LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

87
2: Seko lah Tinggi B aha sa Asing S T BA ISSN 1412-9183 Volume 8 Nomor 1, Maret 2009 JURNAL \ LH\A\-l - -- -

description

LINGUA STBA LIA Jakarta is a biyearly academic journal from STBA LIA Jakarta (Indonesia) which publishes the journal through PPPM, a unit of Research and Community Development .The content of this journal revolves around issues on Literature, Journalism, Translation, Linguistics, Cultural Studies, and Language Teaching. The writers are from the teaching staff of STBA LIA and other people from outside campus.Most articles in this journals are written in Indonesia and the rests are in Indonesian and Japanese.This journal is registered at: http://u.lipi.go.id/1180428792. More information about STBA LIA Jakarta can e found here: http://www.stbalia.ac.id/.

Transcript of LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Page 1: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

2: Sekolah Tinggi Bahasa Asing S T BA

ISSN 1412-9183 Volume 8 Nomor 1, Maret 2009

JURNAL \ LH\A\-l

----

Page 2: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

ISSN 1412-9183 Volmne 8 Nomor 1, Maret 2009

JURNAL ILMIAH LINGUA

PUSATPENELITIAN DANPENGABDIANPADAMASYARAKAT SEKOlAHTINGGI BAHASAASING UAJAKARTA

Penasihat Dr. Ekayani Tobing

Penanggung Jawab Sulistini Dwi Putranti MHum.

Penyunting Penyelia AslmlaniMunir, M Pd

Penyunting Pelaksana Dewi A. Yudhasari, MHum.

Agus Wahyudin, MPd

Penyunting TamuIPenelaah AhJi Dr. Agus Aris Munandar

Sekretaris Agus Wahyudin, MPd

TataUsaha Tety Kurman

Alamat Redaksi Jalan Pengadegan Tnnur Raya No.3

Telepon(021) 79181051, Faksimile (021) 79181048 E-mail: [email protected]

Page 3: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)
Page 4: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

ISSN 1412-9183 Volume 8 Nomor 1, Maret 2009

Jendela

JURNAL fLHtAH LINaUA

DAFTARISI

Beberapa Kendala dalam Penetjemahan Novel Jepang Jargon Johana

Bahasa IkIa.n Politik Partai Demokrasi Indonesia Petjuangan (PDIP) pada Kampanye Pemilu Legislatif2009 Katubi

.J Produktivitas I-Sf Sebagai Penanda Jamak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalam Reader's Digest EdisiMei2007 Neneng Sri Wahyuningsih

Implementasi e-Learning dalam Pengajaran Pemahaman Membaca setyowati

Pedoman Penulisan Jumal Dmiah LINGUA

1

1-17

18-37

38-54

55-79

Page 5: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)
Page 6: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Menetjemahkan adalah mengalihbahasakan suatu bahasa ke bahasa lain. Ketika menetjemahkan, ada beberapa kendala yang pasti akan dihadapi, baik

. teknik maupun nonteknis. Hal ini dapat tetjadi karena perbedaan geografis dan karakteristik antardua bahasa yang digunakan, seperti struktur kalimat, onomatope dan mimesis, serta adat atau kebiasaan. Untuk menghadapi kendala-kendala dalam penetjemahan diperlukan sejumlah cara. Seperti apakah itu? Silakan Anda baca dalam tulisan pertama, "Beberapa Kendala dalam Penetjemahan Novel Jepang".

Berbagai cara bahasa digunakan, tidak saja untuk penetjemahan seperti di atas, tetapi bisa juga untuk iklan, tidak terkecuali untuk politik. Melalui bahasa politik sebuah partai dapat memperkuat atau memperlemah kekuasaan. PDIP sebagai partai oposisi mencoba menggunakan bahasa iklan sebagai perlawanan atas kesuksesan yang selalu diekspos oleh pihak pemerintah. Bahasa iklan apa saja yang dilakukan oleh PDIP saat kampanye 2009? Sehmgkapnya dapat dibaca dalam tulisan kedua ini:

Penggunaan bahasa juga dapat dilihat berdasarkan pembentukannya, seperti halnya tulisan ketiga berikut. Produktivitas -s sebagai penanda jamak nomina regular temyata banyak muncul padat teks, misalnya "Brain Powered" dalam Reders Digest edisi Mei 2007 yang lalu. Seberapa banyak produktivitas -s dalam teks tersebut? Kita amati secara saksama hasil penelitian sekaligus tulisan ketiga ini.

Supaya pembelajaran bahasa diperoleh maksimal, diperlukan berbagai cara untuk mencapainya. Salah satu cara itu adalah penerapan e-learning dalam pengajaran pemahaman membaca mata pelajaran Bahasa Inggris. Dalam penelitian ini didapatkan simpulan bahwa kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode e-Iearning lebih responsive jika dibandingkan dengan kelas yang tidak diberi perlakuan metode tersebut. Telaah studi eksperimen ini sangat menarik sebagai altematif pembelajaran bahasa Inggris. Agar Iebih jelas, kita simak Volume 8, N omor 1, Maret 2009.

lendela

Jakarta, 09 Maret 2009 Redaksi

Page 7: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)
Page 8: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

BEBERAP A KENDALA DALAM PENERJEMAHAN NOVEL JEP ANG

Jonjon Johana, M. Ed:

Abstrak Secara umum, penerjemahan adalah mengalihbahasakan suatu bahasa ke dalam bahasa

lain, sedangkan secara khusus, penerjemahan dapat dilakukan dengan mengambil intisari makna yang tersirat di dalam suatu ujaran atau pemyataan. Artinya, menarik simpulan dari ujaran atau pemyataan dengan cara mengubahnya dengan kata-kata yang lebih sederhana dan jelas agar mudah dipahami. Ketika menerjemahkan, pasti kita akan dihadapkan pada berbagai kendala, baik masalah teknis maupun nonteknis, yang disebabkan oleh perbedaan geografis dan perbedaan karakteristik antardua bahasa, seperti perbedaan struktur kalimat, huruf, sifat dialek, onomatope dan mimesis, serta adat istiadat dan kebiasaan yang melatari bahasa masing-masing. Meskipun terdapat banyak macam kendala yang harus dihadapi, apabila penerjemah berusaha dan berupaya untuk memecahkan kendala-kendala tersebut, penerjemahan novel atau cerpen Jepang ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.

Kata kunci: penerjemahan, kendala teknis, kendala nonteknis

Abstract In general, translation is transferring the meaning from one language to another

language, whereas specifically translation is done by retrieving the implied meaning of utterances or statements by making a synthesis on the utterances or statements into simplified words to make it easier for target readers to understand. There are technical and non technical problems in translation due to geographical and language differences, such as syntactic, graphological, dialectical, and cultural differences. However, translating Japanese short stories or novels is feasibly done if translator manages to overcome such problems.

Key words: translating, technical problems, non technical problems

1. Pendahuluan

Secara umum, peneIjemahan adalah mengalihbahasakan suatu bahasa

ke dalam bahasa lain, misalnya mengalihbahasakan bahasa Inggris ke dalam

bahasa Indonesia atau sebaliknya. Secara khusus, peneIjemahan dapat

dilakukan dengan mengambil inti sari makna yang tersirat di dalam suatu ujaran

atau pemyataan. PeneIjemahan dalam arti yang kedua adalah menarik simpulan

• Dosen tetap di Jurusan Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Padjadjaran, Bandung sekaligus sebagai penerjemah.

Beberapa KendaIa daIam Penerjemahan Novel Jepang (Jonjon Jobana) 1

Page 9: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

dari ujaran atau pemyataan dengan cara mengubahnya dengan kata-kata yang

lebih sederhana dan jelas agar mudah dipahami.

Pada saat menerjemahkan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia atau

sebaliknya, pasti kita akan dihadapkan pada berbagai macam kendahi.

Kendala-kendala tersebut dapat muncul diakibatkan oleh letak geografis

negara, budaya (yang di dalamnya termasuk adat istiadat dan kebiasaan) dari

pemakai bahasa tersebut, dan unsur-unsur di dalam bahasa itu sendiri, seperti

tata bentuk, tata kalimat, huruf, dan sebagainya.

Ada orang yang mengatakan ·bahwa menerjemahkan adalah suatu

pekerjaan yang sulit juga sekaligus menyenangkan. Penulis sependapat dengan

pemyataan tersebut. Sulitnya, apabila menemukan suatu kata, ungkapan, atau

sesuatu yang dilatarbelakangi oleh adat istiadat dan kebiasaan yang belum

pemah dilihat atau didengar, kita akan terus-menerus mencarinya dengan

membuka-buka kamus atau bertanya pada orang yang mungkin tahu makna

kata, ungkapan, dan kebiasaan tersebut. Kadang-kadang untuk menemukan

makna dari kata atau ungkapan tersebut dapat menghabiskan waktu berhari-

hari. Menyenangkannya apabila sudah ditemukan jalan pemecahan untuk

kesulitan tersebut.

Tulisan ini akan mengungkap berbagai macam kendala atau kesulitan

yang dialami pada saat menerjemahkan novel-novel Jepang ke dalam bahasa

Indonesia. Kendala-kendala yang dihadapi pada saat menerjemahkan novel-

novel tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

2. Kendala-kendala yang Dihadapi pada Saat Menerjemahkan Novel

Jepang

Berikut ini adalah paparan mengenai contoh kendala yang dihadapi

ketika menerjemahkan novel Jepang. Munculnya kendala tersebut diakibatkan

2 LfNl;UA Vol. 8 No.1, Mat:et 1-17

Page 10: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

oleh letak geografis Jepang, unsur-unsur di dalam bahasa itu sendiri,

onomatope dan mimesis, dialek, permainan kata-kata, permainan hurnf, serta

adanya perbedaan budaya antara J epang dan Indonesia.

2.1 Kendala yang Diakibatkan oleh Letak Geografis antara Indonesia dan

Jepang

Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa Jepang merupakan negara

yang terletak di daerah subtropis, sedangkan Indonesia berada di daerah tropis,

di bawah garis khatulistiwa. Dengan demikian, tentunya kedua negara tersebut

terdapat jenis binatang dan tumbuhan yang berbeda pula. Jika dalam teks

bahasa J epang muncul kata pohon sakura atau bunga sakura, hal ini dapat

diterjemahkan apa adanya karena kata sakura sudah merupakan suatu yang

umum yang sudah dikenal oleh dunia. Sebagai contoh kasus, dalam

penerjemahan Kaze No Matasaburo muncul kata keyald, maka untuk

menerjemahkan kata ini kita harns mencari dulu padanannya di dalam kamus

bahasa Jepang-Inggris, kemudian kita harns mencari padanannya dalam

bahasa Indonesia melalui kamus bahasa Inggris-Indonesia. N amun, di dalam

kamus bahasa Inggris-Indonesia, kebanyakan sebagai padanan kata-kata

. tersebut hanya tertulis 'sejenis pohon besar'. Akan terasa aneh sekali apabila

untuk padanan kata tersebut ditulis 'sejenis pohon besar'. Apabila terjadi kasus

seperti ini, tidak ada cara lain selain memasukkan kata-kata tersebut apa

adanya atau memasukkan bahasa Inggrisnya.

Dalam hal nama binatang pun, dengan terpaksa kita harns menerapkan

cara yang sama dengan yang diterapkan untuk nama tumbuh-tumbuhan.

Untung saja, pada saat menerjemahkan Noruwei No Mori, binatang-binatang

yang muncul dalam novel tersebut terdapat pula di Indonesia. Dengan

demikian, pada waktu meneIjemahkannya tidak terdapat kesulitan. Namun,

Beberapa Kendala dalam Penerjemahan Novel Jepang (Jonjon Jobana) 3

Page 11: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

kita akan merasa kesulitan apabila muncul nama binatang yang sebenarnya di

Indonesia juga ada, tetapi tidak ada kata yang tepat sebagai padanannya,

misalnya binatang kecil yang bergerak-gerak maju-mundur dengan sangat gesit

di atas permukaan air sungai yang disebut mizusumashi. Untuk binatang iru,

tidak dapat ditemukan padanannya di dalam bahasa Indonesia. Jika muncul

kasus seperti ini, terpaksa diterapkan cara penerjemahan yang sarna seperti di

atas, dengan memberikan catatan kaki, atau sebagai altematif dalam rangka

pengayaan kosakata bahasa Indonesia, mungkin saja kita dapat

memadankannya dengan bahasa daerah tertentu.

2.2 Onomatope dan Mimesis

Struktur kalimat bahasa Jepang berbeda dengan struktur bahasa

Indonesia. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa kalimat bahasa Indonesia

berstruktur S - P - 0, sedangkan kalimat bahasa J epang berstruktur S - 0 - p

dengan dilekati berbagai partikel. Untuk soal struktur kalimat ini, jika sudah

menguasainya, kita tidak akan menemui permasalahan dalam

menerjemahkannya.

Banyak orang yang mengatakan bahwa salah satu karakteristik bahasa

Jepang adalah adanya onomatope dan mimesis. Dalam bahasa Jepang, kata-

kata yang termasuk ke dalam jenis onomatope dan mimesis ini jumlahnya

sangat banyak, dan kata-kata ini dapat dikatakan muncul hampir dalam semua

novel Jepang. Tentu saja di dalam komik kata-kata jenis ini akan muncul jauh

lebih banyak lagi.

Untuk kata-kata dari jenis onomatope, tidaklah terlalu sulit untuk

menerjemahkannya. Kita dapat berupaya untuk mencari padanannya dengan

gaya penerjemahan kita sendiri. Sebagai contoh akan dimunculkan kalimat

4 LINGUA Vol.8 No.1, Maret 1-17

Page 12: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

yang mengandung jenis kata-kata dimaksud dari novel Noruwei No Mori karya

Murakami Haruki.

(1) ;ak fj: L-lvc

t> jp t> t> fi0 ""(1;\""(,

r"Cfi' fi' c 1; \ 5 . Wareware wa hidoku shinto shita matsubayashi no naka 0 aruite ita. Michi no

ue ni wa natsu no owari ni shinda semi no shigai ga karakara ni kawaite

chirabatte ite, sore ga kutsu no shita de paripari to iu oto 0 tateta.

'Kami berjalan di dalam hutan pinus yang sunyi senyap. Di jalanan, bangkai

uir-uir (jangkrik), yang mati di akhir musim panas, berserakan sudah

mengering dan bangkai-bangkai itu mengeluarkan bunyi berkeretak di bawah

sepatu kami. '

Pada kalimat di atas terdapat onomatope paripari. Pari pari ini

menggambarkan bunyi peeahnya sesuatu yang sangat kering. Oleh sebab itu,

penulis menerjemahkan kata tersebut dengan kata 'berkeretak'. Akan tetapi,

"berkeretak" ini memberikan kesan kepada kita bahwa sesuatu itu sangat keras.

Dengan demikian, dapat saja kata tersebut diubah dengan kata "berkeresak"

jika kata ini dapat diterima. "Berkeresak" memberikan kesan bahwa sesuatu itu

. sifatnya kering dan ringan. Untuk kata-kata dari jenis onomatope ini dapat

dieari padanannya berdasarkan pada intuisi bahasa kita.

Berbeda dengan onomatope, untuk mimesis kita akan sangat kesulitan

untuk menemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Tentu saja ada juga

kata-kata dari jenis ini yang dapat kita padankan dengan kata-kata dalam

bahasa Indonesia meskipun padanan tersebut tidaklah pas betul. Di sini akan

dimuneulkan kembali eontoh kalimat sebelumnya.

Beberapa Kendala dalam Penerjernahan Novel Jepang (Jonjon Jobana) 5

Page 13: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

(1) tlGk fi

t:dp G '\ -cftf( G Ii -':) -C v 'I -C,

Wareware wa hidoku shinto shita matsubayashi no naka 0 aruite ita. Michi no

ue ni wa natsu no owari ni shinda semi no shigai ga karakara ni kawaite

chirabatte ite, sore ga kutsu no shita de paripari to iu oto 0 tateta.

'Kami berjalan di dalam hutan pinus yang sunyi senyap. Di jalanan, bangkai

uir-uir Gangkrik), yang mati di akhir musim panas, berserakan sudah

mengering dan bangkai-bangkai itu mengeluarkan bunyi berkeretak di bawah

sepatu kami' .

Pada kalimat (1) terdapat kata shin yang merupakan mimesis yang

menggambarkan suasana yang amat sangat sunyi. Shin dapat dipadankan

dengan kata majemuk 'sunyi-senyap' meskipun tidakpas sekali. Selanjutnya,

kata karakarani di dalam kalimat yang kedua menggambarkan suatu kondisi

benda, dalam hal ini uir-uir, dalam keadaan kering sekering-keringnya tidak

mengandung kadar air lagi. Dalam terjemahannya, kata ini tidak ada

padanannya.

Sebagai contoh lain, jika muncul mImeSIS yang menggambarkan

suasana tersenyum, seperti nikkori, nikkot, niyaniya, dan nitanita, penerjemah

akan kebingungan. Semua mimesis di atas masing-masing menggambarkan

suasana senyum yang berbeda. Selain itu, apabila muncul pula mimesis yang

menggambarkan kondisi berjalan seseorang seperti burabura, furafura,

nosonoso atau nosorinosori, tekuteku, tobotobo, yoboyobo, dan yochiyochi,

penerjemah akan sangat kebingungan. Meskipun ada juga beberapa kata yang

dapat diberi padanannya dalam bahasa Indonesia, kebanyakan dari mimesis ini

sulit sekali untuk diterjemahkan. Apabila setelah berusaha juga tidak

6 UNallAVoI.8No.l, Mare): 1-17

Page 14: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

mendapatkan padanannya, tindakan yang dapat diambil oleh penerjemah

hanyalah angkat tangan.

Sebagai tambahan, temyata kesulitan untuk menerjemahkan onomatope

dan mimesis ini tidak dihadapi oleh penerjemah dari Indonesia saja.

Penerjemah yang menggunakan bahasa Cina juga menghadapi permasalahan

, yang sarna. Misalnya untuk menerjemahkan onomatope gushatt (bunyi retak

atau patahnya benda keras yang mengandung kadar air), penerjemah dari

Malaysia yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Kanton memadankannya

dengan kata garatt, sedangkan penerjemah dari Taiwan menerjemahkannya

menjadi kata gatsutt. Waktu menerjemahkan kata ini, penulis memadankannya

dengan kata 'berderak' meskipun kata ini kurang tepat. Namun, pada saat itu,

penulis tidak dapat menemukan kata yang lebih tepat daripada kata ini.

2.3 Dialek

Di dalam novel Jepang tidak jarang muneul dialek dari suatu daerah

tertentu. Walaupun demikian, bagi orang Jepang sendiri dialek tersebut bukan

merupakan sesuatu yang tidak dapat dipahamai karena hanya berbeda sedikit

dengan bahasa standar. Pada waktu meneIjemahkan dialek yang terdapat dalam

novel-novel tersebut ke dalam bahasa Indonesia, kita tidak mungkin

menerjemahkannya ke dalam bahasa daerah tertentu yang ada di Indonesia

karena antara dialek bahasa Jepang dan bahasa daerah di Indonesia sifatnya

sangat berbeda. Apabila kita menghadapi masalah seperti ini, tidak ada eara

lain selain menerjemahkannya dengan bahasa Indonesia standar. Sebagai

eontoh dapat dilihat dialek yang muneul di dalam eerpen Kaze no Matasaburo

karya Miyazawa Kenji yang berbunyi seperti berikut.

(2a)

"Nashite naidera, una kamotanoga?"

Beberapa Kendala dalam Penerjemahan Novel Jepang (Jonjon Johana) 7

Page 15: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

"'Kenapa kamu menangis? Apa kamu menjahilinya?'"

"Dogo adari dabe?"

"'Di sekitar mana yaT"

Dialek yang digunakan Miyazawa Kenji dalam cerpennya ini adalah

dialek Nambu. Jika diubah menjadi bahasa standar, dialek tersebut akan

menjadi seperti berikut.

(2b) r l::5

"Doushite naiteru no, ldmi ga karakatta no ka?,'

"'Kenapa kamu menangis? Apa kamu menjahilinya?'"

(3b) r l:: =- '&J f:. VJ f=' 0 5 PJ "Doko atari darou ne?"

'''Di sekitar mana yam

Dari kedua kalimat tersebut dapat dilihat bahwa antara dialek Nambu dan

bahasa standar tidak terdapat perbedaan yang sangat mencolok. Kata-kata yang

muncul di dalam kalimat yang berupa dialek tersebut dapat dipahami oleh

seluruh orang Jepang. Dalam penerjemahannya, kedua kalimat tersebut

menjadi bahasa standar bahasa Indonesia.

Contoh lain yang berkaitan dengan dialek ini akan dimunculkati

penggalan dialog di dalam novel Bocchan karya Natsume Soseki, yang muncul

di antara tokoh utama Bocchan dan nenek tempat Botchan koso

(4) r VJ Q t L-J

8

"Sensei wa gekkyuu ga oagariru no ka namoshi."

'''Apakah gaji bulanan Pak guru akan naik?'"

"Agete yarutte iu kara, kotowarou to omoun desu."

UN4UA Vol.8 No.1, Mar«t 1-17

Page 16: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

'''Ya katanya akan dinaikkan, tetapi saya akan menolaknya.'"

r Iv Q 0) t L- J

"Nande, okotowariru no zo namoshi?"

"'Mengapa menolaknya?'"

Partikel akhir kalimat namoshi yang digunakan oleh nenek pemilik kos

dalarn kalimat di atas merupakan partikel akhir kalimat di dalarn dialek

Kyushu. Partikel akhir kalimat seperti itu fungsinya sarna dengan kata fatis,

seperti deh, dong, loh, dan sih dalarn bahasa Indonesia. Selain itu, memang di

dalarn dialek Kyushu, verba yang digunakari agak sedikit berbeda dengan

bahasa Jepang standar. Walaupun demikian, tidaklah sulit untuk membedakan

dan maknanya pun tetap sarna. Dari contoh di atas dapat dilihat, untuk verba

agaru 'naik' dalarn bahasa standar, dalarn dialek Kyushu menjadi agariru, dan

untuk kotowaru 'menolak' menjadi kotowariru.

Dengan demikian, jika muncul dialek dalarn novel bahasa Jepang, tidak

adacara lain, kita hams meneIjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia standar

karena apabila kita teIjemahkan ke dalarn satu bahasa daerah yang ada di

Indonesia, mungkin itu hanya akan dapat dipaharni oleh pengguna bahasa

daerah itu.

2.4 Permainan Kata-kata

Pengarang-pengarang novel Jepang cukup banyak yang memasukkan

permainan kata-kata ke dalarn karyanya. Pengarang yang sangat piawai dalarn

permainan kata-kata ini di antaranya adalah Inoue Hisashi (sayangnya penulis

belum mendapat kesempatan untuk menerjemahkan salah satu karyanya). Pada

novel Bocchan yang sudah muncul di atas pun terdapat pula permainan kata-

kata. Dalarn kesempatan ini, akan penulis berikan contoh permainan kata-kata

yang muncul dalarn novel Bocchan tersebut.

Beberapa Kendala dalam Penerjemaban Novel Jepang (Jonjon Johana) 9

Page 17: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

(5) --1T d t/-\y?-'tlRJctlvt;:o

-C tt t tc.tt Ivt;:o f33 J: IJ 5 t Iv C ttl; '\

J rttt t

c "Beraboume, inago mo batta mo onaji mon da. Daiichi sensei 0

tsuramaete namoshi ta nanda. Nameshi wa dengaku no told yori hoka ni kuu

monjanai"to abekobe ni yarikomete yattara "Namoshi to nameshi to wa

chigau zo na, moshi, " to itta.

(6) P V7 O):)(¥tr ... C\ *0) tt 0 *

50 Goruld ga Roshia no bungakusha de, Maruld ga Shiba no shashinshi

de, kome no naruld ga inochi no oya darou.

Pada kalimat dialog (5) Soseki mempennainkan kata namoshi yang

merupakan dialek Kyushu yang berfungsi sebagai kata fatis,. seperti yang

sudah diuraikan sebelumnya, dengan kata nameshi yang berarti 'nasi dicampur

sayur mentah'. Jika kalimat ini diterjemahkan apa adanya sesuai yang tertulis

di dalam bahasa Jepang, humor atau canda yang ingin disampaikan oleh

pengarang tidak akan tersampaikan. Untuk itu, dalam menerjemahkan kalimat

(5) di atas, penulis menerjemahkannya sebagai berikut.

"'Tolol kamu. Belalang juga walang juga, sama saja. Lagi pula, mana ada

murid ngomong hei-loh pada gurunya? Hello itu digunakan hanya pada waktu

menelepon, tahu ", kataku dengan seenaknya. "Hei, hei-Ioh dengan hello itu

berbeda, loh, " katanya.'

Jika pada nameshi wa dengaku no told yori hokani kuumon janai

diterjemahkan apa adanya, kalimatnya akan menjadi 'nasi cam pur sayur itu

hanya dimakan pada saat selamatan tanam padi', unsur humor yang ingin

10 LfNC;UA Vol.8 No.1, Maret 1-17

Page 18: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

. . disampaikan oleh pengarang tidak akan tersampaikan, juga menjadi tidak akan

ada kaitannya dengan kalimat sebelum dan sesudahnya.

Pada kalimat (6), Soseki memunculkan kata-kata bersajak yang

berakhiran bunyi /d. Apabila diterjemahkan sesuai naskah aslinya, kalimatnya

akan berbunyi

. 'Sastrawan Rusia, Gorki; tukang potret pertama di Shiba, Jepang, Maruki; dan

pohon yang berbuah padi adalah orang tua.'

Naskah asli yang bersajak dari Soseki ini, apabila diterjemahkan seperti

di atas menjadi tidak bersajak lagi. Agar kal.i.mat tersebut menjadi bersajak

dalam bahasa Indonesia, frasa kome no naru /d yang berarti 'pohon yang

berbuah padi', dapat diubah menjadi 'pencari rizki' atau 'pemberi rizki'.

Dengan demikian, kalimat tersebut di dalam terjemahan bahasa Indonesia

menjadi 'Sastrawan Rusia, Gorki, tukang potret pertama di Shiba, Jepang,

Maruki, dan orang tua adalah pencari rizki'

Untuk kalimat-kalimat yang mengandung permainan kata-kata seperti

InI, sedikit banyak kita hams melakukan upaya agar apa yang ingin

disampaikan pengarang tersampaikan tanpa mengurangi orisinalitas dari isi

cerita. Tentu saja dalam menerjemahkan permainan kata-kata seperti ini

. sedapat mungkin kita upayakan agar tidak terlalu menyimpang dari teks asIi.

Namun, apabila tidak ada cara lain lagi yang dapat diambil, terpaksa kita

mengambil cara penerjemahan bebas agar kita dapat menyampaikan unsur

humor yang ingin disampaikan oleh pengarang.

2.5 Permainan Buruf

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa bahasa J epang pada

umumnya menggunakan tiga jenis huruf, yaitu huruf hiragana, katakana, dan

kanji. Keharmonisan bahasa Jepang akan muncul jika ditulis dengan ketiga

Beberapa Kendala dalam Penerjemahan Novel Jepang (Jonjon Jobana) 11

Page 19: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

jenis huruf tersebut. Apabila membaca tulisan yang hurufuya semua ditulis

dengan hiragana atau katakana saja, kadang-kadang kita akan merasa

kebingungan karena seolah-olah huruf itu bersambung-sambung. Akan tetapi,

apabila huruf dari tulisan tersebut merupakan gabungan dari ketiga jenis hurut

tadi, kita akan merasa mudah untuk membacanya.

Pada masa lampau, dalam bahasa Jepang terdapat pula huruf yang

disebut dengan man 'yogana. Man 'yogana adalah huruf yang digunakan

sebelum adanya huruf hiragana dan katakana. Huruf ini disebut huruf

man 'yogana karena dipakai dalam buku· kumpulan sajak atau lagu-Iagu yang

dibuat oleh golongan bangsawan dan ningrat pada akhir zaman Nara (tahun

780-an) yang disebut man 'yoshu. Huruf ini meminjam bunyi kanji untuk

mengungkapkan kata-kata di dalam bahasa Jepang, misalnya untuk

mengungkapkan kata haru 'musim semi'. Kalau sekarang, jika ditulis dengan

kanji, akan terdiri dari satu kanji yaitu 3f¥:, sedangkan apabila ditulis dengan

hiragana, akan menjadi dua huruf, yaitu O. Akan tetapi, jika ditulis dengan

man 'yogana, huruf itu akan menjadi Huruf ini sama sekali tidak ada

kaitannya dengan makna huruf kanji pembentuknya, hanya meminjam

bunyinya.

Tiga tahun yang laIu, tepatnya Maret 2006, penulis diberi kesempatan

untuk menghadiri simposium penerjemah karya Murakami Haruki di Jepang.

Simposium ini diprakarsai oleh The Japan Foundation bekerjasama dengan

koran Jepang, Y omiuri Shimbun. Berpuluh-puluh penerjemah dari seluruh

dunia diundang untuk mengikuti simposium ini. Kira-kira sebulan atau dua

bulan sebelum berangkat ke Jepang, para penerjemah ini diberi PR oleh panitia

pelaksana untuk menerjemahkan cerpen karya Murakami Haruki. Cerpen yang

dikirim oleh panitia ada dua buah dan penerjemah diberi kebebasan untuk

12 LfNQllAVol.8 No.1, Maret 1-17

Page 20: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

memilih salah satu dari kedua cerpen terse but. Akan tetapi, karena cerpennya

pendek-pendek, kebanyakan para penerjemah menerjemahkan kedua-duanya.

Di dalarn salah satu dari cerpen, yaitu Y oru No Kumozaru, terdapat

kata-kata yang sarna dengan arti yang sarna pula, tetapi menggunakan huruf

yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya akan penulis munculkan kata-kata

.. yang merupakan dialog antara tokoh utarna dan tokoh monyet laba-Iaba dalarn

cerpen tersebut di bawah ini.

(7) r J

"Yaya, kimi wa dare da?"to watashi wa tazuneta.

r , ? J < t 0 § 0 teo "Yaya, kimi wa dare da?"to kumozaru wa Uta. .

0teo "Mane a surun janai"to watashi wa Uta.

"Mane a surun janai"to kumozaru wa Uta.

r--y* '7 J L '"( § o teo "Mane a surun janai"to watashi mo mane a shUe Uta.

0teo "Mane a surunjanai"to kumozaru mo katakana de mane a shite Uta.

"Yose yo na" to watashi wa Uta.

"Yose yo na" to kumozaru wa Uta.

Beberapa Kendala dalam Penerjemaban Novel Jepang (Jonjon Jobana) 13

Page 21: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

"Chigau ZO, ima no wa hirakana de Wan da"

rJ§; 5 /C, 0klvt-cj "Chigau ZO, ima no wa hirakana de Wan da"

r*;O'\J§;0 --C .'5 ttv \;O)j

"Ji ga chigatteru janai ka"

"Ji ga chigatterujanai ka"

Jika melihat yang tertulis dengan huruf latin, semuanya akan terlihat

sarna, hanya merupakan pengulangan-pengulangan kata yang berbunyi sarna.

Narnun, apabila melihat teks bahasa Jepangnya, di situ terdapat perbedaan

huruf-huruf yang digunakan, ada hiragana, katakana, man 'yogana dan kanji.

Apabila hams menerjemahkan naskah bahasa Jepang yang menggunakan huruf

yang berbeda-beda dengan arti sarna, kita dituntut untuk dapat mengungkapkan

perbedaan tersebut dengan cara memodifikasi huruf latin yang biasa

digunakan. Sebagai salah satu cara untuk menerjemahkan naskah di atas adalah

dengan cara menerjemahkan kata-kata yang ditulis dengan huruf berbeda

tersebut dengan huruf latin yang berbeda pula, misalnya dengan huruf besar

dan huruf miring. Mungkin hanya cara inilah yang dapat digunakan unttik

memunculkan perbedaan tersebut. Dengan demikian, penggalan cerpen di atas

dapat diterjemahkan sebagai berikut.

"'Hei, siapa karnu?" tanyaku.'

'''Hei, siapa karnu?" kata monyet laba-laba.'

"'Jangan meniru!" kataku.'

"'Jangan meniru!" kata monyet laba-laba.'

"'JANGAN MENIRU!" kataku meniru.'

14 LlNl;IIAVo1.8 No.1, 1-17

Page 22: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

"'JANGAN MENIRU!" kata monyet laba-laba meniruku dengan

menggunakan huruf besar.'

'''Sudahlah ya!" kataku'

"'SUDAHLAH Y A!" kata monyet laba-Iaba.'

'''Salah loh! Barusan kukatakan dengan hurufkecil.'"

. '''Salah loh! Barusan kukatakan dengan HURUF kecil.'"

'''Hurufnya salah loh!'"

'''HURUFNY A salah loh!'"

2.6 Perbedaan Budaya

Uraian di atas merupakan kendala-kendala teknis atau kendala yang

muneul akibat perbedaan letak geografis serta perbedaan bahasa itu sendiri,

yang penulis alami pada saat menerjemahkan novel-novel dan eerpen Jepang.

Di lain pihak, terdapat pula kendala yang diakibatkan oleh perbedaan adat

istiadat dan kebiasaan antara orang Jepang dan Indonesia. Dengan adanya

perbedaan adat istiadat dan kebiasaan tersebut, eara berpikir dan eara

memandang sesuatu pun sedikit-banyak akan berbeda pula.

Di dalam novel Noruwei No Mori, eukup banyak terdapat adegan-

adegan yang menggambarkan hubungan intim antara tokoh utama (Watanabe)

dan tokoh-tokoh perempuan yang muneul di dalamnya, misalnya adegan

hubungan intim antara Watanabe dan N aoko pada saat N aoko menyambut hari

ulang tahunnya yang ke-20. Adegan tersebut digambarkan seeara bebas terbuka

atau sedikit vulgar. Pada saat menghadapi kasus seperti ini, awalnya penulis

meneoba untuk tidak menerjemahkan adegan tersebut seeara apa adanya, tetapi

hanya menyiratkan bahwa adegan tersebut ada. Namun, ketika penulis

menerjemahkan bagian akhir novel ini, temyata adegan ini merupakan bagian

Beberapa Kendala dalam Penerjemahan Novel Jepang (Jonjon Jobana) 15

Page 23: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

penting yang sangat berkaitan erat dengan isi keseluruhan cerita. Oleh karena

itu, dengan sedikit terpaksa penulis menerjemahkannya secara apa adanya.

3. Simpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada saat

menerjemahkan novel/cerpen Jepang, penerjemah akan dihadapkan pada

berbagai macam kendala, baik kendala teknis maupun nonteknis, yang

disebabkan oleh

1. perbedaan geografis antara kedua negara;

2. perbedaan karakteristik kedua bahasa/negara, seperti perbedaan struktur

kalimat, hurnf, sifat dialek, serta adanya onomatope dan mimesis;

3. perbedaan adat istiadat dan kebiasaan kedua bangsa yang melatari bahasa

masmg-masmg.

Selain macam kendala seperti yang disebutkan di atas, sebenarnya masih

cukup banyak kendala yang akan kita hadapi pada saat menerjemahkan novel-

novel Jepang tersebut, misalnya yang berkaitan dengan gaya bahasa, serta kata-

kata atau istilah-istilah yang muncul pada zaman atau masa pada saat novel

tersebut ditulis. Meskipun banyak kendala yang hams dihadapi, apabila

penerjemah berusaha dan berupaya untuk memecahkan kendala-kendala

tersebut, penerjemahan novel atau cerpen Jepang ini bukanlah sesuatu yang

tidak mungkin dilakukan.

Daftar Pustaka

Inoue, Hisashi. Shikaban Nihongo Bunpou. Tokyo: Shinchousha, 1981.

Matsumura, Akira. 1989. Daijirin. Tokyo: Sanseido.

Murakami, Haruki. Noruwei No Mori. Tokyo: Koudansha, 2003.

16 UNC;UAVoL8No.l, 1-17

Page 24: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Murakami, Haruki. Yoru No Kumozaru. Tokyo: Shinchousha, 1998.

Natsume, Soseki. Bocchan. Tokyo: Kadokawa Shoten, 2003.

The Japan Foundation. A Wild Haruki Chase. Tokyo: Bungei Shunju.

UPT PSBJ. 1998. Ronbunshu. Bandung: Shanghai,2006.

Beberapa Kendala dalam Penerjemahan Novel Jepang (Jonjon Johana) 17

Page 25: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

BAHASA IKLAN POLITIK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDIP)

PADA KAMPANYE PEMILU LEGISLATIF 2009

Katubi

Dosen Pengajar Jurusan Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA

Abstrak Bahasa iklan dalam kampanye politik merupakan bagian dari bahasa politik. Melalui

bahasa politik itulah sebuah partai dapat melegitimasi dan mendelegitimasi kekuasaan. Hasil kajian bahasa iklan politik PDIP pada masa kampanye pemiIu legislatif 2009 menunjukkan konsistensinya sebagai partai oposisi. Bahasa politik dalam iklan PDIP dapat dianggap sebagai bahasa perlawanan atas klaim keberhasilan pemerintahan SBY periode 2004-2009. Bahasa iklan PDIP mengekspresikan himpitan beban ekonomi "wong cilik" akibat kebijakan pemerintah SBY.

Kata Kunci: bahasa, iklan, polilik

Abstract Advertising language in a political campaign is part of political language. A party can

legitimize or de-legitimize power through the use of political language. A study on Indonesian Democratic Party of Struggle's (PDIP) political advertising language during the 2009 legislative election campaign has shown the party's consistency as an opposition party. Its political language in PDIP's ads can be considered as an opposed claim toward the SBY administration of 2004-2009. Its advertising language expresses the economical burdens faced by the "less fortunate people" resulted from the SBY administration policies.

Keywords: language, advertising, politic

Pendahuluan

Salah satu peristiwa politik penting pada 2009 adalah pemilihan umum

legislatif dan pemilihan presiden secara langsung. Sebelum dilaksanakan

pencoblosan, ada masa kampanye yang memungkinkan partai dan calon

legislatif memperkenalkan diri secara persuasif kepada masyarakat pemilih,

baik melalui kampanye terbuka, pemasangan baliho/spanduk, maupun melalui

iklan politik di media massa cetak dan elektronik, seperti radio dan televisi.

Iklan politik di televisi menjadi salah satu pilihan favorit partai politik untuk

18 LINGUA Yol8 Nol, Maret 18-37

Page 26: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

memengaruhi pemilih karena kemampuannya menyedot perhatian masyarakat

dalam waktu singkat dan bersifat massal. Hal itu didukung oleh hasil jajak

pendapat Seputar Indonesia (SINDO) 4-6 Maret 2009, yaitu 57% responden

menyatakan bahwa sumber informasi pemilu bagi mereka adalah televisi.

Selain itu, menurut AGB Nielsen (Koran Tempo 24 Juni 2009), acara

,pemilihan umum di televisi menyedot perhatian khalayak dari acara televisi

jenis lain. Karena itu, ada komentar sinis dari masyarakat bahwa kesibukan

utama masyarakat Indonesia selama setengah tahun pada 2009 adalah

menonton iklan politik.

Pertarungan melalui bahasa iklan politik di televisi tidak terelakkan

karena politik pencitraan menghendaki terjadinya hal itu. Di antara berbagai

pertarungan iklan politik itu, sebenarnya pertarungan paling seru terjadi antara

Partai Demokrat dan PDI Perjuangan. Banyak pihak menuduh iklan politik PDI

Perjuangan dan Megawati Soekarno Putri sebagai upaya menyerang

pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, menurut Arbi

Sanit (Kompas 22 November 2008), "pemasangan materi iklan yang

menunjukkan kelemahan pemerintah justru wajib dilakukan. Maksudnya, agar

pemerintah tahu letak ketidaksuksesannya. Kalau tidak, bisa lebih buruk

keadaannya karena pemerintah merasa selalu benar." Perseteruan PDI

Perjuangan dan Partai Demokrat itu bermula dari kekalahan Megawati atas

SBY pada pemilihan presiden untuk pertama kalinya di Indonesia pada 2004.

Tulisan ini hendak memaparkan hasil kajian bahasa iklan politik PDI

Perjuangan untuk mengungkap makna di balik iklan. Kajian ini menggunakan

analisis sintaktis-semantis dan analisis simbol-indeks. Ada sepuluh iklan yang

dikaji. Akan tetapi, karena keterbatasan ruang, hanya empat iklan yang

analisisnya dipaparkan secara rinci dalam tulisan ini. Tujuan kajian ini adalah

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

19

Page 27: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

menunjukkan posisi PDIP dalam kancah perpolitikan Indonesia melalui kajian

kebahasaan.

Analisis Bahasa Iklan: Aspek Sintaktik-Semantik

dan Simbol-Indeks

Pada bagian ini dipaparkan hasil analisis rinci tiap iklan, yang didahului

oleh paparan teks iklan itu sendiri. Tujuannya adalah memudahkan penunjukan

bagian yang diacu dalam analisis.

Teks Iklan PDI Perjuangan 1

20

(1) SUPER: Kemiskinan masih tiga puluh limajuta.

(2) Pemulung Sampah : Masih seperti ini, tambah susah.

(3) SUPER: Pengangguran masihjutaan.

(4) Pencari kerja : Cari kerja tambah susah.

(5) SUPER: Sembako masih tak terjangkau.

(6) Ibu Rumah Tangga : Sembako tambah mahal.

(7) FVO : Ayo, kita lakukan perubahan!

(8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik

mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah,

menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan

rakyat.

(9) Rakyat : Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua

delapan!

Ket. SUPER: Super Imposed

FVO: Female Voice

LlN4lJA Vol.8 No1, Maret 18-37

Page 28: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

1. Analisis Sintaksis

(l) Kemiskinan (S) masih tiga puluh lima juta (P)

(2) Pengangguran (S) masih jutaan (P)

(3) Cari kerja (S) tambah susah (P)

(4) Sembako (S) masih tak terjangkau (P)

(5) Sembako (S) tambah mahal (P)

Seluruh subjek pada iklan ini diarahkan untuk menghadapi seluruh

predikat yang bermakna keadaan. Artinya, beban dan masalah yang

ditanggung bangsa Indonesia belum dapat diselesaikan dengan baik, malah

menjadi semakin buruk. Pemerintah belum berhasil memperbaiki taraf hidup

rakyat.

(6) Ayo, kita (S) lakukan (P) perubahan (0)

(7) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik (S)

mengubah (P) nasib rakyat (0) "dengan" mempeduangkan sembako

murah, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan

rakyat (K)

(8) Jadi, jangan lupa contreng (P) PDI Perjuangan nomor dua delapan! (0)

Dalam iklan ini, subjek difungsikan sebagai pelaku perbuatan, yakni

pelaku yang melakukan perubahan. Artinya, PDI Perjuangan akan tampil

sebagai pelaku dari perubahan tersebut demi nasib rakyat yang lebih baik. Kata

sambung relatif yang menandai penggunaan bentuk elaborasi. Bentuk tersebut

digunakan untuk memperinci dan menguraikan nomina "satu-satunya" partai

yang membuat kontrak politik, hanya PDIP, tidak ada yang lain. Kata

penghubung dengan digunakan untuk menerangkan cara terhadap predikat

mengubah dalam iklan ini, yakni isi dari "kontrak politik" itu sendiri:

memperjuangkan sembako murah, menciptakan lapangan kerja, dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan semua itu, rakyat

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legisiatif2009 (Katubi)

21

Page 29: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

harns tumt andil sebagai pelaku perbuatan pada pemilu nanti, yakni dengan

mencontreng PDI PeIjuangan nomor 28.

2. Analisis Semantik

a. Kosakata

(1) Kemiskinan "masih" tiga puluh lima juta.

(2) "Masih" seperti ini "tarnbah" susah.

(3) Pengangguran "masih" jutaan.

(4) Cari keIja "tarnbah" susah.

(5) Sembako "masih" tak terjangkau.

(6) Sembako "tarnbah" mahal.

(7) "Ayo", kita lakukan "perubahan".

(8) PDI PeIjuangan "satu-satunya" partai yang "berani" melakukan

"kontrak politik" mengubah nasib rakyat dengan mempeIjuangkan

"sembako murah", "menciptakan" lapangan keIja, dan meningkatkan

"kesej ahteraan rakyat".

(9) "Jadi", jangan lupa "contreng" PDI Perjuangan nomor dua delapan!

Pemakaian kata masih dalarn (1), (2), (3), dan (5) merupakan simbol

dari sebuah keadaan yang statis, sedang berlangsung, belum selesai, dan tidak

tarnpak adanya perubahan yang berarti. Perubahan yang dimaksud di sini

adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

klausa numeralia masih tiga puluh lima juta dan masih jutaan yang

menunjukkan bahwa jumlah tersebut masih begitu besar untuk kasus

kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Dalarn hal ini, tarnpak

pengangkaan realitas dilakukan untuk menunjukkan kondisi yang sangat buruk.

Hal yang sarna juga teIjadi dalarn penggunaan metafora tak terjangkau yang

berarti bahwa harga sembako di Indonesia masih terlalu mahal untuk rakyat

22 LlN£;UA Vol.S Nol, Maret lS-37

Page 30: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

keci!. Kondisi yang statis ini, bukannya berubah malah dinilai semakin parah

dengan digunakannya kata tambah pada (2), (4), dan (6).

Lewat penggunaan kata masih dan tambah 1m, PDIP ingin

menunjukkan bahwa pemerintahan SBY belum berhasil menanggulangi kasus

kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Bahkan, mereka menilai situasi

, ekonomi di negara ini semakin buruk di bawah pemerintahan SBY. Dalam hal

"sembako murah" ini, tampak pula PDIP memosisikan diri lebih baik daripada

pemerintahan SBY berkenaan dengan kenaikan harga sembako yang jauh lebih

kecil pada saat pemerintahan Megawati dahulu sehingga seolah-olah PDIP

lebih berpengalaman dalam mempertahankan harga.

Sesungguhnya isu-isu yang diangkat di atas adalah isu-isu klasik yang

gaungnya lumrah didengar dalam setiap era pemerintahan. Hanya pada konteks

ini, ketiga isu tersebut sengaja diangkat untuk menegaskan kontrak politik yang

sedang digagas PDIP. Karena itu, PDIP mengajak rakyat Indonesia untuk

bersama-sama melakukan perubahan dengan penggunaan pronomina persona

pertama jamak kita yang menyugestikan perangkulan suara, sebuah

kebersamaan inklusif. Klausa lakukan perubahan menunjukkan adanya sebuah

tawaran solusi terhadap kondisi yang ada, dengan sebuah perbuatan, tindakan,

gerak, dan aksi nyata yang dipresentasikan oleh kata lakukan. Karenanya,

PDIP memperformakan ini dengan istilah kontrak politik.

Sebagai satu-satunya partai yang berani melakukan kontrak politik, kata

satu-satunya adalah reduplikasi supedatif yang menunjukkan bahwa partai ini

eksklusif dan berbeda dari partai yang lain karena telah berani mengambil

tindakan yang bertransaksi hukum dalam peIjanjian yang kuat. Kata berani ini

juga merupakan ironi bagi partai-partai lain yang dinilai lamban, lemah,

pengecut, dan setengah-setengah serta tidak: berani melakukan kontrak politik

seperti partai PDIP.

Bahasa Ik:lan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

23

Page 31: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Kontrak politik yang dimaksud dalam iklan ini berupa tawaran solusi

kebijakan terhadap tiga isu yang diusung, yakni (1) sembako murah, (2)

lapangan kerja, dan (3) kesejahteraan rakyat. Maksudnya, anggota legislatif

PDIP yang temyata gagal memperjuangkan ketiga isu tersebut akan dikenakan

sanksi dengan tidak diealonkan lagi pada pemilu 2014 mendatang. Hal ini

dilakukan dengan eatatan, Megawati Soekarnoputri berhasil diangkat kembali

menjadi Presiden RI dan anggota dewan yang memperoleh kursi DPR dari

partai itu meneapai 30% suara.

Hal ini menjadi eksklusif dan dipandang sebagai sebuah terobosan bam

karena selama ini belum ada partai politik yang dinilai berani mengumumkan

target-terget yang terukur dengan ketegasan sanksi seperti itu. Dengan

demikian, kontrak politik ini rupa-rupanya dimaksudkan sebagai uji publik

bagi solusi kebijakan. Hal ini dilakukan sebab sampai saat ini rakyat dinilai

belum mampu mengevaluasi kinerja para pemenang pemilu. Karenanya,

partailah yang hams berusaha memotori dan mengambil inisiatif akan hal itu.

Adapun wujud perubahan yang berbentuk kontrak politik terhadap tiga

isu tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

(1) memperjuangkan sembako murah

24

Kata memperjuangkan adalah kosakata yang merangkum eara untuk

meneapai salah satu perubahan yang diusung partai ini demi sebuah kondisi

yang lebih baik. Kata memperjuangkan mengandung arti mengupayakan

atau mengusahakan sesuatu dengan sekuat tenaga, dalam hal ini adalah

menurunkan harga sembako hingga tereapai oleh daya beli masyarakat

keeil. Walaupun demikian, janganlah tertipu. Pemakaian kata murah di sini

masih ambigu. Seeara harfiah, kata murah artinya lebih rendah dari harga

yang dianggap berlaku di pasaran, tetapi tetap saja parameter yang berlaku

di sini masih bersifat relatif terhadap daya beli berbagai lapisan masyarakat

UNGUA Vo1.8 Nol, Maret 18-37

Page 32: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

di Indonesia. Tampak dalam iklan ini, kata murah dipergunakan sebagai

magic word yang diharapkan mampu "menyihir" pendengaran massa.

(2) menciptakan lapangan kerja

Kata menciptakan mengandung arti menjadikan sesuatu yang bam tanpa

sokongan bahan terlebih dahuiu, dalam hal ini adalah lapangan kerja.

Tentu saja pada realitasnya hal ini tidak mungkin terjadi sebab kesempatan

bekerja bagi masyarakat tidak tercipta begitu saja. Lagi pula, motif

ekonomi yang ada dalam hidup bermasyarakat telah menuntut adanya

sirkulasi pekerj aan dari waktu ke waktu, tanpa peduli partai mana yang

tengah memerintah. Artinya, setiap tahunnya di negara kita telah tersedia

jutaan kesempatan kerja. Hanya memang lapangan pekerjaan yang tersedia

tidak sebanding dengan laju pertumbuhan dan jumlah penduduk. N amun,

kata ini dinilai telah berhasil menyugestikan efek instan, bahwasanya

segala kesulitan dapat diselesaikan dengan mudah bersama PDIP.

(3) meningkatkan kesejahteraan rakyat

Kata meningkatkan mengandung arti menaikkan dan mempertinggi, dalam

hal ini adalah taraf kesejahteraan rakyat. Pertanyaannya, dengan parameter

apa kesejahteraan rakyat layak diukur? Kalaupun digunakan persentase

pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur, tetap saja parameter ini masih

begitu umum. Menghitung parameter kesejahteraan sama sulitnya dengan

mengukur parameter kemiskinan yang acapkali menjadi bahan perdebatan.

Kalimat terakhir merupakan saran dan simpulan dari iklan ini yang

ditandai dengan kata jadi. Kalimat imperatif yang ditandai oleh penggunaan

frasa jangan lupa menyugestikan keyakinan terhadap masyarakat (rakyat)

untuk memilih partai ini berdasar alasan-alasan yang telah dibangun di atas.

Bahasa IkIan Politik Partai Demokrasi Indonesia Petjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

25

Page 33: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

b. Simbol dan Indeks

1. Kemiskinan masih tiga puluh lima juta (1) adalah simbol dari peliknya

persoalan kemiskinan di Indonesia, yang juga menyimbolkan kineIja

pemerintah yang buruk dalam hal pemberantasan kemiskinan.

2. Masih seperti ini (2) adalah simbol dari tidak adanya perubahan

keadaan, hal ini menjadi indeksikal dari klausa tambah susah.

3. Pengangguran masih jutaan (3) adalah simbol dari ketidakcakapan

pemerintah dalam menciptakan lapangan keIja, menangani

permasalahan populasi penduduk, dan meningkatkan SDM manusia

Indonesia. Sementara itu, ungkapan cari kerja tambah susah (4) adalah

indeksikal dari hal-hal tersebut.

4. Sembako tambah mahal (6) adalah simbol dari akibat tindakan

pemerintah SBY -JK menaikkan harga BBM dalam rangka

menyesuaikan diri terhadap tarif minyak dunia pada saat itu.

5. Kemiskinan, pengangguran, dan sembako mahal adalah simbol dari

seluruh kegagalan pemerintahan SBYpada periode 2004-2009.

6. Ayo, kita lakukan perubahan (7) adalah indeks dari seluruh kegagalan

di atas.

Teks Iklan PDI Perjuangan 2

(1) PDI PeIjuangan "turun" ke "lapangan"

(2) "Berbaur" dengan rakyat, "mendengar" keluhan

(3) "Menyerap aspirasi" dan "memastikan" bahwa Bantuan Langsung Tunai

diterima oleh "yang berhak"

(4) A: Alhamdulillah, BLT telah saya terima

(5) B : PDI PeIjuangan "memang" partainya "wong cilik"

26 LfN4UA Vot8 No1, Maret 18-37

Page 34: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

1. Analisis Sintaksis

(1) PDI Perjuangan (S) turun (P) ke lapangan (K)

(2) Berbaur (P) dengan rakyat (K), mendengar (Pl keluhan (0)

(3) Menyerap (P) aspirasi (0) dan memastikan (P) "bahwa" Bantuan

Langsung Tunai diterima oleh yang berhak (K)

(4) Alhamdulillah, BL T (S) telah saya terima (P)

(5) PDI Perjuangan (S) memang partainya wong cilik (P)

Subjek pada keseluruhan iklan ini tampak selalu berhadapan dengan

predikat yang menyatakan peran atau makna perbuatan seperti turun, berbaur,

mendengar, menyerap, dan memastikan. Perbuatan tersebut dilakukan

seluruhnya untuk rakyat (objek). Hasil perbuatan tersebut adalah

dihadapkannya subjek pada predikat yang bermakna pengenal, yang menjawab

"apa dan siapa" subjek ini (partainya wong cilik).

Kata penghubung bahwa digunakan untuk menguatkan isi atau uraian

kalimat yang berada di depannya, yakni penerimaan dana Bantuan Langsung

Tunai (BL T) akan terns dijaga dan diawasi distribusinya sehingga sampai

kepada mereka yang berhak.

2. Analisis Semantik

a. Kosakata

Pada masa-masa kampanye, partai politik berlomba-lomba merangkul

simpati rakyat. Simpati tersebut tidak mungkin diraih dengan adanya "jarak"

antara mereka dan rakyat. Karenanya, bahasa iklan yang dipakai pun tidak

urung turut merepresentasikan "kedekatan" tersebut, tidak terkecuali iklan ini.

Klausa turun ke lapangan pada kalimat (1) adalah personiflkasi dari konsep

"bergerak ke arah bawah" atau "bergerak ke tempat yang lebih rendah dari

tempat semula". Artinya, dalam hal ini pemerintah sebagai elite politik yang

Bahasa Iklan Politik Partai Oemokrasi Indonesia Perjuangan (pOIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

27

Page 35: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

menempati hierarki atas dalam lapisan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bemegara turun ke lapisan bawahnya (rakyat). Klausa turun ke lapangan

merupakan konotasi dari masuknya elite-elite polilik PDIP tersebut ke dalam

hi,dup masyarakatlmedan kehidupan yang sesungguhnya. Klausa tersebut

didukung oleh kata berbaur yang terdapat pada kalimat kedua, yang berarti

kader PDIP berusaha masuk ke dalam lingkungan pergaulan masyarakat untuk

menyelami kesulitan hidup masyarakat, menyesuaikan diri, dan berdifusi

dengan meniadakan sifat-sifat eksklusiftadi.

Tidak hanya itu. Pembauran yang dilakukan PDI Perjuangan memiliki

misi untuk mendengar keluhan, menyerap aspirasi rakyat, dan memastikan

bahwa BL T diterima oleh yang berhak. Mendengar keluhan merupakan

konotasi dari mengindahkan, memperhatikan (untuk kemudian dituruti dan

dilaksanakan) keluhan rakyat atas permasalahan-permasalahan hidupnya.

Menyerap aspirasi merupakan tindak lanjut dari mendengar keluhan, yakni

mengendapkan dalam diri, harapan, tujuan, cita-cita, hasrat, dan keinginan

rakyat atas keberhasilan hidup di masa yang akan datang (tentu saja untuk

kemudian hams diupayakan agar cita-cita tersebut dapat terwujud).

Kedua misi tersebut masih berupa tindakan moral. Di akhir kalimat

iklan ini akhimya disebutkan tindakan riiI yang dilakukan PDIP, yakni

memastikan bahwa BLT diterima oleh yang berhak. Artinya, menjaga

distribusi (menjanjikan ketegasan dengan sepenuh hati) penerimaan BLT

kepada mereka yang berhak (mereka yang memiliki hak, pemilikan, dan

pewenangan untuk menerima itu, dalam hal ini adalah masyarakat miskin) agar

tidak sampai kepada orang-orang yang salah, tidak berwenang, tidak

berkeperluan, dan serakah.

Sejak awal, tampak Megawati Soekamoputri merupakan salah satu

yang paling frontal mengkritik kebijakan BLT di samping Prabowo Subianto.

28 LINGUA VoU Nol, Maret 18-37

Page 36: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Mega menyebut program BL T hanya akan membuat rakyat menjadi malas dan

mendidik rakyat menjadi pengemis. Semestinya, menurut Mega, dana yang ada

tidak diberikan secara langsung kepada rakyat, tetapi disalurkan melalui

pembangunan yang dapat memberdayakan masyarakat secara

berkesinambungan. N amun, pada realitasnya rakyat yang miskin tentulah akan

. menyambut dengan "gembira" program BLT dan menganggap pemerintahan

SBY sangat pemurah karena membagi-bagikan uang. Terlepas dari transparan

tidaknya proses distribusi yang dilakukan, program ini menempatkan SBY

beserta Partai Demokratnya sebagai partai yang prorakyat di mata masyarakat.

Di lain pihak, masyarakat yang bersangkutan tidak memahami persoalan

program itu dengan sebenarnya.

Khawatir kebijakan bagi-bagi uang melalui BLT yang dilakukan

pemerintah SBY dapat mendongkrak citra partai Demokrat dan SBY dan

melemahkan suara partainya, PDIP akhimya berubah sikap terhadap program

BLT. Melalui iklannya, PDIP justru melancarkan klaim bahwa kesuksesan

pembagian BL T tak lepas dari kerja keras mereka dan (turnt) menyatakan

bahwa PDIP sebagai partai yang memiliki fraksi di DPR juga ikut terlibat

dalam memproses pembahasan dan pembentukan inisiatif BL T terse but.

Yang terjadi dalam iklan ini, tak lain adalah salah satu upaya PDIP

meraih simpati rakyat dengan menjadi polisi distribusi terhadap pembagian

BL T dengan dalih bahwa uang negara adalah uang rakyat sehingga hams

digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat serta hendaknya

kesulitan rakyat tidak dimanipulasi untuk kepentingan politik jangka pendek.

Semua yang diusung dalam iklan tersebut tentu saja untuk menyugestikan tidak

adanyajarak antara elite-elite politik partai (subjek) dengan rakyatnya (objek).

Berdasar apa yang telah dilakukan PDI Perjuangan di atas, kalimat (5)

merupakan simpulan yang membenarkan bahwa PDI Perjuangan berhak

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legis\atif2009 (Katubi)

29

Page 37: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

diklaim sebagai partai wong cilik (orang kecil/rakyat kecil). Hal itu ditunjukkan

dengan kata memang. Frasa idiomatis wong cilik terse but tidak berarti PDI

Perjuangan adalah partai kecil, melainkan sebuah konotasi untuk menyebut diri

s,ebagai partai yang mengerti kebutuhan dan hajat hidup rakyat kecil

(masyarakat ekonomi kalangan bawah). Penggunaan frasa wong cilik tak lain

adalah strategi PDIP (dan tentu saja partai lain) untuk membidik pasar suara

"masyarakat desa" sebagai jumlah pemilih terbesar karena kemiskinan terbesar

diderita oleh orang desa. Kata ini juga dipilih untuk mempersempit "jarak"

antara elite politik sebagai subjek pemerintahan dan rakyat sebagai objeknya

dalam rangka meraih sebanyak-banyaknya suara pada pemilu nanti.

b. Simbol dan Indeks

1. Turun ke Zapangan (1) adalah simbol dari pendekatan elite-elite parpol

terhadap rakyat.

2. Berbaur dengan rakyat (2) adalah simbol dari bersatunya elite partai

PDIP dengan masyarakat.

3. Wong cilik (5) adalah indeksikal dari sikap politik PDIP yang turun ke

lapangan, berbaur dengan rakyat, mendengar keluhan, dan menyerap

aspirasi rakyat.

Teks Iklan PDI Perjuangan 3

(1) A : "Masih bingung" pilih partai?

(2) B : Aku nggak mau "pilih itu lagi", ah!

Nanti "gagallagi".

(3) "Contreng" PDI Perjuangan Nomor 28

30 LlNI;lJAVo1.8 Nol, Maret 18-37

Page 38: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

1. Analisis Sintaksis

(1) Masih bingung pilih (P) partai (O)?

(2) Aku (S) nggak mau pilih (P) itu (0) lagi, ah!

(3) Nanti gagallagi (P).

(4) Contreng (P) PDI Perjuangan Nomor 28 (0)

Pada kalimat (2), aktor ditampilkan sebagai pelaku dalam bentuk aktif

transitif, yang melakukan negasi terhadap predikat objeknya. Hal tersebut

dilakukan karena ketakutan subjek akan terjadinya peristiwa yang sama (gagal

lagi).

2. Analisis Semantik

a. Kosakata

Masih hingung adalah klausa sindiran (ironi) terhadap masyarakat yang

masih menimbang-nimbang calon partai pilihan mereka. Hal ini dilontarkan

dengan maksud, sudah tidak ada lagi alasan untuk "tidak" memilih PDIP pada

pemilu nanti.

Klausa negatif yang terdapat pada kalimat (2) merupakan sindiran yang

ditujukan untuk pemerintahan SBY. Secara tidak langsung PDI Perjuangan

mengimbau masyarakat agar tidak lagi memilih partai yang sama (maksudnya

Partai Demokrat dengan SBy) karena partai yang telah dipilih masyarakat pada

pemilu 2004 dianggap gagal melaksanakan program-program pemerintah. Hal

itu ditunjukkan dengan klausa gagallagi. Karenanya, simpulan dari kausalitas

di atas pilihlah/contreng PDI Perjuangan yang memosisikan diri sebagai agen

perubahan menuju keberhasilan.

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

31

Page 39: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

b. Simbol dan Indeks

1. Masih hingung pilih partai (1) adalah simbol dari krisis kepercayaan

rakyat terhadap pemerintah serta buruknya sistem demokrasi di

negara kita.

2. Nggak mau pilih itu lagi (2) adalah simbol dari ketidakpuasan dan

kekecewaan rakyat terhadap kinerja pemerintahan SBY -JK.

3. Nanti gagallagi (2) adalah simbol dari boikot rakyat terhadap kinerja

yang buruk tersebut sekaligus merupakan indeksikal dari nggak mau

pilih itu lagi. Pemerintahan SBY dianggap gagal memenuhi janji-

janjinya.

4. Contreng PDIP nomor 28 (3) adalah indeksikal dari hal-hal di atas.

Teks Iklan PDI Perjuangan 4

(1) Megawati Soekarno Putri "kembali"

(2) "Membawa kontrak politik" untuk perubahan

(3) Perjuangkan "sembako murah"

(4) "Ciptakanjutaan" lapangan kerja

(5) Tingkatkan kesejahteraan rakyat

(6) Mari "berjuang bersama" PDI Perjuangan

1. Analisis Sintaksis

32

(1) Megawati Soekarno Putri (S) kembali (P).

(2) Membawa (P) kontrak politik (0) untuk perubahan (K).

(3) Perjuangkan (P) sembako murah (0).

(4) Ciptakan (P) jutaan lapangan kerja (0).

(5) Tingkatkan (P) keseiahteraan rakyat (0).

(6) Mari berjuang bersama (P) PDI Perjuangan (0).

LINGUA Vol.S Nol, Maret 18-37

Page 40: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Aktor pada iklan ini selalu berhadapan dengan predikat yang bennakna

perbuatan seperti kemba/i, membawa, perjuangkan, ciptakan, dan

tingkatkan terhadap objek-objek yang menduduki peran sebagai hasil.

pada teks iklan ini bahwa perbuatan akan dilakukan sebanyak-

banyaknya demi hasil-hasil yang diharapkan.

2. Analisis Semantik

a. Kosakata

Kata kembali pada kalimat (1) menunjukkan adanya sebuah penawaran

lagi terhadap program yang diusung PDI Perjuangan (kontrak politik menuju

perubahan) selain tentu saja berkonotasi terhadap penebalan jasa dan pre stasi

PDI Perjuangan, khususnya Mega dalam hal sembako murah.

Kata membawa pada kalimat (2) berkonotasi linear dengan perubahan.

Kata membawa di sini berarti 'mendatangkan, menyebabkan, dan

mengakibatkan sesuatu yang berujung pada disebutnya seseorang atau sesuatu

sebagai pelopor atau pahlawan.' Dalam iklan ini disebutkan bahwa Mega

membawa kontrak politik yang berarti 'mengambil dan mendatangkan tindakan

bertransaksi hukum dalam perjanjian yang kuat untuk perubahan keadaan ke

arah yang lebih baik.'

Frasa sembako murahyang terdapat pada kalimat (3) tak lain adalah

konotasi terhadap kata mahal yang pada lapis arti selanjutnya mengacu pada

keadaan ekonomi di era pemerintahan SBY.

Numeralia jutaan juga dipakai untuk menimbulkan efek "wah" yang

menunjukkan bahwa PDIP akan mencapai prestasi spektakuler terhadap

penyediaan kesempatan kerja di Indonesia dengan penginstanan ciptakan.

Adapun klausa berjuang bersama tidak lain merupakan ameliorasi dari pilih

dan contrenglah PDI Perjuangan pada pemilu nanti.

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

33

Page 41: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

b. Simbol dan Indeks

1. Kembali (1) merupakan simbol dari refonnasi yang diusung Mega

dan PDI terhadap pemerintahan SBY.

2. Perjuangkan sembako murah (3) adalah simbol dari protes rakyat

atas harga sembako yang tidak terjangkau oleh daya beli rakyat. Hal

itu terjadi karena naiknya harga BBM sampai empat kali pada

pemerintahan SBY.

3. Ciptakan jutaan Zapangan kerja (4) adalah simbol kompleksnya

pennasalahan pengangguran· di negara kita. Khudori (2009: 10)

menyatakan bahwa angka pengangguran masih sebesar 10,4 persen.

Negara yang mengemban amanat konstitusi untuk menjamin

pekerjaan dan penghidupan yang layakjustru absen.

4. Tingkatkan kesejahteraan rakyat (5) adalah simbol dari

problematika kemiskinan yang melanda bangsa kita karena

persentase penduduk miskin di Indonesia pada 2008 mencapai

15,42 persen. Berdasar data Bappenas, jumlah orang miskin tahun

2009 mencapai 14 persen.

5. Ketiga kondisi di atas (harga sembako yang melebihi daya beli,

kompleksnya permasalahan pengangguran, dan problematika

kemiskinan) adalah indeksikal dari kontrak politik untuk perubahan

(2).

Temuan

Hasil kajian bahasa iklan politik PDI Perjuangan menunjukkan partai

tersebut memang secara tegas menempatkan diri sebagai partai oposisi

terhadap pemerintahan SBY pada periode 2004-2009. Kata kunci yang

menjadi senjata PDIP melalui iklannya adalah "pemerintah SBY gagal." Hal

34 LfNGUAVo1.8 Nol, Maret 18-37

Page 42: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

itu dapat ditunjukkan melalui kata kunci lain, yaitu tingginya harga kebu"tuhan

pokok, kemiskinan, dan pengangguran.

Karena itu, kegagalan pemerintahan SBY menjadi materi utama iklan

politik, PDIP, contohnya soal kemiskinan. Pemerintah SBY memang memiliki

target menjadikan angka kemiskinan 8,2 persen pada akhir masa

. pemerintahannya. Namun, pada 2008 angka kemiskina masih bertengger pada

15,4 persen dari jumlah penduduk Indonesia. "Jauh panggang dari api".

Begitulah bunyi pepatah yang tepat untuk menggambarkan keadaan itu.

Artinya, fakta menunjukkan bahwa pemerintah SBY sebenarnya memang

gagal memenuhi target yang dijanjikan. Begitu pun yang berkaitan denganjanji

penurunan angka pengangguran.

BLT temyata menjadi materi yang juga menarik bagi PDIP dalam

iklannya. Pertanyaannya adalah sebagai berikut. Apakah BL T secara serta-

merta dapat dikatakan sebagai kebijakan ekonomi yang membela kepentingan

rakyat miskin? Menurut Prasetyawan (2009), BLT masih jauh untuk dapat

dikatakan sebagai kebijakan ekonomi yang memihak rakyat miskin. Dengan

BL T rakyat tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan ekonomi. BL T

merupakan kebijakan untuk jangka waktu tertentu dan tidak bersifat permanen.

BL T merupakan program pengentasan kemiskinan ala Robin Hood yang

dirancang pemerintahan SBY. Sialnya bagi partai oposisi adalah pemberian

BL T benar-benar dirancang tepat mendekati pemilu legislatif dan diberikan

kembali menjelang pemilihan presiden secara langsung. Pada kasus ini BL T

yang diberikan dengan dalih menurunkan angka kemiskinan dijadikan sandera

politik hanya untuk mendongkrak popularitas pemerintahan SBY dan

partainya.

Praktik kebahasaan yang digunakan PDIP dalam iklan kampanyennya

sebagai partai oposisi diwujudkan dalam bentuk perlawanan terhadap

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2009 (Katubi)

35

Page 43: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

kekuasaan melalui bahasa politiknya yang lebih mengarah pada pemyataan-

pemyataan yang menohok partai penguasa, terutama Partai Demokrat. Bahasa

politik PDIP menunjukkan resistensi aktif dengan menggunakan bahasa "wong

ciFk" yang mengedepankan realitas keseharian, seperti kata pekerjaan:

kemiskinan, dan sembako. Bahasa yang dilontarkan PDIP melalui iklan

politiknya merupakan ekspresi untuk mengungkapkan realitas sosial yang

selama ini dirasakan rakyat keeil, yakni himpitan beban ekonomi. Alhasil, oleh

PDIP bahasa itu digunakan sebagai instrumen untuk mendelegitimasi klaim

keberhasilan pemerintahan SBY.

Catatan Penutup

Bahasa iklan politik PDIP merupakan bahasa "balasan" untuk

mengimbangi klaim keberhasilan partai penguasa melalui iklan-iklannya. Hal

itu dapat dipahami karena posisi PDIP sebagai satu-satunya partai yang berani

menjadi oposisi pada era pemerintahan SBY periode 2004-2009. Sebagai

partai oposisi, tidak ditabukan baginya untuk menggunakan bahasa politik yang

menunjukkan kelemahan penguasa karena memang itulah tugas partai oposisi

dalam sistem demokrasi. Karena itu, sebuah kesalahan besar jika ada yang

menganggap bahasa iklan politik PDIP sebagai bahasa politik tanpa tata krama:

Sebuah kewajaran apabila penguasa melegitimasi dirinya melalui

rekayasa simbolis melalui bahasa dan mendapatkan perlawanan dari pihak

oposisi untuk mendelegitimasi kekuasaannya melalui bahasa pula. Hal yang

terpenting pertarungan itu tetap berdasar etika politik yang berlaku.

36 LfNl1lJA Vo1.8 No1, Maret 18-37

Page 44: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Daftar Pusaka

Dartanto, Teguh. "Terjajah Kemiskinan", dalam Koran Tempo 7 Agustus

2009. ,

Gerung, Rocky. "Menonton Politik," dalam Koran Tempo 3 Juli 2009 .

. "Iklan Wajib Tunjukkan Kelemahan Pemerintah," dalam Kompas 22

November 2008.

"Jumlah Penduduk Miskin Belum Berkurang," dalam Koran Tempo 4 Mei

2009.

Khudori. "Kegagalan Memahami Hakikat Kemiskinan," dalam Koran Tempo

12 Agustus 2009.

"Masalah BLT Jadi Bahan Polemik", dalam Kompas 29 Maret 2009.

Prasetyawan, Wahyu. "Bantuan Tunai Langsung: Pro-Rakyat Miskin?" dalam

Koran Tempo 2 April 2009.

"Pidato SBY Formalistik dan Menghindar," dalam Kompas 18 April 2009.

"Polling Pemilu", dalam Seputar Indonesia 9 Maret 2009.

Bahasa Iklan Politik Partai Demokrasi Indonesia Petjuangan (PDIP) Pada Kampanye Pemiiu Legisiatif2009 (Katubi)

37

Page 45: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

PRODUKTIVITAS I-SI SEBAGAI PENANDA JAMAK NOMINA REGULAR PADA TEKS "BRAIN POWERED"

DALAM READER'S DIGEST EDISI MEl 2007

Neneng Sri Wahyuningsih, S.Pd Dosen Tetap Jurusan Inggris STBA LIA Jakarta

Abstrak Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan dalam tata bahasa. Salah

satu perbedaannya adalah penggunaan nomina jamak regular. Dalam bahasa Inggris, akhir -s atau -es diberikan pada nomina jamak regular berdasarkan akhiran fonologis pada kata itu. Penelitian ini mencoba mengidentifIkasi wujud alomorf penanda jamak I-sl nomina regular yang memiliki tingkat produktivitas paling tinggi dalam artikel "Brain Powered". Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga jenis Wujud alomorf nomina jamak regular, yaitu I-s/, I-v, dan I-iv, temyata wujud I-v memiliki tingkat produktivitas paling tinggi dengan persentase 68,75%, sedangkan wujud I-sl dan I-iv memiliki persentase 26,25% dan 5%.

Kata kunci: nomina jamak regular, produktivitas, akhiran fonologis

Abstract English and Indonesian languages have significant differencies in terms of grammar.

One of the differences is about regular plural nouns. English has a distinctive rule that for regular plural nouns, we can just put -s or -es and based on the phonological ending of the nouns, these endings will be pronunced as I-sf, I-zf, or I-iz! This research is trying to answer which ending sound is the most productive and how the process of pronunciation of the regular plural nouns in the article "Brain Powered" is. The findings of this research show that the ending pronounced as I-zl is the most productive one with the percentage of 68.75%, while the endings pronounced as I-sl and I-izl are 26.25% and 5% respectively.

Keywords: regular plural nouns, productivity, phonological ending

1. Pendahuluan

Dalam morfologi, dikenal unsur terkecil yang disebut sebagai morfem

(Kentjono dalam Kushartanti et.al, 2005:144). Morfem tersebut membentuk

unsur yang lebih besar dan mempunyai makna. Secara umum, morfem

dibedakan menjadi dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem

bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, misalnya {makan}, namun

38 UNQUA Vol.8 No.1, Maret 38-54

Page 46: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

morfem {me-} merupakan morfem terikat karena tidak memiliki arti sebelum

dilekatkan dengan morfem bebas (Payne, 1997: 21).

Morfem berbeda bentuk karena adanya suatu kondisi tertentu.

Misalriya, morfem {me-} akan berubah bentuk dan bunyi jika dilekatkan pada

kata-kata yang memiliki huruf awal tertentu. Contoh: akan muncul jika

. bertemu dengan kata-kata berikut merah, ragu, naik, yakin. Sementara itu,

akan muncul bila {me-} melekat pada kata-kata sebagai berikut: bicara,

penuh, loto. Dalarn bahasa Inggris, fenomena serupa juga terjadi dikarenakan

syarat lonologis, misalnya dengan adanya kemunculan penanda jarnak {s}

yang dapat berupa I-s/, I-z!, dan I-iz/.

Dalarn bahasa Indonesia, tidak dikenal suatu bunyi khusus penanda

jarnak. Penanda jarnak dalarn bahasa Indonesia adalah berupa pengulangan

kata (misalnya buku-buku, anak-anak, ibu-ibu) dan pemakaian kata penanda

jarnak seperti beberapa dan ban yak (beberapa anak, ban yak buku). Perbedaan

penanda jarnak dalarn bahasa Inggris dan bahasa indonesia ini menarik untuk

dibahas karena dalarn bahasa Inggris, semua nomina regular yang akan

dibentuk dalarn bentuk jarnak hanya diberikan morfem {-s }, tetapi cara

pengucapan nomina yang dilekatkan dengan {-s} itu akan berbeda.

Alomorf penanda jarnak {-s} dalarn bahasa Inggris memiliki

produktivitas tinggi karena { -s } hanyalah satu-satunya penanda yang

digunakan jika ingin mengidentifIkasi kejarnakan suatu nomina regular.

Narnun, wujud mana yang paling banyak muncul, apakah itu I-s/, I-z!, atau liz!

menarik untuk dikaji.

2. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas muncul beberapa pertanyaan sebagai

berikut.

ProduktivitasJ-S/Sebagai Penanda Jarnak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" daIarn Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wahyuningsih, S.Pd)

39

Page 47: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

1) Manakah wujud alomorf penanda jamak {s} nomina regular yang memiliki

tingkat produktivitas paling tinggi pada teks "Brain Powered" dalam

Reader's Digest edisi Mei 20077

2) Bagaimana pembentukan pelafalan nomina regular jamak pada teks "Brain

Powered" dalam Reader's Digest edisi Mei 20077

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui wujud alomorf

penanda jamak {-s} nomina regular yang memiliki tingkat produktivitas paling

tinggi pada teks Brain Powered" dalam Reader's Digest edisi Mei 2007. (2)

untuk mengetahui pembentukan pelafalan nomina regular jamak pada teks

"Brain Powered" dalam Reader's Digest edisi Mei 2007.

4. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi. kepustakaan

dan penulisan laporan hasil penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif. Korpus penelitian dibatasi pada produktivitas alomorf penanda

jamak {s} nomina regular yang terdapat di teks "Brain Powered" dalam

Reader's Digest edisi Mei 2007. Analisis data dilakukan dengan cara

mendaftar dan menganalisis berdasarkan tingkat produktivitas wujud penanda

jamak {-s} nomina regular.

5. Landasan Teori

Berikut dijelaskan tentang produktivitas, pembentukan nomina jamak dan

jenis penanda jamak dalam bahasa Inggris, serta penjelasan lain yang yang

mendukung konsep-konsep tersebut.

40 LtN4UA VoL8 No.1, Maret 38-54

Page 48: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

5.1 Produktivitas

Menurut Matthews (1997: 297) produktivitas merupakan sifat yang

memungkinkan terbentuknya kombinasi atau unsur barn dalam suatu elemen.

Dalam Kamus Linguistik, produktifitas yang berasal dari kata produktif artinya

mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-

unsur turunan barn; misalnya dalam bahasa Indonesia, prefIks di- merupakan

prefiks produktif (Kridalaksana, 2001: 178). Jadi, dengan kata lain,

produktifitas adalah bentuk afiksasi yang manipu membentuk unsur barn dan

dipakai secara terus-menerus dan berulang-ulang sehingga dapat membentuk

kata barn.

Haspelmath (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa batasan yang

harns diperhatikan dalam kaidah pembentukan kata, yaitu batasan fonologis,

batasan morfologis, batasan sintaksis, batasan semantis, batasan pragmatis,

strata kosakata pinjaman, dan batasan secara sinonim. Batasan-batasan itu

dapat dijelaskan di bawah ini.

1) Batasan fonologis, yaitu batasan pembentukan kata oleh sufiks derivasi

(derivational suffix) yang akan menciptakan kesulitan dalam proses fonetik

(pronunciation or perception). Umumnya, kaidah batasan itu berupa

pengulangan ciri yang identik, misalnya pengulangan fonem atau

pengulangan vokal. Contoh: sufiks -ee dalam bahasa Inggris payee

berterima, tetapi kata freeee tidak berterima.

2) Batasan morfologis, yaitu batasan pembentukan kata oleh pola morfologi

tertentu.

3) Batasan sintaksis, yaitu batasan pembentukan kata oleh kaidah sintaksis

dalam kalimat. Contoh, kata kerja transitif membentuk kata dalam bentuk

Produktivitas/-S/Sebagai Penanda Jarnak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalarn Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wahyuningsih, S.Pd)

41

Page 49: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

kausatif sehingga bentuk kausatif yang berasal dari kata kerja intransitif

tidak berterima.

4) Batasan semantis, yaitu batasan pembentukan kata oleh kombinasi afiks

yang mempengaruhi makna dan tidak semua kombinasi afiks ini berterima

untuk membentuk kata bam. Contoh, prefiks de- pada kata demotivated

berterima, tetapi prefiks de- pada desit tidak berterima.

5) Batasan pragmatis, yaitu batasan pembentukan kata oleh sufiks yang

mempengaruhi kegunaan kata itu dalam konteks semantis.

6) Batasan strata kosakata pinjaman,· yaitu batasan pembentukan kata oleh

sufiks yang dipinjam dari struktur bahasa lain.

7) Batasan secara sinonim, yaitu batasan pembentukan kata yang tidak

memungkinkan untuk dibentuknya kata bam karena kata tersebut sudah

memiliki kaidah sendiri. Contoh, ox, dalam bentuk jamak adalah oxen,

bukan axes.

Sementara itu, Katamba memberikan batasan dalam produktivitas yang

tidak jauh berbeda seperti yang dijelaskan Haspelmath. Menurutnya, batasan-

batasan dalam produktivitas adalah karena adanya penyekatan, faktor

fonologis, faktor morfologis, faktor semantis, faktor estetis dan pengadopsian

kata (1993: 66-79).

Menurut Haspelmath, ada empat cara yang dapat dilakukan untuk

mengukur tingkat produktivitas kata, yaitu

(1) melihat tingkat kemunculan kata bam yang dibentuk berdasarkan pol a

tertentu di dalam kamus;

(2) mengidentifikasi semua batasan pola pembentukan kata bam itu;

(3) membuat rasio antara kata bam dan kata yang mungkin terbentuk;

(4) menentukan kata bam melalui kamus yang memiliki riwayat yang baik.

42 LtNqUAVol.8 No.1,

Page 50: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

5.2 Pembentukan Nomina Jamak dan Jenis Penanda Jamak dalam bahasa

Inggris

Ada dua jenis nomina yang dapat ditulis dalarn bentuk jarnak, yaitu

regular plurals dan irregular plurals. Berikut adalah penjelasan mengenai

regular plurals dan irregular plurals (Allsop, 1990: 12-18).

(1) Regular plurals

a. bentuk jarnak biasa: penarnbahan -s dan -es pada bentuk tunggal.

1) Penarnbahan -s:

(a) Nomina biasa: book 7 books seat 7 seats

(b) Nomina berakhiran -ay, -ey, -oy, -uy :

day 7 days boys keY-7 keys guY7 guys

2) Penarnbahan -es:

Nomina berakhiran -s, -ss, -sh, -ch, -x, -z

Contoh: bus 7 buses fuss-7 fusses wish7 wishes

Match -7 matches bOX7hoxes bUZZ7 buzzes

3) Konsonan + y 7 konsonan + ies

Contoh: flY7 flies party7 parties

4) Nomina berakhiran -0 ditambahkan -s, kecuali cargo, domino,

echo, hero, potato, tomato yang harus ditarnbahkan dengan -es

(misalnya tomatoes dan potatoes)

Contoh: photo 7 photos

Video7 videos

5) Nomina berakhiran -f ditambahkan -s kecuali calf, half, knife,

life, loaf yang menjadi -/-7 ves

Produktivitasl-S/Sebagai Penanda Jarnak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalarn Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wahyuningsih, S.Pd)

43

Page 51: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

b. Pelafalan nominajarnak berakhiran-s dan-es

Nomina jarnak berakhiran --(e)s dapat dilafalkan melalui· tiga cara,

yaitu:

lizl setelah -s, -ss, -sh, -ch, -x, -z, -se, -ge, dan --dge, contoh:

buses

Izi setelah vowel dan konsonan bersuara, contoh: dogs

lsi setelah konsonan tak bersuara, contoh: lip lips

(2) Irregular Plurals

Beberapa nomina tidak dapat ditambahkan dengan -s atau -es karena

sifat nomina itu yang irregular. Misalnya, man men, feet. Bentuk

irregular plurals ini tidak akan dibahas di penelitian ini karena hanya berfokus

pada nominajarnak regular.

Pemikiran yang sarna diutarakan oleh Katarnba (1993: 30) yang

membagi penanda jarnak {-s} menurut alomorf, yang dibedakan berdasarkan

syarat fonologis. Distribusi penanda jarnak nomina regular tersebut dapat

dilihat pada bagan di bawah ini.

Alomorf Deskripsi Contoh

I-sl Jika nomina diakhiri dengan konsonan cups /kAps/, carts I ka:ts(

tak bersuara Ip, t, k, f, I leeks Ili:ksl

l-zI Jika nomina diakhiri dengan konsonan Bards Iba:dz/,

dan vowel bersuara I b, d, g, m, n, 1, r, mugsl mAgzl, keys lki:zI

w, j, I) I

I-izl Jika nomina diakhiri dengan bunyi Mazes Imeizezl

alveolar atau alveopa1atal I s, z, I, tI, d Asses I msizl

, I

44 LlNGlIA Vol.S No.1, Maret 38--54

Page 52: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Kenijono dalam Kushartanti et.al, 2005:146 juga menyebutkan bahwa

wujud /-s/ muncul di belakang fonem konsonan tak bersuara, kecuali /s, c, II, misalnya dalam dalam kata pets, laps, books, dan boots; wujud I-zl akan

muncul di belakang konsonan dan vocal bersuara, misalnya dalam pads, shoes,

games, hens, dan lungs; wujud /-izl muncul di belakang, misalnya /s, z, j, II

dalam katajudges, classes, dan peaches.

6. Pembahasan

Tingkat produktivitas alomorf /-s/ penanda jamak dapat dilihat dengan

menggolongkan kata-kata bemomina jamak ke dalam suatu tabel

penggolongan berdasarkan penggunaan kata itu di dalam teks "Brain Powered"

dalam Reader's Digest edisi Mei 2007. Setelah itu, nomina jamak itu

digolongkan berdasarkan wujud alomorf penanda jamak sehingga dapat

diketahui wujud penanda jamak yang paling produktif terdapat di dalam teks

yang dianalisis.

Tabel 1. Produktivitas Nomina Jamak yang Ada di dalam Teks Brain Powered dalam Reader's Digest edisi Mei 2007

No Nomina Jumlah HIm No Nomina Jamak Jamak

1 Movements 1 83 61 levels

2 Thoughts 1 83 62 months

3 Memories 1 83 63 days

4 Hopes 1 83 64 therapies

5 Technologies 1 83 65 trials

6 Treatments 1 83 66 disorders

7 Malfunctions 1 83 67 scientists

8 Findings 1 83 68 results

Produktivitas/-S/Sebagai Penanda Jamak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalam Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wahyuningsih, S.Pd)

Jumlah Him

1 86

1 86

1 86

1 87

2 87

3 87

2 87

1 87

45

Page 53: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

9 Loves 1 83 69 obstacles 2 87

10 Dreams 1 83 70 drugs 5 87

11 Diseases 1 83 71 compounds 1 87

12 Advances 1 83 72 organs 1 87

13 Ways 1 83 73 walls 1 87 14 Noggins 1 84 74 vessels 1 87

15 Scientists 2 84 75 guards 2 87

16 Robotics 1 84 76 molecules 1 87

17 Researchers 1 84 . 77 patients 2 87

18 Slices 1 84 78 diseases 1 87

19 Discoveries 1 84 79 defects 1 87

20 Types 1 84 80 problems 1 87

21 Cells 3 84 81 advances 1 87

22 Genes 5 84 82 years 1 87

23 proteins 1 84 83 experiments 1 87 24 companIes 1 84 84 things 1 88

25 drugs 5 84 85 wounds 1 88

26 organs 1 84 86 injuries 1 88

27 Side effects 1 84 87 burns 1 88'

28 disorders 1 84 88 cannons 1 88

29 neuroscientists 1 84 89 tissues 1 88

30 deposits 1 84 90 weeks 1 88 31 mmers 1 84 91 colleagues 1 88

32 moments 1 84 92 parents 1 88

33 keys 1 84 93 nightmares 1 88 34 patients 2 84 94 senes 1 88

46 UN4UA Vo!.8 No.1, MarlJ! 38--54

Page 54: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

35 Clumps 1 84 95 decades

36 orders 1 84 96 studies

37 flowers 1 85 97 intestines

38 points 1 85 98 cells

39 cells 1 85 99 molecuks

40 trials 1 85 100 patients

41 drugs 1 85 101 drugs

42 companies 2 85 102 cancers

43 orders 1 85 103 compounds

44 years 2 85 104 tumors

45 services 1 85 105 nutrients

46 researchers 1 85 106 studies

47 results 2 85 107 approaches

48 therapies 3 86 108 communities

49 patients 4 86 109 scientists

50 deliveries 1 86 110 doctors

51 drugs 1 86 111 powers

52 genes 1 86 112 scanners

53 parts 1 86 113 patients

54 ones 1 86 114 participants

55 scientists 1 86 115 leaders

56 years 1 86 116 phobias

57 trials 1 86 117 years

58 surgeons 1 86 118 parts

59 symptoms 1 86 119 themselves

60 Cells 1 86

Produktivitas/-S/Sebagai Penanda Jarnak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalarn Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wabyuningsih, S.Pd)

1 88 1 88 1 88 2 88 1 88 1 88 1 88 1 88 1 88 1 89

1 89 1 89 1 89 1 89 1 89 1 89 1 89 1 89

1 89 1 89 1 89 1 89 1 89

1 89

1 89

47

Page 55: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Nomina jamak yang ada di tabel"1 dapat dikelompokkan ke dalam

distribusi penanda jamak berdasarkan uraian yang diberikan oleh Katamba dan

Kentjono di bab sebelumnya. Data di atas lalu dikelompokkan berdasarkan

alomorf penanda jamak {-s}, yaitu I-s/, I-zl, dan I-izl sesuai dengan"

kaidah fonologis pembentukan nomina jamak. Dari tabel 1 di atas, tampak

bahwa nomina yang paling produktif adalah drugs dengan pemunculan kata

sebanyak dua belas kali, patients sebanyak enam kali, cells sebanyak 7 kali,

years sebanyak 5 kali, lalu genes, disorders, therapists, dan scientists sebanyak

masing-masing empat kali. Sisa nomina yang tidak disebutkan rata-rata muncul

di dalam teks sebanyak satu atau dua kali sehingga dianggap tidak produktif.

Dari data nomina jamak regular yang ada di dalam tabel 1, dapat dilihat

pengelompokkan nomina-nomina tersebut, apakah dilafalkan dengan alomorf l-

si, I-zl, atau I-izl. Tiap-tiap kategori hanya akan diuraikan beberapa nomina

yang dianggap mewakili pelafalan nominajamak regular.

Data 1. Nomina jamak regular berakhiran It I

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-sl karena

memiliki akhiran pelafalan It!. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata defect, deposit, effect, experiment, moment, experiment,

nutrient, parent, scientist, nutrient, participant, part memiliki transkripsi

berakhiran It!, misalnya defect Idifekt/.

Data 2. Nomina jamak regular berakhiran /pI

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-si karena

memiliki akhiran pelafalan Ip/. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata hope dan type memiliki transkripsi berakhiran Ipl misalnya

hope

Data 3. Nomina jamak regular berakhiran Irl

48 LrN4UA Vot8 No.1, Maret 38--54

Page 56: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-z/ karena

memiliki akhiran pelafalan Ir/. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata leader, cancer, doctor, disorder, leader, miner, nigthmare,

power,' researcher, scanner, dan year memiliki transkripsi berakhiran Ir,

misalnya leader l1ida(r)/.

, Data 4. Nomina jamak regular berakhiran 11/

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-zl karena

memiliki akhiran pelafalan Ill. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata level, cell, molecule, wall, dan vessel memiliki

transkripsi berakhiran Ill, misalnya levell1evll.

Data 5. Nomina jamak regular berakhiran 1m!

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-z/ karena

memiliki akhiran pelafalan 1m!. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata dream, problem, symptom memiliki transkripsi berakhiran

1m!; misalnya dream /driml.

Data 6. Nomina jamak regular berakhiran In!

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-z/ karena

memiliki akhiran pelafalan In!. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata cannon, intestine, malfunction, protein, surgeon memiliki

transkripsi berakhiran In!, misalnya cannon ikaman/.

Data 7. Nomina jamak regular berakhiran vowel

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-z/ karena

memiliki akhiran pelafalan Iii. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata key, day, dan way memiliki transkripsi berakhiran Iii

misalnya key iki:/.

ProduktivitasJ-S/Sebagai Penanda J amak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalam Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wabyuningsih, S.Pd)

49

Page 57: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Data 8. Nomina jamak regular berakhiran Idl

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-z/ karena

memiliki akhiran pelafalan Id/. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

bahwa kata compound, decade, dan wound memiliki transkripsi

berakhiran Id/, misalnya compound I'kompaund/.

Data 9. Nomina jamak regular berakhiran lsi

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-izl karena

memiliki akhiran pelafalan lsi. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata advance dan slice ·memiliki transkripsi berakhiran lsi,

misalnya advance

Data 10. Nomina jamak regular berakhiran Iz/

Nomina ini dikategorikan sebagai nomina dengan alomorf I-izl karena

memiliki akhiran pelafalan Iz/. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat di

kamus bahwa kata disease memiliki transkripsi berakhiran Iz/, yaitu Idi'zizl.

Berdasarkan aturan bunyi fonologis seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, nomina jamak regular dan cara nomina-nomina itu dilafalkan,

didapatkan hasil seperti yang tertera di dalam tabel2 di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi Wujud Alomorf Penanda Nomina Jarnak I-s/, I-zl dan liz! yang Ada pada Teks Brain Powered dalam Reader's Digest edisi Mei 2007

Distribusi Wujud Alomori Penanda Nomina No. Jamak {s} yang dilafalkan dengan Jumlah Persentase

1 I-sl 21 26.25%

2 I-z! 55 68.75%

3 liz! 4 5%

Total 80 100%

50 lfNt:jUA VoL8 No.1, Maret 38--54

Page 58: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Distribusi wujud alomorf penanda nomina jamak I-s/, l-z/, dan lizl itu akan

tampak lebih jelas dalam pie chart di bawah ini.

fil/-s! II/-zJ

O/izJ

Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas ada beberapa simpulan yang dapat

ditarik. Pertama, teks "Brain Powered" dalam Reader's Digest edisi Mei 2007

memiliki 119 alomorf penanda nomina jamak regular. Hal ini menunjukkan

bahwa alomorf {-s} sebagai penanda nomina jamak memiliki tingkat

produktivitas yang tinggi dalam teks tersebut. Kedua, dari tiga jenis wujud

alomorf nomina jamak regular, yaitu I-s/, I-z/, dan I-iz/, temyata wujud I-z/

. memiliki tingkat produktivitas yang paling tinggi, yaitu 55 kata. Sementara itu,

wujud I-izl memiliki produktivitas yang paling rendah, yaitu sebanyak empat

kata.

Dari berbagai jenis nomina dan ciri pelafalan nomina jamak regular,

nomina yang paling banyak muncul adalah nomina dengan wujud alomorf

nomina jamak regular Izl karena nomina-nomina itu diakhiri dengan konsonan

dan vokal bersuara I b, d, g, m, n, 1, r, w, j, r) I. Hal ini bisa juga dikarenakan

nomina yang diakhiri dengan konsonan dan vokal bersuara memang banyak

terdapat dalam nomina bahasa Inggris.

ProduktivitasJ-S/Sebagai Penanda Jamak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalam Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wahyuningsih, S.Pd)

51

Page 59: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Daftar Pustaka

Allsop, Jake. 1990. Cassel's Students' English Grammar. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistics Morphology.Edinburg: Edinburg

University Press.

Haspelmath, Martin. 2002. Understanding Morphology. London: Oxford

University Press.

Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: The Macmillan Press.

Krisdalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Jakarta: Gramedia.

Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. (Peny.). 2005.

Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Payne, Thomas. E. 1997. Descrining Morphosyntax: A Guide for Field

Linguists. Cambridge: Cambridge University Press.

Larnpiran

Distribusi Wujud Alornorf Penanda N ornina Jarnak I-s/, I-v dan liz! pada Teks "Brain Powered" dalarn Reader's Digest edisi Mei 2007

I-sl l-zI /-izl

Defects Burns Advances

Deposits Cancers Approaches

Effects Cannons Diseases

Experiments Cells Slices

Hopes Colleagues

Moments Companies

52 LfN4IJA Vol.8 No.1, 38-54

Page 60: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Movements Compounds

Neuroscientists Days

Nutrients Decades

Parents Discoveries

Participants Disorders

Parts Doctors

Patients Dreams

Points Drugs

Results Findings

Robotics Genes

Scientists Guards

Thoughts Injuries

I Treatments Intestines

Types Keys

Weeks Leaders

Levels

Malfunctions

Memories

Miners

Molecules

Months

Nightmares

Noggins

Obstacles

Ones

Orders

Organs

Produktivitas/-S/Sebagai Penanda Jamak Nomina Regular Pada Teks "Brain Powered" dalam Reader's Digest Edisi Mei 2007 (Neneng Sri Wahyuningsih, S,Pd)

53

Page 61: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Phobias

Powers

Problems

Proteins . Researchers

Scanners

Series

Studies

Surgeons

Symptoms

Technologies

Themselves

Therapies

Things

Tissues

Trials

Tumors

Vessels

Walls

Ways

Wounds

Years

Jumlah:21 Jumlah:55 Jumlah: 4

54 LlNCjUA Vol.8 No.1, Maret 38··54

Page 62: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

IMPLEMENTASI e-LEARNING DALAM PENGAJARAN PEMAHAMAN MEMBACA

Setyowati, S.Pd., M.Hum. Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 6 Depok, Jawa Barat

Email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini merupakan studi eksperimen tentang implementasi e-Learning dalam

pengajaran pemahaman membaca. Penelitian ini bersifat kuantilatif dengan desain eksperimen. Teknik pengumpulan data menggunakan tes try out Ujian Nasional 2008/2009 dan kuesinoner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada kelas pemahaman membaca yang sangat signifikan antara kelas e-Learning dan kelas yang menggunakan buku teks serta adanya respon positif dari siswa terhadap e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca. Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dukungan perangkat lunak dan keras dalam proses implementasi. Implementasi e-Learning ini dapat dijadikan sebagai model pembelajaran altematif agar pengajaran di kelas pemahaman membaca lebih bervariasi. Guru seharusnya menjelajahi MOODLE lebih lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan konten e-Learning, dan implementasi ini dapat dilakukan untuk pengajaran keterampilan menyimak atau menulis untuk penelitian lebih lanjut.

Kata kunci: implementasi, e-Ieaming, pemahaman membaca

Abstract This research is an experimental study of e-Learning implementation in teaching

reading comprehension. It uses quantitative and qualitative approach (mixed method) with experiment design. Collecting data technique uses try out test of National Examination and questionnaire. The research result shows that there is significant difference of students' achievement in reading comprehension class between a conventional class and two e-Learning classes and there is positive response from the students toward the implementation. There are four recommendations of this research. First, the implementation of e-Iearning needs good hardware and software instrument support. Second, this implementation can be an alternative teaching model to make teaching reading comprehension class more various. Third, teachers should explore MOODLE to improve and develop the content of e-Learning. Fourth, this e-Learning can be implemented for teaching listening or writing to do forther research.

Key words: implementation, e-learning, reading comprehension.

1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi beberapa tahun

belakangan ini menuntut guru untuk selalu berinovasi dan berkreasi. Saat ini,

pemerintah mewajibkan sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis

Implementasi e-Learning dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 55

Page 63: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

ICT (Information Communication and· Technology) dalam kurikulum.

Pemanfaatan teknologi informasi untuk menciptakan suasana belajar yang

efektif dan menyenangkan telah dicanangkan oleh pemerintah dan tertuang

da,lam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003. Setelah Undang-Undang ini

diberlakukan, semua lembaga penyelenggara pendidikan dapat dan diizinkan

menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan alat bantu

pembelajaran elektronika atau e-Learning (Soekartawi, 2007: 3).

Di bidang bahasa, komputer telah menjadi salah satu sarana pendukung

pengajaran bahasa. Komputer sebagai .alat bantu pengajaran bahasa atau

disebut dengan istilah CALL (Computer-assisted Language Learning) telah

dikembangkan sejak 1960-an. Awalnya berupa software program sederhana

seperti Speak N Spell, kemudian berkembang hingga berbasis web ketika

internet muncul (Beatty, 2003: 8) sehingga e-Learning merupakan bagian dari

CALL.

e-Learning untuk pengajaran bahasa belum banyak dikembangkan. Hal

ini menjadi salah satu peluang bagi guru untuk berinovasi sesuai dengan tren

budaya belajar masyarakat saat inL e-Learning dapat digunakan sebagai alat

bantu dalam proses pengajaran empat keterampilan bahasa. Ada empat

keterampilan bahasa yang hams dikuasai oleh seorang pemelajar bahasa.

Keterampilan itu adalah kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Pengajaran kemahiran membaca merupakan salah satu komponen

penting dalam pemelajaran bahasa lnggris di sekolah. Teori-teori dan metode

pengajaran bahasa telah mengembangkan berbagai teknik pengajaran bahasa

Inggris untuk mengajarkan tiap keterampilan tersebut. Ketepatan dalam

pemilihan teknik pengajaran akan mendukung keberhasilan pemelajar dalam

menguasai keempat keterampilan itu. Kenyataan di lapangan menunjukkan

bahwa masih banyak pemelajar bahasa lnggris, khususnya di tingkat sekolah

56 lINGIJA Vots No.1, Maret 55-·79

Page 64: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

menengah, yang mengalami kesulitan dalam menguaSaI keterampilan

pemahaman membaca (reading comprehension).

Sementara itu, kurikulum bahasa Inggris tirtgkat SMA memberikan porsi

yang banyak untuk pengajaran kemahiran pemahaman membaca. Hal ini

terlihat dari bentuk tes ulangan umum dan ujian nasional yang sebagian

. besar soal ujian berupa bentuk tes pemahaman membaca (reading

comprehension).

Penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 6 Depok yang merupakan

tempat bekerja. Sebagai guru bahasa Inggris ·yang mengajar kelas XII (kelas

tiga) , penulis berusaha untuk memperbaiki teknik pengajaran pemahaman

membaca untuk meningkatkan nilai siswa pada tes pemahaman membaca.

Peningkatan nilai siswa itu diharapkan berimplikasi positif pada peningkatan

nilai bahasa Inggris siswa pada Ujian Nasional (UN) tahun 2008/2009.

2. Masalah dan Tujuan

Berdasarkan pengamatan sehari-hari pada semester ganjil lalu, ada

beberapa permasalahan yang penulis temukan di lapangan. Pertama, motivasi

membaca siswa dengan menggunakan buku teks rendah. Kedua, sebagian besar

teks-teks yang ada di buku ajar merupakan topik yang kurang memberikan

informasi barn sehingga mereka tidak tertarik untuk membacanya. Ketiga, hasil

tes pemahaman membaca siswa masih rendah.

Penulis ini tertarik untuk meneliti pengaruh teknik pengaJaran dan

penggunaan multimedia pembelajaran dalam kelas pemahaman membaca.

Teknik dan media pembelajaran yang dimaksud adalah sebuah teknik dan

media pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi siswa dalam

membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. Dalam penelitianan ini,

penulis tertarik untuk merancang dan mengimplementasikan e-Learning

Implementasi e-Learning dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 57

Page 65: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

sebagai media ajar di kelas dalam pengajaran pemahaman membaca. Bahan

ajar dipindahkan ke dalam bentuk elektronik dan disajikan melalui web yang

dirancang dengan menggunakan aplikasi MOODLE.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskari.

permasalahan utama dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca

mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas pemahaman membaca?

2) Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa laki-Iaki dan perempuan

setelah implementasi e-Learning dalatn pengajaran pemahaman membaca?

3) Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi e-Learning dalam

pengajaran pemahaman membaca?

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kemampuan e-

Learning dalam menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan

mampu mengembangkan keterampilan pemahaman membaca (developing

reading comprehension skill) bagi pemelajar bahasa.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

1) perbedaan hasil belajar siswa dalam ke1as pemahaman membaca antara

kelas yang menggunakan e-Learning dan ke1as yang menggunakan buku

teks,

2) perbedaan hasil belajar antara siswa laki-laki dan perempuan setelah

implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca,

3) respon siswa terhadap implementasi e-Learning dalam pengajaran

pemahaman membaca.

58 LlNC;UA Vol.8 No.1, Maret 55-79

Page 66: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

3. Landasan Teori

3.1 Definisi e-Learning

Ada berbagai definisi e-Learning yang diberikan oleh para pakar

teknologi infonnasi dari berbagai sudut pandang. Menurut Wahono (2008: ,

1) salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari

Darin E. Hartley yang menyatakan bahwa "e-Learning merupakan suatu jenis

belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa

dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer

lain". LeamFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms dalam Wahono,

menyatakan suatu definisi yang lebih luas. Learn menyatakan bahwa "e-

Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik

untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,

maupun komputer standalone" (Wahono, 2008: 1).

Jaya Kumar C. Koran (2002) dalam Hasbullah (2008: 5) mendefinisikan

e-Learning sebagai semua pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan

rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi

pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-

learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media

. internet. Onno W. Purbo (2002) dalam Hasbullah (2008: 6), menjelaskan

bahwa istilah "e" atau singkatan dari elektronik dalam e-Learning digunakan

sebagai istilah untuk segal a teknologi yang digunakan untuk mendukung

usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik seperti internet, intranet,

satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM. Sementara itu,

Soekartawi (2007: 25) mendefinisikan e-Learning sebagai berikut. e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array

of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,

telecoriferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training

Implernentasi e-Learning dalarn Pengajaran Pernahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 59

Page 67: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi,

Haryono dan Librero, 2002).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan e-Learning

adalah sebagai berikut.

i) Metode belajar mengajar bam yang menggunakan media jaringan komputer

dan internet.

2) Penyampaian bahan ajar (konten) melalui media elektronik. Otomatis

bentuk bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital). Materi

pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik,

animasi, simulasi, audio, dan video.

3) Sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar mengajar.

3.2 Perancangan e-Learning

Perancangan e-Learning untuk pengajaran pemahaman membaca didasari

oleh tiga rasionalitas utama. Pertama, adanya tuntutan zaman terkait dengan

informasi teknologi. Kedua, kebutuhan akan media pembelajaran yang menarik

dan modem yang mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Ketiga, buku teks tidak lagi cukup untuk menjawab kebutuhan pengajaran

bahasa. Sementara sumber di Iuar buku teks seperti situs-situs di internet

terkadang tidak sesuai dengan kurikulum, tujuan pembelajaran, dan tingkat

kemampuan siswa. Dengan demikian, seorang guru hams mampu membuat

program pembelajaran yang dapat membuat guru dan siswa lebih aktif, kreatif,

dan fokus pada konten yang relevan dan bermakna (Richardo-Amato, 2003:

335).

Implementasi e-Learning dalam penelitian ini bukan merupakan

pembelajaran jarak jauh, melainkan media pembelajaran untuk kelas

pemahaman membaca. Hal ini dilakukan agar variabel kontrol dapat dilakukan

60 LlN4IJAVo1.8 No.1, 55-79

Page 68: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

pada saat dan situasi yang sama, yaitu dalam konteks pembelajaran di kelas

dengan tatap muka. Penulis memberi nama website dengan nama "English

Corner". Nama ini digunakan untuk menyatakan bahwa "English Corner"

ruang khusus dari kegiatan pembelajaran bahasa Inggris yang

berbasis leT. Teks dari buku ajar dipindahkan dalam bentuk elektronik

, ditambah video atau gambar yang digabung dengan instrumen musik untuk

membantu membentuk schema siswa. Alasan lain dari penggunaan video

dalam konten e-Learning ini adalah untuk membantu memudahkan

pemahaman siswa berkaitan dengan isi pelajaran dan membantu guru mencapai

tujuan pembelajaran (Ismail, 2008: 46).

Selain itu, penggunaan video diharapkan dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Sebagaimana Harmer (2001: 282) menyatakan bahwa salah satu

alasan mengapa video digunakan dalam pembelajaran adalah motivasi. Banyak

siswa menunjukkan peningkatan tingkat ketertarikan ketika mereka melihat

media audiovisual. Sementara gambar digunakan. sebagai salah satu strategi

pemelajaran lang sung dengan mengaktifkan kreasi mental. Oxford (1990: 41)

menyatakan bahwa untuk memasukkan konsep dalam memori otak salah satu

caranya dengan menggunakan gambar dari sebuah objek (visual imagery).

Dengan demikian, video dan gambar dapat membantu daya serap siswa

terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Rancangan e-Learning ini

memiliki dua konten utama. Pertama, teks yang didukung video atau gambar

dan musik. Kedua, kuis atau pertanyaan dari bacaan. Nilai kuis dan umpan

balik guru dapat dilihat langsung dengan cepat. Fitur e-Learning yang

diimplementasikan antara lain sebagai berikut.

Implementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 61

Page 69: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

-Gambar 2.1 Tampilan Front Page "English Corner"

.;,), "', •. ,-,- '-- ,-,,--,_."

""""'" ........ _ ...... __ .... ,--. ::;:;""',.".... -.

Gambar 2.2 Contoh Teks dengan Video

3.3 Teori Motivasi

Motivasi mutlak diperlukan dalam proses belajar mengaJar di kelas.

Motivasi guru dan siswa merupakan satu sinergi yang mampu menciptakan

keberhasilan belajar di kelas. Sumber motivasi yang dapat diperoleh siswa di

kelas di antaranya adalah dari guru dan metode pengajaran yang digunakannya

(Harmer, 2001: 51-52). Dalam menjalankan perannya sebagai pengajar

sekaligus motivator, guru perlu mengetahui cara-cara menumbuhkan motivasi

belajar siswa. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan guru

meningkatkan motivasi belajar siswa, di antaranya adalah membuat tujuan

yang jelas, menciptakan lingkungan dan aktivitas belajar yang menarik dan

menyenangkan (Harmer, 2001: 53-54).

Berdasarkan teori motivasi dari Harmer di atas, salah satu dasar

pemikiran penelitian ini adalah merancang aktivitas belajar yang menarik dan

menyenangkan. Media dirancang khusus untuk pengajaran kemahiran

membaca yang mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Maka,

implementasi media pembelajaran berbasis web (e-Learning) dilakukan dan

62 UNljIJA Vol.8 No.1, Maret 55--79

Page 70: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

diteliti. Implementasi ini merupakan inovasi baru di sekolah penulis yang

diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam kelas pemahaman

membaca. Jika motivasi membaca siswa tinggi, mengajarkan kemahiran

membaca akan jauh lebih mudah dan hal ini berimplikasi positif

pada hasil belajar siswa pada tes pemahaman membaca.

3.4 Teori Schema, Background Knowledge, dan Knowledge of the Worltl

Schemata menurut Cook (1989: 69) adalah "mental representations of

typical situations, and they are used in discourse processing to predict the

contents of the particular situation which the discourse describe". Long (1987:

220) memberikan definisi schemata sebagai "acquired previously knowledge

structures" (Bartlett, 1932; Adams dan Collins, 1979, Rumelhart, 1980).

Hedge (2000: 189) menyatakan bahwa "general knowledge, sociocultural,

topic, and genre knowledge, together often referred to as schematic

knowledge". Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa schemata

adalah struktur pengetahuan umum yang telah diperoleh di masa lalu, di Iuar

aspek kebahasaan yang dapat berfungsi untuk memahami dan memprediksi isi

dari bacaan. Hedge (2000: 233) membedakan schemata ke dalam dua kategori.

Pertama, formal schemata merujuk pada pengetahuan tentang struktur dari

suam peristiwa tindak tutur. Kedua, content schemata merujuk pada

pengetahuan umum, sosikultural, dan topik. Hampir sama dengan Hedge,

Suryoputro (2006: 19) menyatakan bahwa " A content schema refers to

knowledge related to the content domain of the text. A formal schema refers

to knowledge related to the formal or rhetorical organizations of difftrent

types of texts". Carrell (1987b: 476) dalam Suryoputro (2006:20) menyatakan

bahwa content danformal schemata berpengaruh dalam pemahaman membaca.

Implementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 63

Page 71: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Akan tetapi, dalarn konteks ESL, dia menyimpulkan bahwa content schemata

secara umum lebih penting dariformal schemata.

Cook (1989) dan Hedge (2000) sarna-sarna menyatakan bahwa schemata

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Akan tetapi, Long (1987)

memberikan batasan yang tegas antara background knowledge dan schemata.

Background knowledge adalah pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya,

sedangkan schemata adalah struktur pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya. Suryoputro (2006: 19) menyatakan bahwa background

knowledge, content, dan formal schemata akan membantu proses pemahaman

membaca. Content schema merujuk pada pengetahuan yang terkait dengan

bidang isi dari teks. Formal schema merujuk pada pengetahuan yang terkait

dengan bentuk atau organisasi retoris dari tipe teks yang berbeda. Sementara

background knowledge mencakupi pengetahuan umum yang telah dimiliki

sebelumnya.

Harnpir senada dengan content schema, Long. (1987) juga

memperkenalkan istilah knowledge of the world yang merujuk bidang yang

dikuasai oleh pembaca. Ketika pemelajar membaca topik yang sesuai dengan

bidang ilmunya, tentu pemaharnan akan mudah diperoleh. Akibatnya, dalam

proses pemaharnan sebuah teks tidak hanya melibatkan interaksi antara

background knowledge pembaca dan teks, tetapi juga melibatkan knowledge of

the world pembaca.

Dengan demikian, background knowledge pembaca menjadi salah satu

faktor yang sangat krusial dalarn pemaharnan. Konsekuensinya, guru

membutuhkan waktu dalarn membangun atau membentuk background

knowledge siswa untuk materi bacaan yang tidakfamiliar, dan hal ini menjadi

kegiatan yang penting. Perancangan konten e-Learning yang

diimplementasikan berpijak pada teori di atas. Media ajar audiovisual berbasis

64 UNC;UAVoL8 No.1, Mare,t 55-79

Page 72: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

web yang dirancang, diharapkan mampu membentuk schema siswa sehingga

mereka mudah memahami teks yang dibaca. Sebagaimana Taylor (1995: 251)

menyatakan bahwa membantu siswa mengaktitkan dan menggunakan

backgro.und knowledge mereka yang relevan sebelum membaca mampu

meningkatkan pemahaman. Video dan gambar yang disajikan diharapkan dapat

membantu mereka memprediksi isi teks yang akan dibaca. Ketika telah

memiliki schema dari sebuah topik, siswa akan lebih siap dan mudah

memahami teks.

3.5 Teknik BoUom-up dan Top-down

Keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif. Akan tetapi,

kegiatan membaca adalah aktivitas yang aktif, bukan pasif. Ketika membaca,

terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Interaksi pengetahuan itu dibutuhkan

dalam proses untuk memahami teks. Widdowson (1983) dalam Anderson

(1988:13) memaparkan bahwa dalam proses pemahaman terjadi interaksi

antara pengetahuan kebahasaan (systemic knowledge), pengetahuan

nonkebahasaan (schematic knowledge), dan pengetahuan isi (content

knowledge). Sementara itu, Coady (1979) dalam Long menyatakan bahwa "the

EFLIESL reader's background knowledge interacts with conceptual abilities

and process strategies, more or less successfully, to produce comprehension"

(Long, 1987: 219). Jadi, Widdowson dan Coady memiliki pendapat yang sama,

yaitu pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki sebelumnya oleh

pembaca sangat memengaruhi keberhasilan pemahaman terhadap teks.

Dalam pengajaran keterampilan membaca dikenal istilah bottom-up dan

top-down seperti istilah yang digunakan dalam proses keterampilan menyimak

(listening) yang dipaparkan oleh Hedge (2000: 230-235). Istilah ini merujuk

pada teknik pengajaran keterampilan membaca yang menggunakan proses

Implementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 65

Page 73: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

interaksi ketiga pengetahuan yang dipaparkan oleh Widdowson (1983) dalarn

Anderson (1988:13), dengan urutan yang berbeda. Proses bottom-up dimulai

dengan systemic knowledge, kemudian content knowledge, dan schematic

!mowledge. Pengajar yang menggunakan prosedur bottom-up ini meyakini

bahwa dengan memberikan pengetahuan bahasa terlebih dahulu akan

membantu pemelajar dalarn memaharni teks. Jadi, pemelajar akan diberikan

sebuah daftar kosakata sulit, misalnya, atau istilah-istilah asing yang belum

diketahui.

Setelah itu, pemelajar diberikan pengetahuan tentang konteks, dan

terakhir pemelajar diharapkan marnpu menarik kesimpulan, yaitu memaharni

isi dari teks yang disajikan. Prosedur ini cocok untuk materi kelas membaca

yang topiknya sangat asing untuk pemelajar atau pemelajar dianggap tidak

memiliki schematic knowledge tentang materi itu. Contohnya, materi membaca

untuk mahasiswa ekonomi yang diberikan pada mahasiswa sastra atau

sebaliknya.

Sementara itu, prosedur top-down lebih cocok untuk untuk materi

membaca yang topiknya sudah dikenali (familiar) oleh pemelajar. Proses ini

dimulai dari schematic knowledge, kemudian content knowledge, terakhir

systemic knowledge. Pengajar menganggap bahwa pemelajar telah memiliki

pengetahuan tentang topik atau sosiokultural dari teks yang disajikan.

Contohnya, mahasiswa ekonomi diberikan teks tentang keuangan. Dengan

melihat judul atau dengan bantuan sebuah garnbar, misalnya, akan membuat

pemelajar siap untuk memaharni isi dari teks itu karena sudah menguasai topik

atau konteksnya. Setelah itu, pemelajar akan menganalisis ciri bahasa dan

struktur wacana berdasarkan pengetahuan linguistis yang telah dimilikinya.

Ketiga pengetahuan itu saling mendukung satu sarna lain dalarn

pemaharnan, baik dalam prosedur bottom-up maupun top-down. Ketepatan

66 LINGUA VotS No.1, 55--79

Page 74: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

teknik yang dipilih oleh pengajar akan sangat ditentukan oleh siapa pemelajar

dan materi yang akan disajikan. Jadi, seorang pengajar dapat mengombinasikan

teknik bottom-up dan top-down ini dalam pengajaran keterampilan membaca.

Tidak, selamanya menggunakan bottom-up dan juga tidak selamanya

menggunakan top-down. Akan tetapi, keduanya dapat digunakan secara

. bervariasi sehingga pemelajar tidak bosan dan mampu mengasah ketiga

pengetahuan pemelajar (schematic, content, dan systemic knowledge) hingga

mahir.

Desain kegiatan pengajaran kemahiran membaca menurut William

(1984) dalam Hedge, baik dengan teknik bottom-up maupun top-down, terdiri

dari tiga fase, yaitu pre-reading, while reading, dan post-reading (2000: 209).

Pre-reading merupakan kegiatan warming up agar pemelajar siap dengan

konteks ketika memahami bacaan. While-reading merupakan kegiatan

pengajaran yang diisi dengan tugas-tugas yang telah dipersiapkan berdasarkan

teks yang telah dibaca. Post-reading adalah kegiatan akhir pengajaran

kemahiran membaca yang dapat diisi dengan kegiatan menyimpulkan,

memecahkan masalah, atau mengintegrasikan keterampilan membaca dengan

keterampilan yang lain.

Berdasarkan teori proses interaksi pengetahuan yang dipaparkan oleh

Widdowson, isi kegiatan pre-reading dengan teknik bottom-up dan top-down

akan berbeda. Pre-reading dengan teknik bottom-up akan diisi dengan kegiatan

mengulas struktur, kosakata, dan unsur kebahasaan lainnya. Sementara itu, pre-

reading dengan teknik top-down akan diisi dengan kegiatan memberikan

schema barn berkaitan dengan topik, memberikan contextual clues, dan

informasi penting lainnya di Iuar aspek bahasa.

Impiementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 67

Page 75: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

3.6. Genre Teks

Dalam pengajaran keterampilan menulis, dikenal istilah ancangan genre

(genre approach). Ancangan ini menggunakan pengenalan struktur teks untuk

langkah-Iangkah dalam menulis. Sementara itu, pengajaran kelas

pemahaman membaca dalam kurikulum bahasa Inggris tingkat SMA saat ini

juga menggunakan ancangan genre. Genre adalah gaya atau aliran (Shadily,

1975: 265). Genre dapatjuga berarti kind, style, category (especially of literary

form, eg poetry, drama, the novel) Hornby (1974: 358). Swales (1990: 33)

menyatakan bahwa "genre is quite easily used to refer to a distinctive category

of discourse of any type, spoken or written, with or without literary

aspirations." Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada awalnya kata genre

memiliki makna sempit, hanya untuk wacana yang terkait dengan kesusastraan

(literary form). Akan tetapi, saat ini telah mengalami perluasan makna

sehingga istilah ini juga digunakan untuk wacana di bidang nonkesusastraan,

baik lisan maupun tertulis. Dengan demikian, genre teks dapat diartikan

sebagai jenis teks, gaya teks, ataupun kategori teks.

Perubahan kurikulum sekolah dari kurikulum 2004 ke Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) , kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) membawa perubahan dalam kurikulum bahasa Inggris

tingkat sekolah menengah. Saat berubah ke KBK, pengajaran bahasa Inggris

yang semula bersifat tematik menjadi berbasis genre (Genre Based Approach).

Oleh karena itu, pengajaran pemahaman membaca juga berbasis genre. Ada

sebelas genre teks dalam kurikulum bahasa Inggris tingkat SMA, yaitu

Narrative, Recount, Procedure, Descriptive, News Item, Report, Hortatory

exposition, Analytical Exposition, Explanation, Discussion, dan Review.

Dalam penelitian ini, genre teks yang digunakan sebagai konten e-

Learning atau materi ajar terdiri dari tujuh genre dan berjumlah sepuluh teks.

68 LINGUA Vo1.S No.1, Maret 55--79

Page 76: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Genre teks itu adalah Narrative, Report, Descriptive, News Item, Explanation,

Review, dan Discussion. Genre teks dalam penelitian ini dipilih berdasarkan

silabus dan Standar Kompetensi Lulusan 2009 (SKL) dari Badan Standar

Pendidikan (BSNP) .

. 4. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas kelas XII

(kelas tiga) jurusan Ilmu Alam (IA) yang dimulai pada awal semester 2 tahun

ajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan selama· tiga bulan (Februari - April

2009). Lokasi penelitian dilakukan di institusi tempat penulis bekerja, yaitu

SMA Negeri 6 Depok, Jalan Raya Limo No 30, Kota Depok, Provinsi Jawa

Barat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (True

Experiment) dengan ancangan kuantitatif dan kualitatif (mixed methods).

Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

akibat dari adanya perlakuan yang dengan sengaja pada subjek (Aqib, 2006:

15). Ancangan yang digunakan adalah kombinasi antara ancangan kuantitatif

dan kualitatif atau disebut mixed methods research.

Desain penelitian eksperimen ini adalah Pretest-Posttest Group Design.

Artinya, dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing

dipilih secara random (Sugiyono, 2008: 112). Kelompok eksperimen diberi

perlakuan (e-Learning), sedangkan kelompok kontrol tidak. Akan tetapi,

sebelum diberikan perlakuan, subjek penelitian diberikan pre-test untuk

mengetahui kemampuan awal mereka sebelum diberikan perlakuan. Untuk

mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan, di akhir periode pemberian

perlakuan, subjek penelitian diberikan post-test. Setelah itu, kedua hasil tes

tersebut dibandingkan, diuji secara statistik, dan dianalisis.

Impiementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 69

Page 77: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner,

pre-test, dan post-test. Kuesioner digunakan untuk mengetahui respon siswa

tt(rhadap implementasi e-Learning, sedangkan tes digunakan untuk mengukui

hasil belajar siswa sebagai data kuantitatifyang akan dianalisis.

4.2 Analisis Data

Metode analisis data dilakukan secara induktif. Untuk mengetahui

pengaruh dari implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman

membaca, dilakukan uji beda terhadap hasil pre-test dan post-test dengan

menggunakan t-test dalam program SPSS versi 13.0 for Windows. Jika

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman

membaca berpengaruh secara signifikan (Sugiyono, 2008: 112). Selain itu,

analisis perubahan skor juga dilakukan dengan menggunakan Normalized Gain

(N-Gain). Menurut Hake (1999: 1) interpretasi dari Normalized Gain

berdasarkan kriteria berikut.

Tabell. Interpretasi Normalized Gain

Normalized Gain Score Interpretation

<0.3 low

0.3 - 0.7 medium

>0.7 high

Uji t-test dilakukan sebanyak lima kali, yaitu pertama uji t-test antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen (KK-KE). Kedua, uji t-test antara kelas

70 LfN4lJA Vol.8 No.1, Maret 55-79

Page 78: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

kontrol dan eksperimen-l (KK-KE-l). Ketiga, uji t-test antara kelas kontrol

dan eksperimen-2 (KK-KE-2). Keempat, uji t-test antara siswa laki-laki dan

perempuan pada kelas eksperimen. Variabel gender digunakan dalam analisis

data hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa siswa laki-laki

lebih antusias mengikuti kelas pemahaman membaca dengan e-Learning

. dibanding siswa perempuan. Kelima, uji t-test skor pre-test dan post-test pada

masing-masing kelas itu sendiri (t-test in group). Selain itu, data dari kuesioner

menunjukkan bahwa hanya ada satu orang siswa perempuan yang menyatakan

bahwa keterampilan pemahaman membaca itu sulit. Sementara pada siswa

laki-Iaki terdapat dua orang yang menyatakan bahwa keterampilan membaca

itu sulit. Fenomena ini menarik bagi penulis untuk melakukan analisis

berdasarkan gender sehingga dapat diketahui perbedaan pengaruh e-Learning

terhadap hasil belajar siswa laki-laki dan perempuan. Terakhir, data kuesioner

dianalisis untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap implementasi e-

Learning.

4.3 Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan uji t-test,

yang dilakukan sebanyak lima kali. Pertama, uji t-test untuk nilai pre-test dan

post-test antara kelas kontrol dan eksperimen (KK - KE). Kedua, uji t-test

untuk nilai pre-test dan post-test antara kelas kontrol dan eksperimen-l (KK -

KE-l). Ketiga, uji t-test untuk nilai pre-test dan post-test antara kelas kontrol

dan eksperimen-2 (KK - KE-2). Keempat, uji t-test untuk nilai pre-test dan

post-test antara siswa laki-Iaki dan perempuan pada kelas eksperimen. Kelima,

uji t-test antara nilai pre-test dan post-test pada masing-masing kelas itu

sendiri. Hasil uji t-test terangkum pada tabel 2 berikut.

Implementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Bum.) 71

Page 79: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Tabel2. Hasil Uji t-test

Tes Uji t-test antar group {-test in

group

KK- KK- KK- GEN KK KE

KE KEl KE2 DER

Pre-test 0,58 0,38 0,94 0,08 - -Post- 0,00 0,00 0,16 0,09 - -test

Pre-test

-Post- - - - - 0,00 0,00

test

Uji t-test dengan program SPSS versi 13.0 for Windows ini menggunakan

dua sampel independen. Maka level signifikansi yang digunakan adalah 0,05

(Nisfiannoor, 2009: 114). Dengan demikian, tabel 2 dapat diinterpretasikan

berdasarkan pedoman berikut:

(a) Jika, p-value < 0,05 maka Ho tertolak, artinya HIbeIterima, ada

perbedaan.

(b) Jika, p-value > 0,05 maka Ho berterima, artinya HI tertolak, tidak ada

perbedaan.

Simpulan yang dapat ditarik dari analisis hasil uji t-test untuk skor

test adalah secara umum tidak ada perbedaan hasil belajar siswa di kelas

pemahaman membaca pada tes yang pertama antara kelas kontrol dan

eksperimen. Artinya, sebelum perlakuan e-Learning diberikan, tingkat

kemampuan siswa dalam menjawab soal tidak berbeda secara signifikan. Akan

tetapi, berdasarkan nilai mean pada hasil pre-test dapat diketahui bahwa kelas

eksperimen-I memiliki intake tertinggi dari kedua kelas yang lain. Artinya,

kelas eksperimen-I memiliki tingkat kemampuan yang paling tinggi dari kelas

kontrol dan eksperimen-2.

72 LINGUA Vol.S No.1, Maret 55-79

Page 80: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Simpulan dari analisis basil uji t-test untuk skor post-test adalah secara

umum ada perbedaan hasil belajar siswa di kelas pemahaman membaca yang

sangat signifIkan pada tes yang kedua antara kelas kontrol dan eksperimen.

setelah perlakuan e-Learning diberikan, tingkat kemampuan siswa

dalam menjawab soal tes pemahaman membaca tidak sama. Kelas eksperimen

,mengalami peningkatan hasil belajar yang signifIkan pada tes yang kedua.

Sementara itu, siswa laki-laki juga mengalami peningkatan hasil belajar yang

lebih tinggi daripada siswa perempuan. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa implementasi e-Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di

kelas pemahaman membaca, khususnya pada siswa laki-laki. Jadi, hipotesis

pertama dan dalam penelitian ini berterima, yaitu ada perbedaan hasil belajar

siswa dalam kelas pemahaman membaca yang signifIkan antara kelas yang

menggunakan e-Learning dan kelas yang menggunakan buku teks. Akan tetapi,

hipotesis kedua tertolak. Artinya perbedaan hasil belajar siswa dalam kelas

pemahaman membaca antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelas

eksperimen kurang signifIkan.

Perbedaan Rerata Antara Kelompok (N-Gain)

Post test-Pre test

Noi7yl;llizlfd (JAIN

interpretation

1.18 2.44

Q.22 '. (),49

low mediu",

1.51 Q .. 29 ,

Low

1.98

Selain melakukan uji statistik dengan program SPSS, penulis juga

melakukan perbandingan rerata hasil belajar antara dua kelompok itu secara

manual. Hal ini dilakukan sebagai cross-check dari uji statistik yang telah

dipaparkan di atas dan sebagai data pendukung untuk memperkuat simpulan.

Implementasi e-Leaming dalarn Pengajaran Pemaharnan Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 73

Page 81: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Dengan melihat rerata per kelas antara keias kontrol dan ekperimen, diperoleh

hasil perhitungan sebagai berikut.

Tabel3. Perbandingan Rerata Kelas Kontrol dan Eksperimen

NO. RERATA KK KE-l KE-2 EG

1. Pre-test 4,73 4,98 4,75 4,86

2, Post-test 5,91 7,42 6,26 6,84

3, Peningkatan nilai 1,18 2,44 1,51 2,00

4, Prosentase 18% 29% 24% 26%

peningkatan nilai

Hasil perhitungan itu digunakan untuk mencari gain score atau disebut

Juga analisis perubahan skor (score change analysis). Dengan demikian,

berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa perubahan nilai kelas

eksperimen-l adalah sedang (medium), sedangkan kelas kontrol dan

eksperimen-2 adalah rendah (low). Terlihat jelas bahwa gain dari ketiga kelas

itu berubah, hanya kelas eksperimen-l memiliki gain yang paling besar.

Perubahan ini bukan bersifat kebetulan, tetapi akibat dari adanya perlakuan

khusus, yaitu e-Learning.

Gain yang rendah antara kelas kontrol dan eksperimen-2 terjadi karena

intake siswa sebelum diberi perlakuan di kedua kelas itu harnpir sarna. Setelah

diberi perlakuan e-Learning, gain kedua kelas juga tidak jauh berbeda. Jadi,

dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konvensional dan e-Learning

sarna-sarna berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di kelas pemaharnan

membaca. Akan tetapi, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan gain antara kelas kontrol dan eksperimen (EG). Perbedaan itu terjadi

bukan karena faktor kesempatan, melainkan disebabkan adanya pengaruh

variabel lain, yaitu e-Learning. Dengan demikian, pemberian perlakuan e-

74 LfN4lJAVol.8 No.1, Mar'\t 55-79

Page 82: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Learning pada kelas eksperimen berpengaruh terhadap perubahan hasil belajar

siswa di kelas pemahaman membaca.

4.4 Analisis Data Kualitatif ,

Analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan

, dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk

mengukur motivasi dan respon siswa terhadap implementasi e-Learning.

Kuesioner hanya diberikan pada kelas eksperimen sebanyak 81 orang siswa,

tetapi jumlah kuesioner yang dapat diisi dan dikumpulkan hanya ada 78

kuesioner. Jadi, ada tiga kuesioner yang tidak diisi dan dikumpulkan karena

siswa yang bersangkutan berhalangan hadir pada saat pembagian kuesioner.

Butir pertanyaan untuk mengukur motivasi membaca siswa dimulai dari butir

pertanyaan nomor 6 s.d. 10, sedangkan butir pertanyaan untuk mengukur

respon siswa terhadap implementasi e-Learning dimulai dari nomor 11 s.d. 19.

Sementara itu, butir pertanyaan nomor 20 digunakan sebagai salah satu acuan

rekomendasi untuk perbaikan implementasi e-Learning pada masa yang akan

datang.

4.5 Motivasi

Dari 78 responden terdapat 51 orang (65,4%) yang menyatakan suka

membaca teks bahasa Inggris dan hanya 27 orang (34,6%) yang menyatakan

tidak suka membaca teks bahasa Inggris. Terdapat 72 orang (92%) yang

menyatakan menyukai kelas pemahaman membaca dan hanya 6 orang (8%)

yang menyatakan tidak menyukai kelas pemahaman membaca. Alasan utama

mereka adalah sebagian besar karena kelas pemahaman membaca lebih

menarik, menggunakan teknologi komputer, dan dilakukan di luar kelas, yaitu

di laboratorium komputer yang suasananya lebih nyaman. Jadi, dapat

Impiementasi e-Leaming daiam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 75

Page 83: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

disimpulkan bahwa implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman

membaca mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kelas

pemahaman membaca itu sendiri.

Berdasarkan hasil analisis mengenru motivasi membaca yang telah

diuraikan di atas, dapat ditarik simpulan secara umum sebagai berikut.

Implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca dapat

meningkatkan motivasi membaca siswa dan motivasi dalam mengikuti proses

pembelajaran di kelas pemahaman membaca. Hal ini menjadi efek positif

untuk dijadikan sebagai salah satu alasan bagi keberlanjutan penggunaan e-

Learning pada kelas pemahaman membaca pada masa yang akan datang.

4.6 Respon Implementasi e-Learning

Dari 78 responden, temyata 75 orang (96,2%) menyatakan bahwa mereka

senang mengikuti kelas pemahaman membaca (Reading Comprehension) yang

diselenggarakan di laboratorium komputer dan hanya 3 orang (3,8%) yang

menyatakan tidak senang. Terdapat 74 orang (95%) dari 78 responden yang

menyatakan bahwa kelas pemahaman membaca dengan website "English

Corner" (e-Learning) itu menarik dan hanya 4 orang (5%) yang menyatakan

tidak menarik. Dari jawaban 78 responden, 72 orang (92,3%) menyatakan

bahwa video dan gambar yang ditampilkan dapat membantu mereka

memahami gambaran umum dari bacaan yang akan di baca dan 6 orang (7,7%)

menyatakan bahwa video dan gambar tidak cukup membantu mereka

memahami isi teks. Dari 78 responden, hanya ada 2 orang (2,6%) yang

menyatakan bahwa kuis online tidak menarik. Sementara itu, hampir seluruh

responden, yaitu 76 orang (97,4%) menyatakan bahwa lebih senang

mengerjakan kuis online. Ada 71 orang (91%) dari 78 responden yang

menyatakan setuju jika pengajaran pemahaman membaca untuk kelas yang

76 LlNlfUA Vol.8 No.1, Mare! 55-79

Page 84: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

akan datang dilakukan dengan e-Learning seperti yang sudah

diimplementasikan. Responden yang tidak setuju dengan keberlanjutan

implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca hanya ada 7

orang (9%).

Dari keseluruhan urruran di atas, dapat dirangkum dalam sebuah

simpulan secara umum sebagai berikut. Implementasi e-Learning dalam

pengajaran pemahaman membaca mampu meningkatkan motivasi membaca

dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pemahaman

membaca. Adanya respon postitif dari siswa terhadap implementasi e-Learning

membuktikan kebenaran dari hipotesis ketiga dalam penelitianan ini. Dengan

demikian, hipotesis ketiga dalam penelitian ini berterima, yaitu adanya respon

positif dari pemelajar terhadap implementasi e-Learning dalam pengajaran

pemahaman membaca.

5. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, simpulan permasalahan

yang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa di kelas

pemahaman membaca.

2. Hasil uji t-test berdasarkan gender menujukkan bahwa perbedaan hasil

belajar antara siswa laki-laki dan perempuan kurang signifikan.

3. Implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca

mendapat respon positif dari siswa.

Impiementasi e-Learning dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 77

Page 85: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Daftar Pustaka

Anderson, Anne dan Tony Lynch. (1988). Listening. Oxford: Oxford

University Press.

Aqib, Zaenal. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama

Widya.

Beatty, Ken. (2003). Teaching and Researching Computer-assisted Language

Learning. London: Longman.

Cook, Guy. (1993). Discourse. Oxford: Oxford University Press.

Hake, Richard R. (1999). Analyzing ChangeiGainScores.

http://www. AnalyzingChange-Gain.pdf.

Harmer, Jeremy. (2001). The Practice of English Language Teaching. London:

Longman.

Harmer, Jeremy. (2007). How to Teach English. Cina: Pearson Longman.

Hasbullah. (2008). Perancangan dan lmplementasi Model Pembelajaran

e-Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di JPTE

FPTKUP 1 Online.

http://www.puslitjaknov.org/datalfileI2008/makalah poster session pd

flHasbullah Perancangan%20dan%20Implementasi%20Model%20Pem

belajaran.pdf diakses 10 Januari 2009.

Hedge, Tricia. (2000). Teaching and Learning in the Language Classroom.

Oxford: Oxford University Press.

Hornby, A.S. (1974). Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current

English. Oxford: Oxford University Press.

Ismail, Mohd. Arif. Hj. & Rosnaini Mahmud. (2008). Teknik Video dalam

Pendidikan: Penerapan dan Pemupukan Nilai Melalui Bahan Sumber

78 LINGUA Vo1.8 No.1, 55--79

Page 86: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)

Video. Dalam Isjoni & Mohd. Arif. Hj. Ismail (Ed.). Pembelajaran

Virtual Perpaduan Indonesia-Malaysia. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.

Long, Michael H. dan Jack C. Richards. (1987). Methodology in TESOL.

USA: Heinle & Heinle Publishers. , Nisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Emu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Oxford, Rebbeca L. (1990). Language Learning Strategies. Boston: Heinle &

Heinle Publishers.

Richard-Amato, Patricia A. (2003). Making It Happen From Interactive to

Participatory Language Teaching: Theory and Practice. USA:

Longman.

Scorepak: Item Analysis. (2009, May 6). http://www.washington.edu/oea/pdfs/

resources/item_analysis.pdf.

Shadily, Hassan & John M. Echols. (1975). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Soekartawi. (2007). Merancang dan Menyelenggarakan e-Learning.

Y ogyakarta: Ardana Media dan Rumah Produksi Informatika.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryoputro, Gunawan. (2006). The Effect of Teaching Cohesion and Webbing

on Comprehension. Disertasi. Jakarta: Universitas Atma Jaya.

Swales, John M. (1990). Genre Analysis. Cambridge: Cambridge University

Press.

Taylor, Barbara & Larry A. Harris, et.a!. (1995). Reading Difficulties:

Instruction and Assessment. USA: McGraw-Hill, Inc.

Wahono, Romi Satria. (2008). Meluruskan Salah Kaprah Tentang

e-Learning. Online. http://www.romisatriawahono.net diakses 10 Januari

2009.

Implementasi e-Leaming dalam Pengajaran Pemahaman Bahasa (Setyowati, S.Pd., M. Hum.) 79

Page 87: LINGUA STBA LIA (Vol. 8, No. 1, 2009)