Lapsus Mata

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari yang difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf yang mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini berkabut, ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak lagi difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua- duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun. 1

description

jh

Transcript of Lapsus Mata

Page 1: Lapsus Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan

cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari

yang difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf

yang mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini

berkabut, ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak

lagi difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat

mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada

malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-

duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga

pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak

adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit

sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi potong lintang

prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga

70% pada usia lebih dari 75 tahun.

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat

mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab

kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.

Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.

Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga

penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan

tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor

ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara

tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin,

tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat

1

Page 2: Lapsus Mata

kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan

myopia.

2

Page 3: Lapsus Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Katarak

2.1.1. Definisi

Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,

yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,

namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut.

Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat

ini belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan

menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:

Teori putaran biologik (“A biologic clock”).

Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati.

Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik

yang mengakibatkan kerusakan sel,

Teori mutasi spontan,

Teori “A free radical’

o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.

o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.

o Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E

Teori “A cross-link”

Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan

molekul protein sehingga mengganggu fungsi.

Perubahan lensa pada usia lanjut:

A. Kapsul

Menebal dan kurang elastis,

Mulai presbiopia,

Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,

3

Page 4: Lapsus Mata

Terlihat bahan granular,

B. Epitel

Del epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat,

Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata,

C. Serat lensa

Lebih irregular

Pada korteks jelas kerusakan serat sel,

Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah

protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa,

sedang warna cokelat protein lensa nukleus mengandung histidin dan

triptofan dibanding normal,

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi dan mengalami fotooksidasi,

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda,

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut

biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

2.1.2. Anatomi lensa

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa

memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan

posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior

10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan

ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa

135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun.

Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior

iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di

sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal

yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki

serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di

tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat

zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang

mengelilingi lensa secara sirkular

4

Page 5: Lapsus Mata

2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko

A. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga.

Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat

lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati

ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat

lensa paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling

muda berada tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan

usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus.

Pengerasan nukleus lensa disebut dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring

dengan pertambahan usia, protein lensa pun mengalami perubahan kimia.

Fraksi protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan

beragregasi membentuk protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini

menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi

meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa menjadi

tidak tembus cahaya.

B. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas dapat merusak protein,

lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan

oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen dari oksigen

yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom, dan dari

agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen adalah

anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil

5

Page 6: Lapsus Mata

(ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hidrogen

peroksida (H2O2).

Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen dari asam

lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan

menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih

lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida

(MDA). MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein.

Polimerisasi dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi kristalin dan

inaktivasi enzim-enzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti

katalase dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan

kekeruhan pada lensa.

C. Radiasi ultraviolet

Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa

karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki

energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari

bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies

oksigen reaktif.

D. Merokok

Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara merokok dan

penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998) menyatakan bahwa merokok

dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat

berkompetisi dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum.

Kuprum penting untuk aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa.

Sehingga dengan adanya kadmium menyebabkan fungsi superoksida

dismutase sebagai antioksidan terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya

kerusakan oksidatif pada lensa dan menimbulkan katarak. Disebutkan juga

bahwa kadmium dapat mengendapkan lensa sehingga timbul katarak. Hal

yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sulochana, Puntham, dan

Ramakrishnan (2002). Bedanya bahwa kadmium juga dapat mengganggu

homeostasis zincum dan mangan pada enzim superoksida dismutase.

6

Page 7: Lapsus Mata

Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)

menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO

bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk

peroksinitrit sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini

dapat memicu peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida.

Malondyaldehida memiliki efek inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti

katalase dan glutation reduktase sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi

kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk katarak.

E. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten

Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi

menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat

mencegah terjadinya katarak.

F. Dehidrasi

Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada

lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa

dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.

G. Trauma

Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga

timbul katarak.

H. Infeksi

Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai

sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.

I. Obat-obatan seperti kortikosteroid

Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya

katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah

katarak subkapsular.

7

Page 8: Lapsus Mata

J. Penyakit sistemik seperti diabetes

Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya kadar

gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini

menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi

sangat terhidrasi dan timbul katarak.

K. Genetik

Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan

maturasi katarak.

L. Myopia

Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan

kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada

lensa.

2.1.4. Klasifikasi Katarak

A. Klasifikasi berdasarkan morfologis

Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:

a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat

berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak

kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan

sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.

b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial

korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak

subkapsular anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak

subkapsular posterior dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid,

diabetes, myopia berat dan degenerasi retina. Katarak subkapsular

Anterior dapat terjadi bersamaan dengan katarak subkapsular posterior

dan dapat disebabkan oleh jejas lokal, iritasi, uveitis dan radiasi.

Katarak Subkapsular Anterior

8

Page 9: Lapsus Mata

Katarak Subkapsular Posterior

c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan

merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal

disebabkan oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat

dibandingkan nukleus sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi

akibat ketidakseimbangan elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke

kerusakan serat korteks lensa.

d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.

Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan

sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan

nukleus pada usia lanjut.

Katarak Nuklear

e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks

lensa yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.

f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan

superfisial korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar

anterior dan katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat

pada katarak kongenital atau karena trauma sekunder.

g. Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak

muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu

tipe saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa

yang lain juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan

mengindikasikan katarak telah lanjut dan perkembangannya harus lebih

diperhatikan. Pasien dengan katarak gabungan akan memiliki gejala

penurunan visus.

9

Page 10: Lapsus Mata

B. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak

Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:

a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau

segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak

kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang

menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes

mellitus, hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan

histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital

biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus,

aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik,

displasia retina, dan megalo kornea. Katarak kongenital disebabkan

kelainan pada pembentukan lensa sebelum proses kelahiran. Katarak

kongenital digolongkan dalam katarak kapsulolentikular di yaitu katarak

kapsular dan polaris atau katarak lentikular yaitu katarak kortikal atau

katarak nuklear.

b. Katarak juvenil, adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang

dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan. Katarak juvenil biasanya

merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit

lainnya seperti :

Katarak metabolik seperti katarak diabetik, katarak galaktosemik,

katarak hopikalsemik, katarak defisiensi gizi, katarak aminoasiduria,

penyakit Wilson, dan katarak yang berhubungan dengan penyakit

lain.

Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

Katarak traumatik

Katarak komplikata:

Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,

mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia

iridis).

Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),

seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

Katarak anoksik

10

Page 11: Lapsus Mata

Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,

dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,

klorpromazin, busulfan, dan besi).

Lain-lain seperti kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai

kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial,

osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita

pungtata), dan kromosom.

Katarak radiasi

c. Katarak senil, adalah katarak semua kekeruhan lensa yang terdapat pada

usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tipe utama pada katarak senilis

adalah katarak kortikal, katarak nuklear, dan katarak subkapsular

posterior. Walaupn katarak sering diawali oleh tipe yang murni tersebut,

mereka akan matang menjadi katarak campuran. Selanjutnya akan

dibahas lebih mendetail mengenai katarak senilis.

C. Klasifikasi berdasarkan derajat maturasi sebagai berikut:

a. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji

menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak

subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular

posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien. Katarak intumesen.

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks

hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan

memberikan miopisasi

b. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak

yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah

akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada

keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,

sehingga terjadi glaukoma sekunder

c. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh

lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang

menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa

akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi

kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi

11

Page 12: Lapsus Mata

lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman

normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau

disebut negatif.

d. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa

yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi

kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata

dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan

terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila

proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks

yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus

yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan

tersebut dinamakan katarak morgagn

2.1.5. Gejala dan Tanda Katarak

Gejala dan tanda penyakit katarak adalah:

A. Penurunan tajam penglihatan

B. Peningkatan derajat myopia

C. Silau

D. Halo (melihat lingkaran disekitar lampu)

E. Diplopia monokuler (pada katarak nuklear)

F. Penurunan sensitivitas kontras

G. Titik hitam di depan mata

2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Katarak

Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar

katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat

(matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada

stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang

didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.

12

Page 13: Lapsus Mata

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin

padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium

ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar

celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain

daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi

pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa

panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.

2.1.7. Penatalaksanaan Katarak

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup

dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat

menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui

dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan

hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan

kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan

E.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari

bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode

yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan

evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan

implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah

lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract

ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga

prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu:

A. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan

13

Page 14: Lapsus Mata

dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan

tindakan pembedahan yang sangat lama populer.

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia

kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,

glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

B. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular

posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan

akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya

prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya

katarak sekunder.

14

Page 15: Lapsus Mata

C. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan

kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-

3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan

katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah

hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat

dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan

pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan

kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis

padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan

dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan

lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti

itu.

15

Page 16: Lapsus Mata

D. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan

teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena

lebih cepat sembuh dan murah.

2.2. Pseudofakia

Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi

katarak. Lensa ini akan memberikan kemajuan penglihatan. Lensa intraokular

ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini

tidak akan mengganggu dan tidak  perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar

oleh tubuh.

Gejala dan tanda pseudofakia :

Penglihatan kabur

Visus jauh dengan optotype Snellen

Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam

(IOL)

Terdapat bekas insisi atau jahitan

Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti :

a. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki

penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata

b. Pada daerah pupil, dimana bagian multi lensa pada pupil dengan fiksasi pupil

c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal

dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular

d. Pada kapsul lensa.

Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul

lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :

a. Endotel kornea terlindung

b. Melindungi iris terutama pigmen iris

c. Melindungi kapsul posterior lensa

16

Page 17: Lapsus Mata

d. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.

Keuntungan pemasangan lensa ini :

a. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada

tempat lensa asli yang diangkat.

b. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal

c. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat

d. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.

Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :

a. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)

b. Anak dibawah 3 tahun

c. Uveitis menahun yang berat

d. Retinopati

e. Glaukoma neovaskuler

17

Page 18: Lapsus Mata

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 64 Tahun

Alamat : Gapuk tengah, dasan agung, selaparang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Tidak menikah

Agama : Islam

3.2. Anamnesis

Hari/tanggal : Selasa, 19 Mei 2015

Keluhan Utama : Kontrol Post Operasi katarak ± 1 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang sadar diantar keluarganya dengan keluhan kontrol post operasi katarak

± 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku mata kiri kadang terasa pedas namun

penglihatan sudah lebih baik. Pada mata kanan pasien merasakan penglihatannya

kabur, kabur dirasakan seperti berasap. Pasien tidak merasakan penglihatan seperti

berada di terowongan. Pasien juga tidak melihat bintik ditengah, tidak melihat

bengkok pada benda lurus. Pasien mengelukan pada siang hari merasa silau dan

membaik saat malam. Tidak didapatkan mata merah, tidak berair, dan tidak terdapat

kotoran pada mata.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat memiliki gejala yang sama sebelumnya disangkal, riwayat hipertensi

dikatakan pasien sudah sejak lama, riwayat diabetes millitus disangkal, riwayat

penyakit jantung disangkal, riwayat trauma disangkal. Riwayat operasi katarak pada

mata kiri 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Dikatakan tidak terdapat keluhan yang sama pada keluarga pasien.

18

Page 19: Lapsus Mata

Riwayat Sosial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Tanda vital :

o Tekanan Darah : 200/100 mmHg

o Nadi : 86x/menit

o Pernafasan : 18x/menit

Status Oftalmologi

OD OS

OD : 20/100 PH 20/40 Visus OS : 20/50 f-1 PH 20/30 f-2

Gerakan

Ortoforia Hirschberg Ortoforia

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

lagoftalmus (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

lagoftalmus (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Kornea

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Jernih, kedalaman cukup

hipopion (-),

hifema (-),

BMD

Jernih, kedalaman cukup

hipopion (-),

hifema (-),

19

Page 20: Lapsus Mata

warna coklat,(-), edema(-) Iris warna coklat,(-), edema(-)

terdapat atropi iris

bulat, diameter : ± 3mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung

(+),

Pupil

ireguler, diameter : ± 3mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Shadow test (+), Keruh (+) Lensa IOL, letak sentral

3.4. Diagnosa Kerja

OD : Katarak Senil Imatur

OS : Pseudofakia

Hipertensi Emergency

3.5. Diagnosa Banding

a. ARMD

b. Glukoma Kronik

c. Kelainan Refraksi

d. Retinopati

3.6. Pemeriksaan Yang Diajukan

a. Funduskopi

b. Slitlamp

c. Tonometri Schiotz

3.7. Penatalaksanaan

Artifisial tear 6x sehari 1 tetes

Konsul dokter spesialis Penyakit Dalam

KIE :

o Jangan menggosok mata

o Jangan membawa beban berat

o Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

o Diet rendah garam

o Operasi dilakukan saat tekanan darah stabil

20

Page 21: Lapsus Mata

BAB IV

PEMBAHASAN

Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang

menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang

terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.

Dari anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan kontrol post operasi

katarak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien merasakan kadang terasa pedih pada mata kiri

namun penglihatannya sudah membaik. Pada mata kanan pasien merasa penglihatan kabur

dan dirasakan seperti berasap. Tidak didapatkan mata merah, tidak berair, dan tidak terdapat

kotoran pada kedua mata. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak lama. Pasien menyangkal

memiliki riwayat diabetes millitus, penyakit jantung, dan pasien menyangkal terdapat riwayat

trauma.

Dari pemeriksaan didapatkan pasien dalam keadaan sadar. Tekanan darah pasien

200/100 mmHg yang menandakan Hipertensi grade 2. Pada pemeriksaan visus didapatkan

visus mata kanan 20/100 PH 20/40 dan visus mata kiri 20/50 PH 20/30 f-2. Pada pemeriksaan

pupil didapatkan shadow test positif pada mata kanan. Koreksi tidak dilakukan karena pada

pemeriksaan pupil didapatkan shadow test positif. Pada mata kiri didapatkan lensa intraokular

dikarenakan pasien sudah melakukan operasi katarak.

Pasien mendapatkan obat artifisial tear. Pasien tidak dapat dilakukan operasi karena

tekanan darah pasien 200/100mmHg. Tekanan darah tinggi merupakan kontraindikasi

dilakukan operasi katarak. Pasien dikonsulkan ke spesialis penyakit dalam untuk

mengkontrol tekanan darah pasien. Operasi dapat dilakukan saat tekanan darah pasien stabil.

21

Page 22: Lapsus Mata

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Telah dilaporkan kasus katarak pada mata kanan dan pseudofakia pada mata kiri pada

seorang wanita berusia 64 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

peeriksaan fisik yang didapat. Pasien mendapatkan obat-obatan berupa artifisial tear dan

pasien dikonsulkan ke dokter spesialis saraf. Operasi tidak dapat dilakukan karena

tekanan darah pasien tinggi.

22

Page 23: Lapsus Mata

DAFTAR PUSTAKA

Adam. 2003. Katarak Senilis. http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/35230/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Tanggal 21 Mei 2015.

Alfin Khalilullah. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis.

https://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-katarak1.pdf.

Diakses Tanggal 21 Mei 2015.

Diyah Herawati. 2012. Pseudofakia. https://www.scribd.com/document_downloads/

direct/236034677?

extension=docx&ft=1432302200&lt=1432305810&user_id=24749040&uahk=3i

he3Oct4ndKDwhKWZssUp3hcfI. Diakses Tanggal 21 Mei 2015.

Ilyas S et al. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKIU

Vaughan D, Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika

23