LHP BPK Manejemen Aset Kota_Tangsel
Embed Size (px)
description
Transcript of LHP BPK Manejemen Aset Kota_Tangsel
-
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
MANAJEMEN ASET
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DI
SETU
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BANTEN
Nomor : 04/LHP/XVIII.SRG/04/2014
Tanggal : 14 April 2014
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... iv
SIMPULAN PEMERIKSAAN........................................................................................ v
BAB I. GAMBARAN UMUM................................................................................... 1
1.1. Dasar Pemeriksaan.................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pemeriksaan.................................................................................. 1
1.3. Jenis Pemeriksaan..................................................................................... 1
1.4. Standar Pemeriksaan................................................................................. 1
1.5. Metodologi Pemeriksaan.......................................................................... 1
1.6. Objek Pemeriksaan................................................................................... 2
1.7. Cakupan Pemeriksaan.............................................................................. 2
1.8. Batasan dan Kendala Pemeriksaan........................................................... 2
BAB II HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN
INTERN......................
3
BAB III HASIL PEMERIKSAAN.............................................................................. 7
3.1 Perencanaan
Terdapat Perencanaan Barang Yang Tidak Sesuai Kebutuhan pada
Dinas Pendidikan.....................
7
3.2 Penggunaan
Barang Milik Daerah dari Pengadaan Tahun 2009 2012 Belum
Ditetapkan Status Penggunaannya............
9
3.3 Pemanfaatan
3.3.1 Pengelolaan Kerjasama Pemanfaatan BMD Belum Tertib dan
Terdapat Potensi Penerimaan atas Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah atas Tanah untuk Sarana Pelayanan Umum yang Belum
Dipungut Minimal Sebesar Rp318.301.140,00
10
3.3.2 Kerja sama Pemanfaatan Aset Tanah di Komplek Segitiga Ciputat
Tidak Menguntungkan dan Menjamin Keamanan Aset
Pemerintah Kota Tangerang Selatan ...
14
3.4 Pengamanan
3.4.1 Aset Tanah yang Tercatat pada Buku Inventaris Seluas 7.180 M2
Sebagian dikuasai Pihak Lain .
19
3.4.2 Tanah Eks Kekayaan Desa Minimal Seluas 756.213 M2 dan
Senilai Rp363.519.462.000,00 Belum Tercatat Dalam Buku Induk
Inventaris Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan ...............
21
3.5 Penilaian
Penilaian Aset Dinas Pendidikan pada Kartu Inventaris Barang dan
Buku Induk Inventaris Kurang Akurat..................
25
3.6 Penatausahaan
Pencatatan Aset pada Kartu Inventaris Barang dan Buku Induk
Inventaris Kurang Akurat..
28
3.7 Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU)
3.7.1 Penatausahaan Penyerahan PSU Perumahan dan Permukiman
Belum Tertib ..................................................
33
3.7.2 Aset Perolehan PSU dari Pengembang Seluas 4.934.082,83 M2
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten ii
Senilai Rp6.158.861.689.790,00 Belum Tercatat Dalam Daftar
Aset .........................................................
39
3.7.3 Pemanfaatan Aset Perolehan PSU Oleh Pihak Ketiga Tanpa Ijin
Berindikasi Kerugian Daerah Sebesar Rp10.413.476.215,80..........
46
LAMPIRAN
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten iii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Aset Tetap per 30 Juni 2013 2
Tabel 3.1 Rincian Fasilitas Komersil dan Non Komersil 12
Tabel 3.2 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Belum Tercatat dalam KIB A 22
Tabel 3.3 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pemerintah Kota Tangerang
Selatan
22
Tabel 3.4 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pihak Lain 23
Tabel 3.5 Buku Inventaris Tanah Per 31 Desember 201 27
Tabel 3.6 Nilai Aset pada Buku Induk Inventaris Tahun 2012 31
Tabel 3.7 Pengembang Yang Sudah Selesai Pembangunannya Tetapi Belum
menyerahkan PSU
36
Tabel 3.8 Pengembang yang Menyerahkan PSU Tahun 2009 - 2013 37
Tabel 3.9 PSU Perolehan Penguasaan Sepihak 37
Tabel 3.10 BAST PSU PT. BSD, Tbk kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang 40
Tabel 3.11 PSU Perolehan dari Perumahan Alam Sutera 42
Tabel 3.12 PSU Perolehan dari Perumahan Pamulang Permai I 43
Tabel 3.13 Perbedaan BAST dan KIB pada Perumahan Pamulang Permai I 43
Tabel 3.14 PSU Perolehan dari Perumahan Pamulang Permai II 44
Tabel 3.15 Perbedaan BAST dan KIB pada Perumahan Pamulang Permai II 44
Tabel 3.16 PSU Perolehan dari Perumahan Pamulang Permai II 44
Tabel 3.17 Perbedaan BAST dan KIB pada Perumahan Pamulang Permai II 45
Tabel 3.18 PSU Perolehan dari Perumahan Taman Sari Pesona Bali 45
Tabel 3.19 Surat Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Parkir PT. BSD, Tbk 48
Tabel 3.20 Surat Penunjukkan Kerjasama PT. Satria Dharma Nusantara (Satria
Parking) selaku Pengelolaan Parkir Ruko Sutera Niaga
51
Tabel 3.21 Omzet Parkir PT. SDN pada Ruko Sutera Niaga I, II dan II 52
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Kerja Sama Penggunaan PSU Oleh Pihak Lain
Lampiran 2 Tanah Eks Kekayaan Desa yang Dikuasai Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dan Pihak Lain
Lampiran 3 Rekapitulasi Peralatan dan Mesin Dengan Nilai Tidak Wajar
Lampiran 4 Perbandingan Luas Tanah Dalam KIB dengan Luas Penetapan
Status Eks Kabupaten Tangerang
Lampiran 5 Daftar Pengembang yang Sudah Selesai Pembangunannya Tetapi
Belum Menyerahkan PSU
Lampiran 6 Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas
Sosial Perumahan Bumi Serpong Damai dari PT. Bumi Serpong
Damai Kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Tangerang
Lampiran 7 Potensi Penerimaan Dari Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Atas Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten v
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS
MANAJEMEN ASET TETAP
PADA
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pengguna Laporan : Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah
melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas Manajemen Aset Tetap pada Pemerintah
Kota Tangerang Selatan di Setu. Pemeriksaan ini bertujuan untuk (1) menilai apakah Sistem
Pengendalian Intern atas manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah telah memadai, (2)
menilai apakah informasi keuangan terkait manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah
telah disajikan secara wajar, dan (3) menilai apakah manajemen aset/pengelolaan barang milik
daerah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan kami laksanakan sesuai
dengan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK RI, yang meliputi prosedur-prosedur
yang kami pandang perlu sesuai dengan keadaan.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK RI menemukan 12 (dua belas) temuan pemeriksaan atas
Manajemen Aset pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan, antara lain:
1. Pengelolaan Kerjasama Pemanfaatan BMD Belum Tertib dan Terdapat Potensi Penerimaan
atas Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Tanah untuk Sarana Pelayanan Umum
yang Belum Dipungut Minimal Sebesar Rp318.301.140,00;
2. Kerja sama Pemanfaatan Aset Tanah di Komplek Segitiga Ciputat Tidak Menguntungkan
dan Menjamin Keamanan Aset Pemerintah Kota Tangerang Selatan;
3. Aset Tanah yang Tercatat pada Buku Inventaris Seluas 7.180 M2 Sebagian dikuasai Pihak
Lain;
4. Tanah Eks Kekayaan Desa Minimal Seluas 756.213 M2 dan Senilai Rp363.519.462.000,00
Belum Tercatat Dalam Buku Induk Inventaris Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan;
5. Aset Perolehan PSU dari Pengembang Seluas 4.934.082,83 M2 Senilai
Rp6.158.861.689.790,00 Belum Tercatat Dalam Daftar Aset; dan
6. Pemanfaatan Aset Perolehan PSU Oleh Pihak Ketiga Tanpa Ijin Berindikasi Merugikan
Daerah Sebesar Rp10.413.476.215,80.
Berdasarkan pemeriksaan kami, Pemerintah Kota Tangerang Selatan seperti yang telah kami
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten vi
sebutkan di atas menunjukkan bahwa manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah belum
sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah beserta perubahannya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan peraturan
lainnya yang digunakan sebagai kriteria dalam pemeriksaan ini.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 1
BAB I
GAMBARAN UMUM
1.1 Dasar Pemeriksaan
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
1.2 Tujuan Pemeriksaan
Pemerikaan atas Manajemen Aset pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan bertujuan
untuk menilai apakah :
a. Sistem pengendalian intern atas manajemen aset telah dirancang secara memadai untuk
mencapai tujuan pengendalian secara efektif;
b. Informasi keuangan terkait manajemen aset telah disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan diterapkan
secara konsisten;
c. Pengelolaan aset telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.3 Jenis Pemeriksaan
Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, maka jenis pemeriksaan yang dilaksanakan
adalah pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
1.4 Standar Pemeriksaan
Standar yang digunakan dalan pemeriksaan adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) tahun 2007 yang diterbitkan BPK-RI.
1.5 Metodologi Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan dirancang dan dilaksanakan sebagai berikut.
a. Perencanaan Pemeriksaan
1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
2. Pemahaman atas Entitas
3. Penilaian Risiko dan SPI
4. Materialitas Pemeriksaan dan Metode Uji Petik (Sampling)
Materialitas dan metode sampling yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah
sebagai berikut:
a) Materialitas Pemeriksaan
Materialitas pemeriksaan mencakup 3 (tiga) hal yaitu:
(1) BMD senilai minimal Rp.100.000.000,00 dan/atau
(2) BMD yang bernilai strategis terhadap pencapaian tugas pokok dan
fungsi Satuan Kerja dan/atau;
(3) BMD yang digunakan untuk pelayanan umum.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 2
b) Metode Sampling yang Dipakai
Metode sampling secara acak terhadap aset yang dianggap material
berdasarkan persyaratan di atas.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pengumpulan dan Analisis Bukti
2. Penyusunan Temuan Pemeriksaan
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan
c. Pelaporan Hasil Pemeriksaan
1. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
2. Perolehan Tanggapan dan Tindakan Perbaikan yang Direncanakan
1.6 Objek Pemeriksaan
Obyek pemeriksaan adalah Pemerintah Kota Tangerang Selatan
1.7 Cakupan Pemeriksaan
Cakupan pemeriksaan meliputi posisi aset tetap Pemerintah Kota Tangerang Selatan
per 30 Juni 2013 sebesar Rp3.081.341.498.558,70 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel.1.1 Aset Tetap per 30 Juni 2013
No. ASET TETAP NILAI
1 Tanah 1.240.652.023.726,41
2 Peralatan dan Mesin 458.354.801.237,00
3 Gedung dan Bangunan 527.876.012.437,29
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 720.281.557.915,00
5 Aset Tetap Lainnya 20.953.024.727,00
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 113.224.069.516,00
JUMLAH 3.081.341.489.558,70
1.8 Batasan dan Kendala Pemeriksaan
Hambatan yang ada saat melakukan pekerjaan lapangan yaitu kesulitan
memperoleh data PSU yang telah diserahkan dan melakukan konfirmasi
dengan pihak-pihak terkait pengelolaan aset. Hal ini disebabkan sebagian besar aset
Kota Tangerang Selatan merupakan pelimpahan dari Kabupaten Tangerang dan juga
terdapat pemanfaatan aset yang telah terjadi beberapa tahun yang lampau.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 3
BAB II
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Sistem pengendalian intern (SPI) adalah suatu proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai, untuk
memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan penelaahan komponen SPI yang terdiri dari Lingkungan Pengendalian,
Penilaian Resiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan dapat
disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terhadap pengelolaan aset tetap Pemerintah
Kota Tangerang Selatan belum memadai sehingga masih perlu dilakukan review dan
pembenahan demi tercapainya pengendalian intern yang optimal dalam rangka pengelolaan
aset tetap. Penelaahan terhadap komponen SPI atas pengelolaan aset pada Pemerintah Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut.
2.1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menunjukkan corak suatu organisasi yang mempengaruhi
sikap, kesadaran dan tindakan manajemen terhadap lingkungan pengendalian intern.
Lingkungan pengendalian antara lain mencakup integritas dan nilai etika, komitmen terhadap
kompetensi, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang
dan tanggung jawab, kebijakan dan praktek sumber daya. Secara umum, dapat disimpulkan
bahwa lingkungan pengendalian atas manajemen aset pada Pemerintah Kota Tangerang
Selatan belum memadai. Lingkungan Pengendalian atas manajemen aset pada Pemerintah
Kota Tangerang Selatan dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Integritas dan Nilai Etika.
Penegakan atas nilai integritas dan nilai etika dari segenap pejabat pengelola barang
daerah dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, dalam
memahami dan menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) khususnya mengenai
pengelolaan barang daerah belum memadai.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa para pengguna barang kurang optimal
dalam menjalankan tupoksinya, seperti Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku
pengguna barang milik daerah tidak optimal dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tupoksinya dalam melaporkan dan mengajukan usulan penetapan status penggunan dan
penguasaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan
lainnya yang sah kepada Walikota melalui pembantu pengelola. Di samping itu,
Pengurus barang pada masing-masing SKPD tidak cermat dalam mencatat BMD pada
KIB
b. Komitmen terhadap Kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi dari segenap Pejabat Pengelola Barang Daerah di
lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum dilaksanakan secara memadai.
Hal ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang memadai mencakup jumlah
personil, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengalaman kerja personil untuk
melaksanakan pengelolaan barang daerah. Para pengurus barang yang diangkat
berdasarkan SK Walikota Tangerang Selatan tersebut, belum sepenuhnya dapat
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 4
melaksanakan pekerjaan pengelolaan barang daerah yang dikelolanya karena masih
harus melaksanakan tugas-tugas lain di luar tugas pengurus barang. Kondisi ini
mengakibatkan para pengurus barang belum melaksanakan tugas pokoknya secara
maksimal.
Pada SKPD yang memiliki unit kerja/UPTD yang relatif banyak dibandingkan dengan
yang lainnya seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, masih terdapat pengurus
barang/penyimpan barang yang melakukan perangkapan tugas/jabatan. Pada Dinas
Pendidikan yang ada hanya Pengurus Barang namun tidak memiliki Pembantu Pengurus
Barang, sedangkan beban kerja Pengurus Barang pada Dinas Pendidikan relatif lebih
berat dibandingkan SKPD lainnya karena banyaknya sekolah/UPTD yang berada di
bawah Dinas Pendidikan.
c. Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen
Pemerintah Daerah cukup memahami adanya prosedur-prosedur dalam mengoperasikan
pemerintahan dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
pengelolaan barang daerah, Pemerintah Daerah telah membuat kebijakan mengenai
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan pengelolaan
barang milik daerah yang berlaku. Kebijakan-kebijakan mengenai pengelolaan barang
milik daerah tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para pegawai pelaksana
pengelola barang daerah. Sebagai contoh, dalam para pengurus barang pada masing-
masing SKPD melakukan pencatatan barang milik daerah yang kurang informatif dalam
masing-masing KIB.
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi atas pengelolaan aset sebagai berikut:
1) Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan, sebagai Pengelola Barang dan dibantu
oleh Pembantu Pengelola Barang yaitu Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan
Kekayaan dan Aset Daerah (DPPKAD). Pelaksanaan tugas pengelolaan aset sehari-
hari dilakukan oleh Bidang Aset DPPKAD yang menyelenggaraan sebagian tugas
Dinas dalam lingkup Pengelolaan Aset, Administrasi, Mutasi, Pemanfaatan dan dan
Pemberdayaan Aset. Khusus aset yang berasal dari Prasaranan dan Sarana Umum
(PSU) dalam pelaksanaannya terkait juga dengan Dinas Tata Kota yaitu Seksi
Pemukiman yang menyelenggarakan tugas verifikasi atas aset-aset yang berasal dari
PSU yang diserahkan oleh pengembang. Namun dalam pelaksanaan tugas
pengelolaan aset ini terdapat kelemahan yaitu verifikasi atas aset yang berasal dari
PSU pengembang yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Tangerang dilakukan
oleh Bidang Aset bukan oleh Dinas Tata Kota dhi. Seksi Pemukiman yang memiliki
Tupoksi tersebut.
2) Kepala SKPD selaku Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab
melakukan pengelolaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya dan
ditatausahakan oleh Pengurus Barang dan Penyimpan Barang;
2.2. Penilaian Risiko
Penilaian/penaksiran risiko Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah mencakup
pertimbangan yang memadai terhadap resiko yang timbul dari inventarisasi dan
penyajian posisi aset tetap pada neraca daerah. Dari pengujian yang telah dilaksanakan
menunjukkan bahwa pada umumnya dalam penyajian aset tetap masih terdapat kelemahan-
kelemahan, seperti belum seluruh aset tetap dicantumkan dalam Kartu Inventaris Barang
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 5
maupun neraca, terutama untuk asset- aset yang diperoleh dari PSU dan kekayaan eks desa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat resiko yang cukup besar atas pengelolaan
barang daerah.
2.3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa arahan manajemen telah dilakukan, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kebijakan dan Prosedur Kerja
Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah menetapkan kebijakan terkait pengelolaan
barang milik daerah yang dituangkan dalam bentuk peraturan daerah, peraturan walikota
atau keputusan walikota/keputusan sekretaris daerah, yaitu :
1) Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
2) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Daerah;
3) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Kodefikasi
Barang Milik Daerah;
4) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Tuntutan Ganti Rugi Barang Daerah;
5) Keputusan Walikota Tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah;
6) Keputusan Sekretaris Daerah Tentang Pengurus dan Penyimpan Barang.
Hasil pengujian SPI diketahui bahwa kebijakan tersebut masih terdapat beberapa
kelemahan yaitu :
1) Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki Peraturan Daerah terkait PSU
dan Peraturan Walikota terkait penyerahan PSU Perumahan dan Pemukiman yang
mengatur tatacara, mekanisme, hak dan kewajiban serta sanksi dalam serah terima
prasarana, sarana dan utilitas, serta dapat mengikat pengembang untuk memenuhi
kewajibannya.
2) Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki Peraturan Daerah terkait
Retribusi Pemanfaatan Kekayaan Daerah.
3) Pemerintah Kota Tangerang belum menetapkan status penggunaan barang hasil
pengadaan tahun 2009-2012 sehingga tidak adanya kepastian hak, wewenang dan
tanggung jawab Kepala SKPD terhadap barang milik daerah yang ada di SKPD.
b. Pengendalian atas Sistem Informasi
Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah memiliki Sistem/Aplikasi terkait pencatatan
dan penyajian Laporan Aset/Barang Milik Daerah yaitu SIMBADDA. Output dari
SIMBADDA tersebut antara lain berupa Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu Inventaris
Ruangan (KIR) akan tetapi sistem tersebut masih belum digunakan/belum secara optimal
digunakan. Hal ini karena SIMBADDA belum bisa menghasikan output berupa daftar
inventaris barang daerah sebagaimana diharapkan sehingga tidak dapat dipergunakan.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 6
c. Pemisahan Fungsi dalam Organisasi
Pemisahan fungsi antar pihak-pihak/bagian yang terlibat dalam pengelolaan barang
daerah bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi dengan segera atas kesalahan dan
ketidakberesan dalam pelaksanaan pengelolaan barang daerah. Struktur organisasi dalam
lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dituangkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan yang
mengatur organisasi dan tata kerja masing-masing dinas. Struktur organisasi secara
keseluruhan tersebut, diarahkan kepada pembagian kewenangan antara SKPD dan
menghindari duplikasi pelaksanaan satuan tugas oleh beberapa SKPD. Sedangkan
Pengelolaan Barang Daerah diatur dalam Peraturan Peraturan Daerah Kota Tangerang
Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan
Walikota Tangerang Selatan Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
yang telah mengatur secara jelas tupoksi dan prosedur pengelolaan barang milik daerah.
2.4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan meliputi sistem
akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan transaksi untuk memelihara akuntabilitas pelaporan. Sistem
akuntansi tersebut dapat mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah,
menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci untuk memungkinkan
pengelompokan transaksi tersebut bagi pelaporan keuangan, mengukur nilai transaksi
dengan cara memungkinkan pencatatan nilai keuangan yang layak.
Hasil dari pengujian SPI menunjukkan bahwa proses pencatatan yang dilakukan masih
belum optimal sehingga belum dapat menghasilkan informasi yang lengkap, akurat dan andal
atas nilai aset Kota Tangerang Selatan. Ketidaklengkapan informasi tersebut seperti yaitu
kode lokasi, luas, tahun beli/perolehan, letak/alamat, status tanah,penggunaan. Pencatatan atas
peralatan dan mesin yang masih dinilai 1 dan bahkan tidak memiliki nilai, pencatatan secara
gabungan. Pencatatan atas peralatan dan mesin yang tidak lengkap seperti tidak
dicantumkannya informasi nomor polisi, nomor BPKB, nomor rangka dan nomor mesin atas
kendaraan bermotor. Pencatatan atas gedung/bangunan secara tidak akurat dan tidak lengkap
seperti luas bangunan yang diisi dengan keterangan 1 paket, data asal-usul bangunan dan
tahun perolehan yang tidak diisi. Pencatatan atas Jalan, jaringan dan irigasi (KIB D) secara
tidak lengkap dan tidak akurat seperti data alamat, jenis konstruksi, panjang, lebar yang tidak
dicantumkan serta pencatatan luas dengan dicatat secara per paket.
2.5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu. Manajemen melakukan pemantauan terhadap pengendalian untuk mengetahui apakah
pengendalian tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pemantauan atas
pengelolaan aset tetap pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum dilakukan secara
teratur dan rutin, baik oleh atasan langsung dalam bentuk pengawasan melekat maupun
Inspektorat dalam bentuk kegiatan pengawasan/pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan
operasional dan manajemen pengelolaan aset daerah.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 7
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
3.1. Perencanaan
Temuan - Terdapat Perencanaan Barang Yang Tidak Sesuai Kebutuhan pada Dinas
Pendidikan
Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik
daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang.
Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun oleh masing-masing unit sesuai Rencana
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan memperhatikan
standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi harga yang telah
ditetapkan oleh Kepala Daerah. Namun sampai saat ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan
belum memiliki Peraturan Walikota tentang Standar Sarana dan Prasarana Kerja.
Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas dan
tanggungjawab masing-masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut: 1) barang apa yang dibutuhkan;
2) dimana dibutuhkan;
3) bilamana dibutuhkan;
4) berapa biaya;
5) siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan;
6) alasan-alasan kebutuhan; dan
7) cara pengadaan.
Hasil pemeriksaan secara uji petik pada dua sekolah SMPN di Kota Tangerang Selatan
yaitu SMPN 4 dan SMPN 17 diketahui bahwa terdapat barang yang diterima sekolah tidak
sesuai kebutuhan dan sekolah tidak pernah mengajukan proposal permintaan barang
dimaksud.
Berdasarkan dokumen yang ada dan hasil pemeriksaan fisik barang diketahui bahwa
pada tahun 2013 SMPN 4 telah menerima Peralatan Teknologi Dasar Untuk SMP dan Alat
Praktek & Peraga Siswa. Kemudian pada Tahun 2012 SMPN 4 juga menerima Alat peraga
KIT IPS dan KIT IPA Biologi. Namun barang tersebut tidak atas permintaan pihak SMPN 4.
Selain itu alat peraga yang diterima pada tahun 2012 dan 2013 tersebu tidak dapat digunakan
karena ada pergantian kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013. Penggantian kurikulum
tersebut menggantikan pendidikan Teknologi Dasar menjadi Kewirausahaan, Pembukuan dan
Prakarya. Sebagian besar alat peraga yang diterima pada tahun 2012 tersebut belum
digunakan dan masih tersegel, seperti : Model Mata Manusia, KIT Simulasi Zat-Zat
Berbahaya pada Organ Tubuh, Model Telinga Manusia, Mikro Slide-berbagai mulut
serangga, dan Poster KIT Bentang Alam.
Kemudian pada Tahun 2013 SMPN 17 telah menerima mesin jahit sebanyak 10 unit
dari Pemerintahan Kota Tangerang Selatan. Atas pengadaan mesin jahit tersebut pihak SMPN
17 tidak pernah mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Mesin
jahit tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan SMPN 17 karena kurikulum pada tahun
pelajaran 2013/2014 tidak ada pelajaran terkait penggunaan mesin jahit.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 8
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah
1) Lampiran Bagian III.2.e yang menyatakan bahwa Kegiatan perencanaan dan
penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas dan tanggungjawab masing-
masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: a) barang apa yang dibutuhkan;
b) dimana dibutuhkan;
c) bilamana dibutuhkan;
d) berapa biaya;
e) siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan;
f) alasan-alasan kebutuhan; dan
g) cara pengadaan.
2) Pasal 6 ayat (4) poin a yang menyatakan bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah selaku pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab
mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
3) Pasal 7 ayat (3) yang menyatakan bahwa Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan
barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berpedoman
pada standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
b. Perda Kota Tangerang Selatan No.10 Tahun 2011
1) Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengelola Barang menyusun :
a) Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;
b) Standarisasi harga.
2) Pasal 5 ayat (3) yang menyatakan bahwa Standarisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
3) Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa Standarisasi penyusunan rencana kebutuhan
barang milik daerah berpedoman pada standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintah daerah, dan standarisasi harga.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Pengadaan barang tidak efektif dan pemborosan keuangan daerah;
b. Membebani pihak sekolah untuk menyimpan dan mengadmistrasikan barang milik daerah
yang tidak sesuai kebutuhan.
Hal tersebut disebabkan:
a. Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki standar sarana dan prasarana kerja;
b. Perencanaan pengadaan BMD oleh Kepala Dinas Pendidikan masih lemah;
c. Pengadaan barang tidak memiliki acuan/pedoman yang jelas berdasarkan rencana
kebutuhan sekolah secara riil (renbut sekolah) dengan memperhatikan skala prioritas.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 9
Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
menyatakan bahwa :
a. Peraturan tentang standar sarana dan prasarana kerja akan segera disusun.
b. Pengadaan Alat Peraga Peralatan Teknologi Dasar untuk SMP pada prinsipnya
direncanakan sesuai dengan kebutuhan. Alat peraga tersebut masih digunakan untuk kelas
8 dan kelas 9 bagi sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Sedangkan untuk
sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013, alat peraga tersebut digunakan untuk Mata
Pelajaran Prakarya.
c. Pengadaan mesin jahit digunakan untuk kelas 8 dan kelas 9 pada SMP yang masih
menggunakan kurikulum KTSP, yaitu dalam Mata Pelajaran Pengembangan Diri.
Sedangkan untuk SMP yang melaksanakan kurikulum 2013, alat/mesin tersebut
digunakan untuk kelas 7 pada Mata Pelajaran Prakarya.
Rekomendasi BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar :
a. Memberikan sanksi sesuai ketentuan kepada Kepala Dinas Pendidikan yang telah
melaksanakan pengadaan BMD tidak berdasarkan kebutuhan sekolah (renbut sekolah)
dan memperhatikan skala prioritas;
b. Memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan supaya membuat perencanaan pengadaan
barang berdasarkan rencana kebutuhan dari sekolah-sekolah dengan memperhatikan skala
prioritas;
c. Menyusun dan menetapkan Peraturan Walikota terkait Standar Sarana dan Prasarana
Kerja.
3.2. Penggunaan
Temuan - Barang Milik Daerah dari Pengadaan Tahun 2009 2012 Belum Ditetapkan
Status Penggunaannya
Penggunaan merupakan penegasan pemakaian barang milik daerah (BMD) yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah kepada pengguna/kuasa pengguna barang sesuai tugas dan
fungsi SKPD yang bersangkutan. Status penggunaan barang milik daerah pada masing-
masing SKPD ditetapkan dalam rangka tertib pengelolaan barang milik daerah dan kepastian
hak, wewenang dan tanggung jawab kepala SKPD.
Penetapan status penggunaan barang milik daerah diawali laporan pengguna barang
kepada pengelola disertai dengan usul penggunaannya. Atas dasar tersebut dilakukan
penelitian atas kebenaran usulan dan selanjutnya pengelola mengajukan usul kepada kepala
daerah untuk ditetapkan status penggunaannya.
Berdasarkan keterangan dari Bidang Aset DPPKAD Pemerintah Kota Tangerang
Selatan diketahui bahwa barang milik daerah hasil pengadaan dari tahun 2009 2012 belum
ditetapkan status penggunaannya dengan keputusan Walikota. Pemerintah Kota Tangerang
Selatan baru menetapkan status penggunaan untuk barang milik daerah/aset yang berasal dari
Eks Kabupaten Tangerang, yaitu Keputusan Walikota No.032.1/Kep.67-Huk/2012 Tanggal
14 Maret 2012.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 10
a. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
pasal 22 ayat (1) yang menyatakan bahwa Status penggunaan barang milik daerah
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah
b. Perda Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah Pasal 33 yang menyatakan bahwa Tata cara penetapan status penggunaan barang
milik daerah point 2 bahwa Pembantu Pengelola Barang meneliti laporan tersebut dan
mengajukan usul penggunaan dimaksud kepada Walikota melalui Pengelola Barang untuk
ditetapkan status penggunaannya.
Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya kepastian hak, wewenang dan tanggung
jawab kepala SKPD terhadap barang milik daerah yang ada di SKPD.
Hal tersebut disebabkan :
a. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah tidak
optimal dalam melaksanakan tugas yang menjadi tupoksinya dalam melaporkan dan
mengajukan usulan penetapan status penggunan dan penguasaan barang milik daerah
yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Walikota
melalui pembantu pengelola.
b. Kepala DPPKAD selaku pembantu pengelola barang milik daerah kurang optimal dalam
meneliti dan mengajukan usul penggunaan Barang Milik Daerah kepada Walikota.
Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala DPPKAD Kota Tangerang Selatan
menyatakan bahwa status penggunaan Barang Milik Daerah yang berasal dari hasil
pengadaan tahun 2009-2012 sampai saat ini masih dalam proses penetapan.
Rekomendasi BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar
memerintahkan Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan segera menetapkan Status
Penggunaan Barang Milik Daerah yang berasal dari hasil pengadaan tahun 2009-2012.
3.3. Pemanfaatan
3.3.1 Temuan - Pengelolaan Kerjasama Pemanfaatan BMD Belum Tertib dan Terdapat
Potensi Penerimaan atas Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Tanah
untuk Sarana Pelayanan Umum yang Belum Dipungut Minimal Sebesar
Rp318.301.140,00
Untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah sebagai
wujud dukungan pemerintah terhadap peran aktif swasta dalam rangka penyelenggaraan
pendidikan serta untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 48 Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD), maka
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat mendayagunakan BMD yang belum
dimanfaatkan oleh Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa.
Dalam rangka memanfaatkan BMD khususnya aset yang berasal dari penyerahan
Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) maka Pemerintah Kota Tangerang Selatan
melakukan kerjasama pemanfaatan aset dengan pihak lain. Hasil pemeriksaan terhadap
pengelolaan kerjasama menunjukkan kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 11
a. Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum mempunyai Peraturan Daerah
tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Aset DPPKAD Kota Tangerang
Selatan diketahui bahwa Peraturan Daerah yang mengatur tentang retribusi
pemanfaatan kekayaan daerah masih dalam tahap pembahasan dengan DPRD.
Terkait dengan hal tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebenarnya telah
mempunyai Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 tahun 2012 tentang
Pemberlakuan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Tangerang tentang Retribusi
Jasa Usaha Berupa Sewa atas Pemakaian Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum.
Namun selama ini pelaksanaan atas Peraturan Walikota tersebut masih belum
dilakukan, sehingga Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum menerima retribusi
pemakaian kekayaan daerah terkait pemanfaatan aset.
b. Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki database kerjasama
pemanfaatan BMD yang berasal dari PSU
Kerjasama pemanfaatan BMD tersebut berasal dari aset milik Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan
sesuai Berita Acara Serah Terima Nomor 593/2426.2 Aset/2010 dan Nomor
030/3827.a DPPKAD/2010 tanggal 25 Oktober 2010.
Dalam BAST tersebut disebutkan terhadap aset-aset yang masih dimanfaatkan oleh
pihak ketiga, maka pemanfaatannya masih tetap berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya serta pemanfaatan aset yang digunakan pihak ketiga adapun pembinaan,
pengendalian dan pengawasan atas aset tersebut merupakan hak dan tanggungjawab
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan apabila penggunaan aset tersebut telah
berakhir maka hak dan tanggungjawab barang tersebut menjadi milik Pemerintah
Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap penggunaan aset oleh pihak ketiga
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Bidang Aset DPPKAD sebagai pihak yang memproses permohonan dan
mengelola aset yang dimohonkan belum menatausahakan secara tertib mengenai
aset fasos-fasum yang digunakan pihak ketiga.
2) Bidang Aset DPPKAD belum memiliki database PSU sehingga menyulitkan
dalam pengawasannya serta tidak terdapat kartu kendali/monitoring yang dapat
memberikan informasi tentang jumlah PSU yang telah digunakan/dimanfaatkan
pihak ketiga, periode penggunaan, jumlah retribusi yang diterima serta jumlah
kewajiban retribusi yang belum diterima Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
3) Selain itu Bidang Aset belum seluruhnya mengelola arsip dokumen persetujuan
dan bukti penerimaan kompensasi/sewa/retribusi atas penggunaan aset oleh pihak
ketiga tersebut.
c. Terdapat 8 kerjasama pemanfaatan aset hasil PSU yang sudah berakhir masa
perjanjian tetapi belum diperpanjang dan belum dikenakan retribusi
pemakaian kekayaan daerah
Kerjasama pemanfaatan PSU oleh pihak ketiga dituangkan dalam keputusan walikota
tentang persetujuan pemanfaatan tanah milik pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Kemudian atas persetujuan tersebut dibuatkan perjanjian sewa antara Kepala
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 12
DPPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah (BMD) dengan pihak
ketiga. Adapun jenis pemanfaatan aset PSU tersebut melalui cara sewa baik untuk
komersial maupun non komersial. Saat ini, seluruh PSU yang dimanfaatkan oleh
pihak ketiga tesebut merupakan PSU eks Kabupaten Tangerang yang diserahkan
kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Sesuai Keputusan Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 030/Kep.172-
UM/SETDA/XI/2012 tentang Fasos/Fasum Komersial dan Non Komersial, bahwa
dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 46 terkait dengan Pemanfaatan Barang Milik
Daerah perlu ditetapkan BMD yang tidak diperuntukkan untuk SKPD dan merupakan
fasos/fasum komersial dan non komersial.
Dalam Surat Keputusan tersebut mengatur pembagian fasilitas komersial dan fasilitas
non komersial. Adapun yang dimaksud fasilitas komersial diperuntukkan sarana
pendidikan swasta, kolam renang, dan Pasar Tani, sedangkan fasilitas non komersial
diperuntukkan sarana peribadatan dan panti sosial. Rincian fasilitas komersial dan
non komersial pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Rincian Fasilitas Komersil dan Non Komersil
No Jenis Fasum/Fasos Jumlah
A Non Komersial
1 Sarana Peribadatan 141
2 Panti Sosial 1
J u m l a h A 142
B Komersial
1 Sarana Pendidikan 20
2 Sarana Umum Lainnya 6
J u m l a h B 26
T o t a l J u m l a h (A+B) 168
Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap perjanjian kerjasama pemanfaatan aset
hasil PSU diketahui terdapat delapan (8) Kerjasama Pemanfaatan PSU yang sudah
berakhir namun belum diperpanjang, sehingga berdampak pada potensi pendapatan
hasil sewa aset yang belum diterima sebesar Rp Rp318.301.140,00. Nilai tersebut
dihitung berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 05 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan
Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 tahun 2012 tentang Pemberlakuan Peraturan
Daerah dan Peraturan Bupati Tangerang tentang Retribusi Jasa Usaha Berupa Sewa
atas Pemakaian Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum, dengan ketentuan 1% x
x Luas Lahan x Tahun. Dengan berpedoman kepada Perda tersebut
diperoleh nilai retribusi hasil sewa pemakaian aset PSU minimal sebesar
Rp318.301.140,00. (Perhitungan secara rinci diuraikan dalam Lampiran 1).
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pasal 48 yang menyatakan bahwa:
1) Barang Milik Daerah dapat disewakan kepada pihak lain sepanjang
menguntungkan;
2) Jangka waktu penyewaan Barang Milik Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 13
3) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian Sewa Menyewa;
4) Penyewaan Barang Milik Daerah, sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dipungut
retribusi atas pemanfaatan barang tersebut.
5) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (6) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
6) Hasil penerimaan sewa dan retribusi disetor ke Kas Daerah
b. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 05 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa Usaha dan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 tahun 2012 tentang
Pemberlakuan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Tangerang tentang Retribusi
Jasa Usaha Berupa Sewa atas Pemakaian Tanah Untuk Sarana Pelayanan Umum,
dengan ketentuan 1% x x Luas Lahan x Tahun.
Permasalahan tersebut mengakibatkan Pemerintah Kota Tangerang Selatan
berpotensi kehilangan BMD yang berasal dari penyerahan PSU yang dikuasai pihak
lain dan terdapat potensi kekurangan penerimaan Kas Daerah minimal sebesar
Rp318.301.140,00.
Hal tersebut disebabkan :
a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah belum sepenuhnya optimal
mengatur pelaksanaan pemanfaatan Barang Milik Daerah yang telah disetujui
Walikota.
b. Kepala DPPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah belum
sepenuhnya menatausahakan kerjasama pemanfaatan aset secara tertib.
Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan
menyatakan bahwa :
a. Sebagian pemanfaatan BMD sampai saat ini baru pada tahap persetujuan oleh
Walikota dan akan segera ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama antara pihak
pemohon dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
b. Terkait dengan peraturan daerah yang terkait dengan retribusi pemakaian kekayaan
daerah, saat ini sedang dilakukan pembahasan bersama DPRD. Ke depan, akan
disusun juga database tentang pemanfaatan BMD yang berasal dari PSU.
Rekomendasi BPK merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar:
a. Melakukan inventarisasi atas kerjasama pemanfaatan BMD yang berasal dari PSU
secara komprehensif dan hasilnya menjadi database pemanfaatan BMD;
b. Melakukan evaluasi dan membuat perjanjian kerjasama pemanfaatan BMD dengan
pihak ketiga sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menguntungkan daerah serta
menjamin keamanan dan kepemilikan aset milik daerah yang dikerjasamakan dalam
jangka panjang;
c. Menarik retribusi minimal sebesar Rp318.301.140,00 atas Kerjasama Pemanfaatan
BMD dengan pihak III.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 14
3.3.2 Temuan Kerja sama Pemanfaatan Aset Tanah di Komplek Segitiga Ciputat
Tidak Menguntungkan dan Menjamin Keamanan Aset Pemerintah Kota
Tangerang Selatan
Nilai Aset Tetap Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan Buku
Induk Inventaris Tanah (A) per periode 2012 sebesar Rp1.237.965.235.576,41. Atas
aset tanah tersebut terdapat tanah yang bersumber dari penyerahan Pemerintah
Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST) Aset Milik
Pemerintah Kabupaten Tangerang dari Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada
Pemerintah Kota Tangerang Selatan Nomor 030/3827.a-DPPKAD/2010, aset berupa
tanah yang telah diserahkan sebesar Rp877.852.456.263,41.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas aset tanah yang bersumber dari
penyerahan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Komplek Segitiga
Ciputat diketahui terdapat permasalahan sebagai berikut :
a. Luas Tanah Komplek Segitiga Ciputat yang tercatat pada KIB seluas 36.880
M2 tidak sama dengan luasan tanah yang tercatat dalam sertifikat
Aset tanah pada Komplek Segitiga Ciputat tercatat pada KIB A Pemerintah Kota
Tangerang Selatan seluas 36.880 M2 dengan nilai sebesar Rp80.250.880.000,00.
Sebelum Komplek Segitiga Ciputat diserahkan dari Pemerintah Kabupaten
Tangerang ke Pemerintah Kota Tangerang Selatan, pihak Pemerintah Kabupaten
Tangerang telah melakukan Perjanjian Kerjasama dengan Pihak Swasta yaitu PT
BMS untuk melakukan pengembangan/pembangunan atas Lahan di Komplek
Segitiga Ciputat dan memperolah hak untuk mengelola selama 30 tahun.
Berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan
yaitu Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT
BMS Nomor 551.22/1755-Um/1992 Tanggal 4 Agustus 1992 yang di addendum
dengan Addendum No. 511.2/3951-Um/1992 Tanggal 5 Oktober 1992.
Berdasarkan Perjanjian tersebut diketahui hal sebagai berikut :
1) Pemerintah Kabupaten Tangerang menyediakan lahan seluas 42.550 M2 yang
terbagi menjadi 5 bidang tanah untuk kemudian didirikan bangunan berupa
pusat perbelanjaan, pasar, terminal dan fasilitas penunjang lainnya.
2) PT BMS berkewajiban membangun pusat perbelanjaan, pasar dan terminal
serta fasilitas penunjang lainnya.
3) PT BMS dapat memanfaatkan/menggunakan bangunan pusat perbelanjaan dan
pasar lantai II dan III atau menyerahkan pemanfaatan/penggunaan bangunan
tersebut ke konsumen dan menerima uang pemanfaatan/penggunaan bangunan
pusat perbelanjaan dari pihak konsumen. Jangka waktu perjanjian antara pihak
Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT BMS selama 30 tahun terhitung
sejak diterbitkannya SHGB.
Berdasarkan BAST aset dari Pemerintah Kabupaten Tangerang ke Pemerintah
Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa tanah Komplek Segitiga Ciputat yang
diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota
Tangerang Selatan bukanlah seluas 42.550 M2 akan tetapi seluas 36.880 M2. Hal
tersebut karena PT BMS belum membebaskan tanah milik warga seluas 5.670
M2. Berdasarkan dokumen sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas tanah
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 15
tersebut diketahui luasan tanah seluas 37.205 m3 pada 5 HPL dengan rincian
sebagai berikut.
1) HPL No.00001 Desa Ciputat, Luas Tanah 6.310 M2, a.n. Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No.78/Ciputat/2000;
2) HPL No. 00002 Desa Ciputat, Luas Tanah 12.440 M2, a.n. Pemerintah
Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 72/Ciputat/2000;
3) HPL No.00010 Desa Ciputat, Luas Tanah 3.195 M2, a.n. Pemerintah
Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 222/Ciputat/2003;
4) HPL No.00001 Desa Cipayung, Luas Tanah 7.260 M2, a.n. Pemerintah
Daerah Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 80/Cipayung/2000;
5) HPL No.00003 Desa Cipayung, Luas Tanah 8.000 M2, a.n. Pemerintah
Daerah Kabupaten Tangerang, Surat Ukur No. 88/Cipayung/2001.
Total luas tanah berdasarkan HPL tersebut tidak sama dengan luas tanah yang
tercantum dalam BAST penyerahan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang ke
Pemerintah Kota Tangerang Selatan seluas 36.880 M2 atau terdapat selisih seluas
325 M2 (37.205 M2 36.880 M2). Diatas tanah tersebut telah berdiri bangunan
berupa pusat perbelanjaan/mall, ruko, pasar dan fasilitas penunjang lainnya yang
dikelola oleh pihak swasta dan PD Pasar Niaga Kerta Raharja milik Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
PD Pasar Niaga Kerta Raharja mengelola Pasar Tradisional Ciputat yang dibangun
oleh pihak swasta di atas tanah seluas 5.670 M2. Bangunan terdiri dari 3 lantai
seluas 14.516 M2 terdiri dari 1.364 kios. Sebagian dari kios-kios tersebut dikelola
oleh pihak swasta yang membangun pasar tersebut dan sebagiannya lagi oleh PD
Pasar Niaga Kerta Raharja. Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir diketahui
bahwa Pasar Tradisional Ciputat tersebut masih dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Tangerang dan belum diserahkan kepada Pemerintah Kota Tangerang
Selatan.
Kemudian terhadap sisa tanah lainnya seluas 31.210 M2 (36.880 M2 5.670 M2)
yang di atasnya berdiri Mall Ciputat Plaza, Rumah Toko (Ruko) dan fasilitas
penunjang lainnya telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan
oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Namun pengelolaan pengelolaan tanah
dan Mall/ruko serta fasilitas penyunjang lainnya dikelola oleh pihak swasta tanpa
adanya kompensasi atau royalti maupun hasil sewa atas pemanfaatan aset tersebut
kepada Pemerintahan Kota Tangerang Selatan.
b. PT BMS tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian (wan prestasi)
Berdasarkan perjanjian yang telah di-addendum diketahui bahwa PT BMS tidak
memenuhi kewajiban diantaranya:
1) PT BMS belum membebaskan dan menyerahkan sejumlah aset tanah sesuai
perjanjian.
Berdasarkan surat perjanjian diketahui bahwa PT BMS mempunyai kewajiban
untuk membebaskan tanah seluas 42.550 M2 milik pihak swasta/perorangan,
dinas/instansi yang terletak di Kelurahan (dulu desa) Ciputat dan Cipayung
Kecamatan Ciputat dan menyerahkannya kepada pihak Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Hasil pemeriksaan di lapangan menunjukkan bahwa PT BMS
belum membebaskan tanah kas eks Desa Ciputat seluas 12.200 M2 yang
sampai saat ini masih dikuasai masyarakat. Disamping itu, PT BMS juga belum
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 16
membebaskan tanah yang berada di Kelurahan (dulu desa) Cipayung seluas
5.000 M2 yang masih milik masyarakat.
2) PT BMS belum membangun terminal dan fasilitas penunjang.
Sesuai perjanjian diketahui bahwa PT BMS mempunyai kewajiban untuk
membangun terminal dan fasilitas penunjang lainnya yang kemudian akan
diserahkan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang. Berdasarkan
gambar site plan yang dibuat oleh PT BMS menunjukkan bahwa rencana
pembangunan terminal dilakukan pada tanah seluas 4.400 M2. Namun pada
kenyataannya tidak ada pembangunan terminal sesuai yang diperjanjikan.
Diatas tanah tersebut telah dibangun Pasar Tradisional Ciputat yang dikelola
oleh PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.
Hasil konfirmasi kepada Bidang Aset DPPKAD Kota Tangerang Selatan
diketahui bahwa perubahan fungsi bangunan tersebut tidak diikuti addendum
kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT BMS.
3) PT BMS tidak menyerahkan prasaran lahan parkir
Berdasarkan perjanjian diketahui bahwa PT BMS menyerahkan prasana berupa
lahan parkir kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk dikelola oleh
Pemda. Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Bidang aset DPPKAD Kota
Tangerang Selatan diketahui bahwa lahan parkir belum diserahkan oleh PT
BMS kepada Pemerintah dhi. Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Lahan
parkir yang terletak di Komplek Segitiga Ciputat tersebut ternyata dikelola
sendiri oleh pihak PT BMS yang bekerjasam dengan PT SAS tanpa adanya ijin
dan persetujuan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Selain itu pihak
ketiga tersebut belum pernah memberikan konstribusi atau hasil sewa atas
lahan parkir yang dikelola oleh PT BMS.
Hasil konfirmasi dengan Bidang Pendapatan Non PBB dan BPHTB DPPKAD
Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa penerimaan Omzet Parkir selama 1
tahun minimal sebesar Rp190.232.500,00 atau selama 4 tahun sebesar
Rp760.939.000,00. Penerimaan omzet tersebut berdasarkan self assesment dari
pengelola parkir. Pihak DPPKAD belum pernah melakukan pemeriksaan pajak
parkir dari masing-masing Wajib Pajak. Omzet ini merupakan nilai yang dapat
menjadi Pendapatan Asli Daerah apabila dikelola sendiri oleh Pemerintah Kota
Tangerang Selatan. Nilai omzet tersebut belum memperhitungkan biaya-biaya
maupun pajak parkir yang dikeluarkan/diperlukan dalam pengelolaan parkir
tersebut.
c. Pengamanan atas Tanah di Komplek Segitiga Ciputat Lemah
Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dan
PT BMS diketahui bahwa jangka waktu perjanjian adalah 30 (tiga puluh) tahun
terhitung sejak diterbitkannya Hak Guna Bangunan (HGB) di atas HPL
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hal tersebut mengakibatkan waktu berakhirnya
perjanjian tidak ada kepastian karena tergantung kepada pihak pengelola untuk
mengurus HGB. Berdasarkan penjelasan Bidang Aset DPPKAD Kota Tangerang
Selatan diketahui bahwa Pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak memiliki
dokumen / arsip Sertifikat HGB yang telah terbit di atas tanah milik Pemerintah
Kota Tangerang Selatan di Komplek Segitiga Ciputat.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 17
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Pasal 32:
1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib
melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam
penguasaannya.
2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan
hukum.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tanggal 21 Maret 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pada :
1) Pasal 36 yang menyatakan bahwa barang milik daerah yang belum
dimanfaatkan dapat disewakan kepada pihak ketiga sepanjang
menguntungkan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah
berdasarkan surat perjanjian sewa menyewa. Pemanfaatan selain disewakan
dapat dikenakan retribusi yang ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah.
Barang milik daerah dapat dipinjampakaikan yang dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan Kepala Daerah berdasarkan surat perjanjian.
2) Pasal 37 yang menyatakan bahwa kerjasama pemanfaatan dilaksanakan
dalam rangka (a) mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik
daerah dan (b) meningkatkan penerimaan daerah.
3) Lampiran VII.3.a. yang menyatakan bahwa Buku Inventaris tersebut memuat
data meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun
pembelian, asal barang, keadaan barang, dan sebagainya. Agar Buku
Inventaris dapat digunakan sesuai fungsi dan peranannya, maka
pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan, berdasarkan data yang
benar, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Berpotensi hilangnya aset serta membuka peluang aset berpindah tangan dan
dikuasai oleh pihak lain secara tidak sah yang dapat merugikan pemerintah daerah;
b. Indikasi kerugian daerah atas beberapa fasilitas sarana dan prasarana (terminal dan
fasilitas penunjang lainnya) yang tidak dibangun oleh PT BMS;
c. Indikasi kerugian daerah atas penerimaan pengelolaan parkir yang dikelola oleh
pihak III tanpa ijin dan tanpa memberikan hasil sewa/kompensasi kepada
Pemerintah Kota Tangerang Selatan selama 4 tahun minimal sebesar
Rp760.939.000,00;
Hal tersebut disebabkan karena:
a. Perjanjian Kerja sama dengan PT BMS lemah, tidak menguntungkan serta
memperhatikan keterjaminan dan keamanan aset milik daerah dalam jangka
panjang;
b. Pihak PT BMS lalai tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang disepakati
dalam dalam perjanjian kerjasama;
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 18
c. Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan selaku Pengelola Barang kurang
optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian Barang Milik Daerah;
d. Kepala DPPKAD Kota Tangerang Selatan selaku Pembantu Pengelola Barang
tidak tegas dalam mengambil langkah-langkah strategis terkait permasalahan
pengelolaan aset yang tidak menguntungkan dan menjamin kepemilikan dan
keamanan aset daerah dalam jangka panjang.
Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa Kompleks Segitiga Ciputat merupakan aset
Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten
Tangerang melalui melalui Berita Acara Serah Terima (BAST) nomor 593/2426.2-
ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010. Aset tersebut masih di bawah ikatan
perjanjian kerjasama pengelolaan antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan PT
BMS nomor 551.22/1755/1992 tanggal 4 Agustus 1992 yang kemudian di lakukan
addendum dengan nomor 511.2/3951-Um/1992. Pasal 4 ayat (1) BAST nomor
593/2426.2-ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010 menyatakan bahwa dalam
hal aset sebagaimana dimaksud pasal 3 masih dimanfaatkan oleh pihak ketiga,
berdasarkan keputusan pihak kesatu, maka pemanfaatannya masih tetap berlaku
sampai dengan habis masa berlakunya. Saat ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan
masih melakukan kajian atas aspek hukum ikatan perjanjian nomor 551.22/1755/1992
tersebut, termasuk diantaranya terkait dengan kepastian luas tanah yang menjadi hak
Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Disamping itu, saat ini sedang dikaji juga apakah
terdapat indikasi adanya wan prestasi oleh para pihak yang mengadakan ikatan
perjanjian, mengingat ada tidaknya wan prestasi akan berpengaruh terhadap status
perjanjian kerjasama tersebut.
Rekomendasi BPK merekomendasikan kepada Walikota Kota Tangerang Selatan
agar:
a. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk meninjau
ulang kerja sama pemanfaatan aset Komplek Segi Tiga Ciputan dengan PT BMS
untuk selanjutnya dikelola secara transparan, menguntungkan dan menjamin
kepemilikan dan keamanan daerah dalam jangka panjang;
b. Melakukan inventarisasi atas tanah dan bangunan di Komplek Segitiga Ciputat
untuk selanjutnya dilakukan pengamanan baik fisik maupun administrasi atas aset
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c. Memerintahkan DPPKAD berkoordinasi dengan Inspektorat Kota Tangerang
Selatan untuk melakukan evaluasi dan meminta pertanggungjawaban PT SAS atau
PT BMS atas hasil pengelolaan parkir tanpa ijin yang diterimanya minimal sebesar
Rp760.939.000,00;
d. Meminta kepada PT BMS untuk menyerahkan salinan sertifikat HGB atas tanah
milik daerah yang dikerjasamakan;
e. Mengambil alih pengelolaan parkir di Komplek Segitiga Ciputat dari pihak III
untuk selanjutnya dikelola sendiri oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan atau
melakukan kerjasama dengan pihak lain sesuai ketentuan yang menguntungkan
dan menjamin keamanan kepemilikan aset daerah.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 19
3.4. Pengamanan
3.4.1 Temuan - Aset Tanah yang Tercatat pada Buku Inventaris Seluas 7.180 M2
Sebagian dikuasai Pihak Lain
Nilai Aset Tetap Tanah Pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan Buku
Induk Inventaris Tanah (A) per periode 2012 sebesar Rp1.237.965.235.576,41. Atas
Aset tanah tersebut terdapat tanah yang bersumber dari penyerahan Pemerintah
Kabupaten Tangerang. Berdasarkan BAST Aset Milik Pemerintah Kabupaten
Tangerang dari Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang
Selatan Nomor 030/3827.a-DPPKAD/2010, aset berupa tanah yang telah diserahkan
sebesar Rp877.852.456.263,41.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas aset tanah yang bersumber dari
penyerahan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Eks SMAN 3 Ciputat /
SMAN 8 Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa sebagian atas lahan tanah tersebut
digunakan oleh pihak lain. Tanah tersebut berasal dari Eks Kabupaten Tangerang yang
merupakan Tanah Eks Kekayaan Desa Cirendeu, dengan lokasi di Jalan Cirendeu Raya
No.5 Ciputat dengan luas 7.180 M2 yang bernilai sebesar Rp10.770.000.000,00.
Berdasarkan Daftar Inventaris Tanah Bengkok Desa No.143/17-Kel.CRD/2005
yang ditandatangani Plt. Lurah Cirendeu CS yang kemudian diperbarui oleh Plt. Lurah
Cirendeu Drs. SM menunjukkan bahwa tanah seluas 7.180 M2 merupakan bagian dari
tanah Eks Desa Cirendeu seluas 5 Ha. Dari luas 5 Ha tersebut yang tercatat di Buku
Induk Inventaris Tanah (A) hanya seluas 7.180 M2. Sedangkan sisanya seluas 42.820
M2 (5 ha 0,7180 ha) belum dicatat atau dimasukkan dalam BMD Kabupaten
Tangerang maupun Kota Tangerang Selatan. Selain itu tanah seluas 7.180 M2 tersebut
belum disertifikatkan oleh Kota Tangerang Selatan.
Beberapa dokumen yang menerangkan/menyatakan bahwa tanah seluas 7.180
M2 tersebut milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
a. BAST dari Pemerintah Kabupaten Tangerang ke Pemerintah Kota Tangerang
Selatan;
b. Daftar Inventaris Tanah Bengkok Desa yang ditandatangani Plt Lurah Cirendeu
yang menerangkan bahwa lokasi tanah seluas 5 Ha merupakan Tanah Eks
Kekayaan Desa Cirendeu;
c. Surat Keterangan dari Lurah Cirendeu Nomor 010/18/Kel-Crd/2008 tanggal 24
April 2008, bahwa SMAN 8 (dahulu SMAN 3) dengan luas 5.180 M2 berada di
atas tanah Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan pengamatan fisik ke lapangan diperoleh informasi dari pihak Kepala
Sekolah SMAN 8 bahwa dari luas tanah 7.180 M2, tanah yang digunakan oleh SMAN
8 hanya sebesar 2.400 M2, sedangkan sisanya telah digunakan oleh pihak lain, yaitu :
a. Sebelah Selatan SMAN 8 digunakan untuk lapak-lapak pedagang, rumah mantan
Lurah dan Minimarket Seven Eleven;
Berdasarkan hasil konfirmasi ke BP2T Kota Tangerang Selatan terkait Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB) Minimarket Seven Eleven diketahui bahwa BP2T
tidak pernah mengeluarkan IMB atas bangunan Seven Eleven tersebut. BP2T
belum memproses perijinan lebih lanjut karena menunggu kejelasan status lahan
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 20
yang dimohonkan. Dengan demikian minimarket tersebut berdiri tanpa adanya
IMB;
b. Sebelah Barat SMAN 8 terdapat bangunan ruko
Berdasarkan Akta Perjanjian Sewa Bangun No.4 Tanggal 19 April 2003 di
hadapan Notaris Amalia Bafagih, ruko-ruko yang terletak di sebelah Barat SMAN
8 merupakan bentuk kerjasama sewa bangun antara Pemerintah Desa Cirendeu
(diwakilkan oleh Kepala Desa Cirendeu) dengan DMH yang berjangka waktu 10
tahun terhitung mulai tanggal 1 Mei 2003 dan berakhir tanggal 30 September
2013. Dengan berakhirnya jangka waktu sewa maka pihak kedua (DMH) harus
segera menyerahkan tanah berikut bangunan kios beserta fasilitasnya kepada
Pemerintah Desa Cirendeu. Dengan telah beralihnya status Desa Cirendeu menjadi
Kelurahan Cirendeu, maka aset tersebut harus diserahkan kepada Pemerintah Kota
Tangerang Selatan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Pasal 32:
1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib
melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam
penguasaannya.
2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan
hukum.
b. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Pasal 64:
1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang Wajib
melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
2) Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 agar
terhindar dari penyerobotan, pengambil-alihan atau klaim dari pihak lain
dilakukan dengan cara :
a) Pengamanan administratif meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi,
dan pelaporan barang milik daerah serta penyimpanan dokumen
kepemilikan secara tertib;
b) Pengamanan fisik, yaitu untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi
barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang;
c) Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan antara lain dilakukan dengan
cara pemagaran, pemasangan tanda batas tanah, selain tanah dan bangunan
dilakukan dengan penyimpanan dan pemeliharaan serta tanda kepemilikan
barang;
d) Pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti
kepemilikan dan upaya hukum.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Potensi kerugian daerah atas timbulnya sengketa dan hilangnya aset tanah milik
daerah yang dikuasai oleh pihak lain secara tidak sah dan prosedural;
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 21
b. Pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak dapat memanfaatkan lahan secara
optimal untuk keberlangsungan proses belajar mengajar di SMAN 8.
Hal tersebut disebabkan:
a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang dan Kepala DPPKAD selaku
Pembantu Pengelola Barang kurang optimal dan lemah dalam melaksanakan
pengawasan, pengendalian dan pengamaman tanah bengkok/eks desa.
b. Adanya indikasi mantan pejabat Desa/kelurahan melakukan penguasaan dan
pengelolaan tanah milik daerah (tanah bengkon/eks desa) secara sepihak dan tidak
prosedural.
Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa aset tanah seluas 7.180 M2 di Kelurahan
Cireundeu merupakan bagian dari aset yang diserahkan Pemerintah Kabupaten
Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui Berita Acara nomor
593/2426.2-ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010. Di atas tanah tersebut berdiri
SMAN 8 Ciputat, Kompleks Ruko, rumah mantan kepala desa dan mini market seven-
eleven. Disamping Berita Acara tersebut, dokumen kepemilikan Pemerintah Kota
Tangerang Selatan atas tanah dimaksud adalah surat keterangan yang ditandatangani Plt
Lurah Cireundeu dan Surat Keterangan dari Lurah Cireundeu nomor 010/18/Kel-
Crd/2008 tanggal 24 April 2008. Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009
pernah melakukan pemasangan papan nama aset diatas tanah tersebut. Namun di
kemudian hari, ada pihak lain yang melakukan klaim kepemilikan atas tanah tersebut
dengan menunjukan bukti girik dan keterangan dari pihak kelurahan dan kecamatan.
Saat ini Pemerintah Kota sedang melakukan konsultasi dengan pihak Kejaksaan Negeri
selaku Jaksa Pengacara Negara terkait dengan aspek hukum atas kepemilikan tanah
dimaksud.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar :
a. Melakukan pengamanan dan upaya hukum atas aset tanah yang berlokasi di
SMAN 8 Tangerang Selatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Melakukan pendataan dan penelitian secara rinci dan komprehensif terhadap
Tanah Eks Kekayaan Desa Cirendeu seluas 5 Ha untuk selanjutnya dilakukan
pengelolaan dan pengamanan aset sesuai ketentuan yang berlaku.
3.4.2 Temuan - Tanah Eks Kekayaan Desa Minimal Seluas 756.213 M2 dan Senilai
Rp363.519.462.000,00 Belum Tercatat Dalam Buku Induk Inventaris Tanah
Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan Neraca per 31 Desember 2012 serta Buku Induk Inventaris A
Pemerintah Kota Tangerang Selatan periode 2012, aset tetap tanah tercatat sebesar
Rp1.237.965.235.576,41. Saldo tersebut tercatat 15 SKPD Pemerintah Kota Tangerang
Selatan.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen serta uji petik terhadap fisik aset tanah
diketahui bahwa pencatatan aset tanah tersebut belum mencerminkan kondisi yang
sebenarnya. Hal tersebut terlihat dari adanya pencatatan aset tetap gedung bangunan
pada Buku Induk Inventaris C namun penelusuran atas tanah tempat gedung bangunan
tersebut pada Buku Induk Inventaris A tidak ditemukan.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 22
Hasil konfirmasi dengan Bidang Aset DPPKAD diketahui bahwa masih terdapat
beberapa tanah yang sebelumnya berasal dari desa dan pada Tahun 2006 berubah status
menjadi kelurahan belum tercatat dalam Buku Induk Inventaris A. Berdasarkan
Permendagri No 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan
Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, maka seluruh kekayaan desa
menjadi kekayaan daerah.
Untuk mengatur pengelolaan tanah yang berasal dari eks kekayaan desa tersebut,
Walikota Tangerang Selatan menetapkan Peraturan No 39 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah. Dalam Perda tersebut diatur tentang tata cara penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah eks kekayaan desa.
Sebagai tindak lanjut atas peraturan tersebut, Walikota Tangerang Selatan juga
membentuk Tim Verifikasi Tanah Eks Kekayaan Desa melalui Keputusan Nomor
030/Kep.150-Huk/2013 tanggal 5 Juli 2013. Tim ini antara lain bertugas untuk
melakukan inventarisasi atas perolehan barang milik daerah eks kekayaan desa baik
yang sudah digunakan oleh SKPD maupun yang belum digunakan oleh SKPD serta
memverifikasi kelengkapan dokumen yang ada. Hasil verifikasi digunakan sebagai
bahan untuk pencatatan, pemanfaatan dan penggunaan barang milik daerah. Sampai
dengan berakhirnya pemeriksaan, tim verifikasi sedang melakukan inventarisasi
kekayaan eks desa. Data hasil verifikasi masih bersifat umum, belum lengkap dan
komprehensif.
Hasil konfirmasi kepada 54 kelurahan di 7 kecamatan terkait tanah eks kekayaan
desa menunjukkan bahwa terdapat 120 bidang tanah seluas 756.213 M2 senilai
Rp363.519.462.000,00 belum tercatat dalam KIB A dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.2. Tanah Kekayaan Eks Desa yang Belum Tercatat dalam KIB A
KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI
SERPONG 17 154.889 27.747.126.000
SERPONG UTARA 18 126.261 40.591.528.000
SETU 12 25.984 9.039.210.000
CIPUTAT 20 75.452 65.765.898.000
CIPUTAT TIMUR 15 215.260 120.459.756.000
PONDOK AREN 22 110.722 45.537.094.000
PAMULANG 16 47.645 54.378.850.000
TOTAL 121 756.213 363.519.462.000
Berdasarkan hasil konfirmasi tersebut, sebanyak 101 bidang tanah seluas 389.824
M2 telah dikuasai dan digunakan oleh SKPD Pemerintah Kota Tangerang Selatan,
antara lain untuk sarana pendidikan, kantor kecamatan, kantor kelurahan dan sarana
olah raga, dengan rincian sebagai berikut;
Tabel 3.3 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pemerintah Kota Tangerang Selatan
KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI
SERPONG 14 30.326 23.191.304.000
SERPONG UTARA 15 40.503 19.808.719.000
SETU 10 19.369 7.129.765.000
CIPUTAT 15 47.045 28.497.206.000
CIPUTAT TIMUR 10 109.214 81.159.646.000
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 23
KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI
PONDOK AREN 21 95.722 45.537.094.000
PAMULANG 16 47.645 54.378.850.000
TOTAL 101 389.824 259.702.584.000
Selain itu juga terdapat 20 bidang tanah seluas 366.389 M2 yang tidak digunakan
oleh SKPD Pemerintah Kota Tangerang Selatan, namun dikuasi oleh pihak lain. Tanah-
tanah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat, sawah, pasar serta kios
yang dikelola masyarakat dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.4 Tanah Kekayaan Eks Desa yang Dikuasai Pihak Lain
KECAMATAN BIDANG LUAS (M2) NILAI
SERPONG 3 124.563 4.555.822.000
SERPONG UTARA 3 85.758 20.782.809.000
SETU 2 6.615 1.909.445.000
CIPUTAT 5 28.407 37.268.692.000
CIPUTAT TIMUR 6 106.046 39.300.110.000
PONDOK AREN 1 15.000 0
PAMULANG 0 0 0
TOTAL 20 366.389 103.816.878.000
Rincian tanah eks kekayaan desa yang dikuasai Pemerintah Kota Tangerang
Selatan maupun pihak lain diuraikan pada Lampiran 2.
Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik dokumen dan fisik lapangan, diketahui
hal-hal sebagai berikut.
a. Tanah eks kekayaan Desa Cirendeu seluas 36.000 M2 yang terletak di Kelurahan
Serua telah dibangun Rusunawa sejak tahun 2010 yang dikelola oleh Dinas Tata
Kota. Tanah tersebut adalah hasil tukar menukar dengan tanah desa yang terletak
di Desa Cirendeu pada Tahun 1994 dengan bukti berupa sertifikat serta akta jual
beli (AJB). Namun di atas tanah tersebut belum dialukan pengaman dengan
melakukan pemagaran dan pemberian papan nama tanda kepemilikan Pemerintah
Kota Tangerang Selatan.
b. Tanah eks kekayaan Desa Cirendeu seluas 50.000 M2 yang terletak di Kelurahan
Cirendeu. Di atas tanah tersebut telah didirikan bangunan sekolah, kantor
kelurahan, lapangan bola serta sarana perumahan/kavling. Atas tanah tersebut tidak
dapat ditemukan dokumen atas hak tanah baik berupa letter c, girik maupun AJB.
Pihak Kelurahan Cirendeu juga tidak dapat menunjukkan secara pasti lokasi tanah
eks kekayaan Desa Cirendeu tersebut.
c. Dari 20 bidang tanah yang dikelola masyarakat seluas 366.389 M2 tersebut di atas,
diantaranya sebanyak 6 bidang tanah seluas 213.758 M2 berada di wilayah
Kabupaten Tangerang. Tanah-tanah tersebut merupakan hasil tukar menukar
dengan eks tanah desa sebelum pemekaran Kota Tangerang Selatan.
d. Pihak kelurahan tidak memiliki dan mengadministrasikan dokumen tanah secara
memadai, seperti tidak memiliki buku induk tanah maupun letter C dengan baik.
Hal ini akan mempersulit Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam memverifikasi
kelengkapan dokumen kepemilikan.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 24
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Pasal 32:
1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib
melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam
penguasaannya.
2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.
b. Permendagri No 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan,
Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan Pasal 12:
1) Berubahnya status Desa menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan sumber-
sumber pendapatan Desa menjadi kekayaan Daerah Kabupaten/ Kota.
2) Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelola oleh Kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.
c. Peraturan Walikota Tangerang Selatan No 39 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011, Lampiran Bab II
Penggunaan Atas Barang Milik Daerah Yang Berasal Dari Perolehan Eks.
Kekayaan Desa, yang menyatakan antara lain barang milik daerah eks. kekayaan
desa dapat dikuasai dan atau dicatat sebagai barang milik daerah dengan ketentuan
memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut:
(1) Sudah dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, sarana pemerintahan, sarana
olah raga, sarana perdagangan dan sarana sosial kemasyarakatan lainnya;
(2) Hasil inventarisasi tanah/bangunan eks. kekayaan desa yang dibentuk oleh
Walikota atau tenaga ahli yang ditunjuk;
(3) Tercantum dalam Berita Acara Serah Terima Aset dari Pemerintah Kabupaten
Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan;
(4) Memiliki dasar Keterangan Lurah atau keterangan pihak lain (serendah-
rendahnya 2 (dua) orang dibawah sumpah atau dicatatkan keterangannya
dihadapan Notaris);
(5) Memiliki dokumen atas hak lainnya antara lain letter C, girik, akta jual beli oleh
desa dan dokumen lain yang dapat dipersamakan;
(6) Hasil Putusan Pengadilan Negeri Tangerang.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Nilai tanah di Neraca dan Buku Induk Inventaris A tidak menggambarkan kondisi
yang sebenarnya.
b. Potensi penyalagunaan dan kehilangan aset tanah eks kekayaan desa yang dapat
merugikan daerah.
Hal tersebut disebabkan :
a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang dan Kepala DPPKAD selaku Pembantu
Pengelola Barang kurang optimal dan lemah dalam melaksanakan pengawasan,
pengendalian dan pengamaman tanah bengkok/eks desa.
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 25
b. Tim inventarisasi tanah eks kekayaan desa belum optimal dalam melakukan
inventarisasi dan berkoordinasi dengan intsansi terkait dalam rangka melakukan
penertiban atas pengelolaan tanah eks kekayaan desa secara komprehensif.
Tanggapan - Atas permasalahan tersebut Kepala Bagian Pertanahan Sekretariat
Daerah Kota Tangerang Selatan menyatakan Peralihan status 49 desa menjadi
kelurahan terjadi pada tahun 2006. Dalam Berita Acara penyerahan aset dari
Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan nomor
593/2426.2-ASET/20120 dan 030/3827.a-DPPKAD/2010, hanya sebagian aset eks
kekayaan desa yang dilimpahkan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Selanjutnya Pemerintah Kota Tangerang Selatan berinisiatif untuk melakukan
inventarisasi/pendataan dan pengamanan aset tanah eks kekayaan desa, baik yang
sudah tercatat dalam BAST maupun yang belum. Berdasarkan inventarisasi/pendataan
tersebut, diperoleh dokumen kepemilikan tanah berupa girik, letter C, Akta Jual Beli
(AJB), surat pernyataan lurah dan surat keterangan lurah. Setelah inventarisasi,
dilakukan langkah-langkah pengamanan berupa penentuan batas tanah, pemasangan
patok, pemasangan papan nama aset, pengukuran dan pensertipikatan. Saat ini, proses
pensertipikatan sebagian tanah eks kekayaan desa masih berjalan. Proses
pensertipikatan ini dilakukan secara bertahap mulai dari tanah yang dokumennya
lengkap sampai yang tidak memiliki dokumen. Tanah eks kekayaan desa yang belum
dicatat dalam Buku Induk Inventaris Tanah disebabkan oleh masih dilakukannya
proses pensertipikatan dan penelusuran terkait kepastian hukum status tanah dimaksud
guna menghindari adanya gugatan dari pihak lain di kemudian hari.
Rekomendasi BPK merekomendasikan kepada Walikota Tangerang Selatan agar :
a. Tim inventarisasi tanah eks kekayaan desa segera melakukan inventarisasi secara
komprehensif.
b. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam rangka
inventarisasi, pendataan dan penertiban pengelolaan tanah-tanah eks kekayaan
desa yang terletak di wilayah Kabupaten Tangerang;
c. Memerintahkan Sekretaris Daerah dan Kepala DPPKAD mengambil langkah
pengamanan dan penertiban atas barang milik daerah eks kekayaan desa yang
dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa ijin.
3.5. Penilaian
Temuan - Penilaian Aset Dinas Pendidikan pada Kartu Inventaris Barang dan Buku
Induk Inventaris Kurang Akurat
Dalam Laporan Administrasi Aset Periode Triwulan 2 Tahun Anggaran 2013 (per Juni
2013), Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan mencatat aset senilai
Rp698.334.347.649,00. Aset tersebut diantaranya berupa Peralatan dan Mesin senilai
Rp84.239.019.117,00 dan Gedung dan Bangunan senilai Rp308.682.410.913,00.
Pemeriksaan atas Kartu Inventaris Barang dan Buku Induk Inventaris Peralatan dan
Mesin (KIB B) dan Gedung dan Bangunan (KIB C) pada Dinas Pendidikan diketahui hal-hal
sebagai berikut:
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 26
a. Aset peralatan dan mesin tercatat dengan nilai 1
Pemeriksaan atas Buku Induk Inventaris Kota Tangerang Selatan tahun 2012 diketahui
masih terdapat aset yang tercatat dengan nilai 1 sebanyak 230 aset. Penelusuran lebih
lanjut diketahui bahwa aset tersebut merupakan barang hibah dari Kabupaten Tangerang
(eks Kabupaten Tangerang). Dalam dokumen Berita Acara Serah Terima Aset Milik
Pemerintah Kabupaten Tangerang Dari Pemerintah Kabupaten Tangerang Kepada
Pemerintah Kota Tangerang Selatan Nomor 030/3827.a-DPPKAD/2010 nilai barang
tersebut juga 1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan sampai saat ini belum melakukan
inventarisasi atas aset peralatan dan mesin eks Kabupaten Tangerang tersebut. Secara
rinci ada dalam lampiran 3.
b. Aset peralatan dan mesin yang tidak ada nilainya
Pemeriksaan atas Buku Induk Inventaris 2012 diketahui masih terdapat aset peralatan dan
mesin yang tidak ada nilainya sebanyak 159 buah. Aset peralatan tersebut sebanyak 3
buah merupakan barang hibah eks Kabupaten Tangerang yang di BAST tidak ada
nilainya. 4 buah diperoleh dari Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) Tahun 2010 dan
sebanyak 152 merupakan pengadaan tahun 2012. Berdasarkan konfirmasi kepada Dinas
Pendidikan, aset yang berasal dari BOP 2010 dan pengadaan Tahun 2012 tidak
mempunyai nilai karena pada saat pembagian aset ke sekolah-sekolah nilainya menjadi
satu kesatuan / tidak rinci ke masing-masing aset, sehingga sekolah tidak dapat
mengalokasikan nilai ke masing-masing aset. Secara rinci ada dalam lampiran 3.
c. Aset peralatan dan mesin yang dicatat secara gabungan
Pemeriksaan atas Buku Induk Inventaris dan KIB B Peralatan dan Mesin pada Dinas
Pendidikan Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa terdapat aset peralatan dan mesin
yang masih tercatat secara gabungan sebanyak 3 buah dengan nilai Rp9.722.151.000,00.
Dalam KIB pengurus barang tidak merinci masing-masing peralatan akan tetapi
mencatatnya per paket pengadaan sesuai dengan jenis belanja modalnya. Secara rinci ada
dalam lampiran 3.
d. Aset gedung dan bangunan dicatat tidak akurat
Pemeriksaan atas KIB C Gedung dan Bangunan Dinas Pendidikan dan Buku Induk
Inventaris Kota Tangerang Selatan tahun 2012 diketahui bahwa pencatatan nilai aset
gedung dan bangunan tidak akurat. Pencatatan yang tidak akurat tersebut dapat dilihat
pada tahun perolehan aset gedung dan bangunan tahun 2010 di Dinas Pendidikan.
Pencatatan KIB gedung dan bangunan pada tahun tersebut masih ada yang dicantumkan
sesuai dengan pengajuan pencairan. Jumlah gedung dan bangunan menjadi lebih banyak
karena pencatatan dalam KIB gedung dan bangunan tersebut tidak dijadikan satu.
Misalnya terdapat 3 kali pencairan untuk satu gedung yang sama, Dinas Pendidikan
mencatat perolehan juga sebanyak 3 kali.
Pada akhir Tahun 2010, dalam KIB gedung dan bangunan terdapat reklasifikasi atas aset
gedung dan bangunan ke KIB Konstruksi Dalam Pengerjaan (KIB F) sebesar
Rp2.724.250.200,00 yang dicatat secara gabungan dan tidak terinci. Pada akhir Tahun
2011, dilakukan reklas kembali ke aset gedung dan bangunan dan sampai ini juga masih
tercatat secara gabungan dengan uraian reklas KDP 2010.
Pemeriksaan lebih lanjut atas KIB Dinas Pendidikan diketahui bahwa dalam pencatatan
aset Eks Kabupaten Tangerang ke KIB dilakukan secara gabungan sebesar
-
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten 27
Rp206.462.478.994,00. Aset eks Kabupaten Tangerang tersebut dalam BAST Aset
Kabupaten Tangerang ke Kota Tangerang Selatan sud