Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

28
Tugas Individu PRAKTIKUM KOMPUTER DAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN PENAGIHAN PAJAK OLEH : LERI HARDIAN SAPUTRA (1201120030) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS UNIVERSITAS RIAU 1

description

Tugas Praktikum Komputer & Administrasi Perpajakan Judul "Penagihan Pajak"

Transcript of Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Page 1: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Tugas Individu

PRAKTIKUM KOMPUTER DAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN

PENAGIHAN PAJAK

OLEH :

LERI HARDIAN SAPUTRA (1201120030)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU

2013

1

Page 2: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 3

BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Penagihan Pajak ............................................................................................ 6

2.2 Dasar Penagihan Pajak ................................................................................................... 6

2.3 Pengertian Wajib Pajak danPenanggung Pajak .............................................................. 7

2.4 Landasan Hukum Penagihan Pajak ................................................................................ 9

BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................19

2

Page 3: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan adanya sistem self assessment, telah diberikan kepercayaan penuh kepada

masyarakat Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan

pajaknya sendiri. Tetapi dalam kenyataannya, terdapat cukup banyak masyarakat yang dengan

sengaja atau dengan berbagai alasan tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya

sesuaiketetapan pajak yang diterbitkan sehingga terjadi tunggakan pajak. Penagihan pajak dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penagihan aktif dan penagihan pasif.

3

Page 4: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

1.1.1 Penagihan Pasif

Penagihan pasif dilakukan melalui Surat Tagihan Pajakatau Surat Ketetapan Pajak.

Sebagaimana dijelaskan dalam UU No.28 Tahun 2007 Pasal 9 Ayat (3), Surat Tagihan Pajak,

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan

Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan

Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajakyang harus dibayar bertambah, harus

dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Dan pada pasal 9 ayat (3a) dijelaskan Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di

daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang

paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak dilunasi maka akan dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga 2% perbulan, dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan,

sebagaimana disebutkan dalam UU KUP Pasal 19 ayat (1), Apabila Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali,

yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo

pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu

dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa,

yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal

diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Selain

dengan penagihan pasif, dapat pula dilanjutkan dengan penagihan aktif atau yang lebih dikenal

dengan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4

Page 5: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

1.1.2 Penagihan Aktif

Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan diatur dalam

Undang-Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang

No.19 tahun 2000. Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,

dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat

tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan

dengan pelaksanaan lelang. Dalam pembahasan berikutnya yang dimaksud penagihan pajak

adalah penagihan aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa.

5

Page 6: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

BAB 2

PEMBAHASAN

PENGERTIAN DAN LANDASAN HUKUM PENAGIHAN PAJAK

2.1 Pengertian Penagihan Pajak

Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 angka 9 UU No. 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000,

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan

biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika

dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,

melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Sedangkan Utang Pajak adalah

pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan

yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. (pasal 1 angka 8 UU No.19 Tahun 2000).

2.2 Dasar Penagihan Pajak

Adapun dasar penagihan pajak sebagaimana dijelaskan dalam UU KUP pasal 20 ayat (1)

yaitu :

- STP

- SKPKB

- SKPKBT

- SK Pembetulan

- SK Keberatan

- Putusan Banding

6

Page 7: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

- Putusan PK

Yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh

Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3)

dan (3a) UU KUP. Sedangkan untuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak

Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dasar penagihan pajak adalah sebagai berikut:

- Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB)

- Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar (SKPKB)

- Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan

(SKPKBT)

- Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan(STB)

- Surat Keputusan Pembetulan

- Surat Keputusan Keberatan

- Putusan Banding

- Putusan Peninjauan Kembali

Yang menyebabkan jumlah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang harus dibayar

bertambah, kurang ayau tidak dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterima

oleh Wajib Pajak.

2.3 Pengertian Wajib Pajak dan Penanggung Pajak Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU KUP

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Selanjutnya, UU KUPmencantumkan pengertian

badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan

usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan

7

Page 8: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan

nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,

lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Sedangkan berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU PPSP Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau

badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak

dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan Termasuk "wakil" yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak.

Dijelaskan dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UU KUP yaitu sebagai berikut : (1)

Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :

a. badan oleh pengurus

b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;

c. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan

pemberesan

d. badan dalam likuidasi oleh likuidator

e. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya

atau yang mengurus harta peninggalannya; atau

f. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau

pengampunya.

(2) Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara

renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan

8

Page 9: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar- benar tidak

mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.

2.4 Landasan Hukum Penagihan Pajak

Landasan hukum penagihan pajak dengan surat paksa adalah · Pasal 20 – 24 UU Nomor

28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan · UU Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

1. Latar Belakang

Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Pajak sebagai sumber utama

penerimaan negara perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan

dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat

di bidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif

masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan peraturan

perundangundangan perpajakan. Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Namun,

dalam kenyataannya masih dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya

utang pajak sebagaimana mestinya. Perkembangan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu

menunjukkan jumlah yang semakin besar. Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini masih belum

dapat diimbangi dengan kegiatan pencairannya, namun demikian secara umum penerimaan di

bidang pajak semakin meningkat.

Terhadap tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang

mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak

merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak. Dengan demikian pengkajian

9

Page 10: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak sangat perlu

mendapatkan perhatian. Sebagaimana dikemukakan di atas, di dalam sistem self assessment yang

berlaku sekarang ini maka penagihan pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan

berkesinambungan merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang

menimbulkan aspek psikologis bagi Wajib Pajak. Tindakan penagihan pajak yang selama ini

dilaksanakan adalah berdasarkan pada Undang- undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dengan undang-undang penagihan pajak yang demikian

itu diharapkan dapat memberikan penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan

masyarakat Wajib Pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan dimaksud berupa

pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau tidak

memihak, adil, serasi, dan selaras dalam wujud tata aturan yang jelas dan sederhana serta

memberikan kepastian hukum.

Sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia saat ini dan didukung dengan

semangat reformasi, perlu kiranya dilakukan pembaharuan undang-undang penagihan pajak,

dengan dilandasi pokok-pokok pikiran sebagai berikut :

1. Memperhatikan ketentuan perundang-undangan lain, seperti Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

2. Menegakkan keadilan

3. Memberikan perlindungan hukum, baik kepada Penanggung Pajak maupun pihak ketiga

berupa hak untuk mengajukan gugatan; dan Melaksanakan law enforcement secara

konsisten dengan berdasar pada jadwal waktu penagihan yang telah ditentukan.

10

Page 11: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Beberapa pokok perubahan yang menjadi perhatian dalam pembaharuan undangundang

penagihan pajak ini adalah sebagai berikut:

1. Mempertegas proses pelaksanaan penagihan pajak dengan menambahkan ketentuan

penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan dan surat lain yang sejenis sebelum Surat

Paksa dilaksanakan

2. Mempertegas jangka waktu pelaksanaan penagihan aktif

3. Mempertegas pengertian Penanggung Pajak yang meliputi juga komisaris, pemegang

saham, pemilik modal

4. Menaikkan nilai peralatan usaha yang dikecualikan dari penyitaan dalam rangka menjaga

kelangsungan usaha Penanggung Pajak

5. Menambah jenis barang yang penjualannya dikecualikan dari lelang

6. Mempertegas besarnya biaya penagihan pajak, yang didasarkan atas prosentase tertentu

dari hasil penjualan

7. Mempertegas bahwa pengajuan keberatan atau permohonan banding oleh Wajib Pajak

tidak menunda pembayaran dan pelaksanaan penagihan pajak

8. Memberi kemudahan pelaksanaan lelang dengan cara memberi batasan nilai barang yang

diumumkan tidak melalui media massa dalam rangka efisiensi

9. Memperjelas hak Penanggung Pajak untuk memperoleh ganti rugi dan pemulihan nama

baik dalam hal gugatannya dikabulkan

10. Mempertegas pemberian sanksi pidana kepada pihak yang sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan pelaksanaan penagihan pajak.

2. Peraturan Pelaksana

11

Page 12: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Berikut ini adalah peraturan

pelaksana UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa:

a. Umum 1) KMK Nomor 562/KMK.04/2000 Tentang Syarat- Syarat, Tata Cara

Pengangkatan Dan Pemberhentian Jurusita Pajak

b. Surat Paksa dan Sita 1) PP No.135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam

Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa 2) PMK Nomor 23/PMK.03/2006 tentang

perubahan atas KMK Nomor 85/KMK.03/2002 Tentang Tata Cara Penyitaan Kekayaan

Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

3) PMK Nomor 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan

Surat Paksa DanPelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus 4) Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP - 459/PJ./2002 Tentang Tata Cara Penyitaan Kekayaan

Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

5) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 08/PJ.75/2000 Tentang Tata Cara

Penerbitan Ulang Surat Teguran, Penerbitan Surat Paksa Pengganti, Dan Pembetulan

Atau Penggantian Surat-Surat Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak

c. Lelang 1) PP Nomor 136 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang

Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan

Surat Paksa

d. Pencegahan dan Penyanderaan 1) PP Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tempat Dan

Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, Dan Pemberian

Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa 2) Keputusan Bersama

Menteri Keuangan Republik Indonesia Dan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor 294/ KMK.03/2003, M-02.Um.09.01 Tahun 2003 Tentang

12

Page 13: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Tata Cara Penitipan Penanggung Pajak Yang DisanderaDi Rumah Tahanan Negara

Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa 3) Keputusan Direktur Jenderal

Pajak Nomor Kep - 218/ PJ/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyanderaan Dan

Pemberian Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak Yang Disandera 4) Surat Direktur

Jenderal Pajak Nomor S - 158/ PJ.75/2006 Tentang Permintaan Usulan Pencegahan

WP/PP Bepergian Ke Luar Negeri 5) Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Nomor

S-240/PJ.04/2009 Tentang Penyanderaan Atas Penanggung Pajak Dalam Rangka

Penagihan Pajak 6) Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Nomor S-43/PJ.045/2007

Tentang Tata Cara Permintaan Pencegahan, Perpanjangan, Dan Pencabutan Bepergian

Ke Luar Negeri

e. Pemblokiran 1) KMK Nomor 563/KMK.04/2000 Tentang Pemblokiran dan Penyitaan

Harta kekayaan Penanggung Pajak Yang Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa 2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER -

109/PJ./2007 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-

627/PJ/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemblokiran Dan Penyitaan Harta

Kekayaan Penanggung Pajak Yang Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka Penagihan

Pajak Dengan Surat Paksa 3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 627/PJ

Tentang Tata Cara Pelaksanaan PemblokiranDan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung

Pajak Yang Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

4) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 05/PJ.04 Tentang Pengantar

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-109/PJ/2007 Tentang Perubahan Atas

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-627/PJ/2001 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemblokiran Dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak Yang

13

Page 14: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa 5) Peraturan

Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian

Perintah Atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank 6) Surat Bank Indonesia Nomor

8/3/DGS/DPNP Perihal Pemblokiran Dalam Rangka Penagihan Pajak 7) Surat Bank

Indonesia Nomor 2/35/DpG/DHk/ Tahun 2000 Perihal Penyitaan Terhadap Kekayaan

Penanggung Pajak Yang Disimpan di Bank 8) Surat Bank Indonesia Nomor

7/9/GBI/DHk/ Tahun 2005 Perihal Evaluasi Pelaksanaan Pemblokiran DanPenyitaan

Rekening Bank 9) Surat Bank Indonesia Nomor 7/6/Dhk Tahun 2005 Perihal Penjelasan

Bank Berkenaan Dengan Perintah Membuka Rahasia Bank Untuk

KepentinganPerpajakan.

f. Angsuran dan Penundaan 1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

80/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/

PMK.03/2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Dan Penyetoran

Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, Dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran

Dan Pelaporan Pajak,Serta Tata Cara Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak

2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 Tentang

Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat

Pembayaran Pajak, Dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, Serta

Tata Cara Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak 3) Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER - 38/ PJ/2008 Tentang Tata Cara Pemberian Angsuran Atau

Penundaan Pembayaran PajakDirektur Jenderal Pajak 4) Surat Edaran Direktur Jenderal

Pajak Nomor SE - 14/PJ.33/1998 Tentang Pembatalan SK Pemberian Angsuran Atau

Penundaan Pembayaran Pajak Bagi Wajib Pajak Yang Mengajukan Keberatan/Banding

14

Page 15: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

g. Penghapusan 1) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

565/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan

Besarnya Penghapusan 2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

539/KMK.03/2002 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 565/

KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya

Penghapusan 3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 625/PJ./2001 Tentang

Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang

Pajak 4) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 15/PJ./2004 Tentang Tata

Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak

h. Kebijakan Penagihan 1) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 08/PJ.75/2002

Tentang Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak (Delinquency Audit) 2) Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 05/PJ.04/2008 Tentang Kebijakan Penagihan

Pajak 3) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 03/PJ.04/2009 Tentang

Kebijakan Penagihan Pajak 4) Kesepakatan Bersama Direktorat Jenderal Pajak dan

Kepolisian Republik Indonesia Nomor Kep-24/ PJ./2004 Dan No.Pol: B/146/I/2004

Tanggal 23 Januari 2004 Tentang Penegakan Hukum di Bidang Perpajakan 5) Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor 08/ PJ/2009 Tentang Pedoman Akuntansi Piutang Pajak

i. Penagihan PBB/BPHTB 1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP -

503/PJ./2000 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi Dan

Bangunan Dan Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan Dan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan 2) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP - 45/PJ.6/1996 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak Bumi

Dan Bangunan Dan Penetapan Besarnya Penghapusan 3) Keputusan Direktur Jenderal

15

Page 16: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Pajak Nomor KEP - 13/PJ.6/1999 Tentang Perubahan Sebagian Atas Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP-45/ PJ.6/1996 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan

Piutang Pajak Bumi Dan Bangunan Dan Penetapan Besarnya Penghap 4) Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 02/PJ.6/2001 Tentang Usulan Penghapusan Piutang

PBB 5) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 48/PJ.6/2000 Tentang Tata

Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak PBB Dan Tata Cara Pelaksanaan Penagihan PBB

Dan BPHTB 6) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 48/PJ/2008 Tentang

Batas Waktu Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak

Pajak Bumi Dan Bangunan, Dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi Dan Bangunan, Serta

Daluwarsa Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan 7) Surat Edaran Direktur Jenderal

Pajak Nomor SE - 73/PJ/2008 Tentang Kebijakan Perubahan Data

SIP/SIPMOD/SISMIOP

j. Formulir dan Surat dalam Pelaksanaan Penagihan 1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP - 474/PJ./2002 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP-645/PJ./2001 Tentang Bentuk, Jenis, Dan Kode Kartu, Formulir, Surat, Dan

Buku Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Keputusan Direktur Jenderal Pajak 2) Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP - 474/PJ./2002 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP-645/ PJ./2001 Tentang Bentuk, Jenis, Dan Kode Kartu, Formulir, Surat, Dan

Buku Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Keputusan Direktur Jenderal Pajak 3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-

645/PJ./2001 Tentang Bentuk, Jenis, Dan Kode Kartu, Formulir, Surat, Dan Buku Yang

Digunakan Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Keputusan Direktur

16

Page 17: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

Jenderal Pajak 4) Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-645/PJ./2001 Tentang Bentuk, Jenis, Dan Kode Kartu, Formulir, Surat, Dan Buku

Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Keputusan

Direktur Jenderal Pajak 5) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-15/ PJ./2004

Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Besarnya Penghapusan 6) Lampiran

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-15/PJ./2004 Tentang Tata Cara

Penghapusan Piutang Pajak Dan Besarnya Penghapusan DAFTAR PUSTAKA · Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa · Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan.

17

Page 18: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Penagihan adalah salah satu sub sistem dari sistem administrasi pemungutan pajak itu

sendiri yang dimulai dari sub sistem pendaftaran wajib pajak, sub sistem pembayaran, sub sistem

pelaporan, sub sistem pengawasan/pemeriksaan, sub sistem keberatan dan banding, kemudian di

akhiri dengan sub sistem penagihan. Sedangkan penagihan itu sendiri adalah serangkaian

tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Serangkaian

tindakan tersebut meliputi teguran, pemberitahuan SP, penagihan seketika dan sekaligus,

penyitaan/pemblokiran, pencegahan, penyanderaan dan penjualan barang sitaan/lelang.

Penagihan pajak adalah suatu proses, yaitu serangkaian tindakan agar penanggung pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penagihan merupakan langkah berikutnya dari

proses pemerikasaan atau penelitian. Pada prinsipnya saat dimulainya tindakan penagihan pajak

dimulai 7 hari setelah jatuh tempo. Pembayaran surat ketetapan pajak atau surat lain sejenis dan

belum dibayar lunas. Sehingga harus kita perhatikan kapan jatuh tempo pembayarannya itu.

Jatuh tempo pembayaran bergantung kepada apakah wajib pajak mengajukan keberatan atau

banding atau tidak. Kalau tidak maka jatuh temponya adalah 30 hari sejak tanggal penerbitan

syrat ketetapan. Tetapi kalau mengajukan keberatan dan banding maka jatuh temponya adalah

satu bulan sejak penerbitan SK keberatan atau putusan banding. Maka setelah 7 hari dari situ

barulah tindakan penagihan dilaksanakan, dan dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran.

18

Page 19: Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.2009.

Peraturan dan Kebijakan di Bidang Penagihan.Jakarta:Subdit Penagihan

Zqzakky.blogspot.com

Zulvina,Susi.2011.Bahan Ajar Pengantar Hukum Pajak,Tangerang Selatan:STAN ·

Zuraida,Ida.2010.Bahan Ajar Penagihan dan Sengketa Pajak.Tangerang Selatan:STAN

http://pajaktaxes.blogspot.com

http://pou-pout.blogspot.com

www.google.com

19