LEARNING OBSTACLE SISWA TERHADAP KONSEP KELILING …
Transcript of LEARNING OBSTACLE SISWA TERHADAP KONSEP KELILING …
501
LEARNING OBSTACLE SISWA TERHADAP KONSEP KELILING DAN LUAS DAERAH SEGITIGA DAN
SEGIEMPAT
Iip Febrianto(1), Kurnia Shandy Nugraha(2), Indra Rianto(3), Hamay
Hamdani(4)
1) 2) 3) 4)Unswagati, Jalan Perjuangan Nomor 01 Kecamatan Kesambi, Kota
Cirebon; 1) [email protected]
2) [email protected] 3) [email protected]
Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya learning obstacle yang
muncul pada siswa terkait konsep segitiga dan segiempat, learning obstacle
yang muncul salah satunya (diduga oleh karena) siswa belum mampu
memahami konsep secara utuh mengenai keliling dan luas daerah
segitiga maupun segiempat. Pemahaman siswa terhadap konsep keliling
dan luas daerah segitiga maupun segiempat akan berpengaruh terhadap
kemampuan siswa dalam menyelesaikan topik-topik selanjutnya seperti
pada bangun ruang sisi datar dan bangun ruang sisi lengkung. Subjek
Penelitian ini adalah dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama
kelas VII semester genap. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode qualitatif dengan tehnik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian kali ini ternyata masih
banyak siswa belum paham betul mengenai konsep matematika
khususnya mengenai segitiga dan segiempat, banyak learning obstacle
yang ditemukan pada saat meneliti atau menganalisis respons dari siswa
salah satunya yang sering ditemui adalah concept image.
Kata Kunci : Learning Obstacle, Segitiga, Segiempat.
Abtract. The background of this study is caused by learning obstacle
which appeard in students towards circumference concept and triangle
and square areas, one of learning obstacle that appeard is alleged by
students are not able to engage the concept clearly toward circumference
concept and triangle and square areas. Student comprehension towards
circumference concept and triangle and square areas will give influence
502
toward student’s ability in solving the next topics, such as two-
dimensional geometry and curved geometry. The subject of this study
was conducted on 1st grade of Junior High School students in second
semester. The researchers used a qualitative method to collect the data
by using the form of observation, interviews, and documentation. In this
study, there are so many student don’t know about concept of
Mathematic especially the material of triangel and square, so many
learning obstacle that found when researching and analyzing os students
response, one of which is concept image.
Keywords : Learning Obstacle, Triangel, Rectangular.
1. Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang
peranan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tentu dilihat dari
pemebelajaran yang dilakukan, dimulai dari tingkat SD hingga SMA
pembelajaran matematika wajib dipelajari oleh semua siswa. Adapun upaya
pemerintah mewajibkan pembelajaran matematika disetiap jenjang sekolah
adalah bukan tanpa sebab, salah satu tujuannya terdapat dalam Pemendiknas
No. 22 Tahun 2006 mengenai kemampuan pemahaman konsep.
Kemampuan pemahaman konsep sangat diperlukan dalam
pembelajaran matematika. Hal ini didasari karena matematika merupakan
mata pelajaran yang banyak memuat banyak konsep, ketika kemampuan
pemahaman konsep siswa rendah maka akan menyebabkan
ketidakmampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep untuk
menyelesaikan masalah matematika secara tepat dan efisien. Oleh karena itu,
pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting
dan di perlukan siswa. Menurut Abdullah (2013:5) pemahaman dalam
matematika merupakan komponen dasar. Kemudian diperkuat oleh NCTM
(2000), disebutkan bahwa pemhaman konsep merupakan aspek yang sangat
penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Berdasarkan beberapa
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka pemhaman konsep
merupakan aspek yang sangat penting sekaligus komponen dasar dalam
pembelajaran matematika yang harus dimiliki siswa. Karena dengan
dikuasainya pemahaman konsep, siswa tidak akan mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan masalah matematika.
503
Namun pada kenyataannya kemampuan pemahaman konsep tidak
diterapkan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah matemtika, masalah
tersebut terjadi dikarenakan lemahnya kemampuan pemahaman konsep yang
dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Huda dan Kencana (2013)
mengenai Analisis Kesulitan Siswa Bedasarkan Kemampuan
Pemahaman dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada. Materi Kubus dan Balok
Di Kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi, hasil penelitiannya diperoleh 1).
12,5% siswa tidak bisa merubah soal kedalam bentuk simbol, 2). 50% siswa
tidak bisa menentukan konsep yang tepat untuk menyelesaikan soal, 3). 95%
siswa tidak bisa menerapkan konsep untuk menyelesaikan soal.
Selain itu, dalam penelitian Nisa (2011) tentang Analisis Kesulitan Belajar
Matematika Pada Peserta Didik Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Panjang
Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran MTs Negeri Bonang Tahun
Pelajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh diantaranya 1). 71,8 % kesulitan
siswa dalam pemahaman konsep, 2). 53,1% kesulitan dalam keterampilan, 3).
46,8% kesulitan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan fakta-fakta yang
diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa masih lemahnya kemampuan
pemahaman konsep siswa dalam memahami konsep-konsep matematika,
sehingga muncul terjadinya miskonsepsi siswa dan kesalahan-kesalahan
dalam menyelesaikan masalah matematika.
Salah satu topik mata pelajaran SMP pada ranah geometri adalah keliling
dan luas daerah segitiga dan segiempat. Keliling dan luas darah segitiga dan
segiempat banyak ditemui pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari hari,
misal pada arsitektur, seni, industri, dan masih banyak lagi. Materi tersebut
merupakan materi yang penting untuk dipelajari di Sekolah. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya topik keliling dan luas daerah segitiga dan
segiempat pada kurikulum 2006 (KTSP) maupun Kurikulum 2013 (Kurtilas),
khususnya di kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Menurut Sumarmo (dalam Kesumawati, 2008:229) Pemahaman konsep
adalah kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan dapat
tercapai dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep adalah hal
mendasar yang harus dipelajari oleh siswa. Pemahaman diartikan dari kata
understanding Derajat pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu
gagasan, prosedur atau fakta matematika dipahami secara menyeluruh jika
504
hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Lalu
menurut Menurut Duffin & Simpson (dalam Kesumawati, 2008:230),
pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan
konsep, dapat diartikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa
yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contohnya pada saat siswa belajar
geometri pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) maka siswa
mampu menyatakan ulang definisi dari tabung, unsur-unsur Tabung, definisi
kerucut dan unsur-unsur Kerucut., definisi bola. Jika siswa diberi pertanyaan
“ Sebutkan ciri khas dari BRLS?”, maka siswa dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan benar. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang
berbeda, contohnya dalam kehidupan sehari-hari jika seorang siswa berniat
untuk memberi temannya hadiah ulang tahun berupa celengan kaleng yang
telah dilapisi suatu bahan kain, kalengnya telah tersedia di rumah tetapi
bahan kainnya harus dibeli. Siswa tersebut harus memikirkan berapa meter
bahan kain yang harus dibelinya? Berapa uang yang harus dimiliki untuk
membeli bahan kain? Untuk memikirkan berapa bahan kain yang harus
dibelinya berarti siswa tersebut telah mengetahui konsep luas permukaan
kaleng yang akan dilapisinya dan konsep aritmatika sosial.
2. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif, hal ini dikarenakan hasil pada penelitian ini berupa deskripsi atau
sebuah paragraf. Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah untuk menemukan
Learning Obstacle atau hambatan-hambatan yang sering terjadi pada siswa
Sekolah Menengah Pertama saat mendapatkan pelajaran geometri khususnya
segitiga, jajargenjang, trapesium dan belah ketupat untuk itu peneliti berusaha
melakukan penelitian dengan baik untuk menemukan sejauh mana learning
obstacle yang terjadi.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan melakukan observasi berupa pemberian instrumen tes dan juga wawancara
yang dilakukan secara tidak terstruktur. Sebelum menemukan learning obstacle yang
ada peneliti terlebih dahulu memberikan instrumen tes berupa soal-soal yang memuat
keliling dan luas daerah segitiga, jajargenjang, trapesium dan belah ketupat yang
harus dikerjakan oleh siswa yang telah mendapatkan materi yang di tes kan
sebelumya, pada saat berlangsung nya pengerjaan tes instrumen penelitipun
melakukan wawancara tidak terstruktur, hal ini dilakukan bertujuan untuk
505
menemukan pula faktor apa saja yang dialami siswa saat belajar atau
mengerjakan tes instrumen tersebut.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari penelitian ini adalah berupa cakupan semua learning obstacle
yang dialami siswa saat mengerjakan tes instrumen, hal ini dapat dilihat dari
jawaban masing masing siswa. Berikut adalah respon siswa terhadap tes
instrumen yang diberikan berdasarkan materi yang diujikan pula.
Analisis Learning Obstacle konsep keliling dan luas daerah segitiga.
Gambar 1. Persegi Panjang
Soal di atas merupakan soal yang mencakup bagaimana kemampuan
siswa dalam menghitung luas daerah segitiga dan keliling segitiga. Dimana
siswa diminta untuk mencari sebuah perbandingan luas daerah yang diarsir
dan luas daerah yang tidak diarsir dan mencari keliling dari segitiga yang
berarsir, dari suatu alas dan tinggi yang sudah diketahui nilainya sama dan
soal ini adalah soal yang tingkat kesukarannya tinggi. Pada umumnya untuk
mencari perbandingan luas daerah dan keliling segitiga yang sudah diketahui
alas dan tinggi nya maka kita cukup mencari luas daerah yang diarsir dan
yang tidak diarsir terlebih dahulu bisa menggunakan rumus phytagoras,
kemudian untuk mencari perbandingan luas daerah yang diarsir dan tidak
diarsir siswa dapat membandingkan luas daerah yang diarsir dan yang tidak
diarsir untuk dapat mengrtahui perbandingannya berapa. Tetapi pada soal
nomor 1 peneliti menambahkan komponen-komponen yang sebenarnya bisa
tidak dipakai dalam mencari luas daerah segitiga hal ini dilakukan agar
Diketahui sebuah persegi panjang PQRS. Jika RS =6, Maka berapakah perbandingan luas daerah yang diarsir dengan luas
daerah yang tidak diarsir? dan carilah kelilingnya!
506
peneliti mengetahui sejauh mana siswa memahmai konsep yang mengenai
segitiga dan segiempat.
Gambar 2. Respons Siswa tehadap Soal No 1
Learning obstacle ada soal nomor 1 terkait concept image segitiga yang
memiliki alas dan tinggi yang sama. Siswa masih memiliki kendala dalam
memandang alas dan tinggi suatu segitiga. Siswa belum menguasai konsep
alas dan tinggi sehingga belum bisa menerapkan konsep tersebut dalam
mengerjakan soal. Pada respon siswa nomor 1 diatas terlihat bahwa siswa
tidak memahami konsep mengenai luas daerah dan keliling segitiga,
seharusnya siswa mencari luas daerah yang tidak diarsir dan luas daerah yang
diarsir, untuk mencari luas daerah segitiga bisa menggunakan rumus luas
segitiga yaitu
1
2× 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Tetapi siswa tidak menggunakan rumus itu dan menggunakannya
rumus untuk mencari luas daerah segiempat, siswa masih memiliki kendala
dalam memandang alas dan tinggi suatu segitiga. Siswa belum menguasai
konsep alas dan tinggi sehingga belum bisa menerapkan konsep tersebut
dalam mengerjakan soal. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi bagian yang diarsir dan menggunakan rumus phytagoras
untuk menghitung tinggi yang diarsir. Untuk menentukan tinggi segitiga
yang diarsir siswa masih menggunakan rumus phytagoras untuk
menghitung. Padahal tinggi segitiga yang diarsir itu sama dengan panjang
garis PQ dan RS dan luas daerah segitiga yang diarsir sama dengan luas
daerah segitiga yang kecil yang tidak diarsir karena mempunyai tinggi dan
alas yang sama. ternyata setelah melakukan wawancara dengan siswa untuk
jawaban di atas, siswa masih kebingungan saat menentukan tinggi dan alas
dalam gambar segitiga yang berarsir. Hal ini sudah jelas siswa tidak
507
memahami konsep luas daerah dan keliling dari segitiga dan siswa hanya
mengetahui bahwa alas itu bawah dan tinggi itu atas sehingga ketika siswa
mendapatkan soal yang bervariasi kemungkina besar siswa tidak bisa
menyelesaikannya.
Analisis Learning Obstacle konsep keliling dan luas daerah
Trapesium
Soal no. 2 merupakan soal yang mencakup bagaimana kemampuan
siswa dalam menghitung keliling dari bangun datar trapesium, dimana siswa
harus menentukan panjang sisi miring untuk menghitung keliling trapesium
tersebut. Dalam mencari sisi miring dari trapesium tersebut maka diperlukan
penggunaan rumus phytagoras. Berdasarkan analisis jawaban siswa dari 1
kelas (24 siswa) dalam mengerjakan soal nomor dua, diperoleh data siswa
yang menjawab salah ketika mengerjakan soal di atas. Kesalahan siswa
disebabkan oleh tidak memahami proses penggunaan rumus phytagoras.
beberapa responden menyatakan bahwa, kurang mampu dalam
menggunakan rumus phytagoras dan tidak mengerti cara menghitungnya.
Berikut contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan dalam mengerjakan
soal nomor dua.
Gambar 4. Respon Siswa terhadap Soal No 2
Kesalahan siswa yang muncul karena siswa tidak memiliki kemampuan
dalam proses penggunaan rumus phytagoras dalam menyelesaikan soal
nomor dua. Siswa belum tahu bagaimana cara menyelesaikan soal trapesium
Perhatikan gambar di bawah ini
508
tanpa diketahui panjang sisi miringnya, sehingga siswa mengalami kesulitan
untuk menghitung keliling trapesium pada soal nomor dua. Dari hasil
jawaban siswa yang telah di analisis, hampir sebagian siswa menghitung
keliling trapesium dengan jawaban yang salah, hal ini terkait dengan prosedur
mengerjakan soal. Ketika diteliti lebih dalam, ternyata siswa asal mengisi dan
masih banyak yang melihat hasil pekerjaan temannya alias dalam artian
mencontek. Siswa mengatakan bahwa mereka masih kesulitan dalam mencari
sisi miring menggunakan rumus phytagoras dan cara menghitung keliling
trapesium.
Soal no. 3 merupakan soal yang mencakup bagaimana kemampuan
siswa dalam menentukan luas daerah trapesium. Siswa diharapkan mampu
memahami konsep tentang luas daerah trapesium sehingga siswa dapat
mngerjakan soal nomor 3. Soal ini berupa soal cerita dimana siswa harus
mampu menentukan tinggi dari trapesium maupun panjang sisi sejajar dari
trapesium, sehingga siswa dapat menghitung luas daerah trapesium tersebut.
Kesalahan siswa disebabkan oleh kurang memahami konsep luas daerah
trapesium. Beberapa responden mengatakan bahwa mereka masih kurang
memahami konsep luas daerah trapesium, mereka mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal karena tidak tahu rumus untuk mencari luas daerah
trapesium. Berikut contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan dalam
mengerjakan soal nomor dua.
Gambar 5. Respon Siswa terhadapa Soal No 3
Pak Sambera memagar kebunnya yang berbentuk trapesium. Jarak antara dua
pagar yang sejajar adalah 61 m. jika jumlah panjang kebun yang dipagar sejajar
190 m, tentukan luas kebun Pak Sambera!
509
Dari respon siwa di atas, terjadi kesalahan dalam menentukan rumus
luas daerah trapesium. Kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang terjadi
akibat siswa tidak memiliki pemahaman tentang konsep luas daerah
trapesium, sehingga siswa tidak mampu dalam menyelesaikan soal tersebut.
Beberapa siswa menyebutkan bahwa mereka masih kebingungan dalam
memahami rumus luas trepesium. Apalagi ketika soal yang diberikan adalah
soal cerita, mereka masih kesulitan dalam menentukan antara tinggi
trapesium dan sisi sejajar trapesium. Maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemahaman siwa tentang konsep trapesium masih sangat
rendah.
Analisis Learning Obstacle konsep keliling dan luas daerah
Belah Ketupat
Perhatikan gambar belah
ketupat di bawah ini !
Gambar 6. Belah
Ketupat
Misalkan ABCD sebuah
belahketupat dengan luas 24
cm2. Dan panjang AD = 5cm,
Panjang OC = x cm dan OD = y
cm. tentukan keliling
belahketupat tersebut!
Pada soal nomor 4 siswa diminta untuk mencari sebuah keliling belah
ketupat dari suatu sisi yang sudah diketahui nilainya dan soal ini adalah soal
yang tingkat kesukarannya mudah. Pada umumnya untuk mencari keliling
belah ketupat yang sudah diketahui salah satu sisi nya maka kita cukup
menjumlahkan sisi-sisi yang ada pada belah ketupat tersebut dikarenakan 4
sisi belah ketupat itu mempunyai panjang yang sama. Tetapi pada soal nomor
4 peneliti menambahkan komponen-komponen yang sebenarnya bisa tidak
510
dipakai dalam mecari suatu keliling belah ketupat hal ini dilakukan agar
peneliti mengetahui sejauh mana siswa memahmai konsep yang mengenai
segitiga dan segiempat. Tidak hanya itu peneliti juga menyediakan gambar
pada soal nomor 4 hal ini dimaksudkan agar siswa dapat lebih mudah
memahami soal yang diberikan.
Gambar 7. Respon Siswa terhadap No 4
Pada respon siswa nomor 4 diatas terlihat bahwa siswa tidak memahami
konsep mengenai keliling belah ketupat, seharusnya siswa menjumlah kan
sisi-sisi yang ada pada belah ketupat tetapi siswa tidak menggunakan rumus
itu dan menggunakannya rumus untuk mencari luas daerah belah ketupat,
setelah peneliti memastikan lagi respon siswa lalu penelitipun melaukan
wawancara kepada siswa untuk mencari tahu asal usul dari respon yang
diberikan oleh siswa, ternyata setelah melakukan wawancara dengan siswa
untuk jawaban di atas, siswa lupa akan rumus yang sudah di hapalnya yang
mengakibatkan rumusnya tertukar dengan rumus luas belah ketupat. Hal ini
sudah jelas siswa tidak memahami konsep keliling dari belah ketupat dan
siswa hanya menghapal rumus yang sudah di dapatkan sehingga ketika
siswa mendapatkan soal yang bervariasi kemungkina besar siswa tidak bisa
menyelesaikannya.
Didalam Ruang Tamu Melda terdapat hiasan dinding yang berbentuk belah ketupat. Panjang diagonalnya masing masing adalah 25 cm dan 15 cm, maka berapa luas hiasan dinding tersebut ?
Pada soal nomor 5 yang juga tingkat kesukaran nya mudah, siswa
diminta untuk mencari luas dari belah ketupat, soal yang disajikan sudah
sangat jelas dan mudah , pada soal kali ini siswa diminta untuk mencari luas
daerah belah ketupat yang sudh diketahui diagonal 1 dan diagonal 2 nya,
sesuia dengan rumus yang sudah umum dipakai mencari sebuah luas belah
ketupat yang sudah diketahui kedua diagonalnya yaitu dengan mengalikan
511
kedua diagonal nya lalu hasil dari perkalian tersebut dibagi dengan 2, penulis
sengaja untuk tidak membut soal yang bervariasi pada soal nomor 5 karena
ingin menegtahui bagaimana pemahaman konsep dasar yang dimiliki
siswa. Ternyata setelah dilakukan tes instrumen pada siswa dan telah
dianalisis hasilnya terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
Berikut adalah jawaban siswa yang menunjukan learning obstacle.
Gambar 8. Respon Siswa terhadap Soal No 5
Untuk respon siswa nomor 5 terlihat bahwa siswa mengalami kesalahan
atau hambatan untuk menyelesaikan soal, pada soal nomor 5 siswa
diharuskan mencari luas daerah belah ketupat yang sudah diketahui kedua
diagonalnya, pada respon siswa diatas siswa sudah hampir benar untuk
menyelesaikan jawabannya akan tetapi siswa melakukan kesalahan yaitu
siswa tidak membagi 2 hasil perkalian antara kedua diagonalnya hal ini
menunjukan bahwa siswa tidak memahami konsep luas belah ketupat, hal ini
bisa terjadi karena siswa hanya mengahapl rumusnya saja tanpa memahami
konsep yang ada, sehingga siswa akan mudah sekali lupa tentang rumus yang
ada jika mereka hanya menghapal nya saja.
Analisis Learning Obstacle konsep keliling dan luas
daerah Jajargenjang
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 9. Jajargenjang
512
Tentukan :
a. Keliling jajargenjang ABCD
b. Luas jajargenjang ABCD
c. Panjang DP
Soal no 6 merupakan soal yang mengharuskan siswa mencari keliling,
luas , dan panjang DP (tinggi) dari jajargenjang, Ketika menentukan suatu
keliling jajargenjang, siswa terlebih dahulu harus mengetahui panjang alas
dan panjang sisi miringnya. Karena dalam jajargenjang terdapat 2 panjang
alas dan 2 sisi miring, maka dapat dituliskan rumus keliling jajargenjang
adalah 2 × (𝑎𝑙𝑎𝑠 + 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔). Selanjutnya untuk menentukan luas
jajargenjang, pada langkah pertama siswa harus mengetahui panjang alas
dan tinggi yang terdapat dalam gambar, pada kasus diatas panjang alas
menggunakan panjang AD atau BC kemudian panjang tingginya
menggunakan panjang DQ, sehingga siswa tinggal memasukannya kedalam
rumus luas jajargenjang yaitu 𝐿 = 𝑎 × t . Pada soal terakhir ditanyakan
panjang DP (tinggi) jajargenjang, terlebih dahulu siswa harus mengetahui
luas jajargenjang ABCD dan panjang alas jajargenjang, dalam kasus yang
terakhir panjang alas jajargenjang menggunakan panjang DC atau AB.
Kemudian untuk mengetahui panjang DP (tinggi) siswa harus menggunakan
rumus luas jajargenjang, dengan luas jajargenjang ABCD yang sudah
diketahui pada soal b dan panjang alas DC atau AB. Berdasarkan analisis
jawaban siswa dari 1 kelas (24 siswa) dalam mengerjakan soal no 6, diperoleh
data siswa yang menjawab benar tanpa memahami konsep dan mejawab
salah ketika mengerjakan soal diatas. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum
memahami konsep luas dan keliling jajargenjang. Hal ini dibuktikan dengan
respon siswa yang menjawab salah ketika mengerjakan soal. Berikut ini
adalah beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menjawab soal
no 6. Kesalahan siswa dalam menghafal rumus bukan memahami konsepnya,
Jika dilihat dari jawaban siswa dibawah, tidak ada masalah dalam
pengerjaannya dan tahap- tahap pengerjaanya tidak ada yang salah . Akan
tetapi, ketika melakukan wawancara terhadap siswa, diperoleh learning
obstacle yaitu dalam mengerjakan soal siswa bukan memahami konsep
rumusnya melainkan menghafalkan rumusnya, hal tersebut akan berdampak
ketika siswa diberikan soal yang berbeda maka siswa akan kebingungan
513
dalam menyelesaikannya dan kemungkinan tidak bisa menyelesaikan soal
tersebut. Berikut contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan dalam
menghafal rumus bukan memahami konsepnya.
Gambar 10. Respon Siswa terhadap Soal No 6 Bagian a
Dapat dikatakan bahwa hampir sebagian siswa menyelesaikan soal
dengan mengingat rumus bukan dengan maemahami dari mana rumus
tersebut didapat. Ketika digali lebih dalam, ternyata siswa juga mengerjakan
soal secara asal ketika siswa tidak mengingat rumusnya. Kesalahan siswa
dalam memahami soal berbentuk gambar, Jika dilihat dari jawaban siswa
dibawah terdapat learning obstacle yang diperoleh ketika siswa mengerjakan
soal bagian b mengenai luas jajargenjang. Kesalahan yang terjadi adalah siswa
masih bingung menentukan tinggi ataupun alas pada gambar yang tedapat
pada soal bagian b, yang mana seharusnya tinggi yang sebenarnya adalah
panjang DQ dan alasnya adalah panjang DC. Sehingga terjadi kesalahan yang
menyebabkan jawaban siswa menjadi tidak tepat meskipun rumusnya sudah
benar. Berikut contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan karena
ketidakmampuan siswa dalam memahami soal berbentuk gambar.
Gambar 11. Respon Siswa terhadap Soal No 6 Bagian b
Dapat dikatakan hampir sebagian siswa masih belum mampu
memahami soal berbentuk gambar. Kebanyakan siswa masih bingung dengan
definisi tinggi dan alas, sehingga menyebabkan kesalahan fatal dalam
menyelesaikan soal. Kesalahan siswa dalam mengaplikasikan rumus.
Kesalahan ini merupakan kesalahan yang terjadi ketika siswa mengerjakan
soal bagian c. Kesalahan ini terjadi karena karena siswa hanya terpaku
514
terhadap teorema pythagoras dalam menyelesaikan soal berbentuk segitiga
siku-siku sehingga mengakibatkan kesalahan dalam penerapan rumus, yang
mana ketika siswa menjumpai soal seperti pada bagian c, hendaknya siswa
menggunakan rumus luas jajargenjang bukan menggunakan rumus
pythagoras. Dibawah ini merupakan contoh jawaban siswa yang mengalami
kesalahan dalam mengaplikasikan rumus.
Gambar 12. Respon Siswa terhadap Soal No 6 Bagian c.
Kesimpulan dan Saran
Dari ke tujuh istrumen soal yang diberikan kepada siswa rata rata siswa
mengalami mis konsepsi atau tidak pahamnya konsep yang diberikan
sehingga kebanyakan siswa memilih untuk menghapal rumus yang ada yang
jika demikian maka ketika siswa diberikan soal yang bervariasi atai soal yang
jauh berbeda dengan contoh kemungkinan besar siswa tidak bisa untuk
menyelesaikannya, dan hal ini sudah dibuktikan dengan hasil instrumen tes
yang telah diambil diatas. Bukan hanya itu beberapa siswa bahkan tidak
memahami konsep dasar dari materi yang disajikan, oleh karena itu peneliti
menyarankan agar terdapatnya bahan ajar yang sesuai dengan kondisi siswa
yang benar benar memuat konsep mengenai materi materi yang ada
khususnya pada materi segiga dan segi empat. Selain bahan ajar yang
memadai faktor dari tenaga pendidik juga sangat penting untuk meningkat
pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa.
Daftar Pustaka
Abdullah, I. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan
Representasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Soft Skills. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia
Depdiknas. (2006). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
Jakarta : Depdiknas
515
Huda, N. dan Kencana, A.G. (2013). Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan
Kemampuan Pemahaman dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Kubus
dan Balok Di Kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi. Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung. Vol. 1 (1) : 595-605
Kesumawati, N. (2008).Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. 1
(1) : 229-235
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United
States of America : The National Council of Teachers of Mathematics,
Inc
Nisa, K. (2011).Analisis Kesulitan Belajar Matematika pada Peserta Didik
Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Panjang Garis Singgung Persekutuan
Dua Lingkaran MTs Negeri Bonang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi.
IAIN Walisongo Semarang.