Latar Belakang belum pada pengangkutan atau ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/leaflet...

2
Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha ayam ras pedaging dan petelur adalah efisiensi produksi. Sebagai unit produksi biologis, kualitas bibit dalam hal ini DOC-Kuri (Day Old Chicken – Kutuk umur sehari) berpengaruh penting terhadap capaian efisiensi produksi. Selain bibit, efisensi produksi juga dipengaruhi oleh kualitas, kuantitas dan cara pemberian pakan, serta manajemen pemeliharaan. Untuk menjaga kualitas DOC, telah dikeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4868.1-2005 untuk bibit niaga (final stock) DOC/Kuri ayam ras tipe pedaging di penetasan (hatchery) yang mencakup bobot Kuri (minimal 37 gram/ekor), kondisi fisik, warna bulu, dan jaminan kematian paling tinggi 2%. Demikian juga SNI 01- 4868.2-2005 untuk bibit niaga (final stock) ayam ras tipe petelur umur sehari (Kuri/DOC), dimana persyaratan mutu di penetasan mencakup bobot Kuri per ekor 33 gram, sedangkan persyaratan lainnya sama dengan Kuri ayam ras pedaging. Persyaratan SNI DOC yang sudah berjalan sampai saat ini hanya terbatas di level penetasan (breeding farm), namun belum pada pengangkutan atau pendistribusiannya. Meskipun persyaratan kemasan dan alat angkut juga diatur dalam SNI, namun tanpa pengawasan yang menyeluruh (mulai dari penetasan, kemasan dan distribusi), penyimpangan dari SNI yang terjadi akan merugikan peternak. Temuan Studi Regulasi Permentan No. 42 tahun 2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak, antara lain menjelaskan bahwa: “Pengawas Bibit Ternak diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan benih dan bibit ternak” (Pasal 1, ayat 5). Tujuan Permentan ini adalah agar benih atau bibit yang diproduksi atau diedarkan memenuhi standar yang ditetapkan secara berkesinambungan. Pengawasan benih atau bibit dalam peredaran dilakukan setiap saat baik pada pos lalu lintas maupun pada unit penggunanya. Pengawas bibit ternak mempunyai wewenang memasuki lokasi kegiatan dan bahkan mengusulkan penghentian sementara kegiatan yang tidak sesuai dengan persyaratan. Lebih jauh, pengawas juga dapat melakukan pencabutan izin usaha (Pasal 19, ayat 1). Kualitas DOC rendah Pengawas Bibit Ternak dinilai belum bekerja sebagaimana yang diharapkan, sehingga peternak ayam ras sebagai konsumen dirugikan. Beberapa indikasinya adalah ditemukan adanya variasi kualitas DOC yang diterima peternak dari perusahaan inti yang berbeda. Faktor ini menjadi pertimbangan bagi peternak dalam bermitra dengan perusahaan inti. Selain itu, tingkat kematian selama pembesaran ayam petelur dari DOC-Pullet sekitar 5%-10%, sedangkan standar yang baik hanya 1%-2%. Artinya, kualitas DOC tergolong “buruk”. Sementara, pada ayam ras pedaging, proporsi ayam kerdil sekitar 5-10% dari populasi dalam kandang. Ini sangat merugikan terutama bagi peternak mandiri dan peternak yang bermitra dengan poultry shop. Menurut pihak poultry shop, umumnya bobot DOC yang dijual melalui mereka lebih rendah, yakni hanya 37-38 gram. Bandingkan dengan DOC melalui plasma integrator yang berbobot 40-42 gram per ekor. DOC yang beratnya rendah (di bawah standar) dapat menyebabkan potensi puncak produksi telur tidak tercapai dan waktu penurunan puncak produksi akan terjadi dalam waktu lebih cepat. Pihak pembibit berargumen bahwa kualitas DOC yang rendah disebabkan karena penanganan selama distribusi hinga sampai tujuan. Pada usaha kemitraan ayam ras pedaging, pihak perusahaan inti sudah melakukan kontrak kerja dengan pihak ekspedisi untuk transportasi DOC dan pakan, sehingga kerusakan merupakan tanggung jawab ekspedisi. Peternak juga sering disalahkan karena penyiapan pemanas (brooder) saat ayam umur 1-18 hari tidak dilakukan dengan baik. Peran Pengawas masih lemah Menurut pihak perusahaan inti, selama ini peran Pengawas Bibit Ternak dalam pengawasan DOC dari perusahaan penetasan hingga ke peternak belum efektif. Karena itu, komplain dari peternak hanya bisa langsung ke perusahaan inti, bukan pe Pengawas.

Transcript of Latar Belakang belum pada pengangkutan atau ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/leaflet...

Page 1: Latar Belakang belum pada pengangkutan atau ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/leaflet ayam.pdf · hanya terbatas di level penetasan (breeding farm), namun belum pada pengangkutan

Latar BelakangSalah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha ayam ras pedaging dan petelur adalah efisiensi produksi. Sebagai unit produksi biologis, kualitas bibit dalam hal ini DOC-Kuri (Day Old Chicken – Kutuk umur sehari) berpengaruh penting terhadap capaian efisiensi produksi. Selain bibit, efisensi produksi juga dipengaruhi oleh kualitas, kuantitas dan cara pemberian pakan, serta manajemen pemeliharaan.

Untuk menjaga kualitas DOC, telah dikeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4868.1-2005 untuk bibit niaga (final stock) DOC/Kuri ayam ras tipe pedaging di penetasan (hatchery) yang mencakup bobot Kuri (minimal 37 gram/ekor), kondisi fisik, warna bulu, dan jaminan kematian paling tinggi 2%. Demikian juga SNI 01-4868.2-2005 untuk bibit niaga (final stock) ayam ras tipe petelur umur sehari (Kuri/DOC), dimana persyaratan mutu di penetasan mencakup bobot Kuri per ekor 33 gram, sedangkan persyaratan lainnya sama dengan Kuri ayam ras pedaging.

Persyaratan SNI DOC yang sudah berjalan sampai saat ini hanya terbatas di level penetasan (breeding farm), namun

belum pada pengangkutan atau pendistribusiannya. Meskipun persyaratan kemasan dan alat angkut juga diatur dalam SNI, namun tanpa pengawasan yang menyeluruh (mulai dari penetasan, kemasan dan distribusi), penyimpangan dari SNI yang terjadi akan merugikan peternak.

Temuan Studi Regulasi Permentan No. 42 tahun 2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak, antara lain menjelaskan bahwa: “Pengawas Bibit Ternak diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan benih dan bibit ternak” (Pasal 1, ayat 5). Tujuan Permentan ini adalah agar benih atau bibit yang diproduksi atau diedarkan memenuhi standar yang ditetapkan secara berkesinambungan.

Pengawasan benih atau bibit dalam peredaran dilakukan setiap saat baik pada pos lalu lintas maupun pada unit penggunanya. Pengawas bibit ternak mempunyai wewenang memasuki lokasi kegiatan dan bahkan mengusulkan penghentian sementara kegiatan yang tidak sesuai dengan persyaratan. Lebih jauh, pengawas juga dapat melakukan pencabutan izin usaha (Pasal 19, ayat 1).

Kualitas DOC rendah

Pengawas Bibit Ternak dinilai belum bekerja sebagaimana yang diharapkan, sehingga peternak ayam ras sebagai konsumen dirugikan. Beberapa indikasinya adalah ditemukan adanya variasi kualitas DOC yang diterima peternak dari perusahaan inti yang berbeda. Faktor ini menjadi pertimbangan bagi peternak dalam bermitra dengan perusahaan inti.

Selain itu, tingkat kematian selama pembesaran ayam petelur dari DOC-Pullet sekitar 5%-10%, sedangkan standar yang baik hanya 1%-2%. Artinya, kualitas DOC tergolong “buruk”. Sementara, pada ayam ras pedaging, proporsi ayam kerdil sekitar 5-10% dari populasi dalam kandang. Ini sangat merugikan terutama bagi peternak mandiri dan peternak yang bermitra dengan poultry shop.

Menurut pihak poultry shop, umumnya bobot DOC yang dijual melalui mereka lebih rendah, yakni hanya 37-38 gram. Bandingkan dengan DOC melalui plasma integrator yang berbobot 40-42 gram per ekor. DOC yang beratnya rendah (di bawah standar) dapat menyebabkan potensi puncak produksi telur tidak tercapai dan waktu penurunan puncak produksi akan terjadi dalam waktu lebih cepat.

Pihak pembibit berargumen bahwa kualitas DOC yang rendah disebabkan karena penanganan selama distribusi hinga sampai tujuan. Pada usaha kemitraan ayam ras pedaging, pihak perusahaan inti sudah melakukan kontrak kerja dengan pihak ekspedisi untuk transportasi DOC dan pakan, sehingga kerusakan merupakan tanggung jawab ekspedisi. Peternak juga sering disalahkan karena penyiapan pemanas (brooder) saat ayam umur 1-18 hari tidak dilakukan dengan baik.

Peran Pengawas masih lemah

Menurut pihak perusahaan inti, selama ini peran Pengawas Bibit Ternak dalam pengawasan DOC dari perusahaan penetasan hingga ke peternak belum efektif. Karena itu, komplain dari peternak hanya bisa langsung ke perusahaan inti, bukan pe Pengawas.

Page 2: Latar Belakang belum pada pengangkutan atau ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/leaflet ayam.pdf · hanya terbatas di level penetasan (breeding farm), namun belum pada pengangkutan

Peran pengawas yang belum berjalan pada hakekatnya telah merugikan peternak. Pihak pengawas beralasan bahwa pengawasan kualitas DOC sulit dilakukan karena keterbatasan tenaga.

Saran KebijakanPenurunan kualitas DOC bisa terjadi sejak dari perusahaan penetasan, dalam proses distribusi ke poultry shop, hingga distribusi ke peternak. Untuk menghindari ini, peran pemerintah pusat dan daerah melalui Pengawas Bibit Ternak perlu dijalankan dari hulu sampai ke hilir.

Untuk mengefekti�an pengawasan ke depan sekaligus menutupi kekurangan tenaga, selain memfungsikan pejabat fungsional Wasbitnak (Pengawas Bibit Ternak) pada masing-masing level, juga diperlukan keterlibatan asosiasi peternak di daerah sebagai sumber informasi dari lapangan. Kebijakan ini sebaiknya disosialisasikan sampai tingkat peternak, sehingga peternak dapat melakukan kontrol terhadap kualitas DOC yang diterimanya, dan jika ada penyimpangan, dapat melaporkan ke pejabat Wasbitnak melalui asosiasi yang ada sehinga dapat ditindaklanjuti.

Secara alamiah, proses distribusi dari penetasan hingga peternak akan mengalami penyusutan berat DOC bahkan kematian. Batasan kematian maksimal yang ditetapkan adalah maksimal 2%. Selain kematian, penyusutan berat

DOC juga sangat mungkin terjadi.

Jika besar susut bobot DOC sebesar “a gram”, maka ada dua opsi yang bisa ditawarkan

Opsi 1: meningkatkan standar berat DOC di perusahaan penetasan menjadi 37+ a gram untuk DOC ayam ras pedaging, dan 33 + a gram untuk DOC ayam ras petelur.

Opsi 2: standar DOC yang ditetapkan bukan di tingkat perusahaan penetasan, tetapi di tingkat kandang ayam peternak.

Namun demikian, jika opsi 1 yang dipilih, maka volume produksi DOC yang dipasarkan perusahaan penetasan akan berkurang. Hal ini kemungkinan akan dijadikan alasan perusahaan untuk menaikkan harga jual DOC.

Selain itu, jika bobot DOC berbanding lurus dengan bobot telur tetas, maka akan banyak telur tetas yang tidak digunakan. Jika pengawasan tidak efektif, maka akan banyak telur tetas yang dijual di pasar konsumsi. Di sisi lain, penurunan pasokan DOC ke pasar menyebabkan produksi daging dan telur menurun, dan dengan kualitas DOC yang standar akan meningkatkan produktivitas sehingga peternak diuntungkan. Tiga dampak tersebut dapat dikurangi dengan mewajibkan pihak perusahaan memanfaatkan telur yang akan menghasilkan DOC di bawah standar untuk digunakan menjadi bahan baku pakan.

(Sumber: Penelitian Nyak Ilham dkk. Kajian Efisiensi Rantai Pasok Komoditas Unggas Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing dan Kesejahteraan Peternak)

PERAN PENTING PENGAWAS BIBIT TERNAK UNTUK

MENDUKUNG USAHA PETERNAKAN AYAM RAS SKALA KECIL

PUSAT SOSIAL EKONOMIDAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Jl. Tentara Pelajar No. 3B BOGOR

(0251) 8333964, 8325177

(0251) 8314496

pse.litbang.pertanian.go.id [email protected]

@psekp_kementan

psekp_kemtan

psekp kemtan