LHP BPK Manejemen Aset Kota_Tangsel

107
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS MANAJEMEN ASET PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DI SETU BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BANTEN Nomor : 04/LHP/XVIII.SRG/04/2014 Tanggal : 14 April 2014

description

LHP BPK Manajemen Aset Kota Tangerang Selatan

Transcript of LHP BPK Manejemen Aset Kota_Tangsel

  • BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

    ATAS

    MANAJEMEN ASET

    PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

    DI

    SETU

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BANTEN

    Nomor : 04/LHP/XVIII.SRG/04/2014

    Tanggal : 14 April 2014

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI..................................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL............................................................................................................. iii

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... iv

    SIMPULAN PEMERIKSAAN........................................................................................ v

    BAB I. GAMBARAN UMUM................................................................................... 1

    1.1. Dasar Pemeriksaan.................................................................................... 1

    1.2. Tujuan Pemeriksaan.................................................................................. 1

    1.3. Jenis Pemeriksaan..................................................................................... 1

    1.4. Standar Pemeriksaan................................................................................. 1

    1.5. Metodologi Pemeriksaan.......................................................................... 1

    1.6. Objek Pemeriksaan................................................................................... 2

    1.7. Cakupan Pemeriksaan.............................................................................. 2

    1.8. Batasan dan Kendala Pemeriksaan........................................................... 2

    BAB II HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN

    INTERN......................

    3

    BAB III HASIL PEMERIKSAAN.............................................................................. 7

    3.1 Perencanaan

    Terdapat Perencanaan Barang Yang Tidak Sesuai Kebutuhan pada

    Dinas Pendidikan.....................

    7

    3.2 Penggunaan

    Barang Milik Daerah dari Pengadaan Tahun 2009 2012 Belum

    Ditetapkan Status Penggunaannya............

    9

    3.3 Pemanfaatan

    3.3.1 Pengelolaan Kerjasama Pemanfaatan BMD Belum Tertib dan

    Terdapat Potensi Penerimaan atas Retribusi Pemakaian Kekayaan

    Daerah atas Tanah untuk Sarana Pelayanan Umum yang Belum

    Dipungut Minimal Sebesar Rp318.301.140,00

    10

    3.3.2 Kerja sama Pemanfaatan Aset Tanah di Komplek Segitiga Ciputat

    Tidak Menguntungkan dan Menjamin Keamanan Aset

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan ...

    14

    3.4 Pengamanan

    3.4.1 Aset Tanah yang Tercatat pada Buku Inventaris Seluas 7.180 M2

    Sebagian dikuasai Pihak Lain .

    19

    3.4.2 Tanah Eks Kekayaan Desa Minimal Seluas 756.213 M2 dan

    Senilai Rp363.519.462.000,00 Belum Tercatat Dalam Buku Induk

    Inventaris Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan ...............

    21

    3.5 Penilaian

    Penilaian Aset Dinas Pendidikan pada Kartu Inventaris Barang dan

    Buku Induk Inventaris Kurang Akurat..................

    25

    3.6 Penatausahaan

    Pencatatan Aset pada Kartu Inventaris Barang dan Buku Induk

    Inventaris Kurang Akurat..

    28

    3.7 Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU)

    3.7.1 Penatausahaan Penyerahan PSU Perumahan dan Permukiman

    Belum Tertib ..................................................

    33

    3.7.2 Aset Perolehan PSU dari Pengembang Seluas 4.934.082,83 M2

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten ii

    Senilai Rp6.158.861.689.790,00 Belum Tercatat Dalam Daftar

    Aset .........................................................

    39

    3.7.3 Pemanfaatan Aset Perolehan PSU Oleh Pihak Ketiga Tanpa Ijin

    Berindikasi Kerugian Daerah Sebesar Rp10.413.476.215,80..........

    46

    LAMPIRAN

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten iii

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1.1 Aset Tetap per 30 Juni 2013 2

    Tabel 3.1 Rincian Fasilitas Komersil dan Non Komersil 12

    Tabel 3.2 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Belum Tercatat dalam KIB A 22

    Tabel 3.3 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan

    22

    Tabel 3.4 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pihak Lain 23

    Tabel 3.5 Buku Inventaris Tanah Per 31 Desember 201 27

    Tabel 3.6 Nilai Aset pada Buku Induk Inventaris Tahun 2012 31

    Tabel 3.7 Pengembang Yang Sudah Selesai Pembangunannya Tetapi Belum

    menyerahkan PSU

    36

    Tabel 3.8 Pengembang yang Menyerahkan PSU Tahun 2009 - 2013 37

    Tabel 3.9 PSU Perolehan Penguasaan Sepihak 37

    Tabel 3.10 BAST PSU PT. BSD, Tbk kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang 40

    Tabel 3.11 PSU Perolehan dari Perumahan Alam Sutera 42

    Tabel 3.12 PSU Perolehan dari Perumahan Pamulang Permai I 43

    Tabel 3.13 Perbedaan BAST dan KIB pada Perumahan Pamulang Permai I 43

    Tabel 3.14 PSU Perolehan dari Perumahan Pamulang Permai II 44

    Tabel 3.15 Perbedaan BAST dan KIB pada Perumahan Pamulang Permai II 44

    Tabel 3.16 PSU Perolehan dari Perumahan Pamulang Permai II 44

    Tabel 3.17 Perbedaan BAST dan KIB pada Perumahan Pamulang Permai II 45

    Tabel 3.18 PSU Perolehan dari Perumahan Taman Sari Pesona Bali 45

    Tabel 3.19 Surat Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Parkir PT. BSD, Tbk 48

    Tabel 3.20 Surat Penunjukkan Kerjasama PT. Satria Dharma Nusantara (Satria

    Parking) selaku Pengelolaan Parkir Ruko Sutera Niaga

    51

    Tabel 3.21 Omzet Parkir PT. SDN pada Ruko Sutera Niaga I, II dan II 52

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten iv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Daftar Kerja Sama Penggunaan PSU Oleh Pihak Lain

    Lampiran 2 Tanah Eks Kekayaan Desa yang Dikuasai Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan dan Pihak Lain

    Lampiran 3 Rekapitulasi Peralatan dan Mesin Dengan Nilai Tidak Wajar

    Lampiran 4 Perbandingan Luas Tanah Dalam KIB dengan Luas Penetapan

    Status Eks Kabupaten Tangerang

    Lampiran 5 Daftar Pengembang yang Sudah Selesai Pembangunannya Tetapi

    Belum Menyerahkan PSU

    Lampiran 6 Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas

    Sosial Perumahan Bumi Serpong Damai dari PT. Bumi Serpong

    Damai Kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

    Tangerang

    Lampiran 7 Potensi Penerimaan Dari Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    Atas Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten v

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS

    MANAJEMEN ASET TETAP

    PADA

    PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pengguna Laporan : Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

    (BPK) dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

    Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah

    melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas Manajemen Aset Tetap pada Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan di Setu. Pemeriksaan ini bertujuan untuk (1) menilai apakah Sistem

    Pengendalian Intern atas manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah telah memadai, (2)

    menilai apakah informasi keuangan terkait manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah

    telah disajikan secara wajar, dan (3) menilai apakah manajemen aset/pengelolaan barang milik

    daerah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan kami laksanakan sesuai

    dengan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK RI, yang meliputi prosedur-prosedur

    yang kami pandang perlu sesuai dengan keadaan.

    Dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK RI menemukan 12 (dua belas) temuan pemeriksaan atas

    Manajemen Aset pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan, antara lain:

    1. Pengelolaan Kerjasama Pemanfaatan BMD Belum Tertib dan Terdapat Potensi Penerimaan

    atas Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Tanah untuk Sarana Pelayanan Umum

    yang Belum Dipungut Minimal Sebesar Rp318.301.140,00;

    2. Kerja sama Pemanfaatan Aset Tanah di Komplek Segitiga Ciputat Tidak Menguntungkan

    dan Menjamin Keamanan Aset Pemerintah Kota Tangerang Selatan;

    3. Aset Tanah yang Tercatat pada Buku Inventaris Seluas 7.180 M2 Sebagian dikuasai Pihak

    Lain;

    4. Tanah Eks Kekayaan Desa Minimal Seluas 756.213 M2 dan Senilai Rp363.519.462.000,00

    Belum Tercatat Dalam Buku Induk Inventaris Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan;

    5. Aset Perolehan PSU dari Pengembang Seluas 4.934.082,83 M2 Senilai

    Rp6.158.861.689.790,00 Belum Tercatat Dalam Daftar Aset; dan

    6. Pemanfaatan Aset Perolehan PSU Oleh Pihak Ketiga Tanpa Ijin Berindikasi Merugikan

    Daerah Sebesar Rp10.413.476.215,80.

    Berdasarkan pemeriksaan kami, Pemerintah Kota Tangerang Selatan seperti yang telah kami

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten vi

    sebutkan di atas menunjukkan bahwa manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah belum

    sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

    Barang Milik Negara/Daerah beserta perubahannya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan peraturan

    lainnya yang digunakan sebagai kriteria dalam pemeriksaan ini.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 1

    BAB I

    GAMBARAN UMUM

    1.1 Dasar Pemeriksaan

    a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI;

    b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara;

    d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

    1.2 Tujuan Pemeriksaan

    Pemerikaan atas Manajemen Aset pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan bertujuan

    untuk menilai apakah :

    a. Sistem pengendalian intern atas manajemen aset telah dirancang secara memadai untuk

    mencapai tujuan pengendalian secara efektif;

    b. Informasi keuangan terkait manajemen aset telah disajikan secara wajar dalam semua

    hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan diterapkan

    secara konsisten;

    c. Pengelolaan aset telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    1.3 Jenis Pemeriksaan

    Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, maka jenis pemeriksaan yang dilaksanakan

    adalah pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

    1.4 Standar Pemeriksaan

    Standar yang digunakan dalan pemeriksaan adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

    (SPKN) tahun 2007 yang diterbitkan BPK-RI.

    1.5 Metodologi Pemeriksaan

    Metodologi pemeriksaan dirancang dan dilaksanakan sebagai berikut.

    a. Perencanaan Pemeriksaan

    1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

    2. Pemahaman atas Entitas

    3. Penilaian Risiko dan SPI

    4. Materialitas Pemeriksaan dan Metode Uji Petik (Sampling)

    Materialitas dan metode sampling yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah

    sebagai berikut:

    a) Materialitas Pemeriksaan

    Materialitas pemeriksaan mencakup 3 (tiga) hal yaitu:

    (1) BMD senilai minimal Rp.100.000.000,00 dan/atau

    (2) BMD yang bernilai strategis terhadap pencapaian tugas pokok dan

    fungsi Satuan Kerja dan/atau;

    (3) BMD yang digunakan untuk pelayanan umum.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 2

    b) Metode Sampling yang Dipakai

    Metode sampling secara acak terhadap aset yang dianggap material

    berdasarkan persyaratan di atas.

    b. Pelaksanaan Pemeriksaan

    1. Pengumpulan dan Analisis Bukti

    2. Penyusunan Temuan Pemeriksaan

    3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan

    c. Pelaporan Hasil Pemeriksaan

    1. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan

    2. Perolehan Tanggapan dan Tindakan Perbaikan yang Direncanakan

    1.6 Objek Pemeriksaan

    Obyek pemeriksaan adalah Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    1.7 Cakupan Pemeriksaan

    Cakupan pemeriksaan meliputi posisi aset tetap Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    per 30 Juni 2013 sebesar Rp3.081.341.498.558,70 dengan rincian sebagai berikut.

    Tabel.1.1 Aset Tetap per 30 Juni 2013

    No. ASET TETAP NILAI

    1 Tanah 1.240.652.023.726,41

    2 Peralatan dan Mesin 458.354.801.237,00

    3 Gedung dan Bangunan 527.876.012.437,29

    4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 720.281.557.915,00

    5 Aset Tetap Lainnya 20.953.024.727,00

    6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 113.224.069.516,00

    JUMLAH 3.081.341.489.558,70

    1.8 Batasan dan Kendala Pemeriksaan

    Hambatan yang ada saat melakukan pekerjaan lapangan yaitu kesulitan

    memperoleh data PSU yang telah diserahkan dan melakukan konfirmasi

    dengan pihak-pihak terkait pengelolaan aset. Hal ini disebabkan sebagian besar aset

    Kota Tangerang Selatan merupakan pelimpahan dari Kabupaten Tangerang dan juga

    terdapat pemanfaatan aset yang telah terjadi beberapa tahun yang lampau.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 3

    BAB II

    HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

    Sistem pengendalian intern (SPI) adalah suatu proses yang integral pada tindakan dan

    kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai, untuk

    memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan

    yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

    ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

    Berdasarkan penelaahan komponen SPI yang terdiri dari Lingkungan Pengendalian,

    Penilaian Resiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan dapat

    disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terhadap pengelolaan aset tetap Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan belum memadai sehingga masih perlu dilakukan review dan

    pembenahan demi tercapainya pengendalian intern yang optimal dalam rangka pengelolaan

    aset tetap. Penelaahan terhadap komponen SPI atas pengelolaan aset pada Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan adalah sebagai berikut.

    2.1. Lingkungan Pengendalian

    Lingkungan pengendalian menunjukkan corak suatu organisasi yang mempengaruhi

    sikap, kesadaran dan tindakan manajemen terhadap lingkungan pengendalian intern.

    Lingkungan pengendalian antara lain mencakup integritas dan nilai etika, komitmen terhadap

    kompetensi, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang

    dan tanggung jawab, kebijakan dan praktek sumber daya. Secara umum, dapat disimpulkan

    bahwa lingkungan pengendalian atas manajemen aset pada Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan belum memadai. Lingkungan Pengendalian atas manajemen aset pada Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan dapat digambarkan sebagai berikut :

    a. Integritas dan Nilai Etika.

    Penegakan atas nilai integritas dan nilai etika dari segenap pejabat pengelola barang

    daerah dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, dalam

    memahami dan menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) khususnya mengenai

    pengelolaan barang daerah belum memadai.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa para pengguna barang kurang optimal

    dalam menjalankan tupoksinya, seperti Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku

    pengguna barang milik daerah tidak optimal dalam melaksanakan tugas yang menjadi

    tupoksinya dalam melaporkan dan mengajukan usulan penetapan status penggunan dan

    penguasaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan

    lainnya yang sah kepada Walikota melalui pembantu pengelola. Di samping itu,

    Pengurus barang pada masing-masing SKPD tidak cermat dalam mencatat BMD pada

    KIB

    b. Komitmen terhadap Kompetensi

    Komitmen terhadap kompetensi dari segenap Pejabat Pengelola Barang Daerah di

    lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum dilaksanakan secara memadai.

    Hal ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang memadai mencakup jumlah

    personil, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengalaman kerja personil untuk

    melaksanakan pengelolaan barang daerah. Para pengurus barang yang diangkat

    berdasarkan SK Walikota Tangerang Selatan tersebut, belum sepenuhnya dapat

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 4

    melaksanakan pekerjaan pengelolaan barang daerah yang dikelolanya karena masih

    harus melaksanakan tugas-tugas lain di luar tugas pengurus barang. Kondisi ini

    mengakibatkan para pengurus barang belum melaksanakan tugas pokoknya secara

    maksimal.

    Pada SKPD yang memiliki unit kerja/UPTD yang relatif banyak dibandingkan dengan

    yang lainnya seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, masih terdapat pengurus

    barang/penyimpan barang yang melakukan perangkapan tugas/jabatan. Pada Dinas

    Pendidikan yang ada hanya Pengurus Barang namun tidak memiliki Pembantu Pengurus

    Barang, sedangkan beban kerja Pengurus Barang pada Dinas Pendidikan relatif lebih

    berat dibandingkan SKPD lainnya karena banyaknya sekolah/UPTD yang berada di

    bawah Dinas Pendidikan.

    c. Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen

    Pemerintah Daerah cukup memahami adanya prosedur-prosedur dalam mengoperasikan

    pemerintahan dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

    pengelolaan barang daerah, Pemerintah Daerah telah membuat kebijakan mengenai

    pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan pengelolaan

    barang milik daerah yang berlaku. Kebijakan-kebijakan mengenai pengelolaan barang

    milik daerah tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para pegawai pelaksana

    pengelola barang daerah. Sebagai contoh, dalam para pengurus barang pada masing-

    masing SKPD melakukan pencatatan barang milik daerah yang kurang informatif dalam

    masing-masing KIB.

    d. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi atas pengelolaan aset sebagai berikut:

    1) Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan, sebagai Pengelola Barang dan dibantu

    oleh Pembantu Pengelola Barang yaitu Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan

    Kekayaan dan Aset Daerah (DPPKAD). Pelaksanaan tugas pengelolaan aset sehari-

    hari dilakukan oleh Bidang Aset DPPKAD yang menyelenggaraan sebagian tugas

    Dinas dalam lingkup Pengelolaan Aset, Administrasi, Mutasi, Pemanfaatan dan dan

    Pemberdayaan Aset. Khusus aset yang berasal dari Prasaranan dan Sarana Umum

    (PSU) dalam pelaksanaannya terkait juga dengan Dinas Tata Kota yaitu Seksi

    Pemukiman yang menyelenggarakan tugas verifikasi atas aset-aset yang berasal dari

    PSU yang diserahkan oleh pengembang. Namun dalam pelaksanaan tugas

    pengelolaan aset ini terdapat kelemahan yaitu verifikasi atas aset yang berasal dari

    PSU pengembang yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Tangerang dilakukan

    oleh Bidang Aset bukan oleh Dinas Tata Kota dhi. Seksi Pemukiman yang memiliki

    Tupoksi tersebut.

    2) Kepala SKPD selaku Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab

    melakukan pengelolaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya dan

    ditatausahakan oleh Pengurus Barang dan Penyimpan Barang;

    2.2. Penilaian Risiko

    Penilaian/penaksiran risiko Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah mencakup

    pertimbangan yang memadai terhadap resiko yang timbul dari inventarisasi dan

    penyajian posisi aset tetap pada neraca daerah. Dari pengujian yang telah dilaksanakan

    menunjukkan bahwa pada umumnya dalam penyajian aset tetap masih terdapat kelemahan-

    kelemahan, seperti belum seluruh aset tetap dicantumkan dalam Kartu Inventaris Barang

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 5

    maupun neraca, terutama untuk asset- aset yang diperoleh dari PSU dan kekayaan eks desa.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat resiko yang cukup besar atas pengelolaan

    barang daerah.

    2.3. Aktivitas Pengendalian

    Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan

    bahwa arahan manajemen telah dilakukan, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

    a. Kebijakan dan Prosedur Kerja

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah menetapkan kebijakan terkait pengelolaan

    barang milik daerah yang dituangkan dalam bentuk peraturan daerah, peraturan walikota

    atau keputusan walikota/keputusan sekretaris daerah, yaitu :

    1) Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang

    Pengelolaan Barang Milik Daerah;

    2) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang

    Milik Daerah;

    3) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Kodefikasi

    Barang Milik Daerah;

    4) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Tata Cara

    Tuntutan Ganti Rugi Barang Daerah;

    5) Keputusan Walikota Tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah;

    6) Keputusan Sekretaris Daerah Tentang Pengurus dan Penyimpan Barang.

    Hasil pengujian SPI diketahui bahwa kebijakan tersebut masih terdapat beberapa

    kelemahan yaitu :

    1) Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki Peraturan Daerah terkait PSU

    dan Peraturan Walikota terkait penyerahan PSU Perumahan dan Pemukiman yang

    mengatur tatacara, mekanisme, hak dan kewajiban serta sanksi dalam serah terima

    prasarana, sarana dan utilitas, serta dapat mengikat pengembang untuk memenuhi

    kewajibannya.

    2) Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki Peraturan Daerah terkait

    Retribusi Pemanfaatan Kekayaan Daerah.

    3) Pemerintah Kota Tangerang belum menetapkan status penggunaan barang hasil

    pengadaan tahun 2009-2012 sehingga tidak adanya kepastian hak, wewenang dan

    tanggung jawab Kepala SKPD terhadap barang milik daerah yang ada di SKPD.

    b. Pengendalian atas Sistem Informasi

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah memiliki Sistem/Aplikasi terkait pencatatan

    dan penyajian Laporan Aset/Barang Milik Daerah yaitu SIMBADDA. Output dari

    SIMBADDA tersebut antara lain berupa Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu Inventaris

    Ruangan (KIR) akan tetapi sistem tersebut masih belum digunakan/belum secara optimal

    digunakan. Hal ini karena SIMBADDA belum bisa menghasikan output berupa daftar

    inventaris barang daerah sebagaimana diharapkan sehingga tidak dapat dipergunakan.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 6

    c. Pemisahan Fungsi dalam Organisasi

    Pemisahan fungsi antar pihak-pihak/bagian yang terlibat dalam pengelolaan barang

    daerah bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi dengan segera atas kesalahan dan

    ketidakberesan dalam pelaksanaan pengelolaan barang daerah. Struktur organisasi dalam

    lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dituangkan dalam Peraturan Daerah

    Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan yang

    mengatur organisasi dan tata kerja masing-masing dinas. Struktur organisasi secara

    keseluruhan tersebut, diarahkan kepada pembagian kewenangan antara SKPD dan

    menghindari duplikasi pelaksanaan satuan tugas oleh beberapa SKPD. Sedangkan

    Pengelolaan Barang Daerah diatur dalam Peraturan Peraturan Daerah Kota Tangerang

    Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan

    Walikota Tangerang Selatan Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

    Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

    yang telah mengatur secara jelas tupoksi dan prosedur pengelolaan barang milik daerah.

    2.4. Informasi dan Komunikasi

    Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan meliputi sistem

    akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah,

    meringkas dan melaporkan transaksi untuk memelihara akuntabilitas pelaporan. Sistem

    akuntansi tersebut dapat mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah,

    menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci untuk memungkinkan

    pengelompokan transaksi tersebut bagi pelaporan keuangan, mengukur nilai transaksi

    dengan cara memungkinkan pencatatan nilai keuangan yang layak.

    Hasil dari pengujian SPI menunjukkan bahwa proses pencatatan yang dilakukan masih

    belum optimal sehingga belum dapat menghasilkan informasi yang lengkap, akurat dan andal

    atas nilai aset Kota Tangerang Selatan. Ketidaklengkapan informasi tersebut seperti yaitu

    kode lokasi, luas, tahun beli/perolehan, letak/alamat, status tanah,penggunaan. Pencatatan atas

    peralatan dan mesin yang masih dinilai 1 dan bahkan tidak memiliki nilai, pencatatan secara

    gabungan. Pencatatan atas peralatan dan mesin yang tidak lengkap seperti tidak

    dicantumkannya informasi nomor polisi, nomor BPKB, nomor rangka dan nomor mesin atas

    kendaraan bermotor. Pencatatan atas gedung/bangunan secara tidak akurat dan tidak lengkap

    seperti luas bangunan yang diisi dengan keterangan 1 paket, data asal-usul bangunan dan

    tahun perolehan yang tidak diisi. Pencatatan atas Jalan, jaringan dan irigasi (KIB D) secara

    tidak lengkap dan tidak akurat seperti data alamat, jenis konstruksi, panjang, lebar yang tidak

    dicantumkan serta pencatatan luas dengan dicatat secara per paket.

    2.5. Pemantauan

    Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang

    waktu. Manajemen melakukan pemantauan terhadap pengendalian untuk mengetahui apakah

    pengendalian tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pemantauan atas

    pengelolaan aset tetap pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum dilakukan secara

    teratur dan rutin, baik oleh atasan langsung dalam bentuk pengawasan melekat maupun

    Inspektorat dalam bentuk kegiatan pengawasan/pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan

    operasional dan manajemen pengelolaan aset daerah.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 7

    BAB III

    HASIL PEMERIKSAAN

    3.1. Perencanaan

    Temuan - Terdapat Perencanaan Barang Yang Tidak Sesuai Kebutuhan pada Dinas

    Pendidikan

    Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik

    daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang

    berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang.

    Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun oleh masing-masing unit sesuai Rencana

    Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan memperhatikan

    standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi harga yang telah

    ditetapkan oleh Kepala Daerah. Namun sampai saat ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    belum memiliki Peraturan Walikota tentang Standar Sarana dan Prasarana Kerja.

    Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas dan

    tanggungjawab masing-masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan memperhatikan

    hal-hal sebagai berikut: 1) barang apa yang dibutuhkan;

    2) dimana dibutuhkan;

    3) bilamana dibutuhkan;

    4) berapa biaya;

    5) siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan;

    6) alasan-alasan kebutuhan; dan

    7) cara pengadaan.

    Hasil pemeriksaan secara uji petik pada dua sekolah SMPN di Kota Tangerang Selatan

    yaitu SMPN 4 dan SMPN 17 diketahui bahwa terdapat barang yang diterima sekolah tidak

    sesuai kebutuhan dan sekolah tidak pernah mengajukan proposal permintaan barang

    dimaksud.

    Berdasarkan dokumen yang ada dan hasil pemeriksaan fisik barang diketahui bahwa

    pada tahun 2013 SMPN 4 telah menerima Peralatan Teknologi Dasar Untuk SMP dan Alat

    Praktek & Peraga Siswa. Kemudian pada Tahun 2012 SMPN 4 juga menerima Alat peraga

    KIT IPS dan KIT IPA Biologi. Namun barang tersebut tidak atas permintaan pihak SMPN 4.

    Selain itu alat peraga yang diterima pada tahun 2012 dan 2013 tersebu tidak dapat digunakan

    karena ada pergantian kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013. Penggantian kurikulum

    tersebut menggantikan pendidikan Teknologi Dasar menjadi Kewirausahaan, Pembukuan dan

    Prakarya. Sebagian besar alat peraga yang diterima pada tahun 2012 tersebut belum

    digunakan dan masih tersegel, seperti : Model Mata Manusia, KIT Simulasi Zat-Zat

    Berbahaya pada Organ Tubuh, Model Telinga Manusia, Mikro Slide-berbagai mulut

    serangga, dan Poster KIT Bentang Alam.

    Kemudian pada Tahun 2013 SMPN 17 telah menerima mesin jahit sebanyak 10 unit

    dari Pemerintahan Kota Tangerang Selatan. Atas pengadaan mesin jahit tersebut pihak SMPN

    17 tidak pernah mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Mesin

    jahit tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan SMPN 17 karena kurikulum pada tahun

    pelajaran 2013/2014 tidak ada pelajaran terkait penggunaan mesin jahit.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 8

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

    a. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang

    Milik Daerah

    1) Lampiran Bagian III.2.e yang menyatakan bahwa Kegiatan perencanaan dan

    penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas dan tanggungjawab masing-

    masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan memperhatikan hal-hal sebagai

    berikut: a) barang apa yang dibutuhkan;

    b) dimana dibutuhkan;

    c) bilamana dibutuhkan;

    d) berapa biaya;

    e) siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan;

    f) alasan-alasan kebutuhan; dan

    g) cara pengadaan.

    2) Pasal 6 ayat (4) poin a yang menyatakan bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat

    Daerah selaku pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab

    mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat

    daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola.

    3) Pasal 7 ayat (3) yang menyatakan bahwa Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan

    barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berpedoman

    pada standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan

    dengan Peraturan Kepala Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan

    Keputusan Kepala Daerah.

    b. Perda Kota Tangerang Selatan No.10 Tahun 2011

    1) Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengelola Barang menyusun :

    a) Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;

    b) Standarisasi harga.

    2) Pasal 5 ayat (3) yang menyatakan bahwa Standarisasi sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    3) Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa Standarisasi penyusunan rencana kebutuhan

    barang milik daerah berpedoman pada standarisasi sarana dan prasarana kerja

    pemerintah daerah, dan standarisasi harga.

    Permasalahan tersebut mengakibatkan:

    a. Pengadaan barang tidak efektif dan pemborosan keuangan daerah;

    b. Membebani pihak sekolah untuk menyimpan dan mengadmistrasikan barang milik daerah

    yang tidak sesuai kebutuhan.

    Hal tersebut disebabkan:

    a. Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki standar sarana dan prasarana kerja;

    b. Perencanaan pengadaan BMD oleh Kepala Dinas Pendidikan masih lemah;

    c. Pengadaan barang tidak memiliki acuan/pedoman yang jelas berdasarkan rencana

    kebutuhan sekolah secara riil (renbut sekolah) dengan memperhatikan skala prioritas.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 9

    Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan

    menyatakan bahwa :

    a. Peraturan tentang standar sarana dan prasarana kerja akan segera disusun.

    b. Pengadaan Alat Peraga Peralatan Teknologi Dasar untuk SMP pada prinsipnya

    direncanakan sesuai dengan kebutuhan. Alat peraga tersebut masih digunakan untuk kelas

    8 dan kelas 9 bagi sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Sedangkan untuk

    sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013, alat peraga tersebut digunakan untuk Mata

    Pelajaran Prakarya.

    c. Pengadaan mesin jahit digunakan untuk kelas 8 dan kelas 9 pada SMP yang masih

    menggunakan kurikulum KTSP, yaitu dalam Mata Pelajaran Pengembangan Diri.

    Sedangkan untuk SMP yang melaksanakan kurikulum 2013, alat/mesin tersebut

    digunakan untuk kelas 7 pada Mata Pelajaran Prakarya.

    Rekomendasi BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar :

    a. Memberikan sanksi sesuai ketentuan kepada Kepala Dinas Pendidikan yang telah

    melaksanakan pengadaan BMD tidak berdasarkan kebutuhan sekolah (renbut sekolah)

    dan memperhatikan skala prioritas;

    b. Memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan supaya membuat perencanaan pengadaan

    barang berdasarkan rencana kebutuhan dari sekolah-sekolah dengan memperhatikan skala

    prioritas;

    c. Menyusun dan menetapkan Peraturan Walikota terkait Standar Sarana dan Prasarana

    Kerja.

    3.2. Penggunaan

    Temuan - Barang Milik Daerah dari Pengadaan Tahun 2009 2012 Belum Ditetapkan

    Status Penggunaannya

    Penggunaan merupakan penegasan pemakaian barang milik daerah (BMD) yang

    ditetapkan oleh Kepala Daerah kepada pengguna/kuasa pengguna barang sesuai tugas dan

    fungsi SKPD yang bersangkutan. Status penggunaan barang milik daerah pada masing-

    masing SKPD ditetapkan dalam rangka tertib pengelolaan barang milik daerah dan kepastian

    hak, wewenang dan tanggung jawab kepala SKPD.

    Penetapan status penggunaan barang milik daerah diawali laporan pengguna barang

    kepada pengelola disertai dengan usul penggunaannya. Atas dasar tersebut dilakukan

    penelitian atas kebenaran usulan dan selanjutnya pengelola mengajukan usul kepada kepala

    daerah untuk ditetapkan status penggunaannya.

    Berdasarkan keterangan dari Bidang Aset DPPKAD Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan diketahui bahwa barang milik daerah hasil pengadaan dari tahun 2009 2012 belum

    ditetapkan status penggunaannya dengan keputusan Walikota. Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan baru menetapkan status penggunaan untuk barang milik daerah/aset yang berasal dari

    Eks Kabupaten Tangerang, yaitu Keputusan Walikota No.032.1/Kep.67-Huk/2012 Tanggal

    14 Maret 2012.

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 10

    a. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah

    pasal 22 ayat (1) yang menyatakan bahwa Status penggunaan barang milik daerah

    ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah

    b. Perda Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik

    Daerah Pasal 33 yang menyatakan bahwa Tata cara penetapan status penggunaan barang

    milik daerah point 2 bahwa Pembantu Pengelola Barang meneliti laporan tersebut dan

    mengajukan usul penggunaan dimaksud kepada Walikota melalui Pengelola Barang untuk

    ditetapkan status penggunaannya.

    Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya kepastian hak, wewenang dan tanggung

    jawab kepala SKPD terhadap barang milik daerah yang ada di SKPD.

    Hal tersebut disebabkan :

    a. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah tidak

    optimal dalam melaksanakan tugas yang menjadi tupoksinya dalam melaporkan dan

    mengajukan usulan penetapan status penggunan dan penguasaan barang milik daerah

    yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Walikota

    melalui pembantu pengelola.

    b. Kepala DPPKAD selaku pembantu pengelola barang milik daerah kurang optimal dalam

    meneliti dan mengajukan usul penggunaan Barang Milik Daerah kepada Walikota.

    Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala DPPKAD Kota Tangerang Selatan

    menyatakan bahwa status penggunaan Barang Milik Daerah yang berasal dari hasil

    pengadaan tahun 2009-2012 sampai saat ini masih dalam proses penetapan.

    Rekomendasi BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar

    memerintahkan Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan segera menetapkan Status

    Penggunaan Barang Milik Daerah yang berasal dari hasil pengadaan tahun 2009-2012.

    3.3. Pemanfaatan

    3.3.1 Temuan - Pengelolaan Kerjasama Pemanfaatan BMD Belum Tertib dan Terdapat

    Potensi Penerimaan atas Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Tanah

    untuk Sarana Pelayanan Umum yang Belum Dipungut Minimal Sebesar

    Rp318.301.140,00

    Untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah sebagai

    wujud dukungan pemerintah terhadap peran aktif swasta dalam rangka penyelenggaraan

    pendidikan serta untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 48 Peraturan Daerah

    Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD), maka

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat mendayagunakan BMD yang belum

    dimanfaatkan oleh Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa.

    Dalam rangka memanfaatkan BMD khususnya aset yang berasal dari penyerahan

    Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) maka Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    melakukan kerjasama pemanfaatan aset dengan pihak lain. Hasil pemeriksaan terhadap

    pengelolaan kerjasama menunjukkan kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 11

    a. Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum mempunyai Peraturan Daerah

    tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Aset DPPKAD Kota Tangerang

    Selatan diketahui bahwa Peraturan Daerah yang mengatur tentang retribusi

    pemanfaatan kekayaan daerah masih dalam tahap pembahasan dengan DPRD.

    Terkait dengan hal tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebenarnya telah

    mempunyai Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 tahun 2012 tentang

    Pemberlakuan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Tangerang tentang Retribusi

    Jasa Usaha Berupa Sewa atas Pemakaian Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum.

    Namun selama ini pelaksanaan atas Peraturan Walikota tersebut masih belum

    dilakukan, sehingga Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum menerima retribusi

    pemakaian kekayaan daerah terkait pemanfaatan aset.

    b. Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki database kerjasama

    pemanfaatan BMD yang berasal dari PSU

    Kerjasama pemanfaatan BMD tersebut berasal dari aset milik Pemerintah Kabupaten

    Tangerang yang sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    sesuai Berita Acara Serah Terima Nomor 593/2426.2 Aset/2010 dan Nomor

    030/3827.a DPPKAD/2010 tanggal 25 Oktober 2010.

    Dalam BAST tersebut disebutkan terhadap aset-aset yang masih dimanfaatkan oleh

    pihak ketiga, maka pemanfaatannya masih tetap berlaku sampai dengan habis masa

    berlakunya serta pemanfaatan aset yang digunakan pihak ketiga adapun pembinaan,

    pengendalian dan pengawasan atas aset tersebut merupakan hak dan tanggungjawab

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan apabila penggunaan aset tersebut telah

    berakhir maka hak dan tanggungjawab barang tersebut menjadi milik Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap penggunaan aset oleh pihak ketiga

    menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

    1) Bidang Aset DPPKAD sebagai pihak yang memproses permohonan dan

    mengelola aset yang dimohonkan belum menatausahakan secara tertib mengenai

    aset fasos-fasum yang digunakan pihak ketiga.

    2) Bidang Aset DPPKAD belum memiliki database PSU sehingga menyulitkan

    dalam pengawasannya serta tidak terdapat kartu kendali/monitoring yang dapat

    memberikan informasi tentang jumlah PSU yang telah digunakan/dimanfaatkan

    pihak ketiga, periode penggunaan, jumlah retribusi yang diterima serta jumlah

    kewajiban retribusi yang belum diterima Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

    3) Selain itu Bidang Aset belum seluruhnya mengelola arsip dokumen persetujuan

    dan bukti penerimaan kompensasi/sewa/retribusi atas penggunaan aset oleh pihak

    ketiga tersebut.

    c. Terdapat 8 kerjasama pemanfaatan aset hasil PSU yang sudah berakhir masa

    perjanjian tetapi belum diperpanjang dan belum dikenakan retribusi

    pemakaian kekayaan daerah

    Kerjasama pemanfaatan PSU oleh pihak ketiga dituangkan dalam keputusan walikota

    tentang persetujuan pemanfaatan tanah milik pemerintah Kota Tangerang Selatan.

    Kemudian atas persetujuan tersebut dibuatkan perjanjian sewa antara Kepala

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 12

    DPPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah (BMD) dengan pihak

    ketiga. Adapun jenis pemanfaatan aset PSU tersebut melalui cara sewa baik untuk

    komersial maupun non komersial. Saat ini, seluruh PSU yang dimanfaatkan oleh

    pihak ketiga tesebut merupakan PSU eks Kabupaten Tangerang yang diserahkan

    kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

    Sesuai Keputusan Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 030/Kep.172-

    UM/SETDA/XI/2012 tentang Fasos/Fasum Komersial dan Non Komersial, bahwa

    dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 46 terkait dengan Pemanfaatan Barang Milik

    Daerah perlu ditetapkan BMD yang tidak diperuntukkan untuk SKPD dan merupakan

    fasos/fasum komersial dan non komersial.

    Dalam Surat Keputusan tersebut mengatur pembagian fasilitas komersial dan fasilitas

    non komersial. Adapun yang dimaksud fasilitas komersial diperuntukkan sarana

    pendidikan swasta, kolam renang, dan Pasar Tani, sedangkan fasilitas non komersial

    diperuntukkan sarana peribadatan dan panti sosial. Rincian fasilitas komersial dan

    non komersial pada Tabel 3.1 berikut.

    Tabel 3.1 Rincian Fasilitas Komersil dan Non Komersil

    No Jenis Fasum/Fasos Jumlah

    A Non Komersial

    1 Sarana Peribadatan 141

    2 Panti Sosial 1

    J u m l a h A 142

    B Komersial

    1 Sarana Pendidikan 20

    2 Sarana Umum Lainnya 6

    J u m l a h B 26

    T o t a l J u m l a h (A+B) 168

    Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap perjanjian kerjasama pemanfaatan aset

    hasil PSU diketahui terdapat delapan (8) Kerjasama Pemanfaatan PSU yang sudah

    berakhir namun belum diperpanjang, sehingga berdampak pada potensi pendapatan

    hasil sewa aset yang belum diterima sebesar Rp Rp318.301.140,00. Nilai tersebut

    dihitung berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten

    Tangerang Nomor 05 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan

    Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 tahun 2012 tentang Pemberlakuan Peraturan

    Daerah dan Peraturan Bupati Tangerang tentang Retribusi Jasa Usaha Berupa Sewa

    atas Pemakaian Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum, dengan ketentuan 1% x

    x Luas Lahan x Tahun. Dengan berpedoman kepada Perda tersebut

    diperoleh nilai retribusi hasil sewa pemakaian aset PSU minimal sebesar

    Rp318.301.140,00. (Perhitungan secara rinci diuraikan dalam Lampiran 1).

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

    a. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang

    Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pasal 48 yang menyatakan bahwa:

    1) Barang Milik Daerah dapat disewakan kepada pihak lain sepanjang

    menguntungkan;

    2) Jangka waktu penyewaan Barang Milik Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan

    dapat diperpanjang.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 13

    3) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian Sewa Menyewa;

    4) Penyewaan Barang Milik Daerah, sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dipungut

    retribusi atas pemanfaatan barang tersebut.

    5) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (6) ditetapkan dengan

    Peraturan Daerah.

    6) Hasil penerimaan sewa dan retribusi disetor ke Kas Daerah

    b. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 05 Tahun 2011 tentang Retribusi

    Jasa Usaha dan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 tahun 2012 tentang

    Pemberlakuan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Tangerang tentang Retribusi

    Jasa Usaha Berupa Sewa atas Pemakaian Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum,

    dengan ketentuan 1% x x Luas Lahan x Tahun.

    Permasalahan tersebut mengakibatkan Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    berpotensi kehilangan BMD yang berasal dari penyerahan PSU yang dikuasai pihak

    lain dan terdapat potensi kekurangan penerimaan Kas Daerah minimal sebesar

    Rp318.301.140,00.

    Hal tersebut disebabkan :

    a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah belum sepenuhnya optimal

    mengatur pelaksanaan pemanfaatan Barang Milik Daerah yang telah disetujui

    Walikota.

    b. Kepala DPPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah belum

    sepenuhnya menatausahakan kerjasama pemanfaatan aset secara tertib.

    Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan

    menyatakan bahwa :

    a. Sebagian pemanfaatan BMD sampai saat ini baru pada tahap persetujuan oleh

    Walikota dan akan segera ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama antara pihak

    pemohon dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

    b. Terkait dengan peraturan daerah yang terkait dengan retribusi pemakaian kekayaan

    daerah, saat ini sedang dilakukan pembahasan bersama DPRD. Ke depan, akan

    disusun juga database tentang pemanfaatan BMD yang berasal dari PSU.

    Rekomendasi BPK merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar:

    a. Melakukan inventarisasi atas kerjasama pemanfaatan BMD yang berasal dari PSU

    secara komprehensif dan hasilnya menjadi database pemanfaatan BMD;

    b. Melakukan evaluasi dan membuat perjanjian kerjasama pemanfaatan BMD dengan

    pihak ketiga sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menguntungkan daerah serta

    menjamin keamanan dan kepemilikan aset milik daerah yang dikerjasamakan dalam

    jangka panjang;

    c. Menarik retribusi minimal sebesar Rp318.301.140,00 atas Kerjasama Pemanfaatan

    BMD dengan pihak III.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 14

    3.3.2 Temuan Kerja sama Pemanfaatan Aset Tanah di Komplek Segitiga Ciputat

    Tidak Menguntungkan dan Menjamin Keamanan Aset Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan

    Nilai Aset Tetap Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan Buku

    Induk Inventaris Tanah (A) per periode 2012 sebesar Rp1.237.965.235.576,41. Atas

    aset tanah tersebut terdapat tanah yang bersumber dari penyerahan Pemerintah

    Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST) Aset Milik

    Pemerintah Kabupaten Tangerang dari Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan Nomor 030/3827.a-DPPKAD/2010, aset berupa

    tanah yang telah diserahkan sebesar Rp877.852.456.263,41.

    Hasil pemeriksaan secara uji petik atas aset tanah yang bersumber dari

    penyerahan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Komplek Segitiga

    Ciputat diketahui terdapat permasalahan sebagai berikut :

    a. Luas Tanah Komplek Segitiga Ciputat yang tercatat pada KIB seluas 36.880

    M2 tidak sama dengan luasan tanah yang tercatat dalam sertifikat

    Aset tanah pada Komplek Segitiga Ciputat tercatat pada KIB A Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan seluas 36.880 M2 dengan nilai sebesar Rp80.250.880.000,00.

    Sebelum Komplek Segitiga Ciputat diserahkan dari Pemerintah Kabupaten

    Tangerang ke Pemerintah Kota Tangerang Selatan, pihak Pemerintah Kabupaten

    Tangerang telah melakukan Perjanjian Kerjasama dengan Pihak Swasta yaitu PT

    BMS untuk melakukan pengembangan/pembangunan atas Lahan di Komplek

    Segitiga Ciputat dan memperolah hak untuk mengelola selama 30 tahun.

    Berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    yaitu Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT

    BMS Nomor 551.22/1755-Um/1992 Tanggal 4 Agustus 1992 yang di addendum

    dengan Addendum No. 511.2/3951-Um/1992 Tanggal 5 Oktober 1992.

    Berdasarkan Perjanjian tersebut diketahui hal sebagai berikut :

    1) Pemerintah Kabupaten Tangerang menyediakan lahan seluas 42.550 M2 yang

    terbagi menjadi 5 bidang tanah untuk kemudian didirikan bangunan berupa

    pusat perbelanjaan, pasar, terminal dan fasilitas penunjang lainnya.

    2) PT BMS berkewajiban membangun pusat perbelanjaan, pasar dan terminal

    serta fasilitas penunjang lainnya.

    3) PT BMS dapat memanfaatkan/menggunakan bangunan pusat perbelanjaan dan

    pasar lantai II dan III atau menyerahkan pemanfaatan/penggunaan bangunan

    tersebut ke konsumen dan menerima uang pemanfaatan/penggunaan bangunan

    pusat perbelanjaan dari pihak konsumen. Jangka waktu perjanjian antara pihak

    Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT BMS selama 30 tahun terhitung

    sejak diterbitkannya SHGB.

    Berdasarkan BAST aset dari Pemerintah Kabupaten Tangerang ke Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa tanah Komplek Segitiga Ciputat yang

    diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan bukanlah seluas 42.550 M2 akan tetapi seluas 36.880 M2. Hal

    tersebut karena PT BMS belum membebaskan tanah milik warga seluas 5.670

    M2. Berdasarkan dokumen sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas tanah

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 15

    tersebut diketahui luasan tanah seluas 37.205 m3 pada 5 HPL dengan rincian

    sebagai berikut.

    1) HPL No.00001 Desa Ciputat, Luas Tanah 6.310 M2, a.n. Pemerintah Daerah

    Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No.78/Ciputat/2000;

    2) HPL No. 00002 Desa Ciputat, Luas Tanah 12.440 M2, a.n. Pemerintah

    Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 72/Ciputat/2000;

    3) HPL No.00010 Desa Ciputat, Luas Tanah 3.195 M2, a.n. Pemerintah

    Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 222/Ciputat/2003;

    4) HPL No.00001 Desa Cipayung, Luas Tanah 7.260 M2, a.n. Pemerintah

    Daerah Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 80/Cipayung/2000;

    5) HPL No.00003 Desa Cipayung, Luas Tanah 8.000 M2, a.n. Pemerintah

    Daerah Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 88/Cipayung/2001.

    Total luas tanah berdasarkan HPL tersebut tidak sama dengan luas tanah yang

    tercantum dalam BAST penyerahan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang ke

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan seluas 36.880 M2 atau terdapat selisih seluas

    325 M2 (37.205 M2 36.880 M2). Diatas tanah tersebut telah berdiri bangunan

    berupa pusat perbelanjaan/mall, ruko, pasar dan fasilitas penunjang lainnya yang

    dikelola oleh pihak swasta dan PD Pasar Niaga Kerta Raharja milik Pemerintah

    Kabupaten Tangerang.

    PD Pasar Niaga Kerta Raharja mengelola Pasar Tradisional Ciputat yang dibangun

    oleh pihak swasta di atas tanah seluas 5.670 M2. Bangunan terdiri dari 3 lantai

    seluas 14.516 M2 terdiri dari 1.364 kios. Sebagian dari kios-kios tersebut dikelola

    oleh pihak swasta yang membangun pasar tersebut dan sebagiannya lagi oleh PD

    Pasar Niaga Kerta Raharja. Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir diketahui

    bahwa Pasar Tradisional Ciputat tersebut masih dikelola oleh Pemerintah

    Kabupaten Tangerang dan belum diserahkan kepada Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan.

    Kemudian terhadap sisa tanah lainnya seluas 31.210 M2 (36.880 M2 5.670 M2)

    yang di atasnya berdiri Mall Ciputat Plaza, Rumah Toko (Ruko) dan fasilitas

    penunjang lainnya telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Namun pengelolaan pengelolaan tanah

    dan Mall/ruko serta fasilitas penyunjang lainnya dikelola oleh pihak swasta tanpa

    adanya kompensasi atau royalti maupun hasil sewa atas pemanfaatan aset tersebut

    kepada Pemerintahan Kota Tangerang Selatan.

    b. PT BMS tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian (wan prestasi)

    Berdasarkan perjanjian yang telah di-addendum diketahui bahwa PT BMS tidak

    memenuhi kewajiban diantaranya:

    1) PT BMS belum membebaskan dan menyerahkan sejumlah aset tanah sesuai

    perjanjian.

    Berdasarkan surat perjanjian diketahui bahwa PT BMS mempunyai kewajiban

    untuk membebaskan tanah seluas 42.550 M2 milik pihak swasta/perorangan,

    dinas/instansi yang terletak di Kelurahan (dulu desa) Ciputat dan Cipayung

    Kecamatan Ciputat dan menyerahkannya kepada pihak Pemerintah Kabupaten

    Tangerang. Hasil pemeriksaan di lapangan menunjukkan bahwa PT BMS

    belum membebaskan tanah kas eks Desa Ciputat seluas 12.200 M2 yang

    sampai saat ini masih dikuasai masyarakat. Disamping itu, PT BMS juga belum

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 16

    membebaskan tanah yang berada di Kelurahan (dulu desa) Cipayung seluas

    5.000 M2 yang masih milik masyarakat.

    2) PT BMS belum membangun terminal dan fasilitas penunjang.

    Sesuai perjanjian diketahui bahwa PT BMS mempunyai kewajiban untuk

    membangun terminal dan fasilitas penunjang lainnya yang kemudian akan

    diserahkan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang. Berdasarkan

    gambar site plan yang dibuat oleh PT BMS menunjukkan bahwa rencana

    pembangunan terminal dilakukan pada tanah seluas 4.400 M2. Namun pada

    kenyataannya tidak ada pembangunan terminal sesuai yang diperjanjikan.

    Diatas tanah tersebut telah dibangun Pasar Tradisional Ciputat yang dikelola

    oleh PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.

    Hasil konfirmasi kepada Bidang Aset DPPKAD Kota Tangerang Selatan

    diketahui bahwa perubahan fungsi bangunan tersebut tidak diikuti addendum

    kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT BMS.

    3) PT BMS tidak menyerahkan prasaran lahan parkir

    Berdasarkan perjanjian diketahui bahwa PT BMS menyerahkan prasana berupa

    lahan parkir kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk dikelola oleh

    Pemda. Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Bidang aset DPPKAD Kota

    Tangerang Selatan diketahui bahwa lahan parkir belum diserahkan oleh PT

    BMS kepada Pemerintah dhi. Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Lahan

    parkir yang terletak di Komplek Segitiga Ciputat tersebut ternyata dikelola

    sendiri oleh pihak PT BMS yang bekerjasam dengan PT SAS tanpa adanya ijin

    dan persetujuan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Selain itu pihak

    ketiga tersebut belum pernah memberikan konstribusi atau hasil sewa atas

    lahan parkir yang dikelola oleh PT BMS.

    Hasil konfirmasi dengan Bidang Pendapatan Non PBB dan BPHTB DPPKAD

    Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa penerimaan Omzet Parkir selama 1

    tahun minimal sebesar Rp190.232.500,00 atau selama 4 tahun sebesar

    Rp760.939.000,00. Penerimaan omzet tersebut berdasarkan self assesment dari

    pengelola parkir. Pihak DPPKAD belum pernah melakukan pemeriksaan pajak

    parkir dari masing-masing Wajib Pajak. Omzet ini merupakan nilai yang dapat

    menjadi Pendapatan Asli Daerah apabila dikelola sendiri oleh Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan. Nilai omzet tersebut belum memperhitungkan biaya-biaya

    maupun pajak parkir yang dikeluarkan/diperlukan dalam pengelolaan parkir

    tersebut.

    c. Pengamanan atas Tanah di Komplek Segitiga Ciputat Lemah

    Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dan

    PT BMS diketahui bahwa jangka waktu perjanjian adalah 30 (tiga puluh) tahun

    terhitung sejak diterbitkannya Hak Guna Bangunan (HGB) di atas HPL

    Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hal tersebut mengakibatkan waktu berakhirnya

    perjanjian tidak ada kepastian karena tergantung kepada pihak pengelola untuk

    mengurus HGB. Berdasarkan penjelasan Bidang Aset DPPKAD Kota Tangerang

    Selatan diketahui bahwa Pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak memiliki

    dokumen / arsip Sertifikat HGB yang telah terbit di atas tanah milik Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan di Komplek Segitiga Ciputat.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 17

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

    a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang

    Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Pasal 32:

    1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib

    melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam

    penguasaannya.

    2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan

    hukum.

    b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tanggal 21 Maret 2007

    Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pada :

    1) Pasal 36 yang menyatakan bahwa barang milik daerah yang belum

    dimanfaatkan dapat disewakan kepada pihak ketiga sepanjang

    menguntungkan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah

    berdasarkan surat perjanjian sewa menyewa. Pemanfaatan selain disewakan

    dapat dikenakan retribusi yang ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah.

    Barang milik daerah dapat dipinjampakaikan yang dilaksanakan setelah

    mendapat persetujuan Kepala Daerah berdasarkan surat perjanjian.

    2) Pasal 37 yang menyatakan bahwa kerjasama pemanfaatan dilaksanakan

    dalam rangka (a) mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik

    daerah dan (b) meningkatkan penerimaan daerah.

    3) Lampiran VII.3.a. yang menyatakan bahwa Buku Inventaris tersebut memuat

    data meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun

    pembelian, asal barang, keadaan barang, dan sebagainya. Agar Buku

    Inventaris dapat digunakan sesuai fungsi dan peranannya, maka

    pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan, berdasarkan data yang

    benar, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat

    Permasalahan tersebut mengakibatkan:

    a. Berpotensi hilangnya aset serta membuka peluang aset berpindah tangan dan

    dikuasai oleh pihak lain secara tidak sah yang dapat merugikan pemerintah daerah;

    b. Indikasi kerugian daerah atas beberapa fasilitas sarana dan prasarana (terminal dan

    fasilitas penunjang lainnya) yang tidak dibangun oleh PT BMS;

    c. Indikasi kerugian daerah atas penerimaan pengelolaan parkir yang dikelola oleh

    pihak III tanpa ijin dan tanpa memberikan hasil sewa/kompensasi kepada

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan selama 4 tahun minimal sebesar

    Rp760.939.000,00;

    Hal tersebut disebabkan karena:

    a. Perjanjian Kerja sama dengan PT BMS lemah, tidak menguntungkan serta

    memperhatikan keterjaminan dan keamanan aset milik daerah dalam jangka

    panjang;

    b. Pihak PT BMS lalai tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang disepakati

    dalam dalam perjanjian kerjasama;

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 18

    c. Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan selaku Pengelola Barang kurang

    optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian Barang Milik Daerah;

    d. Kepala DPPKAD Kota Tangerang Selatan selaku Pembantu Pengelola Barang

    tidak tegas dalam mengambil langkah-langkah strategis terkait permasalahan

    pengelolaan aset yang tidak menguntungkan dan menjamin kepemilikan dan

    keamanan aset daerah dalam jangka panjang.

    Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah

    Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa Kompleks Segitiga Ciputat merupakan aset

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten

    Tangerang melalui melalui Berita Acara Serah Terima (BAST) nomor 593/2426.2-

    ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010. Aset tersebut masih di bawah ikatan

    perjanjian kerjasama pengelolaan antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT

    BMS nomor 551.22/1755/1992 tanggal 4 Agustus 1992 yang kemudian di lakukan

    addendum dengan nomor 511.2/3951-Um/1992. Pasal 4 ayat (1) BAST nomor

    593/2426.2-ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010 menyatakan bahwa dalam

    hal aset sebagaimana dimaksud pasal 3 masih dimanfaatkan oleh pihak ketiga,

    berdasarkan keputusan pihak kesatu, maka pemanfaatannya masih tetap berlaku

    sampai dengan habis masa berlakunya. Saat ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    masih melakukan kajian atas aspek hukum ikatan perjanjian nomor 551.22/1755/1992

    tersebut, termasuk diantaranya terkait dengan kepastian luas tanah yang menjadi hak

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Disamping itu, saat ini sedang dikaji juga apakah

    terdapat indikasi adanya wan prestasi oleh para pihak yang mengadakan ikatan

    perjanjian, mengingat ada tidaknya wan prestasi akan berpengaruh terhadap status

    perjanjian kerjasama tersebut.

    Rekomendasi BPK merekomendasikan kepada Walikota Kota Tangerang Selatan

    agar:

    a. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk meninjau

    ulang kerja sama pemanfaatan aset Komplek Segi Tiga Ciputan dengan PT BMS

    untuk selanjutnya dikelola secara transparan, menguntungkan dan menjamin

    kepemilikan dan keamanan daerah dalam jangka panjang;

    b. Melakukan inventarisasi atas tanah dan bangunan di Komplek Segitiga Ciputat

    untuk selanjutnya dilakukan pengamanan baik fisik maupun administrasi atas aset

    tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

    c. Memerintahkan DPPKAD berkoordinasi dengan Inspektorat Kota Tangerang

    Selatan untuk melakukan evaluasi dan meminta pertanggungjawaban PT SAS atau

    PT BMS atas hasil pengelolaan parkir tanpa ijin yang diterimanya minimal sebesar

    Rp760.939.000,00;

    d. Meminta kepada PT BMS untuk menyerahkan salinan sertifikat HGB atas tanah

    milik daerah yang dikerjasamakan;

    e. Mengambil alih pengelolaan parkir di Komplek Segitiga Ciputat dari pihak III

    untuk selanjutnya dikelola sendiri oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan atau

    melakukan kerjasama dengan pihak lain sesuai ketentuan yang menguntungkan

    dan menjamin keamanan kepemilikan aset daerah.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 19

    3.4. Pengamanan

    3.4.1 Temuan - Aset Tanah yang Tercatat pada Buku Inventaris Seluas 7.180 M2

    Sebagian dikuasai Pihak Lain

    Nilai Aset Tetap Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan Buku

    Induk Inventaris Tanah (A) per periode 2012 sebesar Rp1.237.965.235.576,41. Atas

    Aset tanah tersebut terdapat tanah yang bersumber dari penyerahan Pemerintah

    Kabupaten Tangerang. Berdasarkan BAST Aset Milik Pemerintah Kabupaten

    Tangerang dari Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan Nomor 030/3827.a-DPPKAD/2010, aset berupa tanah yang telah diserahkan

    sebesar Rp877.852.456.263,41.

    Hasil pemeriksaan secara uji petik atas aset tanah yang bersumber dari

    penyerahan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Eks SMAN 3 Ciputat /

    SMAN 8 Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa sebagian atas lahan tanah tersebut

    digunakan oleh pihak lain. Tanah tersebut berasal dari Eks Kabupaten Tangerang yang

    merupakan Tanah Eks Kekayaan Desa Cirendeu, dengan lokasi di Jalan Cirendeu Raya

    No.5 Ciputat dengan luas 7.180 M2 yang bernilai sebesar Rp10.770.000.000,00.

    Berdasarkan Daftar Inventaris Tanah Bengkok Desa No.143/17-Kel.CRD/2005

    yang ditandatangani Plt. Lurah Cirendeu CS yang kemudian diperbarui oleh Plt. Lurah

    Cirendeu Drs. SM menunjukkan bahwa tanah seluas 7.180 M2 merupakan bagian dari

    tanah Eks Desa Cirendeu seluas 5 Ha. Dari luas 5 Ha tersebut yang tercatat di Buku

    Induk Inventaris Tanah (A) hanya seluas 7.180 M2. Sedangkan sisanya seluas 42.820

    M2 (5 ha 0,7180 ha) belum dicatat atau dimasukkan dalam BMD Kabupaten

    Tangerang maupun Kota Tangerang Selatan. Selain itu tanah seluas 7.180 M2 tersebut

    belum disertifikatkan oleh Kota Tangerang Selatan.

    Beberapa dokumen yang menerangkan/menyatakan bahwa tanah seluas 7.180

    M2 tersebut milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

    a. BAST dari Pemerintah Kabupaten Tangerang ke Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan;

    b. Daftar Inventaris Tanah Bengkok Desa yang ditandatangani Plt Lurah Cirendeu

    yang menerangkan bahwa lokasi tanah seluas 5 Ha merupakan Tanah Eks

    Kekayaan Desa Cirendeu;

    c. Surat Keterangan dari Lurah Cirendeu Nomor 010/18/Kel-Crd/2008 tanggal 24

    April 2008, bahwa SMAN 8 (dahulu SMAN 3) dengan luas 5.180 M2 berada di

    atas tanah Pemerintah Kabupaten Tangerang.

    Berdasarkan pengamatan fisik ke lapangan diperoleh informasi dari pihak Kepala

    Sekolah SMAN 8 bahwa dari luas tanah 7.180 M2, tanah yang digunakan oleh SMAN

    8 hanya sebesar 2.400 M2, sedangkan sisanya telah digunakan oleh pihak lain, yaitu :

    a. Sebelah Selatan SMAN 8 digunakan untuk lapak-lapak pedagang, rumah mantan

    Lurah dan Minimarket Seven Eleven;

    Berdasarkan hasil konfirmasi ke BP2T Kota Tangerang Selatan terkait Ijin

    Mendirikan Bangunan (IMB) Minimarket Seven Eleven diketahui bahwa BP2T

    tidak pernah mengeluarkan IMB atas bangunan Seven Eleven tersebut. BP2T

    belum memproses perijinan lebih lanjut karena menunggu kejelasan status lahan

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 20

    yang dimohonkan. Dengan demikian minimarket tersebut berdiri tanpa adanya

    IMB;

    b. Sebelah Barat SMAN 8 terdapat bangunan ruko

    Berdasarkan Akta Perjanjian Sewa Bangun No.4 Tanggal 19 April 2003 di

    hadapan Notaris Amalia Bafagih, ruko-ruko yang terletak di sebelah Barat SMAN

    8 merupakan bentuk kerjasama sewa bangun antara Pemerintah Desa Cirendeu

    (diwakilkan oleh Kepala Desa Cirendeu) dengan DMH yang berjangka waktu 10

    tahun terhitung mulai tanggal 1 Mei 2003 dan berakhir tanggal 30 September

    2013. Dengan berakhirnya jangka waktu sewa maka pihak kedua (DMH) harus

    segera menyerahkan tanah berikut bangunan kios beserta fasilitasnya kepada

    Pemerintah Desa Cirendeu. Dengan telah beralihnya status Desa Cirendeu menjadi

    Kelurahan Cirendeu, maka aset tersebut harus diserahkan kepada Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan.

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

    a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang

    Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Pasal 32:

    1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib

    melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam

    penguasaannya.

    2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan

    hukum.

    b. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Pasal 64:

    1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang Wajib

    melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada dalam

    penguasaannya;

    2) Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 agar

    terhindar dari penyerobotan, pengambil-alihan atau klaim dari pihak lain

    dilakukan dengan cara :

    a) Pengamanan administratif meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi,

    dan pelaporan barang milik daerah serta penyimpanan dokumen

    kepemilikan secara tertib;

    b) Pengamanan fisik, yaitu untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi

    barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang;

    c) Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan antara lain dilakukan dengan

    cara pemagaran, pemasangan tanda batas tanah, selain tanah dan bangunan

    dilakukan dengan penyimpanan dan pemeliharaan serta tanda kepemilikan

    barang;

    d) Pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti

    kepemilikan dan upaya hukum.

    Permasalahan tersebut mengakibatkan:

    a. Potensi kerugian daerah atas timbulnya sengketa dan hilangnya aset tanah milik

    daerah yang dikuasai oleh pihak lain secara tidak sah dan prosedural;

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 21

    b. Pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak dapat memanfaatkan lahan secara

    optimal untuk keberlangsungan proses belajar mengajar di SMAN 8.

    Hal tersebut disebabkan:

    a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang dan Kepala DPPKAD selaku

    Pembantu Pengelola Barang kurang optimal dan lemah dalam melaksanakan

    pengawasan, pengendalian dan pengamaman tanah bengkok/eks desa.

    b. Adanya indikasi mantan pejabat Desa/kelurahan melakukan penguasaan dan

    pengelolaan tanah milik daerah (tanah bengkon/eks desa) secara sepihak dan tidak

    prosedural.

    Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah

    Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa aset tanah seluas 7.180 M2 di Kelurahan

    Cireundeu merupakan bagian dari aset yang diserahkan Pemerintah Kabupaten

    Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui Berita Acara nomor

    593/2426.2-ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010. Di atas tanah tersebut berdiri

    SMAN 8 Ciputat, Kompleks Ruko, rumah mantan kepala desa dan mini market seven-

    eleven. Disamping Berita Acara tersebut, dokumen kepemilikan Pemerintah Kota

    Tangerang Selatan atas tanah dimaksud adalah surat keterangan yang ditandatangani Plt

    Lurah Cireundeu dan Surat Keterangan dari Lurah Cireundeu nomor 010/18/Kel-

    Crd/2008 tanggal 24 April 2008. Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009

    pernah melakukan pemasangan papan nama aset diatas tanah tersebut. Namun di

    kemudian hari, ada pihak lain yang melakukan klaim kepemilikan atas tanah tersebut

    dengan menunjukan bukti girik dan keterangan dari pihak kelurahan dan kecamatan.

    Saat ini Pemerintah Kota sedang melakukan konsultasi dengan pihak Kejaksaan Negeri

    selaku Jaksa Pengacara Negara terkait dengan aspek hukum atas kepemilikan tanah

    dimaksud.

    Rekomendasi - BPK merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar :

    a. Melakukan pengamanan dan upaya hukum atas aset tanah yang berlokasi di

    SMAN 8 Tangerang Selatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

    d. Melakukan pendataan dan penelitian secara rinci dan komprehensif terhadap

    Tanah Eks Kekayaan Desa Cirendeu seluas 5 Ha untuk selanjutnya dilakukan

    pengelolaan dan pengamanan aset sesuai ketentuan yang berlaku.

    3.4.2 Temuan - Tanah Eks Kekayaan Desa Minimal Seluas 756.213 M2 dan Senilai

    Rp363.519.462.000,00 Belum Tercatat Dalam Buku Induk Inventaris Tanah

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    Berdasarkan Neraca per 31 Desember 2012 serta Buku Induk Inventaris A

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan periode 2012, aset tetap tanah tercatat sebesar

    Rp1.237.965.235.576,41. Saldo tersebut tercatat 15 SKPD Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan.

    Hasil pemeriksaan terhadap dokumen serta uji petik terhadap fisik aset tanah

    diketahui bahwa pencatatan aset tanah tersebut belum mencerminkan kondisi yang

    sebenarnya. Hal tersebut terlihat dari adanya pencatatan aset tetap gedung bangunan

    pada Buku Induk Inventaris C namun penelusuran atas tanah tempat gedung bangunan

    tersebut pada Buku Induk Inventaris A tidak ditemukan.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 22

    Hasil konfirmasi dengan Bidang Aset DPPKAD diketahui bahwa masih terdapat

    beberapa tanah yang sebelumnya berasal dari desa dan pada Tahun 2006 berubah status

    menjadi kelurahan belum tercatat dalam Buku Induk Inventaris A. Berdasarkan

    Permendagri No 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan

    Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, maka seluruh kekayaan desa

    menjadi kekayaan daerah.

    Untuk mengatur pengelolaan tanah yang berasal dari eks kekayaan desa tersebut,

    Walikota Tangerang Selatan menetapkan Peraturan No 39 Tahun 2012 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

    Barang Milik Daerah. Dalam Perda tersebut diatur tentang tata cara penguasaan,

    penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah eks kekayaan desa.

    Sebagai tindak lanjut atas peraturan tersebut, Walikota Tangerang Selatan juga

    membentuk Tim Verifikasi Tanah Eks Kekayaan Desa melalui Keputusan Nomor

    030/Kep.150-Huk/2013 tanggal 5 Juli 2013. Tim ini antara lain bertugas untuk

    melakukan inventarisasi atas perolehan barang milik daerah eks kekayaan desa baik

    yang sudah digunakan oleh SKPD maupun yang belum digunakan oleh SKPD serta

    memverifikasi kelengkapan dokumen yang ada. Hasil verifikasi digunakan sebagai

    bahan untuk pencatatan, pemanfaatan dan penggunaan barang milik daerah. Sampai

    dengan berakhirnya pemeriksaan, tim verifikasi sedang melakukan inventarisasi

    kekayaan eks desa. Data hasil verifikasi masih bersifat umum, belum lengkap dan

    komprehensif.

    Hasil konfirmasi kepada 54 kelurahan di 7 kecamatan terkait tanah eks kekayaan

    desa menunjukkan bahwa terdapat 120 bidang tanah seluas 756.213 M2 senilai

    Rp363.519.462.000,00 belum tercatat dalam KIB A dengan rincian sebagai berikut.

    Tabel 3.2. Tanah Kekayaan Eks Desa yang Belum Tercatat dalam KIB A

    KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI

    SERPONG 17 154.889 27.747.126.000

    SERPONG UTARA 18 126.261 40.591.528.000

    SETU 12 25.984 9.039.210.000

    CIPUTAT 20 75.452 65.765.898.000

    CIPUTAT TIMUR 15 215.260 120.459.756.000

    PONDOK AREN 22 110.722 45.537.094.000

    PAMULANG 16 47.645 54.378.850.000

    TOTAL 121 756.213 363.519.462.000

    Berdasarkan hasil konfirmasi tersebut, sebanyak 101 bidang tanah seluas 389.824

    M2 telah dikuasai dan digunakan oleh SKPD Pemerintah Kota Tangerang Selatan,

    antara lain untuk sarana pendidikan, kantor kecamatan, kantor kelurahan dan sarana

    olah raga, dengan rincian sebagai berikut;

    Tabel 3.3 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pemerintah Kota Tangerang Selatan

    KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI

    SERPONG 14 30.326 23.191.304.000

    SERPONG UTARA 15 40.503 19.808.719.000

    SETU 10 19.369 7.129.765.000

    CIPUTAT 15 47.045 28.497.206.000

    CIPUTAT TIMUR 10 109.214 81.159.646.000

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 23

    KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI

    PONDOK AREN 21 95.722 45.537.094.000

    PAMULANG 16 47.645 54.378.850.000

    TOTAL 101 389.824 259.702.584.000

    Selain itu juga terdapat 20 bidang tanah seluas 366.389 M2 yang tidak digunakan

    oleh SKPD Pemerintah Kota Tangerang Selatan, namun dikuasi oleh pihak lain. Tanah-

    tanah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat, sawah, pasar serta kios

    yang dikelola masyarakat dengan rincian sebagai berikut.

    Tabel 3.4 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pihak Lain

    KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI

    SERPONG 3 124.563 4.555.822.000

    SERPONG UTARA 3 85.758 20.782.809.000

    SETU 2 6.615 1.909.445.000

    CIPUTAT 5 28.407 37.268.692.000

    CIPUTAT TIMUR 6 106.046 39.300.110.000

    PONDOK AREN 1 15.000 0

    PAMULANG 0 0 0

    TOTAL 20 366.389 103.816.878.000

    Rincian tanah eks kekayaan desa yang dikuasai Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan maupun pihak lain diuraikan pada Lampiran 2.

    Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik dokumen dan fisik lapangan, diketahui

    hal-hal sebagai berikut.

    a. Tanah eks kekayaan Desa Cirendeu seluas 36.000 M2 yang terletak di Kelurahan

    Serua telah dibangun Rusunawa sejak tahun 2010 yang dikelola oleh Dinas Tata

    Kota. Tanah tersebut adalah hasil tukar menukar dengan tanah desa yang terletak

    di Desa Cirendeu pada Tahun 1994 dengan bukti berupa sertifikat serta akta jual

    beli (AJB). Namun di atas tanah tersebut belum dialukan pengaman dengan

    melakukan pemagaran dan pemberian papan nama tanda kepemilikan Pemerintah

    Kota Tangerang Selatan.

    b. Tanah eks kekayaan Desa Cirendeu seluas 50.000 M2 yang terletak di Kelurahan

    Cirendeu. Di atas tanah tersebut telah didirikan bangunan sekolah, kantor

    kelurahan, lapangan bola serta sarana perumahan/kavling. Atas tanah tersebut tidak

    dapat ditemukan dokumen atas hak tanah baik berupa letter c, girik maupun AJB.

    Pihak Kelurahan Cirendeu juga tidak dapat menunjukkan secara pasti lokasi tanah

    eks kekayaan Desa Cirendeu tersebut.

    c. Dari 20 bidang tanah yang dikelola masyarakat seluas 366.389 M2 tersebut di atas,

    diantaranya sebanyak 6 bidang tanah seluas 213.758 M2 berada di wilayah

    Kabupaten Tangerang. Tanah-tanah tersebut merupakan hasil tukar menukar

    dengan eks tanah desa sebelum pemekaran Kota Tangerang Selatan.

    d. Pihak kelurahan tidak memiliki dan mengadministrasikan dokumen tanah secara

    memadai, seperti tidak memiliki buku induk tanah maupun letter C dengan baik.

    Hal ini akan mempersulit Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam memverifikasi

    kelengkapan dokumen kepemilikan.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 24

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

    a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang

    Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Pasal 32:

    1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib

    melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam

    penguasaannya.

    2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

    b. Permendagri No 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan,

    Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan Pasal 12:

    1) Berubahnya status Desa menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan sumber-

    sumber pendapatan Desa menjadi kekayaan Daerah Kabupaten/ Kota.

    2) Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dikelola oleh Kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.

    c. Peraturan Walikota Tangerang Selatan No 39 Tahun 2012 tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011, Lampiran Bab II

    Penggunaan Atas Barang Milik Daerah Yang Berasal Dari Perolehan Eks.

    Kekayaan Desa, yang menyatakan antara lain barang milik daerah eks. kekayaan

    desa dapat dikuasai dan atau dicatat sebagai barang milik daerah dengan ketentuan

    memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut:

    (1) Sudah dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, sarana pemerintahan, sarana

    olah raga, sarana perdagangan dan sarana sosial kemasyarakatan lainnya;

    (2) Hasil inventarisasi tanah/bangunan eks. kekayaan desa yang dibentuk oleh

    Walikota atau tenaga ahli yang ditunjuk;

    (3) Tercantum dalam Berita Acara Serah Terima Aset dari Pemerintah Kabupaten

    Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan;

    (4) Memiliki dasar Keterangan Lurah atau keterangan pihak lain (serendah-

    rendahnya 2 (dua) orang dibawah sumpah atau dicatatkan keterangannya

    dihadapan Notaris);

    (5) Memiliki dokumen atas hak lainnya antara lain letter C, girik, akta jual beli oleh

    desa dan dokumen lain yang dapat dipersamakan;

    (6) Hasil Putusan Pengadilan Negeri Tangerang.

    Permasalahan tersebut mengakibatkan:

    a. Nilai tanah di Neraca dan Buku Induk Inventaris A tidak menggambarkan kondisi

    yang sebenarnya.

    b. Potensi penyalagunaan dan kehilangan aset tanah eks kekayaan desa yang dapat

    merugikan daerah.

    Hal tersebut disebabkan :

    a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang dan Kepala DPPKAD selaku Pembantu

    Pengelola Barang kurang optimal dan lemah dalam melaksanakan pengawasan,

    pengendalian dan pengamaman tanah bengkok/eks desa.

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 25

    b. Tim inventarisasi tanah eks kekayaan desa belum optimal dalam melakukan

    inventarisasi dan berkoordinasi dengan intsansi terkait dalam rangka melakukan

    penertiban atas pengelolaan tanah eks kekayaan desa secara komprehensif.

    Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Bagian Pertanahan Sekretariat

    Daerah Kota Tangerang Selatan menyatakan Peralihan status 49 desa menjadi

    kelurahan terjadi pada tahun 2006. Dalam Berita Acara penyerahan aset dari

    Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan nomor

    593/2426.2-ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010, hanya sebagian aset eks

    kekayaan desa yang dilimpahkan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

    Selanjutnya Pemerintah Kota Tangerang Selatan berinisiatif untuk melakukan

    inventarisasi/pendataan dan pengamanan aset tanah eks kekayaan desa, baik yang

    sudah tercatat dalam BAST maupun yang belum. Berdasarkan inventarisasi/pendataan

    tersebut, diperoleh dokumen kepemilikan tanah berupa girik, letter C, Akta Jual Beli

    (AJB), surat pernyataan lurah dan surat keterangan lurah. Setelah inventarisasi,

    dilakukan langkah-langkah pengamanan berupa penentuan batas tanah, pemasangan

    patok, pemasangan papan nama aset, pengukuran dan pensertipikatan. Saat ini, proses

    pensertipikatan sebagian tanah eks kekayaan desa masih berjalan. Proses

    pensertipikatan ini dilakukan secara bertahap mulai dari tanah yang dokumennya

    lengkap sampai yang tidak memiliki dokumen. Tanah eks kekayaan desa yang belum

    dicatat dalam Buku Induk Inventaris Tanah disebabkan oleh masih dilakukannya

    proses pensertipikatan dan penelusuran terkait kepastian hukum status tanah dimaksud

    guna menghindari adanya gugatan dari pihak lain di kemudian hari.

    Rekomendasi BPK merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar :

    a. Tim inventarisasi tanah eks kekayaan desa segera melakukan inventarisasi secara

    komprehensif.

    b. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam rangka

    inventarisasi, pendataan dan penertiban pengelolaan tanah-tanah eks kekayaan

    desa yang terletak di wilayah Kabupaten Tangerang;

    c. Memerintahkan Sekretaris Daerah dan Kepala DPPKAD mengambil langkah

    pengamanan dan penertiban atas barang milik daerah eks kekayaan desa yang

    dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa ijin.

    3.5. Penilaian

    Temuan - Penilaian Aset Dinas Pendidikan pada Kartu Inventaris Barang dan Buku

    Induk Inventaris Kurang Akurat

    Dalam Laporan Administrasi Aset Periode Triwulan 2 Tahun Anggaran 2013 (per Juni

    2013), Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan mencatat aset senilai

    Rp698.334.347.649,00. Aset tersebut diantaranya berupa Peralatan dan Mesin senilai

    Rp84.239.019.117,00 dan Gedung dan Bangunan senilai Rp308.682.410.913,00.

    Pemeriksaan atas Kartu Inventaris Barang dan Buku Induk Inventaris Peralatan dan

    Mesin (KIB B) dan Gedung dan Bangunan (KIB C) pada Dinas Pendidikan diketahui hal-hal

    sebagai berikut:

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 26

    a. Aset peralatan dan mesin tercatat dengan nilai 1

    Pemeriksaan atas Buku Induk Inventaris Kota Tangerang Selatan tahun 2012 diketahui

    masih terdapat aset yang tercatat dengan nilai 1 sebanyak 230 aset. Penelusuran lebih

    lanjut diketahui bahwa aset tersebut merupakan barang hibah dari Kabupaten Tangerang

    (eks Kabupaten Tangerang). Dalam dokumen Berita Acara Serah Terima Aset Milik

    Pemerintah Kabupaten Tangerang Dari Pemerintah Kabupaten Tangerang Kepada

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan Nomor 030/3827.a-DPPKAD/2010 nilai barang

    tersebut juga 1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan sampai saat ini belum melakukan

    inventarisasi atas aset peralatan dan mesin eks Kabupaten Tangerang tersebut. Secara

    rinci ada dalam lampiran 3.

    b. Aset peralatan dan mesin yang tidak ada nilainya

    Pemeriksaan atas Buku Induk Inventaris 2012 diketahui masih terdapat aset peralatan dan

    mesin yang tidak ada nilainya sebanyak 159 buah. Aset peralatan tersebut sebanyak 3

    buah merupakan barang hibah eks Kabupaten Tangerang yang di BAST tidak ada

    nilainya. 4 buah diperoleh dari Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) Tahun 2010 dan

    sebanyak 152 merupakan pengadaan tahun 2012. Berdasarkan konfirmasi kepada Dinas

    Pendidikan, aset yang berasal dari BOP 2010 dan pengadaan Tahun 2012 tidak

    mempunyai nilai karena pada saat pembagian aset ke sekolah-sekolah nilainya menjadi

    satu kesatuan / tidak rinci ke masing-masing aset, sehingga sekolah tidak dapat

    mengalokasikan nilai ke masing-masing aset. Secara rinci ada dalam lampiran 3.

    c. Aset peralatan dan mesin yang dicatat secara gabungan

    Pemeriksaan atas Buku Induk Inventaris dan KIB B Peralatan dan Mesin pada Dinas

    Pendidikan Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa terdapat aset peralatan dan mesin

    yang masih tercatat secara gabungan sebanyak 3 buah dengan nilai Rp9.722.151.000,00.

    Dalam KIB pengurus barang tidak merinci masing-masing peralatan akan tetapi

    mencatatnya per paket pengadaan sesuai dengan jenis belanja modalnya. Secara rinci ada

    dalam lampiran 3.

    d. Aset gedung dan bangunan dicatat tidak akurat

    Pemeriksaan atas KIB C Gedung dan Bangunan Dinas Pendidikan dan Buku Induk

    Inventaris Kota Tangerang Selatan tahun 2012 diketahui bahwa pencatatan nilai aset

    gedung dan bangunan tidak akurat. Pencatatan yang tidak akurat tersebut dapat dilihat

    pada tahun perolehan aset gedung dan bangunan tahun 2010 di Dinas Pendidikan.

    Pencatatan KIB gedung dan bangunan pada tahun tersebut masih ada yang dicantumkan

    sesuai dengan pengajuan pencairan. Jumlah gedung dan bangunan menjadi lebih banyak

    karena pencatatan dalam KIB gedung dan bangunan tersebut tidak dijadikan satu.

    Misalnya terdapat 3 kali pencairan untuk satu gedung yang sama, Dinas Pendidikan

    mencatat perolehan juga sebanyak 3 kali.

    Pada akhir Tahun 2010, dalam KIB gedung dan bangunan terdapat reklasifikasi atas aset

    gedung dan bangunan ke KIB Konstruksi Dalam Pengerjaan (KIB F) sebesar

    Rp2.724.250.200,00 yang dicatat secara gabungan dan tidak terinci. Pada akhir Tahun

    2011, dilakukan reklas kembali ke aset gedung dan bangunan dan sampai ini juga masih

    tercatat secara gabungan dengan uraian reklas KDP 2010.

    Pemeriksaan lebih lanjut atas KIB Dinas Pendidikan diketahui bahwa dalam pencatatan

    aset Eks Kabupaten Tangerang ke KIB dilakukan secara gabungan sebesar

  • BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 27

    Rp206.462.478.994,00. Aset eks Kabupaten Tangerang tersebut dalam BAST Aset

    Kabupaten Tangerang ke Kota Tangerang Selatan sud