Lapsus Mata
description
Transcript of Lapsus Mata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan
cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari
yang difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf
yang mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini
berkabut, ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak
lagi difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat
mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada
malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-
duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak
adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit
sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga
70% pada usia lebih dari 75 tahun.
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.
Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga
penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan
tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor
ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara
tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin,
tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
1
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Katarak
2.1.1. Definisi
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,
yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut.
Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat
ini belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan
menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:
Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati.
Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik
yang mengakibatkan kerusakan sel,
Teori mutasi spontan,
Teori “A free radical’
o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.
o Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
Teori “A cross-link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Perubahan lensa pada usia lanjut:
A. Kapsul
Menebal dan kurang elastis,
Mulai presbiopia,
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,
3
Terlihat bahan granular,
B. Epitel
Del epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat,
Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata,
C. Serat lensa
Lebih irregular
Pada korteks jelas kerusakan serat sel,
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa,
sedang warna cokelat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal,
Korteks tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan mengalami fotooksidasi,
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda,
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
2.1.2. Anatomi lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun.
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular
4
2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko
A. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga.
Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat
lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati
ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat
lensa paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling
muda berada tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan
usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus.
Pengerasan nukleus lensa disebut dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring
dengan pertambahan usia, protein lensa pun mengalami perubahan kimia.
Fraksi protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan
beragregasi membentuk protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini
menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi
meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa menjadi
tidak tembus cahaya.
B. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas dapat merusak protein,
lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan
oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen dari oksigen
yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom, dan dari
agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen adalah
anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil
5
(ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hidrogen
peroksida (H2O2).
Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen dari asam
lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan
menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih
lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida
(MDA). MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein.
Polimerisasi dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi kristalin dan
inaktivasi enzim-enzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti
katalase dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan
kekeruhan pada lensa.
C. Radiasi ultraviolet
Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa
karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki
energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari
bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies
oksigen reaktif.
D. Merokok
Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara merokok dan
penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998) menyatakan bahwa merokok
dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat
berkompetisi dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum.
Kuprum penting untuk aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa.
Sehingga dengan adanya kadmium menyebabkan fungsi superoksida
dismutase sebagai antioksidan terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya
kerusakan oksidatif pada lensa dan menimbulkan katarak. Disebutkan juga
bahwa kadmium dapat mengendapkan lensa sehingga timbul katarak. Hal
yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sulochana, Puntham, dan
Ramakrishnan (2002). Bedanya bahwa kadmium juga dapat mengganggu
homeostasis zincum dan mangan pada enzim superoksida dismutase.
6
Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)
menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO
bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk
peroksinitrit sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini
dapat memicu peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida.
Malondyaldehida memiliki efek inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti
katalase dan glutation reduktase sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi
kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk katarak.
E. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten
Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi
menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat
mencegah terjadinya katarak.
F. Dehidrasi
Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada
lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa
dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.
G. Trauma
Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga
timbul katarak.
H. Infeksi
Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai
sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.
I. Obat-obatan seperti kortikosteroid
Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya
katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah
katarak subkapsular.
7
J. Penyakit sistemik seperti diabetes
Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya kadar
gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi
sangat terhidrasi dan timbul katarak.
K. Genetik
Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan
maturasi katarak.
L. Myopia
Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan
kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada
lensa.
2.1.4. Klasifikasi Katarak
A. Klasifikasi berdasarkan morfologis
Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat
berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak
kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan
sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.
b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial
korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak
subkapsular anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak
subkapsular posterior dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid,
diabetes, myopia berat dan degenerasi retina. Katarak subkapsular
Anterior dapat terjadi bersamaan dengan katarak subkapsular posterior
dan dapat disebabkan oleh jejas lokal, iritasi, uveitis dan radiasi.
Katarak Subkapsular Anterior
8
Katarak Subkapsular Posterior
c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan
merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal
disebabkan oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat
dibandingkan nukleus sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi
akibat ketidakseimbangan elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke
kerusakan serat korteks lensa.
d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.
Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan
sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan
nukleus pada usia lanjut.
Katarak Nuklear
e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks
lensa yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.
f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan
superfisial korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar
anterior dan katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat
pada katarak kongenital atau karena trauma sekunder.
g. Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak
muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu
tipe saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa
yang lain juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan
mengindikasikan katarak telah lanjut dan perkembangannya harus lebih
diperhatikan. Pasien dengan katarak gabungan akan memiliki gejala
penurunan visus.
9
B. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak
Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes
mellitus, hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan
histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus,
aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik,
displasia retina, dan megalo kornea. Katarak kongenital disebabkan
kelainan pada pembentukan lensa sebelum proses kelahiran. Katarak
kongenital digolongkan dalam katarak kapsulolentikular di yaitu katarak
kapsular dan polaris atau katarak lentikular yaitu katarak kortikal atau
katarak nuklear.
b. Katarak juvenil, adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang
dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti :
Katarak metabolik seperti katarak diabetik, katarak galaktosemik,
katarak hopikalsemik, katarak defisiensi gizi, katarak aminoasiduria,
penyakit Wilson, dan katarak yang berhubungan dengan penyakit
lain.
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
Katarak traumatik
Katarak komplikata:
Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,
mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia
iridis).
Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),
seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
Katarak anoksik
10
Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,
dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,
klorpromazin, busulfan, dan besi).
Lain-lain seperti kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai
kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial,
osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita
pungtata), dan kromosom.
Katarak radiasi
c. Katarak senil, adalah katarak semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tipe utama pada katarak senilis
adalah katarak kortikal, katarak nuklear, dan katarak subkapsular
posterior. Walaupn katarak sering diawali oleh tipe yang murni tersebut,
mereka akan matang menjadi katarak campuran. Selanjutnya akan
dibahas lebih mendetail mengenai katarak senilis.
C. Klasifikasi berdasarkan derajat maturasi sebagai berikut:
a. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak
subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien. Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan
memberikan miopisasi
b. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder
c. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa
akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi
kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi
11
lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau
disebut negatif.
d. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi
kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan
terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila
proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
tersebut dinamakan katarak morgagn
2.1.5. Gejala dan Tanda Katarak
Gejala dan tanda penyakit katarak adalah:
A. Penurunan tajam penglihatan
B. Peningkatan derajat myopia
C. Silau
D. Halo (melihat lingkaran disekitar lampu)
E. Diplopia monokuler (pada katarak nuklear)
F. Penurunan sensitivitas kontras
G. Titik hitam di depan mata
2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Katarak
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar
katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat
(matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada
stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang
didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.
12
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium
ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain
daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi
pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.
2.1.7. Penatalaksanaan Katarak
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui
dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan
hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan
kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan
E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu:
A. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
13
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,
glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
B. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
14
C. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-
3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis
padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan
lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti
itu.
15
D. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena
lebih cepat sembuh dan murah.
2.2. Pseudofakia
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan kemajuan penglihatan. Lensa intraokular
ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini
tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar
oleh tubuh.
Gejala dan tanda pseudofakia :
Penglihatan kabur
Visus jauh dengan optotype Snellen
Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam
(IOL)
Terdapat bekas insisi atau jahitan
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti :
a. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki
penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian multi lensa pada pupil dengan fiksasi pupil
c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal
dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
d. Pada kapsul lensa.
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul
lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :
a. Endotel kornea terlindung
b. Melindungi iris terutama pigmen iris
c. Melindungi kapsul posterior lensa
16
d. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
a. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada
tempat lensa asli yang diangkat.
b. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
c. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
d. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
a. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)
b. Anak dibawah 3 tahun
c. Uveitis menahun yang berat
d. Retinopati
e. Glaukoma neovaskuler
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 64 Tahun
Alamat : Gapuk tengah, dasan agung, selaparang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Tidak menikah
Agama : Islam
3.2. Anamnesis
Hari/tanggal : Selasa, 19 Mei 2015
Keluhan Utama : Kontrol Post Operasi katarak ± 1 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang sadar diantar keluarganya dengan keluhan kontrol post operasi katarak
± 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku mata kiri kadang terasa pedas namun
penglihatan sudah lebih baik. Pada mata kanan pasien merasakan penglihatannya
kabur, kabur dirasakan seperti berasap. Pasien tidak merasakan penglihatan seperti
berada di terowongan. Pasien juga tidak melihat bintik ditengah, tidak melihat
bengkok pada benda lurus. Pasien mengelukan pada siang hari merasa silau dan
membaik saat malam. Tidak didapatkan mata merah, tidak berair, dan tidak terdapat
kotoran pada mata.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat memiliki gejala yang sama sebelumnya disangkal, riwayat hipertensi
dikatakan pasien sudah sejak lama, riwayat diabetes millitus disangkal, riwayat
penyakit jantung disangkal, riwayat trauma disangkal. Riwayat operasi katarak pada
mata kiri 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dikatakan tidak terdapat keluhan yang sama pada keluarga pasien.
18
Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda vital :
o Tekanan Darah : 200/100 mmHg
o Nadi : 86x/menit
o Pernafasan : 18x/menit
Status Oftalmologi
OD OS
OD : 20/100 PH 20/40 Visus OS : 20/50 f-1 PH 20/30 f-2
Gerakan
Ortoforia Hirschberg Ortoforia
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan(-),
lagoftalmus (-)
Palpebra
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan(-),
lagoftalmus (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Konjungtiva
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Kornea
Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Jernih, kedalaman cukup
hipopion (-),
hifema (-),
BMD
Jernih, kedalaman cukup
hipopion (-),
hifema (-),
19
warna coklat,(-), edema(-) Iris warna coklat,(-), edema(-)
terdapat atropi iris
bulat, diameter : ± 3mm,
letak sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung
(+),
Pupil
ireguler, diameter : ± 3mm,
letak sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Shadow test (+), Keruh (+) Lensa IOL, letak sentral
3.4. Diagnosa Kerja
OD : Katarak Senil Imatur
OS : Pseudofakia
Hipertensi Emergency
3.5. Diagnosa Banding
a. ARMD
b. Glukoma Kronik
c. Kelainan Refraksi
d. Retinopati
3.6. Pemeriksaan Yang Diajukan
a. Funduskopi
b. Slitlamp
c. Tonometri Schiotz
3.7. Penatalaksanaan
Artifisial tear 6x sehari 1 tetes
Konsul dokter spesialis Penyakit Dalam
KIE :
o Jangan menggosok mata
o Jangan membawa beban berat
o Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
o Diet rendah garam
o Operasi dilakukan saat tekanan darah stabil
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
Dari anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan kontrol post operasi
katarak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien merasakan kadang terasa pedih pada mata kiri
namun penglihatannya sudah membaik. Pada mata kanan pasien merasa penglihatan kabur
dan dirasakan seperti berasap. Tidak didapatkan mata merah, tidak berair, dan tidak terdapat
kotoran pada kedua mata. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak lama. Pasien menyangkal
memiliki riwayat diabetes millitus, penyakit jantung, dan pasien menyangkal terdapat riwayat
trauma.
Dari pemeriksaan didapatkan pasien dalam keadaan sadar. Tekanan darah pasien
200/100 mmHg yang menandakan Hipertensi grade 2. Pada pemeriksaan visus didapatkan
visus mata kanan 20/100 PH 20/40 dan visus mata kiri 20/50 PH 20/30 f-2. Pada pemeriksaan
pupil didapatkan shadow test positif pada mata kanan. Koreksi tidak dilakukan karena pada
pemeriksaan pupil didapatkan shadow test positif. Pada mata kiri didapatkan lensa intraokular
dikarenakan pasien sudah melakukan operasi katarak.
Pasien mendapatkan obat artifisial tear. Pasien tidak dapat dilakukan operasi karena
tekanan darah pasien 200/100mmHg. Tekanan darah tinggi merupakan kontraindikasi
dilakukan operasi katarak. Pasien dikonsulkan ke spesialis penyakit dalam untuk
mengkontrol tekanan darah pasien. Operasi dapat dilakukan saat tekanan darah pasien stabil.
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus katarak pada mata kanan dan pseudofakia pada mata kiri pada
seorang wanita berusia 64 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
peeriksaan fisik yang didapat. Pasien mendapatkan obat-obatan berupa artifisial tear dan
pasien dikonsulkan ke dokter spesialis saraf. Operasi tidak dapat dilakukan karena
tekanan darah pasien tinggi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adam. 2003. Katarak Senilis. http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/35230/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Tanggal 21 Mei 2015.
Alfin Khalilullah. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis.
https://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-katarak1.pdf.
Diakses Tanggal 21 Mei 2015.
Diyah Herawati. 2012. Pseudofakia. https://www.scribd.com/document_downloads/
direct/236034677?
extension=docx&ft=1432302200<=1432305810&user_id=24749040&uahk=3i
he3Oct4ndKDwhKWZssUp3hcfI. Diakses Tanggal 21 Mei 2015.
Ilyas S et al. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKIU
Vaughan D, Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika
23