PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

15
MODUL 2 TEKNIK PENGAN IKAN NILA UKUR BAGU AYU PROG NGKUTAN HIDUP RAN KONSUMSI DISUSUN OLEH : ZAENAL ABIDIN, S.Pi., M.Si. US DWI HARI SETYONO, S.Pi., M.Si. U ADHITA DAMAYANTI, S.Pi.,M.Si. GRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN UNIVERSITAS MATARAM Agustus 2015

description

Modul ini khusus membahas mengenai teknik pengangkutan sistem semi basah ikan nila hidup ukuran konsumsi dalam waktu tidak lebih dari 1 jam

Transcript of PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Page 1: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

MODUL 2

TEKNIK PENGANGKUTAN HIDUPIKAN NILA UKURAN KONSUMSI

BAGUS DWI HARI SETYONO, S.Pi., M.Si.AYU ADHITA DAMAYANTI, S.Pi.,M.Si.

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

TEKNIK PENGANGKUTAN HIDUP IKAN NILA UKURAN KONSUMSI

DISUSUN OLEH :

ZAENAL ABIDIN, S.Pi., M.Si. BAGUS DWI HARI SETYONO, S.Pi., M.Si.

AYU ADHITA DAMAYANTI, S.Pi.,M.Si.

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN UNIVERSITAS MATARAM

Agustus 2015

Page 2: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP
Page 3: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP
Page 4: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nyalah, modul yang

berjudul “Teknik Pengangkutan Hidup Ikan Nila Ukuran Konsumsi” ini

dapat terselesaikan.

Modul ini adalah bagian ke dua dari dua modul yang disiapkan untuk

mendukung kegiatan Proyek Pengabdian Kepadata Masyarakat dengan

judul “IbM untuk Meningkatkan Keuntungan Pembudidaya Ikan Nila”.

Modul ini dibuat khusus sebagai bahan penunjang untuk kegiatan

pelatihan dalam kegiatan pengabdian kepada kelompok tani yang ada di

Dusun Ranjok, Desa Dopang, dan Dusun Kembang Kuning, Desa Gerimak,

Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini didanai oleh

Direktorat Pendidikan TInggi melalui Program Ipteks bagi Masyarakat

Tahun 2015.

Modul ini berisi tentang pengetahuan mengenai teknik pengangkutan

ikan nila hidup. Materi dalam modul dibuat berdasarkan hasil penelitian

dan uji coba sistem pengangkutan yang telah dilakukan sebelumnya.

Setelah mengikuti pemberian materi dan praktek, maka diharapkan agar

anggota kelompok sasaran dalam pengabdian ini dapat melakukan

pengangkutan ikan nila hidup yang lebih efisien dan dapat menghasilkan

tingkat kelangsungan hidup hingga 100%. Sesuai dengan tujuan utama

kegiatan pengabdian ini, maka materi sistem pengangkutan dalam modul

ini dibatasi untuk pengangkutan dalam jangka waktu pendek (maksimal 1

jam) dengan kapasitas angkut yang kecil (maksimal 40 kg) dengan

menggunakan kendaraaan roda dua.

Tim Penulis, menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam

penyampaian materi dalam modul ini, oleh karena itu, beberapa informasi

Page 5: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

masih harus ditambahkan sesuai dengan pengalaman yang diperoleh

selama kegiatan pengabdian ini berlangsung.

Akhir kata, semoga pengetahuan yang ada dalam modul ini tidak hanya

bermanfaat bagi kelompok sasaran namun juga dapat bermanfaat bagi

masyarakat luas. Amin !.

Mataram

Tim Penulis

Page 6: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

1. Pendahuluan

Teknik pengangkutan ikan hidup lebih rumit dari pada pengangkutan

ikan mati. Pengangkutan ikan nila ukuran konsumsi dalam keadaan hidup

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling umum digunakan

di Nusa Tenggara Barat dalam kegiatan pengangkutan ikan hidup adalah

dengan menggunakan sistem basah terbuka, yaitu ikan diangkut bersama

dengan airnya dengan menggunakan gentong atau bak terbuka. Metode

pengangkutan ini sangat efektif untuk pengangkutan dalam jangka waktu

yang lama. Namun kekurangan metode ini adalah menggunakan volume

wadah pengangkutan yang besar dan berat yang tinggi, sehingga jika ikan

ukuran konsumsi yang akan diangkut sudah lebih dari 20 kg, maka

pengangkutan harus menggunakan kendaraan roda empat.

Dalam kegiatan ini, pengangkutan ikan nila ukuran konsumsi dalam

keadaan hidup dilakukan dengan kendaraan roda dua dengan ukuran

wadah pengangkutan yang lebih kecil, sehingga pengangkutan ikan hidup

dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efisien.

Sistem pengangkutan yang diterapkan dalam kegiatan ini

menggunakan metode pembiusan sistem basah yang telah dimodifikasi

yang selanjutnya disebut sebagai sistem semi basah. Teknologi ini telah

diujicoba dan berhasil diterapkan dalam waktu pengangkutan selama

Page 7: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

tidak lebih dari 1 jam dengan hasil tingkat kelansungan hidup 99 %,

meskipun demikian, tingkah kelangsungan hidup dapat dipengaruhi oleh

kondisi ikan dan penanganan ikan sebelum diangkut. Sistem semi basah

adalah sistem pengangkutan ikan bersama dengan air dengan volume air

rendah yaitu dengan ketinggian air setebal ikan yang akan diangkut. Untuk

menghindari luka dan mengurangi stress pada ikan, maka selama

pengangkutan ikan dibiarkan dalam keadaan pingsan. Dengan sistem semi

basah, ikan tidak akan terkena udara bebas, sehingga permukaan tubuh

ikan tetap basah, sedangkan pada pengangkutan sistem kering,

kemungkinan keringnya permukaan tubuh ikan sangat tinggi. Selain itu,

dengan adanya air selama pengangkutan, maka ikan tetap bisa

mendapatkan oksigen yang tersedia di air.

Setelah mengikuti materi ini, masyarakat sasaran harus dapat

melakukan pengangkutan ikan hidup ke tempat penjualan ikan. Ikan yang

telah diangkut diharapkan dapat bertahan hidup di dalam tempat

penampungan di outlet (penjual ikan) hingga ikan sampai ke tangan

konsumen.

Page 8: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

2. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan selama pengangkutan adalah

sebagai berikut :

a. Minyak cengkeh

Minyak cengkeh digunakan sebagai bahan pembius ikan. Minyak

cengkeh dapat diperoleh dengan mudah di toko obat atau apotik.

Meskipun demikian terdapat banyak minyak cengkeh yang beredar di

pasaran. Oleh karena itu sangat penting untuk melihat komposisi minyak

cengkeh pada label kemasan. Minyak cengkeh sebagai bahan pembius

sebaiknya menggunakan minyak cengkeh yang murni, hal ini dapat dilihat

pada label kemasan. Minyak cengkeh yang digunakan dalam kegiatan

pelatihan ini adalah minyak cengkeh ‘’Cap Gajah’’ yang mengandung 100%

minyak cengkeh.

Dosis minyak cengkeh yang digunakan dalam pembiusan adalah 0.1 ml

per liter air, sedangkan untuk air yang akan digunakan selama

pengangkutan digunakan dosis 0.05 ml/liter.

b. Jarum suntik 1 ml

Jarum suntik ini berguna untuk mengambil minyak cengkeh sesuai

dengan volume yang diinginkan. Jika menggunakan jarum suntik yang

berukuran lebih dari 1 ml, maka penentuan volume minyak cengkeh

Page 9: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

dalam jumlah kecil menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Penggunaan alat

ukur lain seperti pipet dapat dilakukan selama memiliki ukuran sesuai

dengan kebutuhan.

c. Ember/baskom

Ember berguna sebagai tempat untuk melakukan pembiusan. Ember

yang digunakan sebaiknya memiliki luas permukaan yang lebar dengan

ketinggian sekitar 20 cm. Semakin luas permukaan tempat bius maka

semakin baik untuk ikan namun tidak efisien dalam penggunaan obat bius

jika ikan yang akan dibius jumlahnya sedikit. Ember atau baskom yang

digunakan sebagai wadah pembiusan harus berbentuk bulat untuk

meminimalisir ikan menabrak dinding wadah pada saat ikan berontak.

d. Seser

Seser digunakan untuk menangkap dan memindahkan ikan dari hapa

ke dalam wadah pembius. Seser juga dapat digunakan sebagai alat bantu

untuk mempermudah pembiusan. Ikan dapat dibiarkan dalam seser

sambil direndam dalam larutan pembius. Kapasitas seser yang telah

disiapkan dalam pelatihan ini disarankan tidak melebihi 2 kg dalam satu

kali serok.

Page 10: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

e. Wadah pengangkut/sterofoam

Wadah pengangkut yang digunakan terbuat dari sterofoam dengan

dimensi bagian dalam 40 X 35 x 9 cm. Wadah ini dapat mengangkut ikan

hingga 3 kg. Wadah dilengkapi dengan tutup yang berlubang sehingga

sirkulasi udara dapat berlangsung lebih baik, namun terlindungi dari sinar

matahari. Wadah yang digunakan sebaiknya dapat tertutup dengan rapat,

sehingga air tidak dapat tumpah dengan mudah selama pengangkutan.

3. Persiapan

Proses pengangkutan harus dilakukan sesingkat mungkin, oleh karena

itu persiapan semua bahan dan peralatan harus dilakukan dengan baik,

agar tidak menghambat proses pengangkutan. Kendaraan dipastikan

dapat berfungsi dengan normal dan bahan bakar yang tersedia cukup

sampai di tempat tujuan. Posisi kendaraan diarahkan ke jalan sehingga

tidak diperlukan lagi waktu untuk memutar balik kendaraan pada saat ikan

telah siap ditransportasikan. Kendaraan distandar tengah agar

memudahkan dalam peletakan sterofoam. Peralatan lainnya seperti karet

pengikat, ganjalan untuk wadah pengangkut, wadah pengangkut, seser,

wadah pembius, pipet volume (jarum suntik), dan minyak cengkeh juga

Page 11: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

sudah harus tersedia dan dapat diambil dengan mudah pada saat

dibutuhkan

Sebelum melakukan pengangkutan, waktu tempuh harus diketahui

dengan tepat dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam, dan telah

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kemacetan lalulintas.

Sebaiknya pengangkutan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk

menghindari panas matahari.

4. Pembuatan Larutan Pembius

Bahan pembius yang digunakan adalah minyak cengkeh. Untuk

pengangkutan kurang dari 5 menit maka pembiusan tidak perlu dilakukan

sedangkan pengangkutan lebih dari 10 menit harus dilakukan pembiusan.

Pengangkutan sistem kering dengan pembiusan dilakukan jika

pengangkutan dilakukan maksimal 15 menit, sedangkan pengangkutan

sistem semi basah dengan pembiusan dilakukan jika pengangkutan

dilakukan selama maksimal 60 menit.

Tingkat kelangsungan hidup setelah diangkut sangat tergantung pada

kondisi ikan sebelum dibius atau pada saat penangkapan ikan. Semakin

tinggi stress pada saat penangkapan maka semakin besar resiko kematian

setelah pengangkutan ikan.

Page 12: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Dosis minyak cengkeh yang akan digunakan adalah 0.1 g/liter. Air

ditampung dalam ember dengan volume yang telah diketahui dan

ditambah dengan minyak cengkeh kemudian diaduk agar minyak cengkeh

dapat tercampur sempurna. Larutan pembius tersebut dapat digunakan

berulang-ulang hingga semua ikan selesai dibius, yaitu maksimal 20 kg,

selama dilakukan pembiusan dilakukan dalam waktu yang sama. Larutan

pembius yang telah tersimpan selama lebih dari 1 jam sebaiknya dibuang

karena sudah terlalu banyak lendir atau kotoran yang larut dalam air,

selain itu konsentrasi minyak cengkeh dalam air akan berkurang.

Untuk dosis larutan pembius yang akan digunakan sebagai media ikan

dalam sterofoam selama pengangkutan adalah 0.05 gram per liter.

Larutan pembius tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam sterofoam.

Banyaknya air yang akan digunakan adalah hingga setinggi 3-4 cm atau

mampu menggenangi minimal ½ dari tebal badan ikan.

5. Pembiusan ikan

Ikan yang telah ditampung, selanjutnya diserok. Serok yang digunakan

harus memiliki permukaan yang luas agar ikan tidak saling tindih. Ikan

diambil maksimal 2 kg, dan kemudian dimasukkan ke dalam larutan

pembius dengan hati-hati. Ikan yang sudah terbius akan terbalik dan

Page 13: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

kemudian akan berhenti bergerak (Gambar 1). Ikan yang telah tenang

kemudian dimasukkan dalam sterofoam/wadah pengangkut. Sterofoam

kemudian ditutup rapat untuk mencegah agar air tidak mudah tumpah.

Setiap sterofoam dapat diisi maksimal 3,5 kg ikan nila ukuran konsumsi.

Gambar 1. Pembiusan Ikan

6. Pengangkutan

Sebelum wadah pengangkutan disusun pada sadel belakang, motor

sudah harus distandar tengah. Karena model sadel motor yang cenderung

miring, maka posisi wadah sterofoam harus diganjal agar wadah

pengangkutan tetap berada dalam posisi yang rata. Sterofoam dapat

disusun menjadi 4 tingkat. Jika menggunakan rak yang dapat dipasang

pada sepeda motor, maka daya angkut dapat meningkat hingga 12

sterofoam yang berisi ikan sebanyak 36 kg. Sterofoam diikat dengan kuat

dengan karet agar dapat duduk dengan kokoh pada sadel motor.

Pengangkutan juga dapat dilakukan dengan mobil (Gambar 2).

Page 14: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Gambar 2. Transportasi Ikan

Selama melakukan pengakutan, perhatikanlah keselamatan Anda.

Jangan pernah mengabaikan rambu-rambu lalu lintas hanya untuk

mempersingkat waktu tempuh. Keselamatan Anda lebih penting

dibandingkan dengan tingkat kelangsungan hidup ikan yang Anda angkut.

7. Pelepasan ikan

Setelah ikan sampai di tempat tujuan, masukkan ikan ke dalam kolam,

atau wadah penampungan. Jika wadah penampungan berukuran kecil,

ikan dimasukkan satu persatu sedangkan jika wadah pengankutan

berukuran besar atau menggunakan kolam, maka ikan dapat langsung

diturunkan sekaligus bersama dengan medianya ke dalam kolam (Gambar

3). Jangan sekali-kali melemparkan ikan ke dalam kolam atau membiarkan

ikan jatuh ke dalam kolam. Hal ini dapat membuat ikan terluka sehingga

kemungkinan untuk mati menjadi lebih tinggi.

Page 15: PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Gambar 3. Pemulihan/Penebaran Ikan

Ikan yang telah masuk ke dalam air membutuhkan waktu untuk sadar.

Beberapa ekor ikan mungkin akan sadar setelah 10 menit, meskipun

demikian waktu sadar yang normal adalah 3 menit setelah ikan berada

dalam air. Setelah 30 menit, dan masih terdapat ikan yang berenang

dengan posisi miring, maka sebaiknya ikan tersebut diambil karena

kemungkinan hidupnya sangat kecil.