Lingkungan Etika Dan Akuntansi
-
Upload
sophia-ririn-kali -
Category
Documents
-
view
298 -
download
1
Transcript of Lingkungan Etika Dan Akuntansi
Sophia Ririn Kali LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSIA 32112045
1. Ekspektasi Masyarakat Terhadap Bisnis dan Akuntansi
Richard De George menyatakan bahwa jika perusahaan ingin mencatat sukses dalam
bisnis, mereka membutuhkan tiga hal pokok : produk yang baik, manajemen yang mulus dan
etika. Penilaian keberhasilan kini tidak hanya sekedar apa yang telah dicapai perusahaan tapi
juga menyangkut bagaimana keberhasilan itu dapat dicapai secara etis. Berikut ini beberapa
faktor yang menyebabkan perubahan ekspektasi publik terhadap perilaku bisnis: Urusan
Lingkungan, Sensitivitas moral, Penilaian buruk dan aktivis, Ekonomi dan tekanan
persaingan, Skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas,
Kegagalan kepemimpinan dan penilaian resiko, Peningkatan keinginan transparansi, serta
Sinergi semua faktor dan penguatan institusional.
2. Belajar dari Masa Lalu Profesi Akuntansi: Kasus Enron – AA
Kasus KAP Andersen dan Enron terungkap saat Enron memecat 5000 pegawai dan
mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Hal ini terjadi
karena KAP Andersen memanipulasi laporan keuangan Enron yang menyatakan bahwa pada
periode pelaporan keuangan triwulan ketiga, laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang
disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh
Enron dan hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar.
Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron.
3. Belajar dari Masa Lalu Profesi Akuntansi: Worldcom
Bursa saham utama di dunia anjlok tajam pada Juni 2002, menyusul terbongkarnya
skandal akuntansi di WorldCom yang dengan sengaja memalsukan data keuangan karena
nilai pasar saham perusahaan Worldcom yang turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari
2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Manajemen WorldCom menyatakan
akan membukukan kerugian pada 2001 dan kuartal 2002, karena ada kesalahan pelaporan
akuntansi atas pengeluaran perusahaan sebesar US$ 3,9 miliar. Pengeluaran yang
dilakukan tersebut berasal dari tranfer dana sebesar US$ 3,055 miliar pada 2000 dan US$
797 juta pada kuartal I 2002. Namun oleh auditor yang ditunjuk WorldCom justru dibukukan
sebagai pendapatan. Dalam pembukuannya Worldcom mengumumkan laba sebesar US$ 3.9
milyar antara Januari 2001 sampai Maret 2002. Akibat skandal itu, harga saham
WorldCom ambruk dari ketinggian US$60 per lembar saham tahun 1999 menjadi hanya
sekitar 83 sen akhir Juni 2002, dan sekarang hanya berkisar l0 sen.
Sophia Ririn Kali LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSIA 32112045
LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI
EKSPEKTASI MASYARAKAT
TERHADAP BISNIS DAN AKUNTANSI
BELAJAR DARI MASA LALU
PROFESI AKUNTANSI
Tiga Hal Pokok Sukses Dalam
Bisnis
Faktor Yang Menyebabkan Perubahan
Ekspektasi Publik Terhadap Perilaku Bisnis
Kasus Enron – AA
KasusWorldcom
Produk Yang Baik Manajemen Yang
Mulus Etika
Urusan Lingkungan Sensitivitas moral Penilaian buruk dan aktivis Ekonomi dan tekanan
persaingan Skandal keuangan:
kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas
Kegagalan kepemimpinan dan penilaian resiko
Peningkatan keinginan transparansi
Sinergi semua faktor dan penguatan institusional.
Memanipulasi Laporan
Keuangan
Sophia Ririn Kali LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSIA 32112045
PERTANYAAN
1. Berdasarkan kasus Enron – AA dan Worldsom, menurut anda bagaimana perkembangan
lingkungan mempengaruhi kemampuan etis akuntan profesional? dan bagaimana KAP
mengembalikan kepercayaan publik terhadap kualitasnya?
KASUS
Kasus sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Pada April 2001, Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang
pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan
audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya
mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan
kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI
& R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. Teten
menyatakan kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu. Karena itu, ICW
memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya
tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan
dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Mereka mencurigai kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Hal ini merugikan masyarakat.
ICW mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya
mencabut izin kantor akuntan publik tersebut. ICW juga sudah melaporkan tindakan dari
kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode
etik profesi akuntan.