LHP BPK Manajemen Aset Kota Surabaya_TA_2009_2010

105
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS MANAJEMEN ASET / PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 DI SURABAYA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR Nomor : 135/R/LHP/XVIII.JATIM/12/2010 Tanggal : 27 Desember 2010

description

LHP BPK Manajemen AsetKota Surabaya TA 2009-2010

Transcript of LHP BPK Manajemen Aset Kota Surabaya_TA_2009_2010

  • BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

    ATAS

    MANAJEMEN ASET / PENGELOLAAN

    BARANG MILIK DAERAH

    PEMERINTAH KOTA SURABAYA

    TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

    DI

    SURABAYA

    PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    Nomor : 135/R/LHP/XVIII.JATIM/12/2010 Tanggal : 27 Desember 2010

  • PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR i

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi.. i

    Resume Hasil Pemeriksaan.... iii

    BAB I Gambaran Umum 1

    1. Dasar Hukum Pemeriksaan 1 2. Standar Pemeriksaan. 1 3. Tujuan Pemeriksaan.. 1 4. Entitas yang diperiksa... 1 5. Sasaran Pemeriksaan 1 6. Metode Pemeriksaan. 2 7. Jangka Waktu Pemeriksaan 3 8. Objek Pemeriksaan.. 3

    BAB II Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern................................. 5 1. Lingkungan Pengendalian......................................................................... 5 2. Penaksiran Resiko................................................................................... 8 3. Informasi dan Komunikasi........................................................................ 8 4. Aktivitas Pengendalian..................................................................... 9 5. Pemantauan............................................................................................... 10

    BAB III Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut..................................................... 8

    BAB IV Temuan Pemeriksaan.................................................................. 1. Bukti kepemilikan tanah hasil ruislag yang digunakan untuk Kantor

    Dinas Kesehatan dan Puskesmas tidak jelas.................................

    17 2. Pemanfaatan aset tetap melalui Ijin Pemakaian Rumah tidak sesuai

    dengan ketentuan....................................................................................... 22

    3. Aset Tetap berupa Tanah seluas 572 m2 dikuasai oleh pihak lain dan pencatatan aset tetap berupa kendaraan tidak sesuai dengan kondisi yang senyatanya........................................................................................

    28

    4. Lahan fasilitas sosial milik Pemerintah Kota Surabaya seluas 756 m2 belum dicatat dan diantaranya seluas 393,48 m2 dikuasai secara fisik oleh pihak lain................................................................................. ..........

    32

    5. Bangunan Pemerintah Kota Surabaya yang didirikan di atas tanah milik pihak lain seluas 60.804 m2 tidak diikat dengan perjanjian..

    35

    6. Pihak ketiga belum menyelesaikan dan menyerahkan sertipikat tanah (atas nama Pemerintah Kota Surabaya) dalam proses ruislag..

    38

    7. Aset Tetap Tanah seluas 51.451.629 m2 dengan nilai

  • PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR ii

    Rp18.749.213.337.227,00 belum bersertipikat atas nama Pemerintah Kota Surabaya...

    41

    8. Aset Jalan, Jaringan dan Instalasi senilai Rp29.640.315.588,00 telah diserahterimakan kepada PDAM Kota Surabaya namun belum ditetapkan status penyertaan modalnya..

    46 9. Pengadaan aset RSUD dr. M. Soewandhie berupa Peralatan dan Mesin

    sebesar Rp5.275.045.200,00 belum dapat dimanfaatkan.. 49

    10. Aset Gedung Puskesmas Pembantu sebesar Rp938.653.130,00 belum dimanfaatkan dan Gedung Puskesmas Pembantu Medokan Ayu belum tercatat sebagai Barang Milik Daerah...

    52

    11. Pemanfaatan Aset Tetap berupa Tanah dan Gedung oleh pihak lain tidak didukung perjanjian.. 55

    12. Aset Tetap pada Daftar Barang Milik Daerah sebanyak 31.472 unit belum dilakukan penilaian.. 59

    13. Proses pembangunan gedung pengganti hasil ruislag berupa SDN 462, SDN 463 dan SMPN 28 tidak diawasi oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang secara optimal serta belum dilakukan penilaian..

    62

    14. Pengadaan Aset berupa Jalan pada Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp59.202.223.946,00 tidak dicatat dalam Laporan Barang Milik Daerah...

    65

    15. Daftar Barang Milik Daerah belum menyajikan Aset Tetap yang dimiliki sesuai kondisi yang sebenarnya. 68

    16. Tanah Pemerintah Kota Surabaya seluas 5.000 m2 dikuasai secara fisik oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur... 78

    17. Proses tukar menukar (Ruislag) tanah antara Pemerintah Kota Surabaya dengan TNI-AU belum selesai.. 81

    Lampiran-lampiran

  • PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR iii

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    RESUME HASIL PEMERIKSAAN

    Berdasarkan ketentuan Pasal 23 E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) telah melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas Manajemen Aset/Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) pada Pemerintah Kota Surabaya . Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan BPK RI No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) BPK-RI Tahun 2002.

    Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji dan menilai apakah Sistem Pengendalian Intern atas manajemen aset/pengelolaan BMD telah memadai, informasi keuangan terkait manajemen aset/pengelolaan BMD telah disajikan secara wajar, dan manajemen aset/pengelolaan BMD telah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. Sasaran pemeriksaan manajemen aset/pengelolaan BMD meliputi pengadaan/perolehan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, dan penatausahaan termasuk BMD hasil pengadaan dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

    Berdasarkan pemeriksaan tersebut, BPK-RI menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan BMD masih terdapat kelemahan yang dapat mengganggu keamanan dan pemanfaatan aset serta kewajaran pencatatan nilai aset dalam Laporan Barang Milik Daerah Pemerintah Kota Surabaya. Penyimpangan tersebut di atas pada dasarnya terjadi karena pelaksanan Sistem Pengendalian Intern yang kurang efektif, khususnya mengenai prosedur kerja dan ketaatan pada asas yang tidak sepenuhnya dilaksanakan baik oleh para pelaksana maupun oleh penanggung jawab kegiatan pengelolaan aset daerah. Penyimpangan tersebut antara lain: 1. Bukti kepemilikan tanah hasil ruislag yang digunakan untuk Kantor Dinas Kesehatan

    dan Puskesmas tidak jelas; 2. Pemanfaatan aset tetap melalui Ijin Pemakaian Rumah tidak sesuai dengan ketentuan; 3. Aset Tetap berupa Tanah seluas 572 m2 dikuasai oleh pihak lain dan pencatatan aset

    tetap berupa kendaraan tidak sesuai dengan kondisi yang senyatanya; 4. Lahan fasilitas sosial milik Pemerintah Kota Surabaya Seluas 756 m2 belum dicatat

    dan diantaranya seluas 393,48 m2 dikuasai secara fisik oleh pihak lain; 5. Bangunan Pemerintah Kota Surabaya yang didirikan di atas tanah milik pihak lain

    seluas 60.804 m2 tidak diikat dengan perjanjian; 6. Pihak ketiga belum menyelesaikan dan menyerahkan sertipikat tanah (atas nama

    Pemerintah Kota Surabaya) dalam proses ruislag; 7. Aset Tetap Tanah seluas 51.451.629 m2 dengan nilai Rp18.749.213.337.227,00

    belum bersertipikat atas nama Pemerintah Kota Surabaya;

  • PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR iv

    8. Aset Jalan, Jaringan dan Instalasi senilai Rp29.640.315.588,00 telah diserahterimakan kepada PDAM Kota Surabaya namun belum ditetapkan status penyertaan modalnya;

    9. Pengadaan aset RSUD dr. M. Soewandhie berupa Peralatan dan Mesin sebesar Rp5.275.045.200,00 belum dapat dimanfaatkan;

    10. Aset Gedung Puskesmas Pembantu sebesar Rp938.653.130,00 belum dimanfaatkan dan Gedung Puskesmas Pembantu Medokan Ayu belum tercatat sebagai Barang Milik Daerah;

    11. Pemanfaatan Aset Tetap berupa Tanah dan Gedung oleh pihak lain tidak didukung perjanjian;

    12. Aset Tetap pada Daftar Barang Milik Daerah sebanyak 31.472 unit belum dilakukan penilaian;

    13. Proses pembangunan gedung pengganti hasil ruislag berupa SDN 462, SDN 463 dan SMPN 28 tidak diawasi oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang secara optimal serta belum dilakukan penilaian;

    14. Pengadaan Aset berupa Jalan pada Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp59.202.223.946,00 tidak dicatat dalam Laporan Barang Milik Daerah;

    15. Daftar Barang Milik Daerah belum menyajikan Aset Tetap yang dimiliki sesuai kondisi yang sebenarnya;

    16. Tanah Pemerintah Kota Surabaya seluas 5.000 m2 dikuasai secara fisik oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur;

    17. Proses tukar menukar (ruislag) tanah antara Pemerintah Kota Surabaya dengan TNI-AU belum selesai. Hasil pemeriksaan selengkapnya dimuat dalam laporan berikut.

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    1

    HASIL PEMERIKSAAN

    BAB I GAMBARAN UMUM

    1. Dasar Hukum Pemeriksaan

    a. Perubahan Ketiga Undang - Undang Dasar Tahun 1945; b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara; c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; d. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) BPK RI (Revisi) Semester II TA 2010.

    2. Standar Pemeriksaan

    a. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dengan Peraturan BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 18 Januari 2007;

    b. Panduan Manajemen Pemeriksaan Tahun 2008 yang ditetapkan dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor : 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008.

    3. Tujuan Pemeriksaan Untuk menguji dan menilai : a. Apakah Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas manajemen aset/pengelolaan

    Barang Milik Daerah (BMD) telah memadai; b. Apakah informasi keuangan terkait manajemen aset/pengelolaan BMD telah

    disajikan secara wajar; c. Apakah manajemen aset/pengelolaan BMD telah sesuai dengan

    ketentuan/peraturan yang berlaku.

    4. Entitas yang diperiksa Entitas yang diperiksa adalah Pemerintah Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009 dan Semester I Tahun Anggaran 2010

    5. Sasaran Pemeriksaan Sasaran pemeriksaan manajemen aset/pengelolaan BMD meliputi pengadaan/perolehan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan: penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; dan penatausahaan termasuk BMD hasil pengadaan dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pemeriksaan dibatasi pada: a. BMD yang merupakan Aset Tetap b. Kegiatan pengadaan/perolehan BMD, tidak termasuk prosedur/

    mekanismenya.

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    2

    6. Metode Pemeriksaan

    Pemeriksaan dilakukan secara uji petik atas dokumen pengelolaan dan pertanggungjawaban barang milik daerah atau aset daerah yang meliputi bukti-bukti pertanggungjawaban keuangan, wawancara serta konfirmasi dengan pejabat dan/atau petugas yang terkait dengan pengurusan barang milik daerah dan dengan melakukan pengujian fisik. Pemeriksaan atas pelaksanaan pada satuan kerja akan memberikan penilaian terhadap pengelolaan aset dan SPI, serta akurasi penyajian informasi keuangan tentang aset daerah dengan pendekatan - pendekatan sebagai berikut :

    a. Pendekatan resiko

    Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengelolaan aset daerah dilakukan dengan menggunakan pendekatan resiko, yang didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektifitas SPI. Hasil pemahaman dan pengujian atas SPI tersebut akan menentukan tingkat keandalan SPI sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan asersi manajemen.

    b. Pengujian dalam pemeriksaan

    Pemeriksaan terhadap kegiatan pengelolaan asset daerah dilakukan dengan pemahaman atas SPI. Pengujian terhadap pelaksanaan pengendalian terbatas pada angka-angka yang disajikan dalam Kartu Inventaris Barang, Laporan Mutasi Barang Daerah, Daftar Inventaris dan Neraca Daerah untuk dapat mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung kesimpulan pemeriksaan. Pemeriksaan ini melakukan pengujian substantif atas dokumen-dokumen secara terbatas dan pengujian fisik barang.

    c. Uji petik pemeriksaan (Sampling Audit)

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik atas unit-unit kerja dalam populasi yang akan diuji dengan menggunakan metode non statistical sampling atau metode sampling yang berdasarkan judgement, dengan memperhatikan tingkat risiko, untuk menentukan jumlah dan unit populasi. Judgement pemeriksa diarahkan untuk menjamin kecukupan jumlah sampel yang diuji dan keterwakilan sampel yang dipilih dari populasi. Kesimpulan pemeriksaan akan didapat berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi populasinya.

    Materialitas pemeriksaan mencakup 3 (tiga) hal yaitu : 1) BMD minimal senilai Rp.100.000.000,00 dan/atau 2) BMD yang bernilai strategis terhadap pencapaian tugas pokok dan fungsi

    Satuan Kerja dan/atau; 3) BMD yang digunakan untuk pelayanan umum.

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    3

    d. Pelaporan

    Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan pengelolaan asset daerah harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan. Atas temua n yang dituangkan dalam hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya diberikan saran tindak perbaikan yang disajikan dalam laporan yang sama.

    7. Jangka Waktu Pemeriksaan

    Pemeriksaan dilaksanakan selama 40 hari kalender mulai tanggal 23 sampai dengan tanggal 29 Agustus 2010, tanggal 1 sampai dengan tanggal 3 September 2010 dan tanggal 20 September sampai dengan tanggal 19 Oktober 2010.

    8. Obyek Pemeriksaan

    a. Uraian Singkat Obyek Pemeriksaan

    Hingga tahun 2010, Pemerintah Kota Surabaya belum menerbitkan Peraturan Daerah tentang pengelolaan barang daerah. Berdasarkan Surat Walikota Surabaya No 188.342/4690/436.1.2/2010 tanggal 30 Agustus 2010 Pemerintah Kota mengajukan surat perihal Rancangan Peraturan Daerah Kota Surabaya tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah kepada DPRD Kota Surabaya , namun hingga pemeriksaan berakhir rancangan masih dilakukan pembahasan dan belum disahkan. Sejak tahun 2008, koordinasi pengelolaan barang daerah selain tanah dan bangunan dilaksanakan oleh Bagian Perlengkapan. Koordinasi Pengelolaan tanah dan bangunan dilaksanakan oleh Dinas Pengelola Bangunan dan Tanah. Pelaksanaan pengelolaan aset daerah dilaksanakan pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/unit kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tanggal 1 Maret 2007 tentang Pedoman Teknis pengelolaan barang milik daerah.

    b. Nilai Aset Tetap/kekayaan yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya

    No Uraian 31 Desember 2009 (Rp) 31 Desember 2008 (Rp) 1 Tanah

    26.087.963.316.650,20

    25.000.799.026.489,00

    2 Peralatan dan Mesin

    737.656.481.939,82

    555.024.504.028,00

    3 Gedung dan Bangunan

    1.024.714.000.758,32

    750.977.424.157,00

    4

    Jalan, Jaringan dan Instalasi

    1.679.715.326.738,46

    1.382.834.401.603,50

    5 Aset Tetap Lainnya

    29.011.394.394,36

    19.020.811.374,00

    6

    Konstruksi dalam pengerjaan

    366.591.065.855,00

    156.276.992.976,00

    7 Jumlah

    29.925.651.586.336,20

    27.864.933.160.627,50

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    4

    Nilai aset per 30 Juni 2010 tidak dapat disajikan karena Pemerintah Kota Surabaya belum menyusun Daftar Rincian Aset Semester I Tahun Anggaran 2010.

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    5

    BAB II HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

    Pemerintah Kota Surabaya telah berupaya cukup maksimal dalam melaksanakan pengelolaan Barang Milik Daerah dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah jo. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, serta peraturan perundangan terkait lainnya.

    Penilaian terhadap sistem pengendalian intern, dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan dari pengelolaan Barang Milik Daerah yang diharapkan untuk menunjang kegiatan operasional pemerintahan dapat tercapai. Dalam pengujian terhadap komponen-komponen pengendalian intern, hanya komponen dalam sistem pengendalian beresiko tinggi yang direviu secara mendalam.

    Hasil pemeriksaan terhadap komponen sistem pengendalian intern dapat diungkapkan adalah sebagai berikut.

    1. Lingkungan Pengendalian

    a. Integritas dan Nilai-Nilai Etika

    Selama tahun 2009 dan 2010 (sampai dengan 2010), pengguna barang milik daerah yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah melaporkan enam kejadian kehilangan aset. Kehilangan aset tersebut berupa kendaraan bermotor roda dua dan roda empat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, kendaraan bermotor roda 2 pada Kecamatan Genteng, kendaraan bermotor roda 4 pada Kecamatan Jambangan, dan kendaraan bermotor roda 2 pada Puskesmas Gayungan. Selanjutnya berupa peralatan yaitu 2 unit computer, 4 unit motherboard dan 2 unit modem pada SDN Dukuh Kupang I/488. Berdasarkan konfirmasi kepada Inspektorat, kehilangan aset di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Kecamatan Genteng telah diganti barang sejenis , dan sekarang dalam proses balik nama. Kehilangan aset di SKPD lainnya, masih dalam proses penagihan dan penetapan untuk diangsur.

    Pengguna anggaran telah berupaya melakukan pengendalian atas pengelolaan barang secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan komitmen pengguna barang yang segera memproses kehilangan barang dengan melaporkannya ke Inspektorat untuk proses lebih lanjut.

    b. Komitmen pada Kompetensi

    Pemerintah Kota Surabaya memiliki komitmen yang cukup baik atas peningkatan kompetensi para staf SKPD yang melakukan fungsi pengelolaan barang. Komitmen tersebut berupa penyelenggaraan Diklat pada tahun 2002, 2004 dan 2005. Diklat Manajemen Pengelolaan Barang dan Inventaris telah dilaksanakan selama 150 Jam per tahun, dengan para pengajar dari pihak internal seperti Bagian Perlengkapan, Bagian Keuangan, Inspektorat Kota Surabaya maupun pihak eksternal seperti BPKP, Biro Perlengkapan Jatim, Bandiklat Jatim, Widyaiswara Jatim, dan Departemen Agama Kota Surabaya. Alumni Diklat yang diselenggarakan pada tahun 2002 sebanyak 38 orang, tahun 2004 sebanyak 38 orang, untuk tahun 2005 angkatan I sebanyak 38 orang dan angkatan II sebanyak 36 orang.

    Pada tahun 2007 diselenggarakan Diklat Pengelolaan Barang Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    6

    diadakan sebanyak 90 Jam. Para pengajar terdiri dari pihak internal seperti Bagian Perlengkapan, dan pihak eksternal seperti BPKP dan para narasumber yang kompeten. Alumni Diklat yang diselenggarakan pada tahun 2007 adalah sebanyak 92 orang.

    Selanjutnya, pada tahun 2008 dan 2009 diselenggarakan Diklat Pengelolaan Barang Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Para pengajar terdiri dari pihak internal seperti Bagian Perlengkapan, dan pihak eksternal seperti BPKP dan para narasumber yang kompeten. Untuk tahun 2008, Alumni diklat angkatan I , II, dan III adalah sebanyak 105 orang. Untuk tahun 2009, alumni diklat angkatan I, II, III, IV dan V adalah sebanyak 150 orang.

    c. Falsafah dan Gaya Operasi Manajemen

    Gaya operasi manajemen pada kegiatan pengelolaan barang milik daerah masih belum optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih adanya barang milik daerah berupa bangunan puskesmas dan alat-alat kesehatan belum dapat dimanfaatkan. Beberapa bangunan puskesmas yang direncanakan akan dialihfungsikan belum ditetapkan oleh pengelola barang. Lemahnya koordinasi pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah antara pengguna barang dan pengelola barang mengakibatkan proses pemanfaatan aset tersebut berlarut-larut.

    Dalam rangka tertib administrasi penyimpanan dokumen asli kepemilikan hak atas tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Kota Surabaya, Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah telah menyimpan sertifikat asli pada lemari arsip dinas dan Safe Deposit Box di Bank. Namun berdasarkan uji petik penyimpanan sertifikat asli, masih ditemukan bahwa dokumen sertifikat asli yang diperoleh dari pembebasan tanah untuk jalan disimpan bendahara pengeluaran Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) pada arsip ruang kerja staf. Berdasarkan informasi bendahara pengeluaran, hal tersebut dilakukan karena sertifikat asli merupakan bukti pengeluaran atas pembayaran pembebasan tanah. Pada prosesnya, pembebasan tanah yang dilakukan pada sebagian atau seluruh bagian dalam satu sertifikat membutuhkan pengurusan lebih lanjut ke BPN. Dengan penyimpanan sertifikat pada lemari arsip DBMP sebagai satuan kerja yang melaksanakan pembebasan tanah untuk jalan, maka akan lebih cepat memperoleh sertifikat tersebut ketika dibutuhkan

    d. Struktur Organisasi

    Stuktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kota Surabaya diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah jo. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

    Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 96 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Sekretariat Daerah Kota Surabaya, yaitu Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis. Fungsi Sekretariat Daerah yaitu menyusun kebijakan pemerintah daerah, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis, memantau dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, membina administrasi dan aparatur pemerintah daerah, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai tugas dan fungsinya.

    Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan barang milik daerah. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan barang milik daerah, Sekretariat Daerah selaku

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    7

    pengelola barang dibantu oleh Bagian Perlengkapan serta Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT).

    Bagian perlengkapan terdiri atas 3 Sub Bagian, yaitu Sub Bagian Analis Kebutuhan, Sub Bagian Pengadaan dan Sub Bagian Penyimpanan, Distribusi dan Perbengkelan. Sub Bagian Analis Kebutuhan memiliki tugas menetapkan kebijakan pengelolaan aset daerah selain tanah dan bangunan. Sub Bagian Pengadaan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan (pengadaan) aset daerah selain tanah dan bangunan, mengadakan pakaian dinas dan kelengkapannya serta melaksana kan fasilitasi unit layanan pengadaan. Sub Bagian Penyimpanan, Distribusi dan Perbengkelan memiliki tugas melaksana kan pengelolaan (penyimpanan dan distribusi) aset daerah selain tanah dan bangunan dan mengelola bengkel kendaraan.

    DPBT memiliki empat Bidang, yaitu Bidang Pengadaan dan Pengamanan, Bidang Pemanfaatan Tanah, Bidang Pemanfaatan Bangunan dan Bidang Pengendalian. Bidang Pengadaan dan Pengamanan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas DPBT di bidang pengadaan dan pengamanan. Bidang ini terdiri atas dua seksi, yaitu Seksi Pengadaan dan Seksi Pengamanan. Bidang Pemanfaatan Tanah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas DPBT bidang pemanfaatan tanah. Bidang ini terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Pemanfaatan Tanah I, Seksi Pemanfaatan Tanah II serta Seksi Gambar dan Pemetaan. Bidang Pemanfaatan Bangunan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas DPBT di bidang pemanfaatan bangunan. Bidang ini terdiri dari dua seksi, yaitu Seksi Pemanfaatan Rumah I dan Pemanfaatan Rumah II. Bidang Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas DPBT di bidang pengendalian. Bidang ini terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Penyuluhan dan Penertiban, Seksi Penanganan Sengketa Bangunan, dan Seksi Penanganan Sengketa Tanah.

    e. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab

    Bagian perlengkapan memiliki tugas menetapkan kebijakan dan pengelolaan aset daerah selain tanah dan bangunan. DPBT memiliki tugas sebagai perumus kebijakan teknis, pembina dan pelaksana tugas di bidang pengelo laan bangunan dan tanah. Pengelolaan barang milik daerah yang telah digunakan oleh SKPD selaku pengguna barang dilakukan pada masing-masing SKPD.

    Sejak neraca awal dibuat pada tahun 2002, Sekretaris Daerah dibantu oleh Bagian Perlengkapan dalam melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian aset. Fungsi tersebut meliputi koordinasi inventarisasi barang milik daerah dan penatausahaan aset. Sejak tahun 2009, DPBT bertanggungjawab atas pengelolaan aset tanah dan bangunan antara lain berupa pemanfaatan aset serta melakukan koordinasi pelaksanaan ruislag. Namun demikian, pelimpahan dokumen dari Bagian Perlengkapan kepada Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah belum dilakukan secara jelas. Beberapa dokumen seperti hasil penilaian aset, dan dokumen pendukung ruislag lainnya masih disimpan oleh Bagian Perlengkapan.

    f. Kebijakan dan Praktik yang Terkait dengan Sumber Daya Manusia

    Salah satu hasil keluaran Sistem Informasi Barang Daerah (SIMBADA) pada akhir tahun adalah rincian aset pada Laporan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya. Proses pengelolaan SIMBADA sebelum tahun 2009 adalah desentralisasi. Setelah daftar inventaris per SKPD dibuat oleh Bagian Perlengkapan, data tersebut diberikan kepada pengurus barang

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    8

    SKPD untuk disesuaikan dengan Buku Inventaris Barang yang dibuat secara manual. Setelah dilakukan pengecekan, dibuat neraca per SKPD. Namun berdasarkan konfirmasi kepada Bagian Akuntansi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan diketahui bahwa penyusunan neraca Pemerintah Kota Surabaya belum merupakan proses konsolidasi neraca per SKPD. Hal tersebut karena neraca yang dibuat oleh SKPD belum memiliki kehandalan informasi keuangan untuk dikompilasi menjadi laporan keuangan.

    Pemerintah Kota Surabaya memiliki keterbatasan jumlah dan penyebaran pegawai yang terlibat dalam penyusunan neraca SKPD dengan kualifikasi pendidikan akuntansi. Belum semua SKPD mempunyai pegawai yang berlatar belakang pendidikan akuntansi. SKPD tersebut adalah: 1) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 2) Dinas Tenaga Kerja; 3) Badan Perencanaan Pembangunan Kota; 4) Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sekretariat; 5) Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat; 6) Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya; 7) Dinas Kebakaran.

    2. Penaksiran Resiko

    Pemerintah Kota Surabaya belum memiliki peraturan daerah terkait dengan pengelolaan barang milik daerah. Peraturan yang dijadikan pedoman oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam pengelolaan aset adalah Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2008 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007.

    Untuk kepentingan penyajian aset dalam laporan keuangan per 31 Desember 2009, Pemerintah Kota Surabaya belum memiliki kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan oleh kepala daerah. Penyajian aset dilakukan berdasarkan kebijakan akuntansi aset tetap yang disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

    Pemerintah Kota Surabaya baru menetapkan kebijakan akuntansi aset tetap melalu i Peraturan Walikota 13 Tahun 2010 tanggal 10 Maret 2010 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Surabaya. Pada Perwali tersebut antara lain mengatur masalah batasan jumlah biaya kapitalisasi perolehan awal aset tetap. Atas dasar hal tersebut, Pemerintah Kota Surabaya telah berupaya melakukan kapitalisasi secara menyeluruh atas pengadaan belanja non modal yang menambah umur aset tetap. Proses tersebut dilakukan dengan menyebarkan form kapitalisasi yang harus diisi oleh seluruh pengurus barang SKPD untuk menginventarisir belanja non modal yang secara substansi menambah umur aktiva tetap di seluruh SKPD. Hasil dari pengisian form tersebut akan menjadi dasar jurnal koreksi penambahan nilai aset pada SIMBADA. Sampai dengan akhir pemeriksaan tanggal 19 Oktober 2010, proses tersebut masih berlangsung.

    3. Informasi dan Komunikasi

    Pada tahun 2002 2007, Daftar Barang Milik Daerah dihasilkan dari database Sistem Informasi Barang Daerah (SIMBADA) yang pengelolaannya disentralisasi di Bagian Perlengkapan. Data utama diambil dari fungsi keuangan dengan produk utama rincian barang neraca. Sejak tahun 2008, Bagian perlengkapan melaksanakan fungsi sebagai koordinator dan kompilasi. Desentralisasi pengelolaan SIMBADA telah dilakukan ke SKPD. Data awal SIMBADA berasal dari inventarisasi aset yang dilakukan pada tahun 2002. Inventarisasi awal tersebut dilakukan oleh tim inventarisasi kekayaan milik daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota Nomor

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    9

    188.45/379/402.1.2/2001 tentang Pembentukan Tim Inventarisasi Aset/Kekayaan Daerah dalam Rangka Penyusunan Neraca Daerah Kota Surabaya.

    Berdasarkan konfirmasi dengan Tim Inventarisasi Aset/Kekayaan Daerah, proses inventarisasi dimulai dari pembuatan Form Kartu Inventaris Barang. Form tersebut dibawa oleh tim inventarisasi ke SKPD yang telah ditentukan untuk dilakukan pengisian. Selanjutnya, tim melakukan pengecekan Kartu Inventaris Ruangan dan Buku Inventaris Barang yang ada di SKPD. Berdasarkan kedua dokumen tersebut, dilakukan pengisian Form Kartu Inventaris Barang. Aset yang dicatat hanya sebatas data tertulis dalam dokumen Kartu Inventaris Ruangan dan Buku Inventaris Barang. Dalam hal ini, tim tidak melihat bukti kepemilikan maupun fisik secara menyeluruh. Untuk menjamin bahwa data aset yang tercatat adalah yang dimiliki oleh SKPD, dibuat surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani oleh kepala SKPD. Surat pernyataan tersebut menyatakan bahwa barang yang dicatat dalam kartu inventaris ruangan adalah benar-benar yang dikuasai/dimiliki oleh SKPD bersangkutan. Berdasarkan penelusuran, terdapat hasil inventarisasi aset kendaraan yang dicatat dalam Buku Inventaris Barang sekolah yang tidak didukung oleh bukti kepemilikan yang ada. Pada saat inventarisasi dilakukan, data kendaraan yang dicatat dalam Form Kartu Inventaris Barang langsung diakui sebagai kendaraan milik sekolah. Penelusuran selanjutnya menunjukkan bahwa kendaraan tersebut sudah hilang maupun terjual oleh pihak sekolah. Berdasarkan keterangan dari pihak sekolah, penjualan kendaraan dilakukan karena dana pembelian kendaraan bukan berasal dari APBD, namun bukti yang mendukung pernyataan tersebut tidak dapat ditunjukkan pada Tim Pemeriksa BPK sampai dengan akhir pemeriksaan tanggal 19 Oktober 2010. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil inventarisasi yang dilakukan pada tahun 2002 belum didukung dengan bukti dokumen yang handal dalam rangka pengendalian barang milik daerah

    Berdasarkan pemeriksaan pada data SIMBADA, diketahui bahwa data yang disajikan belum handal. Pada data buku yang dikelola oleh Dinas Pendidikan masih terdapat salah klasifikasi yaitu buku yang diinput sebagai rincian akun peralatan dan mesin. Jumlah yang dicatat oleh pengurus barang pada SIMBADA belum akurat. Data awal yang merupakan hasil inventarisasi tidak dilakukan pemutakhiran secara kontinyu. Berdasarkan konfirmasi pada pengurus barang Dinas Pendidikan, pengalokasian hasil pengadaan barang ke sekolah dilakukan oleh masing-masing bidang pendidikan pada Dinas Pendidikan. Data alokasi tersebut tidak diberikan ke pengurus barang sehingga mengakibatkan pemutakhiran data SIMBADA tidak dapat dilakukan secara kontinyu oleh pengurus barang. Pada Dinas Pertanian, pengurus barang belum melakukan pemutakhiran pada SIMBADA atas aset yang telah diserahkan pada masyarakat, maupun hewan yang telah mati. Berdasarkan keterangan dari staf Bidang Pertanian, pembelian tanaman tahun 2007 hingga 2008 telah diserahkan kepada masyarakat maupun kelompok sebagai bantuan dan stimulan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan penanaman produktif.

    4. Aktivitas Pengendalian

    a. Pengendalian Pengolahan Informasi

    Bagian Perlengkapan merupakan koordinator SIMBADA yang bertanggung jawab atas pengawasan dan pengendalian database aset. Pada saat pemeriksaan berlangsung, Bagian Perlengkapan belum melakukan pemutakhiran database, seperti pencatatan aset berupa mutasi tambah maupun kurang atas aset. Berdasarkan konfirmasi pada pihak Bagian Perlengkapan, pemutakhiran akan dibuat pada akhir tahun pada saat penyusunan rincian aset untuk laporan keuangan pemerintah daerah. Hal tersebut mengakibatkan mutasi aset pada tahun berjalan

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    10

    belum dapat diketahui dari database SIMBADA yang menjadi data sumber untuk Daftar Barang Milik Daerah.

    Tugas dan fungsi yang terkait dengan pengurusan Izin Pengelolaan Tanah (IPT) dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) yaitu pada Bidang Pemanfaatan Tanah. Semua data terkait IPT diinput melalui program aplikasi Dinas Tanah dan Rumah (DTR). Program ini dibuat sejak tahun 1996 dan dijalankan dengan Disk Operating System (DOS).

    Keterbatasan-keterbatasan dari program ini dalam mendukung kegiatan monitoring dan pengendalian antara lain bentuk laporan per wilayah (kecamatan/kelurahan) belum tersedia atau masih harus dibuat secara manual ; bentuk laporan rekapitulasi total IPT dalam bentuk luas maupun jumlahnya belum tersedia secara otomatis, sehingga bila diperlukan, pengelola database harus melakukan penjumlahan secara manual jumlah yang terdapat pada masing-masing lembar tampilan laporan ; jumlah dan daftar IPT yang masih berlaku dan tidak berlaku tidak bisa disajikan secara otomatis ; informasi status IPT, antara lain status dijaminkan ke bank (setelah memperoleh persetujuan tertulis dari walikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan walikota nomor 1 tahun 1997 tentang Izin Pemakaian Tanah), atau sengketa belum tersedia. Atas beberapa keterbatasan tersebut, pengelola database harus membuat klasifikasi secara manual dari daftar IPT yang tersedia.

    b. Pemisahan Tugas dan Reviu Pencatatan Transaksi

    Proses penyusunan Laporan Keuangan dilakukan oleh Seksi Akuntansi Bidang Kas dan Akuntansi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan. Penyajian nilai aset dilakukan berdasarkan data SIMBADA yang dikelola oleh Bagian Perlengkapan Sekretaris Daerah. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2008 dan 2009 diketahui bahwa masih terdapat selisih nilai antara kenaikan belanja modal dan penambahan aset pada tahun berjalan. Hal tersebut diantaranya karena terdapat input yang dilakukan oleh pengurus barang SKPD pada SIMBADA untuk mencatat aset yang diperoleh dari belanja barang secara tidak tepat. Selisih tersebut tidak dapat ditelusuri sampai dengan penyusunan LKPD tahun 2009. Koordinasi antara Dinas Pendapatan dan Pengelolaan keuangan dan Bagian Perlengkapan masih perlu ditingkatkan untuk melakukan pencatatan aset, sehingga penyajian aset dalam laporan keuangan tepat dan akurat.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap data SIMBADA, diketahui bahwa terdapat nilai sebesar Rp59.202.223.946,00 yang merupakan belanja modal Jalan, Jaringan dan Instalasi tahun 2009 belum dicatat sebagai penambahan aset tetap. Penelusuran menunjukkan bahwa database SIMBADA memiliki dokumen sumber berupa register data jalan. Dokumen sumber ini menjadi dasar mutasi tambah atas aset yang telah dicatat. Berdasarkan konfirmasi kepada Bagian Perlengkapan, peningkatan jalan dengan nilai sebesar Rp59.202.223.946,00 tidak dapat dicatat karena register data jalan dimaksud belum terekam dalam SIMBADA. DBMP yang bertanggungjawab mengelola master data jalan, belum melakukan pemutakhiran dan melaporkan data jalan pada Bagian Perlengkapan. Koordinasi antara Bagian Perlengkapan dan DBMP masih perlu ditingkatkan agar reviu atas pemutakhiran data dapat dilakukan secara optimal.

    c. Pengendalian Fisik

    Pengendalian atas aset yang dihasilkan melalui proses ruislag belum dilakukan secara memadai. Pengawasan atas pembangunan gedung yang merupakan kewajiban pihak swasta

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    11

    tidak dilakukan secara optimal. Perubahan spesifikasi teknis pekerjaan tidak diketahui oleh pengawas lapangan. Penilaian Aset sebagai proses akhir untuk memberikan keyakinan bahwa proses ruislag memiliki nilai seimbang atau menguntungkan Pemerintah Kota belum dilaksanakan. Selain itu, kewajiban pihak swasta berupa pensertifikatan tanah atas nama pemkot surabaya masih belum dilaksanakan.

    IPT merupakan ijin yang diberikan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk memakai tanah milik Pemerintah Kota. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pengelola Bangunan dan Tanah (DPBT) jumlah tanah yang memiliki IPT di Kota Surabaya sampai dengan Oktober 2009 diketahui seluas 13.979.011,61 m2, diantaranya minimal seluas 799.573 m2 telah digugat oleh pihak lain yang telah memiliki IPT. Gugatan tersebut merupakan upaya untuk membatalkan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas nama Pemerintah Kota Surabaya, sehingga berpotensi hilangnya aset tanah milik Pemerintah Kota Surabaya.

    Berdasarkan konfirmasi dan data yang diperoleh dari Bagian Pengendalian pada DPBT, sampai dengan bulan Oktober tahun 2010 terdapat sejumlah lokasi tanah dalam penguasaan Pemerintah Kota Surabaya yang digugat kepemilikannya oleh pihak lain dan telah masuk ke dalam proses peradilan sebanyak 20 kasus. Dari 20 Kasus tersebut, 4 kasus masih proses pengadilan negeri, 1 proses pengajuan banding dan 15 proses pengajuan kasasi. Gugatan tersebut berpotensi hilangnya aset tanah milik Pemerintah Kota Surabaya. Rincian daftar gugatan dapat dilihat pada lampiran 1.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari DPBT, Pemerintah Kota Surabaya telah mengajukan pengurusan sertipikat tanah ke Kantor Pertanahan Kota Surabaya sebanyak 262 bidang dengan luas 1.751.800,27 m2. Dari 262 bidang, sebanyak 242 bidang masih dalam proses pensertipikatan. Masalah dan hambatan yang dihadapi pengurusan sertipikat yang belum selesai di BPN Kota Surabaya antara lain bukti kepemilikan hak / asal usul atas tanah milik Pemerintah Kota Surabaya tidak lengkap dan batas-batas tanah milik Pemerintah Kota Surabaya tidak diketahui secara pasti. Pemerintah Kota Surabaya masih terus melakukan upaya penelitian asal usul riwayat tanah dan batas-batas tanah.

    d. Reviu atas Kinerja

    Kinerja merupakan gambaran capaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi suatu instansi. Pengukuran kinerja ini sangat penting bagi organisasi yang berorientasi hasil untuk mengukur kinerjanya sendiri dan melihat tingkat kinerja yang telah dicapai atau hasi-hasil yang diperoleh. Hasil pengukuran capaian kinerja Pemerintah Kota Surabaya disajikan dalam LAKIP yang berdimensi akuntabilitas kinerja dan manajemen kinerja. Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Kepala SKPD sebagai PA/KPA telah melakukan reviu atas kinerja sebagai salah satu dasar penyusunan LAKIP SKPD.

    5. Pemantauan

    Pemantauan berkelanjutan yang dilakukan oleh pimpinan pada sistem pengendalian intern merupakan suatu aktivitas yang diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, rekonsiliasi dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Berdasarkan uji petik, para pimpinan yang bertanggungjawab dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas penerimaan hibah aset daerah telah melakukan fungsinya dengan cukup baik.

    Pemerintah Kota Surabaya memperoleh barang milik daerah dari hibah pihak pengembang dalam bentuk penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial sesuai Peraturan Walikota Surabaya Nomor 49 Tahun 2008 tentang Kriteria, Persyaratan Teknis, Mekanisme dan

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    12

    Tata Cara Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial pada Kawasan Perumahan, Perdagangan dan Industri kepada Pemerintah Daerah. Dalam rangka pelaksanaan penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial dibentuk Tim Verifikasi oleh Kepala Daerah. Dalam susunan keanggotaan, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) adalah sebagai Ketua I. Tugas tim ini yaitu mengadakan inventarisasi dan penilaian prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial yang akan diserahkan kepada pemerintah daerah, meneliti dan menilai berdasarkan kriteria, standar dan persyaratan teknis yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah, menyusun jadwal waktu penyerahan dan penandatanganan Berita Acara Serah Terima serta membuat laporan kepada Kepala Daerah mengenai hasil inventarisasi dan penilaian prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial yang akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah dilakukan oleh Kepala Badan Pengelolaan Tanah dan Bangunan Kota Surabaya.

    Pada pelaksanaannya, Bappeko juga melaksanakan pemantauan terhadap lahan utilitas umum dan fasilitas sosial. Pemantauan tersebut terkait dengan kebutuhan Pemerintah Kota Surabaya atas ruang terbuka hijau yang masih dimiliki oleh pengembang-pengembang di wilayah Surabaya dan belum diserahkan sebagai kewajiban pengembang pada pemerintah kota. Mekanisme pemantauannya adalah tim verifikasi mengajukan data dan usulan surat teguran untuk ditandatangani oleh walikota, kemudian diberikan kepada pengembang yang belum menyerahkan kewajibannya. Pada tahun 2008, 35 surat teguran telah dibuat namun terdapat satu surat yang tidak terkirim karena perubahan alamat pengembang. Pada tahun 2009, 30 surat teguran telah dibuat ke pengembang namun terdapat dua surat yang tidak terkirim karena perubahan alamat pengembang. Sejak tahun 2010, Bappeko melakukan kerjasama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang untuk mengoptimalkan inventarisasi prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial. Secara otomatis, saat pengembang mengajukan ijin pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang seperti pengajuan IMB, pihak developer sudah harus mengisi form terkait dengan data prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial yang akan diserahkan serta pernyataan kesanggupan.

    Sampai dengan 2009, Bappeko telah menginventarisir aset yang telah diterima sejak tahun 1990 sampai dengan 2009 berupa prasarana lingkungan seluas 2.496.952,74 m2 dan fasilitas sosial berupa RTH seluas 1.081.526,07m2 dan non RTH seluas 681.585,88 m2 serta berbagai utilitas umum seperti penerangan jalan umum, depo sampah, rumah pompa, dan lain-lain.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik selanjutnya, pemantauan yang dilakukan pada proses pemanfaatan aset daerah kurang dilakukan secara optimal. Pengguna barang dan pengelola barang kurang melakukan pemantauan atas pemanfaatan barang milik daerah dalam penguasaanya. Beberapa bangunan yang dimanfaatkan oleh pihak lain belum diikat melalui perjanjian, baik sebagai sewa maupun pinjam pakai. Bentuk pengamanan aset yang dimiliki karena pemakaian oleh pihak lain harus diatur jelas dalam bentuk perjanjian. Untuk pemakaian oleh pihak lain bersifat sewa, tentunya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

    Dalam rangka pemanfaatan aset berupa pemakaian kekayaan daerah, Pemerintah Kota Surabaya memiliki rumah yang dapat dipergunakan oleh pemakai dengan menerbitkan Keputusan Walikota tentang Izin Pemakaian Rumah (IPR). IPR tersebut diterbitkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Kepala Satuan Kerja pengelola IPR adalah Kepala DPBT. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa Kepala DPBT kurang melakukan pemantauan terhadap kegiatan pengawasan di lapangan atas pemakaian rumah dan administrasi IPR. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa terdapat enam orang pemegang ijin yang belum memperpanjang IPR dan membayar retribusi. Diantara rumah yang ditempati tersebut juga terjadi perubahan bangunan rumah tanpa ada ijin dinas, serta proses penyewaan bangunan

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    13

    kepada pihak lain oleh pemegang IPR. Pengalihan hak untuk menempati rumah dilakukan dengan membuat akte jual beli antara pemegang IPR dengan pihak lainnya, untuk mendapatkan keuntungan ekonomis bagi pemegang IPR. Tarif yang ditetapkan peraturan daerah yang terlalu rendah memungkinkan IPR digunakan untuk mencari keuntungan pribadi oleh pihak-pihak pemegang IPR dengan cara mengalihkan ijin kepada pihak lain dengan harga yang lebih tinggi.

  • 14

    BAB III

    HASIL PEMERIKSAAN TINDAK LANJUT

    Jenis Pemeriksaan yang pernah dilakukan oleh BPK RI pada Pemerintah Kota Surabaya dan hasil pemeriksaannya belum seluruhnya ditindaklanjuti adalah Pemeriksaan atas LKPD TA 2004, 2005, 2007, 2008, 2009, Pendapatan dan Biaya PD Pasar Surya TA 2005, Aset dan Kekayaan Milik Daerah (Tanah dan Bangunan) TA 2005, Penyelenggaraan PILKADA TA 2005, Dana Perimbangan TA 2007 dan Belanja Daerah TA 2008. Dari hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan per 30 Agustus 2010 diketahui bahwa terdapat 11 pemeriksaan dengan 165 temuan pemeriksaan dan 287 rekomendasi. Dari 287 rekomendasi pemeriksaan tersebut sebanyak 184 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti, 94 rekomendasi telah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi dan 9 rekomendasi belum ditindaklanjuti. Penjelasan terkait tingkat penyelesaian atas tindak lanjut hasil pemeriksaan pada Pemerintah Kota Surabaya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Tingkat Penyelesaian Tindak Lanjut Pemeriksaan

    Status Pemantauan TL No Jenis Pemeriksaan Temuan Rekomendasi

    TS TB BT

    1. LKPD TA 2004 12 15 9 1 5

    2. LKPD TA 2005 14 19 12 3 4

    3. Pendapatan dan Biaya PD Pasar Surya TA 2005

    10 22 19 3 -

    4. Aset dan Kekayaan Milik Daerah (Tanah dan Bangunan) TA 2006

    14 23 9 14 -

    5. Penyelenggaraan Pilkada TA 2005 9 16 14 2 -

    6. Dana Perimbangan TA 2006 dan Semester I TA 2007

    5 6 2 4 -

    7. Pencemaran Udara Prov. Jatim dan Kota Surabaya TA 2007

    6 7 2 5 -

    8. LKPD TA 2007 30 39 36 3 -

    9. Belanja Daerah TA 2008 23 66 39 27 -

    10. LKPD TA 2008 24 39 24 15 -

    11. LKPD TA 2009 18 35 18 17 -

    Jumlah 165 287 184 94 9

    Keterangan : TS : Telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi; TB : Telah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi; BT : Belum ditindaklanjuti

    Pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi dalam Hasil Pemeriksaan BPK RI pada Pemerintah Kota Surabaya, dapat di uraikan sebagai berikut. a. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada Pemerintah

    Kota Surabaya Tahun Anggaran (TA) 2004 Hasil pemeriksaan atas LKPD TA 2004 sebanyak 12 temuan pemeriksaan dengan 15 rekomendasi. Dari 15 rekomendasi tersebut, 9 rekomendasi telah selesai

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    15

    ditindaklanjuti, 1 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi dan 5 rekomendasi belum ditindaklanjuti.

    b. Pemeriksaan atas LKPD pada Pemerintah Kota Surabaya TA 2005 Hasil pemeriksaan atas LKPD TA 2005 sebanyak 14 temuan pemeriksaan dengan 19 rekomendasi. Dari 19 rekomendasi tersebut, 12 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti, 3 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi dan 4 rekomendasi belum ditindaklanjuti.

    c. Pemeriksaan atas Pendapatan dan Biaya pada PD Pasar Surya TA 2005 Hasil pemeriksaan atas Pendapatan dan Biaya pada PD Pasar Surya TA 2005 sebanyak 10 temuan pemeriksaan dengan 22 rekomendasi. Dari 22 rekomendasi tersebut, 19 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti, 3 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

    d. Pemeriksaan atas Aset dan Kekayaan Milik Daerah (Tanah dan Bangunan) TA 2006 Hasil pemeriksaan atas Aset dan Kekayaan Milik Daerah (Tanah dan Bangunan) TA 2006 sebanyak 14 temuan pemeriksaan dengan 23 rekomendasi. Dari 23 rekomendasi tersebut, 9 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 14 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

    e. Pemeriksaan atas Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) TA 2005 Hasil pemeriksaan atas atas Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) TA 2005 sebanyak 9 temuan pemeriksaan dengan 16 rekomendasi. Dari 16 rekomendasi tersebut, 14 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 2 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun be lum sesuai rekomendasi.

    f. Pemeriksaan atas Dana Perimbangan TA 2006 dan Semester I TA 2007 Hasil pemeriksaan atas Dana Perimbangan TA 2006 dan Semester I TA 2007 sebanyak 5 temuan pemeriksaan dengan 6 rekomendasi. Dari 6 rekomendasi tersebut, 2 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 4 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

    g. Pemeriksaan atas Pencemaran Udara Provinsi Jatim dan Kota Surabaya TA 2007 Hasil pemeriksaan atas Pemeriksaan atas Pencemaran Udara Provinsi Jatim dan Kota Surabaya TA 2007 sebanyak 6 temuan pemeriksaan dengan 7 rekomendasi. Dari 7 rekomendasi tersebut, 2 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 5 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

    h. Pemeriksaan LKPD TA 2007 Hasil pemeriksaan atas LKPD TA 2007 sebanyak 30 temuan pemeriksaan dengan 39 rekomendasi. Dari 39 rekomendasi tersebut, 36 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 3 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

    i. Pemeriksaan atas Belanja Daerah TA 2008 Hasil Pemeriksaan atas Belanja Daerah TA 2008 sebanyak 23 temuan pemeriksaan dengan 66 rekomendasi. Dari 66 rekomendasi tersebut, 39 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 27 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

    j. Pemeriksaan atas LKPD TA 2008 Hasil Pemeriksaan atas Pemeriksaan LKPD TA 2008 sebanyak 24 temuan pemeriksaan dengan 39 rekomendasi. Dari 39 rekomendasi tersebut, 24 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 15 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

  • BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    16

    k. Pemeriksaan atas LKPD TA 2009 Hasil Pemeriksaan atas Pemeriksaan LKPD TA 2009 sebanyak 18 temuan pemeriksaan dengan 35 rekomendasi. Dari 35 rekomendasi tersebut, 18 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti dan 17 rekomendasi sudah ditindaklanjuti namun belum sesuai rekomendasi.

  • 17

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    BAB IV TEMUAN PEMERIKSAAN

    1. Bukti Kepemilikan Tanah Hasil Ruislag yang Digunakan untuk Kantor Dinas

    Kesehatan dan Puskesmas Tidak Jelas Bangunan milik pemerintah yang digunakan sebagai kantor Dinas Kesehatan

    Pemerintah Kota Surabaya (DKK) berdiri diatas lahan seluas 6000 m2 di Jalan Raya Nginden Jemursari Surabaya. Tanah dan Bangunan tersebut dicatat pada Daftar Barang Milik Daerah dengan nomor register SIMBADA 2348259 dan 2352060 dan diperoleh dari hasil ruislag berdasarkan Naskah Perjanjian antara Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dengan PT. PD Nomor 641.6/13/411.12/1986 tanggal 8 Desember 1986 tentang tukar menukar tanah di Jl. Margoyoso No.5 (Kantor DKK) Surabaya dengan tanah di lokasi Jl. Raya Nginden-Jemursari Surabaya.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan atas dokumen diketahui bahwa dalam ruislag tersebut, Pemerintah Kota Surabaya melepaskan hak tanah seluas 4000 m2 Jl. Margoyoso Nomor 5 Surabaya beserta bangunan yang berdiri diatasnya (dahulu digunakan sebagai Kantor Dinas Kesehatan). Saat ini, diatas tanah tersebut telah berdiri bangunan pusat perbelanjaan TP. Sebagai penggantinya, Pemerintah Kota Surabaya menerima aset sebagai berikut: a. Tanah seluas 6000 m2 di Jalan Raya Nginden Jemursari Surabaya beserta

    bangunan (saat ini digunakan untuk Gedung Dinas Kesehatan Kota ); b. Tanah seluas 250 m2 di Jalan Kaliasin Gang Pompa Surabaya beserta bangunan

    Puskesmas. Berdasarkan hasil konfirmasi, diketahui bahwa pihak Dinas Kesehatan hanya

    memiliki dan menyimpan fotocopy dokumen-dokumen terkait ruislag dengan PT. PD. Dari hasil pemeriksaan atas dokumen-dokumen ruislag tersebut, dapat diketahui sebagai berikut: a. Ruislag dinyatakan telah dilakukan pada tanggal 8 Desember 1986 sesuai

    Naskah Perjanjian Nomor 641.6/13/411.12/1986 antara PK selaku Walikota Surabaya dan AZ selaku Direktur PT. PD.

    b. Dalam Berita Acara Serah Terima Nomor 641.6/12/411.12/1988 tanggal 18 Nopember 1988 antara PK selaku Walikota yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dan AZ selaku Direktur PT. PD yang bertindak untuk dan atas nama PT. PD, telah dinyatakan bahwa: 1) Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya telah menyerahkan

    kepada PT. PD hak menempati bangunan dan hak menguasai atas tanah yang terletak di Jalan Margoyoso nomor 5 Surabaya;

    2) PT. PD telah menyerahkan kepada Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya hak milik Gedung Dinas Kesehatan (DKK) beserta tanahnya seluas 6.000 m2 terletak di Jalan Nginden Jemursari, Kelurahan Sidosermo, Kecamatan Wonocolo Kotamadya Dati II Surabaya dan bangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) beserta tanahnya seluas 250 m2 terletak di Jalan Kaliasin Gang Pompa Nomor 79-81,

  • 18

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya.

    c. Menurut Akte Pelepasan Hak Nomor 1 (berdasarkan notaris AA tanggal 1 Juni 1988), diketahui bahwa tanah di Jl. Raya Nginden Jemursari dan Jl. Kaliasin Gang Pompa Surabaya yang diterima Pemerintah Kota Surabaya dari PT. PD dalam ruislag tersebut diatas diperoleh SW selaku Direktur PT. PD dari pemilik sebelumnya yaitu AT berupa: 1) Hak Milik Nomor 1200/Kelurahan Sidosermo seluas 1.547 m2; 2) Hak Milik Nomor 1197/Kelurahan Sidosermo seluas 1.526 m2; 3) Petok D Nomor 111, seluas 1.585 m2; 4) Petok D Nomor 332 seluas 1.335 m2; 5) Sebidang tanah Negara (bekas tanah partikelir) terletak di Jalan Kaliasin

    Gang Pompa 79-81 seluas 248,50 m2. d. Menurut Akte Pelepasan Hak Nomor 8 berdasarkan notaris AA tanggal 11

    Oktober 1984, Hak Milik Nomor 1197/Kelurahan Sidosermo seluas 3.920 m2 dan Nomor 1200/Kelurahan Sidosermo seluas 4.225 m2 diperoleh AT dari pemilik sebelumnya yaitu 7 ahli waris DD. Pihak Dinas Kesehatan hanya memiliki dan menyimpan fotocopy dari Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 1197 dan 1200 untuk tanah masing-masing seluas 3.920 m2 dan 4.225 m2, berikut Buku Tanah dan Surat Ukur.

    e. Menurut Akte Jual-Beli Bangunan Rumah Berdiri Diatas Tanah Negara Bekas Tanah Partikelir Nomor 05/411/914/IV/1985 tanggal 11 Maret 1985, bangunan di Jalan Kaliasin Gang Pompa yang diterima oleh Pemerintah Kota Surabaya dari PT. PD diperoleh SW (Direktur PT. PD) dari pemilik sebelumnya yaitu MP,MK,MR, MDJ dan K. Bangunan yang dibeli oleh SW dari MP,MK,MR, MDJ dan K tepatnya terletak di Jalan Kaliasin Gang Pompa Nomor 81, 72, 66, 79. Sampai dengan pemeriksaan berakhir pada tanggal 18 Oktober 2010, pihak

    Pemerintah Kota Surabaya tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Kota Surabaya atas tanah di Jl. Raya Nginden Jemursari Surabaya yang diperoleh dari proses ruislag dengan PT. PD.

    Berdasarkan hasil penelusuran lebih lanjut terhadap riwayat tanah dan bukti

    kepemilikan atas tanah yang terletak di Jl. Raya Nginden Jemursari Surabaya dengan melakukan konfirmasi dan penelitian terhadap warkah (arsip tanah) dan catatan pada buku tanah yang tersimpan pada Kantor Pertanahan Kota Surabaya II serta Buku Leter C dan Krawangan yang tersimpan pada Kelurahan Sidosermo, diketahui sebagai berikut: a. SHM No. 1197/Kelurahan Sidosermo dan No. 1200/Kelurahan Sidosermo

    telah berubah menjadi satu Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) yaitu SHGB No. 131 yang kemudian telah dipecah menjadi 16 SHGB, dengan uraian penjelasan riwayat tanah sebagai berikut: 1) SHM No. 1197/Kelurahan Sidosermo, seluas 3.920 m2, terbit pada tanggal

    1-10-1984 dan tertulis atas nama DD. SHM tersebut beralih secara waris kepada 7 ahli waris karena meninggalnya DD dan dicatat pada tanggal 1-10-1984. Kemudian, untuk jangka waktu selama 30 (tiga puluh) tahun,

  • 19

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    terbit pada tanggal 6-8-1994, SHM No. 1197/Kelurahan Sidosermo tersebut dihapus menjadi Sertipikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 131/Kelurahan Sidosermo, seluas 10.890 m2, atas nama PT. TK (berkedudukan di Surabaya) dengan berakhir haknya pada tanggal 22-7-2024. 2) SHM No. 1200/Kelurahan Sidosermo, seluas 4.225 m2, terbit pada

    tanggal 1-10-1984 dan tertulis atas nama BD. Kemudian, untuk jangka waktu selama 30 (tiga puluh) tahun, terbit pada tanggal 6-8-1994, SHM No. 1200/Kelurahan Sidosermo dihapus menjadi SHGB Nomor 131/Kelurahan Sidosermo, seluas 10.890 m2, atas nama PT. TK (berkedudukan di Surabaya) dengan berakhir haknya pada tanggal 22-7-2024.

    3) SHGB No. 131/Kelurahan Sidosermo tersebut telah dipecah menjadi 16 SHGB yang tidak satupun tertulis atas nama Pemerintah Kota Surabaya.

    b. Pelepasan hak atas tanah yang terletak di Jl. Raya Nginden Jemursari Surabaya dari PT. PD kepada Pemerintah Kota Surabaya tidak tercatat pada Buku Tanah dan Buku Leter C, dengan uraian penjelasan sebagai berikut: a) Pelepasan hak atas tanah seluas 1.526 m2 (SHM No. 1197/Kelurahan

    Sidosermo) dan 1.547 m2 (SHM No. 1200/Kelurahan Sidosermo) yang dilakukan dari AT kepada PT. PD sesuai Akte Pelepasan Hak Nomor 1 (berdasarkan notaris AA tanggal 1 Juni 1988), tidak tercatat dalam Buku Tanah atas SHM No. 1197/Kelurahan Sidosermo dan SHM No. 1200/Kelurahan Sidosermo yang tersimpan pada Kantor Pertanahan Kota Surabaya II selaku penanggung jawab pendaftaran tanah wilayah Kelurahan Sidosermo Kecamatan Wonocolo. Begitu pula, pelepasan hak atas tanah tersebut dari PT. PD kepada Pemerintah Kota Surabaya juga tidak tercatat dalam Buku Tanah atas SHM No. 1197/Kelurahan Sidosermo dan SHM No. 1200/Kelurahan Sidosermo yang tersimpan pada Kantor Pertanahan Kota Surabaya II.

    b) Pelepasan hak atas tanah seluas 1.585 m2 (Petok D No. 111) dan 1.335 m2 (Petok D No. 332) yang dilakukan dari AT kepada PT. PD sesuai Akte Pelepasan Hak Nomor 1 (berdasarkan notaris AA tanggal 1 Juni 1988), tidak tercatat dalam Buku Leter C dan Krawangan yang tersimpan pada Kelurahan Sidosermo. Begitu pula, pelepasan hak atas tanah tersebut dari PT. PD kepada Pemerintah Kota Surabaya juga tidak tercatat dalam Buku Leter C dan Krawangan yang tersimpan pada Kelurahan Sidosermo.

    c) Berdasarkan keterangan dari Lurah dan Sekretaris Lurah Sidosermo, diketahui bahwa tanah di Jl. Raya Nginden Jemursari Surabaya yang digunakan sebagai lahan Kantor Dinas Kesehatan Kota Surabaya termasuk bagian salah satu persil dari peta kerawangan Kelurahan Sidosermo, namun peta kerawangan tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat penguasaan/kepemilikan tanah atas nama Dinas Kesehatan Kota Surabaya maupun PT. PD.

  • 20

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    Untuk tanah yang diperoleh dari hasil ruislag dengan PT. PD yang terletak di Jl. Kaliasin Gang Pompa Surabaya, dokumen yang dimiliki dan tersimpan pada Dinas Kesehatan Kota Surabaya hanya berupa fotocopy Akte Pelepasan Hak Nomor 1 tanggal 1 Juni 1988 yang isinya antara lain pelepasan hak atas tanah dari AT kepada SW (Direktur PT. PD) atas sebidang tanah Negara (bekas tanah partikelir) terletak di Jl. Kaliasin Gang Pompa 79-81 seluas 248,50 m2. Sedangkan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah tersebut, dokumen yang dimiliki hanya berupa fotocopy Akte Jual Beli Bangunan Rumah Berdiri Diatas Tanah Negara Bekas Tanah Partikelir Nomor 05/411/914/IV/1985 tanggal 11 Maret 1985, yaitu penjualan bangunan di Jalan Kaliasin Gang Pompa nomor 81, 72, 66, 79, dari MP,MK,MR, MDJ dan K pada SW dengan ganti rugi sebesar Rp30.000.000,00. Sampai dengan pemeriksaan berakhir pada tanggal 18 Oktober 2010, pihak Pemerintah Kota Surabaya tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Kota Surabaya atas tanah di Jl. Kaliasin Gang Pompa Surabaya.

    Berdasarkan pemeriksaan fisik di lapangan, diketahui terdapat bangunan yang digunakan untuk Puskesmas yang berdiri di atas tanah yang terletak di Jl. Kaliasin Gang Pompa Surabaya.

    Dalam rangka memperoleh kejelasan mengenai proses ruislag antara

    Pemerintah Kota Surabaya dan PT. PD dan dokumen-dokumen yang terkait dengan ruislag tersebut, tim pemeriksa telah meminta keterangan resmi kepada Walikota Surabaya melalui Surat No. 13/TIM AUDIT MA-BPK/08/2010 tanggal 11 Oktober 2010 perihal Konf irmasi Ruislag, yaitu meminta informasi terkait ruislag dan bantuan memfasilitasi konfirmasi langsung dengan pihak PT. PD. Namun sampai dengan akhir pemeriksaan pada tanggal 18 Oktober 2010, jawaban atas surat tersebut belum diterima. Menurut pihak Dinas Kesehatan Kota selaku pengguna barang, sertipikat asli atas tanah Kantor Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Puskesmas tidak ditemukan.

    Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

    Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tanggal 14 Maret 2006 pada : a. Pasal 5 ayat (4) huruf f yang menyebutkan bahwa pengelola barang milik daerah

    berwenang dan bertanggung jawab melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

    b. Pasal 32 : 1) ayat (1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang

    wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya.

    2) ayat (2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum.

    3) Pasal 33 ayat : a) ayat (1) Barang milik negara/ daerah berupa tanah harus disertipikatkan

    atas nama Pemerintah Republik Indonesia/ pemerintah daerah yang bersangkutan.

  • 21

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    b) ayat (2) Barang milik negara/daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

    4) Pasal 34 ayat : a) ayat (1) Bukti kepemilikan barang milik negara/daerah wajib disimpan

    dengan tertib dan aman. b) ayat (2) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik negara berupa

    tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh pengelola barang. 5) Pasal 75 ayat (1) Pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban

    terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada di bawah penguasaannya.

    Pengamanan secara administrasi yang lemah mengakibatkan berpotensi

    beralihnya status kepemilikan aset daerah kepada pihak lain. Hal tersebut disebabkan Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang dan Kepala

    Dinas Kesehatan selaku Pengguna Barang tidak menindaklanjuti hasil ruislag dengan mengurus bukti kepemilikan tanah yang diterima.

    Berdasarkan hal tersebut Sekretaris daerah dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya

    menyatakan telah berkoordinasi dengan Bagian Perlengkapan, Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, Badan Pertanahan Nasional serta PT Pakuwon Darma Surabaya tentang ruislag tanah di Jl. Margoyoso Nomor 5 dengan tanah di lokasi Jalan Raya Nginden Jemursari Surabaya dan masih menunggu pencarian dokumen dari PT Pakuwon Darma Surabaya.

    BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Surabaya agar segera melakukan

    penertiban aset untuk mendapatkan kejelasan bukti kepemilikan atas aset tanah yang diperoleh dari hasil ruislag dengan PT. PD dan kemudian menindaklanjutinya dengan mengurus bukti kepemilikan atas tanah yang diperoleh dari hasil ruislag tersebut.

  • 22

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    2. Pemanfaatan Aset Tetap Melalui Ijin Pemakaian Rumah Tidak Sesuai Dengan Ketentuan

    Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan

    Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah Kota Surabaya memiliki rumah yang dapat dipergunakan oleh pemakai setelah mendapat ijin dari Kepala Daerah dengan terbitnya Keputusan Walikota tentang Izin Pemakaian Rumah (IPR) kepada pemakai. IPR tersebut diterbitkan berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 9 Tahun 1986 tentang Pemakaian Rumah yang Dikuasai oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dan Keputusan Walikota Nomor 23 tahun 1993 tentang Tata Cara Penyelesaian Izin Pemakaian atas Rumah yang Dikuasai oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya.

    Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen IPR dan

    dokumen pendukung lainnya serta cek fisik di lapangan, diketahui bahwa: a. Terdapat enam orang pemegang ijin yang belum memperpanjang IPR dan

    membayar retribusi. IPR yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Surabaya atas persetujuan Kepala Daerah memiliki jangka waktu selama tiga tahun. Keenam pemegang ijin tersebut beserta lokasi rumah dan Keputusan Walikota tentang Izin Pemakaian Rumah/Bangunan, dapat dirinci sebagai berikut:

    No. Lokasi Nomor IPR Pemegang Ijin Habis Ijin

    1a. Jl. Ambengan Batu No. I/2

    Keputusan Walikota nomor 188.45/02/402.4.22/2002 tanggal 08-01-2002

    Sh 08-01-2005

    1b. Jl. Ambengan Batu No. I/6

    Keputusan Walikota nomor 188.45/01/402.4.22/2002 tanggal 08-01-2002

    Sh 08-01-2005

    2. Jl. Ambengan Batu No. I/8

    Keputusan Walikota nomor 181.2/005/402.5.03/2001 tanggal 21-02-2--1

    SL 21-02-2004

    3. Jl. Ambengan Batu No. I/11

    Keputusan Walikota nomor 188.45/17/402.5.12/1991 tanggal 17-19-1991

    FT 17-19-1994

    4. Jl. Basuki Rachmad No. 190, Surabaya

    Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya 188.45/16/402.5.12/1995 tanggal 19-9-1995

    TSTN 19-9-1998

    5. Jl. Basuki Rachmad No.192, Surabaya

    Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya 188.45/103/402.5.12/1997 tanggal 21-3-1997

    TMI 21-3-2000

    6. Jl. Basuki Rachmad No.196-198, Surabaya

    Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya 188.45/06/402.5.12/1994 tanggal 24-1-1994

    AH 24-1-1997

  • 23

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    b. Berdasarkan pemeriksaan fisik di lapangan terhadap ketujuh rumah tersebut diatas, diketahui terdapat rumah yang tidak ditempati oleh pemegang IPR atau kosong dan disewakan kepada pihak lain tanpa seijin Kepala Daerah, sebagai berikut: 1) Rumah di Jalan Ambengan Batu No. I/6 Surabaya

    Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 11-10-2010, bangunan rumah di Jalan Ambengan Batu No. I/6 tersebut dibagi secara permanen menjadi tiga bagian dan tidak dihuni oleh Sh selaku pemegang ijin namun dihuni oleh tiga kepala keluarga. Berdasarkan keterangan dari Sh, diketahui bahwa penghuni menempati rumah di Jalan Ambengan Batu No. I/6 atas sepengetahuan Sh.

    2) Rumah di Jalan Ambengan Batu No. I/11 Surabaya Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 11-10-2010, bangunan rumah tersebut dibagi secara permanen menjadi tiga bagian dan dimana masing-masing bagian ditempati oleh satu kepala keluarga. Berdasarkan keterangan dari penghuni, rumah tersebut tidak pernah dihuni oleh FT selaku pemegang ijin karena pemegang ijin telah memiliki rumah di tempat lain. Satu penghuni menyewa kepada pemegang ijin sebesar Rp2.400.000,00 per tahun sedangkan dua penghuni lainnya menyewa masing-masing sebesar Rp750.000,00. FT sebagai pemegang IPR menyewakan rumah tersebut tanpa seijin dari Walikota.

    3) Rumah di Jalan Ambengan Batu No. I/8 Surabaya Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 11-10-2010, pemegang IPR yaitu MN tidak menempati rumah tersebut melainkan menempati rumah di Jalan Ambengan Batu No.I/6. Berdasarkan keterangan warga sekitar, rumah tersebut dihuni oleh anak dari pemegang ijin dan untuk usaha kost.

    4) Tiga rumah di Jalan Basuki Rachmad No. 190, 192 dan 196-198 Surabaya Pada saat pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11-10-2010, diketahui bahwa ketiga rumah tersebut tidak dihuni oleh pemiliknya dan dibiarkan kosong selama bertahun-tahun sesuai keterangan dari warga sekitar.

    Dalam Peraturan Daerah nomor 21 tahun 2003 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pasal 9, tarif retribusi IPR ditetapkan sebagai berikut: a. untuk rumah kelas I, sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per bulan; b. untuk rumah kelas II, sebesar Rp75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) per

    bulan; c. untuk rumah kelas III, sebesar Rp60.000,00 (enam puluh ribu rupiah) per bulan; d. untuk rumah kelas IV, sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per bulan; e. untuk rumah kelas V, sebesar Rp40.000,00 (empat puluh ribu rupiah) per

    bulan; f. untuk rumah kelas VI, sebesar Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah) per bulan; g. untuk rumah kelas VII, sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) per bulan; h. untuk rumah kelas VIII, sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per bulan; i. untuk rumah kelas IX, sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) per bulan.

  • 24

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi terhadap tarif retribusi IPR, tarif retribusi

    yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersebut diatas relatif terlalu rendah. Hasil analisa dan evaluasi tersebut didasarkan pada kenyataan yang ditemukan di lapangan, sebagai berikut: a. IPR atas rumah di Jalan Ambengan Batu No. I/3 Surabaya sesuai Keputusan

    Walikota No. 188.45/007.P/436.6.18/2009 tanggal 27-01-2009 tentang Izin Pemakaian Rumah/Bangunan Jalan Ambengan Batu No.I/3 Surabaya telah dialihkan kepada pihak lain berdasarkan akte notaris FI nomor 137 tanggal 27 Pebruari 2009 dan Surat Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah nomor 621.27/005/436.6.18/2009 tanggal 9 Pebruari 2009 perihal Persetujuan Pengalihan Izin Pemakaian Rumah/Bangunan. Dalam akte notaris tersebut disebutkan bahwa pemegang ijin sebagai pihak yang melakukan pengalihan menerima kompensasi dari pihak yang menerima pengalihan sebesar Rp39.000.000,00. Atas pengalihan hak tersebut, Pemerintah Kota Surabaya belum mendapatkan biaya pengalihannya karena sedang dalam proses.

    b. IPR atas rumah di Jalan Ambengan Batu No.I/8 Surabaya sesuai Keputusan Walikota No. 181.2/005/402.5.03/2001 tanggal 21 02 - 2001 tentang Izin Pemakaian Rumah/Bangunan Jalan Ambengan Batu No.I/8 Surabaya pernah dialihkan kepada pihak lain berdasarkan akte notaris EWS nomor 13 tanggal 31 Januari 2001 perihal Pengoperan Hak Menempati atas Rumah dan Tanah Kotamadya Surabaya. Dalam akte notaris tersebut disebutkan bahwa pemegang ijin sebagai pihak yang melakukan pengalihan menerima kompensasi dari pihak yang menerima pengalihan sebesar Rp20.000.000,00. Atas pengalihan IPR tersebut pemerintah kota Surabaya mengenakan biaya pengalihan sebesar 15 kali retribusi bulanan atau sebesar Rp75.000,00 (15XRp5.000,00).

    Jika dilihat dari nilai ekonomi atau kesediaan dari masyarakat untuk membayar IPR yang berjangka waktu tiga tahun, yaitu senilai Rp39.000.000,00 dan Rp20.000.000,00, padahal Peraturan Daerah hanya menetapkan tarif retribusi sebesar Rp5.000,00/bulan untuk jangka waktu tiga tahun atau total sebesar Rp180.000,00 untuk tiga tahun, maka tarif retribusi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah relatif terlalu rendah dibandingkan dengan kesediaan dari masyarakat untuk membayar IPR sebagaimana diuraikan dalam kondisi tersebut diatas.

    Permasalahan di atas tidak sesuai dengan :

    a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam :

    1) Pasal 127 huruf a yang menyebutkan bahwa Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

    2) Pasal 153 ayat: a) Ayat (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi

    Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

    b) Ayat (2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut berorientasi pada harga pasar.

  • 25

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam: 1) Pasal 5 ayat (4) huruf f yang menyebutkan bahwa pengelola barang milik

    daerah berwenang dan bertanggung jawab melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

    2) pasal 17 ayat (2) yang menyebutkan bahwa Gubernur/bupati/walikota menetapkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang harus diserahkan oleh pengguna barang karena sudah tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan.

    3) Pasal 19 ayat (2) menyebutkan bahwa pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dilaksanakan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

    c. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 1986 tentang Pemakaian Rumah yang Dikuasai oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dalam: 1) pasal 2 ayat:

    (1) Rumah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dapat dipergunakan oleh pemakai setelah mendapat ijin dari Kepala Daerah;

    (2) Penetapan rumah tersebut pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Kepala Daerah dengan suatu Keputusan;

    (3) Setiap penetapan, penggunaan serta pengalihan ijin penggunaan rumah-rumah tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal ini, dinyatakan sah setelah memperoleh persetujuan dari Kepala Daerah dan tertuang dalam ijin dari Kepala Daerah.

    2) pasal 3 ayat: (1) Surat ijin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang; (2) Dalam surat ijin dicantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

    pemakai atau pemegang ijin; (3) Ijin dapat dicabut, jika pemegang tidak memenuhi syarat-syarat yang

    telah ditetapkan dalam surat ijin. 3) Penjelasan Umum

    Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan penyediaan rumah tersebut selain program yang telah dicantumkan oleh Pemerintah melalui kredit pemilikan rumah oleh Bank Tabungan Negara, baik Perumnas maupun non Perumnas, Pemerintah Daerah guna dipakai masyarakat yang memerlukan terbatas fasilitas yang tersedia.

    d. Keputusan Walikota Surabaya tentang Izin Pemakaian Rumah/Bangunan yang

    diterbitkan kepada masing-masing pemakai pada: 1) butir keempat yang menyebutkan bahwa pemegang Izin Pemakaian

    Rumah/Bangunan dilarang menyewakan/mengontrakkan, memindahtangankan baik sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain, merubah dan menambah bangunan tanpa mendapat Izin dari Walikota Surabaya.

    2) Butir kelima menyebutkan bahwa pelanggaran terhadap butir 4 (empat) akan dikenakan sanksi pencabutan Izin Pemakaian Rumah/Bangunan dan

  • 26

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    pemegang Izin Pemakaian Rumah/Bangunan harus segera mengosongkan rumah dimaksud.

    Hal tersebut mengakibatkan:

    a. Pemanfaatan aset daerah berupa rumah melalui penerbitan IPT menjadi tidak tertib.

    b. Penerimaan daerah dari retribusi IPR belum optimal. Hal tersebut disebabkan oleh :

    a. Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah lalai dalam melaksanakan pemanfaatan aset daerah berupa rumah melalui penerbitan IPR.

    b. Sekretaris Daerah kurang cermat dalam melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan aset daerah berupa rumah melalui penerbitan IPR. Atas permasalahan tersebut, Sekretaris Daerah memberikan pernyataan

    bahwa: a. Terhadap Rumah di Jalan Ambengan Batu Batu I/2 dan Jalan Ambengan Batu

    Batu I/6 Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya tidak pernah mengijinkan kepada pemegang Ijin Pemakaian rumah untuk merubah bentuk bangunan menjadi 3 (tiga) bagian maupun penempatan kepada 3 (tiga) Keluarga, hal ini tidak sesuai dengan Perda Nomor 9 Tahun 1986 dan Perda Nomor 23 Tahun 1993, dan segera akan dilakukan penertiban.

    b. Terhadap rumah di Jalan Ambengan Batu I/6 Surabaya dan di Jalan Ambengan Batu I/8, yang digunakan sebagai usaha kos dan Jalan Basuki Rahmat No. 190, 192, 196,198 Surabaya yang dibiarkan kosong sudah dilakukan pemanggilan-pemanggilan terhadap penghuni dan kedepan akan ditingkatkan penertiban secara bertahap.

    c. Terhadap di Jalan Ambengan Batu I/3, Jalan Ambengan Batu I/8 Surabaya yang dialihkan kepada pihak lain, akan dilakukan pelimpahan wewenang dari Kepala Daerah kepada Kepala Dinas pengelolaan Bangunan dan Tanah.

    d. Terhadap kenaikan Retribusi Pemakaian Rumah saat ini masih dalam proses pembahasan Raperda di Dewan dan Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya telah melakukan penertiban secara terus menerus.

    e. Terhadap Ijin-Ijin yang jatuh tempo Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya tetap mengenakan denda keterlambatan pembayaran Retribusi Ijin Pemakaian Rumah sesuai Perda Nomor 21 Tahun 2003.

    f. Data Base tentang Ijin Pemakaian rumah telah dibuat, dan kedepan akan dilakukan Verifikasi data sehingga penyimpangan-penyimpangan terhadap Ijin Pemakaian Rumah dapat dieliminir.

    g. Pengawasan terhadap Pemakai Ijin Pemakaian Rumah Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya berkoordinasi dengan pihak Kelurahan dan Kecamatan setempat. BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Surabaya agar:

    a. Memperingatkan Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah yang lalai dalam melaksanakan pemanfaatan aset daerah berupa rumah melalui penerbitan IPR.

  • 27

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    b. Memperingatkan Sekretaris Daerah yang kurang cermat dalam melakukan pengawasan atas pemanfaatan aset daerah berupa rumah melalui penerbitan IPR.

    c. Memerintahkan Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah supaya melakukan penertiban terhadap pemegang IPR yang melanggar ketentuan dan mengenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

    d. Meninjau kembali tarif retribusi IPR dengan didasarkan pada tujuan untuk memperoleh kontribusi yang layak bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk diusulkan kepada DPRD melalui penetapan Peraturan Daerah.

  • 28

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    3. Aset Tetap berupa Tanah Seluas 572 m2 Dikuasai oleh Pihak Lain dan Pencatatan Aset Tetap Berupa Kendaraan Tidak Sesuai Dengan Kondisi yang Senyatanya

    Sampai dengan 31 Desember 2009, Pemerintah Kota Surabaya mencatat tanah

    untuk bangunan tempat/jasa kerja sebesar Rp1.757.158.802.219,33, serta alat angkutan darat bermotor sebesar Rp127.756.352.625,18 sebagai Barang milik Daerah dalam Sistem Informasi Barang Daerah (SIMBADA). Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap aset tetap tanah dan kendaraan diketahui ha l-hal sebagai berikut : a. Tanah

    Tanah yang terletak di Jl. Sedap Malem Nomor 3 pada Daftar Barang Milik Daerah dicatat pada register SIMBADA nomor 2348392 dengan luas 572 m2 dan nilai Rp171.600.000,00. Diatas tanah tersebut berdiri bangunan yang dipergunakan oleh Koperasi Karyawan Pemerintah Kota Surabaya. Koperasi karyawan tersebut bukan merupakan entitas milik Pemerintah Kota Surabaya. Atas hal tersebut, nilai bangunan tidak dicatat dalam Daftar Milik Daerah.

    Berdasarkan konfirmasi dengan pengurus koperasi, bangunan dan lahan di Jl. Sedap Malam Nomor 3 Kelurahan Ketabang Kecamatan Genteng adalah milik koperasi karyawan. Lahan berupa tanah tersebut dibeli tahun 1997 berdasarkan akte notaris Nomor 594.4/01/402.09.05.01/1997 tanggal 27-11-1997 dengan harga Rp450.000.000,00. Pada akte jual beli tersebut, pemilik sebelumnya SWJ menyerahkan pemilikan lahan kepada MRN yang bertindak untuk dan atas nama Koperasi Pegawai Republik Indonesia. Sertipikat tanah atas lahan tersebut telah dimiliki oleh koperasi dengan nomor 827.

    Berdasarkan penelitian terhadap warkah/arsip tanah atas sertipikat nomor 827 yang tersimpan pada BPN Kota Surabaya, diperoleh kronologis kepemilikan tanah secara ringkas diuraikan sebagai berikut : 1. Semula berstatus tanah Negara bekas Eigendom Verponding seluas 592

    m2; 2. Beralih kepada HSN terkena ketentuan Conversi, menjadi Hak Guna

    Bangunan Nomor 154/Desa Ketabang, seluas 592 m2, untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun, terbit tanggal 16-3-1965 dan berakhir haknya pada tanggal 23-9-1980;

    3. Berubah menjadi Sertipikat Hak Milik Nomor 61/Lingkungan Ketabang, seluas 592 m2, tertulis atas nama HSN, terbit tanggal 14-12-1966;

    4. Ganti Nama menjadi S, isteri DB, menurut Surat Pernyataan Ganti Nama, tanggal 11-10-1967, terbit tanggal 20-4-1970;

    5. Beralih secara jual beli kepada SWJ istri Dokter RJ berdasarkan Akta Jual Beli tanggal 14-3-1970 Nomor 26/1970

    6. Berubah menjadi Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 827/Kelurahan Ketabang, seluas 592 m2 , tertulis atas nama SWJ istri Dokter RJ, terbit tanggal 22-11-2001, berakhir haknya tanggal 23-10-2031;

    7. Beralih secara jual beli kepada Koperasi Pegawai Republik Indonesia. Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya, terbit tanggal 23-01-2002;

  • 29

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    Tanah yang terletak di Jl. Sedap Malem No.3 tersebut tercatat dalam SIMBADA berdasarkan hasil inventarisasi barang pada tahun 2002 yang dilakukan Tim Inventarisasi Barang Milik Daerah. Tanah tersebut dicatat pada hasil opname fisik barang tidak bergerak dan alat angkutan.

    Hasil inventarisasi yang menunjukkan penguasaan atas lahan tersebut didukung dengan Surat Pernyataan bermaterai Plt.Kepala Bagian Umum pada Bulan April 2002 yang menyatakan bahwa seluruh barang inventaris milik kekayaan daerah yang berada dalam pemilikan dan penguasaan Kantor Bagian Umum Surabaya telah dicantumkan dalam buku/daftar inventaris ruangan kantor. Berdasarkan konfirmasi pada Tim Inventarisasi Barang Daerah, sebelum hasil opname fisik tersebut dimasukkan dalam laporan, untuk menjamin kepemilikan atas aset yang tercatat, dilakukan pencocokan dengan kartu inventaris ruangan dan kartu inventaris barang yang ditandatangani oleh pejabat satuan kerja.

    b. Kendaraan Dinas Hasil Pemeriksaan fisik secara uji petik atas kendaraan menunjukkan

    bahwa enam kendaraan yang tercatat dalam data SIMBADA tidak dapat ditemukan fisiknya. Berdasarkan konfirmasi pada pihak sekolah, kendaraan-kendaraan yang tidak dapat ditemukan tersebut sebagian telah dijual. Daftar kendaraan yang tidak dapat ditemukan adalah sebagai berikut :

    No. Nama

    Sekolah Data SIMBADA

    Nominal Data KIB Sekolah

    Nominal Keterangan

    1. SMKN 10 Sby

    Suzuki L 2605 OK Tahun 1997

    Rp25.000.000 Suzuki ST 150 L 2918 LK

    Rp.87.850.000 Dijual, lelang intern komite sekolah

    2. SMPN 7 Sby

    Daihatsu Hijet 1000 L 4551 RN tahun 1984

    Rp5.900.000 Suzuki Carry 1.5

    Rp.34.000.000 Dijual, intern komite sekolah

    3. SMAN 4 Sby

    Vespa PS 1988

    Rp1.300.000 Tidak Ada - Dijual, hasilya tidak diketahui

    4. SMPN 3 Sby

    Yamaha V. 80 Rp750.000 Tidak ada - Hilang

    5. TK Pembina

    Suzuki Carry Tahun 1995 L 1696 AW

    Rp10.000.000 Tidak Ada - Dijual, utk pembuatan mainan dangau dan jembatan gantung

    6. SMKN 6 Sby

    Suzuki Carry ST 130

    Rp32.500.000 Toyota Kijang Thn 1995

    - Dijual, intern sekolah

    Berdasarkan keterangan dari pihak sekolah, pembelian mobil tersebut

    berasal dari dana komite sekolah dan banyak yang sudah dijual melalui lelang intern sekolah. Dokumen pembelian dan penjualan kendaraan dinas yang telah dilelang tersebut tidak dapat ditunjukkan. Tidak terdapat dukungan bukti atas asal dana pembelian kendaraan dinas tersebut. Hasil dari penjualan kendaraan tersebut digunakan untuk membeli kendaraan yang lebih baru ataupun untuk

  • 30

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    membeli barang lain. Pelelangan tersebut tidak diketahui dan tidak dilaporkan oleh pihak sekolah kepada Dinas Pendidikan. Pada Kartu Inventaris Barang Sekolah, sudah dilakukan pencatatan dan telah dikirimkan ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya, namun belum dilakukan pemutakhiran data di SIMBADA.

    Data pada Daftar Barang Milik Daerah tersebut berasal dari inventarisasi/sensus barang tahun 2002. Berdasarkan konfirmasi pada tim inventarisasi/sensus, pada prosesnya kepala SKPD diwajibkan membuat surat pernyataan atas kebenaran data pada kartu inventaris ruangan dan buku inventaris.

    Hal tersebut tidak sesuai dengan:

    a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tanggal 14 Maret 2006 pada : 1) Pasal 32 :

    a) ayat (1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya.

    b) ayat (2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum.

    2) Pasal 33 ayat : a) ayat (1) Barang milik negara/ daerah berupa tanah harus disertipikatkan

    atas nama Pemerintah Republik Indonesia/ pemerintah daerah yang bersangkutan.

    b) ayat (2) Barang milik negara/daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

    c) ayat (4) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukit kepemilikan atas nama pemerintah daerah yang bersangkutan.

    3) Pasal 75 ayat (1) Pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada di bawah penguasaannya.

    Kondisi tersebut mengakibatkan :

    a. Aset tanah seluas 572 m2 yang tercatat dalam Daftar Barang Milik Daerah belum didukung dengan bukti yang handal.

    b. Aset Kendaraan yang tercatat dalam Daftar Barang Milik Daerah belum menunjukkan kekayaan daerah yang sebenarnya.

    Kondisi tersebut disebabkan oleh :

    a. Kepala Bagian Umum lalai dalam melakukan penatausahaan barang milik daerah berupa tanah seluas 572 m2.

    b. Kepala Dinas Pendidikan lalai dalam melakukan penatausahaan barang milik daerah berupa kendaraan.

  • 31

    BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

    c. Sekretaris Daerah kurang cermat dalam melakukan pengawasan terhadap pengamanan dan penatausahaan barang milik daerah.

    Atas hal tersebut Sekretaris Daerah menyatakan bahwa berdasarkan

    pemeriksaan kondisi lapangan didapatkan hal-hal sebagai berikut :

    a. Bahwa koperasi karyawan Pemerintah Kota Surabaya sebelum tahun 1991 menempati gedung Kantor Dinas Tata Kota Kota Surabaya (sekarang Dinas Cipta Karya dan tata Ruang ) dengan alamat Jl. Taman Surya No. 1 Surabaya, dengan dikeluarkannya Surat Sekretariat Daerah Nomor 011/4951/402.03.06/1999 tanggal 16 Juni 1999 perihal Pengaturan Ruang Kantor, sehubungan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dalam rangka struktur organisasi yang baru dimana membutuhkan ruang kerja yang memadai maka kantor koperasi harus pindah dari Jl. Taman Surya No. 1 dan tahun 1991 kantor koperasi pindah di Jl. Sedap Malem No. 3 yang merupakan asset dari pembelian koperasi sendiri, sedangkan pencatatan asset dalam SIMBADA yang dilaporkan setiap tahun pada laporan keuangan Pemerintah Kota Surabaya oleh Bagian Umum dan Protokol adalah salah pencatatan dan akan diadakan pembetulan, sehingga aset tanah tersebut dikeluarkan dari aset Pemerintah Kota Surabaya.

    b. Pengadaan kendaraan bermotor di SMKN 10, SMPN 7, SMAN 4, SMPN 3, TK Pembina dan SMKN 6 dibeli dari dana komite sekolah. Pada tahun 2002 dilakukan sensus barang oleh Tim Inventaris Barang milik Daerah sehingga barang-barang tersebut terdata dan tercatat dalam SIMBADA. Terkait dengan asal-usul kendaraan tersebut, Dinas Pendidikan akan menelusuri dokumen-dokumen pendukung.

    BPK RI merekomendasikan kepada Walikota Surabaya agar : a. Memerintahkan Sekretaris Daerah untuk :

    1) Memperingatkan Kepala Bagian Umum yang lalai dalam melakukan penatausahaan aset yang berada dalam penguasaannya.

    2) Memerintahkan Kepala Bagian Umum untuk menelusuri asal usul kepemilikan tanah seluas 572 m2 di Jl. Sedap Malem No.3 dan melaporkan hasilnya kepada BPK-RI dengan didukun