Lapsus Abortus Galuh

26
PRESENTASI KASUS ABORTUS INKOMPLIT Disusun Oleh : Galuh Ajeng Firsty 14102210064 Pembimbing : dr. Hary Purwoko, SpOG, KFER KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA PERIODE 5 Januari – 14 maret 2014 LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN 1

description

lapsus

Transcript of Lapsus Abortus Galuh

PRESENTASI KASUSABORTUS INKOMPLIT

Disusun Oleh :Galuh Ajeng Firsty 14102210064

Pembimbing :dr. Hary Purwoko, SpOG, KFER

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWAPERIODE 5 Januari 14 maret 2014LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Presentasi KasusAbortus inkomplit

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidananan Rumah Sakit Umum Ambarawa

Disusun Oleh :Galuh Ajeng Firsty 14102210064

Telah disetujui oleh Pembimbing Nama Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER

Mengesahkan :Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan

dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Abortus Inkomplit. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1. dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.2. dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG atas kesabaran dan bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.

Ambarawa, 18 Januari 2015

Penulis

IDENTITAS PASIEN

A. IDENTITAS1. Nama penderita: Ny. K 2. Umur: 44 tahun3. Jenis kelamin: Perempuan4. Agama: Islam5. Pendidikan: SMP6. Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga7. Status: Menikah 8. Tanggal Masuk: 30 Januari 20159. Masuk Jam: 15.00 WIB10. Ruang: Bougenville11. Kelas: BPJS 12. Alamat:Bandungan, Jawa tengah

B. ANAMNESAAnamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 Januari 2015 pukul 15.30 WIB.1. Keluhan Utama :Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien GIIIPIIA0 usia 44 tahun, datang ke poli dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir pada pukul 21.00 tanggal 29 Januari 2015, darah yang keluar warna merah segar disertai prongkolan. Keesokan harinya darah yang keluar semakin banyak. Pasien langsung periksa ke poli kandungan di RSUD Ambarawa dan oleh dokter disarankan untuk mondok di rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Sebelumnya pasien tidak pernah jatuh, tidak minum jamu, tidak dipijat dan tidak melakukan hubungan suami istri.2. Riwayat KehamilanHPHT: 13 Desember 2014HPL: 20 September 2015Gravid: 11 mingguPasien tidak menstruasi sejak bulan Juni 2014, 2 minggu setelah terlambat haid pasien melakukan tes kehamilan dengan tes pack kehamilan dan hasilnya positif. Kemudian pasien periksa ke bidan dan oleh bidan dinyatakan hamil.Pada tanggal 29 Juli 2014 keluar darah warna merah segar disertai prongkolan-prongkolan.3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Penyakit Jantung: disangkal Riwayat Penyakit Paru: disangkal Riwayat DM: disangkal4. Riwayat ANCANC dilakukan di bidan, dilakukan oleh pasien setiap bulan. Setiap kali periksa ke bidan, pasien mendapat multivitamin dan penambah darah.5. Riwayat Haid Menarche: 13 tahun Siklus haid: 30 hari Lama haid: 7 hari Dismenore: (-)6. Riwayat PerkawinanPasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang.Usia pernikahan 28 tahun.7. Riwayat ObstetriG III P II A 0G I : laki-laki, BBL 4000 gram, persalinan normal, ditolong bidan, meninggal usia 20 tahunG II : laki-laki, BBL 33600 gram, persalinan normal, ditolong bidan, sekarang umur 25 tahun, sehatG III: hamil ini8. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai buruh.Kesan ekonomi : kurang, untuk biaya kesehatan ditanggung Jamkesmas.9. Riwayat KBPasien mengikuti program KB suntik 3 bulan selama 5 tahun.10. Riwayat GiziPasien nafsu makannya cukup baik, mual (-) muntah ( - ). Pasien makan 3x sehari.11. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Penyakit Jantung: disangkal Riwayat Penyakit Paru: disangkal Riwayat DM: disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK a. Status PresentKeadaan Umum: BaikKesadaran: Compos mentisVital Sign:Tensi: 110/70 mmHgNadi: 88 x/menitTB: 152 cmRR: 24 x/menitBB: 50 KgSuhu: 36 0Cb. Status Internus Kepala: Mesocephale Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Hidung: Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-) Telinga: Discharge (-) Mulut: Bibir sianosis (-), bibir kering (-) Tenggorokan: Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-) Leher: Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-) Kulit: Turgor baik, ptekiae (-) Mamae: Simetris, tegang (+/+), benjolan abnormal (-/-) Paru: Inspeksi: Hemithorax dextra dan sinistra simetris Palpasi: Stemfremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-) Perkusi : sonor seluruh lapang paru Auskultasi: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-) Jantung: Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi: RedupBatas atas jantung: ICS II linea sternalis sinistraBatas pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistraBatas kanan bawah jantung: ICS V linea sternalis dextraBatas kiri bawah jantung: ICS V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)

Extremitas:SuperiorInferiorOedem-/--/-Varises-/--/-Reflek fisiologis+/++/+Reflek patologis-/--/-

c.Status Obstetri Abdomen Inspeksi: Perut cembung, striae gravidarum (-) Palpasi: nyeri tekan (-), fundus uteri teraba 2 jari di atas simfisis Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Genitalia Externa: Mons veneris: benjolan(-), eritem(-) Vulva: dalam batas normal Labia mayor, labia minor, klitoris : tidak ada kelainan. Ostium uretra ext :tidak ada kelainan Discharge:darah segar (+), prongkolan(+), lendir (-) Interna: VT: 2 cm, teraba jaringan melekat pada dinding uterus

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan Laboratorium Darah : (tgl 30 Juli 2011 Jam 14.37)Hb: 13,5 g/dLHematokrit: 40,9 %Eritrosit: 4.570.000 /uLLekosit : 6.200 /uLTrombosit: 341.000 /uLWaktu perdarahan: 2 : 00Waktu pembekuan: 4 : 56GDS: 105 mg/dlLain-lain : Golongan darah O, Rhesus (+)b. Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)

E. RESUMEPasien GIIIPIIA0 usia pasien 44 tahun, hamil 11 minggu , PPV (+), darah berwarna merah segar disertai prongkolan (+). Riwayat jatuh (-), minum jamu (-), dipijat (-), hubungan suami istri (-).Riwayat KehamilanHPHT: 13 Mei 2014HPL: 20 Februari 2015Gravid: 11 mingguPasien tidak menstruasi sejak bulan Juni 2014, 2 minggu setelah terlambat haid pasien melakukan tes kehamilan dengan tes pack kehamilan dan hasilnya positif. Kemudian pasien periksa ke bidan dan oleh bidan dinyatakan hamil.Pada tanggal 29 Juli 2014 keluar darah warna merah segar disertai prongkolan-prongkolan.Status Present Vital sign : Tensi: 110/70 mmHgNadi: 88 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36 0CStatus Obstetri: Abdomen Inspeksi: Perut cembung, striae gravidarum (-) Palpasi: nyeri tekan (-), fundus uteri teraba 2 jari di atas simfisis Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Genitalia Externa: darah segar (+), prongkolan (+) Interna: VT: 2 cm, teraba jaringan melekat pada dinding uterusF. DIAGNOSAPasien GI IIPIIA0 44 tahun hamil 11 minggu dengan abortus incomplete

G. TERAPI1. Terapi medicamentosa Infuse kristaloid RL 20 tpm Uterotonika Metergin 3x1 Antibiotic Amoxan 3x500mg Analgetik mefenamic acid 3x1 Preparat Fe sulfas ferosus 2. Terapi operatif Kuretage

H. SIKAP1. Pasien rawat inap dan tirah baring 2. Pengawasan : KU, vital sign, Hb, PPV.3. Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretage.4. Pemberian terapi.

I. PROGNOSAKehamilan: dubia ad malam

J. EDUKASI1. Rawat inap dan tirah baring2. Memberitahu kondisi ibu dan janin pada keluarga.3. Memberitahu tujuan terapi dan tindakan (kuretage) yang akan dilakukan serta kemungkinan terjadinya komplikasi setelah tindakan.4. Memberitahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari rumah sakit.5. Diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil

A. PENDAHULUANDalam terminology kedokteran, abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini pertimbangan dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit Dalam dan spesialis Jiwa.Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15- 20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik . sekitar 5 % dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan.Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resikonya akan meningkat 25% . beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 abortus berurutan adalah 30 - 34%.

B. ETIOLOGIAbortus dapat disebabkan oleh:1. Kelainan pertumbuhan konsepsi:Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin pada hamil muda atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah: Kelainan kromosom: trisomi,poliploidi, kelainan kromosom seks. Lingkungan kurang sempurna: lingkungan endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian, zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Pengaruh dari luar: radiasi, virus, obat-obatan.2. Kelainan pada plasenta:Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales, dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu. Sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Bisa terjadi karena hipertensi menahun.3.Faktor ibu: Penyakit pada ibu: adanya penyakit mendadak seperti pneumonia, malaria, tifus abdominalis bisa menyebabkan abortus, karena toksin, bakteri, virus dan plasmodium bisa melalui plasenta masuk ke janin. Penyakit menahun, seperti toksoplasmosis juga bisa menyebabkan kematian janin. Faktor psikologis: adanya syok fisik dan emosional mendadak dapat menyebabkan abortus. Kelainan traktus genitalis: inkompetensi servik, retroversi uteri, dan kelainan bawaan pada uterus.

C. MACAM- MACAM ABORTUS1) Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengencaran 1/10. Bila hasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik. Bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya dubia at malam. Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu masih menghendaki kehamilan tersebut maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran kantung getasi janin apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron dan derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual kurang lebih 2 minggu.

2) Abortus Insipien Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahanya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus. Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera dilakukan tindakan evakuasi/ pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak.pada umur kehamilan 12 minggu, uterus biasanya besarnya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretasi harus hati-hati untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum , pemberian uterotonika dan antibiotik profilaksis .

3) Abortus Kompletus Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gramSenua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besarnya uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan urin tes biasanya masih positif sampai 7- 10 hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan . biasanya hanya diberi roborensia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan, uterotonika tidak perlu diberikan.

4) Abortus Inkompletus Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam cavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksterna. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat terjatuh dalam keadaan anemia atau syok hemorargik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan pada hemodinamik yang terjadi kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis klinis. Besarnya uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantung gestasi sudah sulit dikenali, dicavum uteri tampak masa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan. Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun peroral dan antibiotika

5) Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderitas justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urun kehamilan biasanya negatif setalah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan yang mengecil, kantung gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau sintesinya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulang 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan cavum uteri.

D. PATOGENESISKebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan, nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi selsel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, Villi korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8- 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam lagi, sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan seluruhnya, dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada ke Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta. Antara minggu ke1012 korion turnbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisasisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.

Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.2. Kantong anmion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan).4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar abortus termasuk dalarn tiga tipe pertama, karena itu kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut.Abortus bentuk yang istimewa, sepertia. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi air ketuban tanpa janin.b. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta terbentuk kalau. abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat mernbeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah seperti daging, disebut juga mola karnosa.c. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolanbenjolan, disebabkan oleh hematomhematom antara amnion dan korion.d. Nasib janin yang mati bermacammacam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion diabsorpsi hingga janin tertekan (foetus compressus).5. Kadangkadang janin menjadi kering dan mengalami mumifikasi hingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus). Keadaan ini lebih sering terdapat pada kehamilan kembar (vanished twin). Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengalami maserasi.

E. MANIFESTASI KLINIK ABORTUS INCOMPLETEManifestasi klinik untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain: 1) terlambat haid kurang dari 20 minggu,2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari: keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3) perdarahan pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus, 4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada jaringan janin.5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka, ada jaringan keluar dari ostium, dan ada cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium, 6) colok vagina dengan melihat porsio terbuka, teraba jaringan dalam kavum.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1) Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 hari setelah abortus, 2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup dan sisa jaringan.

G. PENATALAKSANAANAbortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan. Penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan (kureage). Pasca tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

H. KOMPLIKASI1. PerdarahanKematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.2. PerforasiPerforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiper retrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas. Mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau uterus.3. Infeksi4. SyokSyok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik)

5