Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

30
PENDIDIKAN ETIKA DALAM BIDANG AKUNTANSI MOTIVASI ETIKA DAN PERILAKU ETIKA Oleh : - Andri Abdul Latip (C10090050) - Putri Nurfidina (C11149014) - Riansa Septian (C11139001) - Winda Dilfia (C11139003) - Yunita Anggraeni Sujoko (C11139004)

description

Etika Bisnis

Transcript of Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Page 1: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

PENDIDIKAN ETIKA DALAM BIDANG AKUNTANSI

MOTIVASI ETIKA DAN PERILAKU ETIKA

Oleh :

- Andri Abdul Latip (C10090050)

- Putri Nurfidina (C11149014)

- Riansa Septian (C11139001)

- Winda Dilfia (C11139003)

- Yunita Anggraeni Sujoko (C11139004)

Page 2: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

LATAR BELAKANG Terjadinya skandal akuntansi di Internasional

(Kasus Enron) Terjadinya skandal akuntansi di Indonesia

(kasus –kasus manipulasi laba) Semakin memberikan kesadaran tentang

pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan SDM yang berkualifikasi dan bermoral

Model Pengambilan keputusan Etis milik Thorne tahun 1998 digunakan sebagai alat untuk membahas tentang pendidikan etika dalam akuntansi

Page 3: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

IDENTIFIKASI MASALAH Banyaknya pelanggaran akuntansi yang

terjadi di masa lalu menjadi bukti kuat untuk menunjukkan bahwa “sesuatu yang lebih” diperlukan dalam segi etika akuntansi

Peran Pendidikan Etika di bidang Akuntansi Hubungan antara Model milik Thorne

dengan pendidikan etika akuntansi Cara yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan motivasi moral dalam pendidik dan siswa Akuntansi.

Page 4: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

TUJUAN DAN MAKSUD MAKALAH

TUJUAN MAKSUD

Memanfaatkan Thorne (1998) “Integrasi Model Pengambilan Keputusan Etis” untuk mengkategorikan telah adanya literatur dalam pendidikan etika akuntansi

Menarik dua elemen penting untuk mewujudkan salah satu komponen model Thorne, yaitu etika motivasi

Membahas kekuatan dan kelemahan dari berbagai pendekatan untuk mengajar etika dalam akuntansi sebagai bantuan pengajar akuntansi yang ingin lebih mengintegrasikan etika dalam program akuntansi

Page 5: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

PENGERTIAN ETIKA Dalam bahasa latin : ethica, yang berarti falsafah moral. Berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti adat

istiadat. (Keraf, 1998) Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang

menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukan dipandang sebagai perbuatan terpuji oleh masyarakat dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. (Munawir, 1997)

Adat kebiasaan sistem nilai pedoman (Baik/Buruk)

Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan kepada perilaku moral.

Page 6: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

PENGERTIAN MORAL

Moral :

sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991)

Moral dalam KBBI yaitu:

1. Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban ; atau

2. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan berdisiplin.

Berasal dari kata Latin Mos yang berarti adat istiadat/kebiasaan.

Page 7: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

BERDASARKAN PENGERTIANNYA.

ETIKA-MORAL

Sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan (proses dimana unsur norma menjadi bagian penting dan dasar dari

suatu lembaga -  Soejono Soekanto) dalam sebuah adat kebiasaan.

Adat kebiasaan ini terwujud dalam pola perilaku yang terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah kebiasaan

Page 8: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

MODEL THORNE [PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS]

TEORI REST’STEORI ETIKA MORALITAS

Empat komponen Model Perilaku Etika :

Ciri dari pengambilan keputusan INTINYA memiliki kebajikan.

Kebajikan meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan bertindak sesuai dengan penilaian etis orang tersebut.

Model Thorne = Teori Rest’s + Teori Etika Moralitas

Sensitivitas

Moral Penilaian Moral Motivasi

Moral Karakter

Moral

Page 9: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

MODEL THORNE berisi tentang :

1. PERKEMBANGAN MORAL 2. KEBAJIKAN

Mengenali masalah moral melalui cara pandang atau pemikiran seseorang.

Adanya Motivasi Etika (berniat untuk melakukan tindakan secara moral) dan munculnya Karakter Etika (membawa niat agar terlakasana).AKTIVITAS KOGNITIF

YANG TEPAT

PENILAIAN ETIKA

KEBAJIKAN MORAL

KEBAJIKAN INSTRUMENTA

L

Page 10: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Analisis Thorn

Pembuatan Keputusan Etis yang dilakukan Auditor merupakan kerangka kerja yang terintegrasi (Thorn, 1998).

Dengan demikian dia dapat mengidentifikasi bagian mana dari model peneliti belum diuji. Pendekatan penelitiannya adalah: Mengkategorikan pendidikan etika dalam akuntansi Mengidentifikasi bagian-bagian dari kerangka yang

kurang diperiksa dengan baik Mendukung penggunaan nasihat dan teladan moral

untuk meningkatkan motivasi moral dalam mahasiswa akuntansi

Page 11: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

1. PERKEMBANGAN MORAL

A. SENSITIVITAS (Kepekaan) Hasil penelitian Fulmer dan Cargile (1987)

Mahasiswa yang belajar AICPA seharusnya memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai isu-isu etika yang terjadi. Tapi dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perbandingan tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa akuntansi yang belajar AICPA dengan mahasiswa bisnis lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa : paparan / pembelajaran memang diperlukan, tapi belum cukup untuk mengubah perilaku etis siswa.

PERKEMBANGAN MORAL = SENSITIVITAS + PEMIKIRAN PRESPEKTIF

Page 12: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Hasil penelitian Amstrong (1993)

Amstrong menemukan bahwa akan efektif jika pembelajaran etika dilakukan dengan metode studi kasus, sehingga siswa menentukan sendiri titik masalah etika dan memperkuat pertimbangan etika yang baik. Setelah dilakukan studi kasus, sebaiknya dilanjutkan dengan materi etika dan profesionalisme seperti yang diajarkan dalam fakultas Akuntansi.

B. PEMIKIRAN PRESPEKTIF

Pemikiran ini mengarah kepada penilaian etika yang merupakan komponen dari berpikir-kritis.

ETIKA

ETIKA DESKRIPTIFBagaimana pada praktiknya orang membuat keputusan moral

ETIKA NORMATIF (apa yang harus dilakukan), meliputi teori –teori :• Egoisme (mementingkan diri sendiri)• Utilitarianisme (membenarkan segala cara)• Deontologi (cara yg benar u/ melakukan sesuatu)

Page 13: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Bahaya dari pembelajaran Etika Normatif tanpa bimbingan yang baikSiswa dapat dibiarkan dengan kesan bahwa mereka sama-

sama tepat atau moral yang menurut mereka benar akan selalu benar.

Jika pengajar tetap mengajarkan teori-teori ini untuk siswa, pengajar harus menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing teori.

Misalnya, beberapa pihak berpendapat bahwa egoisme bukanlah suatu konsep moral karena egoisme menolak sebuah premis (alasan) bahwa “sebagian besar menganggap penting semua konsep moral”, bahwa perilaku rela berkorban (bila diperlukan) diperlukan. Utilitarianisme, bertujuan untuk memberikan konsep tentang ‘melakukan yang paling baik’ untuk jumlah terbesar tidak memiliki cara untuk melindungi kepentingan minoritas.

Page 14: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

KONTROVERSI AICPA Beberapa penulis telah menganjurkan pengajaran bimbingan profesional seperti AICPA (2002) Kode Perilaku Profesional dan AICPA (2000) Laporan dari Standar Pelayanan Pajak. Bahaya yang timbul adalah instruktur dapat mengajar materi ini sebagai tujuan instruktur itu sendiri, bukan sebagai sarana untuk memahami tanggung jawab profesional.

Untuk fokus pada aturannya menjadikan munculnya pemahaman yang kaku mengenai tanggung jawab profesional. Para profesional yang memahami prinsip-prinsip etika, seperti independensi, tanpa menghargai kebutuhan untuk memahami aturan tentang independensi dengan baik, dapat menyebabkan pelanggaran meluas, bahkan dengan asumsi individu yang berniat baik.

TEORI ETIKA MORALITASPara peneliti banyak menganjurkan penggunaan Teori Etika Moralitas dalam pendidikan etika akuntansi. Misalnya, Dobson dan Armstrong (1995) dan Mintz (1995) .

Page 15: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

2. KEBAJIKAN

A. ETIKA MOTIVASI (Niat) Pincoffs (1986)

Mendefinisikan kebajikan moral sebagai sesuatu yang memiliki karakter positif, menggambarkan perhatian langsung individu untuk kepentingan orang lain meskipun memiliki risiko tersendiri (Thorne, 1998, hal. 298).

Rest’s (1986)

Motivasi Etika adalah tingkat komitmen untuk mengambil kelas moral tindakan, menempatkan nilai-nilai moral di atas nilai nilai lain, dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk hasil moral (Thorne, 1998, p.298).

ETIKA MOTIVASI

ETIKA KARAKTER

Page 16: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Thorne (. 1998, p 298) “Pandangan terintegrasi menunjukkan bahwa motivasi etis individu adalah refleksi pada kebajikan moral, sehingga menunjukkan bahwa individu yang bermoral lebih termotivasi dalam niat mereka untuk bertindak secara etis daripada individu yang kurang memiliki kebajikan moral.”

Gough (1998, hal. 142)

Pemikiran Tindakan Kebiasaan Karakter NasibGough membedakan antara karakter (ethical-self seseorang) dan kepribadian (psychological-self seseorang). Gough mendorong pembacanya dan murid-muridnya untuk berlatih perilaku yang baik. Karena kebajikan adalah kebiasaan yang baik, dan harus dilakukan secara berulang melakukan tindakan yang baik sehingga menghasilkan kemajuan dalam karakter moral pada diri seseorang.

Page 17: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Dobson dan Armstrong (. 1995, p 199) Contoh lain adalah melalui teguran.Siswa mengamati apa yang pengajar mereka lakukan dan bagaimana mereka bertingkah laku diri. Jika siswa merasa bahwa guru mereka peduli tentang orang lain, hidup jujur dan terus terang, mereka akan memahami pelajaran untuk hidup dengan cara yang sama.Jika siswa melihat pengajar berhasil dengan buruk, dengan tidak menepati janji, memperlakukan orang lain (termasuk mahasiswa) dengan tidak sungguh-sungguh mengajar mereka, mereka akan merendahkan etika, terlepas dari apa yang pengajar ajarkan di dalam kelasnya.

Menggambarkan peran penting yang dimainkan oleh moral teladan, atau model peran, atau “white-hat” akuntan. Mereka menunjukkan bahwa: “Peran teladan sangat penting untuk penerapan etika moralitas karena dari orang-orang yang memiliki sifat kebajikan disebarluaskan ke seluruh profesi.”

Page 18: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

“Cerita Horor” Akuntansi [Kasus Nyata Akuntansi]Seseorang dapat memanfaatkan perbedaan pada kedua komponen pertama dari model Thorne untuk membantu meningkatkan moral yang sensitivitas dan pemikiran kemampuan siswa.Seorang pendidik juga boleh menerapkan “cerita horor” akuntansi atau kasus-kasus nyata di mana akuntan dalam prakteknya melakukan hal yang salah.“Cerita horor” ini bisa juga memberikan motivasi siswa untuk menghindari kesalahan tersebut dalam situasi etis mereka sendiri. Sebagai contoh, seseorang mungkin menggambarkan perilaku tidak etis oleh akuntan dalam kasus lainnya yang ditemukan dalam media (berita) keuangan, sehingga meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir efektif atau melihat masalah etika lebih efektif.Di sisi lain, contoh positif akan meningkatkan rasa bangga siswa sebagai pahlawan profesi dan memotivasi mereka untuk menirunya.

Page 19: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Berusaha untuk menjadi kebajikan hanya dengan tidak melakukan kejahatan adalah tidak realistis. Sehingga, cara terbaik untuk menyingkirkan kejahatan adalah memadati masyarakat dengan adanya kebajikan yang kuat.

Knapp, Louwers, dan Weber (1998)Menerbitkan artikel berjudul “Celebrating Heroes Akuntansi: Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Mengajar Etika” di dalamnya terdapat diskusi individu yang menyerukan tindakan etis sehingga memberikan contoh baik kepada siswa dan mungkin mendorong mereka untuk bertindak sama ketika mereka menghadapi tantangan etika.

Page 20: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

2. KEBAJIKAN

B. Etika Karakter / Perilaku

Thorne (1998, hlm. 298-299) :

Menurut pandangan dari perkembangan-kognitif, karakter etis masing-masing individu mempengaruhi keinginan seseorang dan kemampuan untuk bertindak sesuai dengan niat etis nya.

Menurut teori etika moralitas, memiliki karakter etika merupakan hal yang penting untuk kemampuan individu untuk melaksanakan niat etisnya, hal ini disebut kebajikan instrumental. Oleh karena itu sudut pandang terpadu menunjukkan bahwa karakter etika suatu individu adalah refleksi dari kebajikan instrumental seseorang.

ETIKA MOTIVASI

ETIKA KARAKTER

Page 21: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Rest’s et al. (1999, hal. 101)Keberanian memungkinkan seseorang untuk pergi dari niat etis untuk perilaku etis. MacIntyre (1984, hal. 191) mengidentifikasi keberanian menjadi bagian yang penting bagi semua pelaksana etika.Contoh kebajikan instrumental lainnya adalah kegigihan, diperlukan untuk menggerakkan niat etis menjadi perilaku etis.

Loeb (1988) Pendidik 'mengatur panggung untuk' perilaku etis dengan meningkatkan kepekaan moral, pemikiran moral dan motivasi moral, tetapi pada akhirnya siswa sendiri yang harus menentukan langkah terakhirnya. Untuk melakukannya, mereka harus mendapatkan instrumental yang diperlukan dalam kebajikan (misalnya keberanian, ketabahan, kegigihan) dan kebajikan tersebut diperoleh melalui praktek dan dilakukan secara berulang.

Page 22: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Dirsmith dan Ketz (1987)Dirsmith dan Ketz memberikan ujian akuntansi menengah kepada siswa dan seenaknya menambah 10 poin atau skor siswa dikurangi 10 poin, sambil membiarkan beberapa nilai tidak berubah. Para penulis menemukan bahwa sebagian besar siswa dengan 10 poin lebih sedikit dari mereka layak meminta penyesuaian, sementara tidak ada siswa yang melaporkan kesalahan. Ketika siswa belajar perilaku ini, mereka sangat bersemangat untuk memperdebatkan masalah integritas secara konkrit, langsung, dan penetapan yang relevan.

Page 23: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Arah Untuk PenelitianMasa Depan

Model etis dalam pengambilan keputusan Thorne, merangkum pengembangan moral dan nilai kebaikan (kebajikan).

Review dari literatur ini menunjukkan bahwa para peneliti di bidang pendidikan akuntansi telah mengutamakan fokus pada penilaian etis dan proses penalaran preskriptif.

SENSITIVITAS + PENILAIAN MORAL PENGEMBANGAN MORAL

KARAKTER MORAL + MOTIVASI MORAL KEBAJIKAN

Page 24: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Peneliti di bidang pendidikan akuntansi seharusnya menempatkan penekanan yang lebih besar terhadap ketiga aspek lainnya dari etika pengambilan keputusan (sensitivitas, motivasi dan karakter), dikarenakan ketiga aspek tersebut mungkin menyediakan jalan bagi perbaikan dalam pengambilan keputusan secara etis.

Penelitian terhadap aspek seperti ini sebenarnya akan sangat membantu para pengajar dan praktisi lainnya di bidang akuntansi untuk meningkat pengambilan keputusan secara etis. (Penelitian-penelitian ini termasuk pengujian atas keberhasilan dari dorongan, contoh-contoh, kemampuan, dan mentor professional).

Page 25: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Identifikasi isu-isu mengenai penerapan Etika bagi akuntansi Meningkatkan sensitivitas moral adalah perlu, tapi

merupakan bahan yang tidak mencukupi bagi peningkatan tingkah laku moral (Fulmer dan Cargile, 1987).

Intervensi pendidikan dari Armstrong (1993b) telah sukses dalam meningkatkan penalaran preskriptif dan peningkatan terbesar terjadi di kalangan siswa yang sebelumnya terpapar kepada etika di kelas-kelas. Oleh sebab itu, dia menyarankan kasus-kasus etis digabungkan melalui kurikulum akuntansi.

Pemaparan teori-teori etis kepada para siswa akan sangat membantu mereka dalam mengenali teori-teori tersebut ketika mereka menghadapi situasi yang berhubungan dengan teori etis, sehingga muncul sebagai asumsi-asumsi yang mendasari dalam tugas-tugas kuliahnya.

Page 26: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Makalah ini mendiskusikan kebutuhan untuk mengembangkan situasi “paradigmatic” untuk menunjukan dengan benar prinsip-prinsip etis dalam akuntansi, seperti kepentingan publik, independen, integritas dan objektivitas.

Penggunaan contoh-contoh, yang baik ataupun yang buruk, mungkin akan memberikan gambaran jelas dari isu-isu yang dibahas bagi para pelajar dan akan memberikan contoh panutan untuk ditiru (atau tidak untuk ditiru apabila contoh yang buruk).

Masalah lainnya dari aturan yang dimiliki universitas adalah bagi staff pengajar untuk meniru tingkah laku yang baik dari para praktisi professional. Karena Staff pengajar akuntansi adalah para professional akuntan level pertama yang akan bertemu dengan para siswa, maka universitas menyediakan aturan yang alami bagi siswa untuk memperhatikan dan meniru dari sikap para staff pengajar dan dapat meniru pula tingkah laku professional dari mereka.

Page 27: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Hasil penelitian mungkin bisa meneliti bagaimana anggota staff pengajar mengambil keputusan – keputusan etis dan memberi pengaruh luas hingga para siswa dapat menghasilkan tingkah laku yang sama.

Dorongan seharusnya tidak terbatas kepada peran percontohan (role modelling). Mendorong para siswa untuk menjalani hidup dengan terinspirasi pada cara hidup dan teladan sempurna dari para professional, seperti yang Gough (1998) contohkan, dapat diraih melalui nasihat secara langsung atau penggunaan novel, studi kasus (terutama kasus yang melibatkan para akuntan yang berbudi luhur), atau melalui cara-cara kreatif lainnya.

Page 28: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa sebagian besar dalam literatur mengulas terkait dengan kategori pertama dari model Thorne, yaitu Perkembangan Moral, tetapi tidak banyak penekanan yang diberikan kepada Kebajikan, kategori kedua dari model tersebut. Pengajar Akuntansi harus mencari cara untuk meningkatkan sensitivitas (kepekaan) dari siswa akuntansinya. Selain itu, sejumlah besar penelitian ditemukan dalam komponen kedua model Thorne, mengenai Pemikiran Preskriptif.

Makalah ini menitikberatkan pada suatu kebutuhan untuk mengeksplorasi lebih lanjut cara-cara dalam meningkatkan Motivasi Moral, komponen ketiga dari model Thorne.

Page 29: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Untuk meningkatkan motivasi moral siswa akuntansi, makalah ini menganjurkan pada siswa untuk berperilaku baik, menunjukkan bahwa mereka adalah ahli dari moral diri mereka sendiri, dan mendorong mereka untuk bangga dalam menjalankan profesinya. Makalah ini juga mendukung penggunaan akuntansi teladan untuk membantu menanamkan kebajikan moral pada siswa akuntansi.

Akhir dari pembahasan ini menghimbau semua fakultas akuntansi untuk menyadari bahwa mereka juga berperan penting dalam pematangan moral siswanya.

Page 30: Pendidikan Etika Dalam Bidang Akuntansi

Fakultas akuntansi adalah pemimpin cabang dari masyarakat akuntansi, tempat dimana siswa pertama kalinya mengenal ilmu akuntansi, tempat akademik masyarakat akuntansi.

Dengan demikian, mereka bertanggung jawab untuk menetapkan nada moral dari masyarakat dan memberikan lingkungan pembinaan di mana motivasi etis dan perilaku etis dapat berkembang. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, hal ini secara langsung meningkatkan perilaku etis mahasiswa.