Layaly Rahmah Fsh

116
Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 Oktober 2010 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh : Layaly Rahmah NIM : 107046101904 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

description

skripsi indeks harga saham syariah

Transcript of Layaly Rahmah Fsh

Page 1: Layaly Rahmah Fsh

Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih

Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 – Oktober 2010

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Layaly Rahmah

NIM : 107046101904

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: Layaly Rahmah Fsh
Page 3: Layaly Rahmah Fsh
Page 4: Layaly Rahmah Fsh

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 28 Maret 2011

Layaly Rahmah

Page 5: Layaly Rahmah Fsh

ii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar

Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang periode

31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Uji Regresi Linear Berganda, dimana NAB Danareksa Syariah Berimbang

sebagai Variabel Dependen dan SBIS, IHSG, Nilai Tukar Rupiah sebagai Variabel

Independen dengan level signifikan sebesar 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari perhitungan dengan menggunakan

angka R Square adalah 0,925, maka hal ini dapat menjelaskan kontribusi SBIS,

IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah/USD dalam mempengaruhi NAB Danareksa Syariah

Berimbang sebesar 92,5% dan sisanya sebesar 7,5% dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak diteliti. Selain itu, variabel IHSG menjadi variabel yang paling dominan

dan berpengaruh secara signifikan sedangkan variabel SBIS dan Nilai Tukar Rupiah

tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan NAB Danareksa Syariah Berimbang.

Kata Kunci: NAB Danareksa Syariah Berimbang, Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar

Rupiah/USD.

Page 6: Layaly Rahmah Fsh

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,

serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 –

Oktober 2010”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit

hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan

kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua

dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan

dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan

waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.

Page 7: Layaly Rahmah Fsh

iv

3. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Jamil, MA dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, SE,

MM selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang dengan sabar telah

memberikan banyak masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai

dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak dan Ibu ajarkan dan arahkan

mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.

4. Kepada seluruh dosen dan sifitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer

ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang

telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.

5. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Drs. H. Eddy Djubaedi Adih,

M.Ag dan Ibu Hj. Badriyah, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberi

dorongan dan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada

orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Mamah dan

Papah yang paling penulis Sayangi, dibawah payung kasih sayang-Nya. Aamiin.

6. Kepada kakakku tercinta, Ahmad Ru’yat Ismail, S.H.I dan Izzah Ar-rahmani,

S.Farm,. Apt, dan si bungsu adikku Youma Arafah, secara tidak langsung kalian

juga memberikan semangat kepada penulis yang sedang menjalankan tugas akhir

ini agar cepat selesai.

7. Teman-teman Asrama BEC Boys and Girls, Pak Fatah, Bu Diyah, Miss Mila, ka

Awen, Eni Suhaeni (My best friend), Rohy, disva, galuh, Imah, ka inab, Ovi,

Anahe, pipit, ka maria, lani, ka selly, jumi, ka ola, ka nia dan kawan-kawan

asrama lainnya semua perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah terlupakan.

Page 8: Layaly Rahmah Fsh

v

8. Teman-teman Kosan di Semanggi II, atu, sisi, ira, umun, ka indah, neni, tanti,

fatur, maya, ka iza, azka dan kawan lainnya secara tidak langsung kalian adalah

motivasi dan kebahagiaan. Kenangan bersama kalian tak akan pernah terlupakan

selama kita jadi anak kosan.

9. Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2007 khususnya PS C, Fara, afi,

mae, ovi, tika, maya, pewe, acha, dwi, hilwa, za2, nana, amel, nuy, pipin, yuke,

dan teman-teman lain seangkatan dan seperjuangan selama masa kuliah, teman

KKN Sadayana Sae Ciburuy 2010 perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah

terlupakan. Miss you all.

10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan

menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini.

Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang

turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.

Jakarta, 28 Maret 2011

Layaly Rahmah

Page 9: Layaly Rahmah Fsh

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... .. i

ABSTRAK...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1

B. Pembatasan Masalah………………………………………………. 7

C. Perumusan Masalah………………………………………………... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….. 8

E. Kajian Pustaka……………………………………………………... 10

F. Kerangka Teori……………………………………………………... 12

G. Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………….. 16

H. Sistematika Penulisan………………………………………………. 17

Page 10: Layaly Rahmah Fsh

vii

BAB II KAJIAN TEORI

A. Reksadana Syariah…………………………………………………… 19

1. Pengertian Reksadana Syariah…………………………………...... 21

2. Jenis-jenis Reksadana Syariah…………………………………….. 25

3. Bentuk-bentuk Reksadana Syariah………………………………… 27

4. Kelebihan Reksadana Syariah……………………………………... 29

5. Risiko Reksadana Syariah……………………………………….... 32

6. Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah…………………………... 35

7. Pihak-pihak yang terkait dalam Reksadana Syariah……………… 37

B. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)……………………………. 39

C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)……………………………… 41

D. Nilai Tukar Rupiah……………………………………………………. 43

E. Sekilas Tentang Danareksa Syariah Berimbang……………………….. 47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………. 50

B. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………. 51

C. Sumber Data………………………………………………………….. 51

D. Operasional Variabel Penelitian……………………………………… 53

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)…………………………. 53

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)…………………………... 55

3. Nilai Tukar Rupiah……………………………………………….... 56

4 Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang………………… 58

Page 11: Layaly Rahmah Fsh

viii

E. Teknik Penulisan Skripsi………………………………………………. 60

F. Teknik Analisa Data…………………………………………………… 60

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

A. Uji Asumsi Klasik…………………………………………………… 67

B. Pengujian Secara Statistik…………………………………………… 72

C. Intervensi Koefisien Variabel Independent…………………………. 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 84

B. Saran………………………………………………………………….. 86

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. .... . 87

LAMPIRAN……………………………………………………………........ . 91

Page 12: Layaly Rahmah Fsh

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 53

31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

Tabel 3.2 Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 55

31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

Tabel 3.3 Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD 57

31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

Tabel 3.4 Data NAB/Unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang 59

31 Januari 2008 – 31 Okober 2010

Tabel 4.1 Output SPSS Uji Multikolinearitas 70

Tabel 4.2 Output SPSS Model Summary 71

Tabel 4.3 Output SPSS Uji t 72

Tabel 4.4 Output SPSS Anova 75

Tabel 4.5 Output SPSS Model Summary 76

Page 13: Layaly Rahmah Fsh

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran penelitian 16

Gambar 4.1 Output SPSS Uji Normalitas Analisis Grafik 67

Gambar 4.2 Output SPSS Uji Heteroskedastisitas Scaterplot 68

Page 14: Layaly Rahmah Fsh

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data NAB/unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang 92

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

Lampiran 2. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 93

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 94

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

Lampiran 4. Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 95

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

Lampiran 5. Data NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, 96

dan Nilai Tukar Rupiah

Lampiran 6. Data Output SPSS Penelitian 98

Page 15: Layaly Rahmah Fsh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat.

Setiap hari senantiasa kita mendengar pemberitaan situasi bursa efek yang

saling berkaitan dengan kondisi perekonomian, sosial, dan politik negara. Hal

ini menunjukkan bahwa pasar modal dan bursa efek yang dinamis tidak akan

pernah ketinggalan jaman.

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan pasar modal

satu negara adalah terletak pada tingkat variasi instrument investasi yang

tersedia seperti saham, obligasi, valuta asing, dan sebagainya. Semakin maju

pasar modal, semakin bervariasi instrument yang diperdagangkan di bursa.

Ragam instrument pasar ini akan menentukan tingkat likuiditas pasar dan

akan sangat menentukan pasar modal tersebut diminati investor atau tidak.1

Dengan adanya instrument-instrumen tersebut, maka bagi dunia usaha

pasar modal merupakan salah satu bentuk yang menarik melalui kemungkinan

penggalangan dana dan memberikan berbagai pilihan kepada para pemilik

dana dalam berinvestasi. Jumlah dan pilihan ini semakin banyak mulai dari

yang relative tinggi risikonya sampai pada pilihan yang risikonya rendah.

Salah satu instrument untuk berinvestasi yang akhir-akhir ini populer adalah

1 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern (Jakarta: Yayasan SAD Satria

Bhakti, 2000), h.17.

Page 16: Layaly Rahmah Fsh

2

Reksadana yang merupakan wadah untuk menghimpun dana dari pemodal,

yang akan diinvestasikan kembali ke dalam portofolio efek, yang dikelola

oleh manager investasi dan harta bersama milik para pemodal itu akan

disimpan dan diadministrasikan oleh bank kustodian.2

Pada Reksadana untuk mengetahui seberapa besar tingkat

pengambilan investasi reksadana tersebut, investor dapat melihat dan

mengamati data-data historis yang ditampilkan dari masa lalu hingga saat

sekarang. Data historis yang dapat dengan mudah dicermati adalah Net Asset

Value (NAV) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) perunit penyertaan reksadana.3

Jadi, NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur

dalam memantau hasil dari suatu Reksadana. NAB per saham/unit penyertaan

adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya

operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah

beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.4

Menurut data dari BAPEPAM, pada Januari 1998 jumlah Reksadana

hanya mencapai 77 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai Rp. 4,4

Triliun. Namun pada Desember 2008 jumlah reksadana telah mencapai 567

2 Iwan P. Pontjiwinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah (Jakarta: PT. Mizan

Publika, 2010), h.191-192

3 Yuni Elvira dan Fiteriyanto, “NAB Reksadana Berlomba dengan Tingkat Suku

Bunga”, Jurnal Pasar Modal, No. 06/VIII/Juni 1997, h.23.

4 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Reksadana”, artikel ini diakses

pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

Page 17: Layaly Rahmah Fsh

3

dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai Rp.74 Triliun, bahkan pada

akhir 2009 jumlah Reksadana telah mencapai 610 dengan Nilai Aktiva Bersih

(NAB) mencapai Rp. 113 Triliun.5

Sedangkan pada Januari hingga November 2010 total NAB Reksa

dana di Indonesia berkembang sangat pesat, dengan total Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Reksadana pada akhir November 2010 sebesar Rp. 134 Trilliun

Lebih.6 Hal ini bisa disimpulkan bahwa Reksadana merupakan instrumen

investasi yang potensial serta memiliki prospek yang baik untuk terus

berkembang.

Di Indonesia mengoptimalkan investasi tidak hanya melalui

Reksadana Konvensional namun bisa pula melalui Reksadana Syariah,

perkembangan reksa dana syariah sebagai wadah investasi di pasar modal,

mempunyai prospek perkembangan yang cukup menggembirakan.7 Jumlah

umat islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia merupakan ladang

potensial yang belum tergali secara optimal oleh reksa dana syariah. Selain

alasan itu, keanekaragaman industri dan banyaknya jumlah perusahaan yang

5 Desmon Silitonga, “Memilih Investasi Reksadana Tahun 2010”, (Jakarta: PT.

Millenium Danatama Indonesia, 2009), h. 8.

6 Bapepam-LK, “Laporan Statistik NAB Reksadana Tahun 2010”, ini diakses pada

6 Desember 2010 dari http:// www.idx.co.id//

7 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern (Jakarta: Yayasan SAD Satria

Bhakti, 2000), h.272.

Page 18: Layaly Rahmah Fsh

4

telah dan potensial go public, adalah alasan kuat untuk optimis bahwa

Reksadana syariah akan berkembang dengan baik.

Berdasarkan data pasar modal Bapepam-LK, dana kelolaan reksadana

syariah sampai akhir Juni 2010 mencapai Rp. 3,7 triliun. Jika dibandingkan

dengan seluruh dana kelolaan reksadana, jumlah ini hanya sekitar 3%. Untuk

produk reksadana syariah, saat ini terdapat ± 47 (empat puluh tujuh)

reksadana syariah.8 Hal ini menjadikan Reksadana Syariah sebagai alternatif

investasi yang menarik bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang

beragama islam agar terbebas dari unsur ribawi dan berbagai praktek

spekulatif yang biasa terjadi di bursa saham konvensional.

Di Indonesia Reksadana Syariah diperkenalkan pertama kali pada

tahun 1998 oleh PT. Danareksa Investment Management, di mana pada saat

itu PT. Danareksa mengeluarkan produk reksadana berdasarkan prinsip islam

yang dinamakan Danareksa Syariah Berimbang.9 Selain itu, Danareksa

Syariah Berimbang merupakan salah satu reksadana yang termasuk ke dalam

jenis reksadana campuran.

Danareksa Syariah Berimbang yang dikelola oleh Fund Manager dari

PT.Danareksa Investment Management. Selain Danareksa syariah Berimbang,

produk lain yang diluncurkan oleh PT. Danareksa Investment Management

8 Rosiana Eko Agustina, “Saatnya Beralih ke Reksa Dana Syariah”, Majalah

Investor (September 2010): h.11.

9 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251.

Page 19: Layaly Rahmah Fsh

5

adalah adalah Danareksa Mawar Fokus, Danareksa Mawar Agresif,

Danareksa Mawar, Dana reksa Indeks syariah, Danareksa Anggrek Fleksibel,

Danareksa Anggrek, Danareksa JS Optima, Danareksa Melati Premium Dolar,

Danareksa Melati Dolar AS, Danareksa Gebyar Indonesia, Danareksa Gebyar

Dana Liquid, dan Danareksa Seruni Pasar Uang.10

Danareksa Syariah Berimbang merupakan jenis Reksadana Campuran,

yaitu Reksadana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas

(saham) dan efek bersifat hutang (obligasi) yang perbandingannya tidak

termasuk Reksadana pendapatan tetap dan Reksadana saham. Reksadana ini

mempunyai resiko moderat dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi

dibandingkan dengan Reksadana pendapatan tetap.11

Perkembangan reksadana syariah selama ini tidak serta merta

menjadikan posisi reksadana syariah selalu berada dalam kondisi yang aman.

Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian, sosial dan politik negara dapat

berubah-ubah, sekecil apapun kebijakan atau perubahan kondisi ekonomi,

sosial dan politik yang terjadi di suatu negara akan memiliki pengaruh

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah pada saat ini maupun

masa yang akan datang.

10

Audry S Timisela, “Pengaruh Indeks Syariah terhadap pertumbuhan NAB

Reksadana Syariah: Study pada Danareksa Syariah Berimbang tahun 2003-2007,”

(Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010), h.6.

11 “Studi Tentang Profil dan Perilaku Investor Indonesia 2010”, Mars Research

Spesiallist, edisi Februari 2010, h 423.

Page 20: Layaly Rahmah Fsh

6

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas

tiga faktor yang diduga mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam

mempengaruhi pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) suatu Reksadana

Syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa SBIS merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi investor dalam berinvestasi. Apabila SBIS naik

maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih

menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar modal akan turun,

sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke jenis

investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal.

Sedangkan IHSG menjadi barometer kesehatan pasar modal yang

dapat menggambarkan kondisi bursa efek. Jika IHSG naik terus, dapatlah

dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik, pastilah menunjukkan

kondisi perekonomian, sosial, dan politik yang sedang sehat begitupun

sebaliknya.12

Selain itu, Nilai Tukar Rupiah terhadap U$ Dollar Amerika

sering kali dianggap sebagai salah satu indikator dalam perekonomian bangsa.

Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar di Indonesia sering kali

dianggap sebagai indikator ketidakstabilan perekonomian.

12

Vonny Dwiyanti, Panduan Praktis Bermain Saham (Jakarta: Atma Media Press,

2010), h. 70.

Page 21: Layaly Rahmah Fsh

7

Ketiga faktor di atas diduga mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah, dalam hal ini adalah

Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa

Investment Management. Sehingga penulis tertarik ingin melakukan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui keeratan faktor-faktor di atas melalui penelitian

ini yang berjudul: “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang

Periode Januari 2008 - Oktober 2010”.

B. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih

Danareksa Syariah Berimbang seperti Inflasi, Gross Domestic Product

(GDP), Return Saham, Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Nilai Tukar Rupiah/USD., Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Indeks (JII), dan lain-lain. Oleh karena itu,

agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini

hanya akan dibatasi pada:

1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independent, yaitu

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD.

Page 22: Layaly Rahmah Fsh

8

2. Variabel dependent yang digunakan adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) per

unit Danareksa Syariah Berimbang.

3. Penelitian ini menggunakan data selama tiga tahun untuk variabel

independent dan dependent, yaitu selama 31 Januari 2008 – 31 Oktober

2010.

C. Perumusan Masalah

Dan agar lebih terarah, maka dilakukan perumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana secara parsial dan simultan pengaruh variabel Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Danareksa Syariah Berimbang?

2. Manakah dari variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah yang paling

dominan dalam mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa

Syariah Berimbang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah:

Page 23: Layaly Rahmah Fsh

9

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai

Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah

Berimbang.

2. Untuk menganalisa variabel yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian yang dilakukan adalah:

a. Bagi Penulis

Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa

perkuliahan, khususnya mengenai muamalat (ekonomi syariah) dan

pasar modal syariah.

b. Bagi Investor.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi sebagai bahan

pertimbangan dalam menginvestasikan dananya, agar risiko investasi

dapat dikurangi dan memaksimalkan laba yang diharapkan.

c. Bagi Lingkungan Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi

penelitian selanjutnya diprogram studi muamalat (ekonomi syariah),

Page 24: Layaly Rahmah Fsh

10

khususnya mengenai pengaruh instrumen-instrumen investasi dalam

reksadana syariah di Indonesia.

E. Kajian Pustaka

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang

berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang

diteliti berbeda. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber

kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan Reksadana

Syariah, diantaranya adalah:

No. Nama penulis/ Judul skripsi,

jurnal / Tahun.

Substansi Perbedaan dengan

Penulis

1. Cahyaningsih, Eko Suwardi,

dkk / Perbandingan Kinerja

Reksa dana Syariah dengan

Reksa dana Konvensional /

Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia 2009.

­ Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia ini menjelaskan

tentang perbandingan kinerja

Reksa dana syariah dan reksa

dana konvensional pada Januari

2004 sampai Desember 2006.

­ Dalam Penelitian ini

menggunakan sampel reksa dana

syariah untuk tahun z2004 (52

sampel), 2005 (85 sampel), dan

2006 (118 sampel). Dan pada

Reksa dana konvensional untuk

tahun 2004 (411 sampel), 2005

(718 sampel), dan 2006 (909

sampel).

­ Metode analisis data yang

digunakan adalah parametric t

statistic (independent sample t-

test).

­ Hasil penelitian ini memberikan

tambahan bukti empiris bahwa

secara umum pada periode

bullish yaitu tahun 2004 dan

2005 kinerja Reksadana

konvensional lebih baik dari pada

kinerja reksa dana syariah,

sedangkan tahun 2005 kinerja

- penulis meneliti

tentang pengaruh SBIS,

IHSG, dan Nilai Tukar

Rupiah terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB)

Danareksa Syariah

berimbang.

- Periode 31 Januari 2008

hingga 31 Oktober 2010.

- Penulis meneliti tentang

seberapa besar pengaruh

variabel SBIS, IHSG,

dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap NAB Danareksa

Syariah Berimbang

secara simultan. Dan

menjelaskan faktor

manakah yang lebih

dominan yang dapat

mempengaruhi NAB

Danareksa Syariah

Berimbang.

­ Metode Analisis data

yang digunakan adalah

dengan Regresi Linear

Berganda dengan

pengujian Hipotesis dan

Page 25: Layaly Rahmah Fsh

11

reksa dana syariah lebih baik dari

pada kinerja reksa dana

konvensional.

asumsi klasik untuk

mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel

independent terhadap

variabel dependent.

2. Audry S Timisela /Pengaruh

Indeks Syariah terhadap

pertumbuhan Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah/

Fakultas Syariah dan Hukum –

Muamalat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

2010.

- Skripsi ini menjelaskan tentang

perkembangan Nilai Aktiva

Bersih Danareksa Syariah

Berimbang serta indeks JII pada

kurun waktu 2003-2007. Dan

baik buruknya kinerja reksa reksa

dana syariah dengan

menganalisis pengaruh indeks JII

sebagai tolak ukur kinerja suatu

reksa dana syariah.

- Metodologi penelitian adalah

Deskritif-kualitatif yaitu untuk

melihat keterkaitan hubungan

dan mengkontekstualisasilan

keterangan dari data tersebut.

Dan menggunakan analisis

Regresi Linear Sederhana.

- Hasil penelitian terdapat

hubungan linear antara Indeks JII

dengan tingkat pertumbuhan

Nilai Aktiva Bersih Danareksa

Syariah Berimbang. R-Square =

84,7% dipengaruhi oleh indeks

JII, dan 15.3% dipengaruhi oleh

factor lain di luar variabel JII.

- Penulis meneliti tentang

pengaruh SBIS, IHSG,

dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap Nilai Aktiva

Bersih Danareksa

Syariah Berimbang

dengan kurun waktu 31

Januari 2008 hingga 31

Oktober 2010.

- Variabel dependen

adalah Nilai Aktiva

Bersih Danareksa

Syariah Berimbang

- Variabel Independent

yang digunakan adalah

SBIS, IHSG, dan Nilai

Tukar Rupiah.

-Metodologi penelitian

yang digunakan adalah

Deskritif-Kuantitatif

yaitu data berkaitan

dengan angka-angka

yang akan dipaparkan.

- Metode Analisis data

yang digunakan adalah

dengan Regresi Linear

Berganda dengan

pengujian Hipotesis dan

asumsi klasik untuk

mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel

independen terhadap

variabel dependen.

3. Zaenab/ Sistem Operasional

Reksadana Syariah pada BNI

SECURITIES dalam Tinjauan

Hukum Islam/ Fakultas

Syari’ah dan Hukum -

Muamalat, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2006.

- Skripsi ini menjelaskan tentang

ciri-ciri dan mekanisme

operasional reksadana syariah,

konsep investasi keuangan yang

sistemnya didasarkan pada

prinsip-prinsip dan kriteria

investasi syariah, serta meneliti

tentang sistem operasional

reksadana syariah pada BNI

Securities yang menggunakan

akad wakalah dan mudharabah

serta dalam operasional maupun

administrasi diawasi oleh Dewan

- Penulis meneliti tentang

pengaruh SBIS, IHSG,

dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap NAB Danareksa

Syariah Berimbang

periode 31 Januari 2008

– 31 Desember 2010.

-Metodologi penelitian

yang digunakan oleh

penulis adalah

kuantitatif, dengan

menggunakan regresi

Page 26: Layaly Rahmah Fsh

12

Pengawas Syariah (DPS).

-Metodologi penelitian adalah

kualitatif yang dilakukan dengan

cara menelaah litaratur

kepustakaan dan penelitian

lapangan. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif

kualitatif dalam bentuk desain

deskriptif dan metode

pengumpulan data dengan cara

observasi.

linear berganda, uji

hipotesis, dan asumsi

klasik.

- Variabel dependen

adalah Nilai Aktiva

Bersih Danareksa

Syariah Berimbang.

-Variabel independen

adalah SBIS, IHSG, dan

Nilai Tukar Rupiah.

Sumber: Studi Review Terdahulu

F. Kerangka Teori

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)13

Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah

surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam

mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.14

Hal ini sangat

berbeda dengan SBI Konvensional yang diterbitkan melalui lelang dengan

tingkat diskonto yang berbasis bunga (interest). Sedangkan SBIS

diterbitkan menggunakan akad/kontrak dengan akad ju‟alah. Akad ju‟alah

adalah janji atau komitmen (iltijam) untuk memberikan imbalan tertentu

(„iwadh) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu

pekerjaan.

13

Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),

h.217.

14 PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS). SE BI No. 10/17/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang Tata Cara Transaksi

Repo SBIS dengan Bank Indonesia. SE BI No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008

Perihal Perubahan Atas SE BI No. 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 Perihal Tata Cara

Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui Lelang.

Page 27: Layaly Rahmah Fsh

13

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)15

Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang

dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Jika Indeks Harga

Saham naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang

baik, bursa efek sedang maju, dan situasi pasar yang seperti ini pastilah

menunjukkan kondisi perekonomian, sosial, dan politik yang sedang

sehat. Para investor sering menggunakan IHSG sebagai patokan dalam

berinvestasi karena dengan IHSG, investor dapat menentukan saat

investasi sudah tiba, dan saat investasi dihentikan.

3. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah. Nilai tukar adalah nilai

mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap

mata uang negara lain. Besarnya jumlah mata uang tertentu yang

diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Kurs

Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami

perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara

substansional.16

Melemahnya rupiah berdampak buruk terhadap kegiatan konsumsi dan

investasi karena dua hal. Pertama, memicu kenaikan harga barang impor

15

Vonny Dwiyanti, Panduan Praktis Bermain Saham (Jakarta: Atma Media Press,

2010), h. 70-71.

16 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002) h178.

Page 28: Layaly Rahmah Fsh

14

dan inflasi, apalagi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)

sehingga memikul daya beli dan konsumsi masyarakat. Kedua, kenaikan

inflasi secara tajam akan memaksa Bank Indonesia (BI) menaikan suku

bunga secara tajam.17

Selain itu juga akan memukul konsumsi masyarakat

dan kegiatan investasi. Melemahnya kegiatan konsumsi dan investasi akan

menghambat pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.

4. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total

kekayaan Reksadana setiap harinya. Nilai ini dipegaruhi oleh pembelian

dan penjualan Reksadana oleh para investor.18

NAB per saham atau unit

penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah

dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham atau unit

penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.19

5. Danareksa Syariah Berimbang

Danareksa Syariah Berimbang merupakan salah satu reksadana yang

termasuk ke dalam jenis reksadana campuran. Danareksa Syariah

Berimbang yang dikelola oleh Fund Manager dan diperkenalkan pertama

17

Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi),

(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), h.314.

18 “Studi Tentang Profil dan Perilaku Investor Indonesia 2010”, Mars Research

Spesiallist, edisi Februari 2010, h.424

19 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Reksadana”, artikel ini diakses

pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Resadana.

Page 29: Layaly Rahmah Fsh

15

kali pada tahun 1998 yang merupakan salah satu produk yang

diluncurkan oleh PT. Danareksa Investment Management.20

Reksadana “Danareksa Syariah Berimbang” (Danareksa Syariah

Berimbang) adalah Reksadana terbuka berbentuk Kontrak Investasi

Kolektif (“KIK”) berdasarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

dan peraturan pelaksanaannya. Kontrak Investasi Kolektif Danareksa

Syariah Berimbang dituangkan dalam Akta No. 31 tanggal 15 November

2000 dan Addendum Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah

Berimbang No. 26 Tanggal 23 Juli 2002 yang dibuat dihadapan Notaris

Benny Kristianto, S.H. di Jakarta, antara PT. Danareksa Investment

Management sebagai Manajer Investasi dan ABN Amro Bank sebagai

Bank Kustodian yang kemudian digantikan oleh Citibank, N.A., Cabang

Indonesia sebagai Bank Kustodian.

Danareksa Syariah Berimbang bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan

nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang

berkelanjutan kepada pemodal yang hendak mengikuti Syariah Islam.

Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang akan diinvestasikan minimum

25% hingga maksimum 75% dalam Efek Ekuitas dan minimum 25%

hingga maksimum 75% dalam Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang

dengan mengikuti syariah Islam.

20

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251.

Page 30: Layaly Rahmah Fsh

16

G. Kerangka Pemikiran Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara

skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1.1

Skema: Kerangka Pemikiran Penelitian

Bank Indonesia Bursa Efek Jakarta

1. Indeks Harga Saham Gabungan

2. NAB Danareksa Syariah Berimbang

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah

2. Nilai Tukar Rupiah

Variabel Independen (X) :

SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah

Variabel Dependen (Y) :

NAB Danareksa Syariah Berimbang

Analisis Regresi Linear Berganda

Normalitas Multikolinieritas Autokorelasi Heteroskedastisitas

s

Uji t secara parsial Uji F secara Simultan Koefisien Determinasi

Analisa Hasil Regresi

Hipotesa

Variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Tidak terdapat

pengaruh secara parsial ataupun simultan terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB) perunit Danareksa Syariah Berimbang

Variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Terdapat

pengaruh secara parsial ataupun simultan terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB) perunit Danareksa Syariah Berimbang

Page 31: Layaly Rahmah Fsh

17

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, Kajian Pustaka, kerangka teori, kerangka pemikiran

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Pada bab ini membahas tentang reksa dana syariah yang

meliputi pengertian reksa dana syariah, jenis-jenis reksa dana

syariah, bentuk-bentuk reksa dana syariah, kelebihan reksa

dana syariah, risiko reksa dana syariah, nilai aktiva bersih reksa

dana syariah, dan pihak-pihak yang terkait dalam reksa dana

syariah, sertifikat bank Indonesia syariah, indeks harga saham

gabungan, nilai tukar rupiah, dan sekilas tentang dana reksa

syariah berimbang.

BAB III Pada bab ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai metodologi

penelitian terdiri dari ruang lingkup penelitian, teknik

pengumpulan data, sumber data, operasional variabel penelitian

meliputi variabel dependen dan variabel independent, dan akan

dibahas pula tentang teknik analisa data dan teknik penulisan

skripsi.

Page 32: Layaly Rahmah Fsh

18

BAB IV Pada bab ini akan menjawab semua perumusan masalah yang

ada di bab I dan akan membahas tentang hasil dan analisa data,

Uji Asumsi Klasik, Pengujian secara Statistik, dan Interpensi

Koefisien Variabel Independent.

BAB V Penutup, pada bab terakhir ini menjelaskan pokok-pokok kajian

dalam penelitian yang memuat kesimpulan dan saran.

Page 33: Layaly Rahmah Fsh

19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Reksadana Syariah

Reksadana Syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh

National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade

Equity dengan kapitalisasi sebesar U$ 150 Juta.21

Di Indonesia Reksadana

Syariah pertama kali diterbitkan pada tahun 1997 oleh PT. Danareksa

Investment Management.22

Menurut data Bapepam, nilai total NAB reksadana juga tercatat turun

18,74%. Jika pada tahun 2007 NAB Reksadana mencapai Rp.91,50 triliun,

maka pada tahun 2008 NAB Reksadana menjadi hanya Rp.74,35 triiun.

Namun untuk unit penyertaan Reksadana selama 2008 tetap tumbuh dari

Rp.53,59 milliar unit menjadi 61,51 miliar unit penyertaan di 2008 atau

berarti tumbuh 14,78%. jumlah Reksadana syariah bertambah dari 26 buah

Reksadana pada tahun 2007 menjadi 36 reksadana syariah selama tahun 2008

yang berarti meningkat 38,64%.23

21

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251

22 Iwan P. Pontjiwinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah (Jakarta: PT. Mizan

Publika, 2010), h.191.

23 Nurul Qomariyah,“NAB Reksa Dana Syariah Juga Tergerus Krisis Hingga

17,72%”, artikel ini di akses pada 28 Februari 2011 dari http://www.detikfinance.com//

Page 34: Layaly Rahmah Fsh

20

Pada tahun 2009, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah

sepanjang 2009 tercatat tumbuh 161% menjadi 4,63 triliun dari tahun lalu

1,77 triliun. Bapepam-LK juga mencatat ada 11 reksadana syariah yang

memperoleh pernyataan efektif Bapepam-LK. Melalui penambahan itu, total

Reksadana syariah yang beredar mencapai 46, naik 24,3% dari tahun 2008

sebanyak 36 reksadana syariah. Sedangkan sejak awal 2009 hingga akhir

Agustus 2009, produk Reksadana syariah yang dikelola oleh PT. Danareksa

Invesment Management, seperti produk Danareksa Indeks Syariah kelolaan

memberikan keuntungan 74%. Sedangkan, Danareksa Syariah Berimbang

menghasilkan keuntungan 76,87%.24

Reksadana Syariah merupakan Reksadana yang pengelolaan dan

kebijakan investasinya mengacu pada syariat islam.25

Perbedaan yang paling

menonjol antara Reksadana syariah dengan Reksadana konvensional adalah

dalam Reksadana syariah terdapat proses “screening” atau filterisasi atas

instrument investasi dan proses “cleaning” untuk membersihkan pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan yang haram,26

seperti dari produsen makanan,

minuman berlkohol, dan perusahaan keuangan yang berbasis bunga yang

tidak sesuai prinsip syariah.

24

Herlina KD, “REKSADANA: Investor Makin Rajin Berburu Reksadana Syariah”.

artikel ini di akses pada 28 Februari 2011 dari http://investasi.kontan.co.id//

25 Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),

h. 168.

26 Ibid,. h.173.

Page 35: Layaly Rahmah Fsh

21

1. Pengertian Reksadana Syariah

Reksadana Syariah mengacu pada syariat islam baik dari cara

pengelolaan, kebijakan investasi, akad, pelaksanaan investasi, maupun dari

segi pembagian keuntungan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu,

masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam turut mendorong

perkembangan reksadana syariah, karena memenuhi kebutuhan sekelompok

investor yang ingin memperoleh pendapatan dengan cara yang halalan-

toyyibah.

Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut

ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara Pemodal

sebagai Pemilik harta (Shahibul Maal atau Rabbul Maal) dengan Manajer

Investasi sebagai wakil Shahibul Maal, maupun antara Manajer Investasi

sebagai wakil Shahibul Maal dengan pengguna investasi.27

Dengan demikian, Reksadana syariah adalah Reksadana yang

pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah islam.

Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari

perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat

misalnya industri peternakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam

operasionalnya dan bisnis yang mengandung maksiat.

27

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman

Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,

(Jakarta: PT Intermasa, 2003), Edisi Kedua, hlm. 121.

Page 36: Layaly Rahmah Fsh

22

Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No. 20/DSN-

MUI/IX/2000 ini memuat antara lain: 28

1. Dalam Reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang

bertentangan dengan syariah baik dari segi akad, pelaksanaan investasi

maupun dari segi pembagian keuntungan.

2. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai

dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah sudah melalui

penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba

usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat

utang yang sesuai dengan syariah.

3. Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah antara lain tidak boleh

melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan

ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan

makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa yang merusak

moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan pelaksanaan investasi

harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada

unsure yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan

penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading

atau menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi

28

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251-253.

Page 37: Layaly Rahmah Fsh

23

untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada

perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan dari modalnya.

4. Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam Reksadana syariah jika

struktur utang terhadap modal sangat tergantung pada pembiayaan dari

utang, yang pada intinya merupakan pembiayaaan yang mengandung

unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82%

(utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak

melanggar prinsip usaha yang islami.

5. Mekanisme operasional Reksadana syariah terdiri dari: wakalah, antara

manager investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manager

investasi dengan pengguna investasi.

6. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:

(1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manager

investasi) dan pengguna invests berdasarkan pada proporsi yang

ditentukan dalam akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada

jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal;

(2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan; dan

(3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko

kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena

kelalaian.

Page 38: Layaly Rahmah Fsh

24

7. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah

adalah:

(a) Dari saham dapat berupa:

a) Deviden yang merupkan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi

dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam

bentuk saham;

b) Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dulu yang

diberikan oleh emiten; dan

c) Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual

beli saham di pasar modal.

(b) Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima

secara periodik dari laba emiten.

(c) Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah: bagi hasil

yang diterima oleh issuer.

Peraturan Bapepam mengenai pengelolaan reksdana jelas menjamin

terhindarnya kondisi gharar dan maysir. Jadi, cara perolehannya sudah jelas

halal. Kemudian, portofolio Reksadana syariah hanya boleh berisi efek

syariah, sehingga zat-nya juga sudah halal. Kebersamaan pemodal dalam

Reksadana dan juga memberi manfaat dalam mencapai diversifikasi

portofolio yang optimal dan dapat membawa kemaslahatan bersama.29

29

Iwan P. Pontjiwinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah (Jakarta: PT. Mizan

Publika, 2010), h.194.

Page 39: Layaly Rahmah Fsh

25

Sehingga melalui Reksadana syariah diharapkan pemodal mendapat hasil

yang optimal dan halal.

2. Jenis-jenis Reksadana Syariah

Dalam memilih konsetrasi portofolio Reksadana yang dikelola oleh

manager investasi, maka investor dapat memilihnya berdasarkan jenis

Reksadana yang ditawarkan. Konsentrasi portofolio Reksadana, antara lain:30

1. Reksadana pasar uang

Reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek yang jatuh tempo

kurang dari satu tahun, disini Reksadana syariah dapat berinvestasi pada

Sertifikat Bank Indonesia Syariah, deposito syariah dan sertifikat deposito

syariah, Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank, dan surat berharga

ain yang berjangka kurang dari 1 tahun yang sesuai dengan prinsip

syariah.

2. Reksadana pendapatan tetap

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari

aktivitasnya dalam bentuk efek berbentuk obligasi syariah, yaitu obligasi

syariah yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI.

30

Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),

h. 194-195.

Page 40: Layaly Rahmah Fsh

26

3. Reksadana saham.

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dalam

efek bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang tercatat di Jakarta

Islamic Index BEI.

4. Reksadana Campuran

Reksadana yang melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas

(saham) syariah dan efek yang bersifat obligasi syariah yang

prbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut di atas.

5. Reksadana Index,

Reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan

kinerja yang mengikuti kinerja Indeks tertentu (misalnya, S&D 500, Dow

Jones 30, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), atau Jakarta Islamic

Indeks (JII) dengan biaya minimal. Nama-nama saham maupun bobot

masing-masing saham investasinya akan mirip dengan indeks. Selain

biaya rendah, reksadana ini reltif lebih transparan karena komposisi

portofolionya jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika

ada perubahan komposisi indeks yang diikuti.

6. Reksadana Terproteksi

Reksadana yang memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi

awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Kerena

memberikan jaminan proteksi, Reksadana ini cenderung diinvestasikan

Page 41: Layaly Rahmah Fsh

27

pada instrument pasar modal dan pasar uang yang lebih aman, misalnya

dalam obligasi yang termasuk dalam kategori layak investasi.

3. Bentuk-bentuk Reksa Dana Syariah

Berdasarkan ketentuan pasal 18 Undang Undang Pasar Modal No. 8

Tahun 1995, ada dua bentuk Reksadana, yaitu berbentuk perseroan dan

berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). 31

1. Badan Hukum Perseroan (PT)32

Reksadana perseroan (PT) merupakan badan hukum tersendiri yang

didirikan untuk melakukan kegiatan Reksadana. Sebagaimana halnya

suatu badan hokum PT, maka Reksadana yang berbentuk perseroan

memiliki suatu anggaran dasar, pemegang saham, pengurus atau direksi,

kekayaan sendiri dan kewajiban. Ciri-ciri Reksadana PT antara lain:

1) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT)

2) Pengelola kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara Direksi

Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.

3) Penyimpanan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara

manajer investasi dengan kustodian.

31

M Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Mitra Wacana Media,

2008), h. 62.

32 Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.183-185.

Page 42: Layaly Rahmah Fsh

28

2. Kontrak Investasi Kolektif

Resadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan hokum tersendiri.

Reksadana melakukan kegiatannya berdasarkan kontrak yang dibuat oleh

manajer investasi dan bank kustodian. Investor secara kolektif

mempercayakan dananya kepada manajer investasi untuk dikelola. Dana

yang terhimpun tersebut disimpan dan diadministrasikan pada bank

kustodian. Selanjutnya secara bersama-sama dikelola oleh manajer

investasi dalam bentuk portofolio adalah milik investor secara bersama-

sama dan proporsional.

Hal ini sangat berbeda dengan pembentukan Reksadana perseroan,

dimana pendiri harus terlebih dahulu mendirikan PT kemudian menunjuk

manajer investasi dan bank kustodian, Reksadana KIK pembentukannya

lebih sederhana. Perusahaan efek atau pihak lain yang telah memperoleh

izin investasi mengajukan pernyataan pendaftaran dalam rangka

penawaran umum Reksadana KIK kepada Bapepam dengan

menyampaikan dokumen sebagai berikut, kontrak investasi kolektif yang

dibuat oleh manajer investasi dengan bank Kustodian secara notarial,

prospektus, pendapat konsultan hokum dan laporan keuangan awal.

Ciri-ciri Reksadana KIK, antara lain:

1. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

Page 43: Layaly Rahmah Fsh

29

2. Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan

kontrak.

3. Penyimpanan kekayaan kolektif dilaksanakan oleh bank kustodian

berdasarkan kontrak.

4. Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor

yang membeli.

5. Unit penyertaan tidak dicatat di bursa.

6. Investor dapat menjual kembali (redemption) unit penyertaan yang

dimilikinya kepada manajer investasi yang mengelola.

7. Hasil penjualan atau pembayaran kembali unit penyertaan akan

dibebankan kepada Reksadana.

8. Harga jual atau beli unit penyertaan didasarkan atas Nilai Aktiva

Bersih (NAB) per unit dihitung oleh Bank Kustodian secara harian.

4. Kelebihan Reksa Dana Syariah

Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur, yaitu

return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan

dalam berinvestasi melalui Reksadana, yaitu:33

33

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah,

(Jakarta: Kencana), h.12.

Page 44: Layaly Rahmah Fsh

30

1. Diversifikasi Investasi

Diversifikasi yang berwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan

tingkat risiko. Reksadana melakukan diversifikasi dalam berbagai

instrument efek, sehingga dapat menyebarkan risiko atau memperkecil

risiko. Investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat

melakukan diversifikasi investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil

risiko. Hal ini berbeda dengan pemodal individual yang misalnya hanya

dapat membeli satu atau dua jenis efek saja.

2. Kemudahan Investasi

Reksadana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar

modal. Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan pelayanan

administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan.

Kemudahan juga diperoleh investor dalam melakukan reinvestasi

pendapatan yang diperolehnya sehingga unit penyertaannya dapat terus

bertambah.

3. Efisiensi biaya dan waktu

Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka biaya

investasinya akan lebih murah bila dibandingkan dengan investor

melakukan transaksi secara individual di bursa. Pengelolaan yang

dilakukan manajer investasi secara professional, tidak perlu bagi investor

untuk memantau sendiri kinerja investasinya tersebut.

Page 45: Layaly Rahmah Fsh

31

4. Tingkat likuiditas yang baik34

Artinya kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari

Reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah Reksadana untuk

saham-sahamyang telah dicatatkan dibursa di mana transaksi terjadi setiap

hari, tidak seperti deposto berjangka atau sertifikat deposito berjangka

periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham

atau unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang di buat

masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor untuk

mengelola kasnya.

5. Manajer Profesional

Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari peluang

investasi yang paling baik untuk Reksadana tersebut. Pada prinsipnya,

manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi

bagi pemegang saham atau unit Reksadana. Adapun pilihan investasi itu

sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari Reksadana tersebut.

6. Pelayanan bagi pemegang saham35

Reksadana biasanya menawarkan daya tarik kepada pemegang sahamnya

misalnya dengan menjanjikan untuk melakukan reinvestasi terhadap

34

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h.257.

35 Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, (Jakarta: FEUI

2004), h. 261.

Page 46: Layaly Rahmah Fsh

32

deviden dan capital again secara otomatis yang seharusnya diterima oleh

nasabah.

5. Risiko Reksa Dana Syariah

Di samping keuntungan-keuntungn yang akan mereka dapatkan,

terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui Reksadana,

antara lain:36

1. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik.

Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan

terhadap perubahan ekonomi internasional. Perubahan kondisi

perekonomian dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan

khususnya di bidang Pasar Uang dan Pasar Modal merupakan factor yang

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang tercatat di

Bursa Efek di Indonesia, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

kinerja portofolio Reksadana.

36

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h258-259

Page 47: Layaly Rahmah Fsh

33

2. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.

Nilai Unit Penyertaan Reksadana data berfluktuasi akibat kenaikan atau

penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksadana. Penurunan dapat disebabkan

oleh, antara lain:

a. Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya.

b. Biaya-biaya yang dikenakan setiap hari pemodal melakukan

pembelian dan penjualan.

3. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait.

Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal

memenuhi kewajibannya. Rean usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas

pada emiten, pialang, bank custodian dan agen penjualan.

4. Risiko Likuiditas.

Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari

portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali

(melunasi) dengan menyediakan uang tunai.

5. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada saat Pengajuan

Klaim Asuransi.

Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat berharga

dan asset Reksadana yang disimpan di bank kustodian, Bank Kustodian

dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian surat-

surat berharga tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut,

Page 48: Layaly Rahmah Fsh

34

manajer investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atas surat-

surat berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi

investasi ini dapat berpengaruhi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) per

Unit penyertaan.

6. Risiko Pasar

Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuatif

sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di

pasar efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio,

terutama jika terjadi korelasi atau pergerakan negative.

7. Risiko Inflasi.

Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return

investasi pendapatan yang diterima dari investasi dalam Reksadana bias

jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of

purchasing power).

8. Risiko Nilai Tukar

Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri daam portofolio

yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas

yang termasu Foreign Invesment setelah dilakukan konversi dalam mata

uang domestik.

9. Risiko Spesifik.

Page 49: Layaly Rahmah Fsh

35

Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Di samping

dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko

sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja

perusahaannya sedang tidak bagus atau juga adanya kemungkinan

mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya.

6. Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah

Pada Reksadana untuk mengetahui seberapa besar tingkat

pengambilan investasi reksadana tersebut, investor dapat melihat dan

mengamati data-data historis yang ditampilkan dari masa lalu hingga saat

sekarang. Data historis yang dapat dengan mudah dicermati adalah Net Asset

Value (NAV) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan

Reksadana.37

Jadi, NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur

dalam memantau hasil dari suatu Reksadana. NAB per saham/unit penyertaan

adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya

operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah

beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.38

Baik tidaknya kinerja investasi portofolio yang dikelola oleh manajer

investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan strategi investasi yang dijalankan

37

Yuni Elvira dan Fiteriyanto, “NAB Reksadana Berlomba dengan Tingkat Suku

Bunga”, Jurnal Pasar Modal, No. 06/VIII/Juni 1997, h.23.

38 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Reksadana”, artikel ini

diakses pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

Page 50: Layaly Rahmah Fsh

36

oleh manajer investasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk mengetahui

perkembangan nilai investasi suatu Reksadana dapat dilihat dari peningkatan

nilai aktiva bersihnya yang sekaligus merupakan nilai investasi yang dimiliki

oleh investor.

Menghitung Nilai Aktiva Bersih Reksadana per saham atau per unit

penyertaan pada dasarnya merupakan tugas bank kustodian. Dalam

perhitungan NAB Reksadana telah dimasukkan semua biaya seperti biaya

pengelolaan investasi oleh manajer investasi (investment management fee),

biaya bank kustodian, biaya akuntan publik dan biaya-biaya lainnya.

Pembebanan biaya-biaya tersebut selalu dikurangkan dari Reksadana setiap

hari sehinga Nilai Aktiva Bersih yang diumumkan oleh ban custodian

merupakan nilai investasi yang dimiliki investor.39

Nilai Aktiva Bersih Reksadana pada suatu periode dapat dihitung

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu:

Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban

Nilai Aktiva Bersih per Unit:

Total per Unit = Total Nilai Aktiva Bersih

Total Unit Penyertaan Saham yang diterbitkan

39

Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, (Jakarta: FEUI

2004), h. 260.

Page 51: Layaly Rahmah Fsh

37

Di mana:

Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih padaperiode tertentu

NAB per Unit = NAB Per saham atau unit penyertaan pada periode tertentu

7. Pihak-pihak yang terkait dalam Reksa Dana Syariah40

1. Bapepam-LK

Bapepam-LK berada di bawah Departemen Keuangan Republik

Indonesia yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari

kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan

dan standarisasi teknis di bidang lembaga keuangan.

2. Pengelola Investasi (Manajer Investasi)

Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh perusahaan yang telah

mendapatkan izin dari Bapepam-LK sebagai manajer investasi.

Perusahaan pengelola Reksadana dapat berbentuk:

1) Perusahaan efek yang secara umum berbentuk divisi tersendiri atau

PT yang khusus menangani Reksadana, selain dua divisiyang lain

yakni perantara pedagang efek (broker dealer) dan penjaminan

emisi (underwriter).

2) Perusahaan secara khusus yang bergerak sebagai perusahaan

Manajemen Investasi (PMI) atau Manajer Investasi (MI).

40

Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),

h. 182-183.

Page 52: Layaly Rahmah Fsh

38

3. Bank Kustodian

Bank Kustodian berwenang dan bertanggung jawab dalam menyimpan,

menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan serta

pembayaran atau penjualan kembali suatu Reksadana berdasarkan kontrak

yang telah dibuat dengan manajer investasi.

4. Notaris

Notaris berwenang mengeluarkan akta badan hukumpengelola investasi

baik pendirian maupun pembubaran, menyaksikan pengesahan dokumen

kontrak investasi pada tahap persiapan dan perikatan lainnya.

5. Konsultan Hukum

Konsultan Hukum bertugas meneliti aspek-aspek hokum emiten dan

memberikan pendapata segi hokum (legal opinion) tentang keadaan dan

keabsahan usaha emiten.

6. Akuntan Publik.

Akuntan Publik yang disahkan oleh BPKP, bertugas antara lain

melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan

memberikan pendapatnya, memeriksa pembukuan, apakah sudah sesuai

dengan prinsip akuntansi Indonesia dan ketentuan Bapepam-LK serta

member petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik (apabila

diperlukan).

7. Agen Penjual.

Page 53: Layaly Rahmah Fsh

39

Agen penjual adalah pihak yang menjualkan produk-produk yang dikelola

oleh manajer investasi kepada nasabah baik perorangan maupunbadan

hukum.

B. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama

dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan PBI Nomor

10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia

Syariah.41

SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka

waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia.42

Adapun karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

adalah:43

1) Menggunakan akad Ju‟alah;

2) Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);

3) Berjangka jangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12

bulan;

41

Bank Indonesia, “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009” h.13

42 PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS). SE BI No. 10/17/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang Tata Cara Transaksi

Repo SBIS dengan Bank Indonesia. SE BI No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008

Perihal Perubahan Atas SE BI No. 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 Perihal Tata Cara

Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui Lelang.

43 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h.127.

Page 54: Layaly Rahmah Fsh

40

4) Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

5) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan

6) Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.

Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

melalui lelang yang melibatkan:

1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau

pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan

2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta

tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit

Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) data direpokan kepada Bank

Indonesia. Repo SBIS berdasarkan qard yang diikuti dengan rahn. BUS atau

UUS terlebih dulu wajib menandatangani perjanjian pengagunan SBIS dalam

Rangka Repo SBIS. Terhadap Repo SBIS dikenakan biaya Repo. Dengan

dikeluarkan instrument SBIS ini, maka:

1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah diterbitkan sebelum

Peraturan Bank Indonesia ini diberlakukan, tetap berlaku dan tunduk pada

ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal

16 Februari 2004 tentang SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo.

Page 55: Layaly Rahmah Fsh

41

2. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini,peraturan Bank

Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.44

C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Peningkatan atau penurunan harga saham yang direflesikan oleh

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan

pekembangan perusahaan atau industry suatu negara.45

Perubahan IHSG

bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu

negara. Artinya maju mundurnya suatu negara bias dilihat dari Indeks Harga

Saham Gabungan suatu negara tersebut.

Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan

dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena nilai

portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini.

Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah

dengan pergerakan indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-

vaiabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uang,surplus neraca

perdagangan, cadangan devisa dan inflasi. 46

44

Ibid,. h. 127

45 Bahtiar Usman, “Pengaruh Suku Bunga Deposito, PDB, dan Volume Perdagangan

Saham terhadap IHSG di Indonesia”, Media Riset Bisnis dan Manajemen (april 2007), h.99

46 Budi Frensidy, “Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asig, Kurs, dan Indeks Hang

Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI dengan Model GARCH”, Media Riset

Bisnis & Manajemen (vol. 8. No.3, Desember 2008), h. 213.

Page 56: Layaly Rahmah Fsh

42

Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak

masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan

menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah

menurun. Sebagian modal asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham

sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya.

Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga

Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat

dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisanya berupa

perubahan harga saham, dari waktu ke waktu.47

IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek

secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham.

Rata-rata IHSG = Jumlah IHSG periode harian selama 1 bulan

Jumlah periode waktu selama 1 bulan

IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka

positif yang menyertai perubahan IHSG mnunjukkan kenaikan dari IHSG

sebelumnya. Angka negative menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG

sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah menunjukkan bahwa

kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar dan menjadi

47

Vonny Dwiyanti, Panduan Praktis Bermain Saham (Jakarta: Atma Media Press,

2010), h. 71-72.

Page 57: Layaly Rahmah Fsh

43

indicator yang sangat penting bagi pelaku di pasar modal khususnya pasar

saham.48

D. Nilai Tukar Rupiah49

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau

nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.

Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang

dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Kurs mata uang Indonesia saat ini biasanya dinyatakan terhadap USD.

Sehingga ketika USD menguat terhadap Rupiah maka nilai tukar mata uang

rupiah menurun (depreciated) ataupun sebaliknya.50

Perubahan ini besarnya

tidak proporsional untuk setiap mata uang asing sebab banyak faktor yang

bepengaruh terhadap kuat lemahnya mata uang suatu negara.

Turunnya nilai rupiah terhadap USD membuat para investor ragu akan

kinerja emiten dapat berkembang dengan baik. Selain itu, sulitnya untuk

mengantisipasi gerak fluktuasi rupiah membuat para investor bimbang. Hal

tersebut dapat menyebabkan indeks-indeks di bursa efek Jakarta yang terus

menerus berfuktuasi tersebut cenderung turun dengan tajam.

48

Ibid,. h.73

49 Sukirno, Sadono, “Pengantar Teori Makro Ekonomi”. Edisi Kedua, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2002).h.358.

50 Anonim, “Laporan Tahunan Bank Indonesia” (Bank Indonesia Jawa Timur,

Surabaya 1996), h.46.

Page 58: Layaly Rahmah Fsh

44

Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu

unit mata uang terhadap mata uang negara lain. besarnya jumlah mata uang

tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut

dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu negara

mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar

secara substansional.51

Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh

perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang

negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam

menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko

nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh

perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut.

Sistem Nilai Tukar

Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu: pertama,

sistem nilai tukar tetap (Fixed Exchanged Rate), kedua, sistem nilai tukar

mengambang (Floating Exchanged Rate), ketiga, sistem nilai tukar

mengambang terkendali (Managed Floatig Exchanged Rate).52

51

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002) h178.

52 Mugi Rahardjo, “Ekonomi Moneter”, (Surakarta: UNS Press, 2009).

h.109-111.

Page 59: Layaly Rahmah Fsh

45

a. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchanged Rate)

Merupakan nilai tukar (kurs) suatu mata uang terhadap mata uang lain

ditetapkan pada nilai tertentu, misalkan: nilai tukar mata uang rupiah

terhadap mata uang dollar Amerika adalah Rp. 8.000, per dollar. Pada

sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap menjual atau membeli

kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan

pemerintah, sebab sebetulnya nilai tukar mata uang dengan mata uang

lain bergantung atas permintaan dan penawaran mata uang itu sendiri.

Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank

sentral dapat melakukan devaluasi atau revaluasi atas nilai tukar yang

ditetapkan.

Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada suatu

negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang negara

tersebut terhadap mata uang lainnya; misal nilai tukar rupiah yang

semula ditetapkan sebesar Rp. 9.000,. per dollar AS diturunkan

menjadi Rp. 10.000,. per dollar AS. Sebaliknya, Revaluasi adalah

kebijakan menaikkan nilai tukar negara terhadap mata uang lain.

b. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchanged Rate).

Merupakan nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan

permintaan yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan

Page 60: Layaly Rahmah Fsh

46

menguat apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran, dan

sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan

penawaran di atas permintaan yang terjadi di pasar valuta asing.

Nilai tukar dikatakan melemah, apabila diperlukan nilai uang yang

lebih banyak untuk membeli valuta asing dalam jumlah yang sama,

misalnya nilai tukar rupiah melemah dari semula per dollar dapat

dibeli dengan Rp. 9.000,. menjadi Rp. 10.000,. per dollar. Bank sentral

dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan

menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli

devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak

nilai tukar yang berlebihan di pasar, akan tetapi intervensi dimaksud

tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau

dalam kisaran tertentu.

c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floatig

Exchanged Rate).

Merupakan sistem yang berada diantara kedua sistem nilai tukar di

atas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan

suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut

intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar akan ditentukan

sesuai mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batas kisaran pita

Page 61: Layaly Rahmah Fsh

47

intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas

bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatis

melakukan intervensi di pasar valuta asing, sehingga nilai tukar

bergerak kembali ke dalam pita intervensi.

Apabila nilai tukar rupiah menembus batas atas atau batas bawah dari

pita intervensi secara otomatis bank sentral akan menjual atau

membeli devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga nilai tukar

bergerak kembali ke dalam batas kisaran pita intervensi. Penetapan

lebarnya kisaran intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa

yang dimiliki bank sentral serta kemungkinan kebutuhan yag terjadi di

pasar. Umumnya hal ini akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai

dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar

valuta asing.

E. Sekilas Tentang Dana Reksa Syariah Berimbang53

Reksadana “Danareksa Syariah Berimbang” (Danareksa Syariah

Berimbang) adalah Reksadana terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif

(“KIK”) berdasarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan

peraturan pelaksanaannya. Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah

Berimbang dituangkan dalam Akta No. 31 tanggal 15 November 2000 dan

53

Danareksa Invesment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana

Danareksa Syariah Berimbang 2010,(Jakarta: Danareksa Invesment Management.2010) h.2-8.

Page 62: Layaly Rahmah Fsh

48

Addendum Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang No. 26

Tanggal 23 Juli 2002 yang dibuat dihadapan Notaris Benny Kristianto, S.H. di

Jakarta, antara PT. Danareksa Investment Management sebagai Manajer

Investasi dan ABN Amro Bank sebagai Bank Kustodian yang kemudian

digantikan oleh Citibank, N.A., Cabang Indonesia sebagai Bank Kustodian.

Danareksa Syariah Berimbang bertujuan untuk mendapatkan

pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh

pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak mengikuti

Syariah Islam. Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang akan diinvestasikan

minimum 25% hingga maksimum 75% dalam Efek Ekuitas dan minimum

25% hingga maksimum 75% dalam Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang

dengan mengikuti syariah Islam.

PT. Danareksa Investment Management selaku Manager Investasi

melakukan Penawaran Umum atas unit Penyertaan danareksa syariah

berimbang secara terus menerus sampai dengan 1.000.000.000 (satu milyar)

Unit Penyertaan. Setiap unit penyertaan danareksa syariah berimbang

ditawarkan dengan harga sama dengan NAB awal yaitu Rp 1.000,- (seribu

rupiah) per Unit Penyertaan pada hari pertama penawaran. Selanjutnya harga

pembelian setiap Unit Penyertaan danareksa syariah berimbang ditetapkan

berdasarkan NAB danareksa syariah berimbang pada hari bursa yang

bersangkutan. Jumlah Unit Penyertaan minimum yang dapat dibeli oleh setiap

Page 63: Layaly Rahmah Fsh

49

pihak pada pembelian pertama adalah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah), dan pada setiap pembelian berikutnya adalah sebesar Rp 500.000,-

(lima ratus ribu rupiah).

Karakteristik Syariah Berimbang54

a. Batasan Investasi; Danareksa Syariah Berimbang tidak akan membeli

saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang jenis dan ruang lingkup

kegiatan usahanya tidak sesuai dengan prinsip Syariah Islam.

b. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah; bertugas memberikan arahan

kegiatan Manajer Investasi agar senantiasa sesuai dengan Syariah Islam.

c. Tata Cara Investasi; Investasi dalam Danareksa Syariah Berimbang

dilakukan dengan menghindari gharar (resiko yang tidak wajar) dan

maysir (bersifat judi).

d. Penyisihan Pendapatan; Pendapatan yang tidak sesuai dengan Syariah

Islam harus disisihkan dan akan dikeluarkan dari hasil investasi syariah

berimbang dalam bentuk shadaqah. Penyaluran shadaqah ini akan diaudit

dalam laporan keuangan.

e. Penyaluran Zakat Maal; Manajer Investasi menawarkan jasa untuk

memotong dan menyalurkan Zakat Maal para Pemegang Unit Penyertaan.

54

Ibid., h.8-9

Page 64: Layaly Rahmah Fsh

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, data yang didapat, diolah, dan

dikembangkan dengan berbagai macam cara dapat digunakan, misalnya tahun

penelitian, teknik analisis, dan lain sebagainya. Akan tetapi mengingat

keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya

terbatas pada 1 (satu) jenis Reksadana syariah saja, yaitu Danareksa Syariah

Berimbang yang merupakan jenis Reksadana campuran yang diterbitkan oleh

PT. Danareksa Invesment Management. Ruang lingkup penelitian ini adalah

melihat pengaruh 3 (tiga) variabel Independent yaitu Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai

Tukar Rupiah terhadap Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Nilai

Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang pada periode 31 Januari 2008

sampai dengan 31 Oktober 2010.

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penulis melihat keterkaitan

hubungan dan mengkontekstualisasikan keterangan dari data lapangan..

Penulis juga langsung melakukan penelitian di dua lokasi, yaitu pada Pusat

Layanan Informasi pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEJ dan

Perpustakaan Bank Indonesia (BI). Penelitian ini juga bersifat kuantitatif

Page 65: Layaly Rahmah Fsh

51

artinya berkaitan dengan angka-angka dan dapat diukur yang digunakan untuk

melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, obyek penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Reksadana Syariah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa

Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksadana campuran yang

dikeluarkan oleh PT. Danareksa Invesment Management dan obyek penelitian

lain seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah pada periode 31 Januari 2008

hingga 31 Oktober 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 hingga pada

31 Oktober 2010.

C. Sumber Data

Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu

dikumpulkan lagi. Data sekunder ini dalam bentuk Laporan Bulanan antara

lain Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang, Sertifikat

Page 66: Layaly Rahmah Fsh

52

Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan

Nilai Tukar Rupiah yang penulis peroleh dari publikasi Bursa Efek Jakarta

serta Laporan bulanan Bank Indonesia dan data lainnya melalui internet

(internet research) seperti www.bi.go.id, www.idx.co.id dan lain-lain.

Selain itu, Penelitian ini dilakukan juga dengan cara library research

atau mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari

berbagai literature, serta mencatat teori-teori yang didapat dari buku-buku,

majalah, jurnal, artkel, atau karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan

penelitian ini.

Data-data sekunder yang dipergunakan oleh penulis dalam rangka

menjawab penelitian pada bab IV adalah sebagai berikut:

1. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang dan Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada Pusat

Referensi Pasar Modal (PRPM) setiap bulannya selama periode 31 Januari

2008 sampai dengan 31 Oktober 2010.

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Nilai Tukar Rupiah pada

Laporan Bulanan Bank Indonesia selama periode 31 Januari 2008 sampai

dengan 31 Oktober 2010.

Page 67: Layaly Rahmah Fsh

53

D. Operasional Variabel Penelitian

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Adapun data SBIS selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS)

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 3189 3488 3373

FEBRUARI 3717 3192 2972

MARET 2135 2135 2425

APRIL 2829 2361 3027

MEI 2110 2539 1656

JUNI 2042 1819 2734

JULI 1175 1253 2576

AGUSTUS 438 2321 1882

SEPTEMBER 413 2635 2310

OKTOBER 453 2835 2783

NOVEMBER 1063 2142

DESEMBER 2545 3076

Page 68: Layaly Rahmah Fsh

54

SBIS merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investor dalam

berinvestasi. Apabila SBIS naik maka investor akan beralih pada kegiatan

investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks

pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan

beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal

seperti reksadana syariah.

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa SBIS Mengalami penurunan dan

kenaikan, yakni : untuk tahun 2008 dimana nilai SBIS tertinggi terjadi pada

bulan bulan Februari yaitu dengan nilai 3717, sedangkan nilai SBIS terendah

terjadi di bulan September yaitu dengan nilai 413. Selanjutnya untuk tahun

2009 dimana nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 3488,

sedangkan nilai SBIS terendah terjadi di bulan Juli dengan nilai 1253.

Selanjutnya untuk tahun 2010 dimana nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan

Januari dengan nilai 3373, sedangkan nilai SBIS terendah terjadi di bulan Mei

yaitu dengan nilai 1656. Jadi selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober

2010 menunjukkan nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Februari 2008

dengan nilai 3717 dan nilai SBIS terendah terjadi pada bulan September 2008

yaitu dengan nilai 413.

Page 69: Layaly Rahmah Fsh

55

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang

dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Jika Indeks Harga

Saham naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang

baik. Para investor sering menggunakan IHSG sebagai patokan dalam

berinvestasi karena dengan IHSG, investor dapat menentukan saat investasi

sudah tiba. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

investor untuk mengembangkan investasi. Adapun data Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) periode 31 Januari 2008 – 31 Februari 2010 :

Tabel 3.2

Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 2627.251 1332.667 2610.796

FEBRUARI 2721.944 1285.476 2554.674

MARET 2447.299 1434.074 2777.301

APRIL 2304.516 1722.766 2971.252

MEI 2444.349 1916.831 2796.957

JUNI 2349.105 2026.780 2913.684

JULI 2304.508 2323.236 3069.280

AGUSTUS 2165.943 2341.537 3081.884

SEPTEMBER 1832.507 2467.591 3501.296

OKTOBER 1256.704 2367.701 3635.324

NOVEMBER 1241.541 2415.837

DESEMBER 1355.408 2534.356

Page 70: Layaly Rahmah Fsh

56

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa data IHSG mengalami penurunan dan

kenaikan, yakni untuk tahun 2008 dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada

bulan Februari yaitu dengan nilai 2721.944, sedangkan nilai IHSG terendah

terjadi di bulan November yaitu dengan nilai 1241.541. Selanjutnya untuk

tahun 2009 dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu

dengan nilai 2534.356, sedangkan nilai IHSG terendah terjadi pada bulan

Februari yaitu dengan nilai 1285.476. Selanjutnya untuk tahun 2010 dimana

nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu dengan nilai 3635.324,

sedangkan nilai IHSG terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai

2554.674. Jadi Selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

menunjukkan nilai IHSG tertinggi terjadi di bulan Oktober 2010 yaitu dengan

nilai 3635.324 dan nilai IHSG terendh terjadi pada bulan November 2008

yaitu dengan nilai 1241.541.

3. Nilai Tukar Rupiah.

Nilai Tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal

yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Risiko nilai kurs

merupakan risiko yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata uang

domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang

menggunakan mata uang dalam menjalankan aktivitas operasional dan

investasinya akan menghadap risiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar

Page 71: Layaly Rahmah Fsh

57

yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Adapun data nilai tukar rupiah terhadap 1 USDollar menurut

Bank Indonesia (kurs BI) pada setiap akhir bulan selama periode Januari 2008

hingga Oktober 2010 adalah:

Tabel 3.3

Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 9291 11355 9365

FEBRUARI 9051 11980 9335

MARET 9217 11575 9115

APRIL 9234 10713 9012

MEI 9318 10340 9180

JUNI 9225 10225 9083

JULI 9118 9920 8952

AGUSTUS 9153 10060 9041

SEPTEMBER 9378 9681 8924

OKTOBER 10995 9545 8928

NOVEMBER 12151 9480

DESEMBER 10950 9400

Page 72: Layaly Rahmah Fsh

58

Pada Tabel 3.3 Menunjukkan adanya fluktuatif nilai tukar rupiah

terhadap dollar, yakni untuk tahun 2008 dimana nilai tukar rupiah sangat

melemah terhadap dollar terjadi pada bulan November 2008 yaitu dengan

nilai Rp. 12.151, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar

terjadi di bulan Februari 2008 yaitu dengan nilai Rp. 9.051. Selanjutnya untuk

tahun 2009 dimana nilai tukar rupiah sangat melemah terhadap dollar terjadi

pada bulan Februari 2009 yaitu dengan nilai Rp. 11.980, sedangkan nilai

tukar rupiah paling kuat terhadap dollar terjadi di bulan Desember 2009 yaitu

dengan nilai Rp. 9.400. Selanjutnya untuk tahun 2010 dimana nilai tukar

rupiah sangat melemah terhadap dollar terjadi pada bulan Januari 2010 yaitu

dengan nilai Rp. 9.365, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap

dollar terjadi di bulan Juli 2010 yaitu dengan nilai Rp. 8.952. Jadi Selama

periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai tukar

rupiah paling lemah terhadap dollar terjadi pada bulan November 2008 yaitu

dengan nilai Rp. 12.151 dan nilai tukar rupiah yang paling kuat terjadi pada

bulan Juli 2010 sebesar Rp. 8.952.

4 . Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang

NAB merupakan salah satu tolak ukur untuk memantau hasil dari

Reksadana syariah. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung

pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB

mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit

Page 73: Layaly Rahmah Fsh

59

Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya

nilai investasi pemegang saham atau unit penyertaan. Adapun data NAB

Perunit Danareksa Syariah periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Data NAB/unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

NAB/Unit BULANAN DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 3359.98 1930.98 3757.27

FEBRUARI 3493.89 1998.82 3777.74

MARET 3225.54 2095.75 3946.89

APRIL 3097.65 2361.28 4195.3

MEI 3188.87 2,752,23 3654.46

JUNI 3133.53 2905.76 4009.63

JULI 2906.19 3269.4 3269.4

AGUSTUS 2757.45 3436.95 4157.24

SEPTEMBER 2449.59 3541.87 4436.35

OKTOBER 1822.45 3486.96 4626.12

NOVEMBER 1911.07 3527.12

DESEMBER 1960.21 3742.71

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa data NAB mengalami penurunan dan

kenaikan, yakni untuk tahun 2008 dimana nilai NAB tertinggi terjadi bulan

Februari yaitu dengan nilai 3493.89 sedangkan nilai NAB terendah terjadi di

bulan Oktober dengan nilai 1822.45. Selanjutnya untuk tahun 2009 di mana

nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 3742.71,

Page 74: Layaly Rahmah Fsh

60

sedangkan Nilai NAB terendah terjadi di bulan Januari dengan nilai NAB

1930.98. Selanjutnya pada tahun 2010 dimana nilai NAB tertinggi terjadi

pada bulan Oktober yaitu dengan nilai 4626.12, sedangkan nilai NAB

terendah terjadi pada bulan Juli yaitu dengan nilai 3269.4. Jadi selama

periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai NAB

tertinggi terjadi di bulan Oktober 2010 yaitu dengan nilai NAB 4626.12 dan

nilai NAB terendah terjadi pada bulan Oktober 2008 yaitu dengan nilai NAB

1822.45

E. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2007”.

F. Teknik Analisa Data

Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Mendata Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang

selama periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010.

2. Mendata Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD periode 31

Januari sampai dengan 31 Oktober 2010.

Page 75: Layaly Rahmah Fsh

61

3. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan

pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa

Syariah Berimbang sebagai reksadana Campuran. Selanjutnya data-data

tersebut akan diolah dengan menggunakan software SPSS Release 16.0

for windows. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan analisis statistic melalui pendekatan Regresi

Linear Berganda dan uji asumsi klasik, uji F, uji t, dan koefisien

determinasi dan selanjutnya akan dianalisis hasil regresi tersebut.

a. Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Digunakan untuk menguji apakah data tersebut normal atau

tidak. Data penelitian harus berdistribusi normal, salah satu cara untuk

mendeteksi asumsi normalitas adalah dengan melihat normal P. Plot.

Jika titik-titik mendekati garis diagonal, maka dapat dikatakan data

penelitian tersebut berdistribusi normal. Sebaiknya, jika titik-titiknya

menjauhi garis diagonal maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Lawan

Heteroskedasitas adalah Homoskedastisitas yang merupakan

kesamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data

yang tidak ada masalah Heteroskedastisitas (harus Homoskedastisitas).

Page 76: Layaly Rahmah Fsh

62

Salah satu cara untuk mendeteksi Heteroskedastisitas adalah dengan

melihat Scatter Plot. Jika titik-titiknya menyebar di daerah + dan -

serta tidak membentuk pola, maka data tersebut tidak ada masalah

Heteroskedastisitas. Jika titik-titiknya menyebar di daerah + dan -

serta membentuk pola, maka dapat dikatakan data tersebut ada

masalah Heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Terjadi jika variabel bebasnya saling berkorelasi satu sama

lain. Data yang baik tidak boleh ada masalah Multikolinearitas. Salah

satu cara untuk mendeteksi Multikolinearitas adalah dengan melihat

nilai VIF dan tolerance.

Jika nilai VIF < 10 dan tollerance > 0,1 maka dapat dikatakan tidak

ada masalah Multikolinearitas

Jika nilai VIF > 10 dan tolerance < 0,1 maka dapat dikatakan ada

masalah Multikolinearitas.

4. Uji AutoKorelasi

Terjadi jika kesalahan pengganggu saling berkorelasi satu

sama lain. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi

adalah dengan melihat nilai Durbin-Watsson. Jika nilai Durbin

Watson pada print out berada di antara -2 dan 2, berarti, tidak ada

Page 77: Layaly Rahmah Fsh

63

masalah autokorelasi. Data yang baik adalah yang tidak ada masalah

autokorelasi.

-2 0 +2

Ada Autokorelasi Tidak ada Autokorelasi Ada Autokorelasi

b. Uji Statistik t (t - test)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.55

Uji t bertujuan untuk

mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model

persamaan regresi, kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:

Apabila t hitung > t tabel atau t statistik < 0.05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Apabiila t hitung < t tabel atau t statistic > 0,05, maka Ha ditolak dan

Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat.

55

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,

(Semarang: Balai Penerbit Unversitas Diponogoro, 2005),h.85.

Page 78: Layaly Rahmah Fsh

64

c. Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

digunakan dalam model regresi secara bersama-sama yang mampu

menjelaskan variabel terikatnya. Kriteria keputusannya sebagai

berikut:

Apabila F hitung > F tabel atau F statistic < 0.05 maka Ho ditolak dan

Ha diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Apabila F hitung < F tabel atau F statistic > 0.05 maka Ha ditolak dan

Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

varibel bebas terhadap variabel terikat.

d. Koefisien Determinasi (R²)

Bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas

(independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent

variable). Dengan kata lain, koefisien determinasi dilakukan untuk

melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara

bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.

Adapun rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

KD= r2

X 100%

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi

Page 79: Layaly Rahmah Fsh

65

e. Regresi Linear Berganda (multiple linear regresion)

Yaitu apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih

dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas Y). dalam regresi

linear berganda, variabel tidak bebas Y tergantung bisa dua atau lebih

dari itu.56

Ada cara untuk menuliskan persamaan regresi linear berganda yang

mencakup dua atau lebih variabel, yaitu sebagai berikut:

Yi = A + B1 X1i + B2 X2i + … +Bk Xki + €i

f. Hipotesa

Hipotesa merupakan pernyataan yang didefinisikan dengan

baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang

dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol dan

hipotesis alternative. Hipotesis nol adalah hipotesis yang akan diterima

kecuali bahwa data yang dikumpulkan salah. Hipotesis alternative

akan diterima hanya data yang dikumpulkan mendukung.57

Dalam hal

ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan hipotesa sebagai

berikut:

56

J. Supranto, Ekonometrik Buku Satu, (Jakarta: Ghalia Indonesia),h.148.

57 Ety Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2007).h.104.

Page 80: Layaly Rahmah Fsh

66

H01= tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari SBIS terhadap

NAB Danareksa Syariah Berimbang.

Ha1= terdapat pengaruh yang signifikan dari SBIS terhadap NAB

Danareksa Syariah Berimbang.

H02= tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap

NAB Danareksa Syariah Berimbang.

Ha2= terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap NAB

Danareksa Syariah Berimbang.

H03= tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Tukar

Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.

Ha3= terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.

H04= tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari

SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa

Syariah Berimbang.

Ha4= terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari SBIS,

IHSG dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa

Syariah Berimbang.

Page 81: Layaly Rahmah Fsh

67

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

A. Uji Asumsi Klasik

1. Asumsi Normalitas

Digunakan untuk menguji data penelitian normal atau tidak. Data

penelitian harus berdistribusi normal, salah satu cara untuk mendeteksi

asumsi normalitas adalah dengan melihat Normal Probability Plot.. Dan

setelah melakukan pengolahan data menggunakan SPSS Release 16.0 for

windows dengan menggunakan analisis grafik, maka diperoleh hasil

seperti pada gambar berikut.

Gambar 4.1

Uji Normalitas Analisis Grafik

Sumber : Output SPSS

Page 82: Layaly Rahmah Fsh

68

Pada prinsipnya Normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika titik-titik

mendekati garis diagonal, maka dapat dikatakan data penelitian

tersebut berdistribusi normal. Sebaiknya, jika titik-titiknya menjauhi

garis diagonal maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Dari

Gambar 4.1 dapat terihat bahwa data menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi

memenuhi Asumsi Normalitas karena model penelitian ini

berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.2

Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Output SPSS

Page 83: Layaly Rahmah Fsh

69

Dari grafik scatterplot tersebut terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak

dipakai untuk melihat pengaruhnya terhadap NAB Danareksa Syariah

Berimbang berdasarkan masukan variabel Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai

Tukar Rupiah/USD.

3. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Model regresi yang tidak ada multikolonearitas

adalah yang mempunyai nilai besaran korelasi antar variabel bebas

kurang dari 95% VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari angka

10 dan mempunyai nilai TOLERANCE lebih dari 0,1 atau 10%

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen, seperti terlihat pada tabel berikut:

Page 84: Layaly Rahmah Fsh

70

Tabel 4.1

Uji Multikolinieraitas

Sumber : Output SPSS

Pada tabel di atas memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1. Untuk

variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki tolerance

sebesar 0.832, kemudian nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

sebesar 0.201, dan nilai Nilai Tukar Rupiah sebesar 0.215. Sedangkan

hasil dari perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga

menunjukan hal yang sama yaitu terdapat nilai VIF kurang dari 10 untuk

variabel independen. Nilai VIF Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

adalah sebesar 1.202, nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah

sebesar 4.978, dan Nilai Tukar Rupiah sebesar 4.643. Dengan demikian

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig.

95% Confidence

Interval for B

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 60.984 1125.329

.054 .957 -2237.245 2359.213

Sertifikat Bank

Indonesia Syariah .065 .049 .072 1.319 .197 -.035 .164 .832 1.202

Indeks Harga

Saham Gabungan 1.184 .137 .963 8.653 .000 .905 1.464 .201 4.978

Nilai Tukar Rupiah .022 .089 .027 .251 .804 -.159 .204 .215 4.643

a. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah

Berimbang

Page 85: Layaly Rahmah Fsh

71

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai

besaran korelasi antar variabel bebas kurang dari 95% VIF (Variance

Inflation Factor) kurang dari angka 10 dan mempunyai nilai

TOLERANCE lebih dari 0,1 atau 10% antar variabel independen dalam

model regresi penelitian ini.

4. Uji Autokorelasi

Terjadi jika kesalahan pengganggu saling berkorelasi satu sama lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan

melihat nilai Durbin-Watsson. Jika nilai Durbin Watson pada print out

berada di antara -2 dan 2, berarti, tidak ada masalah autokorelasi. Hasil

pengujian Autokorelasi data dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 4.2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .962a .925 .918 220.37060 1.366

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah,

Indeks Harga Saham Gabungan

b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang

Sumber : Output SPSS

Page 86: Layaly Rahmah Fsh

72

Tabel hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan bahwa nilai

Durbin Watson pada tabel summary adalah 1.366 dan nilai ini berada

diantara -2 dan +2 atau -2≤1,366≤2 berarti model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini tidak tedapat masalah autokorelasi

karena nilai Durbin Watson pada print out berada di antara -2 dan 2.

B. Pengujian Secara Statistik

a. Pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang (Uji t)

Tabel 4.3

Sumber : Output SPSS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T

t tabel

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 60.984 1125.329

.054 .957

Sertifikat Bank Indonesia

Syariah .065 .049 .072 1.319 1,6972 .197

Indeks Harga Saham

Gabungan 1.184 .137 .963 8.653 1,6972 .000

Nilai Tukar Rupiah .022 .089 .027 .251 1,6972 .804

a. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah

Berimbang

Page 87: Layaly Rahmah Fsh

73

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),

dan Nilai Tukar Rupiah secara sendiri – sendiri atau parsial terhadap

Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang secara parsial,

digunakan Uji t. Hasil pengujian Uji t data dapat dilihat pada table 4.3.

(1) Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang.

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terihat bahwa

variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan pada

daerah penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah

penerimaan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 1,319 < (lebih kecil dari)

t tabel = 1,6972, sehingga H01 diterima Ha1 ditolak atau dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan nilai sebesar 0,197

pada kolom Sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan

variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk memprediksi

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang di atas 0,05.

Page 88: Layaly Rahmah Fsh

74

(2) Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang.

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terihat bahwa

variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdasarkan pada

daerah penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah

penolakan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 8,653 > (lebih besar dari)

t tabel = 1,6972, sehingga H02 ditolak Ha2 diterima atau dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan nilai sebesar 0,000 pada

kolom Sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk memprediksi Nilai

Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang di bawah 0,05.

(3) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Danareksa Syariah Berimbang.

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terihat bahwa

variabel Nilai Tukar Rupiah berdasarkan pada daerah penerimaan H0

dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penerimaan H0, hal ini

dikarenakan t hitung = 0,251 < (lebih kecil dari) t tabel = 1,6972,

sehingga H03 diterima Ha3 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak

Page 89: Layaly Rahmah Fsh

75

terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan

nilai sebesar 0,804 pada kolom Sig/significance mengartikan bahwa

tingkat kesalahan variabel Nilai Tukar Rupiah untuk memprediksi

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang di atas 0,05.

b. Pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan semua variabel bebas

yang digunakan dalam model persamaan regresi berganda yang digunakan

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hasil pengujian Significance Simultan atau F (ANOVA) data dapat dilihat

pada table berikut ini:

Tabel 4.4

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F F tabel Sig.

1 Regression 1.806E7 3 6021410.355 123.991 2.92 .000a

Residual 1456896.093 30 48563.203

Total 1.952E7 33

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga

Saham Gabungan; b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang

Sumber : Output SPSS

Page 90: Layaly Rahmah Fsh

76

Dengan membandingkan besarnya angka uji F penelitian

dengan F tabel, dimana F penelitian 123,991 > F tabel 2,92. Sedangkan

berdasarkan secara simultan (Uji F) diperoleh Fsign sebesar 0,000 lebih

kecil dari α 0,05 atau 0,000 < 0,05. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Hal ini berarti bahwa secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh

variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Danareksa Syariah Berimbang.

c. Pengujian Koefisien Determinasi (R-Square)

Untuk menentukan besarnya pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar

Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang, maka digunakan

RSquare atau Koefisien Determinasi yang dapat dilihat dari tabel ini:

Tabel 4.5

Sumber : Output SPSS

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .962a .925 .918 220.37060 1.366

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga

Saham Gabungan

b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang

Page 91: Layaly Rahmah Fsh

77

Berdasarkan tabel 4.5 di atas besarnya angka R Square (r²) adalah

0,925. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Danareksa Syariah Berimbang dengan cara menghitung Koefisien

Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² X 100%

KD = 0,925 X 100%

KD = 92,5%

Hal ini menjelaskan bahwa variabel Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Danareksa Syariah Berimbang dipengaruhi oleh Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar

Rupiah sebesar 92,5%. Sedangkan sisanya 7,5% lainnya dipengaruhi

faktor lain di luar variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah.

d. Pengujian Koefisien Regresi

Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka dapat diperoleh

sebuah persamaan, yaitu dengan persamaan regresi yang menunjukkan

hubungan yang dihipotesiskan. Persamaan dari hubungan antara Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),

Page 92: Layaly Rahmah Fsh

78

dan Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa

Syariah Berimbang adalah sebagai berikut:

Y = 60,984 + 0,065 X1 + 1,184 X2 + 0,022 X3

Dari Persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa:

1. Konstanta sebesar 60,984 yang menyatakan bahwa jika

variabel independen dianggap nol, maka rata-rata NAB per unit

Danareksa Syariah Berimbang adalah sebesar 60,984.

2. Koefisien Regresi 0,065 menyatakan bahwa setiap peningkatan

1 point X1 (Sertifkat Bank Indonesia Syariah/SBIS) akan

menaikkan NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 0,065

point.

3. Koefisien Regresi 1,184 menyatakan bahwa setiap peningkatan

1 point X2 (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) akan

menaikkan NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 1,184

point.

4. Koefisien Regresi 0,022 menyatakan bahwa setiap peningkatan

1 point X3 (Nilai Tukar Rupiah) akan menaikkan NAB

Danareksa Syariah Berimbang sebesar 0,022 point.

5. Variabel IHSG adalah variabel yang memiliki pengaruh yang

signifikan bagi pertumbuhan NAB Danareksa Syariah

Berimbang. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang

Page 93: Layaly Rahmah Fsh

79

signifikan terhadap baik atau buruknya pertumbuhan NAB

Danareksa Syariah Berimbang. Selain itu, hal ini menunjukkan

bahwa secara agregatif naik atau turunnya IHSG akan

menaikkan atau menurunkan NAB Danareksa Syariah

Berimbang.

C. Intervensi Koefisien Variabel Independent

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan menunjukkan bahwa nilai

Fpenelitian lebih besar dari F tabel (123,991 > 2,92) dan nilai signifikansi

sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 atau 0,000 < 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa secara bersama-sama Sertifikat Bank Indonesia Syariah

atau SBIS ( X1), Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (X2) dan Nilai

Tukar Rupiah/USD (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

sangat signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang (Y) di Bursa

Efek Indonesia pada periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010. Keadaan ini

menunjukkan bahwa penggabungan variabel Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar

Rupiah/USD relevan digunakan untuk memprediksi NAB Danareksa Syariah

Berimbang di masa yang akan datang.

Dengan melihat hasil uji F dimana variabel independen mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, hal ini bisa terlihat dari

Page 94: Layaly Rahmah Fsh

80

data-data history masing-masing variabel independen yaitu variabel SBIS,

IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah sejak periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober

2010. Untuk variabel SBIS pada tabel 3.1 selama periode 31 Januari 2008 –

31 Oktober 2010 menunjukkan nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan

Februari 2008 dengan nilai 3717 dan nilai SBIS terendah terjadi pada bulan

September 2008 yaitu dengan nilai 413. Selanjutnya untuk variabel IHSG

pada tabel 3.2 Selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

menunjukkan nilai IHSG tertinggi terjadi di bulan Oktober 2010 yaitu dengan

nilai 3635.324 dan nilai IHSG terendah terjadi pada bulan November 2008

yaitu dengan nilai 1241.541. Sedangkan untuk variabel Nilai Tukar Rupiah

pada tabel 3.3 Selama periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010

menunjukkan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar terjadi pada

bulan November 2008 yaitu dengan nilai Rp. 12.151 dan nilai tukar rupiah

yang paling kuat terjadi pada bulan Juli 2010 sebesar Rp. 8.952. Data-data

tersebutlah yang akan melengkapi masing-masing variabel independen ketika

adanya kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya.

Setelah diuji secara parsial, variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB Danareksa

Syariah Berimbang karena nilai t hitung < t tabel = 1,319 < 1,6972, Nilai

signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,197

sehingga H01 diterima Ha1 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa Hal ini

Page 95: Layaly Rahmah Fsh

81

berarti bahwa variasi variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara

parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa

Syariah Berimbang.

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui hasilnya bahwa variabel

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdasarkan pada daerah penerimaan

H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan

t hitung = 8,653 > (lebih besar dari) t tabel = 1,6972, sehingga H02 ditolak Ha2

diterima dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05

yaitu sebesar 0,000 pada kolom Sig/significance, sehingga hal ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa

Syariah Berimbang.

Sedangkan variabel Nilai Tukar Rupiah berdasarkan pada daerah

penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penerimaan H0, hal

ini dikarenakan t hitung = 0,251 < (lebih kecil dari) t tabel = 1,6972, sehingga

H03 diterima Ha3 ditolak dan signifikansinya juga menunjukkan lebih besar

dari 0,05 yaitu sebesar 0,804 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva

Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang.

Page 96: Layaly Rahmah Fsh

82

Nilai koefisien determinasi (R Square/r²) sebesar 92,5%. menunjukkan

bahwa kontribusi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X1), Indeks Harga

Saham Gabungan (X2) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (X3) dalam

menjelaskan variansi NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 92,5% dan

sisanya sebesar 7,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti

Inflasi, Gross Domestic Product (GDP), Return Saham, Suku Bunga Bank

Indonesia (SBI), Jakarta Islamic Indeks (JII), dan variabel lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat dianalisa, bahwa

variabel IHSG merupakan patokan bagi para investor untuk berinvestasi,

dengan IHSG para investor dapat menentukan waktu yang tepat untuk

menanamkan modalnya dan saat investasinya dihentikan. Jika IHSG naik

terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik, bursa efek

sedang maju, dan situasi pasar yang seperti ini pastilah menunjukkan kondisi

perekonomian, sosial, politik yang sedang sehat, Sehingga return untuk

investor yang dihasilkan dalam kondisi yang meningkat dan begitupun

sebaliknya.

Pada variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan

kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi likuiditas pada bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan

sebagai alat instrument investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia

(SBIS) pada bank konvensional. Jika SBIS naik maka investor akan beralih

Page 97: Layaly Rahmah Fsh

83

pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko,

sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka

masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di

pasar modal.

Sedangkan variabel Nilai Tukar Rupiah merupakan variabel makro

yang dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara yang membaik yang

ditandai dengan meningkatnya Nilai Tukar mata uang domestik terhadap mata

uang asing, sehingga daya beli masyarakat akan meningkat dan kemampuan

masyarakat juga dalam berinvestasipun akan meningkat pula, hal ini akan

berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal seperti adanya

kenaikan NAB Danareksa Syariah Berimbang.

Dari ketiga variabel yaitu variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap USD. Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai Aktiva Bersih

Danareksa Syariah Berimbang menunjukkan bahwa variabel IHSG menjadi

variabel yang paling dominan dan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap NAB Danareksa Syariah, hal ini dikarenakan banyaknya para

pemodal yang portofolio investasinya juga menghasilkan keuntungan yang

cukup tinggi dengan ditunjukkan oleh meningkatnya IHSG, sedangkan

variabel SBIS dan Nilai Tukar Rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan NAB Danareksa Syariah Berimbang.

Page 98: Layaly Rahmah Fsh

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang

periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010 dengan

menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode 31 Januari – 31

Oktober 2010. Hal ini ditunjukkan dari besarnya F hitung lebih

besar dari F tabel (123,991 > 2,92) dan nilai signifikan sebesar

0,000.

2. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai t hitung < t tabel (1,319 <

1,6972) dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar

dari 0,05 yaitu sebesar 0,197.

3. Secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara Indeks Harga

Saham Gaabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Page 99: Layaly Rahmah Fsh

85

Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 – 31

Oktober 2010, nilai t hitung > t tabel ( 8,653 > 1,6972) dan nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000.

4. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar

Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa

Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010.

Karena nilai t hitung < t tabel (0,251 < 1,6972) dan nilai

signifikansinya juga lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,804

5. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 92,5%.

menunjukkan bahwa kontribusi SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar

Rupiah/USD dalam menjelaskan variansi NAB Danareksa Syariah

Berimbang sebesar 92,5% dan sisanya sebesar 7,5% dipengaruhi

oleh variabel lain yang penulis tidak diteliti.

6. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Danareksa Syariah Berimbang adalah IHSG. Artinya

variabel ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap

baik buruknya perkembangan NAB Danareksa Syariah Berimbang

Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010.

Page 100: Layaly Rahmah Fsh

86

B. Saran

Berkaitan dengan penelitian ini, Agar dapat diperoleh

gambaran yang lebih baik dan komprehensif, maka penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Investor dapat menggunakan variabel IHSG sebagai

parameter dalam berinvestasi dengan memperhatikan informasi

kondisi perekonomian yang dapat dilihat dari variabel tersebut,

karena dalam penelitian ini variabel IHSG mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah

Berimbang.

2. Bagi Manager Investasi, sebaiknya mempertimbangkan

variabel dalam penelitian ini dalam pengambilan keputusan

penempatan dana dari masyarakat pemodal supaya bisa

mempertahankan atau meningkatkan hasil dari Danareksa

Syariah Berimbang.

3. Bagi Akademisi perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni

menyempurnakan penelitian ini dengan membandingkan NAB

dari semua manager investasi syariah yang ada di Indonesia,

menggunakan rentang waktu yang lebih lama agar diperoleh

hasil yang lebih akurat, selain itu hendaknya menambah

variabel-variabel baru dan pengembangan teori sehingga

penelitian selanjutnya lebih baik dan komprehenshif.

Page 101: Layaly Rahmah Fsh

87

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, “Laporan Tahunan Bank Indonesia”. Bank Indonesia Jawa Timur, Surabaya

1996.

Bank Indonesia. “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009”

Bank Indonesia. “Peraturan Moneter tentang SBIS”, artikel ini diakses pada 7

Desember 2010 dari http://www.bi.go.id//

Bahtiar Usman, “Pengaruh Suku Bunga Deposito, PDB, dan Volume Perdagangan

Saham terhadap IHSG di Indonesia”, Media Riset Bisnis dan Manajemen

april 2007.

Bapepam-LK, “Laporan Statistik NAB Reksadana Tahun 2010”, ini diakses pada 6

Desember 2010 dari http:// www.idx.co.id//

Budi Frensidy, “Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asig, Kurs, dan Indeks Hang Seng

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI dengan Model GARCH”,

Media Riset Bisnis & Manajemen. vol. 8. No.3, Desember 2008.

Danareksa Invesment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa

Syariah Berimbang 2010. Jakarta: Danareksa Invesment Management.2010.

Dwiyanti, Vonny. Panduan Praktis Bermain Saham. Jakarta: Atma Media

Press.2010.

Eko, Rosiana Agustina. “Saatnya Beralih ke Reksa Dana Syariah”. Majalah Investor

edisi September 2010.

Page 102: Layaly Rahmah Fsh

88

Elvira, Yuni dan Fiteriyanto. “NAB Reksadana Berlomba dengan Tingkat Suku

Bunga”. Jurnal Pasar Modal, No. 06/VIII/Juni 1997.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman

Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah, Himpunan Fatwa Dewan

Syariah Nasional Edisi Kedua, Jakarta: PT Intermasa,. 2003.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang:

Balai Penerbit Unversitas Diponogoro, 2005.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis. Jakarta: Kencana. 2010.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah,

Jakarta: Kencana. 2008.

Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi),

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008.

Nur, Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Managemen. Yogyakarta: BPFE. 2OO2.

Nurul Qomariyah, “NAB Reksa Dana Syariah Juga Tergerus Krisis Hingga 17,72%”,

artikel ini di akses pada 28 Februari 2011 dari http://www.detikfinance.com//

Pontjiwinoto, P Iwan.. Kaya dan Bahagia Cara Syariah. Jakarta: PT. Mizan

Publika. 2010.

Page 103: Layaly Rahmah Fsh

89

Putu. I Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta: Yayasan SAD Satria

Bhakti.2000.

Rahardjo, Mugi, “Ekonomi Moneter”, Surakarta: UNS Press, 2009.

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS.

Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media, 2009.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, Jakarta: FEUI

2004.

Silitonga, Desmon. “Memilih Investasi Reksadana Tahun 2010”. Jakarta: PT.

Millenium Danatama Indonesia, 2009.

Situmorang, M Paulus. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana Media.

2008.

Soemintra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. 2009

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

Supranto. J. Ekonometrik Buku Satu, Jakarta: Ghalia Indonesia

“Studi Tentang Profil dan Perilaku Investor Indonesia 2010”, Mars Research

Spesiallist, edisi Februari 2010.

Page 104: Layaly Rahmah Fsh

90

Timisela, S Audry, “Pengaruh Indeks Syariah terhadap pertumbuhan NAB

Reksadana Syariah: Study pada Danareksa Syariah Berimbang tahun 2003-

2007,” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010.

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. “Reksadana”. artikel ini diakses

pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

Page 105: Layaly Rahmah Fsh

91

LAMPIRAN

Page 106: Layaly Rahmah Fsh

92

Tabel 1

Data NAB/unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

NAB/Unit BULANAN DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 3359.98 1930.98 3757.27

FEBRUARI 3493.89 1998.82 3777.74

MARET 3225.54 2095.75 3946.89

APRIL 3097.65 2361.28 4195.3

MEI 3188.87 2,752,23 3654.46

JUNI 3133.53 2905.76 4009.63

JULI 2906.19 3269.4 3269.4

AGUSTUS 2757.45 3436.95 4157.24

SEPTEMBER 2449.59 3541.87 4436.35

OKTOBER 1.822,45 3486.96 4626.12

NOVEMBER 1911.07 3527.12

DESEMBER 1960.21 3742.71

Page 107: Layaly Rahmah Fsh

93

Tabel 2

Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS)

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 3189 3488 3373

FEBRUARI 3717 3192 2972

MARET 2135 2135 2425

APRIL 2829 2361 3027

MEI 2110 2539 1656

JUNI 2042 1819 2734

JULI 1175 1253 2576

AGUSTUS 438 2321 1882

SEPTEMBER 413 2635 2310

OKTOBER 453 2835 2783

NOVEMBER 1063 2142

DESEMBER 2545 3076

Page 108: Layaly Rahmah Fsh

94

Tabel 3

Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 2627.251 1332.667 2610.796

FEBRUARI 2721.944 1285.476 2554.674

MARET 2447.299 1434.074 2777.301

APRIL 2304.516 1722.766 2971.252

MEI 2444.349 1916.831 2796.957

JUNI 2349.105 2026.780 2913.684

JULI 2304.508 2323.236 3069.280

AGUSTUS 2165.943 2341.537 3081.884

SEPTEMBER 1832.507 2467.591 3501.296

OKTOBER 1256.704 2367.701 3635.324

NOVEMBER 1241.541 2415.837

DESEMBER 1355.408 2534.356

Page 109: Layaly Rahmah Fsh

95

Tabel 4

Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010

NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD

BULAN 2008 2009 2010

JANUARI 9291 11355 9365

FEBRUARI 9051 11980 9335

MARET 9217 11575 9115

APRIL 9234 10713 9012

MEI 9318 10340 9180

JUNI 9225 10225 9083

JULI 9118 9920 8952

AGUSTUS 9153 10060 9041

SEPTEMBER 9378 9681 8924

OKTOBER 10995 9545 8928

NOVEMBER 12151 9480

DESEMBER 10950 9400

Page 110: Layaly Rahmah Fsh

96

Tabel 5

Data NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar

NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah

Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

BULAN NAB/unit

2008

SBIS

2008

IHSG

2008

Nilai Tukar

Rupiah

2008

JANUARI 3359.98 3189 2627.251 9291

FEBRUARI 3493.89 3717 2721.944 9051

MARET 3225.54 2135 2447.299 9217

APRIL 3097.65 2829 2304.516 9234

MEI 3188.87 2110 2444.349 9318

JUNI 3133.53 2042 2349.105 9225

JULI 2906.19 1175 2304.508 9118

AGUSTUS 2757.45 438 2165.943 9153

SEPTEMBER 2449.59 413 1832.507 9378

OKTOBER 1.822,45 453 1256.704 10995

NOVEMBER 1911.07 1063 1241.541 12151

DESEMBER 1960.21 2545 1355.408 10950

NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah

Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

BULAN NAB/unit

2009

SBIS

2009

IHSG

2009

Nilai Tukar

Rupiah

2009

JANUARI 1930.98 3488 1332.667 11355

FEBRUARI 1998.82 3192 1285.476 11980

MARET 2095.75 2135 1434.074 11575

Page 111: Layaly Rahmah Fsh

97

APRIL 2361.28 2361 1722.766 10713

MEI 2752,23 2539 1916.831 10340

JUNI 2905.76 1819 2026.780 10225

JULI 3269.4 1253 2323.236 9920

AGUSTUS 3436.95 2321 2341.537 10060

SEPTEMBER 3541.87 2635 2467.591 9681

OKTOBER 3486.96 2835 2367.701 9545

NOVEMBER 3527.12 2,142 2415.837 9480

DESEMBER 3742.71 3,076 2534.356 9400

NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah

Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010

BULAN NAB/unit

2010

SBIS

2010

IHSG

2010

Nilai Tukar

Rupiah

2010

JANUARI 3757.27 3373 2610.796

9365

FEBRUARI 3777.74 2972 2554.674

9335

MARET 3946.89 2425 2777.301

9115

APRIL 4195.3 3027 2971.252

9012

MEI 3654.46 1656 2796.957

9180

JUNI 4009.63 2734 2913.684

9083

JULI 3269.4 2576 3069.280

8952

AGUSTUS 4157.24 1882 3081.884

9041

SEPTEMBER 4436.35 2310 3501.296

8924

OKTOBER 4626.12 2783 3635.324

8928

Page 112: Layaly Rahmah Fsh

98

DATA OUTPUT SPSS PENELITIAN

Page 113: Layaly Rahmah Fsh

99

Page 114: Layaly Rahmah Fsh

100

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.806E7 3 6021410.355 123.991 .000a

Residual 1456896.093 30 48563.203

Total 1.952E7 33

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga

Saham Gabungan

b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .962a .925 .918 220.37060 1.366

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks

Harga Saham Gabungan

b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval

for B

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 60.984 1125.329

.054 .957 -2237.245 2359.213

Sertifikat Bank

Indonesia Syariah .065 .049 .072 1.319 .197 -.035 .164 .832 1.202

Indeks Harga Saham

Gabungan 1.184 .137 .963 8.653 .000 .905 1.464 .201 4.978

Nilai Tukar Rupiah .022 .089 .027 .251 .804 -.159 .204 .215 4.643

a. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah

Berimbang

Page 115: Layaly Rahmah Fsh

101

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

Sertifikat Bank

Indonesia

Syariah

Indeks Harga

Saham

Gabungan

Nilai Tukar

Rupiah

1 1 3.852 1.000 .00 .01 .00 .00

2 .086 6.680 .00 .81 .00 .00

3 .061 7.934 .00 .10 .15 .01

4 .001 75.394 1.00 .08 .85 .99

Correlations

Nilai Aktiva

Bersih Danareksa

Syariah

Berimbang

Sertifikat Bank

Indonesia

Syariah

Indeks Harga

Saham

Gabungan

Nilai Tukar

Rupiah

Pearson Correlation Nilai Aktiva Bersih Danareksa

Syariah Berimbang 1.000 .333 .959 -.819

Sertifikat Bank Indonesia

Syariah .333 1.000 .273 -.088

Indeks Harga Saham

Gabungan .959 .273 1.000 -.872

Nilai Tukar Rupiah -.819 -.088 -.872 1.000

Sig. (1-tailed) Nilai Aktiva Bersih Danareksa

Syariah Berimbang . .027 .000 .000

Sertifikat Bank Indonesia

Syariah .027 . .059 .310

Indeks Harga Saham

Gabungan .000 .059 . .000

Nilai Tukar Rupiah .000 .310 .000 .

N Nilai Aktiva Bersih Danareksa

Syariah Berimbang 34 34 34 34

Sertifikat Bank Indonesia

Syariah 34 34 34 34

Indeks Harga Saham

Gabungan 34 34 34 34

Nilai Tukar Rupiah 34 34 34 34

Page 116: Layaly Rahmah Fsh

102

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

Sertifikat Bank

Indonesia

Syariah

Indeks Harga

Saham

Gabungan

Nilai Tukar

Rupiah

1 1 3.852 1.000 .00 .01 .00 .00

2 .086 6.680 .00 .81 .00 .00

3 .061 7.934 .00 .10 .15 .01

4 .001 75.394 1.00 .08 .85 .99

a. Dependen