LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 … 7... · 2017-11-18 · ditimbulkan oleh berbagai...

21
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangan usaha perunggasan perlu dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit unggas serta adanya penyakit yang dapat berpindah dari unggas kepada manusia; b. bahwa penyakit Flu Burung ( Avian Influenza) merupakan penyakit unggas menular yang dapat menimbulkan wabah serta mengancam kesehatan masyarakat dan oleh karena itu perlu dicegah penularannya; c. bahwa pengendalian penyakit menular akibat penyakit flu burung, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat; d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemeliharaan unggas dan Pengendalian Penyakit Flu Burung (Avian Influenza); Mengingat …………….

Transcript of LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 … 7... · 2017-11-18 · ditimbulkan oleh berbagai...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 7 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 7 TAHUN 2009

TENTANG

PEMELIHARAAN UNGGAS DAN

PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangan usaha

perunggasan perlu dilindungi dari kerugian yang dapat

ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit unggas serta

adanya penyakit yang dapat berpindah dari unggas kepada

manusia;

b. bahwa penyakit Flu Burung ( Avian Influenza) merupakan

penyakit unggas menular yang dapat menimbulkan wabah

serta mengancam kesehatan masyarakat dan oleh karena itu

perlu dicegah penularannya;

c. bahwa pengendalian penyakit menular akibat penyakit flu

burung, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat;

d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, b dan huruf c, perlu membentuk

Peraturan Daerah tentang Pemeliharaan unggas dan

Pengendalian Penyakit Flu Burung (Avian Influenza);

Mengingat …………….

- 2 -

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3272);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

3. Undang-undang No 16 tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan dan Tumbuhan;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang

Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4010) ;

5. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah ( Lembaran negara Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan lembaran negara nomor 4437) sebagaimana telah

diubah dengan Undang- undang Nomor 8 Tahun 2005

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang perubahan Undang-

undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara tahun 2005 Nomor 108 Tambahan

lembaran negara nomor 4548);

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan

dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 13), Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4420 );

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 Tentang Usaha

Peternakan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1977 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3111 );

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang

Kesehatan Masyarakat Veteriner ( Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3253 );

Peraturan ............

- 3 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang

Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49 , tambahan

Lembaran Negara Nomor 3447);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang

Karantina Hewan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 41 , tambahan

Lembaran Negara Nomor 4740);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.16 Tahun 2002

tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha

Peternakan;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Dan

BUPATI TANGERANG

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN

PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Tangerang. 4. Dinas adalah Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan

Kabupaten Tangerang.

Kepala ..............

- 4 - 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan

kesehatan hewan Kabupaten Tangerang. 6. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian siklus hidupnya

berada di darat, air dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang

dihabitatnya. 7. Ternak adalah hewan peliharaan, yang produksinya diperuntukkan sebagai

penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan atau hasil ikutannya yang terkait

dengan pertanian. 8. Pengendalian Penyakit Flu Burung adalah semua tindakan untuk mencegah

timbulnya, berjangkitnya dan menjalarnya serta mengurangi perluasan dan

menghilangkan penyakit Flu Burung. 9. Karantina hewan adalah tempat dan atau tindakan untuk mengasingkan

hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan agar supaya tidak

menular kepada hewan/ternak yang sehat. 10. Produk Asal Unggas adalah berupa daging, telur, bulu, kotoran, tulang dan darah

unggas baik yang belum atau yang sudah mengalami pengolahan. 11. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah pengertian

Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984

tentang Wabah Penyakit Menular. 12. Unggas adalah hewan bersayap, berkaki dua, berparuh, berbulu dan bertelur yang

hidup di darat, air dan sementara di udara. 13. Unggas pangan adalah setiap jenis unggas yang dimanfaatkan untuk pangan. 14. Unggas kesayangan adalah setiap jenis unggas yang dimanfaatkan untuk

kesenangan karena keindahan warna, bentuk, ketangkasan dan suaranya. 15. Pemeliharaan unggas adalah kegiatan memelihara dan atau budidaya unggas. 16. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik yang

berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum, yang didirikan dan

berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertertu.

Usaha .................

- 5 - 17. Usaha Peternakan unggas adalah kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau

badan hukum yang melaksanakan kegiatan yang menghasilkan ternak( ternak

bibit/potong), dan telur. 18. Peredaran adalah kegiatan pemasukan, pengeluaran, pengangkutan,

penampungan dan pemasaran unggas. 19. Pemukiman/perumahan adalah lokasi dimana penduduk bertempat tinggal dan

bersosialisasi. 20. Petugas adalah pegawai dari Dinas yang menangani fungsi peternakan dan

kesehatan hewan Kabupaten Tangerang. 21. Pengobatan adalah suatu tindakan untuk penyembuhan suatu penyakit. 22. Depopulasi adalah tindakan pemusnahan secara selektif baik unggas yang sakit

maupun sehat yang sekandang atau dalam satu kawasan terbatas melalui berbagai

cara pemusnahan. 23. Media pembawa adalah bahan yang dapat bertindak sebagai pembawa penyakit. 24. Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen

penyakit ke induk semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan

dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau

disalahgunakan. 25. Disposal adalah tindakan penanganan bangkai unggas yang telah di depopulasi,

karkas, telur tercemar, bulu, peralatan, limbah sekam/alas kandang atau segala

sesuatu yang tercemar bibit penyakit yang tidak mungkin disucihamakan secara

efektif. 26. Surat Keterangan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SKKH adalah bukti

tertulis yang dikeluarkan oleh Dokter Hewan Berwenang yang menerangkan

bahwa hewan, telah memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan berdasarkan

hasil pemeriksaan secara klinis dan atau pengujian laboratorium dan berlaku

dalam jangka waktu tertentu. 27. Sertifikat Veteriner adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter hewan

berwenang yang menyatakan bahwa produk hewan telah memenuhi persyaratan

keamanan, kesehatan, dan keutuhan.

Dokter................

- 6 - 28. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Menteri,

gubernur, atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan

jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud ditetapkan Peraturan Daerah ini adalah sebagai pedoman dalam

pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit Flu Burung di wilayah

Kabupaten Tangerang. (2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk :

a. Mencegah masuknya dan menyebarnya penyakit Flu Burung;;

b. Menjamin agar unggas dan produk unggas yang dihasilkan aman, bermutu

dan terbebas dari virus Flu Burung;

c. Mencegah penularan penyakit Avian Influenza/Flu Burung dari hewan ke

hewan maupun dari hewan ke manusia;

d. Mengendalikan penyakit Flu Burung pada manusia dengan penatalaksanaan

kasus manusia secara tepat.

BAB III

PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

Bagian Kesatu

Pemeliharaan Unggas

Pasal 3 (1) Setiap orang yang melaksanakan usaha peternakan unggas dengan tujuan

komersial harus memiliki izin.

(2) Untuk memperoleh izin tersebut pada ayat (1) harus mendapat rekomendasi dari

Dinas. (3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati.

Pasal ...............

- 7 -

Pasal 4

(1) Setiap orang dilarang mendirikan usaha pemeliharaan unggas dengan tujuan

komersial di lingkungan pemukiman/ perumahan. (2) Dalam hal pemeliharaan unggas dengan tujuan usaha sampingan baik yang berada

disekitar pemukiman/perumahan ataupun di luar pemukiman/perumahan harus

memenuhi tata laksana pemeliharaan unggas. (3) Tata laksana pemeliharaan unggas sebagaimana ayat (2) diatas diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Bupati.

Pasal 5

(1) Unggas yang dipelihara untuk tujuan komersil, usaha sampingan, kepentingan

penelitian, pendidikan, dan konservasi wajib memiliki SKKH.

(2) SKKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan oleh Dokter hewan

berwenang.

(3) Tata cara perolehan SKKH diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Peredaran Unggas

Paragraf 1

Pemasukan Unggas dan Produk Asal Unggas

Pasal 6

(1) Setiap orang yang memasukkan unggas ke daerah wajib melengkapi SKKH dan

rekomendasi pengeluaran dari daerah asal. (2) Setiap orang yang memasukkan produk asal unggas ke daerah wajib melengkapi

sertifikat veteriner dan rekomendasi pengeluaran dari daerah asal.

(3) Terhadap pemasukan unggas/produk asal unggas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) harus mendapat rekomendasi pemasukan dari Dinas.

(4) Setiap orang yang memasukkan unggas ke daerah harus melalui jalur distribusi

yang ditentukan. (5) Jalur distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatas akan ditetapkan oleh

Keputusan Bupati.

Pasal.............

- 8 -

Pasal 7

Setiap orang yang memasukkan unggas ke daerah, wajib langsung menuju lokasi

penerima.

Paragraf 2

Pengeluaran Unggas dan Produk Asal Unggas

Pasal 8

(1) Setiap orang yang mengeluarkan unggas harus melengkapi SKKH dan

Rekomendasi Pengeluaran dari Dinas.

(2) Setiap orang yang mengeluarkan produk asal unggas harus melengkapi

sertifikat veteriner dan Rekomendasi Pengeluaran dari Dinas. (3) Rekomendasi Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

harus dilengkapi Rekomendasi Pemasukan dari daerah penerima.

Paragraf 3

Pemasaran Unggas dan Produk Asal Unggas

Pasal 9 (1) Unggas yang diperjualbelikan harus berasal dari peternakan yang tidak sedang

terjangkit atau paling kurang 30 ( Tiga puluh ) hari tidak ada kejadian penyakit

Flu Burung dan disertai dengan SKKH. (2) Produk Asal Unggas yang diperjualbelikan harus berasal dari peternakan yang

tidak sedang terjangkit atau paling kurang 30 ( Tiga puluh ) hari tidak ada

kejadian penyakit Flu Burung dan disertai dengan Sertifikat veteriner.

Paragraf 4

Tata Cara Membawa Unggas

Pasal 10 Unggas yang dibawa harus dalam wadah/tempat yang mudah dibersihkan, dan atau

mudah dimusnahkan serta memperhatikan kesejahteraan hewan.

BAB ..................

- 9 -

BAB IV

PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG

Bagian Kesatu

Pencegahan Penyakit Flu Burung

Pasal 11

(1) Setiap orang harus mencegah timbulnya, berjangkitnya dan menjalarnya penyakit

Flu Burung yang dapat dibawa oleh unggas, produk asal unggas atau media

pembawa lainnya.

(2) Setiap orang harus melaporkan adanya dugaan atau adanya kasus penyakit flu

burung atau penyebaran wabah kepada Dinas. (3) Setiap orang yang memanfaatkan unggas dan produk asal unggas harus

melakukan biosekuriti yang ketat pada tempat dimana unggas dan produk asal

unggas berada.

(4) Setiap orang harus menghindari/mencegah kontak langsung dengan unggas

sakit atau mati.

(5) Setiap orang harus menjual dan memotong unggas yang sehat.

Bagian Kedua

Pemberantasan Penyakit Flu Burung Pada Unggas

Pasal 12 (1) Pemberantasan penyakit Flu Burung dapat dilakukan melalui depopulasi dan

disposal. (2) Dalam hal pelaksanaan pemberantasan penyakit flu Burung dengan tindakan

depopulasi dan disposal harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 13

Dalam hal pemberantasan penyakit Flu Burung sebagaimana dimaksud dalam pasal 12, masyarakat dapat melaksanakan pemberantasan dengan pengawasan petugas.

Bagian Ketiga

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Flu Burung Pada Manusia

Pasal 14 (1) Dalam hal Pencegahan dan penanggulangan kejadian penyakit Flu Burung pada

manusia dilaksanakan sebagai berikut :

/a. Surveilans ............

- 10 -

a. Surveilans epidemiologi;

b. Penyidikan kejadian luar biasa. (2) Tata cara Pencegahan dan penanggulangan, penyakit flu Burung pada manusia

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 15

(1) Pembinaan terhadap pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit flu burung

merupakan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah.

(2) Pelaksanaan pembinaan pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit flu

burung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan

terkoordinasi secara terus menerus oleh instansi terkait.

Pasal 16

(1) Pengawasan terhadap kegiatan dibidang perunggasan dilaksanakan oleh Dinas

secara berkala.

(2) Apabila ada informasi kematian unggas, maka petugas harus segera menangani

dengan melibatkan instansi terkait dan masyarakat.

BAB VI

PERAN SERTA DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu

Peran Serta

Pasal 17 Masyarakat dapat ikut serta dalam penanggulangan penyakit flu burung, antara lain: 1. Memberikan informasi kematian unggas kepada petugas; 2. Menyebarluaskan informasi tentang flu burung; 3. Membantu proses depopulasi dan disposal.

Bagian Kedua

Pelaporan

Pasal 18 (1) Setiap orang yang memelihara unggas dengan tujuan komersil, wajib membuat

laporan kegiatan dan penanganan penyakit secara berkala setiap tri wulan.

Apabila................

- 11 -

(2) Apabila ditemukan kasus penyakit menular, wajib melaporkan dalam waktu 1 x

24 jam ke Dinas.

(3) Setiap orang yang memelihara unggas dengan tujuan usaha sampingan, apabila

terdapat kasus penyakit menular, wajib melaporkan dalam waktu 1 x 24 jam

ke Dinas. (4) Setiap kejadian penyakit pada manusia yang diduga Flu Burung wajib dibawa

dalam satu kali dua puluh empat jam ( 1 x 24 jam) ke Puskesmas dan atau Rumah

Sakit Rujukan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

Pasal 19

Mekanisme dan Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 20

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) pasal 4 ayat

(1) dan ayat (2), Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) , pasal 8 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3),

pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), pasal 10, pasal 11 ayat (3) dan ayat (5), pasal 12 ayat (

2) dikenakan sanksi administrasi. (2) Jenis-jenis sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),berupa:

a. Peringatan lisan

b. Peringatan tertulis;

1). Peringatan pertama 14 hari;

2). Peringatan kedua 7 hari; dan,

3). Peringatan ketiga 3 hari.

c. Melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

d. Pencabutan izin.

pasal ...................

- 12 -

Pasal 21

(1) Apabila terjadi keberatan dari masyarakat yang diakibatkan pemeliharaan

unggas dan/atau tempat penampungan/pemotongan yang dilakukan

Perseorangan/Badan Hukum, yang menimbulkan gangguan ketertiban dan

keamanan, maka dinas memeriksa dan mempelajari sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. (2) Terhadap orang dan/atau badan hukum yang menyembunyikan keberadaan

unggas peliharaan yang teridinkasi terinfeksi virus flu burung, maka Dinas dapat

menyita unggas dimaksud untuk dimusnahkan.

BAB VIII

PENYIDIKAN

Pasal 22

Penyidikan terhadap pelanggaran dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 23 (1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat

(1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1) , dan pasal 21 ayat (2) dikenakan sanksi pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi

sesuai dengan yang lain dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24 (1) Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, izin usaha peternakan tetap berlaku

sampai habis masa berlakunya dan dapat diperpanjang kembali sesuai

perundang – undangan yang berlaku.

Pada ...................

- 13 -

daerah ini berlaku, perizinan unggas/produk asal unggas

yang dalam proses, tetapi belum selesai, tetap diselesaikan berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Peraturan Daerah ini mulai

pengundangan, kecuali pada

tanggal 27 Desember 2010.

berlaku setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal pasal 6

ayat (4) dan pasal 10 yang mulai berlaku pada

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.

Ditetapkan di : Tigaraksa

Pada tanggal : 12 Agustus 2009

BUPATI TANGERANG,

ttd

H. ISMET ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009

SEKRETARIS DAERAH,

ttd

H. HERMANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2009

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 7 TAHUN 2009

TENTANG

PEMELIHARAAN UNGGAS DAN

PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

I. PENJELASAN UMUM

Pemerintah Daerah menyadari akan pentingnya hewan/ternak sebagai

satu sumber kemakmuran, sehingga oleh karena itu adalah menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah untuk memelihara dan mengembangkan

dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dicapai maksud penggunaan

hewan/ternak secara lestari, oleh karena itu usaha pemeliharaan dan

peningkatan perkembangan usaha perunggasan perlu dilindungi dari kerugian

yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit unggas serta adanya

penyakit yang dapat berpindah dari unggas kepada manusia.

Penyakit flu burung ( avian influenza) merupakan penyakit unggas

menular yang dapat menimbulkan wabah serta mengancam kesehatan

masyarakat dan oleh karena itu perlu dicegah penularannya serta adanya

pengendalian penyakit menular akibat penyakit flu burung, sehingga dapat

terwujudnya derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu mengadakan peraturan

daerah yang mengarah kepada kelestarian sumber kemakmuran yang berujud

hewan/ternak yang disesuaikan dengan perkembangan keadaan.

Pengaturan tersebut meliputi pemeliharaan unggas, pencegahan dan

pengendalian penyakit flu burung.

Berhubung penyakit hewan dapat cepat menular secara luas tanpa

mengenal batas lokal, regional dan batas Negara, yang disebabkan oleh

sifatnya penyakit itu sendiri dan oleh perkembangan lalu-lintas perhubungan

yang modern dan cepat, sehingga oleh karena itu Pemerintah daerah

bertanggungjawab atas masalah penolakan, pencegahan, pemberantasan, dan

pengobatan penyakit hewan/ternak .

PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas

- 15 -

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Yang dimaksud dengan usaha peternakan dengan tujuan komersil adalah

usaha peternakan dengan populasi ternak ayam ras petelur > 10.000 ekor

atau peternakan ayam ras pedaging dengan populasi > 15.000 ekor/siklus,

atau peternakan itik dan ayam lokal dengan populasi > 20.000 ekor atau

peternakan burung hias dengan populasi > 100 ekor , Pasal 4

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan mendirikan usaha pemeliharaan unggas

dilingkungan pemukiman adalah membangun/membuka usaha

peternakan baru.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan pemeliharaan unggas dengan usaha

sampingan adalah usaha peternakan unggas dengan populasi ternak

ayam ras petelur < 10.000 ekor atau peternakan ayam ras pedaging

dengan populasi < 15.000 ekor/siklus, atau peternakan itik dan ayam

lokal dengan populasi < 20.000 ekor atau peternakan burung hias

dengan populasi < 100 ekor;

Pasal 5

Ayat (1)

Unggas kepentingan penelitian dan pendidikan adalah berbagai jenis

unggas yang dipelihara dan dimiliki lembaga penelitian/pendidikan

untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Yang dimaksud dengan

pemeliharaan unggas tujuan Konservasi adalah pemeliharaan

berbagai jenis unggas yang dilindungi undang- undang dan

dipelihara baik oleh perorangan maupun lembaga tertentu dengan

tujuan konservasi.

- 16 - Pasal 6

Ayat (1)

Yang dimaksud rekomendasi pemasukan adalah surat keterangan

persetujuan pemasukan yang diterbitkan oleh dinas yang meliputi:

Nama orang/badan hukum, alamat diberi rekomendasi, dengan

perincian jenis unggas/ produk asal unggas; jumlah unggas/ produk

asal unggas; Daerah asal unggas/ produk asal unggas; alamat tujuan

pengiriman unggas/ produk asal unggas; Bandara atau pelabuhan

pemasukan, rencana jadwal pemasukan; syarat status kesehatan

unggas/ produk asal unggas, serta melaporkan realisasi pemasukan

unggas/produk asal unggas yang mempunyai masa berlaku dengan

waktu tertentu .

Ayat (2)

Yang dimaksud rekomendasi pengeluaran adalah surat keterangan

persetujuan pengeluaran yang diterbitkan oleh dinas meliputi: Nama

orang/badan hukum, alamat diberi rekomendasi, dengan perincian

jenis unggas/ produk asal unggas; jumlah unggas/ produk asal

unggas; alamat tujuan unggas/ produk asal unggas; Bandara atau

pelabuhan pengeluaran, rencana jadwal pengiriman; menerangkan

status kesehatan unggas/ produk asal unggas, serta melaporkan

realisasi pengiriman unggas/produk asal unggas yang mempunyai

masa berlaku waktu tertentu .

Ayat (3)

Yang dimaksud jalur distribusi adalah jalur yang harus dilalui oleh

kendaraan pengangkut unggas yang berasal dari luar Kabupaten

Tangerang; Pasal 7

Yang dimaksud lokasi penerima , adalah Rumah Potong Unggas (RPU),

Rumah Potong Unggas Skala Kecil, atau Tempat Penampungan Unggas

(TPnU), atau Pasar Unggas atau pasar unggas di pasar tradisional atau

peternakan, atau tempat pemeliharaan. Pasal 8

Cukup jelas

- 17 -

Pasal 9

Yang dimaksud peternakan yang tidak sedang terjangkit atau paling

kurang 30 hari tidak ada kejadian penyakit Flu burung dengan pemeriksaan

klinis dan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap titer

antibodi terhadap penyakit flu burung. Bagi unggas yang divaksinasi harus

menunjukkan antibodi protektif sedangkan untuk unggas yang tidak

divaksinasi titer antibodi nol.

Pasal 10

Yang dimaksud wadah yang mudah dibersihkan adalah keranjang unggas

yang terbuat dari bahan pelastik atau logam anti karat, sedangkan wadah

yang mudah dimusnahkan adalah terbuat dari kertas karton yang khusus

mengangkut anak ayam umur sehari ( Day Old Chick,DOC) dan anak itik

umur sehari ( Day Old Duck, DOD) yang pemusnahannya dengan

pembakaran dan penguburan.

Yang dimaksud Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang

berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran

perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk

melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap

hewan yang dimanfaatkan manusia. Pasal 11

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan timbulnya, berjangkitnya dan menularnya

penyakit flu burung adalah dari unggas ke unggas, dari unggas ke

hewan lainnya dan dari unggas/hewan lainnya ke manusia yang

pencegahannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)

Yang dimaksud dugaan atau adanya kasus penyakit flu burung atau

penyebaran wabah adalah keadaan dimana pada suatu lokasi

ditemukan salah satu tanda-tanda penyakit flu burung pada unggas.

Dugaan kasus dilaporkan kepada dinas untuk ditindak lanjuti

berupa surveilans dengan melakukan penelusuran/pemantauan

secara terus menerus keberadaan penyakit flu burung untuk

pencegahan penularan ke lokasi baru, dan pemberantasan bagi lokasi

tertular.

- 18 -

Ayat ( 3 )

Yang dimaksud dengan tempat dimana unggas/produk unggas

berada adalah disekitar rumah atau tempat tinggal, tempat

penjualan, tempat penampungan, tempat pemotongan unggas, serta

tempat penjualan produk asal unggas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan menghindari/mencegah kontak langsung

dengan unggas sakit atau mati adalah tidak menjamah unggas sakit

atau mati tanpa alat pelindung diri ( masker, kacamata pelindung.

Sepatu bot, baju pelindung)

Ayat (5)

Yang dimaksud menjual dan memotong unggas yang sehat adalah

memotong dan menjual unggas yang tidak terlihat gejala penyakit.

Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Pemberantasan penyakit Flu Burung dapat

dilakukan melalui depopulasi dan disposal adalah pemberantasan

yang didahului surveilans yaitu dengan melakukan

penelusuran/pemantauan secara terus menerus keberadaan penyakit

flu burung. Ayat (2)

Tindakan depopulasi dilakukan terhadap:

1) Ternak unggas yang tertular dengan diagnosa flu burung secara

klinis, bagi Unggas yang berada pada peternakan tertular baru,

didasarkan pada isolasi virus secara Laboratorik.

2) Unggas yang sakit /tertular Flu Burung dan atau Unggas sehat yang

berada dalam lokasi yang sama dengan ternak unggas yang sakit

atau tertular dengan radius yang dipertimbangkan berdasarkan pola

sebaran ternak unggas.

3) Unggas yang direkomendasikan untuk dimusnahkan adalah unggas

yang harus dimusnahkan melalui pertimbangan tertentu dan

diputuskan oleh dokter hewan berwenang.

Tata cara Depopulasi yaitu dengan memotong/menyembelih unggas

yang berada dilokasi peternakan, menyiapkan lubang galian

dikawasan yang jauh dari rumah, kemudian unggas yang telah

disembelih tersebut dimasukan kedalam lubang dengan kedalaman

minimal 50 cm di bawah permukaan tanah , bersama seluruh bahan

maupun peralatan yang terkontaminasi termasuk pakaian pelindung

- 19 -

yang telah digunakan, kemudian ditaburi kapur tohor, dan dibakar

atau dikubur Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah:

1). Surveilans aktif dengan melakukan surveilans Influenza Like Illness

(ILI);

2). Surveilans pasif dengan menggunakan sistem pelaporan surveilans

yang sudah ada berupa Laporan Inpeksi Saluran Pernapasan Atas

(ISPA), Pneumonia, influenza melalui laporan mingguan dan bulanan.

3). Pelaporan adanya penderita atau yang diduga penyakit Flu Burung. Pasal 15

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Pembinaan terhadap pemeliharaan unggas

dan pengendalian penyakit flu burung adalah bimbingan teknis tata

cara pemeliharaan unggas yang baik ( Good Farming Practice, GFP).

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan instansi terkait antara lain: dinas yang

membidangi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dinas

yang membidangi pengaturan rencana umum tataruang, Satuan

Polisi Pamong Praja, kecamatan, pemerintahan desa/kelurahan

Pasal 16

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pengawasan secara berkala adalah

pengawasan terhadap teknis budidaya, persyaratan higienis dan

sanitasi lingkungan, pelaksanaan tindakan biosekuriti dan

penanganan terhadap kesehatan hewan/kesehatan masyarakat

veteriner yang dilaksanakan secara berkala setiap tiga (3) bulan

sekali, kecuali jika ditemukan adanya kasus.

Ayat (2)

Cukup jelas

- 20 - Pasal 17

Ayat (1)

Yang dimaksud memberikan informasi kematian unggas kepada

petugas adalah melaporkan kejadian kematian unggas kepada

petugas dinas pertanian dan peternakan sesegera mungkin atau ke

pelaksana teknis kecamatan, atau paramedik veteriner atau petugas

surveilans flu burung.

Ayat (2)

Yang dimaksud menyebarluaskan informasi tentang flu burung

adalah menyebarluaskan informasi mengenai tatacara

penanggulangan flu burung dengan Pola Hidup Sehat sesuai tata

cara pemeliharaan unggas yang baik ( Good Farming Practice, GFP ). Pasal 18

Ayat (1)

Bagi peternakan yang memelihara unggas dengan tujuan komersil

maka harus secara aktif melaporkan kejadian penyakit serta tatacara

penanganan penyakit unggas

Ayat (3)

Bagi pemelihara unggas dengan tujuan sampingan pembinaan dan

pengawasannya dilakukan secara berkala oleh dinas dan kewajiban

melaporkan kasus penyakit dilaksanakan jika ada kejadian kasus yang

diduga penyakit menular.

Ayat (4)

Cukup jelas Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Yang dimaksud terjadi keberatan dari masyarakat adalah pernyataan

tertulis dari masyarakat yang menerangkan hal-hal yang

ditimbulkan akibat adanya pemeliharaan unggas atau tempat

penampungan unggas atau tempat pemotongan unggas kepada

dinas Pertanian dan Peternakan.

- 21 - Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 0709 TAHUN 2009