuangan, serta Manajer Personalia dan Umum (lampiran 14).
a) Pimpinan Unit
Pimpinan unit bertugas membantu dan mengawasi jalannya perusahan,
memiliki wewenang untuk memimpin perusahaan, mewakili perusahaan.
48
Selain itu pimpinan unit juga bertugas mengawasi manajer dan memiliki
wewenang untuk memberhentikan karyawan yang melanggar peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
b) Manajer Perencanaan
Manajer perencanaan memiliki tugas dan wewenang dalam membuat rencana
produksi yang berkualitas, sesuai dengan standar mutu, serta dengan biaya
produksi yang efisien. Selain itu manajer perencanaan juga bertugas dalam
memberikan rekomendasi teknologi dan peralatan mesin-mesin produksi.
c) Manajer Produksi dan Penyimpanan
Mempunyai wewenang dalam menyusun efisiensi produksi mingguan dan
membuat evaluasi. Menentukkan penjagaan dan pembongkaran bahan baku baik
import maupun local agar tidak terjadi penurunan bahan baku.
d) Manajer Kontrol Kualitas
Memiliki tugas dalam mengawasi mutu bahan baku, jalannya produksi dan pakan
yang sudah jadi. Selain itu bertugas dan berperan juga dalam menentukan dan
memeriksa formulasi pakan yang hendak dipakai.
e) Manajer Pemasaran
Memiliki tugas dalam merencanakan, serta mengkordinasikan acuan
pemasaran mengenai produksi, harga pakan, distribusi dan promosi.
f) Manajer Logistik
Memiliki tugas dalam membuat rencana dan melakukan pembelian bahan baku,
serta memriksa realisasi kontrak dan realisasi pengiriman.
49
g) Manajer Keuangan
Memiliki tugas dan bertanggungjawab dalam membuat rencana pengeluaran
biaya operasional, mengontrol semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam kegiatan proses produksi dan kegiatan manajemen perusahaan. Selain itu
bertugas dalam membuat laporan pemasukan dan pengeluaran perusahaan.
h) Manajer Personalia dan Umum
Memiliki tugas dalam memimpin, mengatur, mengorganisir, merencanakan dan
mengendalikan semua aktifitas, dan kegiatan yang berhubungan dengan bagian
kepegawaian, bagian umum, dan bagian keamanan. Selain itu bertugas dalam
menangani penggajian karyawan.
4.5. Tenaga Kerja dan Sitem Kerja Perusahaan
Sistem kerja di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit
Tangerang terbagi menjadi 2 yaitu : sistem non shift dan shift. Sistem non shift
bekerja dari hari Senin sampai hari Jum’at dengan jam kerja dari jam 08.00-17.00
WIB dan istirahat dari jam 12.00-13.00 WIB. Sistem shift normal terbagi menjadi 3
shift yaitu sebagai berikut : shift I dari jam 07.00-15 WIB, shift II dari jam 15.00-
23.00 WIB, dan shift III dari jam 23.00-07.00 WIB. Selain jam kerja, di PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit Tangerang di berlakukan jam kerja
lembur bila diperlukan berdasarkan persetujuan kepala bagian atau supervisor.
Berdasarkan status dalam pekerjaan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk,
divisi Feedmill unit Tangerang menggolongkan karyawan sebagai berikut.
50
a) Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja yang telah melalui masa percobaan paling lama 3 bulan dan
berkerja untuk waktu yang tidak ditentukan. Sistem penggajian tenaga kerja
mengikuti standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu berdasarkan standar
Upah Minimal Regional (UMR).
b) Tenaga Kerja Tidak Tetap
Tenaga kerja yang bekerja untuk jangka waktu tertentu, tenaga kerja golongan
ini adalah tenaga kerja harian, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak.
Tabel 2. Rekapitulasi Tenaga Kerja PT. JCI, Tbk Tangerang
Sumber PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit Tangerang membagi
tenaga kerja berdasarkan kemampuan yang dimiliki kedalam beberapa bagian.
Rekapitulasi tenaga kerja PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit
Tangerang disajikan pada Tabel 2.
No. Bagian Pria Wanita 1 Pemasaran 21 11 2 Accounting 17 13 3 Logistic 6 1 4 Personalian dan GA 7 5 5 Nutrisi 17 2 6 Vitamin 11 - 7 Produksi 68 - 8 Gudang Bahan Baku 28 - 9 Gudang Pakan Ternk 22 - 10 Maintenance 28 - 11 OB 8 - 12 Driver 3 - Total 223 34
51
4.6. Sarana dan Prasarana Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit Tangerang memiliki
sarana dan prasarana antara lain : kantor, laboratorium, koperasi, gudang pakan jadi,
areal produksi, gudang bahan baku (5 unit), silo (6 unit), timbangan (2 unit), areal
bengkel, musholla, ruang meeting, dapur umum, genset, areal premix, pos satpam dan
tempat parker. Fasilitas penunjang proses produksi adalah bin bahan baku (23 unit),
bin pellet (6 unit), bin pakan jadi/packing (12 unit), bin premix dan feed additive (8
unit), pellet (6 unit), steam boiler, timbangan/dosing (6 unit), hammer mill (3 unit),
mixer (1 unit), mesin pellet (3 unit), mesin crumble (3 unit), mesin pengayak (3 unit),
mesin packing (3 unit) dan forklift (13 unit). Sarana penunjang PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk, divisi Feedmill unit Tangerang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Sarana Penunjang Produksi PT. JCI, Tbk Tangerang
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
Jenis Alat Jumlah /unit
Kapasitas (ton/jam)
Merek Asal Negara
Tahun Pembuatan
Hammer Mill
3
20
Van Arseen
Netherland
1986
Mixer 1 4,5 Van Arseen Netherland 2000 Cooler 3 20 Van Arseen Amerika 2000 Crumble 3 20 Van Arseen Netherland 2000 Dossing 6 35kg-3 Van Arseen Netherland 2000 Chronos 3 25-52 Van Arseen Netherland 2000 Tangki CPO
2
45-55
Van Arseen
Netherland
2000
Bin Produksi
32
Van Arseen
Netherland
2000
Silo 6 2000 Van Arseen Netherland 2000 Forklift 13 2 Van Arseen Netherland 2000
52
4.7. Aktivitas Produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit Tangerang
kapasitas mesin rata-rata 1056 ton/24 jam atau 44 ton/jam. Jenis proses produksi
PT. JCI Tbk termasuk kedalam jenis proses produksi terus-menerus atau
continous. Proses produksi continous adalah proses produksi yang tidak pernah
berganti macam barang yang dikerjakan. Proses produksi continous biasanya juga
disebut sebagai proses produksi yang berfokuskan pada produk atau product
focus. Dalam hal ini, perusahaan dalam berproduksi hanya menghasilkan pakan
ternak saja tidak pernah berganti produk. Selain itu, biasanya setiap produk
disediakan fasilitas produk tersendiri yang peletakkannya disesuaikan dengan
urutan proses pembuatan produk itu. Fasilitas penunjang seperti gudang sampai
mesin yang digunakan sudah berurutan dalam peletakannya yang telah sesuai
dengan proses produksi yang dijalankan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit Tangerang telah
menerapkan manajemen yang sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari fungsi-fungsi
manajemen produksi dan operasi yaitu POAC yang telah diterapkan pada
perusahaan. Dimulai dari perencanan(Planning), pengorganisasian(Organizing),
pengarahan(Actuating), dan pengendalian(Controlling).
Fungsi pertama yaitu perencanaan, perencanaan adalah memikirkan apa
yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk
memenuhi tujuan itu. Dalam hal ini perusahaan telah menjalankan perencanaan
dengan adanya bagian PPC(Production Plan Control) dimana sebelum
53
melaksanakan produksi, harus diperhatikan mengenai permintaan akan produk,
persediaan bahan baku, sampai dengan persediaan pakan jadi. Namun keputusan
tetap berada ditangan manajer produksi.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
yang lebih kecil. Dalam hal ini yang melaksanakan fungsi ini adalah seorang
manajer produksi.
Fungsi ketiga yaitu actuating yang artinya adalah menggerakkan orang-
orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership) dari seorang manajer produksi
yang harus cermat dan tepat dalam mengambil keputusan apabila terjadi suatu
masalah pada saat proses produksi berjalan.
Fungsi keempat yaitu controlling adalah proses pengawasan dan
pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal ini seorang manajer produksi
dalam mengontrol semua hal yang berkaitan dengan produksi dibantu oleh bagian
atau departemen quality control.
4.7.1. Input Produksi
Input Produksi yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak pada PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit Tangerang meliputi bahan
baku utama, bahan baku tambahan, dan bahan baku penolong yang disesuaikan
dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Bahan-bahan tersebut mengandung
54
zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak. Zat-zat gizi yang dibutuhkan
tersebut adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air, yang telah
ditentukan standarnya sesuai dengan kebutuhan. Selain itu sarana dan prasarana
pun sudah ditetapkan oleh perusahaan sebagai sarana dan prasarana utama.
A. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang dipakai oleh perusahaan ini ada yang berasal dari
dalam negeri atau bahan baku lokal, dan ada yang berasal dari luar negeri atau bahan
baku impor. Adapun bahan baku tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar Bahan Baku Berdasarkan Negara Asal PT. JCI, Tbk Tangerang
No. Negara Asal Nama Bahan Baku 1 Indonesia Jagung, SBM (Soya Bean Meal), Katul Super, Tepung
Industri, Tepung Batu, Tepung Tulang, Palm Oil, Garam, DCP/MCP (Di/Mono Calcium Phospat)
2 China Jagung, CGM (Corn Gluten Meal), Rapeseed Meal, Zeolit 3 USA Wheat Brand Pellet, PBPM (Poultry by product Meal),
DDGS (Distilers Drived Gran Solb), CFM (Chicken feather Meal), CGM (Corn Gluten Meal)
4 India Wheat Brand Pellet, MBM (Meat Bone Meal), Zeolit 5 Brazil Wheat Brand Pellet, CGM (Corn Gluten Meal) 6 Newzeeland MBM (Meat Bone Meal) 7 Australia MBM (Meat Bone Meal) 8 Argentina Wheat Brand Pellet, CGM (Corn Gluten Meal) 9 Thailand Rapeseed Meal
Sumber : dept. produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
B. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
produk, tetapi pemakaiannya sangat sedikit atau cukup kompleks yang dapat
mempengaruhi kualitas dan produk. Selain itu, bahan tambahan juga merupakan
bahan yang ditambahkan pada produk akhir untuk menambah nilai jual produk
tersebut. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah:
55
1. Garam dan mineral
2. Vitamin
3. Minyak nabati
4. Zat aditif
5. Bahan liquid
6. Karung plastik sebagai pembungkus produk
7. Benang jahit digunakan untuk menjahit karung
C. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak tampak dalam produk jadi tetapi
hanya menolong proses produksi agar berjalan dengan lancar dan digunakan
sebagai pelengkap produk saja. Adapun bahan penolong yang digunakan adalah:
1. Solar sebagai bahan bakar
2. Minyak pelumas sebagai pelumas
3. Air
Rincian penggunaan bahan baku PT. JCI, Tbk Tangerang pada saat proses
produksi dari bulan Mei sampai Oktober disajikan pada Tabel.5.
56
Tabel 5 Jumlah Penggunaan Faktor Bahan Baku PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011
Faktor Bahan Baku (Ton) Faktor Bahan Baku
(Ton) Bulan Minggu Bulan Minggu MEI I 3399.1 AGUSTUS I 2869.4 II 4310.6 II 3612.1 III 4408.1 III 3640.8 IV 3913.4 IV 3872.8 V 1906.9 V 510.2 JUMLAH 17938.1 JUMLAH 14505.3 RATA 3587.6 RATA 2901.1 JUNI I 2631.1 SEPTEMBER I 558.9 II 2948.0 II 4705.0 III 3241.7 III 3886.0 IV 4169.3 IV 3280.1 V 2866.9 V 3686.3 JUMLAH 15857.0 JUMLAH 16116.4 RATA 3171.4 RATA 3223.3 JULI I 0.0 OKTOBER I 531.8 II 2227.5 II 3893.1 III 3813.9 III 3252.2 IV 3862.9 IV 3662.7 V 3950.1 V 4144.8 VI 785.5 VI 1240.7 JUMLAH 14639.7 JUMLAH 15484.6 RATA 2440.0 RATA 3096.9
Sumber : dept. produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa penggunaan bahan baku
pada produksi pakan berupa pellet bulan Mei 2011 memiliki jumlah yaitu
17.938,1 ton, dengan rata-rata berjumlah 3587,6 ton/minggu. Jumlah
penggunaan bahan baku pada produksi pakan berupa pellet bulan Juni 2011
yaitu 15.857 ton, dengan rata-rata berjumlah 3171,4 ton/minggu. Pada bulan
Juli 2011 penggunaan bahan baku yaitu 14.639,7 ton, dengan rata-rata per
minggu yaitu 2440 ton. Penggunaan bahan baku pada bulan Agustus 2011
berjumlah 14505,3 ton, dengan rata-rata per minggu yaitu 2901,1 ton. Pada
bulan September 2011 bahan baku yang digunakan yaitu sebanyak 16116,4
57
ton, dengan rata-rata berjumlah 3223,2 ton/minggu. Sedangkan pada bulan
Oktober 2011 PT. JCI, Tbk Tangerang menggunakan bahan baku sebanyak
15484,6 ton, degan rata-rata perminggu berjumlah 3096,9 ton. Jumlah
penggunaan tenaga kerja PT. JCI, Tbk Tangerang pada bulan Mei sampai
Oktober 2011 untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Data Penggunaan Bahan Baku PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 Sumber : Dept. Produksi PT. JCI,Tbk Unit Tangerang, 2011
Jadi dapat disimpulkan bahwa PT. JCI, Tbk Tangerang menggunakan bahan
baku paling banyak terjadi pada bulan Mei 2011 yaitu 17938.1 ton. Sedangkan
jumlah penggunaan terkecil yaitu pada bulan Agustus 2011 yaitu 14505.3 ton.
D. Tenaga Kerja
Operasional produksi pakan ternak dibutuhkan waktu sekitar delapan jam
per shift dengan jumlah tenaga kerja tetap yaitu 17 orang dan jumlah tenaga kerja
harian yaitu rata-rata 40 orang (lampiran 5). Pada perusahaan ini terdapat tiga
shift dengan jam kerja yaitu shift satu pukul 07.00-15.00 WIB, shift dua pukul
15.00-11.00 WIB dan shift tiga pukul 11.00-07.00 WIB.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
jumlah(ton)
rata-rata (ton)
58
Sejauh ini kendala yang terjadi pada faktor tenaga kerja tidak terlalu
mempengaruhi pada produksi, apabila terdapat tenaga kerja yang tidak masuk
maka akan langsung digantikan oleh tenaga kerja pada grup lain. Selain itu
terkadang juga terdapat kesalahan komunikasi antara satu bagian dengan bagian
lain. Namun, hal ini sudah ditangani dengan adanya jaringan telepon yang
terhubung antar setiap bagian. Adapun penggunaan faktor produksi tenaga kerja
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah Penggunaan Faktor Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011
Faktor Tenaga Kerja
(Orang) Faktor
Tenaga Kerja
(Orang) Bulan Minggu Bulan Minggu MEI I 879.0 AGUSTUS I 817.0 II 858.0 II 939.0 III 905.0 III 808.0 IV 813.0 IV 933.0 V 387.0 V 106.0 JUMLAH 3842.0 JUMLAH 3603.0 RATA 768.4 RATA 720.6 JUNI I 536.0 SEPTEMBER I 116.0 II 873.0 II 892.0 III 937.0 III 795.0 IV 937.0 IV 913.0 V 629.0 V 776.0 JUMLAH 3912.0 JUMLAH 3492.0 RATA 782.4 RATA 698.4 JULI I 0.0 OKTOBER I 127.0 II 642.0 II 795.0 III 788.0 III 792.0 IV 793.0 IV 924.0 V 812.0 V 918.0 VI 114.0 VI 253.0 JUMLAH 3149.0 JUMLAH 3556.0 RATA 524.8 RATA 711.2
Sumber : dept. produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
59
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja
pada produksi pakan berupa pellet bulan Mei 2011 memiliki jumlah yaitu
3.842 orang, dengan rata-rata berjumlah 768 orang/minggu. Jumlah
penggunaan tenaga kerja pada produksi pakan berupa pellet bulan Juni 2011
yaitu 3.912 orang, dengan rata-rata berjumlah 782 orang/minggu. Pada bulan
Juli 2011 penggunaan Tenaga kerja yaitu 3.149 orang, dengan rata-rata per
minggu yaitu 524 orang. Penggunaan tenaga kerja pada bulan Agustus 2011
berjumlah 3603 orang, dengan rata-rata per minggu yaitu 720 orang. Pada
bulan September 2011 tenaga kerja yang digunakan yaitu sebanyak 3492
orang, dengan rata-rata berjumlah 698 orang/minggu. Sedangkan pada bulan
Oktober 2011 PT. JCI, Tbk Tangerang menggunakan tenaga kerja sebanyak
3556 orang, degan rata-rata perminggu berjumlah 711 orang. Jumlah
penggunaan tenaga kerja PT. JCI, Tbk Tangerang pada bulan Mei sampai
Oktober 2011 untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Data Penggunaan Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011
Sumber : Dept. Produksi PT. JCI,Tbk Unit Tangerang, 2011
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
jumlah(ton)
rata-rata (ton)
60
Jadi dapat disimpulkan bahwa PT. JCI, Tbk Tangerang menggunakan
tenaga kerja paling banyak terjadi pada bulan Juni 2011 yaitu 3912 orang.
Sedangkan jumlah penggunaan terkecil yaitu pada bulan Juni 2011 yaitu
3149 orang.
E. Mesin
Suatu perusahaan berskala besar dalam menghasilkan sebuah produk pasti
menggunakan mesin, seperti halnya perusahaan ini pun menggunakan sumber daya
mesin untuk menghasilkan produk pakan ternak dalam jumlah yang besar. Mulai dari
awal sampai akhir proses PT. Japfa Comfeed Indonesia,Tbk menggunakan tenaga
mesin untuk dapat menghasilkan produk dalam bentuk pakan ternak, namun tetap
menggunakan bantuan tenaga manusia untuk mengoperasikan mesin tersebut.
PT. JCI memenuhi permintaan produk yang melimpah setiap harinya
memiliki tiga line mesin produksi dengan kapasitas masing-masing yaitu 11
batch/jam atau dengan kata lain jumlah kapasitas keseluruhan yaitu 44 ton/jam
(lampiran 4). Kapasitas ini terpasang sama pada setiap harinya, agar permintaan
dari konsumen dapat terpenuhi. Adapun jumlah penggunaan faktor produksi
mesin disajikan pada Tabel 7.
Kendala yang sering terjadi pada faktor mesin adalah kesalahan yang
bersifat teknis, dan biasanya terjadi diluar dari dugaan pada saat produksi. Hal-hal
tersebut anatara lain putusnya chain conveyor dan van belt, bin press full, bin screw
macet, sensor mati, mesin Degussa tidak mau menimbang, dll. Saat ini penanganan
dari permasalahan yang terjadi pada mesin ditangani langsung pada tempat
terjadinya masalah, namun terkadang bisa ditangani lewat control panel.
61
Tabel 7 Jumlah Penggunaan Faktor Mesin PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011
Faktor Mesin (Ton) Faktor Mesin
(Ton) Bulan Minggu Bulan Minggu MEI I 7392.0 AGUSTUS I 6336.0 II 7392.0 II 7392.0 III 7392.0 III 7392.0 IV 7392.0 IV 7392.0 V 3168.0 V 1056.0 JUMLAH 32736.0 JUMLAH 29568.0 RATA 6547.2 RATA 5913.6 JUNI I 4224.0 SEPTEMBER I 1056.0 II 7392.0 II 7392.0 III 6336.0 III 6336.0 IV 7392.0 IV 6336.0 V 5280.0 V 6336.0 JUMLAH 30624.0 JUMLAH 27456.0 RATA 6124.8 RATA 5491.2 JULI I 0.0 OKTOBER I 1056.0 II 5280.0 II 6336.0 III 7392.0 III 6336.0 IV 6336.0 IV 7392.0 V 6336.0 V 7392.0 VI 1056.0 VI 2112.0 JUMLAH 26400.0 JUMLAH 28512.0 RATA 4400.0 RATA 5702.4
Sumber : dept. produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa penggunaan kapasitas mesin
pada produksi pakan berupa pellet bulan Mei 2011 memiliki jumlah yaitu 32.736
ton, dengan rata-rata berjumlah 6.547,2 ton/minggu. Jumlah penggunaan kapasitas
mesin pada produksi pakan berupa pellet bulan Juni 2011 yaitu 30.624 ton,
dengan rata-rata berjumlah 6.124 ton/minggu. Pada bulan Juli 2011 penggunaan
kapasitas mesin yaitu 26.400 ton, dengan rata-rata per minggu yaitu 4.400 ton.
Penggunaan kapasitas mesin pada bulan Agustus 2011 berjumlah 29.568 ton,
dengan rata-rata per minggu yaitu 5.913,6 ton. Pada bulan September 2011
kapasitas mesin yang digunakan yaitu sebesar 27.456 ton, dengan rata-rata
62
berjumlah 5.491,2 ton/minggu. Sedangkan pada bulan Oktober 2011 PT. JCI,
Tbk Tangerang menggunakan kapasitas mesin sebesar 28.512, degan rata-rata
perminggu berjumlah 5.702,4 ton. Jumlah penggunaan kapasitas mesin PT. JCI,
Tbk Tangerang pada bulan Mei sampai Oktober 2011 untuk lebih jelasnya
disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Data Kapasitas Mesin Produksi PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011 Sumber : Dept. Produksi PT. JCI,Tbk Unit Tangerang, 2011
Jadi dapat disimpulkan bahwa PT. JCI, Tbk Tangerang menggunakan
kapasitas mesin paling banyak terjadi pada bulan Mei 2011 yaitu 32.736 ton.
Sedangkan jumlah penggunaan terkecil yaitu pada bulan Juli 2011 yaitu 26.400
ton. Kapasitas tersebut merupakan kapasitas terpasang yang sudah maskimal
yang diterapkan untuk memproduksi pakan ternak berupa pellet.
4.7.2. Proses Produksi
Proses produksi pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk divisi Feedmill
Unit Tangerang dimulai dari : a). Proses pengadaan bahan baku, b). Proses
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
jumlah(ton)
rata-rata (ton)
63
pencurahan/Intake bahan baku, c). Proses Penimbangan/Dossing, d). Proses
Penggilingan/Grinding, e). Proses Pencampuran/Mixing, f). Proses Pelleting, g).
Proses Pendinginan/Cooling, h). Proses Crumbling, i). Proses
Pengayakan/Shievting, j). Proses Pengemasan/Bag Off. Penjelasan dari proses
produksi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Proses Pengadaan Bahan Baku
Proses awal dalam pengadaan bahan baku pada PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk, Unit Tangerang adalah pemesanan dan pembelian kepada supplier. Bahan
baku yang dipakai dalam memproduksi pakan terdapat dua jenis, yakni bahan
baku lokal dimana pemesanan dan pembelian dilakukan oleh departemen logistik,
dan bahan baku import yang ditangani langsung oleh pusat.
b. Proses pencurahan/Intake bahan baku
Proses intake merupakan “proses pemasukan semua bahan baku ke dalam bin
penampungan sesuai dengan kebutuhan produksi yang telah direncanakan”.
Dalam proses pemasukan ini terdapat beberapa jenis barang yang dicurahkan
sesuai dengan kebutuhan produksi yaitu : a). proses pemasukan bahan baku biasa,
b). proses pemasukan jagung, c). proses pemasukan feed additive, d). proses
pemasukan FAT (Palm Oil).
c. Proses Penimbangan/Dossing
Proses Dossing merupakan “proses penimbangan bahan baku untuk tiap
batch-nya sesuai dengan resep formula pakan yang dipakai”. Proses
penimbangan dilakukan setelah proses pencurahan bahan baku selesai, atau
setelah bahan baku berada dalam bin. Pada saat bahan baku dibutuhkan untuk
64
proses produksi, maka bahan baku dari bin akan turun ke timbangan digital
atau disebut DW (Dossing Weigher).
d. Proses Penggilingan/Grinding
Proses Grinding merupakan “proses penghancuran bahan baku sehingga
memiliki ukuran partikel yang sama sesuai dengan kebutuhan”. Bahan baku
yang telah selesai ditimbang akan secara otomatis masuk ke mesin hammer
mill untuk dilakukan penggilingan agar menjadi halus.
e. Proses Pencampuran/Mixing
Proses Mixing adalah “proses pencampuran semua bahan menjadi satu hingga
didapatkan hasil yang rata atau homogen dengan waktu pengadukan yang
telah ditentukan”.
f. Proses Pelleting
Proses Pelleting merupakan “proses pembentukkan bahan pakan yang berupa
tepung menjadi bentuk yang lebih solid, dengan bantuan proses makanik dimana
terdapat tekanan Roll dan melalui lubang dies”.
g. Proses Pendinginan/Cooling
Proses Cooling adalah “proses pendinginan pakan yang berbentuk solid akibat
dari gesekan dan penambahan uap pada proses pelleting”.
h. Proses Crumbling
Proses Crumbling adalah “proses pembentukkan pakan yang berupa pellet
menjadi butiran-butiran yang lebih kecil seperti crumble dan fine crumble”.
65
i. Proses Pengayakan/Shievting
Proses Sievting adalah “proses pengayakan tepung halus yang lolos dari
proses crumbling, sehingga didapatkan pakan pellet atau crumble yang
memiliki sisa tepung sesuai dengan standar yang telah ditetapkan”.
j. Proses Pengemasan/Bag Off
Proses baging off merupakan “proses pengemasan pakan kedalam karung-
karung dengan tujuan menjaga kualitas pakan, serta agar mempermudah
dalam penyimpanan, pengangkutan dan penjualan”.
Pada proses produksi PT. JCI, Tbk Tangerang terdapat suatu masalah yang
sangat mempengaruhi hasil produksi pakan ternak berupa pellet yaitu downtime.
Downtime merupakan waktu menunggu pada saat proses produksi yang diakibatkan
oleh permasalahan yang bersifat teknis, jadi dengan kata lain downtime adalah
sebuah kendala yang sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Downtime yang
terjadi pada bulan Mei sampai Oktober disajikan pada Tabel 8.
Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah downtime pada
produksi pakan berupa pellet bulan Mei 2011 memiliki jumlah yaitu 15.260
menit, dengan rata-rata berjumlah 3.052 menit/minggu. Jumlah dontime pada
produksi pakan berupa pellet bulan Juni 2011 yaitu 16.412 ton, dengan rata-rata
berjumlah 3.282,4 menit/minggu. Pada bulan Juli 2011 jumlah downtime yaitu
9.912 menit, dengan rata-rata per minggu yaitu 1.652 menit. Jumlah downtime
pada bulan Agustus 2011 berjumlah 11.535 menit, dengan rata-rata per minggu
yaitu 2.307 menit. Pada bulan September 2011 jumlah downtime yang terjadi
yaitu sebesar 11.946 menit, dengan rata-rata berjumlah 2.389,2 menit/minggu.
66
Sedangkan pada bulan Oktober 2011 pada PT. JCI, Tbk Tangerang terjadi
downtime produksi sebesar 12.900 menit, degan rata-rata perminggu berjumlah
2.580 menit. Jumlah downtime produksi PT. JCI, Tbk Tangerang bulan Mei
sampai Oktober 2011 untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 10.
Tabel 8 Data Jumlah Downtime PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011
Faktor Downtime (Menit) Faktor Downtime
(Menit) Bulan Minggu Bulan Minggu MEI I 3268.0 AGUSTUS I 2560.0 II 3428.0 II 2546.0 III 3343.0 III 3013.0 IV 3812.0 IV 3058.0 V 1409.0 V 358.0 JUMLAH 15260.0 JUMLAH 11535.0 RATA 3052.0 RATA 2307.0 JUNI I 2130.0 SEPTEMBER I 577.0 II 4562.0 II 2992.0 III 3082.0 III 2371.0 IV 3351.0 IV 3118.0 V 3287.0 V 2888.0 JUMLAH 16412.0 JUMLAH 11946.0 RATA 3282.4 RATA 2389.2 JULI I 0.0 OKTOBER I 574.0 II 2157.0 II 2376.0 III 2364.0 III 3140.0 IV 2168.0 IV 3512.0 V 2822.0 V 3298.0 VI 401.0 VI 878.0 JUMLAH 9912.0 JUMLAH 12900.0 RATA 1652.0 RATA 2580.0
Sumber : dept. produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
67
Gambar 11. Data Downtime PT. JCI Bulan Mei 2011 Sumber : Dept. Produksi PT. JCI,Tbk Unit Tangerang, 2011
Berdasarkan Gambar 11, dapat disimpulkan bahwa waktu downtime terjadi
cukup tinggi pada bulan Juni 2011 yaitu 16.412 menit. Waktu downtime terkecil
terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu 9.912 menit.
4.7.3. Output Produksi
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit Tangerang
merupakan perusahaan yang fokus pada satu produk saja yakni pakan ternak.
Berdasarkan bentuknya, pakan terbagi menjadi dua jenis pakan yakni pakan
bentuk tepung(mash) dan pakan bentuk pellet, dari pakan bentuk pellet tersebut
terbagi lagi menjadi pellet, crumble, dan fine crumble.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Divisi Feedmill Unit Tangerang
memproduksi pakan dengan bentuk pellet, crumble, fine crumble, dan tepung.
Dalam satu kali proses produksi membutuhkan waktu ±6 menit/batch (rata-rata
4 ton/batch), dengan kata lain dalam satu jam perusahaan dapat menghasilkan
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
jumlah(ton)
rata-rata (ton)
68
11 batch atau setara dengan 44 ton/jam. Data tersebut apabila kondisi mesin
yang digunakan dalam keadaan bagus tanpa ada masalah yang bersifat teknis,
tapi apabila kondisi mesin dalam kondisi kurang bagus maka produksi pun akan
kurang dari data tersebut. Produksi pellet pada bulan Mei 2011 yaitu sebesar
17.760,5 ton, berarti rata-rata produksi pakan bentuk pellet dalam satu minggu
yaitu sebesar 3.551,2 ton. Produksi pellet pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar
15.778,2 ton, berarti rata-rata produksi pakan bentuk pellet dalam satu minggu
yaitu sebesar 3.155,6 ton. Produksi pellet pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar
14.494,8 ton, berarti rata-rata produksi pakan bentuk pellet dalam satu minggu
yaitu sebesar 2.415,8 ton. Selanjutnya untuk produksi pellet pada bulan Agustus
2011 yaitu sebesar 14.433,1 ton, berarti rata-rata produksi pakan bentuk pellet
dalam satu minggu yaitu sebesar 2.886,6 ton. Produksi pellet pada bulan
September 2011 yaitu sebesar 15.956,8 ton, berarti rata-rata produksi pakan
bentuk pellet dalam satu minggu yaitu sebesar 3.191,4 ton. Produksi pellet pada
bulan Oktober 2011 yaitu sebesar 15.407,6 ton, berarti rata-rata produksi pakan
bentuk pellet dalam satu minggu yaitu sebesar 3.081,5 ton. Rincian data
produksi mingguan pakan ternak dalam hal ini berupa pakan pellet disajikan
pada pada Tabel 9.
69
Tabel 9. Data Produksi Mingguan PT. JCI, Tbk Tangerang Bulan Mei-Oktober 2011
Faktor Produksi (Ton) Faktor Produksi
(Ton) Bulan Minggu Bulan Minggu MEI I 3365.5 AGUSTUS I 2855.1 II 4267.9 II 3594.2 III 4364.5 III 3622.7 IV 3874.7 IV 3853.6 V 1888.0 V 507.7 JUMLAH 17760.5 JUMLAH 14433.1 RATA 3552.1 RATA 2886.6 JUNI I 2618.0 SEPTEMBER I 553.4 II 2933.4 II 4658.5 III 3225.6 III 3847.6 IV 4148.6 IV 3247.6 V 2852.7 V 3649.8 JUMLAH 15778.2 JUMLAH 15956.8 RATA 3155.6 RATA 3191.4 JULI I 0.0 OKTOBER I 529.2 II 2205.4 II 3873.7 III 3776.1 III 3236.0 IV 3824.7 IV 3644.5 V 3911.0 V 4124.2 VI 777.7 VI 1234.6 JUMLAH 14494.8 JUMLAH 15407.6 RATA 2415.8 RATA 3081.5
Sumber : dept. produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011
Gambar 12. Data Produksi PT. JCI Bulan Mei 2011 Sumber : Dept. Produksi PT. JCI,Tbk Unit Tangerang, 2011
02000400060008000
1000012000140001600018000
jumlah(ton)
rata-rata (ton)
70
Berdasarkan Gambar 12, dapat diketahui bahwa produksi pakan berupa
pellet pada bulan Mei sampai Oktober 2011 bergerak fluktuatif, dengan jumlah
total produksi pada Mei sampai Oktober sebesar 93.831 ton. Jumlah produksi
terendah terjadi pada bulan Agustus 2011 yaitu sebesar 14.433,1 ton, dan jumlah
produksi tertinggi terjadi pada bulan Mei 2011 yaitu sebesar 17.760,5 ton.
71
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak Bentuk
Pellet di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Unit Tangerang
Produksi akan suatu barang merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi oleh
banyak faktor atau variabel. Begitu pula halnya dengan produksi pakan ternak, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pakan ternak. Faktor tersebut akan
mempengaruhi sejauh mana tingkat produksi pakan ternak, dan faktor itu pula
merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak semua variabel dapat
mempengaruhi tingkat produksi pakan ternak secara nyata. Berdasarkan hasil dari
analisis akan diketahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi produksi pakan
ternak berupa pellet secara nyata pada PT. JCI Tangerang.
Dalam penelitian ini variabel Y adalah produksi pakan ternak, yaitu jumlah
produksi pakan berupa pellet bulan Mei sampai Oktober dalam satuan kilogram/ton.
Untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan variabel X. Terdapat tiga
variabel dalam penelitian ini yaitu : mesin, tenaga kerja, dan downtime. Variabel X1
adalah mesin (dalam satuan unit/kapasitas), variabel X2 adalah tenaga kerja (dalam
satuan hari orang kerja), dan variabel X3 adalah downtime (dalam satuan menit/jam).
Variabel bahan baku dikeluarkan dari model, akibat adanya variabel bahan baku
dalam model penelitian ini tejadi gejala heteroskesdastisitas yang mempengaruhi
perhitungan analisis regresi berganda. Kondisi bahan baku yang linier dengan
produksi lah yang mengakibatkan terjadinya heteroskesdastisitas pada model.
72
5.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak Bentuk Pellet di PT. JCI, Tbk Tangerang
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan alat bantu SPSS 16, hasil
yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi pakan ternak disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Regresi Berganda
No. Uraian Konstanta Mesin (X1)
Tenaga kerja (X2)
Downtime (X3)
1 Koefisien regresi 130.065 0.536 0.768 -0.264 2 T hitung 3.124* 0.591** -1.629***
3 F hitung 88.767 4 R2 0.898 0.536 0.768 0.264 5 Korelasi pearson 0.948 0.935 0.825 6 Durbin Watson 1.625
Keterangan: * Signifikan pada tingkat kepercayaan 95% ** Signifikan pada tingkat kepercayaan 50%
*** Signifikan pada tingkat kepercayaan 80%
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 10, dapat dibentuk persamaan regresi
berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pakan ternak bentuk
pellet. Sesuai dengan model persamaan regresi yang telah dijabarkan pada
metodologi penelitian, maka persamaan regresi untuk faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi pakan ternak adalah:
Y = 130.065 + 0,536X1 + 0.768X2 – 0.264X3 ………….…….….......(3.3)
Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta 130.065,
angka tersebut berarti bahwa produksi pakan ternak akan bernilai 130.065 bila
faktor X1, X2, dan X3 bernilai sama dengan nol. Dengan kata lain tingkat
produksi pakan ternak akan berada pada tingkat 130.065 ton jika tidak ada
aktifitas faktor X1, X2, dan X3.
73
Selain konstanta untuk persamaan, pada persamaan regresi juga terdapat
koefisien dari masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukkan nilai
variabel jika terjadi perubahan. Koefisien variabel mesin (X1) dihasilkan nilai
sebesar 0,536. Tanda positif ini menunjukkan hubungan yang searah atau
berbanding lurus antara mesin dengan produksi pakan ternak. Dengan kata lain
apabila ada penambahan kapasitas mesin sebesar 1 ton/jam maka terjadi
penambahan jumlah produksi pakan ternak sebesar 0,536 ton.
Koefisien regresi untuk tenaga kerja (X2) bernilai positif sebesar 0.768.
Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara tenaga kerja
dengan jumlah produksi pakan ternak. Artinya jika ada penambahan jumlah
tenaga kerja sebanyak satu orang maka akan ada penambahan jumlah produksi
sebesar 0.768 ton.
Perhitungan regresi berganda untuk koefisien downtime (X3) bernilai negatif
sebesar -0.264. Tanda negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan atau
berbanding terbalik antara mesin dengan produksi pakan ternak. Dengan kata lain
apabila ada penambahan waktu menunggu/downtime sebanyak satu menit maka
terjadi penurunan produksi pakan ternak sebesar 0,264 ton.
Uji Multikulinearitas
Uji multikulinearitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi yang cukup besar antar sesama variabel bebas (X). korelasi yang terlalu
tinggi antar sesama X akan berpengaruh pada menurunnya korelasi secara simultan
terhadap variabel Y.
74
Uji multikulinearitas dilakukan dengan menggunakan rule of thumbs
kriteria yaitu apabila nilai R2 variabel independen lebih kecil dari nilai R2 model
maka dapat dikatakan data bebas dari masalah multikulinearitas. Berdasarkan
tabel hasil analisis regresi terlihat bahwa seluruh nilai R2 dari masing-masing
variabel bernilai dibawah dari nilai R2 model. Jadi dapat dikatakan bahwa antar
variabel independen dalam penelitian tidak terjadi gejala multikolearitas.
Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdastisitas dilakukan dengan memplotkan grafik antara
SRESID dengan ZPRED dimana gangguan heteroskesdastisitas akan tampak
dengan adanya pola tertentu pada grafik. Berikut disajikan hasil uji
heteroskesdastisitas pada ketiga model dalam penelitian ini:
Gambar 13. Partial Regression Plot Uji Heteroskesdastisitas
75
Tampak pada Gambar 13 bahwa model penelitian tidak mempunyai
gangguan heteroskesdastisitas karena tidak ada pola tertentu pada grafik. Titik-titik
pada grafik relatif menyebar baik di atas sumbu nol ataupun di bawah sumbu nol.
Uji Autokorelasi
Ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi dapat diketahui
dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi disajikan
pada tabel 10.
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa model empiris yang dibangun
telah memenuhi asumsi di atas, yaitu nilai DW sebesar 1,625 atau lebih besar
dibandingkan dengan DU sebesar 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi antar variabel independen.
Untuk hasil perhitungan uji regresi berganda faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi pakan ternak adalah sebagai berikut:
Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji T)
Berdasarkan hasil pengujian secara tunggal semua variabel bebas maka
diketahui variabel mana yang berpengeruh secara nyata terhadap efisiensi produksi
pakan ternak. Uji ini dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Dengan asumsi
terima H0 jika thitung < ttabel dan H0 tolak jika thitung >ttabel atau dengan melihat
perbandingan probabilitasnya (sig<α) berdasarkan hipotesis:
H0 : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independen) dalam
model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependen) pada
tingkat kepercayaan tertentu
76
H1 : bi ≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independen) dalam
model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependen) pada tingkat
kepercayaan tertentu
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa tidak semua variabel bebas dapat
mempengaruhi produksi pakan ternak. Hasil perhitungan membuktikan bahwa
hanya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi pakan ternak
pada tingkat kepercayaan 95 %. Variabel tersebut adalah mesin, sedangkan variabel
lainnya berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil dari 95 %.
Pada tingkat kepercayaan 95 % didapat ttabel sebesar 2,042. Variabel pertama
yaitu mesin (X1) thitung bernilai 3,124 dan lebih besar dari ttabel serta memiliki nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai α (0.004 < 0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0
ditolak dan koefisien signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh yang nyata antara mesin dengan produksi pakan ternak.
Variabel kedua yaitu tenaga kerja (X3), nilai thitung bernilai 0.591 berarti
lebih kecil dari nilai ttabel (2,042) pada tingkat kepercayaan 95 % serta memiliki
nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0.559 > 0,5). Hal ini dapat dikatakan
bahwa H0 diterima dan koefisien tenaga kerja tidak signifikan secara statistik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara tenaga
kerja dengan produksi pakan ternak.
Variabel ketiga adalah downtime (X3), nilai thitung bernilai -1.629 berarti lebih
kecil dari ttabel (2,042) pada tingkat kepercayaan 95 % serta memiliki nilai signifikansi
lebih besar dari nilai α (0.115>0,05). Akan tetapi pada tingkat kepercayaan 80%
variabel tersebut signifikan karena ttabel yang didapat pada taraf kepercayaan ini adalah
77
sebesar 1,310. Sehingga dapat disimpulkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel
(1,629>1,310) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,115 < 0,2). Hal ini dapat
dikatakan bahwa H0 ditolak dan koefisien downtime signifikan secara statistik pada
tingkat kepercayaan 80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata
antara downtime dengan produksi pakan ternak.
Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji F)
Uji signifikansi serentak parameter dugaan (uji F) digunakan untuk
menunjukkan semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model
mempunyai pengeruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (produksi
pakan ternak). Uji ini membandingkan antara nilai Fhitung dengan nilai Ftabel atau
dari perbandingan probabilitasnya (sig<α), dengan ketentuan:
H0 diterima : apabila Fhitung < Ftabel atau sig > α pada tingkat kepercayaan
tertentu artinya seluruh variabel bebas dalam model tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
H0 ditolak : apabila Fhitung > Ftabe l atau sig < α pada tingkat kepercayaan
tertentu artinya seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat.
Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada Tabel 10, diperoleh nilai Fhitung
sebesar 88,767 lebih besar dari Ftabel (1,82) dengan tingkat kepercayaan sebesar
95% dan memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α (0,05). Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
koefisien regresi signifikan secara statistik. Hal ini berarti model regresi yang
dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel
78
bebas terhadap variabel terikat. Dapat dikatakan pula bahwa mesin, tenaga kerja,
downtime mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap produksi pakan
ternak. Jadi ketiga faktor tersebut secara bersama-sama dapat disimpulkan
berpengaruh terhadap produksi pakan ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia,Tbk
Divisi Feedmill Unit Tangerang.
Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar
mesin, tenaga kerja, dan downtime menjelaskan produksi pakan ternak. Bila R2 =
0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan sama oleh X sama sekali.
Sementara R2 = 1, artinya variasi dari Y, 100% dapat diterangkan oleh X
(Nachrowi dan Usman, 2002:21). Tabel dibawah ini akan menunjukkan hasil
perhitungan koefisien determinasi untuk faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan Tabel 10 didapat nilai koefisien determinasi dari persamaan
regresi adalah sebesar 0,908 dengan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan
sebesar 0.898. karena persamaan regresi menggunakan lebih dari satu variabel,
maka koefisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan
persaman ini adalah koefisien determinasi yang disesuaikan.
Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,898 yang berarti 89,8 % variasi
atau perubahan dalam produksi pakan ternak bisa dijelaskan oleh seluruh variabel
bebas yang diduga berpengaruh. Sisanya sebesar 10,2 % dijelaskan oleh faktor lain
diluar penelitian ini. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sudah hampir sepenuhnya dapat menjelaskan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap produksi pakan ternak.
79
5.1.2. Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pakan Ternak Bentuk Pellet di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Unit Tangerang Berdasarkan penjelasan pengujian statistik, maka didapatkan hasil baha uji
koefisien determinasi (R2) yaitu bernilai 0,898 atau dengn kata lain 89,8% produksi
pakan ternak dapat dijelaskan oleh seluruh fakor dalam penelitian ini. Selanjutnya
dari hasil uji F faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama terhadap produksi pakan ternak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia.
Dari hasil uji t, hanya ada satu faktor yang berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 95%, faktor tersebut adalah mesin. Untuk faktor tenaga kerja tidak
berpengaruh nyata karena pada produksi pakan ternak ini digunakan mesin untuk
memproduksi produknya, tenaga manusia hanya sebagai pelaksana operasional saja.
Sedangkan faktor downtime berpengaruh nyata terhadap produksi pakan ternak
pada taraf dibawah dari 95%. Seberapa besar korelasi atau pengaruh masing-masing
faktor tersebut terhadap produksi pakan ternak PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk
Tangerang disajikan pada tabel 10
Faktor pertama yang diduga berpengaruh terhadap produksi pakan ternak
adalah mesin. Faktor mesin yang dihitung dalam penelitian ini adalah kapasitas
mesin per hari, namun dalam pengolahan data dikelompokkan per minggu.
Kapasitas mesin perhari didapat dari hasil perkalian antara kapasitas mesin perjam
yaitu 11 batch atau 44 ton dengan jam kerja yaitu 24 jam per hari. Sehingga
didapatkan kapasitas mesin yaitu 1056 ton per hari.
Hubungan korelasi antara mesin dengan produksi pakan ternak dapat dilihat
pada Tabel 10 yaitu 0,948. Angka ini menunjukkan bahwa memiliki hubungan atau
korelasi sangat kuat, searah dan signifikan. Hasil perhitungan regresi berganda
80
menyatakan bahwa faktor mesin dapat mempengaruhi produksi pakan ternak pada
tingkat kepercayaan 95%, dan koefisien regresi bernilai positif 0,536. Jika kapasitas
mesin ditambah, maka produksi pakan ternak pun akan meningkat. Penambahan
jumlah kapasitas mesin bisa dengan cara penambahan kapasitas mesin per jam, atau
dengan menambah jumlah line mesin pada perusahaan ini.
Selain variabel mesin, dalam perhitungan regresi berganda terdapat pula
variabel lain yakni variabel tenaga kerja yang diduga juga berpengaruh terhadap
produksi pakan ternak. Pada penelitian ini variabel tenaga kerja dihitung
berdasarkan jumlah orang yang berkerja dalam satu hari. Pada perusahaan ini
terdapat tiga sistem shift dalam satu hari kerja yang ditentukkan secara bergiliran.
Jumlah tenaga kerja dalam satu shift rata-rata yaitu 57 orang, terdiri dari 17 orang
karyawan tetap dan 40 orang karyawan harian.
Hubungan korelasi antara tenaga kerja dengan produksi pakan ternak dapat
dilihat pada Tabel 10 yaitu 0,935. Angka ini berarti bahwa antara tenaga kerja
dengan produksi memiliki hubungan atau korelasi sangat kuat, searah dan
signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda faktor ini kurang
berpengaruh nyata terhadap produksi pakan, karena perusahaan memanfaatkan
tenaga mesin dalam menghasilkan produk pakan ternak dalam jumlah yang
banyak. Namun apabila terdapat penambahan karyawan akan berdampak pada
jumlah produksi yang meningkat.
Variabel terakhir pada perhitungan regresi berganda yaitu variabel
downtime yang sebenarnya merupakan salah satu kendala yang terjadi pada saat
proses produksi berjalan. Variabel downtime yang dihitung dalam penelitian ini
81
adalah jumlah menit atau jam dalam satu hari, namun dalam pengolahan data
dijumlahkan perminggu.
Hubungan korelasi antara downtime dengan produksi pakan ternak dapat
dilihat pada Tabel 10 yaitu 0,825, angka ini menunjukkan bahwa hubungan atau
korelasi antara downtime dengan produki pakan ternak cukup kuat, searah dan
signifikan. Namun dari hasil perhitungan regresi berganda variabel ini dapat
mempengaruhi produksi pakan ternak pada tingkat kepercayaan 80%, dan
memiliki koefisien regresi bernilai negatif 0,264. Hal ini menandakan bahwa
antara downtime dengan produksi tidak searah atau berbanding terbalik. Dengan
kata lain bahwa apabila adanya penambahan jumlah downtime akan berdampak
menurunkan tingkat produksi pakan ternak, dan begitu pula sebaliknya apabila
jumlah downtime menurun maka produksi pun akan meningkat.
5.2. Elastisitas Produksi
Berdasarkan fungsi produksi yang sudah didapatkan dari perhitungan
sebelumya, maka dapat dihitung nilai elastisitas produksi dalam penelitian
ini. Perhitungan dari elastisitas produksi dapat dipergunakan rumus elastisitas
dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 8, sehingga akan didapat
nilai elastisitas produksi pakan ternak pellet di PT. Japfa Comfeed Indonesia,
Tbk Tangerang. Tabel 17 menunjukkan hasil perhitungan elastisitas produksi
pakan ternak pellet di PT. Japfa Comfeed Indonesia,Tbk Tangerang.
82
Tabel 11 Hasil Analisis Elastisitas Produksi Pakan Ternak di PT. JCI, Tbk Tangerang
No. Variabel Koefisien regresi
Elastisitas Interpretasi
1 Mesin (X1) 0.536 1.000265 Elastis 2 Tenaga Kerja (X2) 0.768 0.176171 In Elastis 3 Downtime (X3) -0.264 -0.21895 In Elastis
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui nilai elastisitas variabel mesin terhadap
produksi pakan ternak yaitu sebesar 1,000265, dengan kata lain variabel ini bersifat
elastis. Hasil tersebut menunujukkan bahwa peningkatan produksi pakan ternak
sangat respon terhadap peningkatan kapasitas mesin. Hal ini sudah sesuai dengan
teori produksi, apabila kapasitas mesin ditambah maka akan meningkatkan jumlah
produksi pada tingkat tertentu. Selanjutnya untuk variabel tenaga kerja didapatkan
nilai sebesar 0,176171, dengan kata lain variabel ini bersifat inelastis. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja tidak respon terhadap produksi
pakan ternak. Variabel terakhir adalah downtime yang bernilai -0,21895, dengan kata
lain bahwa variabel ini bersifat inelastis. Artinya penambahan jumlah downtime tidak
respon terhadap penurunan produksi pakan ternak. Hal ini tidak sesuai dengan teori
produksi apabila semakin banyak waktu menunggu dalam produksi akan berdampak
pada hasil produksi yang kurang.
Sehingga didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini hanya terdapat satu
variabel yang bersifat elastis yaitu variabel mesin, karena memiliki nilai diatas
satu. Dua faktor lainnya bersifat inelastis yaitu tenaga kerja dan downtime, karena
memiliki nilai dibawah satu.
83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Perencanaan dan Target Produksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor produksi pakan ternak di
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pakan ternak bentuk pellet yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah mesin, tenaga kerja, dan downtime. Faktor
yang paling berpengaruh terhadap tingkat produksi yaitu mesin dengan nilai
koefisien yaitu 0,536. Dua variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi pakan ternak bentuk pellet.
2. Elastisitas produksi mesin bersiifat elastis dengan nilai 1,000265, yang berarti
berada pada tingkat increasing to scale. Sedangkan elastisitas produksi dua
variabel lain yakni tenaga kerja dan downtime bersifat inelastis dengan masing-
masing bernilai 0,176171 dan -0,21895.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran sebagai
bentuk implementasi dan hasil penelitan ini yaitu:
1. Dilihat dari jumlah produksi pada perusahaan tersebut maka perusahaan dapat
menambah kapasitas mesin, baik jumlah kapasitas jam ataupun jumlah line mesin
untuk dapat memenuhi kebutuhan permintaan konsumen yang selalu bertambah.
84
2. Selain itu diharapkan bagi perusahaan untuk dapat menekan atau mengurangi
downtime, agar dapat meningkatkan jumlah produksi pakan ternak khususnya
pakan berupa pellet.
85
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, J. Pengembangan Pakan Ternak Ruminansia : Menggagas Lumbung Pakan Berbasis Hasil Samping Tanaman Pangan. (Disampaikan pada acara Apresiasi Budidaya Ternak Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Hotel Sahid Yogyakarta, tanggal 14 – 15 Desember 2010).
Agus, Ali. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. (Yogyakarta : PT.Citra Aji Parama, 2007).
Alamsyah, Rizal. Pengelolaan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. (Jakarta : Penebar Swadaya, 2005).
Arief, Sritua. Metode Penelitian Ekonomi. (Jakarta : UI Press, 1993).
Assauri, Sofyan. Manajemen Produksi dan operasi Ed.Revisi. (Jakarta: LP FEUI, 2004).
Daniel, Moehar. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2002).
Debertin, David L. Agricultural Production Economics. (Amerika :Macmillan Publishing Company, 1986) (Transliterasi, Interpretasi, dan Penulisan Kembali oleh Tatiek Koerniawati, SP.MP).
Destiana, Mitra. Jurnal Prospek Industri Pakan Nasional. (Jakarta. 2010)
Gujarati, Damodar N. Dasar-Dasar Ekonometrika. (Jakarta : Erlangga, 2006).
Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar & Aplikasinya. (Jakarta : Kencana, 2004).
Iswardono. Analisa Regresi dan Korelasi. (Yogyakarta : BPFE, 2001).
Iswardono. Ekonomi mikro. (Yogyakarta : UPP AMP YPKN, 1990).
86
Kartadisastra, H. R. Pengelolaan Pakan Ayam “Kiat Meningkatkan Keuntungan Dalam Agribisnis Unggas”. (Yogyakarta : Kanisius, 1994).
Kartasudjana, Ruhyat. Modul Program Keahlian Budidaya Ternak ; Teknik Produksi Pakan Ternak. (Bandung : Depdiknas, 2001).
Koutsoyiannis. Theory of Econometrics Method. (USA : Macmillan, 1997).
Mubyarto. Pengantar ekonomi pertanian. (Jakarta : LP3ES, 1995).
Nachrowi, Djalal Nachrowi, dan Hardius Usman. Penggunaan Teknik Ekonometri. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002).
Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005).
Patterson, Robert. Feed Manufacturing Factory VII, (USA, 1994).
Render, Barry and Heizer, Jay. Operation Management: Manajemen Operasi. (Jakarta : Salemba Empat, 2009).
Ritonga, dkk. Pelajaran Ekonomi Jilid 1. (Jakarta : Erlangga, 2003).
Rosyidi. Analisis Efektifitas Penanganan Produksi Tepung Terigu PT. Indo Food Sukses Makmur Tbk, Jakarta Utara. (Jakarta : UIN Jakarta, 2006).
Salman, Multief. Analisis Ekonomi Komoditas Kapas Indonesia (pendektan simulasi kebijakan dengan model ekonometrika). (Bogor: IPB, 1993).
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta : LP3ES, 1989).
Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cob-Douglas. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003).
Subagyo, Pangestu. Manajemen Operasi Edisi Pertama. (Yogyakarta : BPFE, 2000).
Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi edisi ke-6. (Jakarta : Erlangga, 2000).
87
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008).
Triyuliana, Agnes Heni. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 15.0. (Semarang : Penerbit Andi, 2007).
Yahya, Yohanes. Manajemen Operasi Edisi Pertama. (Yogyakarta : BPFE, 2006).
www.ditjennak.go.id/t-petasitus.asp. Diakses pada tanggal 15 November 2011.
http://poultryindonesia.com/modules. Diakses pada tanggal 20 November 2011.
http://pse.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 20 November 2011
Lampiran 3. Data Faktor-faktor Produksi Mingguan PT. Japfa Comfeed Indoensia, Tbk
FAKTOR/ Y (PRODUKSI) X1 (MESIN) X2 (TENAGA
KERJA) X3 (DOWNTIME) BULAN MINGGU
MEI I 3365.5 7392.0 879.0 3268.0 II 4267.9 7392.0 858.0 3428.0 III 4364.5 7392.0 905.0 3343.0 IV 3874.7 7392.0 813.0 3812.0 V 1888.0 3168.0 387.0 1409.0
JUNI I 2618.0 4224.0 536.0 2130.0 II 2933.4 7392.0 873.0 4562.0 III 3225.6 6336.0 937.0 3082.0 IV 4148.6 7392.0 937.0 3351.0 V 2852.7 5280.0 629.0 3287.0
JULI I 0.0 0.0 0.0 0.0 II 2205.4 5280.0 642.0 2157.0 III 3776.1 7392.0 788.0 2364.0 IV 3824.7 6336.0 793.0 2168.0 V 3911.0 6336.0 812.0 2822.0 VI 777.7 1056.0 114.0 401.0
AGUSTUS I 2855.1 6336.0 817.0 2560.0 II 3594.2 7392.0 939.0 2546.0 III 3622.7 7392.0 808.0 3013.0 IV 3853.6 7392.0 933.0 3058.0 V 507.7 1056.0 106.0 358.0
SEPTEMBER I 553.4 1056.0 116.0 577.0 II 4658.5 7392.0 892.0 2992.0 III 3847.6 6336.0 795.0 2371.0 IV 3247.6 6336.0 913.0 3118.0 V 3649.8 6336.0 776.0 2888.0
OKTOBER I 529.2 1056.0 127.0 574.0 II 3873.7 6336.0 795.0 2376.0 III 3236.0 6336.0 792.0 3140.0 IV 3644.5 7392.0 924.0 3512.0 V 4124.2 7392.0 918.0 3298.0
1234.6 2112.0 253.0 878.0 Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
90
Lampiran 4. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi PT. JCI Bulan Mei 2011
Tanggal TOTAL COLI TOTAL KG TOTAL TON TOTAL BATCH
1 7,088.0 354,400 354.4 88.6
2 11,198.0 559,900 559.9 140.0
3 8,014.0 400,700 400.7 100.2
4 11,165.0 558,250 558.3 139.6
5 12,010.0 600,500 600.5 150.1
6 10,404.0 520,200 520.2 130.1
7 7,430.0 371,500 371.5 92.9
8 13,024.0 651,200 651.2 162.8
9 11,106.0 555,300 555.3 138.8
10 9,876.0 493,800 493.8 123.5
11 8,926.0 446,300 446.3 111.6
12 12,069.0 603,450 603.5 150.9
13 15,499.0 774,950 775.0 193.7
14 14,858.0 742,900 742.9 185.7
15 15,451.0 772,550 772.6 193.1
16 10,088.0 504,400 504.4 126.1
17 11,836.0 591,800 591.8 148.0
18 11,946.0 597,300 597.3 149.3
19 14,370.0 718,500 718.5 179.6
20 10,834.0 541,700 541.7 135.4
21 12,764.0 638,200 638.2 159.6
22 12,611.0 630,550 630.6 157.6
23 11,156.0 557,800 557.8 139.5
24 10,275.0 513,750 513.8 128.4
25 10,302.0 515,100 515.1 128.8
26 11,364.0 568,200 568.2 142.1
27 9,042.0 452,100 452.1 113.0
28 12744 637,200 637.2 159.3
29 14579 728,950 728.95 182.2
30 12083 604,150 604.15 151.0
31 11098 554,900 554.9 138.7
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
91
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
Lampiran 5. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi PT. JCI Bulan Juni 2011
Tanggal TOTAL COLI TOTAL KG TOTAL TON TOTAL BATCH
1 13,393 669,650 669.7 167.4
2 12,300 615,000 615.0 153.8
3 13,239 661,950 662.0 165.5
4 13,428 671,400 671.4 167.9
5 8,655 432,750 432.8 108.2
6 9,330 466,500 466.5 116.6
7 12,229 611,450 611.5 152.9
8 4,861 243,050 243.1 60.8
9 3,966 198,300 198.3 49.6
10 7,012 350,600 350.6 87.7
11 12,614 630,700 630.7 157.7
12 0 0 0.0 0.0
13 10,929 546,450 546.5 136.6
14 8,726 436,300 436.3 109.1
15 9,388 469,400 469.4 117.4
16 10,582 529,100 529.1 132.3
17 11,907 595,350 595.4 148.8
18 12,980 649,000 649.0 162.3
19 12,467 623,350 623.4 155.8
20 9,705 485,250 485.3 121.3
21 11,263 563,150 563.2 140.8
22 9,025 451,250 451.3 112.8
23 17,791 889,550 889.6 222.4
24 8,105 405,250 405.3 101.3
25 14,615 730,750 730.8 182.7
26 14,239 711,950 712.0 178.0
27 13,245 662,250 662.3 165.6
28 8,976 448,800 448.8 112.2
29 8,988 449,400 449.4 112.4
30 11,605 580,250 580.3 145.1
31 0 0 0.0 0.0
92
Lampiran 6. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi PT. JCI Bulan Juli 2011
Tanggal TOTAL COLI TOTAL KG TOTAL TON TOTAL BATCH
1 0 0 0.0 0.0
2 0 0 0.0 0.0
3 8,532 426,600 426.6 106.7
4 10,476 523,800 523.8 131.0
5 11,855 592,750 592.8 148.2
6 12,363 618,150 618.2 154.5
7 882 44,100 44.1 11.0
8 0 0 0.0 0.0
9 0 0 0.0 0.0
10 10,914 545,700 545.7 136.4
11 13,302 665,100 665.1 166.3
12 13,518 675,900 675.9 169.0
13 13,420 671,000 671.0 167.8
14 12,643 632,150 632.2 158.0
15 11,725 586,250 586.3 146.6
16 0 0 0.0 0.0
17 12,840 642,000 642.0 160.5
18 13,560 678,000 678.0 169.5
19 11,045 552,250 552.3 138.1
20 5,981 299,050 299.1 74.8
21 17,842 892,100 892.1 223.0
22 15,225 761,250 761.3 190.3
23 0 0 0.0 0.0
24 0 0 0.0 0.0
25 12,080 604,000 604.0 151.0
26 11,248 562,400 562.4 140.6
27 12,892 644,600 644.6 161.2
28 15,126 756,300 756.3 189.1
29 14,465 723,250 723.3 180.8
30 12,408 620,400 620.4 155.1
31 15,554 777,700 777.7 194.4
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
93
Lampiran 7. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi PT. JCI Bulan Agustus 2011
Tanggal TOTAL COLI TOTAL KG TOTAL TON TOTAL BATCH
1 11,710 585,500 585.5 146.4
2 15,106 755,300 755.3 188.8
3 6,966 348,300 348.3 87.1
4 9,967 498,350 498.4 124.6
5 8,922 446,100 446.1 111.5
6 4,431 221,550 221.6 55.4
7 7,009 350,450 350.5 87.6
8 7,401 370,050 370.1 92.5
9 11,349 567,450 517.5 141.9
10 11,349 567,450 567.5 141.9
11 12,293 614,650 614.7 153.7
12 12,714 635,700 635.7 158.9
13 9,768 488,400 488.4 122.1
14 10,774 538,700 538.7 134.7
15 13,146 657,300 657.3 164.3
16 12,402 620,100 620.1 155.0
17 13,028 651,400 651.4 162.9
18 13,658 682,900 682.9 170.7
19 0 0 0.0 0.0
20 9,445 472,250 472.3 118.1
21 9,596 479,800 479.8 120.0
22 10,175 508,750 508.8 127.2
23 11,466 573,300 573.3 143.3
24 10,481 524,050 524.1 131.0
25 12,083 604,150 604.2 151.0
26 11,459 572,950 573.0 143.2
27 11,811 590,550 590.6 147.6
28 10,153 507,650 507.7 126.9
29 0 0 0.0 0.0
30 0 0 0.0 0.0 Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
94
Lampiran 8. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi PT. JCI Bulan September 2011
Tanggal TOTAL COLI TOTAL KG TOTAL TON TOTAL BATCH
1 0 0 0.0 0.0
2 0 0 0.0 0.0
3 11,068 553,400 553.4 138.4
4 11,110 555,500 555.5 138.9
5 17,215 860,750 860.8 215.2
6 14,246 712,300 712.3 178.1
7 13,825 691,250 691.3 172.8
8 8,038 401,900 401.9 100.5
9 13,128 656,400 656.4 164.1
10 15,607 780,350 780.4 195.1
11 14,736 736,800 736.8 184.2
12 10,289 514,450 514.5 128.6
13 13,160 658,000 658.0 164.5
14 11,419 570,950 571.0 142.7
15 14,374 718,700 718.7 179.7
16 12,973 648,650 648.7 162.2
17 0 0 0.0 0.0
18 8,157 407,850 407.9 102.0
19 12,533 626,650 626.7 156.7
20 11,606 580,300 580.3 145.1
21 12,433 621,650 621.7 155.4
22 10,276 513,800 513.8 128.5
23 9,947 497,350 497.4 124.3
24 0 0 0.0 0.0
25 14,548 727,400 727.4 181.9
26 14,500 725,000 725.0 181.3
27 12,605 630,250 630.3 157.6
28 9,863 493,150 493.2 123.3
29 12,604 630,200 630.2 157.6
30 8,876 443,800 443.8 111.0
31 0 0 0.0 0.0
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
95
Lampiran 9. Data Produksi Berdasarkan Hari Produksi PT. JCI Bulan Oktober 2011
Tanggal TOTAL COLI TOTAL KG TOTAL TON TOTAL BATCH
1 10,584 529,200 529.2 132.3
2 16,002 800,100 800.1 200.0
3 11,658 582,900 582.9 145.7
4 7,351 367,550 367.6 91.9
5 13,135 656,750 656.8 164.2
6 13,858 692,900 692.9 173.2
7 15,470 773,500 773.5 193.4
8 0 0 0.0 0.0
9 10,497 524,850 524.9 131.2
10 10,867 543,350 543.4 135.8
11 10,708 535,400 535.4 133.9
12 11,385 569,250 569.3 142.3
13 11,442 572,100 572.1 143.0
14 0 0 0.0 0.0
15 9,821 491,050 491.1 122.8
16 9,125 456,250 456.3 114.1
17 10,528 526,400 526.4 131.6
18 11,690 584,500 584.5 146.1
19 10,216 510,800 510.8 127.7
20 9,503 475,150 475.2 118.8
21 10,346 517,300 517.3 129.3
22 11,482 574,100 574.1 143.5
23 10,838 541,900 541.9 135.5
24 14,120 706,000 706.0 176.5
25 12,567 628,350 628.4 157.1
26 13,229 661,450 661.5 165.4
27 10,145 507,250 507.3 126.8
28 9,967 498,350 498.4 124.6
29 11,618 580,900 580.9 145.2
30 13,039 651,950 652.0 163.0
31 11,652 582,600 582.6 145.7
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
96
Lampiran 10. Data Kapasitas Mesin PT. JCI Bulan Mei-Oktober 2011
Bulan Mei Juni Juli Agustus September Oktober Tanggal
1 1056000 1056000 0 1056000 0 1056000 2 1056000 1056000 0 1056000 0 1056000 3 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 4 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 5 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 6 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 7 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 8 1056000 1056000 0 1056000 1056000 0 9 1056000 1056000 0 1056000 1056000 1056000
10 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 11 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 12 1056000 0 1056000 1056000 1056000 1056000 13 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 14 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 0 15 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 16 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 17 1056000 1056000 1056000 1056000 0 1056000 18 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 19 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 20 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 21 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 22 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 23 1056000 1056000 0 1056000 1056000 1056000 24 1056000 1056000 0 1056000 0 1056000 25 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 26 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 27 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 28 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 1056000 29 1056000 1056000 1056000 0 1056000 1056000 30 1056000 1056000 1056000 0 1056000 1056000 31 1056000 0 1056000 0 0 1056000
Sumber departemen produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011 *dalam ton/hari
**dalam satu jam 44 ton/jam
97
Lampiran 11. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Mei 2011
shift/ Satu Dua Tiga pegawai tetap total tanggal
1 0 35 30 14 82 2 41 40 37 14 135 3 41 40 39 14 137 4 37 40 36 14 130 5 41 36 40 14 134 6 41 40 38 14 136 7 37 35 36 14 125 8 32 35 31 14 115 9 38 41 40 14 136
10 38 42 36 14 133 11 37 11 37 14 102 12 37 12 41 14 107 13 40 42 40 14 139 14 29 39 41 14 126 15 35 33 35 14 120 16 40 39 38 14 134 17 36 41 38 14 132 18 38 39 36 14 130 19 41 41 38 14 137 20 42 37 40 14 136 21 30 38 31 14 116 22 40 41 37 14 135 23 0 0 0 0 0 24 40 42 38 14 137 25 38 42 39 14 136 26 40 40 37 14 134 27 42 40 39 14 138 28 39 38 39 14 133 29 30 33 32 14 112 30 38 40 38 14 133 31 42 42 41 14 142
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
98
Lampiran 12. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Juni 2011
shift/ Satu Dua Tiga pegawai tetap total tanggal
1 42 42 41 14 142 2 37 35 35 14 124 3 41 41 40 14 139 4 38 40 36 14 131 5 28 35 31 14 111 6 40 40 31 14 128 7 39 40 40 14 136 8 41 40 39 14 137 9 40 0 41 14 98
10 42 35 41 14 135 11 37 33 41 14 128 12 37 33 37 14 124 13 41 38 38 14 134 14 42 41 39 14 139 15 40 41 39 14 137 16 40 42 31 14 130 17 42 42 40 14 141 18 39 39 37 14 132 19 32 35 34 14 118 20 42 42 39 14 140 21 40 42 41 14 140 22 39 42 39 14 137 23 39 40 38 14 134 24 41 42 40 14 140 25 32 40 39 14 128 26 26 34 32 14 109 27 40 35 38 14 130 28 35 38 37 14 127 29 39 35 35 14 126 30 42 39 39 14 137
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
99
Lampiran 13. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Juli 2011
shift/ Satu Dua Tiga pegawai tetap total tanggal
1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 31 30 33 14 111 4 31 41 39 14 128 5 39 42 32 14 130 6 39 42 39 14 137 7 39 41 39 14 136 8 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0
10 28 32 30 14 107 11 39 40 39 14 135 12 39 39 38 14 133 13 42 39 40 14 138 14 40 41 40 14 138 15 40 40 40 14 137 16 0 0 0 0 0 17 30 31 32 14 110 18 40 40 38 14 135 19 38 40 39 14 134 20 41 40 40 14 138 21 40 41 40 14 138 22 41 40 40 14 138 23 0 0 0 0 0 24 0 0 0 0 0 25 38 42 33 14 130 26 41 42 37 14 137 27 39 42 40 14 138 28 40 40 40 14 137 29 42 41 39 14 139 30 42 35 37 14 131 31 29 35 33 14 114
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
100
Lampiran 14. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Agustus 2011
shift/ Satu Dua Tiga pegawai tetap total tanggal
1 41 42 40 14 140 2 40 41 36 14 134 3 41 39 39 14 136 4 42 41 36 14 136 5 42 41 39 14 139 6 39 37 39 14 132 7 35 33 32 14 117 8 41 39 39 14 136 9 41 39 40 14 137
10 40 41 39 14 137 11 42 40 41 14 140 12 42 40 40 14 139 13 40 40 36 14 133 14 35 36 32 14 120 15 41 40 38 14 136 16 42 42 40 14 141 17 0 0 0 0 0 18 42 41 38 14 138 19 42 40 38 14 137 20 41 40 38 14 136 21 35 35 28 14 115 22 42 41 38 14 138 23 40 42 40 14 139 24 41 41 40 14 139 25 42 40 38 14 137 26 41 40 39 14 137 27 36 36 39 14 128 28 32 28 29 14 106 29 0 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 31 0 0 0 0 0
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
101
Lampiran 15. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan September 2011
shift/ Satu Dua Tiga pegawai tetap total tanggal
1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 34 33 32 14 116 4 35 32 35 14 119 5 38 37 38 14 130 6 38 35 35 14 125 7 38 36 39 14 130 8 38 37 39 14 131 9 38 37 39 14 131
10 36 35 38 14 126 11 36 31 35 14 119 12 38 40 41 14 136 13 38 40 41 14 136 14 38 40 41 14 136 15 37 39 41 14 134 16 39 38 40 14 134 17 0 0 0 0 0 18 37 34 31 14 119 19 38 38 40 14 133 20 37 39 39 14 132 21 39 39 37 14 132 22 39 38 41 14 135 23 39 39 39 14 134 24 38 39 34 14 128 25 36 34 34 14 121 26 37 37 40 14 131 27 38 37 40 14 132 28 38 37 39 14 131 29 38 36 40 14 131 30 38 36 39 14 130
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
102
Lampiran 16. Data Jumlah Tenaga Kerja PT. JCI Bulan Oktober 2011
shift/ Satu Dua Tiga pegawai tetap total tanggal
1 34 38 38 14 127 2 38 33 32 14 120 3 39 41 39 14 136 4 39 41 39 14 136 5 39 41 37 14 134 6 39 41 40 14 137 7 39 41 35 14 132 8 0 0 0 0 0 9 35 31 37 14 120
10 40 38 39 14 134 11 40 40 40 14 137 12 40 39 41 14 137 13 39 40 41 14 137 14 0 0 0 0 0 15 37 38 35 14 127 16 33 31 35 14 116 17 38 39 41 14 135 18 37 41 41 14 136 19 38 41 41 14 137 20 35 41 41 14 134 21 35 41 41 14 134 22 37 37 41 14 132 23 33 35 29 14 114 24 38 40 40 14 135 25 38 39 40 14 134 26 38 40 38 14 133 27 39 41 40 14 137 28 38 41 40 14 136 29 37 40 35 14 129 30 34 35 34 14 120 31 39 37 40 14 133
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
103
Lampiran 17. Data Downtime PT. JCI Bulan Mei 2011
shift/ Satu Dua Tiga total tanggal
1 0 259 237 496 2 179 241 230 650 3 0 209 180 389 4 193 146 134 473 5 152 131 233 516 6 107 158 158 423 7 0 254 67 321 8 128 194 219 541 9 191 160 249 600
10 210 183 209 602 11 250 222 200 672 12 240 123 75 438 13 61 116 80 257 14 130 118 70 318 15 83 61 56 200 16 96 213 242 551 17 165 166 196 527 18 229 97 130 456 19 137 99 158 394 20 296 252 137 685 21 167 185 178 530 22 183 160 196 539 23 196 226 245 667 24 205 205 289 699 25 230 202 224 656 26 139 199 247 585 27 119 114 0 233 28 88 145 200 433 29 119 98 86 303 30 258 204 130 592 31 180 189 145 514
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
104
Lampiran 18. Data Downtime PT. JCI Bulan Juni 2011
shift/ Satu Dua Tiga total tanggal
1 260 200 163 623 2 154 150 259 563 3 143 195 103 441 4 192 137 174 503 5 125 152 158 435 6 263 170 267 700 7 196 229 218 643 8 320 269 291 880 9 359 312 0 671
10 353 271 164 788 11 119 171 155 445 12 0 0 0 0 13 168 213 235 616 14 194 195 211 600 15 183 229 249 661 16 246 143 127 516 17 168 90 74 332 18 155 106 96 357 19 168 52 94 314 20 167 261 213 641 21 158 210 273 641 22 212 169 202 583 23 204 116 180 500 24 165 114 95 374 25 107 90 101 298 26 161 115 228 504 27 480 215 220 915 28 251 279 249 779 29 245 227 270 742 30 135 109 103 347
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
105
Lampiran 19. Data Downtime PT. JCI Bulan Juli 2011
shift/ Satu Dua Tiga total tanggal
1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 139 172 170 481 4 230 134 227 591 5 144 101 178 423 6 140 106 80 326 7 254 82 0 336 8 0 0 0 0 9 0 0 0 0
10 208 163 165 536 11 191 91 209 491 12 154 121 119 394 13 159 71 143 373 14 115 65 94 274 15 73 110 113 296 16 0 0 0 0 17 90 110 227 427 18 147 158 181 486 19 250 175 119 544 20 115 148 145 408 21 0 0 0 0 22 0 0 0 0 23 158 75 70 303 24 85 100 105 290 25 102 163 194 459 26 187 149 180 516 27 180 85 152 417 28 176 99 97 372 29 160 126 149 435 30 235 49 49 333 31 121 66 214 401
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
106
Lampiran 20. Data Downtime PT. JCI Bulan Agustus 2011
shift/ Satu Dua Tiga total tanggal
1 120 145 201 466 2 226 120 151 497 3 162 145 74 381 4 118 145 146 409 5 111 85 72 268 6 199 126 214 539 7 124 122 96 342 8 131 272 175 578 9 153 148 115 416
10 128 102 105 335 11 109 111 96 316 12 64 71 85 220 13 83 111 145 339 14 388 115 85 588 15 188 138 152 478 16 315 69 163 547 17 0 0 0 0 18 155 114 155 424 19 120 64 77 261 20 142 237 336 715 21 141 449 130 720 22 115 103 161 379 23 160 95 64 319 24 98 89 61 248 25 113 96 89 298 26 195 207 202 604 27 179 160 151 490 28 171 187 0 358 29 0 0 0 0 30 0 0 0 0 31 0 0 0 0
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
107
Lampiran 21. Data Downtime PT. JCI Bulan September 2011
shift/ Satu Dua Tiga total tanggal
1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 203 152 222 577 4 125 104 115 344 5 160 153 136 449 6 115 83 126 324 7 152 109 119 380 8 164 215 121 500 9 120 218 110 448
10 183 229 135 547 11 162 110 175 447 12 105 120 92 317 13 120 85 109 314 14 184 98 157 439 15 133 85 104 322 16 223 173 136 532 17 0 0 0 0 18 353 225 233 811 19 201 93 91 385 20 72 68 130 270 21 131 159 195 485 22 89 208 161 458 23 208 286 215 709 24 0 0 0 0 25 230 79 70 379 26 105 61 85 251 27 149 102 206 457 28 181 201 169 551 29 96 175 201 472 30 241 237 300 778
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
108
Lampiran 22. Data Downtime PT. JCI Bulan Oktober 2011
shift/ Satu Dua Tiga total tanggal
1 315 175 84 574 2 97 69 83 249 3 73 99 221 393 4 0 180 166 346 5 189 169 155 513 6 261 43 153 457 7 227 68 123 418 8 0 0 0 0 9 137 65 54 256
10 113 405 220 738 11 186 206 165 557 12 213 206 170 589 13 230 183 176 589 14 0 0 0 0 15 190 93 128 411 16 168 36 125 329 17 121 87 86 294 18 105 110 214 429 19 237 235 210 682 20 256 225 220 701 21 195 230 221 646 22 0 270 161 431 23 89 115 97 301 24 147 76 133 356 25 157 28 57 242 26 194 72 235 501 27 226 219 239 684 28 218 222 181 621 29 279 206 108 593 30 155 141 103 399 31 92 295 92 479
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Divisi Feedmill Unit Tangerang, Tbk 2011
109
Lampiran 23. Output Analisis Regresai Berganda
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PRODUKSI 3.067E3 1211.7725 31
MESIN 5722.84 2228.038 31
TK 703.45 278.706 31
DOWNTIME 2543.32 1063.419 31
Correlations
PRODUKSI MESIN TK DOWNTIME
Pearson Correlation PRODUKSI 1.000 .948 .935 .825
MESIN .948 1.000 .981 .911
TK .935 .981 1.000 .900
DOWNTIME .825 .911 .900 1.000
Sig. (1-tailed) PRODUKSI . .000 .000 .000
MESIN .000 . .000 .000
TK .000 .000 . .000
DOWNTIME .000 .000 .000 .
N PRODUKSI 31 31 31 31
MESIN 31 31 31 31
TK 31 31 31 31
DOWNTIME 31 31 31 31
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 DOWNTIME,
TK, MESINa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PRODUKSI
110
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) MESIN TK DOWNTIME
1 1 3.882 1.000 .01 .00 .00 .00
2 .099 6.249 .98 .00 .00 .02
3 .017 15.279 .01 .04 .07 .95
4 .002 39.647 .01 .96 .93 .03
a. Dependent Variable: PRODUKSI
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 632.899 4141.648 3.067E3 1154.6511 31
Residual -6.7867E2 670.7046 .0000 367.6595 31
Std. Predicted Value -2.108 .931 .000 1.000 31
Std. Residual -1.751 1.731 .000 .949 31
a. Dependent Variable: PRODUKSI
112
Case Number Std. Residual PRODUKSI Predicted Value Residual Status
1 -1.392 3365.5 3904.935 -5.3943E2 2 1.087 4267.9 3846.563 4.2134E2 3 1.185 4364.5 3905.091 4.5941E2 4 .423 3874.7 3710.617 1.6408E2 5 .347 1888.0 1753.537 1.3446E2 6 .966 2618.0 2243.682 3.7432E2 7 -1.613 2933.4 3558.635 -6.2524E2 8 -.534 3225.6 3432.435 -2.0683E2 9 .570 4148.6 3927.545 2.2105E2 10 .715 2852.7 2575.704 2.7700E2 11 . . . . Ma 12 -1.751 2205.4 2884.072 -6.7867E2 13 -.768 3776.1 4073.783 -2.9768E2 14 .675 3824.7 3563.235 2.6147E2 15 1.305 3911.0 3405.126 5.0587E2 16 .258 777.7 677.838 99.8616 17 -1.608 2855.1 3478.148 -6.2305E2 18 -1.413 3594.2 4141.649 -5.4745E2 19 -.761 3622.7 3917.762 -2.9506E2 20 -.383 3853.6 4001.844 -1.4824E2 21 -.452 507.7 683.051 -1.7535E2 22 -.205 553.4 632.899 -79.4993 23 1.731 4658.5 3987.795 6.7070E2 24 .868 3847.6 3511.166 3.3643E2 25 -.405 3247.6 3404.503 -1.5690E2 26 .748 3649.8 3360.060 2.8974E2 27 -.291 529.2 642.136 -1.1294E2 28 .939 3873.7 3509.846 3.6385E2 29 -.180 3236.0 3305.801 -69.8008 30 -.595 3644.5 3875.051 -2.3055E2 31 .509 4124.2 3926.954 1.9725E2 32 .025 1234.6 1224.737 9.8634 a. Missing Casem b. dep. Var.
Produksi
113
Lampiran 24. Perhitungan Elastisitas Produksi Pakan Ternak
Rumus Elastisitas Produksi adalah sebagai berikut:
Keterangan : Ep = Elastisitas Produksi
X = Nilai rata-rata X
Ỹ = Nilai rata-rata Y
Kriteria Elastisitas Produksi:
In Elastis Sempurna jika Ep = 0
In Elastis jika Ep < 1
Elastisitas Uniter jika Ep = 1
Elastis jika Ep > 1
Elastis Sempurna jika Ep = ~
1. Elastisitas Variabel Mesin
= 0,536 . 5544 2970.8
= 1.000265
2. Elastisitas Variabel Tenaga Kerja
= 0,678 . 681,5 2970,8
= 0.176171
3. Elastisitas Variabel Downtime
= -0,264. 2463,8 2970,8 = -0.21895
116
28 29
Jalan
Raya
Serang
1
5 7 8 24 25
2 4
10
15
14
13
23
22
17
18
19 26
20
16
11
11
9
Lampiran 25. Layout PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Unit Tangerang Sumber ; PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Unit Tangerang
117
Keterangan:
1. Taman 2. Office lantai 1 dan 2 3. Ruang timbangan samping 4. Gudang I (gudang pakan ternak) 5. Parkiran 6. Ruang teknik 7. PLN 8. Mushola 9. Ruang Kasubdek produksi 10. Gudang II (gudang pakan ternak) 11. Area Produksi 12. Administrasi gudang bahan baku 13. Gudang III (gudang bahan baku) 14. Gudang VI (gudang bahan baku) 15. Gudang VII (gudang pakan ternak) 16. Gudang V (gudang bahan baku) 17. Gudang karung pakan 18. Gudang premix 19. Gudang karung pakan 20. Gudang IV (gudang feed additive) 21. Gudang bahan baku 22. Gudang karung bekas 23. Workshop dan ruang diesel 24. Ruang boiler dan kompresor 25. Ruang sparepart dan kompresor 26. Silo 27. Kolam resapan 28. Ruang timbangan depan
118
Lampiran 26 Struktur Organisasi Divisi Feedmill PT. JCI, Tbk Unit Tangerang
(Sumber PT. Japfa Comfeed Indonesia, tbk divisi Feedmil unit Tangerang, 2011)
Keterangan : Garis komando : Garis koordinasi GA : Personalia dan Umum ACC : Accounting Procurement : Logistik Assurance : Asuransi Collector : Penagihan Pemasaran Advisor plan Mgr: Penasehat Manajer Sales Manager : Pemasaran CC : Credit Control STS : Sales Technical Sport SPV : Supervisor
119