LIBERASI GAN AG RO -...

186

Transcript of LIBERASI GAN AG RO -...

Page 1: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.
Page 2: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

LIBERASI PERDAGAN GAN AG RO Kesiapan Jawa Barat datam Implementasi AFTA

Page 3: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.
Page 4: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.
Page 5: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.
Page 6: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

uji syukur kehadirat Alloh Subhanahu wata’ala yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan

buku ini dapat diselesaikan.PPenulis menyadari bahwa buku ini masih banyak

kekurangan dan kelemahannya, namun penulis berkeyakinan

bahwa setiap pemikiran yang positif sedikiti apapun pasti ada

manfaatnya. Semoga buku yang semula adalah disertasi penulis

ini dapat memberikan masukan dalam pengkajian Ilmu

Administrasi Publik pada umumnya dan khususnya Ilmu

Kebijakan Publik.

Untuk orang tua penulis Ibu Hj. SUmarni SUatma

(almarhum) dan Bapak Marzuki SInaga yang telah memberikan

dukungan moril dan do'a yang tiada henti-hentinya, penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang tulus dan mendalam.

Selain itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada: Prof. Dr. Ganjar Kurnia; Prof. Dr. H.

Asep Kartiwa, Drs., SH., MS.; Prof. Dr. Ir. H. Mafud Arifin, M.S.; Prof.

Dr. H. Engkus Kuswarno, M.S.; Dr., H. Memed Sueb, M.S., AK.; Prof.

Drs. H. A. Djadja Saefullah, M.A.; Prof. Dr. Josy Adiwisastra; Prof.

Prakata

iPRAKATA

Page 7: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

ii LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Dr. H. Tachyan, Drs., MS.; Prof. Dr. H. Nasrullah, Drs., M.S; Prof. Dr.

H. Budiman Rusli, Drs., M.S.; Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.S.;

Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR, Ph.D.

Juga patut saya sampaikan ucapan terima kasih kepada

Dirjen ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia;

Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat; Kepala

Seksi Perdagangan Luar Negeri Dinas Industri dan Perdagangan

Agro Jawa Barat; Kepala Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat;

Kepala Bappeda Jawa Barat; Kepala Biro Desentralisasi Setda

Propinsi Jawa Barat; Komunitas Komoditi Agro Jawa Barat.

Tentu saja penulis semestinya berterimakasih kepada

isteri tercinta Ina Herlina, S.IP., dan keempat anak kami, Afghan

Prawira, Muhammad Kahfi, CInta Nadzira Sinaga, dan Loveli

Jannati Sinaga yanng teleh banyak memberikan dukungan yang

tek ternilai kepada penulis.

Kepada Prof. Dr. H. Dede Mariana selaku Kepala

Pustlitbang KPK LPPM Undpad yang telah berkenan

menerbitkan buku ini, serta kepada sejumlah pihak yang turut

andil dalam buku ini, saya pun menghaturkan terimakasih

banyak. demikian juga untuk Prof. Dr. Ina Primiana yang telah

memberikan catatan pengantarnya bagi buku ini.

Penulis hanya bisa berterimakasih dan menyerahkan

kepada Allah SWT untuk membalas kebaikannya secara berlimpah

baik di dunia maupun di akhirat. Amiin.

Page 8: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

idang pembaca sekalian, sebagaimana pepatah klasik

yang menyebutkan bahwa buku adalah gudang ilmu dan Smembaca adalah kuncinya, menjadi kian relevan di tengah

upaya kita semua mendorong pemerintah meningkatkan kulitas

manusia Indonesia.

Puslitbang Kebijakan PUblik dan Kewilayahan LPPM

Unpad tentu saja memiliki niat untuk selalu menyebarkan setiap

butir hasil pemikiran apalagi hasil penelitian sehingga kian

banyak yang membacanya akan semakin baik, sekurangnya

pemikiran-pemikiran itu tidak akan berkutat di ruang-ruang

sempit akademis belaka, sebab publik juga memiliki hak untuk

meningkatkan daya kritisnya, menambah asupan ulmu

pengetahuannya. Karena kami yakin, buku adalah gizi bagi

tumbuh kembang jiwa kemanusiaan kita.

Melalui sejumlah penerbitan buku dan jurnal, PUslitbang

KPK LPPM Unpad bekerjasama dengan Penerbit AIPI Bandung

dan M63 Foundation, terus mencoba berkomitmen merealisasikan

niatan tersebut. Buku berjudul Liberalisasai Perdagangan Agro,

Kesiapan Jawa Barat dalam Implementasi AFTA karya Dr. H.

iiiKATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Page 9: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Obsatar Sinaga, M.Si., ini semula merupakan manuskrip disertasi

pada program doktor (S3) Ilmu Administrasi Program

Pascasarjana FISIP Unpad. Terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ina

Primiana Sagir, M.T., yang telah berkenan memberikan kata

pengantar. Juga ucapan terima kasih kepada Rektor Unpad, Prof.

Dr. Ganjar Kurnia, DEA., yang selalu memotivasi dan menantang

agar karya-karya mahasiswa berupa Skirpsi, Tesis, dan Disertasi

dapat dipublikasikan akademik kepada publik. Terima kasih

kepada Dekan FISIP Unpad, Prof. Dr. H. Asep Kartiwa, S.H., MS.,

yang senantiasa berkomitmen untuk membeli karya-karya buku

yang diterbitkan guna melengkapa kepustakaan di

perpustakaan FISIP Unpad.

Sidang pembaca sekalian, tegur dan sapa, kritik dan

saran, dari berabgai pihak, merupakan enerji bagi kami untuk

selalu bebenah diri agar edisi penerbitan-penerbitan buku

selanjutnya semakin mencerahkan.

Selamat membaca

Kepala Puslitbang

KPK LPPM Unpad

Dede Mariana

iv LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 10: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

erbicara tentang AFTA yang kemudian dilanjutkan

dengan perjanjian lebih khusus seperti dengan China

yang disebut ACFTA ataupun dengan India yang disebut BAIFTA maka yang terbayang dalam benak kita adalah mampukah

Negara kita berkompetisi dengan Negara-negara tersebut di

dalam koridor liberalisasi perdagangan? Bagaimanakah daya

saing produk-produk domestic pasca liberalisasi perdagangan

tersebut. Dalam kaitan tersebut Dr. Obsatar Sinaga tertarik untuk

membahas Implementasi AFTA di sektor pertanian.

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki

kontributor tertinggi pada PDB Nasional, maka buku ini

diharapkan dapat memperkaya pengetahuan para pembuat

kebijakan dalam mendorong sektor pertanian di era AFTA ini

khususnya di Jawa Barat dan Indonesia umumnya.

Perbedaan buku ini dengan buku-buku yang membahas

tentang AFTA lainnya adalah dalam pembahasannya bukan

semata-mata ditinjau dari sisi ekonomi saja tetapi juga dari sisi

pemerintahan yaitu dikaitkan dengan struktur birokrasi yang ada

vPENGANTAR

Peluang dan Tantangan

AFTA di Sektor Pertanian

PENGANTAR: Prof. Dr. Ina Primiana

Page 11: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

vi LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

di Jawa Barat. Ternyata diperlukan penyesuaian ataupun

pemberdayaan terhadap struktur birokrasi yang ada agar

mampu menghadapi perubahan-perubahan global secara cepat

dan terarah. Dan ini untuk menghindari ketidaktahuan informasi

tentang liberalisasi perdagangan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah pusat.Demikian pengantar saya, selamat membaca

dan semoga dapat memperkaya pengetahuan tentang

bagaimana peluang dan ancaman dengan adanya AFTA

khususnya di sektor Pertanian.

Page 12: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

viiDAFTAR ISI

Daftar Isi

PRAKATA

KATA PENGANTAR

PENGANTAR: Prof. Dr. Ina Primiana; Peluang dan

Tantanga AFTA di sektor Pertanian.

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

Jalur Normal (Normal Track) ............................................

Jalur Cepat (Fast Track) ....................................................

Problem Nasional dan Jawa Barat ..............................

BAB 2 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Model-Model Implementasi kebijakan .....................

Model Lane ..........................................................................

Model Van Meter dan Van Horn .................................

Model Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier ....

v

vii

ix

3

3

11

13

19

19

22

Page 13: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

viii LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Model Hogwood dan Gunn ...........................................

Model George C. Edward III ..........................................

Komunikasi (Communication) .......................................

Komunikator .....................................................................

Penerima (Receiver).........................................................

Media/Saluran Komunikasi (Channel Transmitter).....

Hambatan (Noise) ...........................................................

Sumberdaya (Resource) ...................................................

Sumberdaya Aparatur ...................................................

Sumberdana Implementasi Kebijakan ....................

Sarana dan prasarana (Facilities Infrastucture) .......

Disposisi atau Sikap dan Perilaku terhadap

Kebijakan (dispositions) ..................................................

Penataan Staf Birokrasi (Staffing The Bureaucratic) ....

Insentif (Incentives) ............................................................

Struktur Birokrasi (Bureaucracy Structure) ..................

Prosedur Operasional Baku (Standard Operational

Procedures – SOP) ............................................................

Fragmentasi (Fragmentation) ........................................

BAB 3 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Motif Perdaganan dan Tekanan Liberalisasi ...........

Kebijakan Pemerintah di Bidang Agro ......................

Skenario Liberalisasi .........................................................

Sisi Positif dan Negatif Liberalisasi .............................

Pendekatan Daya Saing dalam Pengembangan

Usaha Industri Agro ..........................................................

24

32

33

34

34

35

35

37

38

39

39

40

40

41

41

42

43

45

48

49

50

55

Page 14: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

ix

Analisis Kebijakan ..............................................................

BAB 4 MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Dinas Perindustrian dan Perdaganan Agro

Propinsi Jawa Barat ...........................................................

Program Pengembangan Agribisnis ........................

Program Pengembangan Usaha dan

Pemanfaatan Sumberdaya Agro Kelautan .............

Program Pengembangan Industri Manufaktur

Agro .......................................................................................

Program Pengembangan Perdaganan Agro

Dalam dan Luar Negeri ..................................................

Pengembangan Agrobisnis dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Jawa Barat

2005-2025 ..............................................................................

Sari dari RPJPD Jawa Barat Tahun 2005-2025 .........

Sentra Produksi Komoditas Agro Jawa Barat ..........

Produktivitas Komoditi Agro ..........................................

Karakteristik Fluktuasi Harga Produk/Komoditi

Agro .........................................................................................

Faktor-faktor Penentu Daya Saing Jawa Barat ........

Strategi Pengembangan Ekspor Komoditas Agro

dalam kerangka AFTA .......................................................

Realitas Lapangan ..............................................................

Faktor Transmisi dari Komukasi ....................................

Pertentangan Pendapat .................................................

55

63

64

65

66

68

72

73

78

81

83

84

87

88

93

94

DAFTAR ISI

Page 15: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

x LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Faktor Kejelasan (Clarity) ...............................................

Keadaan Sumber Daya (Resources) ..........................

Staf yang Melaksanakan ...............................................

Informasi .............................................................................

Kewenangan (Authority) ...................................................

Fasilitas-fasilitas Fisik Material ...................................

Kecenderungan dari Para Pelaksana (Disposisi) ...

Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure) ...............

Implikasi Kebijakan .........................................................

Pembangunan Data Base Potensi Lokal .................

Skala Prioritas Agenda Hubungan Luar Negeri ...

Struktur Baru: Biro Kerjasama Luar Negeri di

Setda Propinsi Jawa Barat ............................................

Pengembangan Mekanisme Diplomasi Publik

melalui Sistem Pelayanan Informasi

Pemberdayaan Publik ....................................................

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

97

100

101

103

107

111

117

124

129

130

132

133

134

141

157

170

Page 16: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

iberalisasi perdagangan, investasi maupun jasa baik pada

tingkat regional maupun global telah menuntut negara-

negara di seluruh dunia untuk meningkatkan Lkemampuan bersaingnya seiring dengan semakin terbukanya

pasar internasional. Dalam skala regional, Indonesia tidak luput

dari tuntutan terhadap liberalisasi perdagangan ASEAN Free

Trade Agreement (AFTA).

AFTA ditandatangani dalam Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) ASEAN ke-IV tahun 1992. Peluncuran AFTA ini dilatarbelakangi

oleh keberhasilan kerjasama regional lainnya seperti NAFTA,

Pasar Tunggal Eropa, dan keinginan negara-negara anggota

ASEAN sendiri untuk lebih membuka perekonomiannya. Melalui

pembentukan AFTA, ASEAN yang akan berpenduduk lebih dari

500 juta jiwa pada tahun 2010 merupakan pasar potensial,

sekaligus mempunyai daya tarik yang lebih besar bagi investasi

intraregional maupun dari luar ASEAN.

Upaya perwujudan AFTA ini sangat memberikan harapan.

Hal itu secara jelas tercermin dari kesediaan negara-negara

ASEAN untuk memulai pelaksanaan AFTA terhitung sejak tanggal

BAB 1

Pendahuluan

1bab 1 - PENDAHULUAN

Page 17: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

1 Januari 1993 ketika semua negara anggota telah menyampaikan

jadwal penurunan tarifnya dan mencapai puncaknya pada tahun

2002 ketika suatu kawasan perdagangan bebas AFTA telah

terbentuk di Asia Tenggara.

Indonesia mendukung diberlakukannya AFTA secara

bertahap melalui skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT)

yaitu daftar barang-barang komoditi yang diperjualbelikan antar

negara-negara ASEAN yang telah dikurangi tarif bea masuknya.

Implementasi penurunan tarif beberapa komoditas yang tertuang

dalam ketentuan CEPT dalam agenda AFTA terbagi dalam tiga

kelompok yaitu: 1) Kategori CEPT (Fast Track); 2) Kategori Normal

(Normal Track) dan; 3) Kategori perkecualian sementara

(Temporary Exclusion List).

Penurunan tarif dari beberapa komoditas tersebut telah

dimulai pada tahun 1993 dan (diharapkan) akan berakhir pada

tahun 2008. Maksudnya tingkat tarif seluruh komoditas

manufaktur dan hasil olahan pertanian akan diturunkan menjadi

0 - 5 % dalam waktu 15 tahun.

Hambatan-hambatan teknis dan non-teknis yang meling-

kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Untuk komoditas yang termasuk dalam kategori cepat (fast track)

yang meliputi 15 kelompok komoditas dan konon mencapai 40 %

dari volume perdagangan ASEAN, setiap negara anggota ASEAN

bahkan diharapkan untuk mengurangi tingkat tarif pada

perdagangan intra ASEAN lebih kecil 5% paling lambat pada akhir

tahun 2003.

Untuk komoditas yang termasuk dalam kategori per-

kecualian (temporary exclusion list), walaupun bersifat untuk

sementara, negara anggota mempunyai komitmen moral untuk

melepas status eksklusivitas itu pada akhir tahun 2001. Tahapan

2 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 18: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

menuju kesana telah dimulai, misalnya pada pertemuan para

Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-26 di Thailand (September

1994), penurunan tarif kedua jalur pertama (cepat dan normal)

dapat di khtisarkan sebagai berikut :

1. Jalur Normal (normal track)

Komoditas dengan tingkat tarif di atas 20% akan dikurangi

hingga 20% sebelum 1 Januari 1998, dan secara betahap

dikurangi dari 20 % menjadi 0 - 5 % sebelum 1 Januari 2003

komoditas dengan tingkat tarif sebesar 20 % atau kurang akan

di kurangi hingga 0 - 5 % sebelum 1 Januari 2000.

2. Jalur Cepat (fast track)

Komoditas dengan tarif di atas 20 % akan dikurangi menjadi 0 –

5 % sebelum 1 Januari 2000. Komoditas dengan tarif sebesar 20

% atau kurang akan dikurangi hingga 0 - 5 % sebelum 1 Januari

1998.

Secara keseluruhan melalui skema CEPT terdapat lebih

dari 14.800 komoditas yang termasuk dalam kategori cepat,

hampir 26.000 dalam kategori perekomian sementara (liha Tabel

di bawah ini).Tabel 1.1. Jumlah Komoditas Dalam CEPT

Indonesia

Malaysia

FilipinaSingapura

Thailand

Sub total

Total

NEGARA CEPAT NORMAL PERKECUALIANSEMENTARA

2,819

2,985

9602,183

3,531

14.885

4,539

5,170

5,170

3,473

5,146

25.918

1,648

621

694

1

122

3,322

44.095

Sumber: Sekretariat Nasional ASEAN, 2003

3bab 1 - PENDAHULUAN

Page 19: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Sejak tahun 2003 daftar perkecualian sementara

umumnya meliputi bahan kimia, plastik dan sektor kendaraan

bermotor yang mencapai lebih dari 45 % dari daftar

perekonomian itu, Indonesia bahkan memasukan jumlah

komoditas terbesar, yaitu sebesar 1.648 terutama pada sektor

bahan kimia. Sementara Brunei memasukan daftar perkecualian

sementara pada sektor mesin dan barang-barang elektronik,

kendaraan di Malaysia, tekstil di Filipina dan kendaraan di

Thailand.

Sementara itu, hasil kesepakatan AEM ke-26 di Thailand

(September 1994) juga diantaranya memasukan semua

komoditas pertanian yang belum diolah ke dalam skema CEPT.

Para angota ASEAN pun sementara telah mengelompokan

komoditas pertanian ke dalam tiga jalur: 1) Daftar normal /cepat;

2) Daftar perkecualian dan; 3) Daftar sensitif.

Dalam pertemuan tingkat Menteri Ekonomi ASEAN

(AEM) dan tingkat Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN

(AMAF) telah menghasilkan daftar-daftar yang termasuk ke

dalam tiga kategori tersebut. Hal yang cukup mengagumkan

adalah bahwa 68 % dari hampi 200 kmoditas yang semula tidak

termasuk CEPT kini telah dimasukan dalam daftar normal cepat

(immediate inclusion).

URAIAN JUMLAH PROSENTASE

Daftar Normal/Cepat

Daftar Perkecualian

Daftar Sensitif

Total

1.358

402

235

68

20

12

1.995 100

Sumber: Sekretariat Nasional ASEAN, 2007

Tabel 1.2. Komoditas Pertanian Belum Diolah

4 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 20: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Berdasarkan Tabel 1.2. terlihat bahwa komoditas yang masuk

daftar cepat/normal sebagai agenda penting AFTA mencatat angka

yang tinggi. Hal tersebut sekaligus menjadi penyebab lambatnya

proses implementasi kebijakan AFTA secara menyeluruh.

Hambatan pelaksanaannya adalah pertama, hambatan

prosedur dan administrasi. Kedua, perbedaaan tarif efektif di

negara-negara anggota ASEAN atas suatu barang yang sama

setelah dikenakan MOP (Margin of Preference). Ketiga, perbedaan

kebijakan dan program diantara negara-negara atas produk yang

termasuk dalam CEPT. Keempat, produk-produk CEPT masih

terkena halangan nontarif, seperti pembatasan jumlah impor,

dari sini dibutuhkan suatu terobosan bagi kerjasama ASEAN.

Meskipun AFTA sudah dilaksanakan sejak tahun 2003,

namun pada kenyataannya terus mengalami kemunduran

dikarenakan produk-produk yang masih dipersoalkan tarifnya,

utamanya komoditas pertanian. Secara khusus, Indonesia sebagai

salah satu negara anggota ASEAN juga tidak dapat menghindar

dari proses liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara ini.

Pada tataran administratif Sekretariat ASEAN (ASEAN

Secretariat) memiliki perwakilan di setiap negara anggota ASEAN

yakni Sekretariat Nasional ASEAN di bawah Departemen Luar

Negeri. Dengan kata lain di era reformasi Indonesia, implementasi

AFTA di tingkat nasional meliputi instansi terkait seperti Seknas

ASEAN, pemerintahan pusat, dan pemerintah daerah. Hal itu perlu

secara saksama dikaji karena dewasa ini pelaksanaan otonomi

daerah telah membuka peluang keikutsertaan daerah sebagai

salah satu komponen dalam penyelenggaraan hubungan luar

negeri. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Luar Negeri

(Deplu) RI memberikan peluang seluas-luasnya kepada daerah

untuk menjalin kerja sama dengan luar negeri.

5bab 1 - PENDAHULUAN

Page 21: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dalam beberapa pasalnya mengatur soal kerja sama. Salah satu

diantaranya disebutkan bahwa ”daerah dapat mengadakan kerja

sama yang saling menguntungkan dengan lembaga/badan luar

negeri yang diatur dengan keputusan bersama”.

Sementara dalam UU Nomor: 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negeri, antara lain disebutkan hubungan luar

negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional

dan in ternasional yang dilakukan pemerintah di tingkat pusat

dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan

usaha, orga nisasi masyarakat, LSM atau warga negara Indonesia

(Pasal 1, Ayat 1).

Hubungan luar negeri diselenggarakan sesuai dengan

Politik Luar Negeri, peraturan perundang-undangan nasional

dan hukum serta kebiasaan internasional. Ketentuan ini berlaku

bagi semua penyelenggara Hubungan Luar Negeri, baik pemerintah

maupun non-pemerintah (Pasal 5, Ayat 1 dan 2).

Kaitannya dengan implementasi AFTA, Departemen Luar

Negeri RI memberi peluang kepada daerah untuk melakukan kerja

sama luar negeri dalam kerangka AFTA dengan berpedoman pada

UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan UU

Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Peran

Deplu yaitu memadukan seluruh potensi kerjasama daerah agar

tercipta sinergi dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri.

Selain itu, mencari terobosan baru, menyediakan data yang

diperlukan dan mencari mitra kerja di luar negeri, mempromosikan

potensi daerah di luar negeri, memberikan perlindungan kepada

daerah, memfasilitasi penyelenggaraan hubungan luar negeri.

Kemudian sesuai dengan perkembangan ekonomi dan

politik di dalam negeri, penyelenggaraan hubungan luar negeri

6 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 22: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dan pelaksanaan politik luar negeri tampaknya cenderung

memberikan penekanan pada kepentingan ekonomi. Dalam

mengintensifkan penyelenggaraan hubungan luar negeri dan

pelaksanaan politik luar negeri di bidang ekonomi, Indonesia lebih

mendorong keterli batan lembaga-lembaga non-pemerintah

(second track diplomacy) di bidang ekonomi, seperti Kamar

Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) baik di tingkat nasional

maupun daerah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, UU No. 37 tentang

Hubungan Luar Negeri dan UU No. 24 Tahun 2000 tentang

Perjanjian Internasional telah memberikan dasar hukum yang

lebih baik bagi koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan

hubungan luar negeri. Pola diplomasi yang kini berkembangpun

tidak lagi semata-mata bertumpu pada jalur first track diplomacy

yang bersifat formal antar pemerintah, melainkan juga semakin

sering terlaksana melalui jalur second track diplomacy yang

bersifat informal antar non-pemerintah.

Kaitannya dengan keterlibatan aktif pemerintahan daerah

dalam proses perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara,

Propinsi Jawa Barat mempunyai potensi dan peluang yang sangat

besar menjadi salah satu pusat perdagangan, jasa, agrobisnis

dan agroindustri terkemuka di Indonesia melalui pengembangan

kerjasama luar negeri dalam kerangka AFTA.

Lebih lanjut, dasar hukum kerja sama daerah, khususnya

Propinsi Jawa Barat, dengan luar negeri yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daera h;

7bab 1 - PENDAHULUAN

Page 23: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional;

4. UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

5. UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

6. Keputusan Menlu RI No.or SK.03/A/OT/X/2003/01 tentang

Panduan Umum Tata Cara Hubungan Luar Negeri oleh

Daerah;

7. Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 21 Tahun 2004 tentang

Pedoman Kerjasama antara Daerah Dengan Pihak Luar

Negeri;

Secara khusus, di Propinsi Jawa Barat telah dikeluarkan

Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 21 Tahun 2004 tentang

Pedoman Kerjasama antara Daerah Dengan Pihak Luar Negeri.

Keputusan Gubernur Jawa Barat ini merupakan salah satu bentuk

upaya sungguh-sungguh membangun kerjasama luar negeri

dalam rangka pemberdayaan potensi daerah Jawa Barat,

termasuk upaya keterlibatan Jawa Barat dalam perdagangan

bebas komoditas pertanian di bawah aturan AFTA.

Perkembangan agrobisnis dan agroindustri di Jawa Barat

mempunyai prospek yang sangat baik. Hal itu dikarenakan

beberapa faktor yakni didukung oleh sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang melimpah, permintaan komoditas dari

dalam dan luar negeri tinggi, variabilitas produk yang dapat

dihasilkan untuk pasar domestik dan ekspor tinggi, usaha dalam

bidang agrobisnis dan agroindustri merupakan bisnis dengan nilai

milyaran dolar sehingga dapat menjadi sebagai sumber devisa.

Secara demikian pengembangan agro bisnis dan agro industri

dapat memiliki keunggulan komparatif dengan bangsa lain.

8 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 24: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Namun, implementasi kebijakan yang berkaitan dengan

AFTA di Jawa Barat tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Misalnya saja berbagai kebijakan kaitannya dengan proses AFTA

di Jawa Barat belum dapat mengatasi berbagai kendala yang

dihadapi agrobisnis dan agroindustri komoditas pertanian di

Jawa Barat yakni lingkungan makro ekonomi yang belum kondusif,

permodalan, sumber daya manusia, teknologi, manajerial,

pemasaran, dan jaringan kerja (networking).

Hasil pengamatan awal di lapangan berkenaan dengan

berbagai kendala yang dihadapi agrobisnis dan agroindustri di

Jawa Barat antara lain; pertama, berkenaan dengan ketersediaan

sumber logistik bahan baku yang memiliki ketidakpastian yang

tinggi karena pemetaan potensi sumber bahan baku belum

adikuat serta kapasitas, kualitas, dan kuantitas yang belum

memadai karena ker-ap menerapkan manajemen uji coba (trial and

error).; kedua, terdapatnya mismanajemen dalam produksi,

keuangan, perawatan, persediaan, dan organisasi; ketiga, masih

terbatasnya informasi pasar yang dapat menunjang kelancaran

distribusi dan pemasaran karena terdapatnya hambatan dalam

akses dan distribusi informasi, system dan tata niaga, metode

distribusi dan transportasi, implementasi MSTQ (Measurement,

Standard, Testing and Quality) yang tidak berjalan dengan baik;

keempat, masih rendahnya tingkat pelayanan purna jual dan nilai

tambah komoditas karena latar belakang pendidikan,

pengetahuan, teknologi dan inovasi yang masih rendah di

kalangan petani serta standar mutu dan HAKI yang minim.

Kondisi di atas memunculkan ketertarikan untuk mengada-

kan suatu penelitian tentang bagaimana sebenarnya kondisi riil

ke-siapan komunitas pertanian Jawa Barat di dalam menghadapi

perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini

9bab 1 - PENDAHULUAN

Page 25: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

mengambil lokus di Jawa Barat dengan spesifikasi pada Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat, Dinas

Pertanian Propinsi Jawa Barat, Dewan Pengurus Daerah Asosiasi

Pengusaha Komoditas Pertanian.

Propinsi Jawa Barat, dan Kamar Dagang Indonesia

Daerah Jawa Barat (KADINDA JABAR) dengan pertimbangan

komunitas komoditas pertanian di tingkat Jawa Barat dapat

merupakan barometer perkembangan perdagangan komoditas

pertanian dalam kerangka AFTA di Jawa Barat.

Alasan pemilihan komoditas pertanian dikarenakan

dalam konteks implementasi AFTA terdapat empat daftar

produk yang masuk dalam skema CEPT, yaitu: 1) Inclusion list

(hambatan non-tarifnya harus dihapuskan dalam 5 tahun; tidak

ada pembatasan kuantitatif); 2) General exception list (daftar

produk yang dikecualikan dari skema CEPT oleh suatu negara

karena dianggap penting untuk alasan perlindungan keamanan

nasional. Misalnya: senjata, amu-nisis, arkeologis, narkotik, dsb);

3) Temporary exclusion list (daftar produk yang dikecualikan

sementara untuk dimasukan dalam skema CEPT .misalnya:

barang manufaktur, produk pertanian olahan); 4) Sensitive list

(produk pertanian bukan olahan. Misalnya: beras, gula, produk

daging, gandum, bawang putih, cengkeh, dsb.

Tahun 2008 diharapkan semua negara anggota ASEAN

sudah menerapkan skema CEPT terhadap sensitive list (produk

pertanian bukan olahan). Padahal perdagangan agrikultur intra

asean masih memiliki tingkat proteksi yang tinggi, hanya

singapura, brunei (0%), vietnam (0,92%) yang sudah menerapkan

tarif di bawah 5%. Sedangkan malaysia (5%), filipina (8%),

indonesia (12%), dan thailand (15%) pada tahun 2003.Jadi,

penelitian ini menarik untuk dilakukan sebab berupaya untuk

10 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 26: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

mengkaji implementasi afta dalam perdagangan komoditas

pertanian pada tataran akar rumput daerah Jawa Barat di

indonesia.

Keseluruhan pemikiran itu dikemas dalam judul

penelitian: “Implementasi AFTA (ASEAN Free Trade Agreement)

Bidang Perdagangan Komoditas Pertanian di Jawa Barat,

Indonesia”.

Problem Nasional dan Jawa Barat

Permasalahan yang teridentifikasi yakni implementasi AFTA

di Indonesia belum dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Birokrasi pemerintahan belum mampu menyelesaikan

berbagai permasalahan dari dimensi administrasi dan dimensi

politis yang terkait dengan implementasi AFTA di Indonesia.

Dalam konteks Jawa Barat, penulis menemukan fakta

bahwa permasalahan yang utama adalah implementasi AFTA

dalam perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat tidak

berjalan seperti yang diharapkan. Persoalannya kemudian adalah:

Mengapa implementasi AFTA dalam perdagangan komoditas

pertanian di JawaBarat belum berjalan sebagaimana diharapkan?

Tulisan ini diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor

apakah yang paling besar berperan dalam implementasi AFTA di

Indonesia, khususnya perdagangan komoditas pertanian di Jawa

Barat, serta untuk memperoleh konsep baru bagi pengembangan

ilmu kebijakan publik khususnya kebijakan hubungan luar negeri.

Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

konseptual yang bersumber dari penerapan sudut pandang (a

way of looking at) administrasi yaitu pada konteks kelembagaan,

administrasi dan organisasi untuk menelaah implementasi AFTA

yang diupayakan oleh suatu negara anggota ASEAN (Indonesia)

11bab 1 - PENDAHULUAN

Page 27: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dalam organisasi regional sehinga dapat menambah perspektif

ilmu administrasi dalam kerjasama intra ASEAN, serta

diharapkan dapat memperkaya perspektif pengembangan ilmu

administrasi.

Sedangkan bagi aspek guna laksana, tulisan ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintahan

Indonesia dalam implementasi AFTA di Indonesia, khususnya bagi

pemerintahan Kota/Kabupaten di Indonesia dalam memahami

makna, proses, dan tujuan mengadakan kerjasama luar negeri

dalam kerangka otonomi daerah.

12 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 28: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

mplementasi kebijakan dapatdi dentifikasikan sebagai

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta,

baik secara individu maupun kelompok dengan maksud Iuntuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kebijakan.

Secara sederhana kegiatan implementasi kebijakan merupakan

suatu kegiatan penjabaran suatu rumusan kebijakan yang bersifat

makro (abstrak) menjadi tindakan yang bersifat mikro (konkrit)

atau dengan kata lain melaksanakan keputusan (rumusan)

kebijakan yang menyangkut aspek manajerial dan teknis proses

implementasi baru dimulai apabila tujuan-tujuan dan sasaran

telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun, serta dana

telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran-sasaran

tersebut.

Menurut Howlet dan Ramesh (1995:153), “Its is defined as

the process whereby programs or policies are carried out; it donotes the

translation of plans into practice”. Kemudian Lane (1993:197) dalam

bukunya The Public Sector; Concepts, Models, and

Approaches menyebut Paul A Sabatier sebagai pionir dalam

implementasi kebijakan khususnya analisisimplementasi. Paul A

BAB 2

Implementasi Kebijakan

13bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 29: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Sabatier mengemukakan bahwa ada dua model yang dipacu

(competing) dalam implementasi kebijakan yakni implementasi

berdasarkan top down dan berdasarkan bottom up.

“Paul A. Sabatier, a pioneer in implementation analisys, rais-es

some fundamental questions about the nature of implementation

in a review of the present state of implementation theory (Sabatier,

1986). Although Sabatier's analysis of the two competing models

of implementation – topdown versus bottom-up implementation. .

”(Lane, 1993 :90).

Jika dilihat dari model pembuatan kebijakan publik maka

kedua aspek ini terdapat pada setiap model dari pembuatan

kebijakan tersebut, seperti model elite, model proses (sebagai

aktivitas politik), dan model inkrementalis menggambarkan

pembuatan kebijakan yang didasarkan pada model top down .

Gambar dari model bottom up dapat dilihat pada model kelompok,

model kelembagaan dan beberapa model lain yang jika

digambarkan akan merupakan model yang berasal dari bawah

(bottom up). Lebih lanjut dijelaskan oleh Lane bahwa pada dasarnya

implementasi dapat dibedakan berdasarkan implementasi

sebagai outcome dan implementasi sebagai suatu proses.

“In addition, because policy implementation is considered to

depend on program outcomes, it is'difficult to separate the fate of

policies from that of their constituent programs Its success

programs as designed. In turn, overal policy im plementation can

be evaluated by measuring program out comes against policy

goals. ”(Grindle, 1980:7).

Hubungan antara kebijakan dan program dalam suatu

implementasi kebijakan merupakan fungsi dari implementasi

program yang mempunyai pengaruh dalam mencapai outcome se-

bagai konsekuensi dari studi implementasi kebijakan. Implementasi

14 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 30: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kebijakan senantiasa melibatkan hasil penelitian dan analisis dari

pelaksanaan program nyata yang mempunyai bentuk sebagai

sarana yang dapat menjadikan sasaran kebijakan yang luas.

Walaupun studi implementasi merupakan suatu pendekatan

atau kecenderungan baru dalam studi Administrasi Negara

(administrasi pembangunan), pada hakekatnya bukanlah hal yang

sama sekali baru, paling tidak dalam arti konsep dan ruang lingkup

yang telah lama menjadi bidang perhatian studi administrasi

pembangunan. Namun harus diakui bahwa konseptualisasi, model,

pendekatan penerapan dalam penelitian dan pengkajian terhadap

proses pembangunan nasional, dengan studi kasus terhadap

beberapa program pembangunan nasional tertentu, memang

merupakan sesuatu yang relatif baru di Indonesia.

Masalah implementasi kebijakan (policy implementation)

sejak kurang lebih dua dekade terakhir, telah menarik perhatian

para ahli ilmu sosial, khususnya ilmu politik dan Administrasi

Negara, baik di Negara maju atau industri maupun di Negara

berkembang. Masalah implementasi kebijakan (pembangunan)

telah menarik perhatian karena dari berbagai pengalaman di

negara maju dan di negara berkembang menunjukkan bahwa

berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, mulai dari yang

sederhana sampai yang rumit. Faktor tersebut antara lain berupa

sumberdaya manusia sampai pada struktur organisasi dan

hubungan kerja antar-organisasi; dari masalah komitmen para

pelaksana sampai sistem pelaporan yang kurang lancar, dan dari

sikap politisi yang kurang setuju sampai faktor lain yang sifatnya

kebetulan.

Dalam kenyataan, hal itu dapat mempengaruhi program-

program pembangunan, baik dalam arti mendorong keberhasilan

maupun menjadi penyebab berbagai kegagalan atau kurang

15bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 31: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

berhasilnya mencapai apa yang telah dinyatakan semula sebagai

tujuan kebijakan dibandingkan dengan apa yang sesungguhnya

terwujud dan diterima oleh masyarakat. Upaya untuk memahami

adanya gap antara apa yang diharapkan dengan apa yang

sesungguhnya terlaksana atau yang diwujudkan dan diterima oleh

masyarakat sebagai “outcome” dari kebijakan telah menimbulkan

kesadaran mengenai pentingnya studi implementasi.

Secara umum implementasi adalah menghubungkan

antara tujuan kebijakan terhadap realisasi dengan hasil kegiatan

pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Grindle (1980:6)

bahwa:

In general, the task of implementation is to establish a link that

alows the goals of publik policies to be realized as outcomes of

governmental activity. It involves, therefore, the creation of a

“policy delivery sistemr”, in whuch specific are designed and

pursued in the expectation of arriving at particular ends.

Menurut Lane (1993:191), implementasi dapat dinyatakan

dalam formula-formula sebagai berikut: (DF1) Implementation = F

= (Intention, Output, Outcome). Dimana implementasi mengacu

kepada menghasilkan output dan outcome yang kongruen

dengan maksud awalnya. Dengan demikian implementasi

memiliki pengertian ganda, yaitu: (1) “eksekusi” di satu sisi dan,

(2) “fulfil” atau penyelesaian (accomplishment) disisi lain.

Konsep implementasi mencakup dua hal pokok yaitu

program kebijakan (policy) yang kemudian akan menghasilkan

outcome. Tujuan-tujuan dari kebijakan dirumuskan oleh berbagai

actor dalam proses politik, sehingga definisi actor ini meliputi

dua kelompok yaitu formator dan implementator.

16 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 32: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Dengan mengembangkan formula awal, maka implementasi

dapat dikemukakan dalam formula berikut: (DF2) Implementation =

F (Policy, Outcome, Form ator, Implementor, Initiator, Time).

Berdasarkan definisi implementasi kebijakan tersebut,

maka menurut Lane (1993:91), terdapat dua konsep dalam

implementasi yang memiliki fokus yang berbeda, yaitu: 1)

Implementasi sebagai tujuan akhir atau pencapaian kebijakan

(policy achievement). Fokus dalam konsep ini adalah evaluasi,

yaitu menilai (implementation judgment) sampai sejauh mana

keberhasilan implementasi (fungsi penyelesaian/accomplishment

function); 2) implementasi sebagai proses atau eksekusi kebijakan

yang memberikan focus pada prosesnya (fungsi sebabai akibat

/causal function).

Selanjutnya Lane mengemukakan bahwa konsep imple-

mentasi memiliki dua aspek, yaitu (Lane, 1993:102): 1) Hubungan

antara tujuan (objective) dan hasil (outcome), sisi tanggung jawab

(responsibility side); 2) Proses untuk membawa kebijakan kedalam

efek yang merupakan sisi keepercayaan (trust side).

Berdasarkan sisi tanggungjawab dan kepercayaan tersebut

dalam proses kebijakan terdapat dua model, yaitu (Lane, 1993 :

103): 1) Top-down model yang memberikan tekanan berlebih

pada sisi tanggungjawab (responsibility); 2) Bottom-up model yang

menekankan pada sisi kepercayaan (trust side), yang berusaha

untuk memberikan kebebasan kepada implementor, sebagai alat

untuk menangani ketidakpastian dengan fleksibilitas dan

pembelajaran.

Proses implementasi adalah kombinasi dari tanggung

jawab (responsibility) dan kepercayaan (trust) dalam kaitan antara

warganegara dan sektor publik secara umum dan dalam hubungan

antara politisi dan pejabat. Dalam proses implementasi sekurang-

17bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 33: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak harus

ada, yaitu: (1) adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan;

(2) kelompok target, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi

sasaran, dan diharapkan akan menerima manfaat dari program

tersebut, perubahan atau peningkatan; dan (3) adanya pelaksana

(implementor), baik organisasi atau perorangan, yang ber-

tanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Ketidakberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan yang sering

dijumpai antara lain disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya,

struktur organisasi yang kurang memadai dan kurang efektif, dan

atau karena komitmen (nilai) yang rendah di kalangan pelaksana.

Faktor-faktor politik atau waktu yang kurang tepat serta

bermacam alasan lainnya, turut pula mempengaruhi sebuah

kebijakan atau program hingga tidak dapat terlaksana dengan

baik.

Terdapat beberapa teori utama tentang implementasi

Donald S. Van Meter and Ccarl E. Van Horn (1978) menyatakan

implementation as a linear process. Pandangan ini melihat

implementasi meliputi proses linear yang terdiri atas 6 variable

yang mengkaitkan kebijakan dengan performance: (a) Standar dan

tujuan; (b) Sumber daya; (c) Komunikasi dan aktivitas antara

organisasi; (d) Karakteristik agen-agen implementasi; (e) Kondisi

ekonomi, dan politik; (f) Sikap dari pelaksana.

Kemudian secara sederhana dikatakan bahwa implementasi

kebijakan merupakan penterjemahan dari pernyataan kebijakan ke

dalam tindakan (Cooper, 1998:185). Keterkaitan yang sangat kuat

antara perumusan kebijakan dan implementasi dikemukakan

oleh Hogwood dan Gunn (Hogwood and Gunn, 1986:198): “there is

not sharp divide between (a) formulating a policy and (b) implementing

18 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 34: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

that policy. What happens at the so – caled “Implementation” stage will

influence the actual policy outcome. Conversely the probability of a

successful outcome (which we define for the moment as that outcome

desired by the initiators of the policy) will be increased if thought is given

as the policy design stage to potential problems of implementation”.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perumusan

kebijakan harus dilakukan dalam “perspektif” implementasi, agar

kebijakan tersebut dapat di implementasikan secara efektif.

Model-Model Implementasi Kebijakan

1. Model Lane

Menurut Lane (1993:94), terdapat beberapa model

implementasi yaitu sebagai berikut:

a. Implementasi sebagai administrasi yang sempurna

(implementation is perfect administration). Model ini

dikemukakan oleh Hood yang merumuskan model

inplementasi yang menghasilkan implementasi kebijakan

yang sempurna. Model administrasi sempurna ini

mensyaratkan adanya struktur otoritas: hirarki (hierarchy),

kepatu han (obedience), kendali (control) dan koordinasi

sempurna (perfect coordination). Kritik terhadap model yang

sifatnya top-down ini adalah adanya kompleksitas intra atau

inter organizational.

b. Implementasi sebagai manajemen kebijakan (implementation

as policy management). Model yang dikembang-kan oleh

Sabatier dan Mazmanian ini mengemukakan kondisi-

kondisi yang mempengaruhi keberhasilan implementator:

a) Technology; b) Tujuan-tujuan yang tidak ambiquity

19bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 35: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

(bermakna ganda); c) Keahlian (skill ); d) Dukungan (support)

dan consensus.

c. I mplementasi sebagai evolusi (implementasi as evolution).

Teori proses implementasi ini sebagai redefinisi dari

objectives (tujuan) dan reinterprestasi dari outcomes, itulah

evolusi. Konsep evolusi dari implementasi berimplikasi

bahwa proses implementasi tidak dapat secara sederhana

dipisahkan dari tahapan-tahapan dari perumusan kebijakan,

objectives dan outcomes. Hal ini menunjukkan bahwa

implementasi adalah tanpa akhir (endless). Implementasi

akan selalu berevolusi, tidak dapat dihindari merupakan

reformulasi sebagaimana juga pelaksanaan kebijakan.

d. Implementasi sebagai pembelajaran (implementation as

learning). Dalam model ini implementasi merupakan suatu

proses pembelajaran tanpa akhir (an endless learning

process) dimana implementator melalui proses pencarian

yang kontinyu muncul dengan fungsi tujuan yang telah

diperbaiki dari teknologi program muncul dengan fungsi

yang telah diperbaiki dari teknologi program yang lebih

dapat diandalkan. Tidak ada suatu akhir yang alamiah dari

proses implementasi kebijakan, karena masing-masing

tahapan berarti suatu perbaikan dalam kaitan dengan

tahapan terdahulu, dimana berdasarkan perubahan waktu,

tujuan-tujuan asli sudah ditransformasikan (wildavsky).

e. Implementasi sebagai struktur (implementation as structure).

Model ini menyatakan bahwa struktur implementasi terdiri

atas himpunan dari anggota-anggota di dalam organisasi

yang melihat program sebagai kepentingan umum mereka.

Secara jelas, struktur implementasi meliputi kumpulan para

aktor, yaitu unit-unit yang melaksanakan program-program.

20 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 36: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

f. Implementasi sebagai outcome (implementation as

outcome). Model ini memusatkan perhatian pada

implementasi sebagai: “putting policy into effect”.

g. Implementasi sebagai suatu perspektif (implementation as

perspective). Model ini merujuk pada pendapat Walter

Wiliams dalam Lane (1993 : 95 ) yang mengemukakan

bahwa diperlukan mengambil perspektif khusus sebagai

titik awal untuk eksekusi kebijakan. Perspektif implementasi

disini adalah suatu jenis ilmu administrasi yang bersifat

praktis. Menurut Wiliams, perspektif implementasi adalah

perspektif para praktisi.

h. Implementasi sebagai pemetaan bagian belakang

(implementation as backward mapping). Model ini

menyatakan bahwa proses imlementasi melibatkan

sejumlah partisipan. Analisis implementasi sebenarnya

membutuhkan perhatian yang lebih difokuskan kepada

pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan

outmes pada basis kegiatan hari per hari (day-to-day basis).

I. Implementasi sebagai simbolisme (implementation as

symbolism). Model ini menyatakan bahwa tidak hanya

implementor yang dapat menolak perubahan atau pen-

dekatan bahwa tujuan dan program menurut interprestasi

mereka, tetapi juga pembuat kebijakan ( p o l i c y m a k e r )

dapat menganggap penting atau menguntungkan untuk

mengakibatkan eksekusi kebijakan. Hal ini menunjukan

bahwa proses implementasi merupakan suatu simbolisme

secara politik (political symbolism).

j. Implementasi sebagai bermakna ganda (implementation as

ambiguity). Dalam model ini implementasi kebijakan akan

mengalami kegagalan (sidebut implementation deficit)

21bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 37: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

bukan karena adanya gap antara pembuatan kebijakan

yang rasional dengan implementasi kebijakan yang tidak

sempurna, tetapi karena the Loosences of policies.

k. Implementasi sebagai koalisi (implementation as coalition).

Sebatier dalam Lane (1993 : 95) mengemukakan bahwa

proses implementasi berbagai organisasi publik dan

private yang sharing keyakinan dan yang berusaha untuk

merealisasikan tujuan-tujuan umum mereka. Dalam model

ini implementasi dipahami sebagai proses jangka panjang

dimana koalisi (privat dan publik) berinteraksi dan belajar

tentang teknologi dan outcome program.

2. Model Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh

van Meter dan van Horn (1978 : 145) disebut sebagai A Model of

The Policy Implementation Prosess yang mengemukakan adanya

enam variabel yang membentuk ikatan (linkage) antara kebijakan

dan pencapaian (performance). Model ini menunjukan hubungan

antara variabel–variabel bebas (independent variable) dan variable

terikat (dependent variable) mengenai kepentingan-kepentingan,

serta hubungan di antara variabel bebas.

3. Model Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Sabatier dan Mazmanian dalam Wibawa (1994: 25) mem-

berikan perhatian yang lebih pada birokrasi. Dia menganggap

bahwa suatu implementasi akan efektif apabila birokrasi

pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh

peraturan (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis). Karena

itulah model ini disebut sebagai model Top-down. Dengan asumsi

tersebut, maka tujuan dan sasaran program harus jelas dan

22 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 38: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

konsisten, karena ini merupakan standar evaluasi dan sarana

yang legal bagi birokrasi pelaksana untuk mengarahkan

sumberdaya. Model ini cenderung sentralistik dan otoriter

kurang memperhatikan pendapat bawahan.

Penulis berpendapat bahwa model Mazmanian dan

Sabatier hanya lebih menekankan kepatuhan para

implementator terhadap aturan - aturan artinya hanya bersifat

top down sementara dalam kebijakan tentang AFTA dituntut

untuk mengakomodir tuntutan dari bawah atau lebih bersifat

bottom up jadi teori ini kurang cocok.

4. Model Grindle

Grindle menyatakan bahwa proses umum implementasi

dapat dimulai ketika tujuan dan sasaran telah dispesikasikan,

program-program telah di desain, dan dana telah dialokasikan

untuk pencapaian tujuan. Ketiga hal tersebut merupakan syarat-

syarat dasar (Basic Conditions) untuk eksekusi suatu kebijakan

publik. Selanjutnya Grindle mengemukakan bahwa proses

implementasi kebijakan dipengaruhi oleh isi kebijakan (the

Content of Policy) dan konteks kebijakan (the Context of Policy)

yang terkait dengan formulasi kebijakan.

Isu kebijakan yang berkaitan dengan jenis kebijakan yang

mempengaruhi proses implementasi, yaitu:

a. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi;

b. Tipe keuntungan (dapat terbagi/tidak tebagi, jangka

pendek/panjang);

c. Tingkat perubahan perilaku;

d. Lokasi dari implementasi (secara geografi dan organi-

sasional);

23bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 39: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

e. Pelaksanaan program yang ditunjuk (kapasitas memanage

program);

f. Sumber daya.

Konteks kebijakan meliputi:

a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor-aktor yang

terlibat;

b. karakteristik institusi dan regim;

c. kerelaan/kesediaa n (Compliance) dan responsiveness.

Penulis berpendapat bahwa model Grindle menyatakan

salah satu faktor dalam implementasi kebijakan adalah adanya

tipe keuntungan untuk jangka panjang (lebih dari 10 tahun)

sehingga lebih tepat untuk policy level karena dalam operational

level waktunya tidak lebih dari satu tahun.

5. Model Hogwood dan Gunn

Menurut Hogwood dan Gunn(1986 : 199) untuk dapat mengimplementasikan kebijakan publik secara sempurna diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

The logical pre conditions of implementation, such as :

a.. The circumstances external to implementing agency do not

impose crippling constraints.

b. That adequate time and sufficient resources are made available

tothe program

c. That the required combination of resources is actually available

d. That the policy to be implemented is based upon a valid theory of

cause and effect

e. That the relationship between cause and effect is direct and that

there are few any, interesting links

24 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 40: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

f. That dependency relationships are minimal

g. That there is understanding oj and agreement on objectives

h. That task are ful y specify in correct sequence

i. That There is perfect communications and coordination

j. That those in perfect communication can demand and obtain in

perfect compliance.

Selanjutnya Wahab (2002 : 71) mengacu pada pendapat

Hogwood dan Gunn menjelaskan bahwa untuk dapat

mengimplementasikan kebijakan publik secara sempurna (perfect

implementation) maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu

sebagai berikut :

a. Kondisi ekternal yang dihadapi oleh badan pelaksana tidak

akan menimbulkan kendala yang serius

b. Waktu dan sumber daya yang memadai untuk memungkin-

kan pelaksanaan program

c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

tersedia

d. Kebijakan yang akan di mplementasikan di dasari oleh teori

kausalitas yang andal

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit

mata rantai penghubungnya.

f. Hubungan saling ketergantungan harus seminimal mungkin

g. Pemahaman dan kesepakatan terhadap tujuan

h. Tugas yang ditempatkan dalam urutan yang tepat

i. Komunikasi dan koordinasi yang baik

j. Pihak-pihak yang memiliki kewenangan kekuasaan dapat

menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang penuh.

Selanjutnya penulis akan menguraikan sepuluh syarat dari

Hogwood dan Gunn dalam mengimplementasikan kebijakan:

25bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 41: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh Badan Pelaksana Tidak

Menimbulkan Kendala yang serius. Beberapa kendala pada

saat implementasi kebijakan berada di luar kendali para

administrator, sebab hambatan-hambatan itu memang di

luar jangkauan wewenang badan pelaksana. Hambatan-

hambatan tersebut diantaranya bisa bersifat fisik dan bisa

hambatan politis dalam arti bahwa baik kebijakan maupun

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melaksanakannya

dapat diterima atau tidak disepakati oleh berbagai pihak yang

kepentingannya terkait. Kendala-kendala semacam ini cukup

jelas dan mendasar sifatnya sehingga sedikit sekali yang

dapat diperbuat oleh para administrator guna menga tasinya,

(Hogwood dan Gunn, 1986 : 199): ”Some abstacles to

implementation are outside the control of administrators because

they are external to the policy and the implementing agency. Such

obstacles may be physical, or they maybe political, in that either

policy or measure needed to achieve it are unacceptable to

interest's which have the power to veto them. These constraint are

obvious and these is little that administrators can do to overcome

them except in their capacity as adviser”.

Hambatan dalam kondisi eksternal ini didukung pula

oleh pendapat (Wahab, 2002:62) sebagai berikut: “Suatu

kebijakan boleh jadi tidak dapat di mplementasikan secara

efektif sehingga dinilai oleh para pembuat kebijakan sebagai

pelaksaanaan yang jelek atau baik pembuat kebijakan mapun

mereka yang ditugasi untuk melaksanakan sama-sama

sepakat bahwa kondisi eksternal benar-benar tidak

menguntungkan bagi efektivitas implementasi sehingga

tidak seorangpun perlu dipersalahkan. Dengan kata lain,

kebijakan itu telah gagal karena nasibnya memang jelek”.

26 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 42: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

b. Waktu dan Sumber Daya yang Memadai Untuk Memungkin-

kan Pelaksanaan Program. “This condition partly overlaps the

first , in hat it often within the category of external constraints.

However, policies which are physical y or politically feasible

may stril fail to achieve state intentions. A common reasons is

that too much is expected too soon, especially when attitudes

or behavior are involved. Another reasons is that politicians

sometimes wil the policy and but not the 'means'. “ (Hogwood

dan Gunn, 1986: 200).

Pada syarat yang kedua dikemukakan bahwa alasan yang

biasanya dikemukakan untuk menerangkan penyebab

gagalnya suatu pencapaian tujuan, namun kurang peduli

dengan penyediaan sarana untuk mencapainya. Jika dana,

sarana dan waktu yang diperlukan dalam mengimplemen-

tasikan kebijakan tidak tersedia maka dapat menyebabkan

seluruh proses kebijakan yang sudah dijalankan menjadi sia-

sia, sehingga tujuan kebijakan yang telah dirumuskan tidak

dapat dicapai dengan optimal.

c. Perpaduan sumber-sumber daya yang benar-benar tersedia.

Dalam kenyataannya seringkalai terjadi hambatan yang

serius, misalnya perpaduan antara lingkungan, dana, tenaga

kerja serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

menjalankan program yang seharusnya dipersiapkan secara

serentak, sehingga keterlambatan sumber-sumber tersebut

seringkali terjadi dan berdampak pada penyelesaian

program/proyek. “The third conditions fol ows on natural y from

the second, namely that there must not only be constraint in term of

overall resources but also that, at reach stage in the implementation

process, the appropriate combination of resources mus actually.”

(Hogwood dan Gunn. 1986:201).

27bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 43: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Tersedianya sumber yang diperlukan tidak menjamin

bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik

jika tidak didukung dengan perpaduan antara sumber-

sumber tersebut. Sama halnya jika sumber daya yang telah

tersedia tidak dapat digunakan secara optimal, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya kegagalan dalam mengimplemen-

tasikan kebijakan. Pernyataan ini didukung pula oleh Santoso

yang menyatakan bahwa: “Personil yang tidak memadai

jumlahnya dan dengan kecakapan yang rendah maka akan

mempengaruhi dalam pelaksanaan kebijakan. Selanjutnya

pelaksanaan kebijakan dipengaruhi juga oleh sumber daya

yang memadai.” (Santoso, 1997:8). Dengan demikian

walupun jumlah pelaksana sudah memadai namun jika tidak

memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan

kebijakan termasuk menyampaikan informasi kepada orang-

orang yang memerlukannya maka akan mengakibatkan

pencapaian tujuan dari kebijakan tidak optimal.

d. Kebijakan yang diimplementasikan didasari oleh suatu

hubungan kausal yang andal. Kebijakan terkadang tidak

efektif bukan karena kebijakan itu di mplementasikan

secara asal-asalan, melainkan karena itu sendiri memang

tidak baik. Hal ini dikarenakan tingkat pemahaman yang tidak

memadai mengenai tingkat persoalan yang akan

ditanggulangi sebab-sebab timbunya masalah dan cara

penyelesainnya atau peluang-peluang yang tersedia untuk

mengatasi masalahnya, sifat permasalahan dan tindakan

yang diperlukan. Permasalahan implementasi kebijakan

bila diselesaikan dengan analisis terhadap efisiensi

permasalahan, serta permilihan langkah analisis yang baik

dalam proses pembuatan kebijakan. “Policies are

28 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 44: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

sometimes ineffective not because they are badly implemented, but

because they are bad policies. That is, the policies maybe based

upon in inadequate understanding of a problems to be solved, its

cause and cure or of an opportunity, its nature, and what it needed to

exploit it.... A problem of implementation which can only be tackled

by better analysis at the issues definition and options analysis

stages of the py making process.” (Hogwood dan Gunn,

1986:202).

Alasan mengenai kebijakan yang tidak tepat ini, jelas

nantinya akan berpengaruh terhadap implementasi

kebijakan. Pendapat yang mendukung Hogwood dan Gunn

ini dikemukakan oleh Wahab sebagai berikut: “Faktor

penyebab lainnya, namun kerapkali oleh para pembuat

kebijakan tidak diungkapkan secara terbuka kepada

masyaraka, ialah bahwa kebijakan itu gagal karena

sebenarnya sejak awal kebijakan tadi memang jelek, dalam

artian bahwa ia telah dirumuskan secara sembrono, tidak

didukung oleh informasi yang memadai, alas an yang keliru

atau asumsi-asumsi dan harapan-harapan yang tidak

realistis.” (Wahab, 2002:62).

e. Kebijakan yang akan di mplementasikan didasari oleh

suatuhubungan kausal yang berlaku. “Pressman and Wildavsky

argue that policies which depend upon a long sequence of cause

and effect relationship have a particular tendency to break down,

since a longer chain of causality, the more numerous the reciprocal

relationship among the links and the more complex implementation

becomes, in other words, the more links in the chain, the greater the

risks that some of them wil prove to be poorly conceived or badly

executed.” (Hogwood dan Gunn, 1986:203).

29bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 45: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Hogwood dan Gunn berdasarkan pendapat Pressman

dan Wildavsky, kebijakan yang tergantung pada mata rantai

yang sangat panjang dari hubungan kausalitas, memliki

kecenderungan yang khusus untuk mengalami kegagalan

sebab makin panjang mata rantai kausalitas, semakin banyak

hubungan timbale balik diantara mata rantai penghubungnya

dan implementasinya menjadi semakin kompleks, dengan

kata lain, semakin banyak mata rantai, semakin tinggi resiko

dari beberapa mata rantai tersebut mengalami kegagalan.

Dari penjelasan tersebut intinya bahwa semakin banyak

hubungan mata rantai dalam plementasi kebijakan, maka

semakin besar pula resiko tidak tercapainya target yang ingin

dicapai.

f. Hubungan saling ketergantungan harus seminimal mungkin.

”The condition of perfect implementation that there is a single

implementing agency which need not depend on other

agencies mus be involved that the dependency relatioanship

are minimal in number and importance.” (Hogwood dan

Gunn, 1986:2004).

Implementasi kebijakan yang sempurna menuntut

adanya persyaratan bahwa untuk mencapai kesuksesan

hanya diperlukan badan pelaksana tunggal, walaupun

dalam pelaksanaan harus melibatkan badan atau instansi

lain, maka hubungan ketergan tungan dalam organisasi-

organisasi tersebut haruslah pada tingkat yang minimal,

baik dalam artian jumlah maupun kadar kepentingannya.

Pendapat yang juga menyatakan mengenai hubungan

antara lembaga dan kaitannya dengan kurang antisipasi

terhadap teknis pelaksanaan dan perumusan suatu

30 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 46: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kebijakan dikemukakan oleh Hoogerwerf yang diterjemahkan

oleh Nasroen sebagai berikut: “Lebih sering lagi tidak cukup

diberikan waktu pembentukan kebijakan kepada aspek-

aspek teknis dair pelaskanaan kebijakan yang bersangkutan.

Masalah ini umpamanya akan timbul jika ada pemisahan

kelembagaan antara pembentukan kebjiakan dengan

pelaksanaan kebijakan.” (Hoogerwerf. 1983: 170). Pendapat

tersebut mengenai pentingnya pelaksana tunggal, hal ini

perlu untuk mengantisipasi terjadinya konflik yang

disebabkan adanya perbedaan kesepakatan dan komitmen

terhadap tujuan maupun terhadap setiap tahapan kebijakan.

g. Pemahaman dan Kesepakatan terhadap tujuan. Pada syarat

yang ketujuh Hogwood dan Gunn menyatakan bahwa:

”The requirement here is that ther should be complete

understanding of, and agreement on, the objectives to be

achieved, and that there conditions should persist through

out the implementation process.” (Hogwood dan Gunn,

1986:205).

Persyaratan ini mengharuskan adanya pemahaman

yang menyeluruh mengenai tujuan dan kesepakatan

terhadap tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan yang

penting keadaan ini harus dapat diperthankan selama

proses implementasi. Setiap pelaksanaan tidak hanya harus

mampu melaksanakan suatu kebijakan, tapi yang lebih

penting mereka harus memahami tujuan yang harus

dicapai melalui kebijakan tersebut. Sehubungan dengan hal

itu Sunggono (1994:147) menyatakan bahwa pelaksana

tidak hanya dipersyaratkan memiliki kemampuan untuk

melaksanakan akan substansi kebijakan publik yang

31bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 47: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

hendak dilaksanakan. Tujuan yang diutarakan didalam

kebijakan sering masih berupa garis besarnya saja. Tujuan

tidak diuraikan lebih operasional lagi, menyebabkan para

pelaksana kurang memahami tujuan yang di nginkan.

Implementasi suatu program tidak hanya membutuhkan

serangkaian tahapan dan jalinan hubungan tertentu,

melainkan juga kesepakatan terhadap tujuan atau sasaran

serta komitmen pada tiap tahapan diantara sejumlah pelaku

ayng telribat, apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka

peluang bagi keberhasilan implementasi program dan

pencapaian hasil akhir yang diharapkan kemungkingan akan

makin berkurang.

6. Model George C. Edward I I

Menurut Edward I I, studi implementasi kebijakan adalah

krusial bagi administrasi publik dan kebijakan publik.

Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan

antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi

kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. “The study

policy implementation is crucial for the study of public administration

and public policy. Policy implementation, as we have seen, is the stage

of policy making between the establishment of a policy and the

consequences of the policy for the people whom it affects.”.

Selanjutnya dalam bukunya “Implementing Public Policy” tersebut,

Edward II (1980:37) mengemukakan terdapat 4 (empat) faktor

kritis dalam implementasi kebijakan publik, yaitu komunikasi,

sumberdaya, sikap kecenderungan dan struktur birokrasi.“four

critical factor or variable in implementing public policy : communication,

resources, disposition or attitudes, and bureaucratic structure”.

32 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 48: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

a. Komunikasi (communication)

Dalam proses komunikasi kebijakan, Edward II (1980: 37)

menyebutkan bahwa transmisi, konsistensi dan kejelasan,

memberikan pengaruh terhadap efektifitas implementasi

kebijakan. Para penerima informasi(target audience) baik

sebagai pengirim (sender) maupun penerima (receiver) perlu

mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap kebijakan.

Hakaekat komunikasi yang dirangkum oleh Ibrahim T.J.

A. Sudiyono, dan Harpowo (2003: 37-38) dari pendapat pakar

ilmu komunikasi adalah: “Komunikasi pada hakekatnya

adalah proses pertukaran pesan-pesan verbal dan atau non

verbal (message) diantara pengirim (sender or sourceor

communicator) dengan penerima (receiver- communicant)

melalui berbagai media (method, channel, transmitter)-

transmisi guna mengubah sikap dan perilaku yang mencakup

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Proses alami

komunikasi digambarkan oleh Schermerhorn, et al (2003: 337)

dengan menambah faktor noise: “A process of sending and

receiving messages with attached meanings. They include a source,

who encodes an intended meaning into a message, and receiver,

who decodes the message into a perceived meaning. The receiver

may or may not give feedback to the source. Noise is the term used

to any disturbance that disrupts it and interferes with transference of

the messages within the communications process”. Maksud

Schermerhorn et al bahwa pelaksanaan komunikasi kebijakan

antara pemerintah dengan masyarakat merupakan suatu

proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang me-

ngandung arti-arti. Mereka terdiri atas sebuah sumber yang

memberi tanda arti yang dimaksudkan dan penerima yang

33bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 49: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

yang ditandai pesan dengan arti yang diterima. Penerima bisa

memberikan atau tidak memberikan masukan balik kepada

sumber. Noise adalah istilah yang diberikan bagi gangguan

yang menghambat pesan-pesan dalam proses komunkasi.

1). Komunikator

Sumber komunikasi atau komunikator atau dalam

penelitian ini berfungsi sebagai implementator kebijakan

yang menurut Ibrahim et al (2003: 17) harus memiliki

keterampilan untuk meyakinkan atau mempengaruhi orang

lain, sehingga sebelum berkomunikasi, komunikator harus

meyakini terlebih dahulu kebenaran dan rumusan kebijakan

yang akan dikomunikasikan. Komunikator kebijakan harus

memiliki rasa percaya diri. yang tinggi.Komunikator kebijakan

harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga dalam

proses komunikasi kebijakan tidak terjadi hambatan-

hambatan yang berasal dari internal diri komunikator

(Ibrahim et al, 2003: 37 - 38).

2). Penerima (Receiver)

Ibrahim et al (2003 : 40) membagi dua kelompok komunikasi

ini yakni penerima yang dikehendaki (intended receiver) dan

penerima yang tidak dikehendaki (unintended receiver).

Fliegel F.C. (1984) dalam Swanson B.E. (1984: 80) menyatakan

bahwa beberapa tahapan respon yang terjadi dalam diri

penerima pesan komunikasi tergantung pada; (1) bentuk

pengetahuan atau informasi (pesan) yang dikomunikasikan

(baru atau lama), adalah merupakan kondisi kualitas tertentu

dari informasi yang diperoleh berdasarkan perbedaan waktu

34 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 50: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

mendapatkannya. (2) cara mengkomunikasikan atau

menyampaikan (persuasive, atau menarik), adalah langkah-

langkah bagaimana memperoleh informasi tersebut, dengan

jalan yang persuasif atau pemaksaan/penekanan. (3)

keputusan yang diambil oleh penerima untuk implementasi

atau adopsi dan konfirmasi, adalah rencana penggunaan

informasi yang telah diperoleh tersebut yaitu untuk

implementasi atau konfirmasi.

c. Media / Saluran Komunikasi (Channel-Transmitter)

Terdapat banyak cara, metode dan saluran komunikasi

baik secara lisan pada pendekatan individual dan massal

(pidato, ceramah, kuliah), maupun secara tertulis (melalui

poster, brosur, leaflet, selebaran dan media cetak lain),

audiovisual (film, TV, CD) dan bentuk-bentuk lainnya.

Semakin banyak cara, metoda dan saluran komunikasi yang

digunakan oleh komunikator komunikasi kebijakan, semakin

paham penerima (receiver) kebijakan terhadap rumusan,

implementasi dan evaluasi kebijakan yang disampaikan itu

(Ibrahim et al, 2003 : 18).

d. Hambatan (Noise)

Noise or communication barriers atau hambatan

komunikasi menurut Schermerhorn, Hunt and Osborn (2003

: 342) disebabkan oleh enam faktor yaitu : (a) Distraksi fisik

(physical distraction) yang merupakan akibat dari gangguan

konsentrasi yang disebabkan perencanaan tidak menetapkan

prioritas-prioritas; (b) Masalah-masalah semantik (semantic

problems), yakni masalah bahasa dan kata-kata yang dapat

menyebabkan penerima pesan mempersepsikan lain isi pesan

yang disampaikan komunikator, sehingga komunikasi lisan

35bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 51: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

maupun tertulis harus benar-benar memperhatikan bahasa

dan memilih kata-kata yang tepat, atau dengan lain kata :

sampaikan pesan singkat dan sederhana (Kiss principle) ; (c)

Pesan-pesan campuran (mixed messages) yaitu ketika

komunikator menyampaikan suatu pesan dengan kata -

kata, namun bersamaan dengan itu dibuat gerakan-gerakan

b a d a n d a n m i m i k n y a ( b o d y l a n g u a g e ) y a n g

mengkombinasikan pesan lain; (d) Perbedaaan budaya

(cultural difference) yang terjadi pada komunikasi lintas kultur;

(e) Tiadanya masukan (absence of feedback) yang terjadi pada

komunikasi satu arah (one way communication) dan terakhir

adalah (f) Pengaruh-pengaruh status (status effects) yang

terjadi akibat perbedaan tingkatan antara komunikator dan

penerima. Untuk menghilangkan pengaruh perbedaan

tingkatan ini maka komunikator dan penerima harus

membangun kemitrasetaraan dengan optimalisasipada

obyek kegiatannya. Pelaksanaan pengkomunikasian kepada

penerima sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan

pesan-pesan yang mengandung arti-arti. Mereka terdiri dari

sebuah sumber yang memberi tanda arti yang dimaksudkan

dan penerima yang ditandai pesan dengan arti yang

diterima. Penerima bisa memberikan atau tidak memberikan

masukan balik kepada sumber. Noise adalah istilah yang

diberikan bagi gangguan yang meng-hambat pesan-pesan

dalam proses komunikasi. Jika terdapat tersendatnya

komunikasi dengan penerima disebab-kan peran

komunikator masih belum optimal. Mereka terdiri atas

sebuah sumber yang memberi tanda arti yang dimaksudkan

dan penerima yang ditandai pesan dengan arti yang diterima.

36 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 52: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Penerima bisa memberikan atau tidak memberikan masukan

balik kepada sumber.

b. Sumberdaya (resources)

Faktor kedua yang mempengaruhi implementasi

kebijakan adalah sumberdaya. Edward I I (1980 : 87)

menyebutkan bahwa walaupun ketiga faktor dalam dalam

proses komunikasi terpenuhi, namun tanpa dukungan

sumberdaya (manusia dan fasilitas) yang handal dan

memadai, implementasi kebijakan tidak akan efektif. Karena

peran komunikator merupakan faktor terpenting yang akan

menghalangi keberhasilan pelaksanaan kebijakan

pengkomunikasian, yang dalam hal ini dialami oleh banyak

peran komunikator yang mungkin akan menyebabkan kinerja

obyek kegiatan semakin menurun. Simanjuntak, (1985: 30)

menyatakan bahwa sumberdaya masukan dapat terdiri atas

beraneka ragam faktor produksi seperti kapital, tanah,

bangunan, peralatan dan mesin, bahan baku dan sumberdaya

manusia. Kendatipun demikian dalam implementasi

kebijakan, faktor manusia adalah strategis karena

peningkatan produktifitas faktor produksi lainnya sangat

tergantung pada kemampuan dan kualitas sumberdaya

manusia yang menangani, mengelola, mengendalikan dan

memanfaatkannya. Sumberdaya kebijakan yang secara garis

besar terdiri dari sumberdaya manusia yakni sumberdaya

komunikator (dalam hal ini aparatur pemerintah) dan sumber-

daya produksi dan distribusi; di samping sumberdaya alam

baik berupa potensi alam, ketersediaan waktu, ketersediaan

tempat, serta sumberdaya buatan yang terdiri dari

ketersediaan sumberdana yang stabil, serta fasilitas-fasilitas

berupa sarana dan prasarana implementasi. Pembagian

sumberdaya kebi jakan sebagai faktor pent ing

37bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 53: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

implementasi kebijakan dalam empat dimensi praktis

tersebut adalah:

1). Sumberdaya Aparatur

Sumberdaya aparatur yang jumlahnya tidak

mencukupi pada tingkat kelembagaan implementator,

akan meng-hambat kelancaran implementasi kebijakan,

sehingga, staffing yang dimulai dari rekruitmen dan

pembinaan merupakan masalah sentral dalam

implementasi terutama pada implementasi kebijakan

baru. Di samping itu segi keterampilan aparatur yang

menangani implementasi kebijakan juga sangat

menentukan tercapainya tujuan implementasi. Aparatur

perlu segera dibina serta dikem-bangkan secara terus

menerus, bertahap serta sistimatis agar memiliki lebih

banyak kemauan dan kemampuan secara individual atau

secara kolektif. Menurut Winardi (2000: 441) ketika mereka

bekerja dalam suatu tim jaringan kerja (team work and

networking) pada fokus berikut: (1) memiliki sikap mental

dan budi pekerti luhur(highly mental attitude), (2) memiliki

cita-cita, imajinasi, gagasan, kreatifitas, inovasi, dedikasi,

empati dan kearifan (idealism, imagination, initiative,

creativity, innovation, dedication, emphatic and wisdom).

Empatisme dan kearifan dalam implementasi kebijakan

akan menimbulkan sikap bahwa pelaku implementasi

tersebut tidak menggurui, tidak semata-mata menjadi ahli,

tidak berdebat, tidak memutuskan komunikasi dan

pembicaraan, serta tidak bersikap diskriminatif terhadap

pelayanan publik . Secara sistematis , layanan

implementator kebijakan ditentukan oleh pemahaman

ikhwal problemnya, orang-orang mempengaruhinya,

38 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 54: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

sifat serta pola hubungan-hubungan kerja yang timbul di

antara dan di dalam berbagai kelompok orang-orang yang

bersama-sama membentuk lingkungan kerjanya (Winardi,

2000 :442).

2). Sumberdana Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan harus memiliki dukungan

pendanaan yang memadai dan stabil. Implementator pada

tingkat bawah, biasanya mengalami hambatan yang paling

besar dalam menjalankan kewenangannya karena

keterbatasan kewenangan pengelolaan sumberdana,

sekalipun implementasi kebijakan telah menetapkan

pembiayaan atas pelaksanaannya dari sumber pemerintah

dan swasta. Kewenangan di atas kertas sangat berbeda

dengan operasionalisasinya di lapangan, terutama karena

kewenangan akan tampil dalam pelbagai bentuk,

termasuk kewenangan untuk memperoleh sumberdana

bagi penyediaan fasilitas implementasi kebijakan tersebut.

3). Sarana dan prasarana (Facilities - Infrastructure)

Seorang implementator lapis atas yang memiliki staf

yang cukup dari segi kuantitas maupun kualitas,

memahami informasi yang lengkap, memiliki kewenangan

yang cukup, namun tidak memiliki fasilitas yang memadai,

sangat besar kemungkinannya tidak akan mampu

mengimplementasikan sebuah kebijakan publik dengan

efektif. Fasilitas antara lain menyangkut piranti keras,

lunak, organisasi, serta teknologi. Sarana dan prasarana

implementasi kebijakan terdiri atas, selebaran, papan tulis

dan papan penempel, alat tulis, proyektor, perlengkapan

ruang, alat peraga, dan sarana mobilitas dan base camp.

39bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 55: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

c. Disposisi atau Sikap dan Perilaku terhadap Kebijakan

(Disposition)

Ketanggapan yang dimanifestasikan sebagai sikap dan

perilaku sumberdaya manusia aparatur implementasi

kebijakan sebagai implementator kebijakan dan sumberdaya

optimalisasi hasil implementasi kebijakan bersangkutan, serta

dampaknya dalam pelayanan sebagai konsumen (obyek) atas

implementasi kebijakan. Edward III (1980 : 90) menelaah

faktor disposisi ini ke dalam tiga dimensi berikut:

1). Pengaruh Disposisi (Effects of Dispositions)

Kepentingan implementator secara pribadi dan atau

organisasional yang ditujukkan oleh sikapnya terhadap

kebijakan pada kenyataannya sangat besar pengaruhnya

pada implementasi kebijakan yang efektif. Sikap

implementator yang merintangi implementasi kebijakan

dimulai dari munculnya tindakan seleksi, diskriminasi,

ketidaksetujuan serta dilanjutkan dengan penyimpangan

yang tidak terelakkan antara keputusan kebijakan dan

kinerja kebijakan. Kadangkala, implementator secara

selekt i f menerima pelbagai perintah, namun

sesungguhnya ia menolak perintah yang tidak sama dan

sebangun dengan sikapnya terhadap kebijakan.

Perbedaan sudut pandang organisasional mungkin juga

mencegah kerjasama antar implementator atau terjadinya

konflik internal sebuah unit implementator dalam

implementasi kebijakan menjadi penting.

2). Penataan Staf Birokrasi (Staffing the Bereaucratic)

Pengangkatan (selection and recruitment), penempatan

dan pembinaan personalia staf yang bersedia

40 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 56: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dengan tulus dan mampu (mempunyai ability, capacity,

dan capability) karena memiliki kompetensi dan profesi

yang tepat untuk mengimplementasi kebijakan adalah

bagian yang sangat menentukan keberhasilan implemen

tasi kebijakan (Edward II , 1980 : 95). Sistem penataan

implementator kebijakan dibangun dalam rangka

kelancaran proses implementasi kebijakan pemerintahan

yang strategis antara lain dengan mengesampingkan,

menarik, menempatkan atau memindahkan staf yang

mungkin tidak patuh dan menolak atau menghambat

proses implementasi kebijakan tersebut.

3). Insentif (Incentives)

Insentif merupakan salah satu faktor pembangkit

motivasi staf implementator pada setiap tingkatan perlu

diperhatikan dan dipenuhi. (Winardi, 2002 : 27). Insentif

dapat diwujudkan dalam bentuk sistem penggajian,

pemberian honorarium, tunjangan, maupun berbentuk

penghargaan lainnya yang bersifat kompetitif sesuai

kinerja implementator (Edward I I, 1980 : 93-94.; Winardi,

2002 :28).

d. Struktur Birokrasi (bureaucracy structure)

Struktur kelembagaan birokrasi pemerintahan di

pusat dan di daerah sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan implementasi kebijakan pemerintahan.

Prosedur Operasional Baku (SOP) dan fragmentasi struktur

birokrasi ini dapat menjadi penghambat implementasi

dalam bentuk pemborosan sumberdaya, perintangan

koordinasi, pengacauan yurisdiksi implementator lapis

bawah, serta pembangkitan tindakan-tindakan yang tidak

41bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 57: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dikehendaki sehingga harusmendapatkan tambahan atensi

(Edward I I, 1980 : 127) menilai struktur bjrokrasi sebagai

faktor yang sangat berperan terhadap implementasi

kebijakan pada dimensi berikut:

1). Prosedur Operasional Baku (Standard Operational

Procedures - SOP).

Standard Operational Procedures (SOP) merupakan

tuntutan internal dari implementasi suatu kebijakan yang

seragam, dan umum keterbatasan sumberdaya,

kesempitan waktu, serta keragaman operasional

organisasi yang besar dan luas. SOP disusun, juga sebagai

akibat tuntutan efisiensi dari birokrasi eksternal terutama

pada implementasi kebijakan yang secara luas

mempengaruhi lingkungan eksternal. SOP adalah suatu

hal yang secara rutin memungkinkan para pejabat publik

menetapkan keputusan-keputusannya secara cepat setiap

saat karena prosedurnya telah disederhanakan dan

diseragamkan sehingga dengan SOP menghemat waktu

yang sangat berharga. Kendatipun demikian SOP yang

berlaku seragam pada situasi umum tidak jarang

merupakan hambatan dalam implementasi kebijakan yang

bersifat khusus dan baru, fleksibel karena harus adanya

perubahan dan pada situasi yang di luar kebiasaan. SOP

yang ketat seringkali menyebabkan individu dan organisasi

enggan menerima tanggung jawab baru sehingga tidak

saja akan menunda atau bahkan merintangi implementasi

sebagian atau keseluruhan kebijakan baru tetapi juga akan

menghambat terlaksananya program-program baru. Dalam

hal ini yang dimaksud dengan pengertian SOP adalah;

suatu langkah-langkah prosedur yang telah berlaku

42 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 58: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

tetap dan dipuutuskan melalui sebuah kebijakan tertentu.

SOP disusun untuk membantu bagaimana implementasi

kebijakan tersebut bisa dilakukan dengan baik, tepat

sasaran dan efisien.

2). Fragmentasi (Fragmentation)

Fragmentasi merupakan pembagian tanggungjawab

untuk sebuah bidang kebijakan di antara unit-unit

organisasional yang tersebar luas. Terlalu banyak unit yang

melakukan terlalu banyak hal yang terlalu sering tumpang-

tidih, yang jarang dikoordinasikan, menghabiskan terlalu

banyak uang, dan melakukan terlalu sedikit pemecahan

masalah yang nyata. Pada kenyataannya, unit-unit tidak

dapat. dengan mudah diorganisasikan seputar suatu

bidang kebijakan, sehingga sebagai konsekuensinya.

Fragmentasi dilakukan untuk mendisribusikan tanggung-

jawab atas sumberdaya dan otoritas pemecahan masalah

komprehensif, dan hal ini menyebabkan koordinasi

kebijakan menjadi sulit dilakukan. Tanggung jawab yang

terfragmentasi ini secara signifikan menyebabkan

sempitnya fokus dan merintangi kebijakan yangbersifat

khusus. Dengan demikian, implementasi kebijakan dapat

terlaksana dengan baik jika keempat faktor kritis

(komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi)

dapat bekerja dengan baik, karena tidak mungkin setiap

faktor berdiri sendiri, melainkan akan bekerja bersama-

sama dan satu sama lain saling mempengaruhi. Kelemahan

pada satu faktor, akan berpengaruh pada proses

implementasi yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja

implementasi itu sendiri. Kiranya dapat diartikan bahwa; (i)

komunikasi merupakan suatu bentuk kanalisasi

43bab 2 - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Page 59: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

penerapan kebijakan dan strategi suatu kegiatan tertentu

kepada implementator kebijakan, (ii) sumber daya

menceminkan adanya suatu sarana-prasarana pendukung

utama implementasi kebijakan, misalnya; aparatur,

infrastruktur, dana, keterampilan dan sebagainya, (iii)

disposisi mencerminkan arus deliveri bagaimana kebijakan

itu harus di mplementasikan melalui agregasi kemampuan

sumber daya, sedangkan (iv) struktur birokrasi

mencerminkan adanya keharusan bahwa berjalannya

implementasi kebijakan itu melalui lini organisasi dan

struktur birokrasi. Faktor-faktor tersebut disamping secara

langsung mempengaruhi implementasi, secara tidak

langsung mereka juga mempengaruhi implementasi

melalui dampak/pengaruh satu terhadap lainnya.di

Indonesia dengan alasan: model Edward III lebih cocok

untuk dijabarkan kepada organizational level melalui

institutional arrangement. Hal ini didasari oleh pemikiran

bahwa dalam setiap kebijakan perlu dibuat organisasi

birokrasi yang akan melaksanakan kebijakan tersebut.

“Aside Directly affecting implementation, however, they also in

directly affect it through their impact on each other. In other

words, communications affect resources, dispositions, and

bureaucratic structures, which in turn influence implementation”.

Penulis berpendapat bahwa dari beberapa model yang

dikemukakan di atas, peneliti mengambil model Edward III

sebagai pisau analisis dalam implementasi AFTA di Indonesia

dengan alasan: model Edward III lebih cocok untuk dijabarkan

kepada organizational level melalui institutional arrangement. Hal

ini didasari oleh pemikiran bahwa dalam setiap kebijakan perlu

dibuat organisasi birokrasi yang akan melaksanakan kebijakan

tersebut.

44 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 60: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

ebagai negara ekonomi terbuka, situasi pasar domestik di

Indonesia tidak terlepas dari gejolak pasar dunia yang Ssemakin liberal. Proses liberalisasi pasar tersebut dapat

terjadi karena kebijakan unilateral dan konsekwensi keikutsertaan

meratifikasi kerjasana perdagangan regional maupun global

yang menghendaki penurunan kendala-kendala perdagangan

(tarif dan nontarif).

Isu liberalisasi perdagangan mewarnai perdagangan

komoditas di pasar internasional dalam era globalisasi saat ini,

tidak terkecuali perdagangan komoditas agro. Sebagai negara

ekonomi terbuka dan ikut meratifikasi berbagai kesepakatan

kerjasama ekonomi dan perdagangan regional maupun global,

tekanan liberalisasi melalui berbagai aturan kesepakatan kerjasama

tersebut bukan tidak mungkin pada akhirnya akan berbenturan

dengan kebijakan internal dan mengancan kepentingan nasional.

Motif Perdagangan dan Tekanan Liberalisasi

Menurut Chacholiades (1978:5) partisipasi dalam

perdagangan internasional bersifat bebas (free) sehingga

BAB 3

Liberalisasi

Perdagangan Agro

45bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 61: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

46 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

keikutsertaan suatu negara pada kegiatan tersebut dilakukan

secara sukarela. Dari sisi internal, keputusan suatu negara

melakukan perdagangan internasional merupakan pilihan

(choice) oleh sebab itu sering dikatakan perdagangan

seharusnya memberikan keuntungan pada kedua pihak (mutually

benefitted). Dalam sistem ekonomi tertutup (autarky) negara

hanya dapat mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak yang

diproduksi sendiri. Akan tetapi dengan melakukan perdagangan

(open economic) suatu negara memiliki kesempatan

mengkonsumsi lebih besar dari kemampuamya berproduksi

karena terdapat perbedaan harga relatif dalam proses produksi

yang mendorong spesialisasi (Chacoliades, 1978: 7; Chaves et al.,

1993: 19). Perbedaan harga relatif itu muncul sebagai dampak

perbedaan penguasaan sumberdaya dari bahan baku proses

produksi (resource endowment) antar negara. Derajat penguasaan

sumberdaya dan kemampuan mencapai skala usaha dalam

proses produksi secara bersama akan menjadi determinan daya

saing dan menentukan arah serta intensitas partisipasi negara

dalam pasar internasional (Susilowati,2003: 17).

llham (2003: 9) menyebut liberalisasi sebagai

penggunaan mekanisme harga yang lebih intensif sehingga

dapat mengurangi bias anti ekspor dari rezim perdagangan.

Disebutkan pula bahwa liberalisasi juga menunjukkan

kecendenrungan makin berkurangnya intervensi pasar sehingga

liberalisasi dapat menggambarkan situasi semakin terbukanya

pasar domestik untuk produk-produk luar negeri. Percepatan

perkembangan liberalisasi pasar terjadi karena dukungan

revolusi di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi

yang mengatasi kendala ruang dan waktu (Kariyasa, 2003: 7).

Menurut pendapat Kindleberger dan Lindert (1978: 9),

perdagangan antar negara sebaiknya dibiarkan secara bebas

Page 62: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dengan semini¬mun mungkin pengenaan tarif dan hambatan

lainnya. Hal ini didasari argumen bahwa perdagangan yang lebih

bebas akan memberikan manfaat bagi kedua negara pelaku dan

bagi dunia, serta meningkatkan kesejahteraan yang lebih besar

dibandingkan tidak ada perdagangan. Dijelaskan oleh Hadi

(2003: 17), selain meningkatkan distribusi kesejahteraan antar

negara liberalisasi perdagangan juga akan meningkatkan kuantitas

perdagangan dunia dan peningkatan efisiensi ekonomi.

Namun demikian, oleh karena terdapat perbedaan

penguasaan sumberdaya yang menjadi komponen pendukung

daya saing, sebagian pakar yang lain berpendapat liberalisasi

pasar berpotensi menimbulkan dampak negatif karena

mendorong persaingan pasar yang tidak sehat. Atas dasar itu

maka timbul pandangan pentingnya upaya-upaya proteksi

terhadap produksi dalam negeri dan kepentingan lainnya dari

tekanan pasar internasional melalui pemberlakuan kendala atau

hambatan perdagangan (Abidin, 2000: 89).

Pada kondisi semakin kuatnya tekanan untuk

meliberalisasi pasar, efektivitas pemberlakuan kendala atau

hambatan tersebut dalam perdagangan akan menentukan

derajat keterbukaan pasar. Keterbukaan pasar semakin tinggi

bila pemerintah suatu negara menurunkan tarif (bea masuk)

produk yang diperdagangkan ( tari f f reduction) dan

menghilangkan hambatan-hambatan nontarif (non tariff barriers).

Hal sebaliknya terjadi bila pemerintah cenderung menaikkan

tarif dan meningkatkan hambatan nontarif.

Secara internal, Indonesia mulai mereformasi kebijakan

di bidang perdagangan sejak pertengahan dekade 1980-an,

ketika terjadi penurunan harga minyak mentah di pasar dunia

yang meru pakan andalan ekspor nasional. Namun dalam hal ini

pemerintah melakukan serangkaian deregulasi ekonomi untuk

47bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 63: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

untuk mendorong ekspor yang menghasilkan devisa (Erwidodo,

1999: 17; Feridhanu setyawan dan Pangestu, 2003: 57).

Makin terbuka dan terintegrasinya perdagangan (pasar)

antar negara juga didorong faktor eksternal seperti karena

terikat ratifikasi perjanjian perdagangan antar negara, kawasan,

atau bahkan yang bersifat global (Anugerah, 2003; 69; Kanyasa,

2003:17). Dijelaskan oleh Feridhanusetyawan dan Pangestu

(2003: 60), tekanan eksternal liberalisasi selain karena dorongan

upaya regionalisasi terjadi pada akhir 1900-an hingga perte-

ngahan 1990-an(seperti dengan pembentukan AFTA dan APEC)

juga karena keterikatan komitmen terhadap Kesepakatan Putaran

Uruguay (the Uruguay Round Agreement) sebagai bagian dari

rangkaian putaran GATT (General Agreement on Tax and Tariff) yang

kemudian diubah menjadi organisasi formal bernama WTO

(World Trade Organization). Kesepakatan dalam AFTA dan WTO

bersifat mengikat (binding), sedangkan dasar kesepakatan APEC

(Asia Pacific Economic Cooperation) bersifat sukarela. Namun

demikian semangat yang dibawa oleh ketiga bertuk

kelembagaan relatif samna, yaitu liberalisasi melalui penurunan

kendala perdagangan (tarif dan kendala nontarif).

Kebijakan Pemerintah di Bidang Agro

Selain kebijakan yang bersifat protektif dalam

perdagangan juga dikenal kebijakan promotif. Kebijakan

promotif ditujukan untuk mendorong pertumbuhan

perdagangan dari dalam negeri (ekspor). Salah satu contoh

kebijakan promotif terdapat pada sektor pertanian.

Pada dasarnya terdapat dua tipe kebijakan pemerintah

dibidang pertanian yaitu development policy dan compensating

policy (Suryana, 2001: 7). Development policy biasanya dilakukan

48 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 64: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pemerintah untuk mendorong produksi pertanian dengan tujuan

yang ingin dicapai adalah meningkatan produksi dan

pendapatan petani. Dalam compensating policy, tujuan utama

kebijakan adalah meningkatkan pendapatan petani tetapi

dengan kecenderungan menekan produksi. Development policy

banyak dilakukan oleh negara yang kekurangan (defisit) produk

pertanian, sedangkan compensating policy banyak dilakukan oleh

negara yang mengalami surplus dan sulit memasarkan

produknya. Misalnya, kebijakan harga dasar dan kebijakan

subsidi, seperti kebijakan harga gabah dan subsidi pupuk yang

pernah diberlakukan di Indonesia, dapat dikategorikan sebagai

development policy. Tujuan kedua kebijakan tersebut adalah

mendorong produksi beras agar meningkat, di sisi lain petani

mendapat harga yang wajar.

Skenario Liberalisasi

Budiono (2001: 37-42) menyebutkan, terdapat lima

manfaat dibukanya liberalisasi perdagangan. Pertama, akses

pasar lebih luas sehingga memungkinkan diperoleh efisiensi

karena liberalisasi perdagangan cenderung menciptakan pusat-

pusat produksi baru yang menjadi lokasi berbagai kegiatan

industri yang saling terkait dan saling menunjang sehingga biaya

produksi dapat diturunkan. Kedua, iklim usaha menjadi lebih

kompetitif sehingga mengurangi kegiatan yang bersifat rent

seeking dan mendorong pengusaha untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi, bukan bagaimana mengharapkan

mendapat fasilitas dari pemerintah. Ketiga, arus perdagangan dan

investasi yang lebih bebas mempermudah proses alih teknologi

untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Keempat, perda-

gangan yang lebih bebas memberikan signal harga yang “sesuai”

49bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 65: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

50 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

sehingga meningkatkan efisiensi investasi. Kelima, dalam

perdagangan yang lebih bebas kesejahteraan konsumen

meningkat karena terbuka pilihan-pilihan baru. Namun untuk

dapat berjalan dengan lancar, suatu pasar yang kompetitif perlu

dukungan perundang-undangan yang mengatur persaingan

yang sehat dan melarang praktek monopoli.

Dalam praktek proses liberalisasi perdagangan dapat

dilakukan melalui berbagai skenario. Selain proses liberalisasi

unilateral, ratifikasi kerjasama perdagangan internasional melalui

pembentukan kelembagaan seperti AFTA dan WTO merupakan

pilihan skenario liberalisasi bagi negara pelaku perdagangan,

termasuk Indonesia. Akan tetapi, oleh karena memiliki sasaran

dan mekanisme implementasi yang berbeda-beda maka masing-

masing skenario proses liberalisasi tersebut akan menghasilkan

dampak berbeda pula.

Sisi Positif dan Negatif Liberalisasi

Menurut Indrawati (1995:89), Putaran Uruguay merupakan

kesepakatan yang paling ambisius dibandingkan putaran-putaran

GATT sebelumnya karena bertujuan mengontrol proliferasi segala

bentuk proteksionisme baru untuk menuju pada kecenderungan

liberalisasi perdagangan antarnegara, termasuk aturan inter-

nasional dalam bidang Hak Properti Intelektual, dan memperbaiki

mekanisme penyelesaian perselisihan dengan menerapkan

keputusan dan mematuhi aturan-aturan GATT, misalnya proteksi

yang dilakukan negara maju terhadap sektor pertanian melalui

kebijaksanaan harga (price support), bantuan langsung (direct

payment), dan bantuan pasokan (supply management program)

telah menyebabkan distorsi perdagangan hasil pertarian dunia.

Distorsi terjadi seiring dengan meningkatnya hasil produksi

Page 66: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

51bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

pertanian dari negara-negara maju yang mengakibatkan

penurunan harga dunia untuk produk pertanian. Meskipun harga

produk pertarnian yang rendah menolong negara pengimpor

tetapi faktor rendahnya harga produk pertarnian tersebut juga

akan merugikan negara-negara berstatus produsen netto.

Secara umum menurut Indrawati (1995:94), liberalisasi akan

menguntungkan bagi negara berkembang dan penduduk miskin

dari kelompok pendapatan menengah karena ekspor produk

yang bersifat padat karya akan meningkat. Namun demikian,

derajat manfaat dan keuntungan liberalisasi perdagangan sangat

tergantung pada reformnasi kebijaksanaan yang diambil dan

keadaanstruktur perekonomian domestik nagara berkembang

itu sendiri.

Pada studi keterkaitan liberalisasi dengal aspek lingku-

ngan Abimanyu (1995: 189) berpendapat, bahwa dalam liberalisasi

perdagangan masing-masing negara sebenarnya dibolehkan

menerapkan kebijaksanaan subsidi. pajak, dan peraturan pe-

merintah lainnya selama tidak membedakan antara perusahaan

domestik dan asing, sebagaimana klausul dalam aturan GATT.

Adanya peluang tersebut menurut Abimanyu dapat menimbulkan

dampak positif dalam hal fairness kompetisi dan kemampuan

suatu perusahaan asing untuk menyesuaikan dengan kondisi

(khususnya teknologi) di negara di mana perusahaan berlokasi.

Akan tetapi disisi lain, peluang tersebut juga berpotensi

menimbukan dampak negatif, yaitu masuknya teknologi dan

produk “kolor” ke negara tujuan perdagangan, khususnya

negara berkembang yang lebih rendah standar lingkungannya.

Studi tentang dampak liberalisasi perdagangan terhadap

pertanian di Indonesia oIeh Erwidodo (1999) menunjukkan

beberapa temuan sebagai berikut: Pertama, sebelum tahun 1985

Page 67: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

52 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Indonesia sangat mengutamakan kebijakan proteksi pasar

domestik. Kebijakan ini menimbukan ekonomi biaya tinggi dan

manfaat ekonomi lebih banyak dinikmati oleh sebagian besar

penerima proteksi tersebut. Dalam rangka mendorong reformasi

menuju perdagangan bebas yang digulirkan sejak awal 1980-an

pemerintah memperkenalkan baberapa kebijakan berikut (1)

penyederhanaan prosedur kepabeanan termasuk dikeluarkannya

undang-undang kepabeanan yang baru, (2) menurunkan tarif dan

pungutan-pungutan. (3) mengurangi lisensi impor dan hambatan

nontarif, (4) deregulasi dari sistem distribusi, (5) deregulasi rejim

investasi, dan (6) memantapkan batas wilayah dan prosedur

ekspor. Salah satu sektor yang mendapat proteksi cukup tinggi

adaIah sektor makanan dan minuman (food and beverage).

Kedua, liberalisasi perdagangan secara potensial akan

mempertuas akses pasar untuk Indonesia khususnya ke negara

industri. Ketiga, liberalisasi perdagangan diperkirakan akan

meningkatkan pendapatan dunia secara signifikan dan

terdistribusi secara luas diantara negara maju dan negara

berkembang. Hasil studi juga menunjukan indikasi. adanya

deregulasi perdagangan dengan partner dagang Indonesia

mengakibatkan tidak hanya kehilangan daya saing ekspor tetapi

juga kemungkinan penurunan kesejahteraan masyarakat.

Keempat, seberapa besar Indonesia akan memperoleh

manfaat diterapkannya liberalisasi perdagangan tergantung

tidak hanya pada penurunan hambatan perdagangan di pasar

partner dagang Indonesia tetapi juga upaya dalam membuka

pasar Indonesia sendiri.

Amang dan Sawit (1997: 27-35) mengingatkan bahwa

dampak perdagangan bebas cukup serius buat Indonesia, tidak

hanya menyangkut bidang ekonomi tetapi juga bidang non

Page 68: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

53bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

ekonomi. Perpindahan faktor produksi seperti tenaga kerja,

lahan, kapital secara cepat dan berlebihan dalam waktu yang

relatif singkat dari sektor pertanian dan jasa ke sektor

manufaktur, akan menimbulkan masalah baru yang lebih sulit

dan mahal untuk mengatasinya. Hampir tidak mungkin

dibangun infrastruktur perkotaan yang cukup untuk

menampung pesatnya urbanisasi, sehingga akan muncul

masalah kekumuhan dan kemiskinan di kota, kepadatan kota,

kekurangan tempat tinggal, tidak cukupnya tanah, kekurangan

air bersih (kualitas dan kuantitasnya), memburuknya lingkungan

hidup dan meringkatnya kriminalitas. Di samping itu distribusi

pendapatan masyarakat akan semakin timpang.

Indikasi dampak negatif dari liberalisasi terhadap petani

(pertanian) juga terjadi di negara maju seperti Jepang. Studi

Kamiya (2002) menyebutkan, liberalisasi menyebabkan harga

komoditas pertanian di pasar domestik Jepang yang semula

sangat tinggi karena diproteksi menjadi terus menurun.

Penurunan harga tersebut mengakibatkan pengusahaan

komoditas pertanian menjadi tidak menguntungkan. Akibat

selanjutnya, banyak areal pertanian yang dibiarkan tidak

tergarap di samping semakin sedikit petani yang bersedia

mengusahakan.

Meskipun secara teori liberalisasi perdagangan

disebutkan akan meningkatkan perolehan manfaat bagi para

pelaku perdagangan, akan tetapi pada kenyataannya

implementasi liberalisasi juga membawa dampak buruk yang

mengancan pasar domestik dan kepentingan domestik lain,

khususnya menyangkut kesejahteraan petani produsen.

Beberapa kajian terdahulu telah mengulas cukup banyak sisi

positif dan negatif liberalisasi perdagangan dari berbagai sisi

perekonomian.

Page 69: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Pendekatan Daya Saing dalam Pengembangan Usaha

Industri Agro

Porter (1990: 19-27) menyatakan bahwa faktor-faktor

penentu yang menciptakan keunggulan bersaing adalah: 1)

Kondisi Faktor (Factor Conditions); 2) Kondisi Pemintaan (Demand

Conditions); 3) Industri Terkait dan lndustri Pendukung (Related

and Supporting Industries); 4) Strategi perusahaan, struktur, dan

persaingan (Firm Strategy, Structure and Rivalry).

Dari faktor-faktor penentu daya saing di atas dapat dinyata-

kan bahwa kemakmuran bangsa ditentukan oleh produktivitas

ekonomi, yang diukur dengan nilai barang dan jasa yang

diproduksi per satuan sumber daya manusia, modal, dan alam.

Produktivitas tergantung dari nilai produk dan jasa, diukur dengan

harga yang dapat membuka pasar dan efisiensi dalam produksinya.

Daya saing yang benar diukur dengan produktivitas.

Produktivitas memberikan kemampuan sebuah negara untuk

mendukung upah tinggi, mata uang yang kuat, dan pengembalian

modal yang menarik dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi.

Produktivitas adalah tujuan, bukan hanya sekedar ekspor. Hanya

negara yang meningkatkan ekspor produk atau jasa dengan cara

produktif akan menaikan produktivitas nasional.

Dalam lingkup mikro, daya saing perusahaan dapat

didefinisikan sebagai suatu tingkat di mana perusahaan mampu,

dalam kondisi pasar kerja yang bebas dan adil, menghasilkan

barang dan jasa yang memenuhi pasar internasional, dan secara

bersamaan meningkatkan dan memelihara penghasilan riil dari

orang-orangnya dalam jangka panjang.

Perbedaan dalam pemilikan sumberdaya, penguasaan

teknologi produksi, perkembangan ekonomi dan komitmen

pemerintah untuk membela kepentingan produsen di dalam

54 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 70: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

negeri sangat menentukan kemampuan suatu negara bersaing

dalam pasar global yang makin liberal.

Analisis Kebijakan

Setiap kebijakan perlu dianalisis dalam rangka pemecahan

masalah yang terjadi. Ilmu administrasi memberikan bantuan

untuk melakukan analisis kebijakan tersebut mulai dari tahap

formulasi, implementasi sampai dengan evaluasi kebijakan. Salah

satu analisis yang dijelaskan oleh Dunn adalah :

Analisis kebijakan yang tujuannya bersifat penandaan

(designative), penilaian (evaluative) dan anjuran (advocative) yang

dapat diharapkan menghasilkan informasi-informasi dan

argumen-argumen yang masuk akal. (Dunn, 1995 : 50).

Dari analisis yang mengacu pada disiplin ilmu administrasi,

kebijakan dapat dilukiskan sebagai sistem dalam kerangka input

dan output melalui transformasi dan merangkum feedback yang

merupakan proses, sehingga bermakna sebagai sesuatu yang

bersifat dinamis.

Kebijakan Publik selalu mengandung tiga komponen dasar,

yaitu: tujuan, sasaran dan cara mencapai sasaran dan tujuan

tersebut. Tiga komponen ini biasa disebut sebagai implementasi.

Implementasi kebijakan dapat didefinisikan sebagai suatu upaya

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, dengan sarana tertentu

dan dalam urutan waktu tertentu (Hoogerwerf, 1983 : 157).

Implementasi kebijakan berarti pelaksanaan dan pengendalian

arah tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan (Dunn,

1995 : 80). Jones (1994 : 26) mengemukakan bahwa implementasi

kebijakan merupakan serangkaian aktivitas atau kegiatan yang

ditujukan untuk memberikan dampak tertentu.

55bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 71: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Dengan demikian, implementasi kebijakan merujuk pada

pelaksanaan kebijakan publik secara efetif, sehingga

implementasi kebijakan juga memuat aktivitas-aktivitas

program yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan dan dirasakan hasilnya atau manfaatnya oleh

kelompok sasaran yang dituju melalui berbagai sarana.

Berdasarkan makna tersebut, implementasi kebijakan

mengandung unsur-unsur: (1) Proses, yaitu rangkaian kegiatan

yang dilakukan untuk mewujudkan saasran yang ditetepkan; (2)

Tujuan, yaitu sesuatu yang hendak dicapai melalui aktivitas yang

dilaksanakan; dan (3) Hasil atau dampak, yaitu manfaat yang

dirasakan oleh kelompok sasaran.

Setiap kebijakan perlu dianalisis dalam rangka

pemecahan masalah yang terjadi. Ilmu administrasi memberikan

bantuan untuk melakukan analisis kebijakan tersebut mulai dari

tahap formulasi, implementasi sampai dengan evaluasi

kebijakan. Salah satu analisis yang dijelaskan oleh Dunn adalah :

“Analisis kebijakan yang tujuannya bersifat penandaan

(designative), penilaian (evaluative) dan anjuran (advocative) yang

dapat diharapkan menghasilkan informasi-informasi dan

argumen-argumen yang masuk akal. (Dunn,1995 : 50)”.

Pembentukan AFTA dapat dianggap sebagai kebijakan

yang dikeluarkan oleh sejumlah negara yang terhimpun dalam

asosiasi. ASEAN dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi

kepentingan di kawasan Asia Tenggara (Bennet, 1984 : 348).

Untuk keperluan mensikapi lingkungan tersebut ASEAN sebagai

organisasi regional mengeluarkan kebijakan yang dipandang

perlu bagi kepentingan bersama, yang dikategorikan sebagai

kebijakan regional (Anderson, 1984 : 24).

56 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 72: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Pembentukan ASEAN dapat dianggap sebagai kebijakan

yang dikeluarkan oleh sejumlah negara yang terhimpun dalam

asosiasi. ASEAN kemudian dapat diposiskan sebagai asosiasi

regional yang memiliki kesamaan dalam mempersepsikan

lingkungan di luar kawasan Asia Tenggara (Bennet, 1984 : 348).

Untuk keperluan mensikapi lingkungan tersebut ASEAN sebagai

organisasi regional mengeluarkan kebijakan yang dipandang

perlu bagi kepentingan bersama, yang dikategorikan sebagai

kebijakan regional (Anderson, 1984 : 24). Meskipun Dasar

pembentukan organisasi regional ini bervariasi, namun ASEAN

merupakan kerjasama antar negara yang dalam struktur formal

yang didasari oleh kawasan (Bennet, 1984 : 349).

Pada tataran tingkat nasional, Indonesia sebagai salah satu

negara anggota ASEAN perlu tanggap terhadap perubahan di

lingkungan ASEAN khususnya proses pelaksanaan kesepakatan

AFTA. Dengan kata lain, secara administratif pemerintah Indonesia

perlu mengimplementasikan kebijakan publik yang berkenaan

dengan implementasi AFTA di Indonesia.

Susunan kebijakan publik di Indonesia meliputi pertama, di

Indonesia kebijakan publik tertinggi dibuat oleh Legislatif. Hal ini

sejalan dengan ajaran pokok dari Montesquieu yang berkembang

pada abad ke-17 yang pada intinya mengatakan bahwa: Formulasi

kebijakan dilakukan oleh Legislatif, Implementasi oleh eksekutif,

sedangkan Yudikatif bertugas menerapkan sanksi jika terjadi

pelanggaran oleh eksekutif. Pada perkembangannya yaitu pada

abad ke-19 ajaran Montesquieu ini kemudian ditindaklanjuti

dengan teori administrasi publik yang dikenal dengan paradigma

“When the politics end administration begun” .

Bentuk kebijakan yang ke dua : Kebijakan yang dibuat secara

bersama oleh Legislatif dan Eksekutif. Hal ini mencerminkan

57bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 73: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kompleksnya masalah yang harus dihadapi yang tidak mungkin

hanya dihadapi oleh legislatif saja. Contoh : Tkt.nasional: Undang-

Undang, Perpu; Prop/Kab/Kota: Perda.

Bentuk kebijakan yang ke tiga : Kebijakan yang dibuat oleh

eksekutif saja. Sebagai konsekwensi dari kompleksnya kehidupan

masyarakat maka eksekutif pun dapat membuat kebijakan

turunan dari kebijakan tingkat atasnya.

Kaitannya dengan implementasi AFTA, tersidik bahwa

pemerintahan tingkat pusat bertindak sebagai implementor pada

tataran nasional dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan

publik dengan pola top-down yakni ratifikasi Pemerintah RI

terhadap skema CEPT dalam kerangka AFTA yang tertuang dalam

Keppress Nomor 228/M Tahun 2001; Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintaha Daerah; Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional;

UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri; UU

Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

Keputusan Menlu RI Nomor SK.03/A/OT/X/2003/2001 tentang

Panduan Umum Tata Cara Hubungan Luar Negeri oleh Daerah;

Keputusan Menkeu RI No. 392/KMK.01/2003 tentang Penetapan

Bea Masuk Atas Impor Barang dalam Rangka Skema CEPT.

Pada tataran tingkat daerah Jawa Barat, Lembaga Peme-

rintah dan Non Pemerintah Tingkat Jawa Barat bertindak sebagai

implementor dengan dikeluarkannya kebijakan publik Keputusan

Gubernur Jawa Barat No. 21 Tahun 2004 tentang Pedoman

Kerjasama antara Daerah Dengan Pihak Luar Negeri.

Keseluruhan kebijakan publik termaktub di atas di imple-

mentasikan kepada target (sasaran) implementasi kebijakan yakni

58 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 74: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

komunitas komoditas pertanian di Jawa Barat termasuk di dalamnya

para petani di tingkat akar rumput.

Dalam keberhasilan implementasi kebijakan salah satunya

adalah pemilihan model yang tepat sesuai dengan level atau isi dari

kebijakan tersebut. Dari beberapa model implementasi kebijakan yang

dikemukakan, peneliti mengambil model Edward III sebagai pisau

analisis dalam implementasi kebijakan tentang AFTA terhadap

efektivitas pelayanan publik dengan alasan: model Edward II lebih

cocok untuk dijabarkan kepada organizational level melalui

institutional arrangement. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dalam

setiap kebijakan perlu dibuat organisasi birokrasi yang akan

melaksanakan kebijakan tersebut.

Institusional arrangement tersebut berkait erat dengan

memperhatikan bagaimana keterpaduan antara komunikasi, sumber

daya sarana dan prasarana, kecenderungan-kecenderungan

implementer (disposisi), dan struktur birokrasi pada implementasi

AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat,

Indonesia.

Implementasi suatu kebijakan pada kenyataannya merupakan

strategi komunikasi dalam menyelaraskan semua sumber daya sarana

dan prasarana yang dimiliki dengan keadaan lingkungan disekitarnya

yang selalu berubah. Keserasian hubungan organisasi dengan

lingkungan merupakan suatu keharusan karena organisasi akan tetap

bertahan manakala bisa menyesuaikan dengan lingkungannya

sebaliknya organisasi akan mengalami kematian manakala tidak bisa

menyesuaikan dengan lingkungan.

59bab 3 - LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 75: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

60 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 76: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

ropinsi Jawa Barat terletak di bagian Barat Pulau Jawa

pada 5° 50'– 7° 50' lintang selatan dan 104° 48' – 108°

Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut:P1. Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Jawa Barat

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Banten dan Selat

Sunda

Berdasarkan keadaan topografinya, Jawa Barat dibagi

menjadi 3 zona ketinggian yaitu:

1. Daerah bagian utara yang merupakan dataran rendah

dengan ketinggian antara 0 – 100 m diatas permukaan laut.

2. Daerah bagian Tengah dan Selatan dengan ketinggian

antara 100 – 500 m di atas permukaan laut;

3. Daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m

di atas permukaan laut.

4. Curah hujan rata-rata pada umumnya di atas 2000 mm/ta

hun, bahkan di beberapa daerah pegunungan berkisar an-

tara 3.000– 5.000 mm/tahun.

BAB 4

Mengukur Kesiapan

Jawa Barat

61bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 77: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

62 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Propinsi Jawa Barat merupakan bagian dari rangkaian

pegunungan yang membentang dari ujung Utara Pulau

Sumatera atau Bukit Barisan melalui Pulau Jawa, Bali. Nusa

Tenggara sampai ke ujung Utara pulau Sulawesi, yang berupa

deratan gunung apai yang masih aktif maupun tidak aktif serta

membentuk suatu rangkaian pegunungan. Secara umum

Propinsi Jawa Barat terbagi menjadi wilayah pegunungan di

bagian Selatan, serta wilayah dataran dan lereng yang landai di

bagian Utara. Wilayah Selatan pada umumnya terdiri atas

pegunungan yang secara morfologi dapat dibedakan atas

pegunungan batuan tua dan kerucut-kerucut gunung api muda

serta morfologi pantai yang relatif curam apabila dibandingkan

wilayah utara yang landai serta dataran pantainya yang luas.

Kondisi geografis Jawa Barat yang strategis merupakan

keuntungan bagi daerah Jawa Barat dalam bidang komunikasi dan

perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah,

sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit

pantai dan dataran bergunung-gunung ada di kawasan tengah.

Jawa Barat memiliki lahan yang subur yang berasal dari endapan

vulkanis serta banyaknya aliran sungai menyebabkan sebagian

besar dari luas tanahnya digunakan untuk pertanian, sehingga

Jawa Barat ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional.

Agribisnis sebagai salah satu core business pembangunan

Jawa Barat, berkonotasi bahwa sektor ini adalah sebagai

penggerak dan titik bertemunya sektor ekonomi lainnya yaitu

industri manufaktur dan jasa-jasa. Adanya keterbatasan

infrastruktur agribisnis akibat ketimpangan perhatian terhadap

pertanian di masa lalu, kurangnya sinkronisasi dan koordinasi

antara instasi pengemban pembangunan, serta keterbatasan

sumberdaya pembangunan yang dimiliki pemerintah maupun

masyarakat dunia usaha, menjadi dasar perlunya perhatian dalam

Page 78: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

akselerasi penataan dan pengembangan agribisnis sebagai salah

satu sumberdaya ekonomi di Jawa Barat.

Permasalahan utama yang kini dirasakan dan memerlukan

pemecahan segera dalam pengembangan agribisnis di Jawa

Barat antara lain adalah :

1. Produk agribisnis Jawa Barat masih lemah dalam tingkat

pemenuhan kuantitas, kualitas, harga yang proporsional dan

kontinuitas supply sebagaimana yang diinginkan oleh pasar

2. Belum adanya Sistem Penjaminan / Sertifikasi Mutu produk

agribisnis yang kredibel, independen, terakreditasi dan

diakui pasar dunia internasional.

3. Masih lemahnya sistem informasi yang menghubungkan

antara kebutuhan pasar dengan produksi yang ada di

produsen (petani), sehingga segmen pasar yang tersedia

tidak dapat dimasuki oleh produk yang ada, sementara

limpahan produksi banyak terjadi stagnasi di sentra-sentra

produsen akibat dari keterbatasan informasi pasar dan

mengandalkan pasar langganan yang sudah ada, namun

jumlahnya masih terbatas

4. Terbatasnya fasilitas transaksi antara produsen dengan

segmen pasar yang ada.(http://www.dishut.jabarprov.go.id/phpdig/text_content/1277.txt)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Propinsi Jawa

Barat

Salah satu alternatif untuk mengakses semua permasalahan

yang ada di dalam kegiatan Agribisnis adalah dibentuknya Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Propinsi Jawa Barat, yang akan

berkonsentrasi dalam fasilitas pengembangan agribisnis pada

off farm.

63bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 79: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Sebagai acuan pelaksanaan tugas operasionalnya Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat mempunyai Visi dan

Misi sebagai berikut :

Visi:

Sebagai akselerator dalam mewujudkan perindustrian

dan perdagangan agro termaju di Indonesia.

Misi:

1. Mengembangkan regulasi perindustrian dan perdagangan

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran

produk agro.

2. Mengembangkan fasilitas pasar untuk meningkatkan

penyerapan pasar dalam negeri dan luar negeri.

3. Mengembangkan sistem pembiayaan dan kemitraan usaha

untuk mewujudkan kewirausahaan yang handal.

4. Mengembangkan usaha industri dan perdagangan agro

untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk

di pasar domestik dan ekspor.

Adapun program dan kegiatan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Agro Propinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2006-

2007 antaralain:

1. Program Pengembangan Agribisnis

Tujuan:

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dengan perluasan

kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah bidang pertanian.

Sasaran:

a). Peningkatan laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3,98%

b). Perluasan kesempatan kerja dengan penyerapan tenaga

kerja di sektor pertanian sebesar 42.000 orang

64 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 80: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Kegiatan:

a. Peningkatan Keterkaitan dan Penguatan Jaringan Usaha

Agribisnis

b. Kegiatan Peningkatan Keterkaitan Dan Penguatan Jaringan

Usaha Agribisnis

c. Pertemuan koordinasi peningkatan keterkaitan dan

penguatan jaringan usaha agribisnis

d. Workshop sinergitas pengembangan agribisnis

2. Program Pengembangan Usaha dan Pemanfaatan Sumber

daya Agro Kelautan

Tujuan:

Meningkatnya kemampuan usaha dan pemanfaatan sumber-

daya agro kelautan yang berwawasan lingkungan serta sarana

dan prasarana kelautan yang optimal

Sasaran:

a. Meningkatnya kemampuan usaha dan pemanfaatan

sumberdaya kelautan yang berwawasan lingkungan serta

tersedianya sarana dan prasarana kelautan yang optimal

b. Tercapainya produksi perikanan budidaya air tawar dan

payau 298.661 ton

Kegiatan:

a. Peningkatan Usaha Industri Agro Hasil Perikanan

b. Kegiatan Peningkatan Usaha Industri Agro Hasil Perikanan

c. Identifikasi struktur industri pengolahan ikan laut di Jawa

Barat

d. Penguatan kapasitas dan kualitas industri pengolahan ikan

laut di Jawa Barat

65bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 81: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

66 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

3. Program Pengembangan Industri Manufaktur Agro

Tujuan:

Terwujudnya industri yang maju dan tangguh serta berdaya

saing tinggi dan mampu memasuki pasar global yang

didukung oleh kandungan bahan baku lokal dan teknologi.

Sehingga produk-produk industri yang memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif.

Sasaran:

a. Meningkatnya laju pertumbuhan sektor industri sebesar

4,28% dengan laju pertumbuhan dari sektor industri

makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,00% .

b. Meningkatnya investasi industri komoditi agro sebesar 950

Milyar

c. Terbinanya pelaku usaha IKM agro sebanyak 3.000 unit

usaha dari 18.000 unit usaha yang direncanakan

d. Perluasan kesempatan kerja dengan penyerapan tenaga

kerja di sektor industri sebesar 92.000 ribu orang

e. Meningkatnya penggunaan bahan baku/komponen lokal

dalam setiap proses produksi agro

Kegiatan :

a. Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Agro

1) Penerapan standar mutu pada industri manufaktur

- Fasilitasi sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point

(HACCP)

- Fasilitasi penetapan/pengujian komposisi dan umur

simpan produk industri agro

- Fasilitasi penerapan sertifikasi halal

2) Fasilitasi sistem lacak internasional (Barcode) untuk

Industri Manufaktur Agro (IMA)

Page 82: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

3) Pengembangan pusat konsultasi desain dan teknik

kemasan produk makanan olahan

4) Pengembangan Ragam Makanan Olahan Khas Jawa

Barat

5) Feasibility Study pengembangan usaha industri peng-

olahan kelapa

6) Fasilitasi alat dan bahan kemasan produk industri kecil

menengah agro

b. Pengembangan Jaringan Kerja dan Manajemen Wi rausaha

Industri Agro

1) Penguatan struktur industri dalam model Babakan

Industri Agro

2) Bimbingan teknis pengembangan klaster Industri

Manufaktur Agro (IMA) di Bandung

3) Partisipasi dalam forum konsultasi pengembangan

klaster Industri Manufaktur Agro (IMA) Tingkat Nasional

4) Fasilitasi pengembangan pengolahan komoditi agro

- Pengembangan teknik diversifikasi produk olahan

berbahan baku ubi jalar

- Penumbuhan dan pengembangan pengolahan Keju

- Fasilitasi alat dan mesin pengolahan Industri

Manufaktur Agro dalam model Babakan Industri

Manufaktur Agro (IMA)

5) Fasilitasi jalan usaha industri Babakan Opak di Kab.

Sumedang

6) Fasilitasi peningkatan kualitas lingkungan usaha industri

makanan ringan di Kota Tasikmalaya

7) Fasilitasi perlengkapan rumah produksi di Kabupaten

Ciamis dan Sumedang

8) Workshop pengembangan industri dengan pendekatan

klaster di Bandung

67bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 83: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

68 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

9) Bimbingan Teknis pengolahan produk Industri Manufaktur

Agro (IMA)

10) Lokakarya pengembangan klaster Industri Manufaktur Agro

(IMA) Babakan Industri Agro (Opak, Kerupuk)

4. Program Pengembangan Perdagangan Agro Dalam dan Luar

Negeri

Tujuan:

Meningkatkan kegiatan perdagangan dalam negeri dan luar negeri

melalui peningkatan daya saing komoditas ekspor, pengembangan

pemasaran ekspor tertib tata niaga, perlindungan konsumen dan

produsen sehingga tercipta kestabilan harga dan terjaminnya

distribusi barang dan jasa

Sasaran:

a. Meningkatnya laju pertumbuhan sektor perdagangan sebesar

5,23%

b. Tercapainya bilai transaksi penjualan hasil lelang produk agro

minimal sebesar 23 Milyar

c. Meningkatnya nilai ekspor tahun 2007 menjadi US$ 3,2 Milyar

d. Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri

e. Tertatanya sistem distribusi barang

f. Perluasan kesempatan kerja dengan penyerapan tenaga kerja di

sektor perdagangan sebanyak 51.000 orang

g. Meningkatnya peluang pasar melalui events promosi dagang

Kegiatan :

a. Pengembangan Sistem Perdagangan Produk Agro Dalam Negeri

1) Optimalisasi pengembangan pola lelang forward komoditi

agro

Page 84: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

2) Monitoring harga kebutuhan pokok masyarakat di 3

pasar

3) Koordinasi antisipasi pemenuhan kebutuhan pokok

masyarakat

4) Promosi produk industri dan perdagangan agro dalam

negeri

- Fasilitasi Pasar Peduli Ramadhan

- Partisipasi Pameran Jawa Ba rat Expo

- Partisipasi Hari Pangan Sedunia (HPS)

- Partisipasi Pekan Raya Jakarta (PRJ)

- Partisipasi Agro and Food di Jakarta

5) Pengembangan dan optimalisasi perdagangan komoditi

agro antar pulau

- Konsolidasi perdagangan komoditi agro antar pulau

ke Provinsi Kalimantan Barat

- Konsolidasi perdagangan komoditi agro antar pulau

ke Provinsi Riau

6) Penyusunan Neraca Perdangan

7) Pengembangan perdagangan dan pasar perdesaan

produk agro

b. Kegiatan Pengembangan Sistem Perdagangan Produk

Agro Luar Negeri

1) Penyebarluasan informasi perdagangan luar negeri

2) Pembinaan dunia usaha melalui Bimbingan Ekspor dan

Impor produk agro.

3) Sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri (ekspor

impor) di Bandung.

4) Peningkatan mutu produk bunga potong, ubi jalar dan

ikan hias berorientasi ekspor.

5) Partisipasi promosi dagang nasional

69bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 85: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

- Partisipasi Pameran Produk Ekspor (PPE) di Jakarta

- Partisipasi Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di

Yogyakarta

- Partisipasi Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di

Medan

5) Partisipasi promosi dagang di luar negeri

- Promosi Dagang Produk Makanan Olahan di Malaysia

- Partisipasi pada Indonesia Solo Exhibition di Beijing

China

c. Kegiatan Peningkatan Tertib Niaga Dan Perlindungan

Konsumen

1) Sosialisasi Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dan Fasilitasi Sertifikat

Penyuluhan (SP) di Kab. Kuningan

2) Sosialisasi Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dan Fasilitasi Sertifikat

Penyuluhan (SP) di Kab. Subang

3) Sosialisasi kualitas komoditi produk agro dan fasilitasi

Sertifikat Penyuluhan (SP) di Kota Cirebon

4) Sosialisasi kualitas komoditi produk agro dan fasilitasi

Sertifikat Penyuluhan (SP) di Kab. Indramayu

5) Sosialisasi pemberlakuan Standar Mutu SNI dan

pemantauan komoditas agro dalam dan luar negeri

6) Pengawasan kualitas/mutu produk agro dalam dan luar

negeri yang beredar

7) Analisa potensi produk agro yang beredar di pasar Jawa

Barat

8) Penyusunan dan penyebarluasan leaflet/brosur standarisasi

dan sertifikasi hasil agro

70 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 86: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

d. Kegiatan Pengembangan Dan Pendukungan Usaha Industri

Dan Perdagangan Komoditi Agro

1) Pengembangan sistem pembiayaan agribisnis Konsolidasi

pemanfaatan pembiayaan dengan sumber pembiayaan

- Pengembangan dan optimalisasi pembiayaan Daka-

balarea Agribisnis

- Pengembangan sistem Pola Resi Gudang

2) Pengembangan dan penguatan jaringan pelaku usaha

industri dan perdagangan komoditi agro Jawa Barat

Forum kerjasama tentang implementasi Surat Keterangan

Berdokumen Dalam Negeri dan Sistem Penjaminan

- Tindak lanjut kerjasama perdagangan produk agro

dengan Negara Malaysia

- Tindak lanjut kerjasama perdagangan produk agro

dengan Negara Singapura

3) Pengembangan fasilitas komoditi agro Jawa Barat

e. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi, Perencanaan

Dan Pengendalian Perindustrian Dan Perdagangan Agro

1) Koordinasi operasional program dan kegiatan Tahun

Anggaran.

2) Koordinasi evaluasi program dan kegiatan Tahun Anggaran.

3) Koordinasi penyusunan rencana partisipatif pengem-

bangan usaha industri dan perdagangan agro

4) Lokakarya desain pusat perdagangan komoditi agro di

Kawasan Purwasuka

5) Partisipasi dalam forum konsultasi program pengembangan

perindustrian dan perdagangan

6) Optimalisasi informasi sistem internet

7) Rekonsiliasi data dan informasi perindag agro dengan

Kab./Kota

71bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 87: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

8) Pengembangan koneksitas informasi di sentra-sentra

agro.

8) Penyebarluasan informasi perindag agro

9) Pengukuran kontribusi sub bidang perindustrian dan

perdagangan agro dalam Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE)Jawa Barat

11) Lokakarya kontribusi sub bidang perindustrian dan

perdagangan agro dalam Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE) Jawa Barat

Pengembangan Agrobisnis dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025

Misi ketiga dari Misi Pembangunan Jawa Barat 2005-

2025 menyebutkan “Mewujudkan perekonomian. yang tangguh

berbasis pada agrobisnis; adalah mengembangkan dan

memperkuat perekonomian regional yang berdaya saing global

dan berorientasi pada keunggulan komparatif, kompetitif dan

kooperatif dengan berbasis pada potensi lokal terutama dalam

agribisnis. Pengembangan ekonomi regional didukung oleh

penyediaan infrastruktur yang memadai, tenaga kerja yang

berkualitas dan regulasi yang mendukung pencapaian iklim.

investasi yang kondusif”.

Terwujudnya perekonomian yang tangguh berbasis

pada agribisnis, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya keterkaitan antara sektor primer, sektor

sekunder dan sektor tersier dalam suatu sistem yang

produktif, bernilai tambah dan berdaya saing serta

keterkaitan pembangunan ekonomi antar wilayah.

72 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 88: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

2. Tersedianya jaringan infrastruktur transportasi yang handal

dan terintegrasi, terpenuhinya pasokan energi yang andal

dan efisien, tersedianya infrastruktur komunikas yang

efisien dan modern serta tersedianya infrastruktur

sumberdaya air yangberkualitas.

3. Meningkatnya PDRB, laju pertumbuhan ekonomi,

penyerapan tenaga kerja, investasi di daerah, nilai ekspor

produk serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan

baku impor.

4. Tercukupinya kebutuhan pangan masyarakat ]awa Barat.

5. Tersedianya penunjang perkembangan ekonomi dalam

bentuk regulasi yang efektif, pembiayaan yang berkelanjutan,

sumberdaya manusia yang berkualitas, teknologi tinggi

dan tepat guna, jaringan distribusi efektif dan efisien serta

sistem informasi yang handal.

Sari dari RPJPD Jawa Barat Tahun 2005-2025

1. Arah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

harus berkelanjutan dan berkualitas, dalam arti meningkatkan

kemakmuran bagi seluruh masyarakat ]awa Barat yang

didukung oleh iklim usaha yang berdaya saing secara global.

Keberhasilan pencapaian visi pembangunan sangat

ditentukan oleh kemampuan daerah untuk memanfaatkan

potensi wilayah melalui pengembangan kegiatan utama (core

business). Pembangunan ekonomi daerah Jawa Barat tahun

2005-2025 diarahkan kepada peningkatan nilai tambah

segenap sumberdaya ekonomi melalui industri pengolaban

dan jasa dalam arti luas yang berbasis pada agribisnis serta

revitalisasi pertanian dalam arti luas.

73bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 89: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Agribisnis di Jawa Barat sudah ada dan tumbuh di masyarakat

serta masih memiliki potensi yang besar dan variatif untuk

didukung agro ekosistem yang cocok untuk pengembangan

komoditas pertanian sehingga komoditas pertanian memiliki

citra yang positif dan berdaya saing baik pada tingkat lokal,

regional dan internasional.

Pengembangan agribisnis di Provinsi JawaBarat diarahkan

pada (1) pengembangan industri input yang memadai dari

segi jumlah, kualitas dan waktu sesuai dengan tuntutan

pengembangan agribisnis hiIir; (2) pengembangan teknologi

budidaya dan organisasi produksi yang dapat meningkatkan

produktivitas tanaman, ternak dan ikan dengan menggunakan

lahan minimal dan ramah lingkungan untuk menghasilkan

produk yang berkualiatas dan aman bagi konsumen; (3)

peningkatan nilai tambah melalui pengolahan hasil produk

primer; (4) pengembangan sistem pemasaran yang berorien-

tasi pada perubahan permintaan konsumen; (5) pengembangan

penunjang system agribisnis yang berfungsi mengatur dan

memandu syitem agribisnis, dan (6) pengembangan jejaring

bisnis terintegrasi yang menggambarkan harmoni antar

pelaku bisnis pada tingkat institusi pemerintah terkait,

produsen dan pelaku jasa agribisnis dalam lingkup wilayah

dan lingkup fungsional.

2. Dalam rangka meningkatkan daya saing, pengembangan

industri Jawa Barat diarahkan pada; Pertama, peningkatan

nilai tambah dan produktivitas melalui diversifikasi produk

(pengembangan ke hilir), pendalaman struktur (hulu-hilir),

penguatan hubungan antar industri, dan pendukungan infra-

struktur produksi yang antara lain tersedianya sarana dan.

prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi, serta sarana

dan prasarana teknologi), prasarana pengukuran standardi-

74 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 90: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

sasi, pengujian dan pengendalian kualitas; serta sarana dan

prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri.

Kedua, pembangunan industri yang berkelanjutan, dimana

produksi industri harus memperhatikan faktor lingkungan

sehingga dapat menghasilkan industri produksi bersih (green

product/ecological product). Ketiga, pengembangan Industri

Kecil dan Menengah (IKM) sehingga mampu berdaya saing

baik di pasar lokal maupun internasional.

3. Pengembangan perdagangan dalam negeri diarahkan pada

peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses

pasar lokal dan regional, meningkatkan sistem distribusi yang

efektif dan efisien dengan harapan akan terjaminnya

ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat. Adapun untuk

pengembangan perdagangan luar hegeri diarahkan pada

penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor, sehingga

diharapkan dapat memperkuat posisi produk Jawa Darat di

mata internasionaI. Upaya tersebut diharapkan dapat

memberikan dampak positif terhadap pembangunan

perekonomian Jawa Barat sehingga diharapkan dapat

memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya terhadap

kesejahteraan masyarakat.

4. Kini dalam memasuki RJPM tahap Kedua (2008-2013)

pengembangan agribisnis terfokus pada beberapa hal di-

mulai dengan penataan agribisnis yang ada dan penyelesaian

permasalahan yang dihadapi di setiap sub sistem agribisnis.

Dari segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini

yaitu (1) penataan agribisnis yang ada, (2) perbaikan subsistem

agribisnis yang bermasalah, (3) revitalisasi agribisnis untuk pem-

bangunan ekonomi, (4) mengubah proporsi peran agribisnis

dalam struktur PDRB Propinsi Jawa Barat, dan (5) realokasi

sumberdaya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis.

75bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 91: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem,

konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis

dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih

lanjutdari reposisi ini adalah realokasi sumberdaya ekonomi

yang lebih berat ke pengembangan agribisnis. Sedangkan

pada sektor peidagangan diharapkan dapat mengoptimalkan

pasar dalam negeri, penataan distribusi barang dan

meningkatkan orientasi ekpor.

5. Pada RPJM tahap Ketiga (2013-2018) akan terjadi tahap

pemantapan mutu. Ini merupakan tahap pengembangan

teknologi agribisnis hulu dengan agribisnis hilir, diperoIehnya

komitmen terhadap pembangunan agribisnis di Provinsi Jawa

Barat. Pemantapan mutu merupakan komitmen Provinsi Jawa

Barat untuk merespons setiap tuntutan konsumen, terutama

terhadap mutu, kenyamanan, keamanan, kesehatan,

kelestarian dan isu-isu lingkungan lainnya. Tuntutan tersebut

memerlukan rekayasa teknologi di semua subsistem

agribisnis. Pada tahap ini diperIukan: (1) Supply Chain

Management yang efektif dan efisien, (2) Budaya mutu dan

merk, (3) Sertifikasi dan standardisasi produk, (4) Respons

terhadap upaya mencapai kepuasan konsumen, dan (5)

Kelembagaan penunjang yang efisien. Pada faktor industri

dan perdagangan tahapan pembangunan ini diarahkan pada

penciptaan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif,

pengembangan kemampuan inovasi, peningkatan

kemampuan sumber daya industri dan mengembangkan

industri kecil yang tangguh. Sedangkan pada sektor

perdagangan di arahkan pada perluasan kawasan

perdagangan ekspor dan penataan distribusi barang,

pemberdayaan produk dalam negeri dan pengembangan

pasar dalam negeri.

76 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 92: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

6. Pada RPJM tahap Keempat (2018-¬2023) pengembangan

pertanian Provinsi Jawa Barat harus sudah menguasai

jaringan bisnis yang luas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam sistem

agribisnis. Untuk itu diperlukan: (1) Holding Company dan

integrasi integrasi vertikal tingkat lokal, regional, dan

internasional, (2) kolaborasi bisnis di tingkat Jawa Barat dan

provinsi lain, dan (3) Relasi bisnis di pasar internasional. Pada

tahap ini agribisnis Provinsi Jawa Barat sudah berkembang

menembus batasbatas wilayah provinsi dan negara.

Konsekuensinya adalah pada tahap ini persaingan global

akan semakin kuat. Selama tahapan sebelumnya dapat dilalui

dengan baik, pada tahap pengembangan jaringan ini akan

dapat dilalui dengan baik. Dalam faktor industri dan

perdagangan, tahapan pemantapan diarahkan pada

peningkatan daya saing industri yang berorientasi ekspor,

menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar dan

mengoptimalkan pendayagunaan potensi dalam negeri serta

perluasan perdagangan luar negeri.

7. Pada tahap Kelima (2023-2025), pertanian Provinsi Jawa Barat

harus sudah memasuki tahap pemenangan persaingan baik

nasional maupun global. Untuk itu diperlukan: (1) Penguatan

keunggulan kompetitif, (2) Terpenuhinya konsumsi Provinsi

Jawa Barat dan domestik, (3) tingginya daya terima pasar

internasional, dan (4) nilai tambah ekspor yang tinggi.

Kegiatan agribisnis pada tahap ini dicirikan dengan komitmen

yang tinggi terhadap tujuan memenangkan keunggulan

kompetitip di pasar global, dengan ciri bisnis yang berorien

tasi pada efisiensi, kualitas, keamanan, dan keberlanjutan.

77bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 93: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Sentra Produksi Komoditas Agro Jawa Barat

Sentra produksi komoditi agro tersebar di berbagai daerah

sesuai dengan karakter tanaman dan potensi agroekologinya.

Berdasarkan prinsip tata niaga, semakin dekat jarak antar sentra

produksi ke tempat pemasaran/konsumen, semakin efisien tata

niaga. Dilihat dari potensi produksi komoditas agro di Jawa Barat,

maka banyak sentra komoditi komoditi agro yang potensial.

Beberapa komoditi agro yang ada di Jawa Barat dan produksi

untuk setiap sentra produksi disajikan pada uraian berikut:

1.Padi

Sentra produksi padi dan produksinya di Jawa Barat

tersebar di beberapa daerah seperti Karawang (962.424 ton),

Bekasi (518.142 ton), Subang (891.572 ton), Indramayu

(1.080.306 ton), Majalengka (511.564 ton), Cirebon (449.864 ton),

Cianjur (635.567 ton), Kabupaten Bandung (609.660 ton), Garut

(647.416) dan Sukabumi (728.050 ton).

2.Jagung

Sentra produksi jagung dan produksinya di Jawa Barat

adalah Garut (265490 ton), Bandung (59747 ton), Majalengka

(38.896 ton), Sumedang (37179 ton), Tasikmalaya (35975 ton),

Cianjur (27.977 ton), Kuningan (21.476 ton), Sukabumi (20.740

ton), Ciamis (16.050 ton) dan Purwakarta (12.217 ton).

3.KacangTanah

Sentra produksi kacang tanah dan produksinya di Jawa Barat,

yaitu Sukabumi (13.105 ton), Cianjur (12.633 ton), dan Garut

(27.887 ton).

4.KacangHijau

Sentra produksi kacang hijau dan produksinya di Jawa

Barat, yaitu Garut (1.769 ton), Ciamis (1.182 ton), Cirebon (2.463

78 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 94: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

ton), Majalengka (1.673 ton), Sumedang (1.042 ton), Indramayu

(1.454 ton), dan Karawang (1.216 ton).

5.UbiKayu

Sentra produksi ubi kayu dan produksinya di Jawa Barat,

yaitu Purwakarta (104.203 ton), Sumedang (178.438 ton), Ciamis

(219.772 ton), Tasikmalaya (248.155 ton), Garut (479.068 ton),

Bandung (212.893 ton), Cianjur (127.636 ton), Sukabumi(134.870

ton), dan Bogor (189.421 ton).

6.Ketimun

Sentra produksi ketimun dan produksinya di Jawa Barat,

yaitu Tasikmalaya (16.701 ton), Indramayu (8.770 ton), Bogor

(13.395 ton), Sukabumi (8.169 ton), Cianjur (23.995 ton), Bandung

(21.480 ton), Garut (41.247 ton), Karawang (14.493 ton), Bekasi

(12.238 ton) dan lain-lain.

7.Terong

Sentra Produksi terong dan produksinya di Jawa Barat,

yaitu Bogor (4.717 ton), Sukabumi (3.493 ton), Cianjur (15.162

ton), Bandung (3.248 ton), Garut (6.764 ton), Tasikmalaya (5.737

ton), dan lain-lain.

8.Kangkung

Sentra Produksi kangkung dan produksinya di Jawa

Barat, yaitu Kabupaten Bogor (6.625 ton), Cianjur (2.226 ton),

Bandung (2.810 ton), Garut (3.453 ton), Tasikmalaya (2.400 ton),

Ciamis (2.294 ton), Purwakarta (1.159 ton), Karawang (5.012 ton),

Bekasi (9.185 ton), Kota Bogor (1.036 ton), Kota Bekasi (1.826

ton), Kota Depok (1.785 ton), dan Kota Banjar (1.214 ton).

9.KacangPanjang

Sentra Produksi kacang panjang Jawa Barat dan Produk-

sinya, yaitu: Kabupaten Bogor (10.768 ton) Sukabumi (6.873 ton),

79bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 95: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Cianjur (20.487 ton), Bandung (13.465 ton), Garut (8.963 ton),

Tasikmalaya (8.300 ton), Purwakarta (8.735 ton), Karawang

(34.258 ton) dan lain-lain.

6. Tomat

Sentra Produksi Tomat Jawa Barat dan produksinya, yaitu

Bogor (4.700 ton), Sukabumi (9.283 ton), Cianjur (25.198 ton),

Bandung (111.645 ton), Garut (61.825 ton), Tasikmalaya (6.703

ton), Majalengka (7.780 ton), Sumedang (4.742 ton).

11. Bayam

Sentra Produksi bayam Jawa Barat dan produksinya, yaitu

Bogor (6.172 ton), Cianjur (1.448 ton), Bandung (1.743 ton), Garut

(1.231 ton), Tasikmalaya (1.511 ton), Ciamis (1.089 ton),

Karawang (1.171 ton), Kabupaten Bekasi (7.516 ton), dan Kota

Bekasi (1.766 ton).

12. Cabai

Sentra Produksi cabai Jawa Barat dan produksinya, yaitu

Sukabumi (7.988 ton), Cianjur (27.212 ton), Bandung (28.761

ton), Garut (41.283 ton), Tasikmalaya (19.544 ton), Majalengka

(11.037 ton), Sukabumi (7.988 ton), Indramayu (4.224 ton) dan

lain-lain.

13. Sawi/petsai

Sentra Produksi Sawi Jawa Barat dan produksinya, yaitu

Kota Sukabumi (5.829 ton), Kabupaten Sukabumi (33.972 ton),

Cianjur (46.426 ton), Ban dung (78.374 ton), Garut (26.040 ton),

Kuningan (6.429 ton), Majalengka (8.860 ton).

14. Buncis

Sentra Produksi Buncis Jawa Barat dan produksinya, yaitu

Bogor (4.417 ton), Sukabumi (6.092 ton), Cianjur (29.462 ton),

Bandung (27.058 ton), Garut (13.473 ton), Tasikmalaya (8.921

ton) dan Purwakarta (2.534 ton).

80 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 96: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

15. Cabe Rawit

Sentra Produksi Cabe Rawit Jawa Barat dan produksinya,

yaitu Bogor (1.336 ton), Sukabumi (2.886 ton), Cianjur (9.826 ton),

Bandung (4.494 ton), Garut (17.749 ton), Tasikmalaya (2.449 ton),

Majalengka (5.797 ton), Sumedang (1.554 ton), dan Purwakarta

(1.366 ton).

16. Lobak

Sentra Produksi lobak dan produksinya di Jawa Barat,

yaitu Cianjur (3.836 ton), Bandung (13.585 ton).

17. Bawang Putih

Sentra Produksi bawang putih Jawa Barat dan

Produksinya, yaitu Bandung (1.110 ton) dan Garut (221 ton).

18. Bawang Merah

Sentra Produksi Bawang merah Jawa Barat dan

produksinya, yaitu Bandung (40.516 ton), Garut (7.670 ton),

Kuningan (4.946 ton), Cirebon (32.144 ton), Majalengka (33.250

ton), dan Indramayu (1.431 ton).

Produktivitas Komoditi Agro

Secara umum produktivitas komoditi agro di Jawa Barat

masih rendah bila dibandingkan dengan potensi yang

dimilikinya. Kesenjangan antara produktivitas faktual dengan

produktivitas potensial terjadi karena beberapa alasan, seperti

masih belum optimalnya pemeliharaan yang dilakukan oleh

petani, adanya serangan hama dan penyakit, kondisi lingkungan

yang kurang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman, baik

kesesuaian tanah maupun kesesuaian iklim, penanganan panen

dan pasca panen yang masih belum optimal, dan lain-lain.

81bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 97: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Produktivitas beberapa komoditi agro di Jawa Barat

dapat dilihat pada Tabel berikut:

Produktivitas Beberapa Komoditi Agro Di Jawa Barat

1 Padi

2 Jagung

3 Ubi Kayu

4 Kedelai

5 Kacang Hijau

6 Kacang Tanah

7 Bawang Daun

8 Bawang Merah

9 Kentang

10 Kubis

11 Lobak

12 Petsai/sawi

13 Wortel

14 Buncis

15 Bayam

16 Ketimun

17 Cabai

18 Kacang panjang

19 Tomat

20 Terong

21 Labu siam

22 Kangkung

23 Bawang putih

24 Kacang merah

25 Kembang kol

5.107

4.584

17.415

1.385

1.003

1.355

13.93

9,96

19,83

25,50

18,56

17,14

21,95

13,75

7,29

14,76

11,32

10,43

21,66

13,17

47,43

10,18

13,58

6,62

18,54

No. Jenis Komoditi Rata-rata produksi/Ha (ton/Ha) *

Sumber data : Badan Pusat Statistik 2007. Diolah dari data produksi dibagi

luas panen.

82 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 98: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Karakteristik Fluktuasi Harga Produk/Komoditi Agro

Secara umum karakteristik harga produk agro fluktuatif

tergantung pada berbagai faktor dengan elastisitas bervariasi

sesuai dengan jenis komoditinya.

Faktor paling dominan yang menentukan fluktuasi harga

produk agro adalah kondisi permintaan dan penawaran. Per-

mintaan yang banyak secara langsung akan mengkatrol harga

produk ke posisi yang lebih tinggi, sebaliknya penawaran yang

banyak akan menurunkan harga ke posisi yang lebih rendah.

Beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga

produk agro antara lain:

a. Permintaan dan penawaran.

b. Kualitas produk.

c. Musim.

d. Jarak sentra produksi ke pasar.

e. Kebijakan Pemerintah, yaitu tidak ada nya sistem pengen-

dalian harga.

f. Tidak adanya informasi tentang jenis komodi, waktu tanam,

serta luas tanam dari sentra produksi.

g. Tidak adanya substitusi/produk pengganti

h. Karakteristik produk agro. Bebarapa karakteristik dasar dari

komoditi pertanian, diantaranya :

1) Mudah rusak, tingkat kerusakan yang tinggi maka secara

substansial akan meningkatkan biaya pemasaran.

2) Bersifat volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil, hal

tersebut akan meningkatkan biaya penyimpanan dan

transportasi

3) Bersifat musiman, jika terjadi panen dalam jangka

pendek maka biaya penyimpanan dan penanganan

produk akan meningkat.

83bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 99: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

4) Adanya perbedaan antara produk akhir dan bahan

mentah, proses pengolahan dilakukan dalam upaya

meningkatkan nilai tambah produk akan meningkatkan

biaya pemasaran.

5) Pasar konsumen terpisah dari daerah produksi sehingga

perlu adanya tindakan pemasaran untuk mengirimkan

produk pertanian sampai ke konsumen akhir.

Perilaku harga di pasar merupakan indikator penting

bagi kinerja secara keseluruhan dari pasar. Salah satu fungsi

utama pasar yang efisien aalah memberikan fasilitas bagi arus

informasi harga. Informasi harga merupakan faktor essensial

bagi efisiensi fungsi pemasaran, jika pasar menyediakan.

Informasi harga secara menyeluruh dan lengkap, tepat waktu,

dan akurat bagi para pelaku pasar. Harga yang tebentuk

berdasarkan informasi tersebut mencerminkan kondisi

penawaran dan permintaan produk.

Fungsi utama jasa informasi pasar adalah untuk me-

ngumpulkan, memproses, menganalisis data secara sistematis,

secara terus menerus dan tepat waktu bagi seluruh para pelaku

pasar. Informasi pasar berguna bagi pelaku pasar dalam

mengambil keputusan transaksi jual beli komoditi pertanian.

Faktor-Faktor Penentu Daya Daing Jawa Barat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dirjen ASEAN

partemen Luar Negeri serta kalangan pengusaha agro baik di

tingkat nasional maupun propinsi Jawa Barat dapat dimaknakan

bahwa dengan diterapkannya otonomi daerah pembahasan

mengenai daya saing wilayah, misalnya propinsi atau wilayah

administrasi lebih rendah, di Indonesia saat ini menjadi sangat

84 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 100: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

relevan. Persaingan tidak hanya dalam perdagangan eksternal tetapi

juga dalam menarik investasi dari luar, dan persaingan juga tidak hanya

antara suatu wilayah dengan wilayah di negara (tetangga) tetapi juga

antar wilayah di Indonesia. Misalnya pertanyaan sekarang adalah

apakah Jawa Barat mampu menarik lebih banyak investor asing

dibandingkan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Juga, apakah Jawa

Barat mampu untuk lebih banyak mengekspor ke daripada mengimpor

dari wilayah lain di dalam negeri atau luar negeri.

Daya saing Jawa Barat ditentukan terutama oleh daya saing

dari sektor-sektor atau unit-unit kegiatan usaha, misalnya sektor

industri dan sektor pertanian di Jawa Barat. Kemudian daya saing

propinsi Jawa Barat sangat tergantung pada kapasitas masyarakatnya

(terutama pengusaha) untuk berinovasi dan melakukan pembaharuan

terus menerus, dan untuk ini diperlukan teknologi dan SDM. Oleh

karena itu, berbeda dengan keunggulan komparatif, keunggulan

kompetitif sifatnya sangat dinamis: teknologi berubah terus, demikian

juga kualitas SDM berkembang terus.

Lebih lanjut, dalam perdagangan eksternal (atau

internasional), kemampuan Jawa Barat untuk menembus pasar

eksternal (global) atau meningkatkan ekspornya ditentukan oleh suatu

kombinasi dari sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki

masing-masing perusahaan di Jawa Barat atas pesaing-pesaingnya dari

wilayah/negara lain. Dalam konteks ekonomi/perdagangan

internasional pengertian daripada keunggulan relatif dapat didekati

dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Suatu

wilayah memiliki keunggulan bisa secara alami (natural advantages)

atau yang dikembangkan (acquired advantages) (Tambunan, 2008:5)

85bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 101: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Keunggulan alami yang dimiliki Jawa Barat adalah jumlah

tenaga kerja, khususnya dari golongan berpendidikan rendah

dan bahan baku yang berlimpah. Kondisi ini membuat upah

tenaga kerja dan harga bahan baku di Indonesia relatif lebih

murah. Keunggulan alamih ini sangat mendukung perkem-

bangan ekspor komoditas-komoditas primer Jawa Barat seperti

minyak dan pertanian dan sebagian besar ekspor manufaktur

khususnya yang padat karya dan berbasis sumber daya alam

(seperti produk-prduk dari kulit, bambu, kayu dan rotan) hingga

saat ini. Sedangkan yang dimaksud dengan keunggulan yang

dikembangkan adalah misalnya tenaga kerja yang walaupun

jumlahnya sedikit memiliki pendidikan atau keterampilan yang

tinggi dan penguasaan teknologi sehingga mampu membuat

bahan baku sintesis yang kualitasnya lebih baik daripada bahan

baku asli, atau berproduksi secara lebih efisien dibandingkan

wilayah/negara lain yang kaya sumber daya alam.

Inti daripada keunggulan kompetitif adalah bahwa

keunggulan suatu wilayah atau industri di dalam persaingan

global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang

dimilikinya, yang diperkuat dengan proteksi atau bantuan dari

pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitif-

nya. Menurut Tambunan (2008:6) faktor-faktor keungggulan

kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan/ pengu-

saha nasional, khususnya Jawa Barat, untuk dapat unggul dalam

persaingan di pasar internasional diantaranya yang paling

penting yaitu:

1) Penguasaan teknologi dan know-how;

2) SDM (pekerja, manajer, insinyur, saintis) dengan kualitas

tinggi, dan memiliki etos kerja, kreativitas dan motivasi

yang tinggi, dan inovatif;

3) Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dalam

proses produksi;

86 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 102: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

4) Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan;

5) Promosi yang luas dan agresif;

6) Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik;

7) Pelayanan teknis maupun non-teknis yang baik (service

after sale)

8) Adanya skala ekonomis dalam proses produksi;

9) Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang cukup;

10) Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama di luar

negeri yang baik;

11) Proses produksi yang dilakukan dengan sistem just in time;

12) Tingkat entrepreneurship yang tinggi, yakni seorang

pengusaha yang sangat inovatif, inventif, kreatif dan

memiliki visi yang luas mengenai produknya dan

lingkungan sekitar usahanya (ekonomi, sosial, politik, dl .),

dan bagaimana cara yang tepat (efisien dan efektif) dalam

menghadapi persaingan yang ketat di pasar global.

13) Pemerintahan yang solid dan bersih, serta sistem

pemerintahan transparan dan efisien.

Strategi Pengembangan Ekspor Komoditas Agro dalam

Kerangka AFTA

Seperi dituturkan Kasie Perdagangan Luar negeri

Disindagagro Jawa Barat, dalam upaya menciptakan sistem

penyediaan dan distribusi pangan di Jawa Barat yang

direncanakan, perlu melibatkan beberapa komponen sebagai

berikut :

1. Fungsi/peran pemerintah daerah, mulai dari tahap penyi

apan/perencanaan dan pengoperasian pasar

2. Peran sektor swasta dan publik, mulai dari tahap

penyiapan/perencanaan dan pengoperasian pasar

87bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 103: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

3. Indikator kinerja, yang dapat digunakan sebagai tolok ukur

keberhasilan dalam melakukan monitoring dan evaluasi

khususnya dalam pengoperasian pasar

4. Prioritas pengembangan, disesuaikan dengan sumberdaya

yang dimiliki dalam upaya mengembangkan pengelolaan

dan pengoperasian yang maksimal menuju sasaran yang

diinginkan

5. Tahapan pengembangan

Realitas Lapangan

Dari pengamatan di lapangan, kegiatan komunikasi

dalam kerangka perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat

tidak berjalan sesuai dengan entitas dassein. Pemerintah

seharusnya menunjuk implementor yang dinilai akan

menjalankan seluruh proses komunikasi. Di tingkat propinsi Jawa

Barat implementor tersebut hanya bertumpu pada satu instansi

yakni Dinas Industri dan Perdagangan Agro. Padahal proses

komunikasi yang dijalankan berkenaan dengan implementasi

AFTA bidang komoditas pertanian di Jawa Barat memerlukan

suatu institusi yang tingkat kewenangannya dapat bersifat lintas

sektoral dan implementor yang dimaksud diharapkan dapat

mengawasi dan mengendalikan transmisi seluruh pesan yang

menjadi dasar dari pemahaman perdagangan komoditas

pertanian dalam kerangka AFTA di Jawa Barat.

Dari pengamatan di lapangan, tidak berjalannya kegiatan

komunikasi sesuai yang diharapkan misalnya terkaji dalam

tataran Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat. Tugas

komunikasi yang menjadi tanggung jawab dari instansi dimaksud

hanya berkisar pada penyuluhan kepada komunikan dengan mem-

pergunakan media seminar-seminar dan lokakarya. Kegiatan

88 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 104: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

seperti ini hanya diikuti oleh para pelaku pasar yang berada di

tingkat organisasi profesi seperti Kamar Dagang dan Industri

(KADINDA) atau asosiasi yang bergerak di bidang pertanian,

seperti DPD Asosiasi Pengusaha Komoditas Pertanian Jawa

Barat, KUD dan kelompok-kelompok tani. Kegiatan yang

menjadi substansi dari faktor komunikasi ini tidak dapat

dilaksanakan karena persepsi terhadap komunikasi yang lebih

dipahami sebagai suatu proses untuk menyampaikan pesan

dalam tatanan stuktural saja. Dalam pemahaman para

implementor, perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat

hanya berkisar pada para pelaku pasar saja.

Informasi yang disampaikan sebagai pesan tidak

dirasakan oleh para petani secara langsung, bahkan persyaratan

perdagangan bebas yang kemudian menjadi tujuan dari

informasi yang disampaikan tidak dipahami secara jelas.

Para petani juga tidak merasa berkewajiban untuk

menyesuaikan dengan kebutuhan hasil produksi mereka dalam

kerangka perdagangan bebas yang menjadi tuntutan untuk

dilaksanakannya AFTA. Hal ini merupakan bukti dari pemahaman

yang dimiliki komunikator/implementor terhadap komunikasi

yang dimaknakan hanya sebagai sosialisasi. Lebih tegasnya,

implementor merasa berkewajiban untuk mensosialisasikan

kondisi kesiapan untuk perdagangan komoditas pertanian

dalam kerangka AFTA. Sosialisasi yang dimaksud tidak dengan

pemahaman yang mendalam tentang berbagai subtansi

mendasar dari sebuah persyaratan perdagangan bebas.

Pemahaman yang terbatas terhadap situasi dan kondisi

yang menjadi persyaratan bagi pelaksanaan perdagangan bebas

dalam kerangka AFTA tersebut, berdasarkan catatan wawancara,

tidak sepenuhnya menjadi kesalahan dari para implementor.

Setidaknya, keputusan pelaksanaan AFTA merupakan sebuah

89bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 105: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kesepakatan mengikat yang menjadi hasil dari berbagai

pertemuan di tingkat tinggi antar-negara anggota ASEAN.

Kesepakatan tersebut lebih banyak merupakan hasil dari

pertemuan tingkat kepala negara anggota ASEAN atau tingkat

menteri. Bahkan apabila dilihat dari kajian pustaka yang ada,

mulai dari pembentukan ASEAN (8 Agustus 1967), KTT ASEAN IV di

Singapura sampai dengan pertemuan yang sama tahun 1997

terlihat lebih banyak pertemuan dan kesepakatan AFTA dilakukan

oleh para eksekutif di tingkat menteri luar negeri. Menteri luar

negeri dari negara-negara ASEAN ini bertindak sebagai pengambil

keputusan meneruskan struktur sistem ASEAN Secretariatyang

ada dalam tataran supra nasional dari negara-negara anggota.

Kondisi seperti itu memungkinkan terjadinya ketidak-

jelasan perintah yang ada bagi pelaksanaan komunikasi. Paling

tidak, kebijakan yang merupakan hasil dari kesepakatan ASEAN

melalui menteri luar negeri tidak akan mudah untuk disampaikan

secara langsung kepada Departemen Perdagangan. Kebijakan

tersebut harus melalui proses panjang mulai dari ratifikasi Dewan

Perwakilan Rakyat sampai kepada keputusan presiden yang

dilanjutkan kepada Departemen Perdagangan (pada masa itu

Departemen Perdagangan dan Industri).

Kesulitan selanjutnya justru berada di tingkat pemerintah

daerah yang sudah menganut pola kerja otonomi daerah. Pember-

lakukan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 Ta-

hun 1999 dan direvisi UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, memperlihatkan adanya ketimpangan hubungan instansi

departemen terhadap struktur yang sama di pemerintah daerah.

Artinya, struktur Dinas Perdagangan yang ada di pemerintah dae-

rah tidak akan sama kedudukannya dengan ketika menjadi bagian

integral dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

90 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 106: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Demikian halnya Dinas Industri dan Perdagangan Provinsi Jawa

Barat bukan merupakan ”bawahan” dari Departemen Pedagangan

Republik Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Pola kerja yang

ada punhanya bersifat koordinatif tidak bersifat intruksif, sehingga

masih harus berdasarkan persetujuan (tembusan) dari Kepala

Daerah atau Gubernur.

Pola hubungan yang tidak langsung seperti ini meng-

akibatkan sulitnya komunikasi yang terjadi dari Departemen Per-

dagangan kepada Dinas Industri dan Perdagangan di pemerintah

daerah. Kesulitan yang sama juga dialami oleh implementor dari

posisi Dinas Industri dan Perdagangan Agro yang oleh pemerintah

Daerah Jawa Barat dikategorikan secara mandiri terpisah dari

Dinas Industri dan Perdagangan induk. Dengan kondisi tersebut

dapat dimengerti sulitnya menemukan faktor ketegasan dalam

informasi yang diberikan oleh implementor dari pejabat di Dinas

Industri dan Perdagangan Jawa Barat. Selain posisinya sebagai

Dinas yang baru berdasarkan Perda tentang SOTK Pemerintah

Daerah Jawa Barat, implementor perdagangan agro ini

berhadapan dengan persoalan klasik dari posisi Dinas Industri

dan Perdagangan Jawa Barat yang masih memposisikan diri

sebagai induk organisasi dari Dinas Industri dan Perdagangan

Agro.

Pada praktiknya, informasi kebijakan yang turun dari

Departemen Perdagangan RI mengenai kerangka pelaksanaan

AFTA sudah berhadapan dengan struktur yang ada di Departemen

Luar Negeri. Setidaknya, ejawantah dari kebijakan perdagangan

bebas sebagai kesepakatan ASEAN dari Departemen Luar Negeri

masih menjadi bagian dari proses kerja yang dihasilkan dari

Direktorat Jenderal ASEAN. Berdasarkan wawancara dengan

pejabat di lingkungan Direktorat ASEAN dinyatakan bahwa

kesulitan struktural merupakan kendala yang sering dihadapi

91bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 107: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dalam pelaksanaan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN

(AFTA).

Kendati keputusan yang diambil atas nama menteri luar

negeri dan disampaikan kepada departemen terkait dalam

pelaksanaan AFTA, kerapkali keputusan tersebut dipandang

”sebelah mata” oleh instansi dimaksud. Hal ini sebagai akibat dari

arogansi sektoral yang berkembang dari budaya organisasi di

negeri ini. Seorang menteri pemimpin departemen tertentu tidak

akan merasa berkewajiban untuk melaksanakan kebijakan yang

datang dari struktur direktorat jenderal, apalagi dari departemen

lain. Bahkan keputusan sejenis yang datang dari menteri di

lingkungan yang berbeda pun sulit untuk dilaksanakan oleh

menteri di departemen lain.

Keadaan ini, menurut Dirjen ASEAN akan membuat

kebijakan tentang AFTA menjadi bias dan sulit dipahami sampai

pada tingkat ”akar rumput”. Masyarakat awam (man in the street)

tidak akan bisa memahami secara utuh sesungguhnya makna

dari sebuah kebijakan perdagangan bebas yang menjadi

kesepakatan ASEAN itu. Apalagi kenyataan akan adanya

perdagangan bebas dunia justru diartikan sebagai praktek

liberalisasi yang negatif sehingga terkadang maknanya sama

dengan kolonialisme. Selain substansi dari kebijakan yang

terkadang bias (perintah yang tidak jelas), tidak jarang kebijakan

tersebut berjalan lambat karena keterlambatan dari sampainya

informasi tentang kebijakan itu kepada masyarakat pelaku

ekonomi dan petani yang berkepentingan dengan kebijakan

AFTA.

Peneliti berpendapat bahwa kondisi di atas menyiratkan

adanya bias komunikasi antara para implementor kebijakan

tingkat nasional, tingkat propinsi, para pelaku bisnis sampai

dengan tataran akar rumput. Seacra teoritik isi pesan yang

92 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 108: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

disampaikan tidak diterima dengan baik oleh komunikan. Itu

berarti proses effect dari transformasi informasi yakni kesan yang

didapat oleh komunikan setelah dia mendapatkan pesan pun

tidak berlangsung semestinya.

Dalam konteks implementasi AFTA di tataran akar

rumput terlihat bahwa para petani tidak memebrikan feed-back

positif yang mendukung implementasi AFTA. Hal itu dikarenakan

komunitas petani agro di Jawa Barat tidak memperoleh infomasi

berkenaan dengan manfaat apa yang secara langsung dapat

mereka dapatkan dengan adanya ikut sertanya komunitas petani

agro Jawa Barat dalam kerangka perdagangan bebas di kawasan

Asia Tenggara.

Secara demikian tidak mengherankan apabila di masa

depan implementasi AFTA di tataran akar rumput tampaknya

tidak akan mendapatkan dukungan penuh dari komunitas agro

Jawa Barat apabila sosialisasi untung ruginya impelentasi AFTA

tidak disampaikan sebagaimana mestinya.

Lebih lanjut, seperti yang disampaikan pada kajian

teoritis pada Bab I, interpretasi peneliti ini dapat dijelaskan

secara lebih mendalam seperti di bawah ini.

Faktor Transmisi dari Komunikasi

Sejak tahun 2002 kesepakatan AFTA ini sudah

dilaksanakan. Perintah kebijakan telah dikeluarkan akan tetapi

komunikasi dari kebijakan ini tidak berjalan sesuai yang

diharapkan. Berbagai hal yang menjadi entitas transmisi dari

komunikasi kebijakan ini adalah (1) pertentangan pendapat; (2)

distorsi/penyimpangan karena informasi; dan (3) persepsi

pribadi pelaksana. Tiga hal tersebut akan dibahas secara

akumulatif dan bersama-sama dalam subjudul ini.

93bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 109: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

1. Pertentangan Pendapat

Apabila ditinjau dari hasil observasi dan wawancara

dengan berbagai informan di Dinas Industri dan Perdagangan

Agro, terlihat adanya pertentangan pendapat yang cukup tajam

antar-para pelaksana kebijakan kesepakatan AFTA. Masing-masing

informan memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang aplikasi

kesepakatan AFTA. Sebagian di tataran Sub-Dinas menilai bahwa

kebijakan AFTA ini tidak realistik sehingga akan sulit dilaksanakan

di lapangan. Kekhawatiran mereka ini diawali oleh tuduhan bahwa

perdagangan bebas akan memaksa masuknya para pelaku

ekonomi asing yang sudah pasti memiliki tingkat kemampuan

kompetisi yang tinggi. Kemampuan kompetisi yang tinggi

tersebut akan mengalahkan seluruh komponan pelaku ekonomi

khususnya pedagang komoditas agro di Jawa Barat.

Sebagian yang lain menilai bahwa kebijakan AFTA ini

merupakan kebijakan yang sempurna dan harus segera dilaksana-

kan untuk mewujudkan kemajuan bagi para petani di Jawa Barat.

Asumsi dari pendapat ini adalah bahwa perdagangan bebas

tidak mungkin dapat dibendung, sehingga yang mungkin adalah

memanfaatkan arus perdagangan bebas untuk kemakmuran

petani di Jawa Barat. Apabila pola adaptasi yang cepat dilaksana-

kan kepada seluruh jajaran petani dan pelaku ekonomi (pedagang

komoditas agro) di Jawa Barat maka ke depan perdagangan

bebas akan menguntungkan bagi seluruh komponen komunitas

agro di Jawa Barat.

Pandangan lain lagi juga muncul, bahwa perdagangan

bebas hanya akan menjadi isu regim internasional yang tidak

membawa perubahan signifikan bagi perdagangan agro di Jawa

Barat. Pandangan ini menilai bahwa perkembangan dunia tentang

perdagangan bebas tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan.

Perdagangan bebas hanya akan menjadi isu politik dari negara-

94 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 110: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

negara kaya untuk bisa menyerap sumber daya alam yang ada di

negara-negara berkembang. Akan tetapi perdagangan bebas

tersebut tidak akan berjalan lama, sehingga pada saatnya akan

pupus seperti isu-isu globalisasi yang lainnya.

Perbedaan pandangan ini menimbulkan cara-cara yang

berbeda dalam implementasi kebijakan kesepakatan AFTA di Jawa

Barat khususnya dalam bidang perdagangan komoditas agro.

Dengan perbedaan ini ketegasan untuk menentukan teknis

pelaksanaan kebijakan juga tidak terlihat. Sebagian pihak

menginginkan agar komunikasi dilaksanakan dengan mengguna-

kan penyuluhan yang mendalam dan pelatihan-pelatihan agar

pemahaman mendalam juga diperoleh dari komunikan. Akan

tetapi kemudian muncul pertentangan dari pihak yang berbeda

bahwa pelatihan dan penyuluhan akan memakan biaya mahal

dan tujuan tidak terlalu efektif. Akhirnya komunikasi hanya

disepakati dengan penyampaian pesan melalui seminar dan

lokakarya yang bertujuan untuk mengefisienkan penggunaan

anggaran dan kewajiban dasarnya sudah dilaksanakan.

2. Penyimpangan (distorsi)

Faktor kedua yang muncul adalah penyimpangan

(distorsi) karena adanya informasi melalui lapisan birokrasi yang

panjang. Yang mengemuka dalam faktor ini adalah lapisan

birokrasi yang terjadi di Dinas Industri dan Perdagangan Agro di

Jawa Barat tidak memiliki komunikasi yang cukup baik dan

intensif dengan pusat pemerintahan di Gedung Sate. Kondisi ini

diakibatkan oleh posisi Dinas Industri dan Perdagangan Agro

yang merupakan struktur baru dari ”pecahan” dari Dinas Industri

dan Perdagangan Jawa Barat. Keputusan pemisahan Dinas ini

pun lebih didasarkan pada kebijakan dari keinginan Kepala

Daerah untuk meningkatkan perda gangan dan industri agro di

Jawa Barat.

95bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 111: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, Dinas ini lebih

banyak overlaping dengan Dinas Industri dan Perdagangan induk

sehingga nuansa kerjanya tidak bisa maksimal untuk

menyampaikan informasi. Berbagai institusi di masyarakat masih

lebih meletakkan kepercayaan kepada Dinas Industri dan

Perdagangan induk. Kadin dan asosiasi komoditas pertanian

yang ada di Jawa Barat lebih banyak mempercayakan komunikasi

institusi mereka kepada Dinas Industri dan Perdagangan induk.

Hal seperti ini yang mengakibatkan komunikasi dari imple-

mentor berjalan dalam distorsi lapisan birokrasi.

3. Persepsi Pribadi Pelaksana

Faktor terakhir yang menjadi entitas komunikasi adalah

persepsi pribadi pelaksana yang selektif dan penolakan atas

persyaratan-persyaratan. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi

sumber daya manusia yang memiliki latar belakang berbeda-

beda di lingkungan Dinas industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat. Dari kajian faktor ini dapat disebutkan bahwa peran dan

posisi Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat ini tidak

diminati oleh personil birokrasi di pemerintah daerah. Personil

staf di lingkungan pemerintah daerah memiliki persepsi yang

sama dalam pengakuan bahwa Dinas Industri dan Perdagangan

Agro ini merupakan wadah bagi personil yang sudah tidak

terpakai di lingkungan pemerintah daerah. Posisinya tidak

berbeda jauh dengan lembaga-lembaga tertentu yang

dipandang sama yang ada di lingkungan pemerintah daerah,

seperti Badan Litbangda (Penelitian dan Pengembangan

Daerah).

Bahkan Dinas Industri dan Perdagangan Induk pun

memiliki nilai yang sama sebagai ”Dinas Buangan”, apalagi Dinas

Industri dan Perdagangan Agro. Semua gambaran ini mem-

berikan persepsi pribadi dari pelaksana yang selektif. Tidak setiap

96 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 112: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

personil yang berkedudukan atau ditempatkan di Dinas Industri

dan Perdagangan Agro merasa nyaman untuk berada dalam

posisi tersebut. Bahkan posisi puncak dari jajaran eselon tertinggi

di Dinas bersangkutan juga masih melakukan manuver untuk

bisa sesegera mungkin mendapat mutasi dari posisinya saat ini.

Wajar kiranya apabila berbagai persyaratan yang ada dalam

pelaksanaan kesepakatan AFTA dianggap sebagai sesuatu yang

mengganggu oleh personil yang ada di dalam Dinas Industri dan

Perdagangan. Penolakan tersebut kemudian ditularkan dengan

memberikan penetrasi kepada institusi yang bergerak di bidang

agro pula. Karena dinilai secara pribadi sebagai nilai-nilai yang

persyaratannya bertentangan dengan persepsi pribadi tersebut

maka informasi yang disampaikan tidak sepenuhnya, sehingga

tidak jarang komunikasi terjadi tidak sesuai dengan harapan dalam

komunikasi kebijakan. Persepsi yang selektif terhadap pesan yang

disampaikan mengakibatkan pesan tidak seluruhnya disampaikan

dan akibatnya kebijakan kesepakatan AFTA tidak dimengerti.

Faktor Kejelasan (Clarity)

Faktor ini mensyaratkan agar komunikasi berjalan dengan

baik maka diperlukan kejelasan dari petunjuk-petunjuk yang ada

dalam kebijakan kesepakatan AFTA. Kejelasan dalam petunjuk-

petunjuk itu menghadapi kendala sebagai akibat pula dari simpang

siur dan biasnya pesan yang ada dari kebijakan pemerintah pusat

sebagai kesepakatan AFTA sampai kepada kebijakan di bidang

perdagangan komoditas pertanian agro di Jawa Barat.

Sebagai kebijakan yang dihasilkan dari keseluruhan bentuk

kerjasama ASEAN dan menanggapi adanya perdagangan bebas

dunia, maka kebijakan kesepakatan AFTA itupun bermakna dalam

97bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 113: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kompleksitas yang cukup tinggi. Kompleksitas kebijakan itu

merupakan faktor yang sulit untuk dipahami dalam pelaksanaan-

nya mengingat di tingkat akar rumput maupun di tingkat

implementor di daerah akan berhadapan dengan kesulitan dalam

memahami makna yang terkandung secara menyeluruh dalam

kebijakan perdagangan bebas tersebut. Entitas dari perdagangan

bebas ASEAN yang mengandung barang-barang/jasa bersifat

fast track, normal track dan lain-lain bukan merupakan hal yang

mudah untuk dipahami kategorisasinya oleh masyarakat pelaku

ekonomi dan petani agro secara umum.

Selain itu, terdapat banyak keanekaragaman yang terjadi

dalam struktur masyarakat di Jawa Barat. Keanekaragaman

tersebut memunculkan berbagai kelompok kepentingan baik di

bidang sosial, ekonomi dan politik, misalnya para pemilik modal,

termasuk para tengkulak yang kerap menerapkan sistem ijon

kepada para petani agro, masuknya parpol yang berupaya

menjadikan para petani agro sebagai bagian dari konstituennya

dengan cara mengelompokkan mereka dalam organisasi-

organisasi bawahan parpol tersebut, oligarki dalam sistem

pemasaran yang dikuasai oleh kelompok etnis tertentu.

Berbagai kelompok yang ada juga memiliki kekuatan sosial

yang tidak mudah untuk ditembus atau bahkan memiliki kekuatan

penekan tertentu bagi kebijakan yang akan diambil oleh

pemerintah daerah. Oleh karena itu, tidak jarang pemerintah

daerah (dalam hal ini Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat) berhadapan dengan kepentingan kelompok ekonomi

tersebut dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi. Implementasi

kebijakan kesepakatan AFTA juga berbenturan dengan berbagai

kepentingan dari kelompok-kelompok ekonomi dimaksud. Petani

Gula, misalnya, memiliki kepentingan yang sudah diformulasikan

ke dalam kebijakan para petani gula dalam organisasi petani Tebu.

98 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 114: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Demikian juga kelompok kepentingan lainnya yang ada di Jawa

Barat dalam kaitannya dengan perdagangan komoditas agro.

Tegasnya, Dinas Industri dan Perdagangan Agro juga

merasa tidak dapat melaksanakan kebijakan kesepakatan AFTA

terhadap substansi tertentu apabila berhadapan dengan

kelompok masyarakat dimaksud. Bahkan keinginan untuk tidak

mengganggu kelompok masyarakat tertentu tersebut

merupakan faktor yang mengakibatkan komunikasi tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

Kondisi tidak berjalannya komunikasi tersebut ditambah

lagi dengan kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan

kebijakan yang tidak dipahami oleh setiap personil yang ada

dalam Dinas Industri dan Perdagangan Agro. Para staf yang ada

sebagai SDM dalam Dinas dimaksud tidak memiliki konsensus

yang kuat terhadap tujuan-tujuan dari kebijakan kesepakatan

AFTA untuk mewujudkan perdagangan bebas dan mendorong

komoditas agro di Jawa Barat. Bahkan banyak masalah-masalah

baru yang muncul bersamaan dengan munculnya kebijakan baru

yang tidak dapat diselesaikan di tingkat dinas.

Apabila sebuah faktor kebijakan yang ada berkaitan

dengan dinas lain di lingkungan pemerintah Jawa Barat, maka

faktor kebijakan tersebut cenderung tidak berjalan dikarenakan

tidak mendapat respon yang baik dari dinas terkait bersangkutan.

Sebagai contoh apabila informasi dari Dinas Industri dan

Perdagangan Agro mengharuskan agar produk tertentu harus

memenuhi standar perdagangan bebas yang menjadi patokan

dari komoditas pertanian agro di pasar bebas, maka Dinas

Pertanian tidak merasa berkewajiban untuk menyesuaikan

dalam substansi penyuluhan atau pengarahan kepada petani di

lapangan. Hal demikian sering terjadi sehingga arogansi lintas

99bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 115: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

sektoral ini membutuhkan penanganan yang memadai dan

berkesinambungan. Meskipun terlalu dini apabila disebutkan

bahwa dibutuhkan sebuah struktur yang memadai dalam

menangani hal demikian, lintas sektoral di antara Dinas ini baru

dapat dikoordinasikan dengan lembaga Asisten Daerah atau

setingkat Biro pelaksana koordinasi.

Dari keseluruhan paparan pada kegiatan komunikasi

termaktub di atas, peneliti dapat menginterpretasikan bahwa

dari sudut pandang faktor transmisi dan faktor kejelasan (Clarity)

dari komunikasi sebagaimana yang tertuang dalam kajian

teoritis pada Bab II dari Edward III, kegiatan komunikasi

implementasi AFTA perdagangan komoditas pertanian di Jawa

Barat belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan

sehingga belum mampu mendorong tercapainya daya saing

Jawa Barat di dalam menghadapiperdagangan bebas di kawasan

Asia Tenggara.

Keadaan Sumber Daya (resources)

Seperti yang disampaikan kajian teoritis pada Bab I,

tampaknya, faktor sumber daya ini merupakan faktor penting

yang sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah

implementasi kebijakan. Implementor sebagai sumber daya

utama juga membutuhkan sumberdaya lainnya yang dianggap

penting dalam melaksanakan kebijakan. Di samping sumber

daya manusia sebagai staf dengan kriteria jumlah dan kualitas

(kuantitas dan keahlian/skill), sumber daya yang dibutuhkan

implementor adalah informasi, wewenang, dan fasilitas-fasilitas.

Berikut ini akan dianalisis sesuai rambu-rambu kajian

teoritis pada Bab II mengenai sumber daya yang ada dalam

implementasi kebijakan perdagangan komoditas pertanian

dalam kerangka AFTA di Jawa Barat.

100 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 116: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Staf yang Melaksanakan

Faktor pertama dan utama dalam pelaksanaan sebuah

kebijakan adalah sumber daya manusia dalam pengertian staf

yang melaksanakan membantu implementor. Sejumlah staf

yang ada di jajaran Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat tergolong staf yang berada dalam taraf ”terbuang”. Jajaran

staf di bawah eselon II lebih bermakna sebagai posisi dilempar

dari dinas/instansi lain yang tak dibutuhkan. Tidak jarang SDM

yang ada merupakan personil yang ”dihukum” sebagai akibat

kesalahan tertentu dalam melaksanakan tugas, misalnya saja

melanggar disiplin bekerja, berseberangan dengan kebijakan

atasan di instansi sebelumnya.

Lebih jauh, posisi alamat kantor yang bertempat di lokasi

yang cukup jauh dari pusat pemerintahan induk memberikan

kesan jarangnya lokasi tersebut dikunjungi atau mendapat

kunjungan dari kepala daerah. Dan memang benar adanya.

Dengan demikian, sangat memungkinkan apabila staf yang ada

di jajaran eselon II ke bawah akan memiliki tingkat keaktifan yang

rendah dibandingkan dengan dinas lain yang lebih terkontrol

dari pusat pemerintahan.

Mekanisme kerja staf juga diwarnai oleh suasana tidak

aktif yang biasa terjadi di instansi yang jarang sekali melaksana-

kan kegiatan inti. Posisi Dinas Industri dan Perdagangan Agro

Jawa Barat yang sangat jarang memiliki inisiatif untuk melaksana-

kan kegiatan secara mandiri juga menjadi penyebab kenapa

instansi ini kurang diminati.

Kondisi ini seiring dengan struktur sumber daya manusia

yang ada di lingkungan dinas tersebut menjadi sangat rendah

kualitasnya. Meskipun secara kuantitas dinas ini memiliki struktur

yang sama dengan dinas lain di lingkungan pemerintah daerah

Jawa Barat, akan tetapi jumlah personil staf yang ada tidak

101bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 117: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

memadai dalam melaksanakan tugas seiring dengan semangat

untuk mengimplementasikan kebijakan kesepakatan AFTA di

bidang komoditas agro. Meskipun secara menyeluruh

pendidikan staf berdasarkan penjenjangan yang berlaku umum

di lingkungan pemerintah daerah, akan tetapi staf dimaksud

sangat jarang mengalami proses mutasi apabila sudah masuk di

lingkungan Dinas Industri dan Perdagangan Agro, termasuk

Dinas Industri dan Perdagangan induk. Bahkan diklat

penjenjangan yang pernah di kuti tidak berdasarkan bidang kerja

yang digeluti. Staf perdagangan luar negeri misalnya, sangat

jarang mengalami diklat tentang proses perdagangan luar

negeri. Bahkan untuk memahami proses perdagangan bebas

hanya mendapat informasi dari pelaku pasar atau informasi

media massa yang beredar dan menjadi langganan dari Dinas

tersebut.

Secara menyeluruh keahlian dari staf yang ada sebagai

sumber daya manusia di lingkungan Dinas yang menangani

perdagangan komoditas pertanian agro ini sangat minim

sehingga sangat sulit untuk melaksanakan secara maksimal.

Keahlian kesarjanaan yang ada juga tidak memadai, meskipun

20% dari staf bergelar Strata 2 (termasuk Kepala Dinas), namun

keahlian yang ditempuh melalui jalur formal tersebut tidak

bersesuaian langsung dengan keahlian yang dibutuhkan. Dari

sejumlah S-2 dimaksud 85 % merupakan strata 2 dengan

keahlian bidang pertanian, atau spesialisasi perikanan.

Tentu saja kondisi sumber daya manusia dengan struktur

demikian ini lebih mengarah pada semakin sulitnya pelaksanaan

kebijakan perdagangan bebas dengan mengandalkan komoditas

agro. Selain itu, sangat tidak mudah untuk menemui staf Dinas

yang ada di tempat pada jam-jam kerja. Kesibukan yang tidak

terjadwal dengan pasti semakin mempersulit intensitas

102 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 118: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pelaksanaan kebijakan apapun di lingkungan Dinas Industri dan

Perdagangan Agro Jawa Barat. Kenyataan yang sangat kerap

terjadi apabila Kepala Dinas tidak berada di tempat (atau

melakukan tugas di luar kantor) dalam waktu yang cukup lama.

Hal ini pun akan secara otomatis memberikan peluang kepada

staf di bawahnya untuk tidak masuk kantor dengan berbagai

alasan selama kegiatan Kepala Dinas tersebut tidak berada di

kantor. Sebuah kebijakan atau surat disposisi yang tersalurkan ke

staf pun akan mengalami penundaan sebagai akibat dari tidak

adanya staf di kantor.

Kesulitan dalam menyelesaikan segala surat-menyurat

yang berkaitan dengan kewenangan Dinas Industri dan

Perdagangan Agro ditemukan dalam kerangka sulitnya staf

berada di tempat. Berbagai wawancara dengan asosiasi petani

dan stake holder di bidang komoditas agro (pengurus Kadinda)

yang berkepentingan dengan dinas ini ditemukan adanya

kesulitan dalam penyelesaian persoalan perdagangan agro

sebagai konsekuensi dari jarangnya staf ada di kantor. Semua hal

di atas memperlihatkan sumber daya manusia yang terhitung

minim dari Dinas yang melaksanakan impelementasi kebijakan

kesepakatan AFTA selaku implementor.

Informasi

Sumber daya kedua yang cukup penting dalam pelaksana-

an kebijakan adalah informasi. Pengertian informasi dimaksud

sebagai sumber daya adalah petunjuk pelaksanaan kebijakan dan

data ketaatan personil-personil lain terhadap peraturan

pemerintah yang dikeluarkan dalam kerangka AFTA sebagai kajian

ini. Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan diperoleh data

bahwa kebijakan tentang AFTA sampai ke tingkat pemerintah

103bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 119: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pemerintah daerah Jawa Barat didukung oleh Keputusan

Gubernur No. 21 Tahun 2004. Akan tetapi kebijakan tersebut

tidak didukung secara teknis dengan petunjuk pelaksanaannya

di lapangan, sehingga masing-masing Dinas memberikan

penafsiran tersendiri. Sebagai contoh Dinas Industri dan

Perdagangan Induk Jawa Barat yang menterjemahkan bahwa

kawasan perdagangan bebas di mplementasi dengan

membentuk zona ekonomi di lima kawasan di Jawa Barat.

Tentu saja pembentukan zona ekonomi khusus yang

disebut sebagai langkah menuju zona perdagangan bebas

internasional ini dianggap sebagai langkah tepat untuk

mengimplementasikan kebijakan perdagangan bebas. Kawasan

perdagangan yang sudah dilaksanakan di Kawasan Industri

Cikarang-Bekasi ini lebih merupakan langkah untuk memberikan

stimulasi gerakan kepada industri yang ada di kawasan di

maksud. Namun kebijakan tersebut tidak mendorong persiapan

aturan yang akan memberikan dorongan bagi pelaksanaan

sistem perdagangan bebas. Sebagai sebuah gerakan, seperti

halnya gerakan lainnnya (GDN-Gerakan Disiplin Nasional) hanya

merupakan kebijakan sesaat yang tidak berkesinambungan.

Bahkan banyak kalangan pelaku ekonomi seperti para investor

baik dalam maupun luar negeri, distributor perdagangan,

pengembang (developer) infrastruktur perdagangan serta

termasuk para pedagang menilai gerakan tersebut sebagai

kebijakan ”latah” akibat dari gencarnya isu perdagangan bebas.

Demikian halnya dengan kebijakan kesepakatan AFTA yang

menjadikan Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat

sebagai implementor langsung. Dinas ini juga tidak menerima

petunjuk pelaksanaan yang seragam sebagai bagian integral dari

kebijakan tersebut. Kebijakan yang diejawantahkan ke dalam

104 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 120: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Keputusan Gubernur No. 21 Tahun 2004 sebagai respon dari

Surat Keputusan Menteri Luar Negeri No 3 Tahun 2003 dan

Keputusan Menteri Keuangan No 392 Tahun 2003. Keputusan

Gubernur tersebut berisikan tentang pedoman daerah dalam

melaksanakan kerjasama dengan luar negeri. Keputusan

tersebut tidak berisikan petunjuk pelaksanaan teknis tentang

pasar bebas yang dijalankan sebagai derivasi dari kebijakan

kesepakatan AFTA. Bahkan Keputusan Gubernur No. 21 tahun

2004 tidak secara langsung menyentuh kepentingan

implementasi kebijakan tentang AFTA. Apalagi menyangkut

komoditas pertanian agro di Jawa Barat.

Dengan begitu dapat dipastikan bahwa petunjuk pelak-

sanaan kebijakan tentang AFTA melalui Dinas Industri dan Per-

dagangan lebih banyak didasarkan pada informasi yang diperoleh

dari tingkat kementerian luar negeri dan atau kementerian

perdagangan. Informasi tersebut bermakna sebagai sumber

daya yang sangat lemah untuk kepentingan pelaksanaan

kebijakan di tingkat impelementator. Sebab informasi tersebut

hanya bersifat garis besar saja dari sebuah kebijakan yang

menjadi kesepakatan negara-negara anggota ASEAN itu.

Lebih jauh lagi, berdasarkan hasil wawancara dengan

pelaku ekonomi di tingkat non-pemerintah, seperti pengusaha

(Kadin) dan asosiasi produksi pertanian, para pengelola pasar

induk, dan para petani, dapat disimpulkan bahwa peraturan yang

diterapkan untuk mewujudkan sebuah mekanisme pasar yang

menguntungkan bagi pihak pelaku ekonomi dinilai tidak jelas.

Petani di Karawang dan Bekasi mengetahui tentang kebijakan

AFTA sebagai kebijakan pasar bebas, akan tetapi mereka tidak

mengerti harus bagaimana mensikapinya. Petani di Indramayu,

Kuningan, Cirebon, Majalengka juga memahami mekanisme

pasar bebas, hanya saja mereka tidak mengerti peranan AFTA

105bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 121: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dalam mekanisme tersebut. Petani di Garut, Tasikmalaya, Ciamis

sampai ke Banjar tidak begitu peduli dengan kondisi pasar

bebas. Petani di Kab/Kota Bandung memahami sepenuhnya

tentang mekanisme pasar bebas AFTA tetapi tidak mendapat

persiapan yang cukup untuk menghadapinya.

Mereka yang bergerak di sektor pelaku ekonomi tidak

merasakan adanya langkah-langkah yang memadai untuk

mewujudkan kebijakan kesepakatan AFTA dalam bidang

pertanian. Bahkan pelayanan dari lembaga yang menjadi

implementor juga dirasakan belum cukup dalam membantu

pelaku ekonomi mempersiapkan diri menghadapi era pasar

bebas. Pola-pola mekanisme pasar bebas yang mengandung

unsur-unsur mekanisme pasar tidak dijelaskan dalam interaksi

pasar bebas Asia Tenggara.

Oleh karena itu pada kenyataannya banyak bagian-

bagian yang terdapat dalam ketetapan tentang pasar bebas

dalam kesepakatan AFTA yang dipilih berdasarkan kebutuhan

dari pelaku pasar sendiri. Pelaku pasar menilai tidak semua

ketentuan yang menjadi kesepakatan menguntungkan apabila

dilaksanakan sehingga harus dipilih bagian mana dari

kesepakatan AFTA tersebut yang bisa menguntungkan dalam

pelaksanaannya. Kesepakatan tentang peningkatan produk

ekspor barang komoditas pertanian yang tidak memiliki daya

saing serta-merta mendapat persetujuan dari pelaku ekonomi,

akan tetapi kesepakatan yang substansinya berkaitan dengan

produk barang-barang substitutif dengan persaingan yang

ketat akan segera mendapat penolakan, kalau tidak dikatakan

tidak dihiraukan ketetapan tersebut.

Dari observasi di lapangan ditemukan data tentang

ketaatan akan kesepakatan yang cukup rendah sehingga dapat

106 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 122: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dipastikan data ini menjadi sumber daya yang melemahkan

implementasi kebijakan AFTA di bidang pertanian. Data ini

merupakan informasi dari sumber daya yang tidak menguntung-

kan bagi pelaksanaan ke bijakan pasar bebas. Beberapa pelaku

ekonomi yang ditemui memberikan pernyataan yang sama

bahwa perilaku menolak atas aturan yang tidak menguntungkan

dari kesepakatan AFTA merupakan langkah pragmatis

menghadapi persaingan usaha. Bahkan para petani sendiri

menyetujui bahwa sikap pragmatis yang dilakukan oleh asosiasi

dan pengusaha merupakan upaya untuk melindungi petani dari

persaingan yang tidak dapat dihadapi secara langsung.

Kewenangan (Authority)

Faktor sumber daya yang tidak kalah pentingnya adalah

kewenangan (authority). Kewenangan dimaknakan sebagai hak

untuk memanggil dengan menggunakan surat panggilan, hak

mengeluarkan perintah kepada pejabat lain, hak menarik dana

dari suatu program, dan hak untuk menyediakan dana, staf serta

bantuan teknis pada tingkat pemerintahan yang lebih rendah.

Kewenangan yang terlihat dalam hasil penelitian di Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat sangat terbatas.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya tentang komunikasi, Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat posisinya tidak sekuat

dinas/instansi lain di lingkungan pemerintahan daerah. Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat tidak memiliki kewe-

nangan yang kuat dalam melakukan pemanggilan terhadap

pejabat lain di luar lingkungan dinas dimaksud. Seperti telah

dijelaskan di atas, apabila terdapat persoalan dalam pelaksanaan

teknis kebijakan perdagangan bebas misalnya, maka dinas ter-

kait tidak memberikan respon positif dan tanggap sesuai dengan

107bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 123: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

permintaan dari Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat. Sudah dicontohkan sebelumnya bahwa produk pertanian

yang tidak memenuhi standar perdagangan bebas pun tidak

dapat dikoordinasikan dengan mudah kepada Dinas Pertanian

Jawa Barat yang memiliki kewenangan tentang hal tersebut.

Ketika dikonfirmasi ke Dinas Pertanian Jawa Barat mengenai hal

ini, diberikan penjelasan bahwa memang hal semacam itu sering

terjadi. Menurut informan yang dihubungkan di Dinas Pertanian

Jawa Barat, kondisi tersebut sebagai akibat dari tidak sinkronnya

program kerja yang ada di Dinas Pertanian Jawa Barat dengan

program kerja yang ada di Dinas Industri dan Perdagangan Agro

Jawa Barat. Meskipun Dinas Pertanian menerima permintaan

dari Dinas Implementor dalam AFTA, namun semua tidak dapat

dilaksanakan begitu saja sebab menyangkut dana/anggaran

yang alokasinya tidak diperuntukan bagi kegiatan tersebut. Setiap

mata anggaran yang ada dalam garis kerja Dinas Pertanian Jawa

Barat sudah merupakan hasil pembahasan berdasarkan Standard

Operating Procedures.

Keterbatasan kewenangan tersebut ditambah lagi dengan

ketidakmampuan Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat

dalam mengeluarkan perintah langsung kepada dinas lain yang

terkait dengan implementasi perdagangan komoditas pertanian

ini. Perintah tersebut harus dikeluarkan melalui Kepala Daerah,

Sekretaris Daerah atau Asisten, sedikitnya di tingkat Kepala Biro.

Sedangkan rekomendasi untuk melaksanakan perintah dimaksud

bisa berjalan cukup lama atau bahkan terkadang tidak mendapat

tanggapan sama sekali. Pemerintah Daerah (dalam hal ini Kepala

Daerah, Sekda dan Asisten serta Kepala Biro) lebih memfokuskan

diri pada tugas-tugas pemerintahan, ekonomi makro dan

adminis tratif. Tugas-tugas tersebut memiliki nuansa politik yang

tinggi sehingga menarik perhatian yang tinggi dari opini

108 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 124: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

masyarakat umum. Sedangkan tugas yang bersifat teknis dalam

penanganan masalah seperti yang dihadapi oleh Dinas Industri

dan Perdagangan Agro Jawa Barat kurang bernuansa politis alias

tidak menarik perhatian publik.

Apabila dilihat dari sisi anggaran, Dinas Industri dan

Perdagangan Agro Jawa Barat tidak berbeda dengan dinas-dinas

lainnya di lingkungan pemerintah daerah Jawa Barat. Dinas ini

bergerak berdasarkan anggaran yang telah ditentukan dalam

penyusunan anggaran tahunan bersama-sama dengan pihak

legislatif. Hanya saja, seperti halnya sifat Dinas ini yang tidak

bersentuhan langsung dengan nuansa politik, maka anggaran

yang diajukan oleh dinas inipun tidak menarik perhatian. Bahkan

proposal ajuan anggaran pemerintah daerah secara menyeluruh,

apabila harus dikurangi secara gradual, maka angka pengurangan-

nya dapat dipastikan akan menyentuh pada dinas-dinas bukan

penghasil seperti Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat ini.

Dengan demikian, hak untuk menarik dana dari sebuah

program terbatas pada rencana anggaran yang sudah ditetapkan

sebelumnya dalam Rencana Kerja Dinas. Selain besarnya yang

terbatas, anggaran Dinas ini juga terkadang mengalami kesulitan

dalam pengalokasian program. Hal tersebut akibat dari peren-

canaan yang berjalan lebih lambat ketimbang perkembangan

situasi dan tantangan yang menjadi bidang kerjanya. Apalagi

perencanaan dari Dinas ini juga menyertakan pula kemampuan

SDM yang tidak memadai dalam menyusun mekanisme kerja ke

depan. Yang terjadi kemudian adalah tuntutan perkembangan

situasi tidak memungkinkan untuk ditangani secara lebih cepat

dalam waktu yang bersamaan ketika masalah muncul oleh

tersedianya anggaran. Perencanaan anggaran yang akan datang

sudah tidak relevan secara menyeluruh pada saat

109bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 125: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

tersebut dikeluarkan. Hal ini terlihat misalnya langkah yang

dilakukan Sub Dinas Perdagangan Disindagro Jawa Barat untuk

melakukan pelatihan ekspor impor produk agro terakhir di

empat wilayah (Kota Cirebon, Kab. Kuningan, Kab. Bandung, Kab.

Ciamis, Kab. Purwakarta, Kota Bogor, Kab. Bekasi, Kab. Sukabumi)

dengan pembagian waktu pelaksanaan; Kota Cirebon tanggal 6-

8 Maret 2006 bertempat di Jln. RA. Kartini No.60 Cirebon, Kab.

Kuningan tanggal 13-15 Maret 2006 bertempat di Jln. Raya

Panauan No.98 Sangkanurip, Kuningan, Kab. Bandung 20-22

Maret 2006 bertempat di Jln. Dokter Junjunan No. 153 Bandung,

Kab. Ciamis tanggal 27-29 Maret 2006 bertempat di Jln. Jend.

Sudirman No.185 Ciamis, Kab. Purwakarta tanggal 3-5 April 2006

bertempat di Jln. Rasamala No. 1 Jatiluhur Purwakarta, Kota

Bogor tanggal 24-26 April 2006 bertempat di Jln. Sawo Jajar No.

38 Bogor, Kab. Bekasi tanggal 8-10 Mei 2006 bertempat di Jln.

Teuku Umar Km. 45 Bekasi, Kab. Sukabumi tanggal 18-20 Mei

2006 bertempat di Jln. Cikukulu Sukabumi.

Kewenangan menyediakan dana, staf dan bantuan teknis

pada tingkat pemerintahan yang lebih rendah juga merupakan

kewenangan dari Dinas Industri dan Perdagangan Agro sebagai

implementor. Akan tetapi kewenangan ini tidak otomatis

memberikan otoritas mutlak kepada Dinas ini untuk melakukan

perintah langsung kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota

se-Jawa Barat. Kebijakan Otonomi Daerah sebagai distribusi

kewenangan yang ada sampai ke tingkat Kab/Kota memberikan

kesulitan lain kepada Dinas ini untuk melakukan perintah

mewujudkan implementasi kebijakan kesepakatan AFTA

terutama dalam bidang komoditas pertanian.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kewenangan Dinas ini

sebagai sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kebijakan

kesepakatan AFTA dalam bidang perdagangan komoditas

110 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 126: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pertanian agro sangat terbatas. Keterbatasan ini memperlihat-

kan pula kesulitan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan.

Fasilitas-Fasilitas Fisik Material

Faktor dari sumber daya yang lain adalah fasilitas-fasilitas

(berupa bangunan-bangunan, perlengkapan dan perbekalan).

Fasilitas yang dimiliki secara menyeluruh dalam kajian ini

merupakan fasilitas dari pelaksana kebijakan yang dimulai dari

Departemen Luar Negeri, Departemen Perdagangan sampai

Dinas Industri dan Perdagangan Agro. Fasilitas di Departemen

Luar Negeri memang tergolong memadai sebatas tugas

Departemen ini untuk melaksanakan implementasi kebijakan

AFTA sampai pada taraf penyampaian informasi. Akan tetapi

fasilitas tersebut tidak bermanfaat langsung kepada institusi

pelaksana terutama dalam tataran dinas. Demikian halnya

dengan fasilitas di Departemen Perdagangan yang sudah pasti

memadai dalam taraf penyampaian informasi dan pengukuran

teknis dari implementasi kebijakan AFTA. Sekali lagi fasilitas yang

ada tidak dapat dipergunakan dalam kondisi teknis

implementasi kebijakan terutama dalam bidang perdagangan

komoditas pertanian di Jawa Barat. Dengan demikian, secara

umum sumber daya yang ada tidak memadai sehingga

implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik. Dibutuhkan

penyediaan sumber daya yang memadai dalam dinas yang

menjadi pelaksana (implementator) dari kebijakan perdagangan

bebas bidang komoditas pertanian di Jawa Barat.

Kemudian juga dari segi infrastruktur, Jawa Barat sangat

minim memiliki Pusat Perdagangan Komoditas Agro (PPKA).

Terdapat beberapa masalah yang masih perlu dikaji dan di-

kembangkan agar diperoleh gambaran serta arah penyelesaian

111bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 127: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

yang lebih jelas, antara lain :

1. Gambaran kondisi Pusat Perdagangan Komoditi Agro di

Jawa Barat yang ingin dicapai, atau biasa disebut visi, masih

belum jelas, sehingga arah yang akan ditujupun (misi)

belum dapat ditentukan.

2. Pasar yang ada saat ini di Indonesia, khususnya di Jawa

Barat, belum ada yang berfungsi seperti PPKA berstandar

internasional, sehingga perlu dicari acuan lain yang dapat

digunakan untuk menentukan dan menyusun regulasinya.

3. Kegiatan yang ditampung di kawasan Pusat Perdagangan

Komoditi Agro, misalnya di Purwasuka masih bersifat

umum, sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih rinci

untuk dapat menentukan perkiraan kebutuhan

fasilitasnya.

4. Dalam menyusun perkiraan kebutuhan fasilitas tersebut

dilakukan pengkajian, seperti :

a. Kegiatan utama yang akan terjadi dan perlu ditampung,

baik jenis maupun kapasitas/besarannya.

b. Besaran/volume tiap komoditi unggulan dari kawasan

perencanaan yang bisa/dapat ditampung di Pusat

Perdagangan Komoditi Agro di Jawa Barat.

Pusat Perdagangan Komoditi Agro di Jawa Barat seharus-

nya dapat dimaksimalkan menjadi Pusat Pasar lelang komoditi

agro Jawa Barat yang berdaya guna. Hal itu dikarenakan

berdirinya pasar lelang fungsi utamanya sebagai pembentuk

harga secara transparan (price discovery) dan Risk Management

dengan mempergunakan instrument hedging (lindung nilai),

karena transaksi dilakukan secara lelang terbuka. Dengan adanya

transparansi harga, maka petani sebagai produsen komoditi akan

memiliki bargaining position yang lebih baik. Dengan demikian

mereka dapat menjual komoditinya sesuai dengan harga yang

112 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 128: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

berlaku dalam kontrak, sehingga petani dapat meningkatkan

kualitas hasil produksinya dan pendistribusiannya sudah jelas.

Fluaktuasi harga yang selama ini terjadi akan dapat dikendalikan

dengan baik karena adanya mekanisme pasar yang wajar. Disisi

lain, petani juga dapat melakukan pola tanam sesuai dengan

kontrak pada pasar lelang dan akan mengakibat secara otomatis

setiap petani yang lain akan melakukan tanam berbeda dan tidak

akan terjadi panen raya, sehingga menekan kekhawatiran pada

saat panen tiba.

Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa pada

tahun 2006 terjadi 171 transaksi, 27 komoditi yang terjadi deal,

dengan jumlah Rp. 143.564.335.000,- yang paling besar terjadi

pada komoditi beras sebanyak, 73 transaksi 40.435 ton dengan

nilai Rp. 115.069.100.000,- terdiri dari 16 penjual, 8 pembeli dan 3

merangkap penjual/pembeli. Dan yang paling dominan

melakukan transaksi pembelian oleh 2 pembeli dari Provinsi DKI

Jakarta yaitu 29 transaksi dan 17 transaksi, hal ini akan sulit dalam

dalam menentukan harga karena pembeli potensial lebih sedikit

padahal penjualnya cukup banyak, hal ini akan mengakibatkan

dalam negosiasi dikendalikan oleh pembeli walaupun harga yang

ditawar dengan sistem terbuka. Kalau kita lihat hasil transaksi

dengan perdagangan sistem lelang forward yang hanya berjumlah

40.435 ton sedangkan jumlah hasil produk lokal Jawa Barat pada

tahun 2005 sebanyak 6.368.816 ton hal ini yang terserap dengan

melalui perdagangan dengan sistem lelang forward hanya berapa

persen saja yaitu sebesar 0.63 %. Sedangkan dari produksi lokal

beras Jawa Barat yang keluar Jawa Barat terutama ke Provinsi

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang dilakukan pedagang besar

sebesar 191.149,01 ton berdasarkan data dari statistik apakah

data ini sudah termasuk dengan hasil transaksi lelang yang

dilakukan oleh 2 (dua) pembeli sebesar 28.451 ton?.

113bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 129: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Kemudian melihat keadaan pada tahun 2007-2008

mengindikasikan tingkat presentase yang menggunakan

dengan perdagangan sistem lelang masih sangat jauh sekali

dengan perdagangan tradisional yang besar 99,37 %, sedangkan

perdagangan antar provinsinya baru 14,88 %, peluang ini masih

cukup besar tinggal bagaimana manajemen pasar lelang

menarik pembeli potesial dari DKI Jakarta untuk bisa

mengenal/mengikuti transaksi dengan sestem lelang forward.

Berdasarkan data dari pasar lelang forward Jawa Barat

tahun 2007-2008, kepada 61 peserta lelang dilakukan survey,

berdasarkan latar belakang, pendidikan, pekerjaan dan frekuensi

transaksi. Maka diketahui bahwa sebagian besar peserta lelang

yang mengikuti perdagangan dengan sistem lelang forward

adalah yang berpendidikan 38 Sarjana 62,4 % paling tinggi, 10

D3/D4 setingkat Sarjana muda 16,4 %, SLTA 19,6 % dan paling

rendah ada pada SLTP 1,6 %. Hal ini menggambarkan bahwa

melakukan usaha melalui perdagangan sistem lelang forward

komoditi agro diminati oleh para sarjana disebabkan karena

dengan pola lelang forward ini menawarkan peluang usaha dan

sistem perdagangan modern yang membutuhkan analisa dan

strategi pemasaran.

Latar belakang pekerjaan diketahui bahwa sebagian besar

peserta lelang adalah 27 pedagang 44,3 % paling tinggi, 18 Swasta

29,5 %, 8 eksportir 13,1 % dan 8 petani 13,1 %. Hal ini kalau dilihat

persentase dari jumlah petani 13,1 % yang mengikuti perdagangan

dengan sistem lelang masih sangat kecil dibandingkan dengan

para pengusaha (pedagang, eksportir, swasta) 86,9 %. Padahal

rohnya pasar lelang bertujuan mengangkat harkat martabat para

petani, perlu menjadi perhatian agar dilakukan sosialisasi terus

menerus kepada para petani ataupun kelompok tani. Sedang

114 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 130: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

para pengusaha telah mendapatkan kemudahan dalam memenuhi

kebutuhan pengadaan komoditi agro dimana komoditi yang dicari

telah terdapat pada pasar lelang atau sebagai informasi baik

mengenai permintaan pasar, komoditi dan harga atau sebagai

pasar yang terorganisir, sedang petani belum memanfaatkan

secara optimal?. Frekuensi yang di nginkan sebagian besar peserta

lelang yang melakukan transaksi di pasar lelang adalah mengi-

nginkan lelang sebulan sekali 30 peserta 49,2 %, sebulan 2 kali

40,9 % dan sebulan 3 kali hanya 9,9 %, hal ini membuktikan

bahwa peserta lelang lebih cenderung untuk melakukan tran-

saksi dengan sistem lelang forward lebih banyak memilih sebulan

sekali dengan alasan karena disesuaikan dengan spesifikasi hasil

pertanian, masa tanam, ketentuan pasar lelang dan kesiapan

para peserta lelang dan memudahkan melakukan konsolidasi

produknya.

Melihat hasil survey pada peserta lelang adalah

berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan frekuensi adalah sarjana

62,4 %, pengusaha 86,9 % dan sebulan sekali 49,2 %. Ini harus

menjadi perhatiaan manajemen pasar lelang sesuai dengan

konsep pendirian awal peranannya untuk meningkatkan harkat

martabat para petani tetapi keberadaan pasar lelang forward

belum optimal bagi kepentingan petani. Jadi keunggulan

perdagangan di pasar lelang yang menggunakan sistem lelang

forward dengan perdagangan lain masih terlalu kecil, dilihat dari

transaksi tahun 2007 misalnya komoditi beras baru 0.63 % atau

perdagangan keluar Jawa Barat 14,88 %, ini baru satu komoditi

belum komoditi yang lain. Hal ini suatu tantang bagi manajemen

pasar lelang yang menggunakan sistem lelang forward apa yang

menjadi keunggulan tapi belum bisa menjadi kebutuhan bagi

penjual/pembeli. Apakah keberadaan pasar lelang manfaatnya

sudah dirasakan secara optimal bagi peserta lelang, sehingga ada

kebutuhan yang menimbulkan kepuasan/loyalitas peserta lelang

115bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 131: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

terhadap pasar lelang dengan sistem lelang forward. Kondisi ini

mengisyaratkan pentingnya perhatian dari penyelenggara pasar

lelang yang menggunakan sistem lelang forward apa

keunggulannya dengan sistem perdagangan lain yang selama ini

telah dilakukan penjual/pembeli, apakah masih ada

kelemahannya, ini diperlukan kajian secara nasional.

Dalam mempertahankan keberadaan Pasar Lelang

dengan sistem transaksi sistem lelang forward dalam globalisasi

perdagangan harus mempunyai orientasi pasar global yang

telah mengalami pergeseran dari pendekatan konvensional ke

arah pendekatan kontemporer. Pendekatan konvensional

menekankan kepuasan pelanggan, sedangkan pendekatan

kontemporer pada loyalitas pelanggan. Dengan hanya

melakukan pendekatan kepuasan pelanggan (konvensional)

belum bisa diandalkan, karena para pelanggan pasar lelang

hanya ada perasaan puas bukan loyalitas. Dengan merubah

pendekatan secara loyalitas pelanggan, maka pelanggan akan

melakukan transaksi ulang dalam pasar lelang.

Konsep Pemasaran Masyarakat menegaskan bahwa

tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan

minat dari pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diingin-

kan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan

tetap memelihara atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan konsumen” Dari uraian diatas yang menjadi perhatian dari

konsep pemasaran masyarakat adalah sifatnya memperhatikan

lingkungan hidup, sumber daya serta pelayanan sosial.

Dari keseluruhan paparan di atas yang berkenaan dengan

ketersediaan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia

dengan kriteria kuantitas dan kualitas (keahlian/skill), informasi,

dan wewenang dan fasilitas-fasilitas, peneliti dapat menginter-

116 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 132: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pretasikan bahwa adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki

Jawa Barat berdamnpak pada tidak maksimalnya pendayagunaan

potensi daerah Jawa Barat secara maksimal dalam implementasi

AFTA komoditas pertanian di Jawa Barat.

Dengan kata lain, peneliti juga dapat menginterpretasikan

bahwa dari sudut pandang faktor ketersediaan sumberdaya

sebagaimana yang tertuang dalam kajian teoritis pada Bab II,

implementasi AFTA perdagangan komoditas pertanian di Jawa

Barat belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan sehingga

belum mampu mendorong tercapainya daya saing Jawa Barat di

dalam menghadapi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara.

Secara demikian, tampaknya hal itu akan dapat meng-

hambat upaya pembangunan propinsi Jawa Barat sebagai salah

satu pusat unggulan (center of excelence) industri agrobisnis di

tingkat nasional. Ketersediaan sumberdaya yang andal, lengkap

dan terintegrasi adalah suatu keharusan bagi suatu daerah yang

inginberkiprahmaju dalam perdagangan luar negeri.

Karena itu, kaitannya dengan Jawa Barat, untuk mengantisi-

pasi kelemahan di atas, ke depan perlu ditingkatkan pengemba-

ngan kualitas dan kuantitas sumber daya yang dapat berdayaguna

mendukung posisi tawar Jawa Barat dalam perdagangan bebas

di kawasan Asia Tenggara.

Kecenderungan dari Para Pelaksana (Disposisi)

Penelaahan atas disposisi ini berkisar pada pelaksana

kebijakan, tidak menyentuh kepada pembuat kebijakan awal.

Disposisi dipahami sebagai kecenderungan dari para pelaksana

kebijakan dalam memahami, mengerti dan kemudian melaksana-

kan atau tidak melaksanakan kebijakan yang ada sesuai dengan

117bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 133: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

keinginan yang menjadi tujuan dari para pembuat kebijakan

awal. Dalam kajian ini, Dinas Industri dan Perdagangan Agro

Jawa Barat merupakan pelaksana kebijakan yang menjadi pusat

kajian dari penelitian. Selain itu, Departemen Perdagangan RI

dan juga Dinas Industri dan Perdagangan Induk di Jawa Barat

menjadi objek dari kajian dimaksud pula.

Perlu dingat, apabila para pelaksana (implementor)

sudah memahami latar belakang, maksud dan tujuan kebijakan

yang ada, maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan

kebijakan tersebut sebagaimana tujuan yang diinginkan oleh

pembuat keputusan kebijakan awal. Demikian halnya dengan

kebijakan perdagangan komoditas pertanian juga apabila para

pelaksana bersifat baik kepada kebijakan tersebut maka

kemungkinan besar para implementor kebijakan tersebut akan

melaksanakan dengan baik tujuan dari pembuat kebijakan yang

sudah disepakati dalam organisasi regional negara-negara Asia

Tenggara.

Namun begitu, Kasie Perdagangan Luar Negeri Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat

mengemukakan bahwa dalam kebijakan perdagangan bebas

bidang komoditas pertanian agro ini terdapat kecenderungan

dari pelaksana yang kurang baik terhadap kebijakan dimaksud.

Implementor di tingkat staf, misalnya, tidak memiliki sense of

motivation yang setara dengan kebutuhan dari penanganan

terhadap berbagai persoalan yang timbul dari kebijakan

perdagangan komoditas pertanian ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku ekonomi

yang menikmati pelayanan dari implementor diperoleh informasi

bahwa pelayanan yang diberikan tidak memberikan gambaran

keinginan untuk berhasilnya sebuah program dari kebijakan

118 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 134: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

perdagangan komoditas pertanian agro di Jawa Barat dalam

kerangka kesepakatan AFTA, misalnya ketika para calon investor

dan pengusaha memerlukan informasi dan data mengenai

kondisi objektif kesiapan komoditas-komoditas pertanian

unggulan Jawa Barat yang akan dipasarkan dalam kerangka

AFTA, para implementor tidak dapat memberikan informasi dan

data yang komprehensif sesuai harapan para calon investor dan

pengusaha tersebut.

Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat semacam Zone

of Indifference (Zona Ketidakacuhan) yang diperlihatkan oleh para

staf yang ada dalam lembaga implementor. Lebih jauh lagi, dari

hasil pengamatan dalam pemberian pelayanan publik juga

memang sikap tak acuh tersebut muncul dengan perilaku malas-

malasan yang ditunjukkan dalam melakukan pelayanan

langsung. Bahkan satu keperluan pembuatan surat untuk

pengolahan produksi komoditas agro yang diajukan oleh pelaku

ekonomi tertentu (informan lain) juga membutuhkan waktu

yang cukup lama dalam prosesnya. Mereka para pelaksana

kebijakan cenderung menjanjikan waktu yang lama untuk

sebuah penyelesaian dari kebutuhan mendasar pelaku ekonomi

perdagangan komoditas pertanian tersebut.

Boleh jadi, berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat

adanya perbedaan pandangan yang cukup tajam antar-dinas/

instansi terhadap kebijakan kesepakatan AFTA itu sendiri dalam

memahami tujuan dasar dari kebijakan tersebut. Berbagai

instansi tidak memahami secara utuh kebijakan tentang

perdagangan bebas tersebut sehingga muncul sikap yang tidak

peduli bahkan menganggap tidak penting kebijakan dimaksud.

Seperti sudah dipaparkan terlebih dahulu bahwa Dinas Pertanian

pun tidak memiliki respon yang memadai dalam menanggapi

119bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 135: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

persoalan yang berkaitan dengan Perdagangan bebas ini. Dinas

Pertanian hanya memposisikan bahwa perdagangan bebas AFTA

bukan merupakan tugas yang harus ditangani karena tidak

terdapat dalam tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Dinas tersebut.

Bahkan berdasarkan keterangan informan dari Dinas Pertanian,

dalam SOTK hanya terdapat pola koordinasi yang harus dilakukan

dengan Dinas Industri dan Perdagangan induk, tidak tercantum

pola yang sama dengan Dinas Industri dan Perdagangan Agro

sebagai implementor kebijakan perdagangan bebas. Belum lagi

dinas-dinas yang lain yang memiliki pandangan yang sama

terhadap usulan, ajakan atau bahkan permohonan bantuan dari

pihak implementor.

Perbedaan pandangan tersebut tidak diperlihatkan dalam

kebijakan (sikap) yang vulgar. Perbedaan tersebut lebih terlihat

sebagai suatu sikap yang memperlihatkan bahwa ada prioritas

yang berbeda dalam pelaksanaan tugas sehari-hari ketimbang

harus memberikan perhatian yang khusus kepada pelaksanaan

kebijakan tentang AFTA di bidang perdagangan komoditas agro.

Prioritas kebijakan yang berbeda tersebut menggiring sikap tak

acuh pula dalam memberikan respon dari permintaan yang

dilayangkan dalam bentuk surat resmi dari dinas implementor.

Tidak sedikit surat yang berhubungan dengan kebijakan AFTA

dalam perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat dari Dinas

Industri dan Perdagangan yang tidak mendapat respon sama

sekali. Bahkan kegiatan yang berupa seminar atau lokakarya

yang diadakan oleh Dinas implementor pun tidak mendapat

tanggapan berarti. Seringkali yang hadir hanya staf non eselon

atau bahkan tidak dihadiri oleh dinas-dinas terkait tersebut.

Selain itu, terdapat kebijakan lain yang mereka setujui

untuk dilakukan dan substansi bertentangan secara mendasar

denga kebijakan kesepakatan AFTA. Sebagai contoh Dinas

120 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 136: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Pertanian Jawa Barat, akan lebih menyetujui kebijakan yang bersifat

memberikan proteksi kepada petani tebu, kepada pengrajin rotan dan

kepada petani palawija ketimbang harus mempertemukan para petani

tersebut dalam tatanan persaingan bebas di pasar dunia. Kesepakatan

terhadap kebijakan lain ini memberikan dorongan untuk melakukan

sikap ”masa bodoh” atau bahkan penolakan terhadap kebijakan

kesepakatan pasar bebas, terutama dalam kerangka perdagangan

komoditas agro.

Secara internal di lingkungan Dinas Industri dan Perdagangan

Agro Jawa Barat juga terdapat sebab lain yang menjadi penghambat

dari implementasi kebijakan kesepakatan AFTA ini. Hal tersebut adalah

adanya sentuhan dari kepentingan pribadi atau organisasi dari staf

yang ada pada Dinas implementor ini. Para staf implementor ini

berdasarkan hasil wawancara, memiliki kegiatan sampingan di luar

kantor yang berhubungan dengan perdagangan. Kebanyakan dari

mereka menjadi konsultan dari perusahaan pelaku ekonomi yang

bergerak di berbagai bidang, tidak jarang di luar komoditas pertanian

agro. Kegiatan tersebut merasa terancam meskipun tidak

bersentuhan langsung dengan kebijakan kesepakatan AFTA. Akan

tetapi pemahaman yang salah dari staf terhadap kebijakan

perdagangan komoditas pertanian agro justru menimbulkan

pemikiran negatif yang akan menciptakan sikap tak acuh kepada

kebijakan tersebut. Belum lagi di antara mereka masih memiliki

keinginan yang tinggi untuk bisa dimutasikan ke instansi lain yang lebih

”basah” sehingga menimbulkan kesan tak acuh yang tinggi terhadap

kebijakan kesepakatan AFTA. Dalam pandangan personil yang

demikian, kebijakan AFTA hanya akan menambah kegiatan dan

memastikan bahwa mereka dibutuhkan dalam Dinas tersebut

sehingga akan sulit untuk mendapat kesempatan mutasi jabatan

ke instansi/dinas lainnya yang dikenal sebagai instansi penghasil.

121bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 137: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Memang dalam pemahaman teoritis ada upaya yang dapat

dilakukan dalam menangani disposisi yang tidak kondusif seperti

ini, yakni dengan melakukan perubahan personil birokrasi. Akan

tetapi perubahan personil birokrasi sangat tidak tepat apabila

dilakukan dengan Dinas Industri dan Perdagangan Agro, karena

secara umum personil birokrasi dari instansi manapun tidak

menginginkan untuk bisa dipindahtugaskan ke Dinas tersebut.

Apalagi untuk menggunakan tenaga profesional di Dinas

dimaksud sangat tidak memungkinkan, sebab evaluasi kinerjanya

pun tidak mendapat perhatian memadai dari pusat pemerintahan

di Gedung Sate. Seperti pernah dijelaskan bahwa staf yang sudah

masuk ke Dinas ini akan sulit keluar atau menerima mutasi ke

dinas lain.

Dengan demikian, kecenderungan dari pelaksana kebijakan

tidak memperlihatkan adanya dukungan yang memadai untuk

melaksanakan kebijakan implementasi AFTA dalam bidang per-

dagangan komoditas agro. Langkah yang paling mudah berdasar-

kan saran dari pertimbangan teoritis adalah dengan mengubah

sikap implementor melalui manipulasi insentif-insentif. Langkah

ini akan sangat berguna apabila kemudian memberikan akibat

positif kepada implementor dalam melaksanakan tugasnya.

Namun begitu, Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat

bukan merupakan dinas penghasil yang memiliki kewenangan

tinggi untuk mengeluarkan sejumlah dana kecuali melalui ajuan

proposal APBD. Bahkan proporsal tersebut menjadi satu dalam

pembahasan panitia anggaran eksekutif di bawah Sekretaris

Daerah dan Kepala Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat.

Tentu saja, apabila muatan untuk manipulasi insentif

tersebut dicantumkan ke dalam APBD akan mendapat tolakan

yang tinggi dari Panitia Anggaran Legislatif dan Panitia Anggaran

Eksekutif (Biro keuangan di bawah Sekretaris Daerah) karena

122 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 138: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

dianggap sebagai sesuatu yang di luar kewajaran. Kondisi ini

justru akan menghambat dari implementasi kebijakan dimaksud.

Dari keseluruhan paparan di atas yang berkenaan dengan

kecederungan dari para pelaksana (disposisi), peneliti dapat

menginterpretasikan bahwa faktor kecenderungan dari para

pelaksana kebijakan tidak sedikitpun mengarah pada

kepentingan untuk keberhasilan implementasi kebijakan

kesepakatan AFTA. Berbagai situasi yang mengitari posisi Dinas

pelaksana implementasi kebijakan semakin mempersulit faktor

ini untuk dijadikan pendorong bagi pelaksanaan kebijakan

dimaksud. Dapat diinterpreatsikan bahwa disposisi tidak

menjadi pendukung implementasi AFTA bidang perdagangan

komoditas pertanian di Jawa Barat. Artinya, terbukti bahwa untuk

memanfaatkan faktor kecenderungan pelaksana (disposisi)

dalam pelaksanaan kebijakan kesepakatan tentang AFTA dalam

kerangka perdagangan komoditas pertanian tidak dapat

diwujudkan sebagaimana yang diharapkan.

Dari kondisi seperti demikian, peneliti memaknai bahwa

berpijak pada Gambar 4.8. perilaku pelaksana (disposisi)

implementasi AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian

di Jawa Barat baru pada tahap pengembangan sistem informasi

industri dan perdagangan yang meliputi pengembangan

jaringan informasi pusat data dan pengembangan sistem

informasi industri dan perdagangan. Namun, pengembangan

tahapan ini masih didominasi oleh kepentingan ego sektoral

masing-masing, belum terakomodasi dalam suatu sistem

keterpaduan pengembangan ekspor komoditi agro Jawa Barat.

Dengan kata lain, peneliti juga dapat menginterpretasikan

bahwa dari sudut pandang faktor kecenderungan dari para pelak-

sana (disposisi) sebagaimana yang tertuang dalam kajian teoritis,

123bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 139: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

implementasi AFTA perdagangan komoditas pertanian di Jawa

Barat belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan

sehingga belum mampu mendorong tercapainya daya saing

Jawa Barat di dalam menghadapi perdagangan bebas di

kawasan Asia Tenggara.

Struktur Birokrasi (Bueraucratic Structure)

Struktur birokrasi setingkat dinas di lingkungan peme-

rintahan Jawa Barat tidak berbeda dengan struktur birokrasi

dinas lainnya. Bahkan pembentukannya yang didasarkan Sistem

Organisasi dan Tata Kerja yang mendapat persetujuan dari DPRD

Provinsi Jawa Barat merupakan bentuk general yang biasa pada

lembaga teknis di lingkungan pemerintahan daerah. Dalam

struktur birokrasi dinas yang sudah baku tersebut terdapat

Standard Operating Procedures (SOP) yang bersifat rutin dan

dirancang atas dasar situasi tipikal yang terjadi di masa lalu.

Sifat dari SOP memang dimaksudkan untuk mengatasi

persoalan-persoalan yang sama seperti yang pernah dihadapi di

masa lalu. Demikian halnya dengan Dinas Industri dan Perda-

gangan Agro Jawa Barat yang memiliki struktur organisasi mulai

dari Kepala Dinas, Kepala Sub-Dinas, Kepala Seksi, Kepala Bidang,

Kepala Tata Usaha sampai staf yang memiliki kekhususan di bawah

Kepala Sub-Dinas. Perlu disebutkan di sini bahwa Bendahara

Dinas, meskipun memiliki struktur tersendiri dalam jajaran

tugas/fungsi, akan tetapi struktur ini tidak dijabat oleh staf yang

memiliki eselon. Berdasarkan ketentuan SOTK Pemerintah

Daerah, fungsi dan pembagian struktur disamakan dengan

dinas-dinas lainnya yang ada di lingkungan pemerintah daerah.

Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya kesulitan

ketika terjadi persoalan yang menyangkut pada isu-isu kekinian

124 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 140: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

(contemporary issues). Sebagaimana sifat dari SOP yang didesain

dengan asumsi dari tipikal di masa lalu, maka ketika isu per-

dagangan bebas mengemuka dan mengharuskan penanganan

yang komprehensif, Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat hanya memiliki struktur birokrasi yang berorientasi pada

situasi di masa lalu. Hal tersebut semakin didukung pula oleh

pengisian staf yang tidak memiliki kemampuan dan pengalaman

memadai dalam struktur di Dinas tersebut.

Seperti telah dijelaskan dalam paparan mengenai sumber

daya manusia, personil yang duduk dalam jabatan eselon di

lingkungan Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat

tergolong personil yang tidak memiliki kualifikasi terhadap tugas

yang diemban. Belum lagi ada persepsi yang menempatkan posisi

di Dinas ini sebagai posisi terbuang. Dengan demikian dapat

dipastikan bahwa secara struktural dan personil birokrasi di Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat tidak memadai untuk

mendukung implementasi kebijakan AFTA bidang perdagangan

komoditas pertanian.

Tidak hanya itu, tuntutan untuk menyesuaikan diri

dengan perubahan merupakan kondisi yang wajar dalam

organisasi modern. Sedangkan SOP bersifat menghambat

perubahan. Semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan

dalam cara-cara yang rutin dari sutau organisasi, semakin besar

peluang Standard Operating Procedures menghambat jalannya

implementasi kebijakan. Dari observasi yang dilakukan terhadap

Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat juga ditemukan

kondisi yang sama. Tuntutan perubahan dari suatu kondisi pasar

bebas sesuai dengan kesepakatan yang diambil dalam AFTA

sangat dibutuhkan untuk dapat melaksanakan tugas

implementasi AFTA bidang komoditas pertanian di Jawa Barat .

Prosedur standar kerja yang ada di Dinas tersebut tidak memiliki

125bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 141: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

kemampuan untuk melakukan penyesuaian dengan tuntutan

perubahan yang bersamaan datangnya dengan kebijakan AFTA

itu sendiri. Beberapa keputusan mengenai jenis barang-barang

yang dimasukkan ke dalam kategori fast track yang membutuh-

kan penanganan cepat di lapangan tidak dapat dilaksanakan

oleh Dinas ini secara memadai.

Pertimbangan teoritis memang memungkinkan SOP

berguna kepada tuntutan perubahan. Akan tetapi kemungkinan

tersebut harus dipenuhi dengan syarat SOP yang dirancang

bersifat fleksibel dan memiliki kontrol yang memadai sehingga

mampu adaptif terhadap perubahan. Hanya saja, SOP sedemikian

itu biasa berada dalam struktur organisasi bisnis yang memiliki

orientasi keuntungan dalam kebijakannya. Sedangkan SOP yang

ada di Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat lebih

merupakan keseragaman yang terbentuk dari kondisi SOTK secara

umum. Untuk melakukan perubahan terhadap SOTK dibutuhkan

waktu yang cukup panjang dan berbagai liku-liku bernuansa

politik, sebab harus berhadapan dengan berbagai kepentingan

yang ada di lingkungan lembaga politik legislatif. Artinya, struktur

birokrasi yang menjadi kajian penelitian ini tidak fleksibel dan

tidak memiliki kontrol yang memadai sehingga dapat adaptif

terhadap tuntutan perubahan.

Di samping itu, apabila dilakukan pengkajian secara lebih

luas ditemukan bahwa struktur birokrasi di dalam pemerintahan

daerah Jawa Barat bersifat tumpang tindih fungsi. Masih terdapat

fungsi-fungsi yang memiliki kaitan erat akan tetapi strukturnya

tersebar dalam beberapa instansi yang berbeda. Fragmentasi ini

menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian masalah-masalah

yang menyangkut beberapa unit kerja yang tersebar di berbagai

dinas. Sumber-sumber dan kewenangan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan masalah terdistribusikan dalam unit kerja yang

126 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 142: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

tidak dalam satu kepemimpinan sehingga keputusan yang akan

diambil akan menghadapi kesulitan ketika akan di mplementasikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di tingkat

Dinas dimaksud, sebuah keputusan untuk memberikan izin kepada

suatu lembaga/badan usaha agro untuk melakukan pengembangan

usaha masih harus berurusan dengan Dinas Industri dan Perdagangan

induk mengenai Surat Izin Tempat Usahanya (SITU). Contoh ini

memberikan bukti bahwa penyebaran tanggung jawab terhadapsuatu

wilayah kebijakan yang tersebar di beberapa unit kerja yang berbeda

memberikan kesulitan dalam implementasi kebijakan tentang AFTA.

Fragmentasi ini semakin menghambat implementasi AFTA bidang

perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat ketika munculnya

merupakan tekanan dari pihak legislatif, kelompok kepentingan atau

pejabat eksekutif yang kesemuanya bermakna tidak mendukung

implementasi kebijakan.

Belum lagi adanya pengaruh antar faktor SOP dan

Fragmentasi yang bisa menimbulkan keinginan yang destruktif

terhadap struktur birokrasi Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa

Barat. Adanya keinginan untuk melikuidasi Dinas Industri dan

Perdagangan Agro kembali ke induknya semula adalah merupakan

tandatanda ke arah pengaruh langsung dari kedua faktor tersebut.

Dalam hal ini muncul kepentingan dari kelompok tertentu yang

mendapat dukungan dari pihak legislatif untuk mengembalikan Dinas

ini kepada Dinas induknya. Kondisi tersebut semakin mempersulit

upaya implementasi AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian

di Jawa Barat. Artinya, secara struktural pemerintah daerah tidak siap.

Sebab isu keinginan untuk mengembalikan Dinas implementor kepada

Dinas induknya sudah cukup menciptakan suasana tidak kondusif bagi

lingkungan kerja staf di Dinas tersebut. Sangat wajar apabila para

127bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 143: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pelaku ekonomi mengeluhkan pelayanan yang bisa diberikan

oleh Dinas Industri dan Perdagangan Agro terhadap berbagai

kepentingan yang berkaitan dengan usaha mereka. Hal ini

dikarenakan struktur birokrasi yang terlihat menjadi peng-

hambat dalam implementasi kesepakatan perdagangan bebas

ASEAN terutama pada bidang perdagangan komoditas pertanian.

Dari keseluruhan paparan di atas yang berkenaan dengan

faktor struktur birokrasi, peneliti dapat menginterpretasikan

bahwa struktur birokrasi yang ada sekarang hanya bertumpu

terlalu mengandalkan pada satu institusi teknis yakni Dinas

Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat untuk menangani

keseluruhan permasalahan implementasi AFTA bidang

komoditas pertanian di Jawa Barat.

Struktur birokrasi di Propinsi Jawa Barat perlu untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang ada.

Secara teoritik, lingkungan yang terdiri dari lingkungan ekonomi,

sosial, dan politik akan berpengaruh terhadap keberhasilan

dalam implementasi kebijakan Sebagai konsekuensinya,

organisasi dituntut mampu menunjukkan kinerja atau prestasi

kerja yang baik menghadapi atau memenuhi tuntutan

perubahan-perubahan tersebut.

Untuk kondisi implementasi AFTA bidang komoditas

pertanian di Jawa Barat struktur birokrasi perlu untuk

menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang ada antara

lain melalaui perubahan struktur organisasi yang lebih dinamis

karena lingkungan strategis perdagangan agro di kawasan Asia

Tenggara sudah berubah secara dinamis. Dengan kata lain, peng-

kajian ulang terhadap keberadaan struktur birokrasi di Peopinsi

Jawa Barat saat ini perlu dilakukan agar struktur birokrasi tersebut

andal dan adaptif dengan perubahan lingkungan perdagangan

agro dalam kerangka AFTA di kawasan Asia Tenggara.

128 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 144: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Peneliti dapat menginterpretasikan bahwa dari sudut

pandang faktor struktur birokrasi sebagaimana yang tertuang

dalam kajian teoritis, implementasi AFTA perdagangan

komoditas pertanian di Jawa Barat belum berlangsung

sebagaimana yang diharapkan, sehingga belum mampu

mendorong tercapainya daya saing Jawa Barat di dalam

menghadapi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara.

Implikasi Kebijakan

Lebih lanjut, berdasarkan hasil elaborasi wawancara

dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan

implementasi AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian

di Jawa Barat dari tingkat nasional sampai dengan tataran para

petani, terdapat pemikiran yang berkenaan dengan implikasi

kebijakan sebagai berikut:

Terdapat beberapa implikasi kebijakan yang kiranya perlu

diambil oleh setiap pemerintahan daerah di Indonesia, khususnya

Jawa Barat, dalam upaya membangun dan atau mengembangkan

kerjasama dengan luar negeri. Pertama, pembangunan pangkalan

data yang komprehensif dan berstandar imernasional tentang

potensi-potensi lokal apa saja yang dimiliki oleh Jawa Barat.

Kedua, menentukan skala prioritas antisipasi terhadap agenda

hubungan internasional yang mendesak dan dalam waktu

beberapa tahun lagi (immediate years) harus segera di kuti oleh

bangsa Indonesia, termasuk Propinsi Jawa Barat. Ketiga, dalam

rangka peningkatan kualitas pelayanan publik, perlu dikaji

kemungkinan adanya pembangunan struktur baru di tingkat

pemerintahan Propinsi, termasuk Jawa Barat. Keempat, pengem-

bangan mekanisme diplomasi publik melalui sistem pelayanan

informasi pemberdayaan publik, dan kelima yaitu prosedur umum

129bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 145: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

pengembangan kerjasama daerah Jawa Barat dengan luar negeri

yang berbasis kebutuhan publik (public needs).

Pembangunan Data Base Potensi Lokal

Salah satu faktor yang sangat mendesak untuk dikaji dalam

proses membangun kerjasama daerah Jawa Baratn dengan luar

negeri di era otonomi daerah adalah pembangunan pangkalan

data (data base) potensi daerah Jawa Barat yang berstandar

internasional sesuai aturan dalam World Intelectual Property Rights

Organization (WIPO). Hal ini mutlak segera dibangun terutama

untuk perlindungan terhadap hak komunal (adat dan lokal) atas

kepemilikan intelektual, dimana saat ini mulai ramai diperbincang-

kan dalam berbagai pertemuan dan diskusi. Upaya ini perlu

dilakukan sebagai usaha untuk melindungi kekayaan intelektual

mereka dalam interaksi dengan masyarakat global, terutama

sejalan dengan kesepakatan bersama di antara negara-negara

WTO (World Trade Organization) yang mengatur berbagai faktor

intelectual property rights dalam dunia perdagangan (Trade Related

on Intel ectual Property Rights/TRIPs).

Gagasan-gagasan yang terkandung dalam Trade Related

on Intelectual Property Rights TRIPs) orientasinya bersifat individual

dan bercorak privatisasi. Ide dasar IPRs itu lebih menekankan

pada hak yang berkaitan dengan hukum benda yang tangible. Di lain

pihak, dalam masyarakat tradisional dan lokal yang menjadi

pedoman komunitas mereka adalah kepatuhan terhadap pim-

pinan adat dengan dukungan hukum adat. Dalam hukum adat di

Nusantara ini yang paling utama adalah keterikatan hubungan

antara tanah dengan manusia. Artinya, pengaturan kekayaan

intelektual tradisional dan lokal tidak hanya memperlakukan

benda sebagai benda, tetapi juga benda itu berkaitan dengan

130 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 146: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

tanah, yang erat kaitannya dengan wilayah geografis. Dengan

kata lain, paradigma yang dianut oleh masyarakat tradisional dan

lokal tersebut berbeda dengan paradigma yang dianut IPRs

selama ini.

Maka itu, pembangunan pangkalan data potensi lokal

mutlak diperlukan terutama sebagai alat kontrol bagi daerah-

daerah di indonesia apabila suatu ketika menghadapi

perselisihan yang berkaitan dengan TRIPs. Dewasa ini baru dua

negara yang mempunyai pangkalan data yang lengkap dan

komprehensif yakni negara India dan Brasil. Padahal keberadaan

pangkalan data ini dapat dijadikan sebagai suatu amunisi apabila

negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, berselisih

dalam konteks TRIPs dengan negara-negara maju.

Misalnya saja ada peluang terjadi perselisihan dengan pi-

hak asing/luar negeri apabila masyarakat Desa Cilembu,

Kabupaten Sumedang akan mengekspor produk unggulannya

yakni Ubi Manis Cilembu secara besar-besaran dan professional

bisnis sebab dewasa ini hak paten produk ubi manis (sweet

potatoes) sudah dimiliki oleh salah satu perusahaan asing di luar

negeri.

Pemikiran di atas perlu menjadi peringatan dini untuk

mempersiapkan Jawa Barat go international khususnya dalam

menghadapi peristiwa-peristiwa intemasional yang dalam waktu

dekat harus di kuti oleh bangsa Indonesia, misalnya yaitu

implementasi Bogor Declaration (Deklarasi Bogor) 20 10 bagi

negara-negara anggota APEC.

131bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 147: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Skala Prioritas Agenda Hubungan Luar Negeri

Sesuai dengan namanya Deklarasi Bogor itu ditetapkan

di Kota Bogor, Indonesia. Sesuai dengan kesepakatan Deklarasi

Bogor, mulai tahun 2010 negara-negara ASEAN akan dapat

memanfaatkan preferensi atas dasar Most Favoured Nations (MFN)

dari negara-negara maju yang tergabung dalam APEC yang akan

mulai meliberalisasikan perdagangannya pada tahun 2010.

Sesudah itu, mulai tahun 2020, negara-negara ASEAN, termasuk

Indonesia, harus memberikan preferensi penuh (baca: membuka

penuh pangsa pasarnya) atas dasar MFN kepada negara-negara

lain, termasuk kepada negara-negara maju anggota APEC.

Secara bersamaan pada tahun 2020 akan berlaku juga

One World Trade (satu perdagangan dunia) oleh WTO serta akhir

penerapan dari ASEAN Vision 2020. Pada tahun 2010 juga ada

kemungkinan pengaturan ketat dari WIPO (World Intelectual

Property Rights Organization) akan mulai diimplementasikan dan

mencapai puncaknya pada tahun 2020 ketika saat itu sudah

tercipta satu pasar dunia.

Permasalahannya kini adalah sudah siapkah Pemerintah

Pusat Indonesia, termasuk Pemerintahan tingkat Propinsi Jawa

Barat memasuki peluang dan tantangan di atas? Yang paling

mendesak adalah persiapan dalam menghadapi implementasi

Oeklarasi Bogor tahun 2010. Dari pengamatan peneliti, India dan

empat negara ASEAN yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, dan

Vietnam yang sudah jauh-jauh hari siap-siap untuk menikmati

kemudahan (preferensi) liberalisasi perdagangan yang akan

diberikan oleh negara-negara maju anggota APEC mulai tahun

2010. Jaringan mereka sudah dibangun sampai ke tingkat

daerah-daerah dengan dukungan teknologi dan informasi yang

adikuat untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasionalnya

masing-masing.

132 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 148: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Struktur Baru: Biro Kerjasama Luar Negeri di Setda Propinsi Jawa

Barat Mengkaji begitu luas dan kompleksnya peluang dan

tantangan yang dihadapi serta dalam rangka peningkatan

kualitas pelayanan publik, tampaknya sudah saatnya para elit

pemerintahan di tingkat Propinsi Jawa Barat membuka wacana

pembentukan struktur baru di Sekretariat Pemerintah Daerah

Propinsi Jawa Barat yaitu Biro Kerjasama Luar Negeri.

Biro Kerjasama Luar Negeri ini mungkin paling tidak

terdiri dari empat bagian yaitu Bagian Kerjasama Bilateral, Bagian

Kerjasama Regional dan Multilateral, Bagian Administrasi

Kerjasama, dan Bagian Humas dan antar Lembaga. Diharapkan

keempat bagian ini dapat terintegrasi secara sinergis dalam

menjadi aparat pemerintah terdepan dalam upaya

pemberdayaan potensi daerah dalam membangun kerjasama

dengan luar negeri sekaligus peningkatankualitas pelayanan

publik.

Struktur baru ini juga menuntut peningkatan

keterampilan dan kompetensi aparat pemerintah, misalnya saja

pengetahuan tentang hubungan internasional, ekonomi-politik

internasional, hukum internasional, dan keterampilan bahasa

asing akan menjadi sangat penting dalam negosiasi

internasional dan dalam setiap forum yang menuntut pengertian

tentang sistem dan kerangka pemikiran kebijakan negara lain.

Diharapkan dengan makin meningkatnya pengetahuan

dan keterampilan aparat pemerintah daerah yang terlibat dalam

pengelolaan hubungan luar negeri, maka upaya membangun

kerjasama luar negeri dalam rangka pemberdayaan potensi

daerah dapat secara maksimal didayagunakan.

133bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 149: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Pengembangan Mekanisme Diplomasi Publik melalui

Sistem Pelayanan Informasi Pemberdayaan Publik

Ini merupakan sebuah model dengan gambaran sebagai

berikut :

a. Diplomasi publik dilaksanakan melalui aspek people-to- people

contact atau interaksi antara kelompok swasta dan

kepentingan suatu negara dengan kelompok swasta dan

kepentingan negara lain.

b. Merupakan konsep untuk mengaktualisasikan potensi

aktor non-negara yang berupa kekuatan, kemampuan

Organisdasi non-pemerintah atau kelompok masyarakat,

merevitalisasi kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan

kegiatan diplomasi publik.

c. Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan

yaitu proses yang menekankan kepada pemberian atau

pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau

kemampuan kepada masyarakat agar menjadi lebih

berdaya, dan proses menstimulasi, mendorong, atau

memotivasi agar masyarakat mempunyai kemampuan

untuk memberdayakan diri.

d. Pemberdayaan dimaksudkan untuk memecahkan masalah

sebagai tantangan yang harus dihadapi di bidang

legitimasi politis, legalitas, keberlanjutan finansial,

kompotensi profesionalitas, dan kredibilitas sosial

LSM/NGO sebagai aktor non-negara.

e. Pemberdayaan aktor dari LSM/Ornop sebaiknya terarah

dan disinergikan dengan rencana strategis pemerintah

pusat/daerah yang telah merumuskan strategi diplomasi.

Terkait dengan masalah tersebut, maka LSM/Ornop

bahkan kompetensi personal harus diberdayakan.

134 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 150: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Unsur-unsur non-pemerintah yang terlibat dalam

diplomasi, terlebih dahulu mengikuti pendidikan dan pelatihan

berkenaan dengan kebutuhan akan kompetensi diplomasi

publik di masa yang akan datang.

Prosedur Umum Pengembangan Kerjasama Daerah Jawa

Barat dengan Luar Negeri yang Berbasis Kebutuhan Publik

(Public Needs). Implikasi kebijakan poin ke-empat diatas sangat

erat kaitannya dengan upaya pengembangan kerjasama daerah

Jawa Barat dengan luar Negeri, khususnya pengembangan

kerjasama daerah Jawa Barat dengan negara-negara anggota

ASEAN di bidang perdagangan komoditi agro. Hal itu selaras

dengan implementasi kebijakan publik yang berbasis kebutuhan

publik karena program-program yang dikerjasamakan sudah

terlebih melalui proses bottom-up planning yang terintegrasi

melibatkan Government to Government (Local Governments),

Business to Business, dan People to People contacts).

Pada tahap ini pengembangan kerjasama daerah Jawa

Barat dengan luar negeri sudah memiliki panduan kebijakan

publik yakni Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 21 Tahun 2004

tentang Pedoman Kerjasama antara Daerah Dengan Pihak Luar

Negeri. Dalam Keputusan Gubernur tersebut dinyatakan bahwa

inisitaif kerjasama daerah Propinsi Jawa Barat dalam melakukan

kerjasama luar negeri harus melalui prosedur umum sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlalu antara lain:

1. Dalam perencanaan setiap kegiatan Hubungan dan atau

Kerjasama Luar Negeri, pihak pembuat inisiatif Hubungan

dan atau Kerjasama Luar Negeri perlu menyiapkan

Rencana Program yang sekurang-kurangnya memuat

uraian mengenai hal-hal sebagai berikut:

135bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 151: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

a. Identitas, status dan kedudukan hokum pihak-pihak

Pelaku Hubungan atau Kerjasama;

b. Latar belakang kebutuhan, maksud, dan tujuan

pembinaan Hubungan/Kerjasama;

c. Objek dan atau Bidang atau sub-bidang kerjasama;

d. Ruang lingkup kerjasama berdasarkan kewenangan

daerah;

e. Hak, kewajiban dan tanggungjawab utama para pihak

dalam kerjasama;

f. Pengorganisasian dan tata cara pelaksanaan kerjasama;

g. Rencana, hak dan kewajiban dalam pembiayaan;

h. Jangka waktu kerjasama;

i. (Bila dianggap perlu) Hal-hal lain yang umumnya harus

disepakati di dalam Perjanjian atau Kontrak, seperti

misalnya:

1) perumusan hak dan tanggungjawab para pihak dalam

menghadapi keadaan memaksa, perubahan kondisi

dan situasi pada saat pelaksanaan kontrak;

2) kesepakatan para pihak tentang prosedur

penyelesaian sengketa;

3) kesepakatan mengenai kemungkinan perubahan ter

hadap persyaratan kerjasama;

4) jangka waktu berlangsungnya kerjasama;

5) kondisi-kondisi dan persyaratan pemberlakuan kerjasama.

2. Program Hubungan dan atau Kerjasama Luar Negeri dapat

dilakukan berdasarkan prakarsa dari:

a. Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota);

b. Pelaku hubungan luar negeri lainnya di daerah;

c. Pihak asing.

136 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 152: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

3. Prakarsa Hubungan dan atau Kerjasama Luar Negeri yang

diselenggarakan atas dasar prakarsa Pemerintah Daerah

dan atau Pelaku Kerjasama Luar Negeri lainnya di Daerah

dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pihak pemrakarsa (dalam hal ini Kepala Daerah)

mengirimkan Rencana Program Kerjasama kepada

Pemerintah, serta mengajukan permohonan

penyelenggaraan rapat koordinasi yang dihadiri oleh

Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri,

dan Departemen atau Lembaga lain di tingkat

Pemerintah Pusat yang terkait dengan Rencana

Program, dan Gubernur (untuk Rencana Program yang

ada dalam kewenangan Propinsi) atau Bupati/ Walikota

yang terkait (untuk Rencana Program yang ada dalam

kewenangan Kabupaten/Kota);

b. Dalam hal pihak pemrakarsa program Hubungan/

Kerjasama Luar Negeri adalah Pelaku Kerjasama lain

selain Kepala daerah, maka pihak pemrakarsa harus

terlebih dahulu menyampaikan Rencana Program

kepada Kepala daerah di wilayah rencana tempat

pelaksanaan program;

c. Dalam hal Rencana Program tersebut menyangkut

kepentingan masyarakat banyak, maka Rencana

Program tersebut harus terlebih dahulu memperoleh

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

d. Kepala Daerah sebelum menyampaikan kepada

Pemerintah Pusat, berkonsultasi dan berkoordinasi

dahulu tentang Rencana Program yang telah dibuat

kepada Propinsi;

137bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 153: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

e. Kepala Daerah kemudian meneruskannya kepada

Pemerintah Pusat sesuai pada butir a di atas;

f. Kepala daerah mengadakan rapat dengan mengundang

Departemen Dalam Negeri, departemen Luar Negeri

dan Departemen atau Lembaga lain yang dimaksud

dalam butir a, untuk membicarakan Rencana Program.

Sebelum dan sesudah penyelenggaraan rapat

konsultasi dan koordinasi, pihak Kepala daerah dapat

melakukan komu nikasi resmi melalui surat menyurat

dengan Departemen Dalam Negeri dan atau

Departemen Luar Negeri dan atau Departemen?

lembaga lain yang terkait;

g. Departemen Luar Negeri akan memberikan masukan

dan petunjuk kepada Kepala daerah mengenai

hubungan luar negeri sesuai dengan kebijakan luar

negeri Indonesia. Departemen Luar Negeri juga akan

berperan sebagai fasilitator dalam mengkomunikasikan

Rencana dan Pelaksanaan Kerjasama dengan

perwakilan diplomatik dan konsuler pihak asing di

Indonesia dan perwakilan Republik Indonesia di

luarnegeri;

h. Departemen Dalam Negeri akan memberikan masukan

dan petunjuk kepada Kepala Daerah mengenai aspek-

aspek kewenangan daerah, masalah-masalah

koordinasi, integrasi, sinkronisasi, aspek pelaksanaan

dan pengawasan internal serta pembiayaan;

I. Departemen atau Lembaga Pemerintah Pusat lain yang

terkait memberikan masukan dan petunjuk mengenai

subtansi kerjasama dan korelasi serta konsistensinya

dengan perencanaan pembangunan nasional dalam

bidang yang dikerjasamakan;

138 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 154: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

j. Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan

yang diperoleh dari kegiatan koordinasi dan konsultasi,

Departemen Luar Negeri akan memberikan keputusan

final untuk menyetujui, menyetujui dengan catatan,

atau menolak--menyetujui perubahan status Rencana

Program menjadi Program Hubungan/Kerjasama Luar

Negeri. Persetujuan Departemen Luar Negeri

dibuktikan dengan penerbitan Surat Kuasa penuh (Full

Powers) oleh Menteri Luar Negeri kepada Kepala daerah

untuk membuat kesepakatan kerjasama dengan pihak

luar negeri dalam bentuk Perjanjian Internasional dan

atau Kontrak Internasional.

Dengan kata lain upaya pembangunan kerjasama daerah

Jawa Barat dengan luar negeri dalam kaitannya dengan

perdagangan agro dalam kerangka AFTA bertumpu pada pola

bottom-up planning. Hal itu dikarenakan pada tahap awal

pembangunan kerjasama daerah dengan luar negeri proses uji

kelayakannya berada pada persetujuan Kepala Daerah yang

bersangkutan (lihat Gambar 4.3.). Secara demikian diharapkan

setiap implementasi kebijakan yang berkenaan dengan proses

pembangunan kerjasama daerah dengan luar negeri akan sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan ma syarakat setempat.

139bab 4 - MENGUKUR KESIAPAN JAWA BARAT

Page 155: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

140 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Pra

kars

a d

ari

Eks

eku

tif

Daera

h

Pra

kars

a

dari

Pih

ak

Luar

Neg

eri

Uji

Kela

yaka

n

un

tuk

Men

dap

atk

an

Pers

etu

juan

Kep

ala

Daera

h

Dit

ola

k

Dis

etu

jui

Kep

ala

Daera

h

Berk

on

sult

asi

dan

Berk

oo

rdin

asi

den

gan

Pro

pin

si

Dis

am

paik

an

ke p

em

eri

nta

h

Pu

sat

Dis

ert

ai P

erm

oh

on

an

Pen

yele

ng

gara

an

Rap

at

Ko

ord

inasi

dan

Ko

nsu

ltasi

yan

g D

ihad

iri o

leh

Dep

dag

ri,

Dep

lu, D

ep

/Lem

lain

di Tin

gka

t P

usa

t ya

ng

Terk

ait

, dan

Kep

ala

Daera

h.

Rap

at

Ko

ord

inasi

dan

Ko

nsu

ltasi

Hasi

l

Rap

at

Dit

ola

k

Dis

etu

jui

Dis

etu

jui d

en

gan

Cata

tan

Dit

ola

k

Dis

etu

jui

Peru

bah

an

Su

rat

Ku

asa

(Fu

ll P

ow

ers

)

dari

Men

teri

Luar

Neg

eri

kep

ad

a

Kep

ala

Daera

h

Kep

ala

Daera

h

Mem

bu

at

Kese

paka

tan

Kerj

asa

ma

den

gan

Luar

Neg

eri

Ko

ntr

ak

Inte

rnasi

on

al

Perj

an

jian

Inte

rnasi

on

al

Ren

can

a

Pro

gra

m

12

3

Gam

bar

4.3

BA

GA

N A

LIR

TA

TA

CA

RA

UM

UM

HU

BU

NG

AN

DA

N K

ER

JASA

MA

LU

AR

NEG

ER

I

INIS

ITA

TIF

PEM

ER

INTA

H D

AER

AH

DA

N P

ELA

KU

HU

BU

NG

AN

LU

AR

NEG

ER

I D

I D

AER

AH

Page 156: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Abdulah, Syukur. 1991. Budaya Birokrasi di Indonesia. Jakarta:

PT. Pustaka Utama Grafiti.

Abidin, Z. 2000. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap

Keragaman Industri Gula Indonesia: Suatu A nalisis

Kebijakan. Disertasi, tidak dipublikasikan. Bogor: Program

Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Abimanyu, A 1995. Liberalisasi Perdagangan dan Biaya

Lingkungan. dalam Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan

dan Kemiskinan. Soetrisno, L. dan F. Umaya (Editor).

Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Amang, B. dan M.H. Sawit. 1997. Perdagangan Global dan

Implikasinya pada Ketahanan Pangan Nasional. Agro-

Ekonomika No. 2 Tahun XXVII: 1-14. Jakarta: Perhepi.

Anderson, James E. 1984. Public Policy and Politics in America.

California: Wadsworth, Inc. Belmont.

Anderson, James E. 1997. Public Policy Making. New York : Holt,

Rinehart and Winston.

Anugerah, I. S. 2003. ASEAN Free Trade Area (AFTA), Otonomi

Daerah dan Daya Saing Perdagangan Komoditas

Pertanian Indonesia. Forum Agro Ekonomi, Volume 21 (1).

Juli 2003. Bogor: Puslilbang Sosial Ekonomi Pertanian.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Daftar Pustaka

141DAFTAR PUSTAKA

Page 157: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

142 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Atmosudirdjo, Prajudi S. 1976. Beberapa Pandangan Umum

tentang Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Bank Dunia. 2004. Indonesia Averting an Infrastructure Crisis: A

Framework for Policy and Action, Second ed., East Asia

and Pacific Region Infrastructure Development,

Washington, D.C. and Jakarta.

Bank Dunia. 2005, “Averting an Infrastructure Crisis”,

Infrastructure Policy Brief, January, Jakarta.

Bappenas. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2004-2009. Jakarta

Bel one, Carl J. 1980. Organization Theory and the New Public

Administration, Boston: Al yn and Bacon Inc.

Bennet. 1984. International Organization. New York: McGraw

Hill .

BPS, BAPPENAS dan UNDP. 2001, Menuju Consensus Baru.

Demokrasi dan Pembangunan manusia di Indonesia,

Laporan Pembangunan Manusia 2001, Oktober, Jakarta:

Biro Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional dan United Nations Development Programme.

BPS, Bappenas dan UNDP. 2004. The Economics of

Democracy, Indonesia Human Development Report 2004,

Jakarta.

Brian W Hogwood and Lewis A. Gunn, 1984. Policy Analysis For

The Real World. New York : Oxford University Press.

Bromley Daniel W. 1989. Economic Interest and Institutions. The

Conceptual Foundations of Public Policy. Great Britain:

Book craft (Bath) Ltd.

Budiono. 2001. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Badan

Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada.

Page 158: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Bungin, Burhan (ed.). 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif:

Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian

Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Carl U Patton and David S Sawacki. 1985. “ Basic Methods Of

Policy A nalysis and Planning”. New Jersey : Prentice Hal

InternationalInc, 1985.

Chacholiades, M. 1978. International Trade Theory and Policy.

NewYork: McGraw Hil .

Chadwich, Bruce A., Howard M. Bahar, Stan L. Albrecht. 1988.

Social Research Methods. Englewood cliffs, New Jersey:

Prentice-Hal .

Chaves, R.E., J.A. Frankel dan R.W. Jones. 1993. World Trade

and Payments. An Introduction. Sixth Edition. New York:

Harper Collins.

Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang Moon. 2003. From Adam

Smith to Michael Porter. Evolusi Teori Daya Saing,

Jakarta: Salemba Empat.

Creswel , John W. 1994. Research Design: Qualitative and

Quantitative Approaches. California: Sage Publications.

Crozier, Michael. 1964. The Bureaucratic Phenomenon.

London: Tavistock publication.

Daniels, John D. dan Radebaugh, Lee H. 1989. International

Business, Environments and Operation, Edisi ke 5,

Addison-Wesley Publishing Company.

David L. Weiner and Aidan R. Vinning. 1989. Policy Analysis :

Concepts and Practice. New Jersey : Prentice Hal Inc.

Davis, Keith & John W. Newstrom. 1985. Perilaku dalam

Organisasi. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Dollar, David dan E.N. Wolf. 1993. Competitiveness, Convergence,

and International Specialization, Cambridge, Mass.: the

MIT Press

143DAFTAR PUSTAKA

Page 159: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Doz, Yves L. dan C.K. Prahalad. 1987. Multinational Mission,

New York: The Free Press.

Dunn, Wil ian N. 1995. Public Policy Analysis. New Jersey:

Prentice Hal International Inc.

Dye Thomas R. 1992. Understanding Public Policy. New Jersey:

Englewood Cliffs.

Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy.

Washington D.C.: Congressional Quarterly Press.

Edward III, George C. and Sarkansky. 1980. The Policy

Predicament. San Francisco: W.H. Freeman and

Company.

Erwidodo dan P.U. Hadi. 1999.Effects of Trade Liberalization on

Agricultureure in Indonesia: Commodity Aspects. The

CGPRT centre. Working Paper No 48.

Erwidodo. 1999. Effects of Trade Liberalization on Agriculure in

Indonesia: Institutional and Structural Aspects. The

CGPRT Centre. Working Paper No 41.

Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-organisasi Modern (Modern

Organizations). Terjemahan Suryatin. Jakarta: UI Press.

FAO, 2003. Anti-Hunger Programme. A Twin Track Approach to

Hunger Reduction: Priorities for National and International

Action.

Farnham, Davis and Sylvia Norton, 1993, Managing in New

Public Service. London: Mc. Millans Press.

Feridhanusetyawan, T and M. pangestu, 2003. Indonesian

Trade Liberalization: Estimating The Gains. Buletin of

Indonesian Economic Studies, Volume 29 (1). 2003.

Feser and Bergman. 2000. Industrial Cluster. New York:

McGraw Hil .

144 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 160: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Feser. 2001. Cluster Analysis. New York: McGraw Hil .

Finer, Herman. 1960. The Theory and Practice of Modern

Government. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Fitzsimmons, James A & Mona. J. Fitzsimmons, 1994.

Service Management for competitive Advantage. New

York: Mc GrawHil Inc.

Gannon, Marti J. 1979. Organizational Behavior : A Managerial

and Organizational Perspective. Toronto: Little Brown and

Co.

Gasperz, Vincent, 1997, Management Kualitas ; Penerapan

konsep kualitas dalam Manajemen Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

George C Edward I I, “Implementing Public Policy“, Washington :

Congressional Qua rtely Press, 1980.

Gibson, L. James, John. M. Ivancevich, & James H. Jr., Donel y.

1986. Organisasi – Perilaku, Struktur, Proses. Terjemahan

Jorban Wahid. Jakarta: Erlangga.

Gibson, L. James. 1984. Organization and Management. New

York: Mc. Graw-Hil .

Goodal , Merril . 1975. Bureaucracy and Bureaucrats. Bepal:

Experience

Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy Implementation in

the Third World. New York: Princeton University Press.

Grossman, G.M. dan E. Helpman. 1993. Innovation and Growth

in the Global Economy, Cambridge, Mass.: the MIT Press

Gwartney,

James D. dan Stroup, Richard. 1980. Economics : Private and

Public Choice. New York: Academic Press.

145DAFTAR PUSTAKA

Page 161: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

146 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Hamdy, H. 2000. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan

Perdagangan Internasional. Buku Kesatu. Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Harrison, Ford. 1992. Industrial Cluster. New York: Mc Graw Hil .

Heady, Farrel. 1991. Empowerment : The Politic of

Alternative Development. Massachusetts: Blackwel

Published.

Henry, Nicholas. 1995. Administrasi Negara dan Masalah-

masalah Publik. Terjemahan Luciana D. Lontoh. Jakarta:

PT. Raja Garfindo Persada.

Hermanto. 2002. Perspektif Implementasi Kebijakan Stabilisasi

Harga Gabah/Beras Pasca Bulog. Lokakaya Ketahanan

Pangan Pasca BuIog. Badan Bimas Ketahanan Pangan,

Departermen Pertanian, Jakarta, 22 November

Hersey, Paul, Kenneth H. Blanchard, & Dewey E. Johnson.

1995. Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan

Sumber Daya Manusia. Terjemahan Agus Dharma.

Jakarta: Erlangga.

Hidayat dan Sucherly. 1986. Peningkatan Produktivitas

Organisasi Pemerintah dan Pegawai Negeri, Kasus

Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Hodge, Grame, 1993, Minding Everybody's Business

Performance Management in Public Sector Agency,

Public Sector. Sydney: Management Institute. Monasti

University.

Hoogerwerf, A. 1983. . Jakarta: Erlangga.

Hoogwood, Brian W., and Lewis A. GunIlmu Pemerintahann.

1986. Policy Analysis for the Real World. Princeton:

Princeton University Press

Howlet, Michael and M. Ramesh. 1995. Studying Public Policy:

Policy Cycles and Policy Subsystems. Oxford: Oxford

University Press.

Page 162: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

147

Hughes,Owen, 1998, Public Management & Administration.

Chipenham: Antony Rowe Ltd.

Husaeni, Martani. 1993. Penyusunan Strategi Pelayanan Prima

dalam Suatu Perspektif Reengineering, dalam Bisnis dan

Birokrasi. Jakarta: Erlangga.

Ibrahim, Budi. 1997. Total Quality Management, Panduan Untuk

Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: Djambatan.

Ilham, Nyak. 2003. Dampak Liberalisasi Ekonomi Terhadap

Perdagangan dan Kesejahteraan Negara-Ngara di

Dunia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, XI (2) 2003.

L1PI. Jakarta.

Indrawati, S.M. 1995. Liberalisasi dan Pemerataan dalam

Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan.

Soetrisno, L.dan F. Umaya (Editor). Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogya.

Indrawijaya, Adam. 1989. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar

Baru.

Irfan Islamy, “ Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara “,

Jakarta : Bina Aksara, 1984.

ISEI. 2005. Rekomendasi ISEI. Langkah-Langkah Strategis

Pemulihan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Ikatan Sarjana

Ekonomi Indonesia.

Islamy M. Irfan. 2000. Prinsip-prinsip Kebijakan Negara. Jakarta:

Bumi Aksara.

Jabra, Joseph. G & Dwivendi OP. 1993. Public Service

Accountability, A. Comprehensive Perpective. New York:

Kumarian Press Inc.

Jenkins Smith, 1990. Democratic Politics and Policy Analysis:

California: California Publishing Company.

Jenkins, W.I., 1970. Policy Analysis : A Political and Organizational

Perspective. New York : ST. Martin Press.

DAFTAR PUSTAKA

Page 163: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

148 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Jones, Charles O. 1994. Study of Public Policy. Belmont,

California: Wadsworth Inc.

Kaniya, M. 2002. 1990s: A DecacIe for AgricuturaJ Poley Reform

in Japan- Breakaway from the Postwar Policies. Food and

Agricultural Policy Research Center, Tokyo daIam Hadi, et

aI.2003. Dampak Implementasi Perdagangan Bebas

AFTA-2003 Terhadap Pertanian Indonesia. Laporan Hasil

Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengem¬bangan Sosial

Ekonomi Pertanian. Bogor.

Kariyasa. K. 2003. Dampak Tarif Impor dan Kinerja Kebijakan

Harga Dasar serta Implikasinya Terhadap Daya Saing

Beras Indonesia di Pasar Dunia. Analisis Kebijakan

Pertanian Vol 1(4). Desember 2003. Puslilbang SOsial

Ekonomi Pertanian. Bogor.

Kast , Fremont & Rosenzweig , James E. 1985.

Organization and Management : A Systemic and

Contingency Approach. New York: Mc. Graw-Hil Book

Company.

Kerlinger, Fred N, Elazar J. Pedhazur. 1987. Foundation of

Behavioral. New York: Research Half Rinehard and

Wington.

Kevitt, Davit, 1998, Managing core Public Service. London:

Black Wel Publisher.

Kindleberger, C.P. and P.H. Underl. 1978. International

Economics. Six Edition. Il inois. Richard D. Irwin. Inc.

Kompas. 2006. “Paket Kebijakan Infrastruktur”, Bisnis &

Keuangan,Sabtu, 18 Februari, hal. 17.

Kotler, Philip, Somkid Jatusripitak, dan Suvit Maesincee. 1997.

Pemasaran Keunggulan Bangsa, Jakarta: PT

Prenhalindo.

Kotler, Philip. 1991. Marketing Management, Analysis, Planning,

Implementation & Control. London: Prentice Hal

International Edition.

Page 164: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

149

Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran, Analisis,

Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian.

Terjemahan Supranto. Jakarta: Prentice Hal Edisi

Indonesia.

Kristiadi, J.B. 1998. Deregulasi dan Debirokratisasi Dalam

Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan, Pembangunan

Administrasi di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Kristiadi, JB. 1998. Pemberdayaan Birokrasi dalam

Pembangunan. Jakarta: Sinar Harapan.

Krugman, P.R. 1988, “Introduction: New Thinking about Trade

Policy”, dalam Krugman, P.R. dkk. (ed.), Strategic Trade

Policy and New International Economics, Cambridge,

Mass.: the MIT Press

Krugman. 1991. International Trade. New York: Mc Graw Hil

Book Company.

Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi Negara.

Jakarta: Rajawali.

La Palombara. 1967. Bureaucracy and Political Development.

New Jersey: Princeton University Press.

Lane. 1993. The Public Sectors, Concepts, Models, and

Approaches. Prentice Hal , Inc. New Jersey.

Luthans, Fred. 1992. Organization Behavior. Tokyo: Mc.

Graw Hill. Marx. 1996. Administrasi Birokrasi dan Pelayanan

Publik. Terjemahan Supriatna. Jakarta: Nimas Multima.

Maxwel , S. and T.R. Frankenberger. 1992. Household Food

security: Concepts, Indicators, Measurement. A Technical

Review. Jointly Sponsored by United Nation Children's

Fund and International Fund for Agricultural Development.

Mazmanian, Daniel A., and Paul A. Sabatier. 1983.

Implementation and Public Policy. Ilinois: Scoot,

Foresman and Company. Milles, Mathew B. and A.

Michael Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis.

California: Sage Publications Inc.

DAFTAR PUSTAKA

Page 165: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

150 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Moleong Lexy J. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosda Karya.

Muhadjir, Noeng. 1990. Metode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif:

Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial

Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nasikun. 1997. Proses Perubahan Sosial dan Pembangunan

Nasional. Jakarta: Bulan Bintang.

Newman, Lawrence W. 1997. Social Research Methods:

Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Allyn

and Bacon Co. Needham Heights.

Osborne, David & Ted Gabler, 1992, Reiventing Government,

New York: A Wiliam Patrick Book.

Osborne, David and Plastrik. 2001. Memangkas Birokrasi : Lima

Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha. Tejemahan.

Jakarta: Pendidikan Prasetya Mulya.

Pakpahan, Arten T. 2005. “Gambaran Belanja Modal Daerah,

Dana Alokasi Khusus dan Hibah Pinjaman Luar Negeri

Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur”, makalah

FG D, Jakarta: ISEI.

Pamudji, S., Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia,

Jakarta: Bina Aksara, 1982.

Pardede, Raden. 2005. “Infrastructure Financing: Indonesia

Challenges”, makalah FGD, Jakarta: ISEI.

Parsons, Wayne. 1993. Public Policy: An Introduction to the

Theory and Practice of Policy Analysis. Cheltenhan:

Edward Elgar. Politt & Bouchaert. 2000. Public

Management Reform, New York: Prentice Hal

International edition.

Porter, 1990. Competitive Advantage. New York: McGraw Hil .

Page 166: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

151

Porter, M.E. 1985. Competitive Advantage, New York: Free

Press. Porter, M.E. 1990. The Competitive Advantage of

Nations, New York: Free Press.

Porter, M.E. 1998a. The Competitive Advantage of Nations: With

a New Introduction, New York: The Free Press.

Porter, M.E. 1998b. On Competition, Boston: Harvard Busines

School Press.

Porter, M.E. ed. 1986. Competition in Global Industries, Boston:

Harvard Business School Press.

Porter, Michael E. 1980. Competitiveness Strategy: Techniques

for analyzing industries and companies, New York: Free Press.

Rasahan, CA 1997. Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi Era

Perdagangan Bebas. Agro-Ekonomika No. 2 Tahun

XXVII: 15-24. Perhepi. Jakarta.

Rauch, Robert. Industrial Cluster: Relocation, Investment and

Production. New York: McGraw Hill.

Rouse, Jhon and Berkley, George. 1997. The Craft of Public

Administration, New York: Brown Benchmark, McGraw-

Hill.

Saliem, H.P., S.H. Hartini, A Purwoto, dan G.S. Hardono. 2003.

Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Kinerja

Ketahanan Pangan Nasional. Laporan Hasil Penelitian.

Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian,

Departemen Pertanian. Bogor.

Santoso, Priyo Budi. 1997. Birokrasi Pemerintahan Orde Baru:

Perperktif Kultural dan Struktural. Jakarta: P.T. Grafindo

Persada.

Sarundajang. 2001. Pemerintahan Daerah di Berbagai Negara.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 167: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

152 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Sawit, MH. 2003. Indonesia dalam Perjanjian Pertanian WTO:

Proposal Harbinson. Analisis Kebijakan Pertanian,

Volume I (1). Maret 2003. Puslitbang SOsial Ekonomi

Pertanian. Bogor

Schmidtz, David. 1991. The Limit of Government An Essay on

The Public Goods Argument. Colorado: Westview Press.

Schwartz, Howard, and Jerry Jacobs. 1979. Qualitative

Sociology. New York: The Free Press.

Scott, James. 1986. Introduction to Industrial Cluster. London:

Mc Graw Hil .

Simatupang, P. 2001. Food security: Basic Concepts and Mea-

surement in Food Security in Southwest Pacific Island

Countries. CGPRT Center Works Towards Enhanching

Sustainable Agriculure and Reducing Poverty in Asia and

The Pacific Simbolon, Reobert. 1998. Manajemen Pe-

layanan Publik. Jakarta: Rajawali. Jakarta.

Simon, Harbert. 1984. Administrative Behavior : Perilaku

Administrasi, Suatu Studi Tentang Proses Pen gambilan

Keputusan dalam Organisasi Administrasi. Terjemahan

St. Dianjung. Jakarta: Bina Aksara.

Siregar, Hermanto. 2005. “Penyediaan dan Pembiayaan

Infrastruktur Dasar, “ makalah FGD, Jakarta: ISEI Pusat.

Sjahrir. 1986. Pelayanan dan Jasa-jasa Publik, Telaah Ekonomi

serta Implikasi Sosial Politik. Jakarta: LPE3S.

Skelcher, Chris, 1992. Managing For Service Quality. London:

Longman.

Storper, Wiliam. 1992. Industrial Management. New York: Mc

Graw Hil.

Strauss, Anselm and Juliet Corbin. 1990. Basics of Qualitative

Research: Grounded Theory Procedures and Techniques.

California: Sage Publications.

Page 168: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

153

Sudarsono, Hardjosoekarto. 1994. Beberapa Perspektif

Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono. 1993. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.

Alfabeta.

Suhadjo, 1996. Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan

pangan Rumahtangga. Makalah disampaikan pada

Lokakarya Ketahanan Pangan Rumahtangga. Kerjasama

Departemen Pertanian dengan UNICEF. Yogyakarta, 26-

30 Mei

Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan Kebijakan Publik.

Jakarta: Sinar Grafika.

Supriatna, Tjahya. 1997. Administrasi Birokrasi dan Pelayanan

Publik. Jakarta: Nimas Multima.

Suradinata, Ermaya. 1997. Manajemen Pemerintahan dan

Otonomi Daerah. Bandung: Ramadan.

Suryana, A 2001. Tantangan dan Kebijakan Ketahanan Pangan.

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional

Pemberdayaan Masyarakat untuk Mencapal Ketahanan

Pan gan dan Pemulihan Ekonomi. Departemen Pertanian,

Jakarta, 29 Maret.

Susilowati, S.H. 2003. Dinamika Daya Saing Lada. Jurnal Agro

Ekonomi Vol. 21 No. 2.0ktober 2003. Bogor: Puslilbang

Sosial Ekonomi Pertanian.

Syarif. 1990. Teori dan Praktek Kebijaksanaan Negara Dalam

Meningkatkan Produktivitas. Bandung: Ramadhan.

Tambunan, Tulus. 2006. “Kondisi Infrastruktur di Indonesia”,

April, Jakarta: Kadin Indonesia.

Thoha, Miftah. 1994. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA

Page 169: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

154 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Thomas R. Dye, “Understanding Public Policy “, New Jersey :

Prentice Hal International Inc, 1987.

Thompson, Jhon L. 1993. Strategic Management: Awareness

and Changes, 2nd Edition. New York: Chapman & Hal .

Van Meter, D.S., dan C.E. Van Horn. 1978. ”The Policy Imple-

mentation Process: A Conceptual Framework”, Admi-

nistration and Society, Vol. 6, No. 4, Sage Publications Inc.

Wahab, Solichin A. 2002. Analisis Kebijaksanaan. Dari formulasi

keimplementasi kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi

Aksara. Jakarta.

Warwick, Donal P. 1975. A Theory of Public Bureaucracy : Massa

chusetts: Harvard University Press.

Weber, Max. 1997. The Theory of Economics and Social

Organization. New York: The Free Press.

W e i h r i c h , H e i n z & K o o n t z , H a r o l d , 1 9 9 4 .

Introduction to Public Management: A Global Perspective,

Tenth edition, McGraw Hil International Edition.

Wibawa Samudera. 1994. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta:

Rajawali Press.

Wil iam N Dunn. 1987.Public Policy Analysis: An Introduction.

New Jersey : Prentice Hal International Inc, 1987.

Winoto, Joyo. 2005. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam

Menggerakan Sektor Ri l, makalah dalam Sidang Pleno

ISEI XI, 22-23 Maret, Jakarta.

Zeithaml, V.A. 1990. Delivering Quality Service, Balancing

Customer Perceptions and Expectations. New York: The

Free Press.

Page 170: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

155

Hasil Penelitian

Abdullah, Awan Yuswanda. 2008. Implementasi Kebijakan

Penataan Organisasi Perangkat Daerah dalam

Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung). Bandung:

Pasacasarjana Unpad.

Fauzi, Teddy Hikmat. 2007. Pengaruh Karakteristik Lingkungan

Eksternal dan Karakteristik Lingkungan Internal terhadap

Efektivitas Pelaksanaan Strategi Usaha (Studi Kasus pada

Bank BNI 1946 wilayah 04 Jawa Barat). Bandung: Pasca-

sarjana Unpad.

Pasha, Rachman. 2005. Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Penerapan Good Corporate Governance (Studi

Kasus pada Bank Rakyat Indonesia). Jakarta: Pascasarjana

Universitas Satyagama.

Sumaryadi, Nyoman. 2005. Peranan Pemberdayaan Birokrasi

Pemerintahan dalam meningkatkan efektivitas implemen-

tasi kebijakan otonomi daerah (Studi di Propinsi DKI Jakarta).

Bandung: Pascasarjana Unpad.

Dokumen-dokumen

Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Tahun 2003-2007.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah;

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah;

DAFTAR PUSTAKA

Page 171: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional;

UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

ASEAN Vision 2020 ASEAN Arrangement for SMEs

Report of the ASEAN Smal and Medium Enterprises Agencies

Working Group

Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1998 tentang

Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan untuk Usaha Kecil

dan Bidang Jenis Usaha yang Terbuka untuk Usaha

Menengah atau Usaha Besar dengan Syarat Kemitraan

Keppres Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Ratifikasi Pemerintah

RI terhadap skema CEPT dalam kerangka AFTA.

Keputusan Menlu RI Nomor SK.03/A/OT/X/2003/01 tentang

Panduan Umum Tata Cara Hubungan Luar Negeri oleh

Daerah;

Keputusan Menkeu RI No. 392/KMK.01/2003 tentang Penetapan

Bea Masuk Atas Impor Ba rang dalam Rangka Skema CEPT

Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 21 Tahun 2004 tentang

Pedoman Kerjasama antara Daerah Dengan Pihak Luar

Negeri.

156 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 172: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Indeks

A Abidin, 47 Abimanyu, 51 accomplishment,16,17 adat, 130 adit 54 administrasi, 5, 11, 12, 15, 19,

21, 32, 55, 56, 57 administrasi publik, 32, 57 administratit 5, 57, 108 administrator, 26 AEM, 3,4 afekti( 33 AFTA, 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11. 12,

23, 44, 48, 50, 56, 57, 58, 59, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 100, 102, 103, 104, 105, 106. 107, 108, 110, 111, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 139

agregasi, 44

agresit 87

Agribisnis, 62, 63, 64, 65, 71, 74

agrobisnis, 7, 8, 9, 72,117

agroindustri, 7, 8, 9

akselerasi, 63

akselerator, 64

akses pasar, 49, 52, 75

aktor, 20, 24,134

akumulatit 93

alami, 33, 85, 86

alih teknologi, 49

alternatif, 63

AMAF, 4

Amang, 52

ambisius, 50

analisis, 13, 15, 28, 44, SS, 56,

59,112

Anderson, 56, 57

anggaran, 95, 108, 109

anjuran, 55, 56

Anugerah, 48

INDEKS 1157

Page 173: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

APBD, 122

APEC, 48, 131, 132

argumen, 47, 55, 56

ASEAN, 1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 12,

56, 57, 84, 90, 91, 92, 97,

98, 105, 128, 132, 135

ASEAN Vision, 132

Asia Tenggara, 2, 5, 7, 9, 56, 57,

98, 100, 106, 117, 118,

124, 128, 129

Asisten Daerah, 100

aspek regional, 6

asumsi, 22, 29, 125

autarky, 46

authority, 107

Ayat, 6

B badan, 6, 25, 26, 30, 36, 127

Badan Litbangda, 96

badan pelaksana, 25, 26, 30

badan usa ha, 6, 127

bahan baku, 9, 37, 46, 66, 73, 86

bahan kimia, 4

Bali, 62

Bandung, 67, 69, 78, 79, 80, 81,

106,110

Banjar, 79, 106

Banten, 61

bawang putih, 10, 81, 82 bayam, 80, 82

Bea Masuk, 58

Bekasi, 78, 79, 80, 104, 105, 110

Bennet, 56, 57

Biro pelaksana koordinasi, 100

birokrasi, 22, 23, 32, 41, 42, 43,

44, 59, 95, 96, 122, 124, 125, 126, 127, 128, 129

bisnis, 8, 74, 76, 77, 87, 92, 126,

131

Bogor, 79, 80, 81, 110, 131, 132

Bottom-up, 17

Brunei, 3, 4

budaya, 36, 76, 92

Bud iono, 49

Bukit Barisan, 62

Buncis, 80, 82

C

Cabe, 81

CEPT, 2, 3, 4, 5, 10, 58

Chacholiades, 45

Chaves, 46

China, 70

Ciamis, 67, 78, 79, 80, 106, 110

Cianjur, 78, 79, 80, 81

Cikarang-Bekasi, 104

Cilembu, 131

Cirebon, 70, 78, 81, 105, 110

compensating policy, 48, 49

competing, 14

consensus, 20

Cooper, 18

D daerah, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 41, 58,

61, 62, 73, 78, 84, 87, 90, 91, 96, 98,101, 102, 104,

105, 107, 109, 110, 117,

158 1 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 174: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

124, 126, 127, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135,

136, 137, 138, 139

dasar hukum, 7

dedikasi, 38

defisit, 49

Deklarasi Bogor, 131, 132

dengan luar negeri, 5, 7, 129,

130, 135, 139

Departemen Dalam Negeri,

137, 138

Departemen Luar Negeri, 5, 6,

84, 91, 111, 137, 138,

139

Departemen Perdagangan

Republik Indonesia, 90

Depok, 79

deregulasi, 47, 52

determinan, 46

development policy, 48,49

devisa, 8, 48

Dewan Perwakilan Rakyat, 90,

137

diklat, 102

dimensi administrasi, 11

dimensi politis, 11

dinamis, 55, 85, 128

Dinas, 10, 63, 64, 88, 90, 91, 94,

95, 96, 97, 98, 99, 100,

101, 102, 103, 104, 105,

107, 108, 109, 110, 111, 118, 119, 120, 121, 122,

123, 124, 125, 126, 127

Dinas Industri dan Perdagang-

an, 63, 64, 88, 9L 94, 95,

96, 97, 98, 99, 100, 101,

102, 103, 104, 107, 108, 109, 110, 111, 118, 120, 122, 125, 126, 127, 128

Dinas Perdagangan, 90, 110

diplomasi, 7, 129, 134, 135

direktoratjenderaf, 92

disiplin, 55, 101

diskriminatif, 38

disposisi, 40, 43, 44, 59, 103,

117, 122, 123

Disposisi, 40,117

distorsi, 50, 93, 95, 96

distribusi, 9, 37, 47, 52, 53, 68,

73, 75, 76, 87, 110

domestik, 8, 45, 46, 51, 53, 64,

77

DPRD, 124, 137

Dunn, 55, 56

E Edward 32, 33, 37,

44, 59, 100

efektif, 5, 18, 19, 22,

39, 40, 56, 73,

95, 116

efektivitas, 26, 47, 59,

40,

26,

75,

64

41,

28,

76,

42,

37,

87,

efisiensi, 28, 42, 47, 49, 50, 54,

64, 77, 84, 86

Ekonomi, 3, 4, 6, 7, 72

ekonomi makro, 108

eksekusi, 16, 17, 21, 23

eksekutit 57, 58, 90, 122, 127

ekspor, 8, 46, 47, 48, 51, 52, 54,

64, 68, 69 ,70, 73, 75 ,76,

77, 86, 106, 110, 123

INDEKS 159

Page 175: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

HPS, 69

hubungan, 5, 6, 7, 11, 15, 17, 23,

28, 29, 30, 32, 39, 59, 74,

90, 91, 129, 130, 133,

136, 138

Hubungan, 6, 7, 8, 14, 17, 25,

30, 58, 135, 136, 137,

139

hubungan kausal, 28, 29

hubungan kausalitas, 25, 30

hubungan luar negeri, 5, 6, 7,

11, 133, 136, 138

hukum, 6, 7, 130, 133, 136

I Ibrahim, 33, 34, 35

IKM, 66, 75

IMA, 66, 67, 68

imajinasi, 38

immediate inclusion, 4 Implementasi, 2, 11, 13, 14, 17,

19, 20, 21, 22, 30, 32, 39, 57, 59, 98

Implementasi kebijakan, 13,

14, 19, 30, 32, 39, 98

implementasi liberalisasi, 53

implementator, 16, 19, 20, 34,

38, 39, 40, 41,105

implementator kebijakan, 34,

38, 40, 41

implementor, 17, 21, 58, 88, 89,

91, 92, 96, 98, 100, 101,

103, 104, 106, 108, 118,

119, 120, 121, 122

impor, 5, 52, 69, 73, 110

Impor, 58, 69

Inclusion list, 10

India, 131, 132

indikator, 84

Indonesia, 1, 2, 5, 6, 7, 10, 11,

12, 15, 44, 45, 47, 49, 50,

51, 52, 57, 61, 64, 70, 84,

85, 86, 90, 91, 112, 129

Indramayu, 70, 78, 79, 80, 105

Indrawati, 50, 51

industri, 15, 49, 52, 62, 64, 65,

66, 67, 69, 71, 73, 74, 75,

76, 77, 85, 86, 95, 96,

117, 123

informal, 7

informan, 94, 108, 19, 120, 127

informasi, 9, 28, 29, 33, 34, 35,

39, 55, 63, 69, 71, 72, 73,

75, 83, 84, 89, 91, 92, 93,

95, 97, 99, 100, 102, 103,

105, 107, 111, 115, 116,

119, 123, 129, 132

inovasi, 9, 38, 76

Insentif, 41

insinyur, 86

instansi, 5, 30, 88, 90, 92, 101,

119, 121, 122, 126

institusi, 24, 74, 88, 97, 111, 128

Institusiona I, 59

institutional arrangement, 44,

59

intervensi, 46 inventif, 87

investasi, 1, 49, 50, 52, 66, 72, 73, 85

investor, 85, 104, 119

1NDEKS 161

Page 176: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

elaborasi, 129

elastisitas, 83 elite, 14

empati, 38

entrepreneurship, 87

Erwidodo, 48, 51

etnis, 98

etas kerja, 86

evaluasi, 17, 23, 35, 55, 56, 71,

88, 122

F faktor, 8, 15, 24, 29, 32, 33, 35,

37, 40, 41, 42, 43, 48, 51,

53, 54, 75, 76, 77, 83, 84,

85, 89, 91, 95, 96, 98, 99,

100, 117, 123, 127, 128,

129, 130

Fast Track, 2

Filipina, 3, 4, 10

first track diplomacy, 7 Fliegel, 34

fluktuasi, 83, 113

forMulasi, 55, 56, 57

fragmatis, 107

Fragmentasi, 43, 126, 127

G gagal, 26, 29

gagasan, 38 gap, 10„22

Ga rut, 78, 79, 80, 81,106

GATT, 48, 50, 51 GDN, 104

Gedung Sate, 95, 122

General exception list, 10 geografis, 62, 131

global, 1, 45, 48, 55, 66, 72, 73,

77, 85, 86, 89, 116, 130

globalisasi, 45, 95, 116

Grind le, 14, 16, 23,24

Gubernur, 8, 58, 91, 104, 105,

135, 136, 137

Gudang, 71

Guia, 10, 98

Gunn, 18, 24, 25, 26, 27, 29, 30,

31

H HACCP, 66 Hadi, 47

hak, 107, 109, 130, 131, 136

Hak Properti Intelektual, 50

HAKI, 9

Hambatan, 2, 5, 26, 35

hambatan politic, 26

harga, 46, 47, 49, 50, 51, 53, 54,

63, 68, 69, 83, 84, 86,

112, 113, 115

harmonisasi, 56

Harpowo, 33

hijau, 78

Hogwood, 18, 24, 25, 26, 27, 29,

30, 31

Holding Company, 77

honorarium, 41

Hood, 19

Hoogerwerf, 31, SS

Howlet, 13

160 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 177: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

isu, 76, 94, 95, 104, 124, 125,

127

jabatan, 121, 125

jagung, 78, 82

Jakarta, 69, 91, 113, 114

jaringan, 38, 65, 67, 71, 73, 75,

77, 87, 123, 132

jasa, 1, 7, 46, 53, 54, 62, 68, 73,

74, 84, 98

Jawa Ba rat, 7, 8, 9, 10, 11, 58, 59,

61, 62, 63, 64, 65, 67, 69,

70, 71, 72, 73, 78, 79, 80,

81, 82, 84, 85, 86, 87, 88,

89, 91, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 103,

104, 105, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114,

115, 117, 118, 119, 120,

121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130,

131, 132, 133, 135, 139

Jawa Tengah, 62

Jepang, 53

Jones, 55

K Kabupaten, 12, 78, 79, 80, 110,

131, 137

kacang, 78, 79

Kadin, 7, 96

KADINDA, 10, 89 kangkung, 79

Kanyasa, 48

kapital, 37, 53

Karawang, 78, 79, 80,105

Kawasan Industri, 104

Kawasan perdagangan, 2, 76,

104

kebijakan, 5, 9, 11, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,

30, 31, 32, 33, 34, 35, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,

45, 47, 48, 49, 52, 55, 56,

57, 58, 59, 69, 90, 91, 92,

93, 94, 95, 97, 98, 99,

100, 101, 102, 103, 104,

105, 106, 107, 110, 111,

117, 118, 119, 120, 121,

122, 123, 125, 126, 127,

128, 129, 133, 135, 138,

139

Kebijakan, 13, 19, 25, 28, 29, 39,

48, 52, 55, 57, 58, 83, 90, 104, 110

kebijakan harga, 49

kebijakan internal, 45

kebijakan proteksi, 52

kebijakan publik, 11, 14, 23, 24,

25, 31, 32, 39, 56, 57, 58,

135

kebijakan regional, 56, 57

kebijakan subsidi, 49

Keju, 67

Kembang kol, 82

kemiskinan, 53

kendala, 9, 25, 26, 45, 46, 47, 48, 91, 97

162 I LIRERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 178: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Kentang, 82

Kepala Biro, 108, 122

kepala daerah, 101

Kepala Daerah, 91, 95,108, 137,

138, 139

kepentingan, 9, 20, 22, 24, 45,

53, 54, 56, 57, 92, 98, 99,

105, 115, 121

kepercayaan, 17

Keppress, 58

keputusan, 6, 13, 35, 40, 42, 46,

50, 89, 90, 92, 126, 127,

129

Keputusan Gubernur, 8, 58,

104, 105, 135

Keputusan Menkeu, 58

Keputusan Menlu, 8, 58

kerjasa ma, 1, 6, 7, 12, 45, 50, 71,

105, 129, 130, 133, 135,

136, 138, 139

Keterbukaan pasar, 47

ketimun, 79

keuangan, 7, 9,122

kewenangan, 25, 39, 103, 107,

108, 110, 122, 126, 136,

137, 138

Kindleberger, 46

kinerja, 37, 40, 41, 43, 84, 88,

128

klausul, 51

koalisi, 22

kognitif, 33

komitmen, 2, 15, 18, 31, 32, 48,

54, 76

Komoditas, 3, 10, 11, 111 komoditas agro, 45, 70, 78, 94,

95, 99, 102, 103, 120, 121, 122

Komoditi, 71, 112

komparatif, 8, 66, 72,

kompetensi, 41, 133,

85, 86

135

kompetitif, 41, 49, 50, 66, 72,

77, 85, 86

kompleks, 30

komprehensif, 43, 119, 125,

129, 131

komunal, 130

Komunikasi, 8, 25 33, 35

komunikator, 34, 35, 36, 37

kondusif, 9, 72, 76,122, 127

Konferensi, 1

konsekwensi, 45, 58

konsensus, 99 konsistensi, 33

konsumen, 40, 50, 68, 74, 76,

78, 84, 116

konteks, 10, 11, 23, 85, 93,131

kontemporer, 116

kontrak, 116, 136

konvensional, 116

koordinasi, 7, 19, 25, 41, 43, 62,

65, 100, 120, 137, 138,

139

koordinatif, 91

kota, 53

Kota, 12, 58, 67, 70, 72, 79, 80,

106, 110, 113, 132, 137

kreatifitas, 38 krusial, 32

KTT, 1, 90

Kubis, 82 KU D, 89

INDEKS 1 163

Page 179: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Kuningan, 70, 78, 80, 81, 105,

110

L Labu siam, 82

Lane, 13, 14, 16, 17, 19, 21, 22

Legislatit 57, 122

lembaga, 6, 7, 30, 96, 100, 106,

119, 124, 126, 127, 138

lembaga negara, 6

liberalisasi, 1, 45, 46, 47, 48, 49,

50, 51, 52, 53, 92, 132

liberalisasi perdagangan, 1, 45,

47, 49, 50, 51, 52, 53,

132

Lindert, 46

lingkungan hidup, 53,116

lintas kultur, 36

lisensi, 52

lobak, 81

logistik, 9

loyalitas, 116

LSM, 6, 134

luar negeri, 5, 6, 7, 8,

64, 68, 69, 70,

11, 12,

77, 85,

46,

87,

90, 92, 102, 104, 105,

117, 129, 130, 131, 133,

135, 136, 138, 139

Luar Negeri, 5, 6, 7, 8, 58, 68, 69,

84, 87, 91, 105, 111, 118,

133, 135, 136, 137, 138,

139

M Majalengka, 78, 79, 80, 81, 105 makro ekonomi, 9

manajer, 86

manajerial, 9, 13

manufaktur, 2, 10, 53, 62, 66, 86

manusia, 8, 9, 37, 40, 54, 73, 96,

100, 101, 102, 103, 116,

125, 130

Margin of Preference, 5

Masalah, 15, 34, 35

Masyarakat, 92, 116

mata rantai, 25, 30

Mazmanian, 19, 22, 23

Medan, 70

media massa, 102

rnekanisme, 46, 50, 105, 106, 109, 113, 129

merk, 76

mesin, 4, 37, 67

MFN, 132

mikro, 13, 54

Misi, 64, 73

mismanajemen, 9

monopoli, 50

Montesquieu, 57 MOP, 5

morfologi, 62

motivasi, 41, 86

MSTQ 9

mutasi, 97, 102, 121, 122

mutu, 9, 66, 69, 70, 76, 87

mutually benefited, 46

164 I LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 180: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

N nasional, 5, 6, 7, 10, 15, 45, 47,

50, 54, 57, 58, 62, 69, 77,

84, 86, 90, 92, 104, 116,

117, 129, 138

Nasional, 5, 8, 58, 104

negatif, 47, 51, 53, 92,121

netto, 51

networking, 9, 38

nontarif, 45, 47, 48, 52

Normal Track, 2

Nusa Tenggara, 62

0 observasi, 94, 106, 113, 125

oligarki, 98

Opak, 67, 68

opini, 108

optimal, 27, 28, 36, 65, 115

Organisasi, 134

organisasi masyarakat, 6

organisasional, 23, 40, 43

otonomi, 5, 12, 84, 90,130

otonomi daerah, 5, 12, 84, 90,

130

otoritas, 19, 43,110

otoriter, 23

outcome, 14, 16, 17, 19, 21, 22

p Padi, 82

pajak, 51 panen, 81, 83,113

Pangestu, 48

parpol, 98

partisipasi, 45, 46

Pasal, 6

pasar, 1, 8, 9, 45, 46, 47, 48, 49,

50, 52, 53, 54, 55, 63, 64,

66, 68, 69, 70, 75, 76, 77,

83, 84, 85, 86, 87, 88, 89,

99, 102, 105, 106, 107,

112, 113, 114, 115, 116,

121, 125, 132

pasar bebas, 99, 105, 106, 107, 121, 125

pasar domestik, 8, 45, 46, 53, 64

pasar internasional, 1, 45, 46, 47, 54, 77

Paul A. Sabatier, 13, 122

PDRB, 73, 75

peja bat, 17, 42, 91, 107, 127

pekerja, 86

pelaku pasar, 84, 89, 102

pelayanan, 9, 38, 40, 59, 106,

116, 118, 119, 128, 129,

133

pelayanan publik, 38, 59, 119,

129, 133

pemasaran, 9, 64, 68, 74, 78, 83, 84, 98, 114, 116

pembentukan, 1, 48, 57, 90, 104, 133

pembuat kebijakan, 21, 26, 29, 117, 118

pemerintah, 5, 6, 7, 13, 33, 37, 47, 48, 49, 51, 52, 54, 57,

62, 74, 86, 87, 90, 91, 96,

INDEKS 1 165

Page 181: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

97, 98, 99, 101, 103, 109,

110, 124, 127, 133,134

pemerintah daerah, 5, 87, 90,

91, 96, 98,101, 103, 109, 110, 124, 127, 133

Pemerintah Daerah, 6, 58, 91,

108, 124, 133, 136, 137

pemerintah pusat, 97, 134

penetrasi, 97

penilaian, 55, 56

peralatan, 37

peraturan, 6, 11, 22, 51, 103,

105, 135

percaya diri, 34

Perda, 58, 91

perdagangan bebas, 2, 7, 8, 9,

32, 89, 91, 92, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 100, 102, 104, 111, 117, 118, 119, 120,

124, 128, 129

perdagangan dunia, 47, 132

perilaku, 23, 33, 40, 107, 119,

123

perindustrian, 64, 71, 72

perintah, 40, 90, 92, 107, 108,

110

perjanjian, 48

Permasalahan, 11, 63

Perpu, 58

persepsi, 89, 93, 94, 96, 97, 125

personalia, 40

perspektif, 12, 19, 21

pertanian, 2, 4, 5, 8, 9, 10, 11,

48, 49, 50, 51, 53, 59, 62, 64, 73, 74, 77, 83, 87, 85, 86, 88, 89, 96, 97, 100,

102, 105, 106, 107, 108, 111, 115, 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124, 125, 127, 128, 129

Pertanian, 4, 10, 11, 89, 99, 108, 119, 120, 121

perubahan, 18, 20, 21, 23, 42,

57, 74, 94, 122, 125, 126,

128, 136

perumusan kebijakan, 18, 19,

20

perundang-undangan, 6, 50

perwakilan, 5, 138

pesan, 34, 35, 36, 88, 89, 92, 93,

95, 97

petani, 9, 49, 53, 59, 63, 81, 89,

92, 93, 94, 98, 99, 103, 105, 107, 112, 113, 14,

115, 121, 129 pionir, 13

plastik, 4

policy achievement, 17

policy level, 24

policy maker, 21

politik, 6, 7, 14, 15, 16, 18, 21,

87, 94, 98, 108, 109, 126,

128, 133

politis, 11, 86, 109, 134

Porter, 54

potensi daerah, 6, 8, 117, 130,

133 PPED, 70

PPKA, 111, 112

presider, 90

primer, 72, 74, 86 Pk!, 69

166 LIBERALISA51 PERDAGANGAN AGRO

Page 182: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Problem, 11, 38

produksi, 9, 37, 46, 47, 49, 50,

53, 54, 63, 65, 66, 67, 71,

75, 78, 79, 83, 84, 86, 87,

89, 105, 113, 119

program, 13, 14, 15, 16, 18, 20,

21, 22, 24, 25, 27, 32, 56,

64, 71, 108, 109, 118,

135, 137

promotif, 48

proposal, 109, 122

prosedur, 5, 42, 52, 129, 135,

136

proses implementasi, 5, 13, 17,

18, 20, 21, 23, 31, 41, 43

proteksi, 10, 47, 50, 52, 86, 121

protektif, 48

Pulau Jawa, 61, 62

Purwakarta, 78, 79, 80, 81,110

pusat, 5, 6, 7, 41, 49, 58, 67, 71,

95, 101, 117, 118, 122,

123,134

Putaran Uruguay, 48, 50

R Ramesh, 13

ratifikasi, 48, 50, 58, 90

realistik, 94

realistis, 29

realokasi, 75, 76

reformasi, 5, 52

reformulasi, 20

regim, 24, 94

regional, 1, 6, 12, 45, 56, 57, 72, 74, 75, 77

regulasi, 64, 72, 73

Rencana Kerja, 109 rent seeking, 49

Resi, 71

responsibility, 17

revitalisasi, 73, 75

revolusi, 46

rezim, 46

5,6, 8, 58, 91, 118,

Riau, 69

9, 54

RJPM, 75

rumusan kebijakan, 13, 18

S Sabatier, 13, 14, 19, 22, 23

saintis, 86 sanksi, 57

Santoso, 28

sasaran, 13, 15, 18, 22, 23, 31,

32, 43, 50, 55, 56, 58, 88, 116

Sawi, 80

Sawit, 52

Schermerhorn, 33, 35

SDM, 85, 86, 99, 101, 109

second track diplomacy, 7

Sekda, 108

Sekretariat Nasional, 5

selektif, 40, 96, 97

semantik, 35

sembrono, 29

sempurna, 19, 22, 24, 25,30, 94

Sensitive list, 10

sentralistik, 23

INDEKS 1167

Page 183: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Sertifikasi, 63, 76

Simanjuntak, 37

simbolisme, 21

sinergi, 6

sinergitas, 65

Singapura, 10, 71, 90,132

sinkronisasi, 56, 62, 138

sistem, 15, 41, 46, 52, 55, 63, 64,

66, 68, 71, 72, 73, 74, 75,

76, 77, 83, 87, 90, 98,

104, 13, 114, 115, 116,

123, 129, 133

SITU, 127

skala, 1, 46, 87, 129

skill, 20, 100, 116

SNI, 70

solid, 87 SOP, 41, 42, 43, 124, 125, 126,

127

sosial, 15, 87, 98, 116, 128, 134

Sosialisasi, 69, 70, 89

SOTK, 91, 120, 124, 126 spesialisasi, 46, 102

stabil, 37, 39

standar, 9, 23, 51, 66, 99, 108,

125

standar mutu, 9, 66

strategi, 24, 44, 59, 114, 134

strateg is, 37, 41, 62, 128, 134

struktur, 15, 18, 19, 20, 32, 41,

42, 43, 44, 51, 54, 57, 59,

65, 67, 74, 75, 87, 90, 91,

92, 95, 98, 100, 101, 102,

104, 124, 125, 126, 127,

128, 133

struktur birokrasi, 32, 41, 42,

43, 44, 59, 124, 125, 126,

127, 128, 129

struktur organisasi, 15, 18, 87,

124, 126, 128

Su ba ng, 70, 78

Sub-Dinas, 94, 124

Sudiyono, 33

Sulawesi, 62

Sumatera, 62

sumber daya manusia, 8, 9, 40,

54, 100, 101, 102, 103,

116, 135

Sumedang, 67, 78, 79, 80, 81,

131

Sunggono, 31

Supply Chain Management, 76

surplus,49 survey, 114, 115

Su ryana, 48

Susilowati, 46

Swanson, 34

swasta, 13, 39, 87, 14, 134

syarat dasar, 23

T tanah, 37, 78, 81, 130, 131

tanggungjawab, 17, 18, 43,136

tarif, 2, 3, 5, 10, 45, 47, 48, 52

Tasikmalaya, 67, 78, 79, 80, 81,

106

Tebu, 98

teknologi, 9, 20, 22, 39, 46, 49,

5L 54, 66, 73, 74, 76, 85,

86,132

teknologi program, 20

168 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Page 184: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

telekomunikasi, 46

tembusan, 91

Temporary exclusion list, 10

tengkulak, 98

teori kausalitas, 25

teori liberalisasi, 53

terobosan, 5, 6

terong, 79

Thailand, 3, 4, 10, 132

timpang, 53

Tomat, 80, 82

top-down,14, 19, 23, 58

Top-down, 17, 22

transaksi, 63, 68, 84, 112, 113,

114, 115, 116

transformasi, 55, 93

transmisi, 33, 88, 93,100 Transmisi, 93

transparan, 87, 112

transportasi, 9, 46, 73, 74, 83

trial and error, 9 TRIPs, 130, 131

trust, 17

trust side, 17

tujuan, 7, 12, 13, 16, 17, 18, 19,

20, 21, 22, 23, 25, 27, 28,

31, 32, 38, 40, 49, 51, 54,

55, 56, 77, 89, 95, 118,

119, 136

U ubi jalar, 67, 69

Undang-Undang, 7, 8, 58, 90

unilateral, 45

upah, 54, 86

urbanisasi, 53

Uruguay, 48, 50

V

Van Horn, 18

Van Meter, 18

variabilitas, 8

Visi, 64

vulkanis, 62

w Wahab, 25, 26, 29

warganegara, 17

wawancara, 84, 89, 91, 94, 103,

105, 118, 121, 127, 129

Wibawa, 22

Wildaysky, 30

WIPO, 130, 132

WTO, 48, 50, 130, 132

Yogyakarta, 70

Yudikatif, 57

zona ekonomi, 104

INDEKS 169

Page 185: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.

Obsatar Sinaga adalah dosen Pascasarjana Universitas Padjajaran. Laa ri

di Deli Serdang 17 April 1969. Setelah menamatkan sekolah menengah di

SMA Negeri 8 Bandung, melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Padjajaran dalam bidang Ilmu Hubungan Internasional

dan merah gelar sarjana Ilmu politik (S.IP). se-tamat S-1, melanjutkan studi

ke jenjang strata 2 (S-2) dengan mengambil Administrasi Publik dan S-3

pada Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Berhasil memperoleh

gelar Magister Sains (M.Si), serta gelar Doktor (Dr) Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik dari Program Pascasarjana Universitas Padjajaran.

Riwayat pekerjaan pria yang akrab disapa Obi ini antara lain: Wartawan HU

Mandala, Kepala Wartawan Hu Bandung Pos, Pemimpin Perusahaan Hu

Bandung Pos, Branch Manager Maranu International Finance, Staf Ahli

Walikota Bandung, Staf Ahli Bupati Kabupaten Tabanan Bali.

Sejak studi, dikenal sebagai penulis artikel/kolumnis yang produktif, tajam

namun kadang menggelitik secara cerdas di beberapa media massa dalam

dan luar negeri. Ia semakin dikenal dan diminati luas karena sering tampil

sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan seminar, diskusi dan

pertemuan ilmiah.

Selain itu, Obi aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mulai organisasi

kepemudaan, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi dalam bidang

olahraga. Beberapa jabatan strategis yang pernah dan sedang dijalaninya

antara lain: Ketua KNPI Kota Bandung, Ketua Pemuda Panca Marga

Bandung, Wakil Sekretaris Pemuda Panca Marga Jawa Barat, Sekretaris

Patriot Panca Marga Jawa Barat, Sekjen Persatuan Golf Indonesia (PGI) Jawa

Barat, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) KONI Jawa Barat, Wakil

Ketua Pemuda Panca Marga Jawa Barat, Wakil Ketua Depidar SOKSI Jawa

Barat dan Sekjen Ormas MKGR Jawa Barat. Sekarang menjabat Ketua 1 Koni

Jabar.

h

158 LIBERALISASI PERDAGANGAN AGRO

Riwayat Singkat Penulis

Page 186: LIBERASI GAN AG RO - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/14_liberalisasi_perdagangan_argo.pdf · kupi perdagangan intra-regional ASEAN juga akan dihilangkan.