Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

61
BAB I STATUS PASIEN I. ANAMNESIS A. Identitas Pasien Nama : Ny.S Umur : 54 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Karang Plumbungan RT 17/RW 5 Sragen Pekerjaan : Petani Status Perkawinan : Menikah Tanggal Periksa : 14 Mei 2014 No CM : 90914624 B. Keluhan Utama Nyeri punggung bagian bawah C. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang tanggal 14 Mei 2014 dengan keluhan nyeri pada punggung bawah. Nyeri dirasakan kira-kira sudah sejak beberapa bulan yang lalu tetapi memberat akhir-akhir ini. Nyeri bertambah ketika mengangkat benda berat. Nyeri sedikit berkurang dengan menggunakan 1

description

LBP

Transcript of Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Page 1: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

BAB I

STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny.S

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Karang Plumbungan RT 17/RW 5 Sragen

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Periksa : 14 Mei 2014

No CM : 90914624

B. Keluhan Utama

Nyeri punggung bagian bawah

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang tanggal 14 Mei 2014 dengan keluhan nyeri pada

punggung bawah. Nyeri dirasakan kira-kira sudah sejak beberapa

bulan yang lalu tetapi memberat akhir-akhir ini. Nyeri bertambah

ketika mengangkat benda berat. Nyeri sedikit berkurang dengan

menggunakan korset. Pasien memiliki riwayat kecelakaan mobil 4

bulan yang lalu. Gangguan BAB dan BAK (-), demam (-), mual (-),

muntah (-), serta pusing (-).

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat tensi tinggi : (+)

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

1

Page 2: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Riwayat asma : (+)

Riwayat operasi : disangkal

Riwayat trauma : (+) kecelakaan mobil 4 bulan yang lalu

Riwayat mondok :(+) tanggal 5 s.d. 11 Mei 2014

mengeluhkan sulit bicara dan berjalan, serta nyeri menjalar. Di

diagnosis SNH (Infark lacunar) dan spondylolisthesis L4-L5.

Kemudian dikonsulkan ke bagian rehabilitasi medik tanggal 6 Mei

2014 dan dilakukan program fisioterapi (G ROM, latihan mobilisasi

bertahap), OP ( LSO rigid), serta terapi wicara.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat tensi tinggi : disangkal

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat asma : (+)

F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi

Riwayat merokok : disangkal

Riwayat minum alkohol : disangkal

Riwayat olahraga : jarang

Riwayat olahraga : pasien makan tiga kali sehari dengan

nasi lauk pauk berupa tempe, tahu, sayur, ikan dan daging secara

bergantian seadanya.

G. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang perempuan usia 54 tahun yang bekerja sebagai

petani. Pasien berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS.

2

Page 3: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

1. Kesan Umum : kompos mentis, gizi kesan cukup

2. Status Gizi

BB : 54 kg

TB : 157 cm

IMT : 21,5 (normoweight)

3. Tanda Vital

Tensi : 140/100 mmHg

Nadi : 85x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,5ºC

4. Kepala : bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut, jejas

(-).

5. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek

cahaya (+/+), isokor 3mm/3mm, sekret (-/-).

6. Telinga : pendengaran berkurang (-/-), sekret/darah (-/-)

7. Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-)

8. Mulut : gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-), lidah kotor

(-), papil lidah atrofi (-), lidah tremor (-),nyeri tekan (-), floating

maxilla (-).

9. Leher : simetris, JVP tidak meningkat, limfonodi dan kelenjar

tiroid tidak membesar.

10. Thorax : retraksi (-), jejas (-)

11. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-).

12. Paru

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

3

Page 4: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : SDV (+ / +), suara tambahan (-/-)

13. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut//dinding dada

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

14. Trunk

Inspeksi : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), deformitas

(-)

Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem(-)

Perkusi : Nyeri ketok kostovertebra (-)

15. Ekstremitas : oedem (-), akral dingin (-), pucat (-), CRT

normal

B. Status Psikiatri

1. Deskripsi Umum

a) Penampilan : wanita, tampak sesuai umur, perawatan diri

baik

b) Kesadaran : kuantitatif : compos mentis

kualitatif : tidak berubah

c) Perilaku dan aktifitas motorik : normoaktif

d) Pembicaraan : koheren

e) Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, kontak mata cukup

2. Afek dan Mood

a) Afek : normoafek

b) Mood : eutimik

c) Keserasian : serasi

3. Gangguan persepsi

a) Halusinasi (-)

4

Page 5: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

b) Ilusi (-)

4. Proses Pikir

a) Bentuk : realistik

b) Isi : waham (-)

c) Arus : koheren

5. Sensorium dan kognitif

a) Daya konsentrasi : baik

b) Orientasi : baik

c) Daya ingat : Jangka pendek : baik

Jangka panjang : baik

6. Daya Nilai : daya nilai realitas dan sosial baik

7. Insight : baik

8. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

C. Status Neurologis

1. Kesadaran : GCS E4V5M6

2. Fungsi Luhur : dalam batas normal

3. Fungsi Vegetatif : -

4. Fungsi Sensorik :

Lengan Tungkai

Rasa Eksteroseptik

- Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan

- Nyeri (+ / +) (+ / +)

- Raba (+ / +) (+ / +)

Rasa Propioseptik

- Rasa Getar tidak dilakukan tidak dilakukan

- Rasa Posisi (+ / +) (+ / +)

- Rasa Nyeri Tekan (+ / +) (+ / +)

- Rasa Nyeri Tusukan (+ / +) (+ / +)

Rasa Kortikal

5

Page 6: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

- Stereognosis tidak dilakukan

- Barognosis tidak dilakukan

5. Fungsi Motorik dan Reflek

Atas

Ka/Ki

Tengah

Ka/Ki

Bawah

Ka/Ki

a. Lengan

- Pertumbuhan (n/n) (n/n) (n/n)

- Tonus (n/n) (n/n) (n/n)

- Kekuatan

- Reflek Fisiologis

Reflek Biseps

Reflek Triceps

(5/5)

(+2/+2)

(+2/+2)

(5/5) (5/5)

- Reflek Patologis

Reflek Hoffman

Reflek Trommer

(-/-)

(-/-)

b. Tungkai

- Pertumbuhan (n/n) (n/n) (n/n)

- Tonus (n/n) (n/n) (n/n)

- Kekuatan

- Klonus

Lutut

Kaki

(5/5) (5/5)

(-/-)

(5/5)

(-/-)

- Reflek Fisiologis

Reflek Patella

Reflek Achilles

- Reflek Patologis

Reflek Chaddock

Reflek Babinski

ReflekOppenheim

Reflek Gordon

(+2/+2)

(+2/+2)

(-/-)

(-/-)

(-/-)

(-/-)

6

Page 7: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Reflek Scaeffer

Reflek Rosolimo

(-/-)

(-/-)

6. Nervus Cranialis

N. VII : dalam batas normal

N. XII : dalam batas normal

7. Pemeriksaan lainnya

Tanda Lasegue : (-/-)

Tanda Patrick : (-/-)

Tanda Kontra-Patrick : (-/-)

D. Range of Motion

NECKROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0 - 70º 0 - 70º

Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º

Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º

Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º

Rotasi kanan 0 - 90º 0 - 90º

Rotasi kiri 0 - 90º 0 - 90º

Ektremitas SuperiorROM Pasif ROM Aktif

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Shoulder

Fleksi 0-180º 0-180º 0-180º 0-180º

Ektensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Abduksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º

Adduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75º

Eksternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Internal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Elbow Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º

Ekstensi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º

7

Page 8: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Pronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Supinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Wrist

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Ekstensi 0-70º 0-70º 0-70º 0-70º

Ulnar Deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Radius deviasi 0-20º 0-20º 0-20º 0-20º

Finger MCP I Fleksi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

MCP II-IV fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

PIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

MCP I Ekstensi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

TRUNK ROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0-90º 0-90º

Ekstensi 0-30º 0-30º

Rotasi 0-35º 0-35º

Ektremitas InferiorROM Pasif ROM Aktif

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Hip

Fleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

Ektensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Abduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Adduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Eksorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Endorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

KneeFleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

Ekstensi 0º 0º 0º 0º

Ankle

Dorsofleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Plantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Eversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

Inversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º

8

Page 9: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

E. Manual Muscle Testing (MMT)

NECK

Fleksor M. Sternocleidomastoideum 5

Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5

TRUNK

Fleksor M. Rectus Abdominis 5

EktensorThoracic group 5

Lumbal group 5

Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5

Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5

Ektremitas Superior Dekstra Sinistra

Shoulder

FleksorM. Deltoideus anterior 5 5

M. Bisepss anterior 5 5

EkstensorM. Deltoideu 5 5

M. Teres Mayor 5 5

AbduktorM. Deltoideus 5 5

M. Biseps 5 5

AdduktorM. Latissimus dorsi 5 5

M. Pectoralis mayor 5 5

Internal RotasiM. Latissimus dorsi 5 5

M. Pectoralis mayor 5 5

Eksternal RotasiM. Teres mayor 5 5

M. Infra supinatus 5 5

Elbow

FleksorM. Biseps 5 5

M. Brachilais 5 5

Eksternsor M. Triseps 5 5

Supinator M. Supinatus 5 5

Pronator M. Pronator teres 5 5

Wrist Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5

Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5

9

Page 10: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Abduktor M. Ekstensor carpi radialis 5 5

Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5

FingerFleksor M. Fleksor digitorum 5 5

Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5

Ektremitas InferiorDekst

ra

Sinistr

a

Hip Fleksor M. Psoas mayor 5 5

Ekstensor M. Gluteus maksimus 5 5

Abduktor M. Gluteus medius 5 5

Adduktor M. Adduktor longus 5 5

Knee Fleksor Hamstring muscle 5 5

Ekstensor Quadriceps femoris 5 5

Ankle Fleksor M. Tibialis 5 5

Ekstensor M. Soleus 5 5

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Darah

29/01/10 Rujukan Satuan

Hb 13,3 12,3-15,3 g/dl

Hct 38 33-45 %

AE 3,80-5,80 106/ul

AL 5,2 4,4-13,3 10³/ul

AT 163 150-450 10³/ul

Gol. Darah O

GDS 80-140 mg/dl

GDP 60-100 mg/dl

GD2pp 80-140 mg/dl

Ur <48 mg/dl

6

10

Page 11: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Cr 0,6-1,1 mg/dl

As.urat 2,4-6,1 mg/dl

Na 136-146 mmol/l

K 3,5-5,1 mmol/l

Cl 98-106 mmol/l

Ca ion 1,00-1,20 mmol/l

SGOT 0-35 U/l

SGPT 0-45 U/l

Prot. total 6,00-8,00 g/dl

Albumin 3,5-5,2 g/dl

Globulin - g/dl

Kol.total 216 50-200 mg/dl

HDL kol 33 34-87 mg/dl

LDL kol 146 79-186 mg/dl

Trigliserid 162 <150 mg/dl

Bil.total <1 mg/dl

Bil.direct 0-0,30 mg/dl

B.indirect 0-0,70 mg/dl

PT 10,0-15,0 detik

APTT 20,0-40,0 detik

INR

HBs Ag Non reaktif

B. Pemeriksaan Radiologi

1. Foto lumbal AP, lateral, dan Oblique

11

Page 12: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Gambar 1. Foto lumbal AP, lateral, dan oblique

Kesan :

Tampak listhesis V L4 terhadap V L5 ke anterior

sebesar <10 derajat

Trabekulasi tulang normal

Superior dan inferior endplate tak tampak kelainan

Tampak lipping di V L 1, 2, 3, 4, 5, pedicle dan spatium

intervertebralis tampak normal

Tak tampak paravertebral soft tissue mass/swelling

Line of weight bearing jatuh di depan bidang

promontorium

2. MRI Vertebra Thoracolumbal

12

Page 13: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Gambar 2. Foto MRI vertebra thoracolumbal

Gambar 3. Foto MRI vertebra thoracolumbal

Kesan :

13

Page 14: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Listhesis corpus L 4 terhadap L 5 grade I, tak tampak

kompresi fraktur corpus maupun dislokasi inter facetal.

Dural space baik, tak tampak medullary hemorrhage

Tear annulus dengan Protrusio central – para central

diskus L 4-5 dan osifikasi ligamentum flavum

mengakibatkan parsial stenosis spinal canal dan neural

foramen suspect iritasi radix L 5.

Facet joint efusi L 3-4 , L 4-5

IV. ASSESMENT

Low Back Pain e.c. spondylolisthesis L 4 terhadap L 5

V. DAFTAR MASALAH

Problem medis : Low Back Pain

Problem Rehabilitasi Medik :

Fisioterapi : Pasien sulit beraktivitas karena nyeri pada

punggung bawah

Okupasi terapi : -

Terapi wicara : -

Sosio-medik : -

Orthesa-prothesa : pro korset untuk mengurangi nyeri dan

stabilisasi

Psikologi : beban pikiran karena aktivitas sehari-hari

menjadi terganggu.

VI. PENATALAKSANAAN

Terapi Medis

Vitamin B1 tab 2x1

Vitamin B12 2x1

Na diklofenak tab 2x1

Aspilet tab 1x1

Amitriptilin cap 3x1

Diazepam tab 2x2

14

Page 15: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Simvastatin tab 1x1

Terapi Rehabilitasi Medik

Fisioterapi : Infrared, TENS

Speech terapi : -

Occupational terapi : -

Sosiomedik : -

Orthesa-Prothesa : Diberikan lumbosacral korset

Psikologi : Memberikan support mental dan

psikoterapi pada pasien. Keluarga juga diharapkan memberi

dorongan pada pasien agar mau terapi dan berobat secara teratur

VII. IMPAIRMENT, DISABILITAS, DAN HANDICAP

Impairment : Low Back Pain

Disabilitas : Nyeri pada punggung bawah

Handicap : Keterbatasan aktivitas sehari-hari

VIII. GOAL

Mengurangi rasa nyeri

Mengoptimalkan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari

Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien

Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk

keadaan pasien

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

BAB II

15

Page 16: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

TINJAUAN PUSTAKA

I. LOW BACK PAIN

A. Definisi

Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa

nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah.

Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat

dari penyebab yang sangat beragam.

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan

menjadi dua yaitu :

1. Acute low back pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang

waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa

minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back

pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan

mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.

Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat

melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih

serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih

sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri

pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

2. Chronic low back pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri

yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya

memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang

lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,

rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis

dan tumor. Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi

patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi

tersebut adalah :

a. Trauma

16

Page 17: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

b. Infeksi

c. Neoplasma

d. Degenerasi

e. Kongenital

B. Epidemiologi

Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh

nyeri pinggang dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia

kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi penyebab kemangkiran

yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan ke dokter,

urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan

pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang

paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang

paling tinggi.

Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun.

Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak

dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena LBP

adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika, kelelahan LBP

meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.

Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak

melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai prevalensi yang

tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

C. Anatomi

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus

invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung,

organ-organ dalam di sekitar pelvis,  abdomen dan kulit yang

menutupi daerah punggung.

Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :

17

Page 18: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Vertebrae cervicales 7 buah

Vertebrae thoracalis 12 buah

Vertebrae lumbales 5 buah

Vertebrae sacrales 5 buah

Vertebrae coccygeus 4-5 buah

Vertebra cervicales, thoracalis, dan lumbalis termasuk golongan

true vertebrae.

Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :

Musculus trapezius

Muskulus latissimus dorsi

Muskulus rhomboideus mayor

Muskulus rhomboideus minor

Muskulus levator scapulae

Muskulus serratus posterior superior

Muskulus serratus posterior inferior

Muskulus sacrospinalis

Muskulus erector spinae

Muskulus transversospinalis

Muskulus interspinalis

Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke

arah ekstrremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu

sendiri. Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari

columna spinalis, pelvis dan ekstremitas. Otot punggung yang

mengalami luka mungkin dapat menyebabkan terjadinya low back

pain.

18

Page 19: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Gambar 4. Lumbar spine

Gambar 5. Vertebra cervical, thorak, lumbal, sacrum

19

Page 21: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

D. Penyebab

Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan

multifaktor. Di antaranya dapat disebut :

1. Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri

pinggang bawah yang penting. Kelainan kongenital yang dapat

menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :

a. Spondilolisis dan spondilolistesis

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan

korpus vertebrae itu     ( in utero ) arkus vertebrae tidak

bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada

spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 )

tergeser ke depan.

Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih

berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya

kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun,

barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini

berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan

bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks LV

sehingga timbul nyeri radikuler.

b. Spina Bifida

Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil

yang ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita

waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina

bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiat

pada arkus spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena

adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk

suatu ligamentum interspinosum.

21

Page 22: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral

sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri

pinggang.

c. Stenosis kanalis vertebralis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis.

Walaupun penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-

gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.

Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler

bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang

begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk

menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan

sambil membungkuk.

d. Spondylosis lumbal

Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra

lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri

dan kekakuan.

e. Spondylitis.

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang

belakang . ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya

tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan

menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat

peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing

sendi tulang belakang.

2. Trauma dan Gangguan Mekanis

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab

utama nyeri pinggang bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa

melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan

kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

Cara bekerja di pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah

lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah yang kronis.

22

Page 23: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut

sering oleh karena trauma kecil saja dapat menimbulkan fractur

compresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak ditemukan pada

kaum wanita terutama yang sudah sering melahirkan. Dalam hal

ini tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fractur

compresi. Fraktur pada salah satu prosesus transversus terutama

ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan

kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.

Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar

dapat menggangu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang

belakang sehingga timbul nyeri pinggang.

Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang

seksual atau frustasi seksual dapat ditransfer kepada daerah

lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal secara

terus menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog

dengan tension headache maka nyeri pinggang semacam ini

dapat dinamakan “tension backache”.

Tidak jarang seorang pemuda mengeluh tentang nyeri

pinggang, yang timbul karena adanya anggapan yang salah yaitu

bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu yang lampau

lantas kini sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.

3. Radang ( Inflamasi )

Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial

pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang

melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama

spondilitis ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria

dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka.

Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di

daerah pnggang disertai kekakuan ( stiffness ) dan kelainan ini

bersifat progresif.

23

Page 24: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

4. Tumor ( Neoplasma )

Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas.

Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh

gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya

nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor

ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah

osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama

waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat

dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah

contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan

nyeri pinggang bawah. Meningioma adalah tumor intradural dan

ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat

mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.

5. Gangguan Metabolik

Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan

penyebab banyak keluhan nyeri pada pinggang dapat disebabkan

oleh kekurangan protein atau oleh gangguan hormonal

(menopause,penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan

timbul fractur compresi atau seluruh panjang kolum vertebra

berkurang karena kolaps korpus vertebra. penderita         menjadi

bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.

6. Psikis

Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala

nyeri pinggang bawah. Misalnya anksietas dapat menyebabkan

tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri, misalnya di kuduk

atau di pinggang; rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah

meningkatnya keadaan anksietas dan diikuti oleh meningkatnya

tegang otot dan rasa nyeri. Kelainan histeria kadang-kadang juga

mempunyai gejala nyeri pinggang bawah.

24

Page 25: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

E. Faktor Resiko

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat

badan, etnis, merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat

beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama,

geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki

resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian

menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan

insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan

osteoporosis.

F. Lokasi

Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal

bawah, biasanya disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain

sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha,

tungkai, dan kaki.

G. Diagnosa

1. Anamnesis

Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam

menganamnesa pasien dengan kemungkinan diagnosa Low Back

Pain.

a. Apakah terasa nyeri ?

b. Dimana terasa nyeri ?

c. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?

d. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)

e. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih

ringan?

f. Adakah keluhan lain?

g. Apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?

h. Bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?

i. Bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?

25

Page 26: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

2. Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan

nyeri pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan

muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi

tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

a. Motorik.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

Berjalan dengan menggunakan tumit.

Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong

tembok )

b. Sensorik.

Nyeri dalam otot.

Rasa gerak.

c. Refleks.

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah

Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat

digunakan untuk mengetahui  lokasi terjadinya lesi pada

saraf spinal.

d. Test-Test

Test Lassegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi

0° )  didorong ke arah muka kemudian setelah itu

tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

Gambar 8. Tes Lassegue

26

Page 27: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di

pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang

dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan

ekstensi.

Gambar 9. Tes Patrick

Test Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi,

endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka.

Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada

sumber nyeri di sakroiliaka.

3. Pemeriksaan Penunjang :

a. X-ray

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi

tulang, sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-

ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak

peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran

sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray merupakan tes

yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan

keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan

penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri

punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes

27

Page 28: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray

dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan bila

perlu oblique kanan dan kiri.

Gambar 10. X-ray thoracolumbal

b. Myelografi

Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord

dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif,

yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis

spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat

pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram

digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan

dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk

abses spinal.

Gambar 11. Myelografi lumbal

28

Page 29: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

c. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI)

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat

digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen,

pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti

gambaran X-ray 3 dimensi.

MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang

yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi

pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat

menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai

dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan

diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada

punggung.

Gambar 12. MRI vertebra lumbalis

d. Electro Miography ( EMG ) / Nerve Conduction Study

( NCS )

EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif

yang digunakan untuk pemeriksaan saraf pada lengan dan

kaki.

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

Adanya kerusakan pada saraf

Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )

29

Page 30: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis

atau distal )

Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf

Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk

mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu

dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

H. Penatalaksanaan

1. Obat-obat analgesik

Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar,

antara lain :

a. Analgetik narkotik

Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf

digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari

organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan

untuk pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada

penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin, heroin,

dll.

b. Analgetik antipiretik

Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri

mempunyai khasiat anti piretik, dan beberapa diantaranya

juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini dibagi

menjadi 4 golongan :

1) Golongan salisilat

Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat

analgesik juga mempunyai khasiat antipiretik,

antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin

Dosis Aspirin : Sebagai analgesik 600 – 900

mg, diberikan 4 x sehari. Sebagai antiinflamasi 750 –

1500 mg, diberikan 4 x sehari.

30

Page 31: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Kontraindikasi: penderita tukak lambung, resiko

terjadinya pendarahan, gangguan faal ginjal,

hipersensitivitas.

Efek samping : Gangguan saluran cerna, anemia

defisiensi besi, serangan asma bronkial

2) Golongan Paraaminofenol

Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik

yang paling aman untuk  menghilangkan rasa nyeri

tanpa disertai inflamasi.

Dosis terapi :  600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari.

3) Golongan pirazolon

Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik

oleh penderita, lebih kuat dari pada paracetamol, dan

efek sampingnya sangat jarang.

Dosis terapi : 0,5 – 1 gram, diberikan 3 x sehari.

4) Golongan asam organik yang lain

Derivat asam fenamat

Yang termasuk golongan ini misalnya asam

mefenamt, asam flufenamat, dan Na-meclofenamat.

Golongan obat ini sering menimbulkan efek

samping terutama diare. Dosis asam mefenamat

sehari yaitu 4×500 mg, sedangkan dosis Na-

meclofenamat sehari adalah 3-4 x 100 mg.

Derivat asam propionat

Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi

non steroid (AINS) yang relatif   baru, yang juga

mempunyai khasiat anal getik dam antipiretik.

Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen,

naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.

31

Page 32: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Derivat asam asetat

Sebagai contoh golongan obat ini ialah Na

Diklofenak. Selain mempunyai efek anti inflamasi

yang kuat, juga mempunyai efek analgesik dan

antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali

sehari.

Derivat Oksikam

Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi

20 mg 1 kali sehari.

2. Fisioterapi

a. Terapi panas superfisial dan dalam

b. Traksi panggul

Gambar 13. Alat traksi

c. TENS

d. Latihan penguatan dan peregangan otot

Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Lying supine hamstring stretch

b. Knee to chest stretch

c. Pelvic Tilt

d. Sitting leg stretch

32

Page 34: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

3. Alat bantu

a. Back corsets.

Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk

mengatasi Low Back Pain  yang dapat membungkus punggung

dan perut.

Gambar 14. Corset lumbal

b. Tongkat Jalan

4. Operasi

Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada

tulang belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut

pada laminectomy yang mana menghendaki bagian yang diangkat dari

vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP

pasien. Jika disc menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan

melakukan bagian laminectomy untuk mencari tahu vertebral kanal,

mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil atau

memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi,

khususnya kepingan atau potongan yang menindih saraf.

Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu

spinal fusion, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di

bagian spinenya. Spinal fusion merupakan operasi dengan

menggabungkan vertebral dengan bone grafts. Kadang graft tersebut

dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat yang lain.

Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang

dapat diobati dengan teknik percutaneous discectomy, yang mana

discnya diperbaiki menembus atau melewati kulit tanpa membedah

dengan menggunakan X-ray sebagai pemandu. Ada juga cara lain

34

Page 35: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

yaitu chemoneuclolysis, cara ini menggunakan penyuntikan enzim-

enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.

II. SPONDYLOLISTHESIS

A. Definisi

Kata spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata

spondylo yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti

“bergeser”. Maka spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran

(biasanya ke anterior) dari vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.

B. Etiopatofisiologi

Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral yang

kecil, sendi facet tidak kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut

sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin terjadi selama masa remaja karena

patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang belakang dari kegiatan

olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola yang

menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesis isthmic.

Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem

klasifikasi Wiltse:

1. Displatik

Sendi facet memungkinkan pergeseran kedepan.

Lengkungan neural biasanya masih utuh.

2. Isthmic

Lesi dari pars.

Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars

akut.

3. Degeratif

Spondilolisthesis bisa disebabkan oleh penuaan, umum, dan keausan tulang,

jaringan, otot-otot, dan ligamen tulang belakang disebut sebagai

spondilolisthesis degeneratif.

4. Trauma

Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada

vertebrata yang menyebabkan fraktur pada sebagian pars interartikularis. Tipe

ini terjadi sesudah periode satu minggu atau lebih dari trauma. Acute pars

fracture tidak termasuk tipe ini.

35

Page 36: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

5. Patologis

Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka, disebut

spondilolisthesis patologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena kerusakan

pada elemen posterior dari metastasis (kanker sel-sel yang menyebar ke bagian

lain dari tubuh dan menyebabkan tumor) atau penyakit tulang metabolik. Jenis

ini telah dilaporkan dalam kasus-kasus penyakit Paget tulang (dinamai Sir

James Paget, seorang ahli bedah Inggris yang menggambarkan gangguan kronis

yang biasanya menghasilkan tulang membesar dan cacat), tuberkulosis

(penyakit menular mematikan yang biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat

menyebar ke bagian lain dari tubuh), tumor sel raksasa, dan metastasis tumor.

Diagnosis yang tepat dan identifikasi jenis atau kategori Spondilolisthesis

adalah penting untuk memahami serta keparahan dari pergeseran yang terbagi

menjadi 5 kelas sebelum pengobatan yang tepat untuk kondisi tersebut dapat

disarankan.

C. Epidemiologi

Insidensi spondilolisthesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi

otopsi. Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara

umum populasi pastinya akan mengalami penuaan. Spondillistesis degeneratif

biasanya dialami oleh lanjut usia dan jarang mengenai usia dibawah 40 tahun.

Kelainan ini biasanya mengenai perempuan 5 kali lebih banyak dibandingkan

laki-laki. Paling sering melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria dan 9,1%

wanita memiliki spondilolisthesis tipe ini.

D. Gejala Klinis

Presentasi klinis dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis

pergeseran dan usia pasien. Selama tahun-tahun awal kehidupan, presentasi

klinis dapat berupa nyeri punggung bawah ringan yang sesekali dirasakan pada

panggul dan paha posterior, terutama saat beraktivitas. Gejala jarang berkorelasi

dengan tingkat pergeseran, meskipun mereka disebabkan ketidakstabilan

segmental. Tanda neurologis seringkali berkorelasi dengan tingkat selip dan

36

Page 37: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

melibatkan motorik, sensorik, dan perubahan refleks yang sesuai untuk

pelampiasan akar saraf (biasanya S1).

Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah:

Nyeri punggung bawah.

Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi

tulang belakang lumbal.

Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau

kelemahan pada kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf

dapat menyebabkan hilangnya kontrol dari usus atau fungsi kandung

kemih.

Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari

punggung bawah.

Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua dan datang

dengan nyeri punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau kombinasi

dari gejala-gejala tersebut. Pergeseran yang paling umum adalah di L4-5 dan

kurang umum di L3-4. Gejala-gejala radikuler sering hasil dari stenosis recessus

lateral dari facet dan ligamen hipertrofi dan/ atau disk herniasi. Akar saraf L5

dipengaruhi paling sering dan menyebabkan kelemahan ekstensor halusis

longus. Stenosis pusat dan klaudikasio neurogenik bersamaan mungkin atau

mungkin tidak ada.

Penyebab gejala klaudikasio selama ambulasi adalah multifaktorial. Rasa

sakit ini berkurang ketika pasien memfleksikan tulang belakang dengan duduk

atau bersandar. Fleksi memperbesar ukuran kanal oleh peregangan ligamentum

flavum menonjol, pengurangan lamina utama dan aspek, dan pembesaran

foramen tersebut. Hal ini mengurangi tekanan pada akar saraf keluar dan,

dengan demikian, mengurangi rasa sakit.

E. Diagnosis

Diagnosis yang tepat dari spondilolistesis meliputi anamnesis dan

pemeriksaan yang sesuai dengan gejala spondilolistesis. Namun, pasien dengan

spondilolistesis kadang sulit dinilai berdasarkan pemeriksaan fisik saja.

37

Page 38: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Pergeseran ini dapat bersifat asimtomatik atau dapat mennyebabkan nyeri

punggung bawah, rasa tegang pada otot paha bawah, cidera pada akar saraf

(seringnya pada L5), simtomatik stenosis spinal, dan juga dapat menyebabkan

Cauda Equina Syndrome (CES) pada kasus berat. Rasa tegang juga dapat

dirasakan pada daerah segmen yang bergeser. Jika parah, dapat juga

menyebabkan tubuh menjadi lebih pendek.

Spondylolistesis dapat didiagnosa cukup dengan menggunakan foto polos

dengan sinar X. Posisi terbaik yang bisa dilakukan adalah dari posisi lateral.

Foto yang dilakukan dari posisi samping atau lateral akan dapat menunjukkan

sebuah ruas tulang belakang yang bergerser ke depan dibandingkan dengan ruas

tulang rusuk yang berdekatan. Berdasarkan persentase pergeseran ruas dengan

ruas tulang belakang yang berdekatan, spondylolistesis dapat dibagi menjadi 5

derajat:

1. Derajat I dengan pergeseran <26%,

2. Derajat II dengan pergeseran 26%-50%,

3. Derajat III dengan pergeseran 51%-75%,

4. Derajat IV dengan pergeseran 76%-100%,

5. Derajat V dengan vertebra telah tergeser sepenuhnya dari vertebra lainnya

atau spondyloptosis.

Gambar 15. Gambar menunjukkan cara menilai derajat spondilolistesis. Kedua

anak panah menunjukkan jarak pergeseran dan rasio yang dapat dihitung untuk

menunjukkan derajatnya berdasarkan persentase pergeseran.

38

Page 39: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Jika pasien masih memiliki keluhan nyeri, kebas, atau lemah tungkai,

pemeriksaan tambahan CT scan atau MRI dapat dilakukan. Keluhan ini dapat

disebabkan oleh stenosis atau penyempitan dari celah untuk saraf ke kaki. CT

scan dan MRI adalah pilihan terbaik untuk mendeteksi stenosis yang menyertai

spondilolistesis sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompresi

saraf akibat spondilolistesis.

Gambar 16. Spondilolistesis, gambaran radiologis menunjukkan sebuah

spondilolistesis derajat 1 pada anak anak.

Gambar 17 . Proyeksi oblik menunjukkan adanya defek pars bilateral, tanda panah

menunjukkan gambaran ‘Scottie Dog with Collar’.

39

Page 40: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

Gambar 18. Gambar menunjukkan tampilan proyeksi oblik dengan komponennya

yang menyebabkan terjadinya penampilan ‘Scottie Dog’.

Gambar 19. Gambaran spondilolistesis traumatic derajat 4.

PET scan juga dapat digunakan untuk melihat keaktifan tulang di dekat

lokasi defek. Ini terutama untuk membantu dalam tatalaksana spondilolistesis

ini sendiri.

F. Penatalaksanaan

Pada kebanyakan kasus spondilolistesis dapat diatasi dengan menggunakan

terapi konservatif. Namun pada pasien pasien tertentu seperti pada pasien

dengan nyeri radikuler, klaudikasi neurogenik, dan pada pasien yang tetap

40

Page 41: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

dijumpai abnormalitas postur atau cara berjalan setelah terapi non operatif,

makan proses pembedahan menjadi indikasi. Tujuan dari terapi pembedahan

adalah untuk menstabilkan segmen spinal dan jika diperlukan dilakukan

dekompresi elemen neural.

Prinsip tatalaksana adalah untuk meredakan gejala dan meliputi:

Modifikasi kegiatan sehari hari, seperti tirah baring selama eksaserbasi

akut,

Analgetik (NSAID),

Pemakaian korset (brace),

Fisioterapi.

Hasil terapi non operatif umumnya memberikan hasil yang memuaskan,

terutama pada pasien yang berusia muda. Indikasi operasi (fusi) yaitu:

Tanda tanda neurologis seperti nyeri radikuler (tidak dapat ditangani dengan

terapi konservatif), myelopati, klaudikasi neurogenik,

Pergeseran derajat tinggi >50%,

Pergeseran tipe 1 dan 2, dengan bukti instabilitas, progresif listhesis, atau

respon tidak baik terhadap perbaikan konservatif,

Spondilolistesis traumatik,

Spondilolistesis iatrogenic,

Listesis tipe 3 (degeneratif) dengan nyeri yang berat,

Deformitas postural dan abnormalitas langkah jalan.

G. Komplikasi

Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun

penarikan (traction) pada saraf spinal, bisa menyebabkan komplikasi. Pada

pasien yang membutuhkan penanganan dengan pembedahan untuk

menstabilkan spondilolistesis, dapat terjadi komplikasi seperti nerve root injury

(<1%), kebocoran cairan serebrospinal (2%-10%), kegagalan melakukan fusi

(5%-25%), infeksi dan perdarahan dari prosedur pembedahan (1%-5%). Pada

pasien yang perokok, kemungkinan untuk terjadinya kegagalan pada saat

melakukan fusi ialah (>50%). Pasien yang berusia lebih muda memiliki resiko

yang lebih tinggi untuk menderita spondilolistesis isthmic atau congenital yang

lebih progresif. Radiografi serial dengan posisi lateral harus dilakukan setiap 6

bulan untuk mengetahui perkembangan pasien ini.

41

Page 42: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

H. Prognosis

Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal

kemungkinan akan kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien

dengan perubahan vertebra yang progresif dan degenerative kemungkinan akan

mengalami gejala yang sifatnya intermiten. Resiko untuk terjadinya

spondilolistesis degenerative meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan

pergeseran vertebra yang progresif terjadi pada 30% pasien. Bila pergeseran

vertebra semakin progresif, foramen neural akan semakin dekat dan

menyebabkan penekanan pada saraf (nerve compression) atau sciatica hal ini

akan membutuhkan pembedahan dekompresi.

42

Page 43: Lbp Ec. Spondylolisthesis v l4 Terhadap l5

DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2009). Nyeri pinggang (Low Back Pain). http://www.blogdokter.net/

Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr. M. Djamil/FK-

UNAND Padang.

Word press (2011). Spondylolisthesis. Diunduh dari http://www.spondylolisthesis.org/

[Diakses tanggal 17 Mei 2014].

Japardi, I (2002). Spondilolistesis. Dalam USU digital Library. Fakultas Kedokteran, Bagian

Bedah, Universitas Sumatera Utara.

Medical Disability Guidelines (2009). Spondylolisthesis. Didapat dari :

http://www.mdguidelines.com/spondylolisthesis/definition [Diakses tanggal 17 Mei

2014]

43