Lapsus Persalinan Kehamilan

26
PENDAHULUAN Kenyataan membuktikan bahwa di indonesia persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya 10-15%, 10% lagi oleh bidan swasta sedangkan sisanya 75-80% oleh dukun beranak. Ini adalah bayanyan apa yang terjadi di kota dan didesa yang ada dokter dan ada tenaga paramedisnya. Lain halnya di pedesaan yang tidak ada tenaga paramedic sama sekali, maka hampir 100% ditolong oleh dukun beranak. Sedangkan dinegara maju hampir seluruh persalinan dilakukan atau ditolong oleh tenaga medis dirumah sakit atau di rumah- rumah. 1 Mereka yang datang ke rumah sakit sering pula dalam keadaan terlambat, bahkan sudah kasep, sehingga sarana dan fasilitas rumah sakit yang lengkap pun tidak dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anaknya. Hal ini lah yang sering menyebabkan angka kematian pada beberapa rumah sakit di Indonesia tinggi. Pemaparan di atas dapat menunjukakn bahwa hasil suatu kehamilan dan persalinan

description

contoh lapsus obgin

Transcript of Lapsus Persalinan Kehamilan

Page 1: Lapsus Persalinan Kehamilan

PENDAHULUAN

Kenyataan membuktikan bahwa di indonesia persalinan yang ditolong di

rumah sakit hanya 10-15%, 10% lagi oleh bidan swasta sedangkan sisanya 75-80%

oleh dukun beranak. Ini adalah bayanyan apa yang terjadi di kota dan didesa yang

ada dokter dan ada tenaga paramedisnya. Lain halnya di pedesaan yang tidak ada

tenaga paramedic sama sekali, maka hampir 100% ditolong oleh dukun beranak.

Sedangkan dinegara maju hampir seluruh persalinan dilakukan atau ditolong oleh

tenaga medis dirumah sakit atau di rumah-rumah.1

Mereka yang datang ke rumah sakit sering pula dalam keadaan terlambat,

bahkan sudah kasep, sehingga sarana dan fasilitas rumah sakit yang lengkap pun

tidak dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anaknya. Hal ini lah yang sering

menyebabkan angka kematian pada beberapa rumah sakit di Indonesia tinggi.

Pemaparan di atas dapat menunjukakn bahwa hasil suatu kehamilan dan persalinan

tidak tegantung pada sarana saja tapi juga sangat ditentukan oleh jumlah dan

keterampilan tenaga medis serta kesadaran dan mentalitas dari penderita dan

masyarakat.1

Tenaga yang sejak dulu sampai sekarang merupakan salah satu pemegang

peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi (nama lain : dukun

beranak, dukun bersalin, dukun peraji). Dukun bayi merupakan tenaga terpercaya

dalam lingkungannya mengenai segala soal yang bersangkutan dengan reproduksi.

Dia diminta pertimbangannya dalam masa kehamilan, mendampingi wanita yang

Page 2: Lapsus Persalinan Kehamilan

bersalin sampai persalinan selesai, dan mengurus ibu serta bayinya dalam masa

nifas.2

Balai KIA mengadakan pelatihan untuk dukun bayi dalam rangka

meningkatkan pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan anak. Dukun bayi yang

telah dilatih sampai tahun 1979 kurang lebih 110.000 tetapi pelaksanaan pelatihan-

pelatihan dukun bayi tidak disertai usaha lain yang melengkapi gagasan peningkatan

kemampuan dukun tersebut. Penelitian lapangan dijumpai hanya 10-20% saja dukun

yang masih berhubungan dengan puskesmas atau bidan yang memberi pelatihan.2

Pertolongan persalinan harus mempertimbangkan berbagai hal salah satunya

jika pada pemeriksaan ada parut uterus. Parut uterus dapat menjadi masalah dalam

persalinan. Setiap ada parut uterus perlu dicari penyebabnya, mungkin karena seksio

sesarea, ruptur uteri, miomektomi, atau reseksi kornu uterus. Jaringan parut dapat

memperlemah uterus yang pada akhirnya dapat menyebabkan ruptur uteri pada saat

persalinan. Kemampuan menganalisa berbagai masalah yang dapat terjadi dalam

persalinan akan membantu kelancaran persalinan dan menurunkan resiko angka

kematian ibu dan bayi.3

Page 3: Lapsus Persalinan Kehamilan

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan

A. Faktor resiko tinggi

Situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang ibu selama kehamilan,

persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun

janin yang dikandungnya. Kradaan dan kondisi tersebut dapat digolongkan menjadi 2

faktor yaitu:1

1. faktor nonmedis, antara lain ; kemiskinan ,ketidaktahuan, adapt, tradisi,

kepercayaan dan sebagainya. Hal ini banyak terjadi terutama dinegara-negara

berkembang dan berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi

morbiditas dan mortalitas. Faktor non medis lain adalah status gizi buruk,

social ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan

kehamilan secara teratur, fasilitasdan sarana kesehatan yang serba

kekurangan.

2. faktor medis, antara lain : penyakit-penyakit ibu dan janin,kelainan obstetric,

gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit

neonatus dan kelainan genetic.

B. Kehamilan resiko tinggi

Menurut daely, criteria kehamilan resiko tinggi sebagai berikut: sinopsis

A. Komplikasi obstetrik

1. umur : ≤ 19 tahun atau 35 tahun ke atas

2. paritas : primigravida atau grandemultipara

Page 4: Lapsus Persalinan Kehamilan

3. riwayat persalinan yang lalu : ≥ 2 kali abortus, ≥ 2 kali partus prematurus,

kematian janin dalam kandungan, perdarahan pasca persalinan, pre eklamsi/

eklamsi, kehamilan mola, pernah ditolong secara obstetric operatif, pernah

operasi ginekologi, pernah inersia uteru

4. Disproporsi cefalopelvik

5. Perdarahan antepartum

6. Pre eklamsi dan eklamsi

7. Kehamilan ganda

8. Hidramnion

9. Kelainan letak pada hamil tua

10. Dismaturitas

11. Kehamilan pada infertilitas

12. Persalinan terakhir ≥ 5 tahun

13. Inkompetensi servik

14. Posmaturitas

15. Hamil dengan tumor

16. uji serologi lues positif

B. Komplikasi medis

meliputi anemia, hipertensi, penyakit jantung, DM, obesitas , penyakit saluran

kencing, penyakit hati, penyakit paru.

Page 5: Lapsus Persalinan Kehamilan

Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah partus

dengan bayi lahir presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau

pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam.2

Persalinan normal terjadi akibat adanya kontraksi uterus yang menyebabkan

kemajuan dalam dilatasi dan penipisan servik. Persalinan pervaginam tanpa

gangguan secara normal mempunyai batas waktu tertentu sehingga jika adanya

gangguan yang menyebabkan kegagalan dalam kemajuan persalinan disebut

persalinan abnormal. Persalinan abnormal membuat seorang ahli kebidanan harus

memikirkan metode alternatif untuk membantu keberhasilan persalinan dengan

pertimbangan risiko yang minimal terhadap ibu dan janin.4

Pertolongan Persalinan

Seorang ibu dikatakan dalam persalinan (in partu) bila telah timbul his yaitu

kontraksi yang teratur, makin sering, makin lama, dan makin kuat serta

mengeluarkan lendir bercampur darah. Ibu yang merasakan dirinya dalam persalinan

harus diperiksa secara cermat untuk mengetahui ia memang benar dalam persalinan

dan dinilai adanya kelainan (misalnya disproporsi sefalopelvik, gangguan his).

Beberapa prosedur yang harus dilakukan yaitu : 5

- gali riwayat kesehatan saat pemeriksaan terakhir

- catat tanda vital, menilai keadaan umum pasien dan segala kelainan fisik yang

ditemukan.

Page 6: Lapsus Persalinan Kehamilan

- Bila terdapat fasilitas periksa protein dan glukosa urin.

- Lakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan

- Periksa abdomen, inspeksi adanya parut atau bekas trauma lama. Palpasi

uterus dengan cara Leopold. Hitung frekuensi detak jantung janin.

- Perhatikan frekuensi, keteraturan, kekuatan dan lama kontraksi uterus.

- Jika ada perdarahan dari vagina atau keluarnya air ketuban, catat sifat dan

jumlahnya.

- Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai pembukaan dan penipisan serviks,

posisi bagian terbawah janin.

Ekstraksi Vakum

Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan

ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya.5 Ekstraksi vakum sekarang menjadi

pilihan yang lebih sering digunakan untuk operasi persalinan pervaginam

dibandingkan forsep. Hal ini berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa

cedera pada ibu lebih sering pada forsep.6

A. Syarat-syarat ekstraksi vakum 3,5

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan ekstraksi vakum

adalah :

1. Pembukaan serviks lengkap

2. presentasi belakang kepala

3. Kepala janin berada di Hodge III – IV atau 1/5-2/5

4. Tidak ada disproporsi sefalopelvik

5. Ada his atau tenaga mengedan

Page 7: Lapsus Persalinan Kehamilan

6. Ketuban sudah pecah/dipecahkan

7. janin cukup bulan

B. Indikasi vakum ekstraksi

Indikasi vakum ekstraksi dibagi menjadi 2 yaitu :7,8

1. Indikasi maternal (ibu), antara lain :

- maternal exhaustion (ibu kelelahan)

- pengeluaran tenaga ibu yang tidak adekuat

- pada ibu yang tidak boleh mengedan misalnya pada ibu dengan

gangguan jantung.

2. Indikasi bayi

- adanya gawat janin

3. Indikasi waktu

- persalinan kala II lama

C. Kontraindikasi vakum ekstraksi

Vakum ekstraksi tidak dapat dilakukan pada :1,5,8

- Ibu : dengan rupture uteri membakat, tidak boleh mengedan

- Janin : letak lintang, letak tinggi, persentasi muka, kepala menyusul

pada letak sungsang, persentasi bokong, disproporsi sefalopelvik

- Operator : tidak berpengalaman dan tidak mampu melakukannya

Kontraindikasi relatif : prematuritas ( < 36 minggu ) dan percobaan penarikan

kepala sebelumnya

Page 8: Lapsus Persalinan Kehamilan

D. Komplikasi

Komplikasi vakum yang sering terjadi pada bayi antara lain : laserasi dan

memar kulit kepala pada tempat pemasangan mangkok vakum, hematom subgaleal,

perdarahan intrakranial, ikterus, fraktur pada klavikula, distosia bahu, lesi pada saraf

kranialis ke VI dan VII dan kematian bayi.9 Komplikasi yang biasa terjadi pada ibu

antara lain : trauma jalan lahir, infeksi serta perdarahan akibat atonia uteri.5,6

Seksio Sesarea

Seksio sesarea (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim. Indikasinya adalah disproporsi

sefalopelvik, gawat janin, plasenta previa, pernah SC sebelumnya, kelainan letak,

incoordinate uterine action, eklamsia, hipertensi.5 SC menjadi pilihan jika persalinan

pervaginam tidak dapat terjadi karena tidak ada kemajuan selama 12 jam atau

kondisi janin yang membahayakan.4

LAPORAN KASUS

Page 9: Lapsus Persalinan Kehamilan

I. Identitas

Nama : Ny.Y

Alamat : Tamban km.22 Rt 8

Barito kuala

Umur : 26 tahun

Suku/Bangsa : Banjar

MRS : 6 Februari 2006

pukul 19.40 WITA

Suami

Nama : Hermanto

Umur : 26 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta (ABK)

II. Anamnesa

1. Keluhan Utama : ingin melahirkan

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

Os merasa perutnya mulas sejak tanggal 5 Februari 2006 sekitar pukul 02.00

WITA (kurang lebih 18 jam yang lalu), kurang lebih 3 jam berikutnya ada

keluar lendir dan darah sedikit-sedikit, tidak ada riwayat keluar air-air. Os

mengaku persalinannya dipimpin oleh dukun kampung tanggal 6 Februari

2006 mulai jam 8 pagi sampai jam 16.00 sore (8 jam) dan selama memimpin

persalinan dukun kampung tersebut mendorong-dorong perutnya. Os juga

mengaku ada riwayat dipimpin bidan kesehatan untuk mengedan kemudian

disuntik di pantat oleh bidan pukul 18.00 WITA hingga perut terasa lebih

mulas. Os tidak tahu pembukaan berapa saat bidan memeriksa, karena tidak

berhasil dipimpin bidan, Os lalu disarankan ke RS ULIN tanpa rujukan. Os

mengatakan sering memeriksakan diri saat hamil ke petugas kesehatan di

Page 10: Lapsus Persalinan Kehamilan

Puskesmas 1 bulan sekali dan sering disarankan oleh bidan untuk melahirkan

di RS karena ada riwayat operasi Caesar.

3. Riwayat obstetrik

G2P1A0 , anak pertama lahir cukup bulan pada tahun 2001 dengan jenis

persalinan SC atas indikasi CPD di RS ISLAM Banjarmasin jenis kelamin

perempuan, berat 3800 gram dalam keadaan sehat. Kehamilan sekarang

adalah anak yang kedua.

4. Riwayat Haid

Siklus teratur setiap 27 hari dengan lama haid 5 hari. HPHT tanggal 03 mei

2005, taksiran persalinan 10 Februari 2006.

5. Riwayat perkawinan

Pasien pernah menikah dua kali. Perkawinan pertama selama 6 tahun,

dikaruniai 1 orang anak, Perkawinan kedua dengan suami sekarang selama 1

tahun 7 bulan.

6. Riwayat Penyakit Dahulu

SC dengan indikasi CPD lima tahun yang lalu.

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Asma (-) DM (-) HT (-)

III. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Page 11: Lapsus Persalinan Kehamilan

Status Gizi : cukup

TB/BB : 146 cm/46 kg

2. Tanda Vital :

- TD : 120/90 - RR : 24X/menit

- N : 88X/menit - t : 360 C

Kepala dan leher : anemis (-) ikterik (-)

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : membuncit

Ekstremitas : edem (-) reflek patella (+)

B. Pemeriksaan Khusus Obstetrik

1. Inspeksi : Perut membuncit asimetris

2. Palpasi : L1 : 3 jari bawah proc. Xhypoideus

L2 : Punggung sejajar kanan

L3 : Presentasi kepala

L4 : 1/5 Hodge 1

TFU : 28 cm

Taksiran Berat Janin : 2635 gram

His : 3X/10 menit, lama 25-30 detik

3. Auskultasi : Denyut jantung janin : 144X/menit regular

4. Pemeriksaan Dalam

Portio : konsistensi lunak

Pembukaan : 7 cm

Kulit ketuban : (+)

Page 12: Lapsus Persalinan Kehamilan

Penurunan : Hodge 1

Penunjuk : UUK

5. Pemeriksaan Panggul

Promontorium : tidak dapat diraba

Spina Ischiadica : tidak menonjol

Linea Inominata : teraba 1/3 bagian

Dinding samping : Sejajar

Sakrum : Kesan luas

C. Pemeriksaan Tambahan

Laboratorium : Darah : Hb 11,3 gr %; WBC 21330/mm3

D. Diagnosis Kerja

G2P1A0 kehamilan aterm, janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala,

in partu kala I fase aktif dengan riwayat SC 5 tahun yang lalu

E. Follow Up K emajuan Persalinan

6 februari 2006

Pukul 22.15 :

Pembukaan 5 cm, His (+),DJJ (+), kulit ketuban (+) bagian bawah kepala H1

Diagnosa : G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal hidup intrauterine

presentasi kepala in partu kala I fase aktif, dengan riwayat SC 5

tahun yang lalu.

Sikap : Observasi kemajuan persalinan

Konsul dr. Sp.OG : observasi kemajuan persalinan

7 februari 2006

Page 13: Lapsus Persalinan Kehamilan

Pukul 00.05 :

Pembukaan 9 cm, kepala di Hodge II, His 3X dalam 10 menit selama 25-30

detik

Konsul dr. Sp.OG : Amniotomi

Pukul 04.00 :

Pembukaan 10 cm lengkap. Kepala di hidge 2, His 3X dalam 10 menit selama

25-30 detik, DJJ 132X per menit, Ibu dipimpin mengedan tapi ibu kurang

kooperatif dan kurang mengerti.

Pukul 05.40 :

Ibu dipimpin mengedan lagi, tapi ibu sudah kelelahan.

Pukul 06.00 :

Pada pasien dipasang cup vakum di bagian sekitar vagina, dieksplorasi

sehingga tidak ada bagian vagina yang terjepit. Tekanan dimulai dari -0,2

ppm ditunggu hingga 2 menit, tekanan dinaikkan menjadi -0,4 ppm. Setelah 2

menit dinaikkan lagi menjadi -0,6 ppm. Ibu dipimpin mengedan sesuai His,

vakum ditarik turun dilakukan episiotomi. Vakum ditarik hingga kepala dapat

dilahirkan , terjadi paksi luar sambil vakum dimatikan, kepala ditarik

biparietal Dilakukan penarikan ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan

penarikan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

Pukul 07.00 :

Page 14: Lapsus Persalinan Kehamilan

Bayi laki-laki lahir dengan berat 2900 gram dan panjang badan 50 cm.

APGAR 7-8-9, Anus (+), kelainan congenital (-).

Pukul 07.15

Lahir plasenta lengkap, insertion sentralis, infark (-), hematom (-), episiotomi

dijahit. Evaluasi perdarahan kurang lebih 150 cc.

Page 15: Lapsus Persalinan Kehamilan

DISKUSI

Pada kasus ini pasien datang dengan diagnosa awal G2P1A0, hamil aterm,

Janin tunggal hidup intrauterin, in partu kala I fase aktif. Pasien dicoba melakukan

persalinan normal tapi karena ibu kelelahan sehingga harus dilakukan ekstraksi

vakum. Kelelahan pada ibu terjadi karena sebelum dibawa ke rumah sakit ibu telah

dipimpin mengedan oleh dukun kampung sambil didorong-dorong.

Ibu memanggil petugas kesehatan di Puskesmas setelah 8 jam tidak berhasil

ditolong oleh dukun kampung. Petugas kesehatan memberikan suntikan di pantat ibu

dan setelah disuntik ibu merasa perutnya semakin mulas. Kondisi ibu yang kesakitan,

membuat petugas kesehatan memutuskan membawa ibu ke RS ULIN tanpa surat

rujukan.

Kelelahan pada ibu menjadi penyulit persalinan yang seharusnya dapat

dihindari jika dukun kampung mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik

tentang persalinan. Ibu sudah dipimpin mengedan tanpa dukun kampung memeriksa

apakah ibu sudah berada dalam kala II persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan dan pelatihan dukun-dukun bayi oleh balai KIA belum merata ke seluruh

daerah. Pelatihan dukun bayi seharusnya mampu menjadi perhatian bidan atau

Puskesmas di desa tersebut sehingga kejadian seperti ini tidak terulang dikemudian

hari.

Ibu sering memeriksakan kehamilan di puskesmas dan dianjurkan oleh bidan

untuk melahirkan di rumah sakit karena adanya riwayat SC pada persalinan

sebelumnya. Ibu tetap meminta bantuan dukun kampung selama persalinan padahal

Page 16: Lapsus Persalinan Kehamilan

ibu sudah mengerti dengan anjuran bidan tersebut. Lingkungan sosial yang tidak

mendukung membuat persalinan seperti ini terjadi. Orang-orang di dekat ibu seperti

mertuanya tidak suka jika ibu harus melahirkan di RS. Mereka berpikir melahirkan di

rumah jauh lebih baik dan merasa lebih nyaman dengan dukun kampung daripada

dokter di RS.

Kasus di atas hanyalah salah satu kasus yang sering terjadi di masyarakat

bahwa faktor kepercayaan masyarakat memang berperan. Masih banyak rakyat kita

yang lebih percaya kepada dukun daripada tenaga kesehatan, karena pengaruh dukun

dalam masyarakat sangat besar. Para dukun dianggap mempunyai kharisma, karena

mereka menghadiri persalinan dan tidak hanya memberikan pertolongan teknis

namun juga memberi perlindungan emosional kepada ibu dan keluarganya. Jika

dipandang dari segi ekonomi, dukun tidak meminta imbalan yang besar atas jasanya

dan dari segi tradisional kepercayaan dukun dengan mantera-manteranya dianggap

dapat memperlancar persalinan sedangkan dengan tenaga medis mempunyai satu

jalan keluar yaitu operasi yang sangat ditakuti sebagian masyarakat.(sinpsis)

Dukun beranak dengan segala kekurangannya untuk waktu yang cukup lama

masih perlu diikutsertakan dalam pelayanan kebidanan, baik karena mereka masih

mendapat kepercayaan besar dalam masyarakat maupun karena tenaga mereka belum

dapat terganti seluruhnya oleh tenaga medis dan paramedic yang terdidik baik.

Mereka hanya harus diawasi dengan baik dan mendapat pembinaan terus menerus

agar dapat memberikan pelayanan kebidanan yang dapat dipertanggungjawabkan

(synopsis).

Page 17: Lapsus Persalinan Kehamilan

Konseling khusus penting untuk ibu hamil dan hendaknya diberikan sesuai

dengan masalahnya ketika ibu memeriksakan kehamilannya. Selama konseling

seorang bidan di puskesmas sebaiknya juga menganjurkan ibu untuk konsultasi ke

dokter dan membantu ibu menentukan pilihan yang tepat serta memberikan surat

rujukan. Ibu dapat dimnta kembali setelah konsultasi dan membawa hasil rujukan

sehingga seorang bidan dapat membantu ibu lebih lanjut(pink).

Page 18: Lapsus Persalinan Kehamilan

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus persalinan dengan ektraksi vakum pada

seorang wanita atas indikasi pasien kelelahan sehingga tidak kuat lagi mengedan.

Kasus ini melibatkan pengaruh kehidupan sosial pasien dan pelayanan obstetrik yang

ada di masyarakat. Pasien dirawat selama 2 hari dan pulang dari RS pada tanggal 8

februari 2006.