MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4
-
Upload
agnes-yodo -
Category
Education
-
view
224 -
download
0
Transcript of MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dalam memperoleh hasil penelitian tentang hedonisme di lingkungan
Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan, telah
dilakukan penelitian dalam upaya menemukan atau menelusuri substansi dari
permasalahan yang terkait dengan strategi komunikasi organisasi. Adapun hasil
penelitian merupakan data yang diolah berdasarkan teknik analisis data.
Sedangkan cara penulis memperoleh data didasarkan pada instrumen penelitian
seperti pengisian angket/kuesioner oleh individu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing
Persahabatan Internasional Asia Medan yang dianggap layak memberi informasi
terkait dengan judul penelitian.
Adapun pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai pandangan individu yang
ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia
Medan terhadap materi pendukung hedonisme, faktor-faktor pendorong
hedonisme dan ideologi hedonisme itu sendiri. Selanjutnya dari data yang
diperoleh tentang strategi komunikasi organisasi pada obyek penelitian tersebut,
secara otomatis menjadi muatan pembahasan dalam penulisan skripsi ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang
terkait langsung dengan pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah
Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap hedonisme.
Sesuai dengan tingkat kebutuhan pembahasan terhadap data yang penulis peroleh
dari hasil penelitian, maka penulis akan memilih hasil pengisian kuesioner
penelitian oleh individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing
Persahabatan Internasional Asia Medan. Ini dimaksudkan agar pembahasan tidak
dilakukan berulang-ulang dan dapat mengetahui secara jelas berapa proporsi suatu
kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu pernyataan yang
diajukan.
Angket/kuesioner disebarkan terhadap 20 responden. Tabel di bawah ini
memperlihatkan komposisi mereka berdasarkan tingkatan klasifikasi individu di
16
Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan pada T.A.
2014 (tabel 4.1).
Tabel 4.1Sebaran Populasi dan Responden Berdasarkan Tingkatan Klasifikasi
No. Tingkatan Klasifikasi Jumlah Populasi Jumlah Responden
1. Staf dan Fungsionaris 14 2
2. Dosen S1 Sastra Cina dan
Sastra Inggris
48 6
3. Mahasiswa S1 Sastra Cina 818 10
4. Mahasiswa S1 Sastra Inggris 157 2
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar populasi berasal dari mahasiswa/i
jurusan Sastra Cina karena jurusan/program studi tersebut terdiri dari kelas A, B,
dan C sebanyak 818 orang mahasiswa, dan diikuti jurusan Sastra Inggris 157
orang, dosen S1 Sastra Cina dan Sastra Inggris 48 orang, staf dan fungsionaris 14
orang.
1. Materi, hal dan kegiatan yang mendukung hedonisme
Tabel 4.2Jawaban Responden Mengenai Frekuensi Kunjungan ke
Pusat Perbelanjaan dan Cafe
No. Pernyataan > 3 kali /
minggu
2-3 kali /
minggu
2-3
kali /
bulan
6-10
kali /
tahun
< 6
kali /
tahun
Jumlah
1. Frekuensi
shopping.
0 2 11 6 1 20
% 0 10 55 30 5 100
2. Kunjungan
ke café.
3 8 6 3 0 20
% 15 40 30 15 0 100
17
Orang 3 10 17 9 1 40
% 7,5 25 42,5 22,5 2,5 100
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai
frekuensi kunjungan ke pusat perbelanjaan dan cafe, seperti terlihat pada tabel 4.2
di atas, dapat diuraikan bahwa 55% responden melakukan kegiatan shopping
sebanyak 2 sampai 3 kali per bulan dan 0% responden melakukan kegiatan
shopping lebih dari 3 kali per minggu. Sedangkan 42,5 % responden mengunjungi
cafe sebanyak 2 sampai 3 kali per bulan dan 2,5% responden mengunjungi cafe
kurang dari 6 kali per tahun.
Tabel 4.3Jawaban Responden Mengenai Alasan Pemilihan Barang Branded dan
Penerimaan Uang Ilegal
No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah
3. Individu cenderung memilih
barang branded karena gengsi.
5 8 4 3 0 20
% 25 40 20 15 0 100
4. Individu cenderung memilih
barang branded karena alasan
kualitas.
7 7 4 2 0 20
% 35 35 20 10 0 100
5. Individu cenderung memilih
barang branded karena design
yang menarik.
4 6 8 2 0 20
% 20 30 40 10 0 100
6. Individu cenderung memilih
barang branded karena
kebutuhan investasi.
2 6 8 3 1 20
% 10 30 40 15 5 100
7. Individu cenderung memilih
barang branded karena ingin
7 4 5 2 2 20
18
memiliki hubungan pertemanan
dengan orang yang berasal dari
kelas sosial yang lebih tinggi.
% 35 20 25 10 10 100
8. Uang Anda tidak mencukupi
untuk membeli barang tersebut
dan pada saat itu anda
ditawarkan uang illegal untuk
membeli barang tersebut dan
Anda setuju untuk
menerimanya.
0 0 5 6 9 20
% 0 0 25 30 45 100
Orang 25 31 34 18 12 120
% 20,
8
25,8 28,3 15 10 100
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai
frekuensi kunjungan ke pusat perbelanjaan dan cafe, seperti terlihat pada tabel 4.3
di atas, dapat diuraikan bahwa 40% responden setuju bahwa individu cenderung
memilih barang branded karena gengsi, 70% responden setuju dan sangat setuju
bahwa individu cenderung memilih barang branded karena alasan kualitas, 50%
responden setuju dan sangat setuju bahwa individu cenderung memilih barang
branded karena design yang menarik, 40% responden kurang setuju bahwa
individu cenderung memilih barang branded karena kebutuhan investasi, 55%
responden setuju dan sangat setuju bahwa individu cenderung memilih barang
branded karena ingin memiliki hubungan pertemanan dengan orang yang berasal
dari kelas sosial yang lebih tinggi, serta 75% responden tidak setuju dan sangat
tidak setuju untuk menerima uang ilegal jika ingin membeli barang yang sangat
diinginkan.
19
Tabel 4.4Jawaban Responden Mengenai Jumlah Gadget yang Dimiliki
No. Pernyataan Lebih
dari 3
3 2 1 Tidak
Ada
Jumlah
9. Banyaknya
jumlah gadget
yang dimiliki.
3 6 9 2 0 20
% 15 30 45 10 0 100
Orang 3 6 9 2 0 20
% 15 30 45 10 0 100
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai
jumlah gadget yang dimiliki seperti terlihat pada tabel 4.4 di atas, dapat diuraikan
bahwa 15% responden memiliki lebih dari 3(tiga) buah gadget, 30% responden
memiliki 3(tiga) buah gadget, 45% responden memiliki 2(dua) buah gadget, 10%
responden memiliki 1 (satu) buah gadget, dan 0% responden tidak memiliki
gadget.
Tabel 4.5Jawaban Responden Mengenai Kegunaan Gadget, Alasan Pemilihan Gadget,
dan Barang Asli
No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah
10. Gadget sangat penting bagi
kehidupan manusia dan
fitur-fitur yang ada dalam
gadget dapat digunakan
secara efektif, membantu
meringankan pekerjaan.
5 6 5 4 0 20
% 25 30 25 20 0 100
11. Design yang menarik
menjadi prioritas individu
dalam membeli gadget baru.
4 9 4 3 0 20
20
% 20 45 20 15 0 100
12. Tren menjadi prioritas
individu dalam membeli
gadget baru.
5 9 4 2 0 20
% 25 45 20 1 0 100
13. Fitur gadget yang sesuai
kebutuhan menjadi prioritas
individu dalam membeli
gadget baru.
4 8 5 3 0 20
% 20 40 25 15 0 100
14. Harga gadget menjadi
prioritas individu dalam
membeli gadget baru.
4 8 5 3 0 20
% 20 40 25 15 0 100
15. Kualitas gadget menjadi
prioritas individu dalam
membeli gadget baru.
7 6 4 3 0 20
% 35 30 20 15 0 100
16. Barang asli selalu lebih baik
daripada barang imitasi.
3 4 8 4 1 20
% 15 20 40 20 5 100
Orang 32 52 35 20 1 140
% 22,8 37,1 25 14,3 0,7 100
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai
kegunaan gadget, alasan pemilihan gadget, dan barang asli, seperti terlihat pada
tabel 4.5 di atas, dapat diuraikan bahwa 55% responden setuju dan sangat setuju
bahwa gadget sangat penting bagi kehidupan manusia, 65% responden setuju dan
sangat setuju bahwa design yang menarik menjadi prioritas individu dalam
membeli gadget baru, 70% responden setuju dan sangat setuju bahwa tren
menjadi prioritas individu dalam membeli gadget baru, 15% responden tidak
setuju bahwa fitur gadget yang sesuai kebutuhan menjadi prioritas individu dalam
21
membeli gadget baru, 60% responden setuju dan sangat setuju bahwa harga
gadget menjadi prioritas individu dalam membeli gadget baru, 65% responden
setuju dan sangat setuju bahwa kualitas gadget menjadi prioritas individu dalam
membeli gadget baru, serta 25% responden tidak setuju dan sangat tidak setuju
bahwa barang asli selalu lebih baik daripada barang imitasi.
2. Paham/ Ideologi Hedonisme
Tabel 4.6Jawaban Responden Mengenai Paham/Ideologi Hedonisme
No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah
17. Individu yang suka
mengikuti tren merupakan
penganut paham hedonisme.
4 5 7 3 1 20
% 20 25 35 15 5 100
18. Seseorang akan dihantui
oleh rasa minder jika tidak
mengikuti tren.
5 3 6 4 2 20
% 25 15 30 20 10 100
19. Penyuluhan tentang
hedonisme wajib dilakukan
oleh pemerintah Indonesia.
4 9 4 3 0 20
% 20 45 20 15 0 100
20. Paham hedonisme
merupakan malapetaka bagi
kehidupan manusia.
6 9 3 2 0 20
% 30 45 15 10 0 100
21. Gaya hidup yang hedonis
mencerminkan kesuksesan
karier suatu individu atau
kelompok.
10 6 4 0 0 20
% 50 30 20 0 0 100
22
22. Paham hedonisme
membawa dampak negatif
bagi masyarakat Indonesia
(khususnya remaja).
7 9 4 0 0 20
% 35 25 20 20 0 100
Orang 36 41 28 12 3 120
% 30 34,1 23,3 10 2,5 100
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai
paham/ideologi hedonisme, seperti terlihat pada tabel 4.6 di atas, dapat diuraikan
bahwa 25% responden setuju bahwa individu yang suka mengikuti tren
merupakan penganut paham hedonisme, 40% responden setuju dan sangat setuju
bahwa seseorang akan dihantui oleh rasa minder jika tidak mengikuti tren, 65%
responden setuju dan sangat setuju bahwa penyuluhan tentang hedonisme wajib
dilakukan oleh pemerintah Indonesia, 10% responden tidak setuju bahwa paham
hedonisme merupakan malapetaka bagi kehidupan manusia, 80% responden
setuju dan sangat setuju bahwa gaya hidup yang hedonis mencerminkan
kesuksesan karier suatu individu atau kelompok, serta 40% responden kurang
setuju dan tidak setuju bahwa paham hedonisme membawa dampak negatif bagi
masyarakat Indonesia (khususnya remaja).
Tabel 4.7Jawaban Responden Mengenai Faktor Pendorong Hedonisme
No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah
23. Mudahnya proses apply
kartu kredit mendorong
perkembangan
hedonisme.
3 8 5 2 2 20
% 15 40 25 10 10 100
24. Peraturan di lingkungan
pendidikan formal
secara tidak langsung
3 5 9 3 0 20
23
turut berkontribusi
dalam menghambat
berkembangnya paham
hedonisme.
% 15 25 45 15 0 100
25. Hedonisme merupakan
akar dari tindakan
kriminal yang marak
terjadi.
4 9 4 3 0 20
% 20 45 20 15 0 100
26. Dikelilingi oleh orang-
orang yang menganut
paham hedonisme
menyebabkan individu
tersebut ikut menganut
paham hedonisme di
masa depan.
7 5 4 4 0 20
% 35 25 20 20 0 100
Orang 17 27 22 12 2 80
% 21,25 33,75 27,5 15 2,5 100
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai faktor
pendorong hedonisme, seperti terlihat pada tabel 4.7 di atas, dapat diuraikan
bahwa 55% responden setuju dan sangat setuju bahwa semakin mudahnya proses
apply kartu kredit mendorong perkembangan hedonisme, 65% responden setuju
dan sangat setuju bahwa peraturan yang dibuat dan harus ditaati di lingkungan
pendidikan formal secara tidak langsung turut berkontribusi dalam menghambat
berkembangnya paham hedonisme, 65% responden setuju dan sangat setuju
bahwa hedonisme merupakan akar dari tindakan kriminal yang marak terjadi,
serta 40% responden kurang setuju dan tidak setuju bahwa individu yang
dikelilingi oleh orang-orang yang menganut paham hedonism menyebabkan
individu tersebut ikut menganut paham hedonisme di masa depan.
24
B. Pembahasan Penelitian
Dari tabel 4.3, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden,
jumlah individu di lingkungan Sekolah Tinggi Persahabatan Internasional Asia
Medan berpendapat bahwa individu cenderung memilih barang branded karena
gengsi, alasan kualitas dan ingin hubungan pertemanan dengan orang yang berasal
dari kelas sosial yang lebih tinggi sebanyak lebih dari 10 orang responden
(>50%). Sedangkan yang berpendapat bahwa individu cenderung memilih barang
branded karena gengsi, alasan investasi dan design yang menarik sebanyak
masing-masing 8 responden (40%) dan 10 responden (50%). Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat belum sepenuhnya memiliki pandangan positif mengenai
kepemilikan barang branded yang selalu menjurus ke arah hedonisme. Sewaktu
kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham hedonisme
mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi
kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan
dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman
positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih
mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.
(Burhanuddin Salam 1997:81) 1.
Dari tabel 4.4 , hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden,
jumlah individu di lingkungan Sekolah Tinggi Persahabatan Internasional Asia
Medan yang memiliki gadget sebanyak 20 orang responden (100%). Berdasarkan
keseluruhan hasil analisis statistik, maka dapat dikatakan bahwa secara umum
motivasi kepemilikan gadget didasarkan pada berbagai faktor, seperti efektifitas,
design, tren, fitur, harga dan kualitas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Cicerno dalam Bertrand Russell (2004: 372), bahwa ciri-ciri
hedonisme adalah mengejar modernitas fisik, karena orang tersebut berpandangan
bahwa memiliki barang- barang berteknologi tinggi adalah kebanggaan 2.
1 Burhanuddin Salam, loc. cit.
2 Bertrand Russel, loc. cit.
25
Dari tabel 4.5, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden, lebih
dari 50% responden berpendapat bahwa individu cenderung membeli gadget baru
berdasarkan design, tren, fitur yang membantu meringankan pekerjaan manusia,
harga dan kualitas. Pada masa sekarang, gadget sudah menjadi barang yang wajib
dimiliki oleh manusia di zaman sekarang seperti halnya senjata di masa lampau
dan kepemilikan gadget yang berdasarkan pada tren telah menuntut setiap orang
untuk berganti gadget serta digolongkan sebagai kegiatan yang berasaskan paham
hedonisme. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Poespoprodjo bahwa, “Hedonisme merupakan salah satu teori etika yang paling
tua, paling sederhana, paling kebenda-bendaan, dan dari abad ke abad selalu kita
temukan” (1999:60) 3.
Sedangkan tren merupakan kata kunci yang sangat berpengaruh terhadap
hedonisme, sesuai dengan hasil survei dalam tabel 4.6. Tidak bisa dipungkiri
bahwa kecenderungan mengikuti tren mutakhir dalam kehidupan sehari-hari
ternyata menimbulkan kepuasan sendiri bagi yang melakukannya. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cicerno dalam Russell (2004:
372) bahwa hedonisme mendorong timbulnya relativitas kenikmatan di atas rata-
rata yang tinggi. Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah
masuk ke tataran kenikmatan atau dapat disebut enak, namun baginya itu tidak
enak. Hedonisme juga membuat individu tersebut berusaha memenuhi banyak
keinginan- keinginan spontan yang muncul. Dalam penjabaran benteng penahan
kesenangan yang sangat sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu
harus segera dipenuhi 4.
Lebih dari 70% responden berpendapat bahwa hedonisme merupakan
malapetaka dan membawa dampak negatif bagi masyarakat. Tidak bisa
dipungkiri, bahwa paham hedonisme mengandung segmen negatif di antara
pemikiran masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
Jeremy Bentham dalam Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli
(2012:299) bahwa sewaktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan
Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru
3 Poespoprodjo, loc. cit., Filsafat Moral. (Yogyakarta : Pustaka Grafika), hal. 604 Bertrand Russel, op. cit., hal. 372
26
hedonisme5. Sehingga 65% responden setuju bahwa peyuluhan tentang hedonisme
wajib dilakukan oleh pemerintah Indonesia, karena sebenarnya hedonisme sebagai
suatu sikap introspektif hidup berdasarkan mengambil kesenangan diri sendiri dan
kenikmatan orang lain, tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain (Onfray dalam
Caspar Melville, 2007:1) 6.
Hedonisme sebagai suatu paham yang sangat cepat berkembang ternyata
mendorong dan menjadi faktor penyebab terjadinya berbagai peristiwa dalam
masyarakat. Memang harus diakui, bahwa banyak tindakan manusia terdorong
oleh cenderung untuk mencapai kepuasan. Bahkan ada ahli psikologi yang
berpendapat bahwa semua tindakan itu berdasarkan atas cenderung yang tak
terdasari, ialah cenderung untuk mencapai kepuasan semata, yang disebutnya
libido seksual (Sigmun Freud), atau cenderung untuk mencapai kepuasan dalam
kekuasaan (adler). Walaupun teori ini sekarang tidak diterima oleh psikologi lain,
akan tetapi tetaplah benar, bahwa cenderung mencari kepuasan itu masih
merupakan suatu (bukan satu-satunya) faktor yang mendorong manusia untuk
bertindak (Poedjawiyatna 1990:44) 7.
Sesuai pendapat di atas, dapat diketahui dari tabel 4.7 bahwa karena
terdorong oleh kepuasan untuk mencapai sesuatu, membuat sekelompok individu
rela menempuh cara apapun (termasuk melakukan tindakan kriminal) untuk
mencapai tujuannya. Sebanyak 55% responden setuju bahwa semakin mudahnya
proses apply kartu kredit mendorong perkembangan hedonisme. Mudahnya proses
pembuatan kartu kredit, membuat sekelompok individu tidak melakukan
perhitungan dalam membeli barang karena pembayaran dilakukan setelah jangka
waktu tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aristoteles (Kenyowati,
2004:8) bahwa tercapainya kebahagiaan mesti menjadi tujuan kehidupan manusia
dan bahwa oleh karena itu manusia hendaknya hidup dengan suatu cara yang
mendekatkannya pada kebahagiaan tersebut. Cara tersebut ialah menggunakan
kartu kredit tanpa berpikir panjang ketika berbelanja. Etika yang membuat
pencaharian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasar disebut eudemonisme
(dari kata Yunani, ‘eudaimonia’, yaitu kebahagiaan). Pertimbangan yang
5 Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli , loc. cit., hal. 2996 Caspar Melville, loc. cit., “Atheism à la mode”, https://newhumanist.org.uk/1421, 20077 Poedjawiyatna, loc. cit., hal. 44
27
mendasari etika kebahagiaan itu mudah dimengerti: kebahagiaan adalah tujuan
pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengatasinya. Orang yang sudah bahagia,
tidak memerlukan apa-apa lagi. Tampaknya masuk akal kalau kehidupan
diarahkan pada usaha untuk mencapai kebahagiaan. Berbeda seperti yang
dimaksud oleh Aristoteles, bapak peletak dasar filsafat etika. Baginya,
eudaimonia merupakan suatu keadaan obyektif. ‘Eudaimonia’ berarti mempunyai
jiwa (‘daimon’) dalam keadaan baik 8.
Berdasarkan pendapat di atas, tekanan utama paham hedonisme dan faktor-
faktor pendorong berkembangnya paham hedonisme menuntut setiap individu
untuk dapat lebih menelaah setiap aspek hedonisme dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan hedonisme pada dasarnya adalah menciptakan kebahagiaan, sehingga
perlu diperhatikan metode yang ditempuh dalam mencapai kebahagiaan tersebut.
8 Aristoteles, loc. cit.