Hemoptisis Print Galuh

51
Presentasi Kasus HEMOPTISIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Penyakit Dalam Disusun oleh : Galuh Ajeng Firsty 14.10221064 Pembimbing : Dr. Dwi Hartanto, Sp.P FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA 1

description

medical

Transcript of Hemoptisis Print Galuh

Page 1: Hemoptisis Print Galuh

Presentasi Kasus

HEMOPTISIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik

Departemen Penyakit Dalam

Disusun oleh :

Galuh Ajeng Firsty

14.10221064

Pembimbing :

Dr. Dwi Hartanto, Sp.P

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA

2015

1

Page 2: Hemoptisis Print Galuh

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

HEMOPTISIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Galuh Ajeng Firsty 14.10221064

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Dwi Hartanto, Sp.P ....................... .............................

2

Page 3: Hemoptisis Print Galuh

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan pembuatan

presentasi kasus dengan judul “HEMOPTISIS”, yang merupakan salah satu syarat

dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu

Penyakit Dalam Rumah Sakit Tentara dr Soedjono Magelang.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

dr Dwi Hartanto, Sp.P selaku pembimbing dalam pembuatan presentasi kasus ini dan

berbagai pihak yang telah membantu pembuatan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini banyak

terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Magelang, 26 Juni 2015

Penulis

3

Page 4: Hemoptisis Print Galuh

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

BAB II STATUS PASIEN .............................................................................................. 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 17

1. Hemoptisis.......................................................................................... 17

a. Definisi .......................................................................................... 18

b. Klasifikasi ..................................................................................... 18

c. Patofisiologi ................................................................................... 19

d. Diagnosis ....................................................................................... 20

e. Penatalaksanaan ............................................................................. 39

f. Prognosis......................................................................................... 41

g. Pencegahan..................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Hemoptisis Print Galuh

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Batuk darah adalah salah satu gejala penting pada penyakit paru. Batuk darah

mempunyai potensi untuk terjadi kegawatan akibat perdarahan yang terjadi, bila tidak

segera ditangani secara tepat dan intensif, batuk darah yang masif akan menyebabkan

angka kematian yang tinggi (Pitoyo, 2006).

Batuk darah terkadang sulit didiagnosis, salah satu faktor penyebabnya adalah

akibat ketakutan pasien mengenai gejala ini hingga terkadang pasien akan menahan

batuknya, hal ini akan memperburuk keadaan karena akan timbul penyulit seperti

penyumbatan saluran nafas, asfiksi dan eksanguinasi (PAPDI, 2006).

Pada umumnnya, pasien dengan batuk darah telah mempunyai penyakit yang

mendasari dengan gejala lain sebelumnya, seperti batuk atau sesak. Tetapi gejala ini

tidak sampai mendorong pasien untuk datang berobat. Hingga muncul gejala batuk

darah, yang merupakan keadaan yang menakutkan bagi pasien dan keluarga, hingga

akan mendorong pasien untuk datang berobat (PAPDI, 2006).

Batuk darah ini harus segera ditangani dan dicari penyakit yang mendasarinya

dengan cepat dan tepat. Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis yang

cermat, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang (PAPDI, 2006).

I.2. Tujuan Penulisan

Tujuan umum penulisan presentasi kasus ini adalah untuk memberikan

informasi mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis dari hemoptisis

Tujuan khusus penulisan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas di

Kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam.

5

Page 6: Hemoptisis Print Galuh

I.3. Manfaat Penulisan

Penulisan presentasi kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan kepustakaan

dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai hemoptisis

6

Page 7: Hemoptisis Print Galuh

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. Identitas Pasien

Nomor RM : 085847

Nama : Ny. Mj

Umur : 75 tahun / 05-05-1940

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Sudah menikah

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dusun Sambung Letis 018/009

Tanggal masuk : 7 Juni 2015 jam 00.01 WIB (IGD RST dr. Soedjono)

Tanggal periksa : 7 Juni 2015 jam 06.00 WIB (Bangsal Seruni RST dr.

Soedjono)

II.2 Anamnesa (Autoanamnesis)

1. Keluhan Utama : Batuk darah

2. Onset : tiba-tiba (1/2 jam SMRS)

3. Keluhan Tambahan : Demam (+), menggigil (+), keringat di malam

hari (+), suara serak (+), nafas terasa lebih sesak.

4. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengaku sudah batuk kering sejak hari kamis (3 hari SMRS). Mulai berdarah

sejak ½ jam SMRS. Keluhan tambahan dirasakan sejak 1 hari SMRS. BAB dan BAK

lancar. Tidak dirasakan mual, muntah.

Riwayat penyakit dahulu

a. Riwayat dengan keluhan sama : diakui

Riwayat TB paru (tahun 2013) dan sudah dinyatakan sembuh

7

Page 8: Hemoptisis Print Galuh

b. Riwayat penyakit tiroid : disangkal

c. Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

d. Riwayat penyakit jantung : disangkal

e. Riwayat penyakit DM : disangkal

f. Riwayat alergi : disangkal

g. Riwayat asma : disangkal

h. Riwayat trauma : disangkal

5. Riwayat penyakit keluarga

a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal

b. Riwayat penyakit tiroid : disangkal

c. Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

d. Riwayat penyakit jantung : disangkal

e. Riwayat penyakit DM : disangkal

f. Riwayat penyakit asma : disangkal

g. Riwayat alergi : disangkal

6. Status sosial dan ekonomi

a. Keluarga : Pasien sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak,

pasien

Hubungan pasien dan keluarganya tergolong baik.

b. Lingkungan : Hubungan pasien dengan tetangga dan lingkungan

sekitar adalah baik.

c. Tempat tinggal : Pasien tinggal di suatu pedesaaan. Di rumah yang

sederhana.

d. Personal : Pasien sudah tidak aktif bekerja.

Sehari-hari pasien hanya melakukan aktivitas ringan dan selebihnya

pasien hanya beristirahat di tempat tidur

e. Ekonomi : Karena pasien sudah tidak aktif bekerja, serta suami

sudah meninggal. Maka penghasilan pasien hanya didapat dari

penghasilan anak-anaknya.

8

Page 9: Hemoptisis Print Galuh

II.3. Pemeriksaan Fisik (Tanggal 7 Juni 2015 – Seruni)

Keadaan Umum/kesadaran : Sakit sedang / compos mentis

GCS : E4V5M6

Vital sign : Tekanan darah : 150/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit reguler-reguler, isi

dan tekanan cukup

Respirasi : 25 x/menit

Suhu : 36,50 C

Status Generalis :

1. Kepala : Simetris, normocephal, venektasi temporal (-),

rambut hitam bercampur putih, tidak mudah dicabut, distribusi

merata.

2. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

bulat isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+)

3. Hidung : Discharge/sekret (-), deviasi septum nasi (-), napas

cuping hidung (-)

4. Telinga : Simetris kanan kiri, discharge (-)

5. Mulut : mukosa kering (-), bibir sianosis (-), lidah sianosis

(-), lidah kotor (-)

Status Lokalis

1. Leher :

Inspeksi : Dev. Trachea (-), JVP 5 + 2 cm H2O

Palpasi : Tidak teraba membesar pada KGB sekitar dan kelenjar tiroid

2. Thorax

9

Page 10: Hemoptisis Print Galuh

Paru

Inspeksi : Dada simetris

Bentuk normochest

Retraksi (-)

Pelebaran sela iga (-)

Palpasi : Vokal fremitus tidak simetris

(Kiri lebih redup)

Nafas tertinggal (-)

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri. Redup pada lapang paru

kanan

Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ melemah , ronkhi +/+, wheezing

-/-

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di SIC V LMCS

Palpasi : Ictus Cordis teraba SIC V LMCS

Pulsasi epigastrik (-), pulsasi parasternal (-).

Perkusi : Batas kanan atas SIC II LPSD

Batas kanan bawah SIC IV LPSD

Batas kiri atas SIC II LPSS

Batas kiri bawah SIC V LMCS

Auskultasi : S1 > S2 di apeks reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar, venektasi (-) , sikatrik (-), spider navy (-),

distensi (-), striae (-)

Auskultasi : Bising usus (+) 3x

Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), undulasi (-)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

10

Page 11: Hemoptisis Print Galuh

Massa : tidak teraba

Nyeri ketok : (-)

3. Ekstremitas

Superior Inferior

Dekstra :

Edema(-), sianosis (-),hematom (-),

tremor (-), perubahan warna kuku

(-), ulkus (-), nyeri (-), hangat (+),

turgor (+), Clubbing finger (-)

Dekstra :

Edema(-), sianosis (-),

hematom (-),tremor (-),

perubahan warna kuku (-),

ulkus (-),nyeri (-), hangat

(+),turgor (+), Clubbing

finger (-)

Sinistra :

Edema(-),sianosis (-),hematom (-),

tremor (-), perubahan warna kuku

(-), ulkus (-), nyeri (-), hangat (+),

terpasang infus , turgor (+),

Clubbing finger (-)

Sinistra :

Edema(-),sianosis (-),

hematom (-), tremor (-),

ulkus (-), nyeri (+),hangat

(+), turgor (+), Clubbing

finger (-)

II.4 Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium tanggal 06 Juni 2015

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKANDARAH LENGKAPHemoglobin 10,0 g/dl 12,0-16,0Leukosit 7600/ul 4800-10800Hematokrit 28,1% 37-47Eritrosit 4,69jt/ul 4,2-5,4TrombositLED

213000/ul74

150.000-450.000

11

Page 12: Hemoptisis Print Galuh

KIMIA KLINIKUreaKreatinin

11 mg/dl0,9 mg/dl

8-50 0-1,3

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKANKIMIIA KLINIKSGOTSGPT

16 mg/dl12 mg,dl

3-35 mg/dL8-41 mg/dL

II.5. Rontgen thorax :

Cor : Bentuk dan jantung normal

Pulmo : corakan meningkat

Tampak perselubungan homogen pada pulmo dextra

II.6. Bronkoskopi :

(Pemeriksan tanggal 09 juni 2015)

Plika vokalis: Intak, tampak darah mengental

Trakea : dalam batas normal

Karina : Tajam, tampak darah mengental

Buka, Trunkus : dalam batas normal

LAKA : Banyak sputum putih setelah dibilas tampak normal

LMKA : Ada perdarahan aktif setelah dibilas mudah berhenti

LBKA : Banyak perdarahan aktif setelah dibilas masih tampak produktif

BUKI, LAKI, LINGULA, LBKI : dalam batas normal

Kesimpulan :

Proses perdarahan aktif di lobus medius dan bawah paru kanan serta proses

keradangan di lobus atas kanan

12

Page 13: Hemoptisis Print Galuh

II.7. Daftar Masalah

1. Hemoptisis

2. Keringat di malam hari

3. Demam

4. Ronkhi +/+

5. Hipertensi

6. Vokal fremitus tidak simetris

7. Hb : 10 gr/dL

8. LED : 74

9. Rontgen : Corakan meningkat, perselubungan homogen pulmo dextra

10. Bronkoskopi : proses perdarahan aktif di lobus median dan bawah paru

kanan serta proses keradangan

II.8. Assesment :

1. TB paru relaps

2. Bronkitis kronik

3. Neoplasma paru

4. Hipertensi grade I

5. Anemia

II.9. Penatalaksanaan

a. Planning diagnostik

1) Pemeriksaan Laboratorium

13

Page 14: Hemoptisis Print Galuh

2) Pemeriksaan radiologis : foto thorax

3) Sputum BTA

4) Pemeriksaan penunjang : elektrokardiogram (EKG)

5) Bronkoskopy

6) Patologi Anatomi

b. Terapi

1) Assering 16 tpm

2) Inj Transamin 3x1

3) Inj Omeprazol

4) Codein 3x10 mg

5) Viliron 2x1

c. Monitoring

1) Keadaan umum

2) Vital sign

d. Edukasi

1. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, prognosa, dan

pengobatan.

2. Masker jika berpergian

3. Jangan berada disekita orang yang merokok

4. Saat batuk di tutup menggunakan sapu tangan

e. Prognosis

Dubia ad Bonam

Ruang/ Tanggal Perkembangan Terapi yang

diberikan Assessment Masalah

IGD

07-6-15

Pkl 00.00

S: Batuk darah ± 200 cc, nyeri dada sebelah kiri bawah

Kesadaran : Compos mentis

E : 4

- Infus RL

- Inj Kalnex dan Vit K

- Konsul dr sp

Hemoptisis

Susp TB paru

Batuk mengeluarkan darah

14

Page 15: Hemoptisis Print Galuh

06.00 WIB

M : 6

V : 5

TD : 150/80 mmHg

N: 82 x/mnt

S : 36,5 0C

RR : 25 x/menit

Mata : Ca -/- , Si -/-

Leher : tidak teraba membesar, JVP 5+2 cm H2O.

Pulmo : SD Ves+/+ melemah, Rbh -/-, Rbk +/+, Wh -/-

Cor: teraba SIC V LMCS, S1>S2, regular, murmur(-), gallop (-), Pul. Parasternal (-), Pul. Epigastrik (-).

Abd: datar, BU (+), nyeri tekan (-)

Ekstremitas : edema (-), sian (-), hangat (+), pucat (-)

Keluhan : Batuk darah, nyeri dada kiri bawah

KU : Sakit sedang

Kesadaran : CM

TD : 130/70 mmhg

HR : 80x/mnt

RR : 24x

Mata : Ca -/- , Si -/-

Leher : tidak teraba membesar, JVP 5+2 cm H2O.

Pulmo : SD Ves+/+ melemah,

Monitor KU, kes, dan VS

Transamin 3x1

OMZ 1x1

Codein 3x10 mg

Hemoptisis

15

Page 16: Hemoptisis Print Galuh

Rbh -/-, Rbk +/+, Wh -/-

Cor: teraba SIC V LMCS, S1>S2, regular, murmur(-), gallop (-), Pul. Parasternal (-), Pul. Epigastrik (-).

Abd: datar, BU (+), nyeri tekan (-)

Ekstremitas : edema (-)sian (-), hangat (+), pucat (-)

08-06-15

Pkl 06.00

Ku/ Kes: Sedang, CM

TD : 110/70 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 20 x/ menit

Suhu : 36 0C

Mata : Ca -/- , Si -/-

Leher : tidak teraba membesar, JVP 5+2 cm H2O.

Pulmo : SD Ves+/+ melemah, Rbh -/-, Rbk +/+, Wh -/-

Cor: teraba SIC V LMCS, S1>S2, regular, murmur(-), gallop (-), Pul. Parasternal (-), Pul. Epigastrik (-).

Abd: datar, BU (+), nyeri tekan (-)

Ekstremitas : edema (-), sian (-), hangat (+), pucat (-)

Monitoring KU, Kes, TTV

Puasa karena rencana bronkoskopy

Hemoptisis recurrent ec TB lama reaktif

Bangsal

09-06-2015

S: Batuk darah berkurang, dada sudah tidak terasa berat

KU/Kes: sakit sedang/ CM

Monitor KU

TTV

Puasa 2 jam

Hemoptisis reccurent dd infeksi, maligna

16

Page 17: Hemoptisis Print Galuh

10-05-15

TD : 150/90 mmHg

N : 84x/menit

RR : 20 x/ menit

Suhu : 36,5 0C

Mata : Ca -/-, Si -/-

Hidung: NCH (-)

Mulut: bibir sian (-), lidah sian (-)

Leher : Deviasi trakea (-), JVP 5+2 cm H2O.

Pulmo : SD Ves+/+, Rbh -/-, Rbk -/-, Wh -/-

Cor: terab SIC V LMCS, S1>S2, regular, murmur(-), Gallop (-).

Abd: datar, BU (+) ,pekak sisi (-), pekak alih (-), supel, nyeri tekan (-), hepar ttb, lien ttb

Ekstremitas : edema (-), sian (-), hangat (+), pucat (-)

S: Batuk darah berkurang, dada sudah tidak terasa berat dan panas

KU/Kes: sakit sedang/ CM

TD : 130/90 mmHg

N : 82x/menit

RR : 20 x/ menit

Suhu : 36,2 0C

Mata : Ca -/-, Si -/-

Hidung: NCH (-)

post

broncoscopy

Monitoring KU,

Kes, TTVAss 16 tpm

Inj Transamin 3x1

Inj omz 1x1

Codein 3x10 mg

Viliron 2x1

Inj Vit K 3x1

17

Page 18: Hemoptisis Print Galuh

Mulut: bibir sian (-), lidah sian (-)

Leher : Deviasi trakea (-), JVP 5+2 cm H2O.

Pulmo : SD Ves+/+, Rbh -/-, Rbk -/-, Wh -/-

Cor: terab SIC V LMCS, S1>S2, regular, murmur(-), Gallop (-).

Abd: datar, BU (+) ,pekak sisi (-), pekak alih (-), supel, nyeri tekan (-), hepar ttb, lien ttb

Ekstremitas : edema (-), sian (-), hangat (+), pucat (-)

18

Page 19: Hemoptisis Print Galuh

19

Page 20: Hemoptisis Print Galuh

Hasil pemeriksaan patologi anatomi :

BAB II

20

Page 21: Hemoptisis Print Galuh

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Batuk darah atau hemoptisis adalah mendahakkan darah yang berasal dari

bronkus atau paru. Hemoptisis berasal dari bahasa Yunani, yaitu haima yang berarti

darah, dan ptysis yang berarti meludah. Hemoptisis bisa banyak, atau pula bisa sedikit

sehingga hanya berupa garis merah cerah di dahak. Hemoptisis masif adalah

ekspektorasi 600 ml darah dalam 24 sampai 48 jam. Hemoptisis dinyatakan sebagai

nyata atau jelas bila lebih dari sekedar garis di sputum namun kurang dari kriteria

masif. Hemoptisis juga bisa berupabekuan darah hitam bila darah sudah terdapat

dalam saluran napas berhari-hari sebelum dapat didahakkan (Pitoyo, 2006).

Pseudohemoptosis adalah membatukkan darah yang bukan berasal dari

saluran napas bagian bawah. Hemoptisis palsu seperti ini dapat berasal dari rongga

mulut, hidung, farings, lidah atau bahkan hematemesis yang masuk ke tenggorokan

dan memancing refleks batuk (Pitoyo, 2006).

B. Etiologi

Etiologi hemoptisis paling banyak disebabkan oleh bronkitis akut dan kronis,

pneumonia dan kanker paru (Bidwell, 2005). Upaya menduga etiologi hemoptisis

dapat dilakukan dari pendekatan masif atau tidak masifnya hemoptisis. Pada dasarnya

semua penyebab hemoptisis dapat menyebabkan hemoptisis masif, akan tetapi

penyebab terseringnya adalah infeksi (terutama tuberkolusis), bronkiektasis dan

keganasan. Pada aspergiloma, fibrosis kistik serta berbagai penyakit parenkimal paru

difus umumnya terjadi hemoptisis masif bila terinfeksi (PAPDI, 2006).

Kelainan immunologi juga dapat menyebabkan perdarahan intrapulmonar

difus yang harus dipertimbangkan pada hemoptisis masif tanpa etiologi lain yang

jelas. Fistula arteri trakheal sering terjadi sebagai komplikasi dari trakeostomi.

Sementara itu ruptur arteri pulmonalis bisa terjadi pada kateterisasi dengan

pengembangan balon. Harus diingat bahwa 2 hingga 32% kasus hemoptisis tidak

21

Page 22: Hemoptisis Print Galuh

dikethaui penyebabnya atau idiopatik. Hemoptosis idiopatik disebut juga hemoptisis

esensial. Hemoptisis esensial umumnya menyebabkan hemoptisis tidak masif,

walaupun pada hemoptisis masif <5% adalah idiopatik. Prognosis untuk hemoptisis

idiopatik adalah bagus dan sebagian besar pasien akan mengalami perbaikan dan

penyembuhan dalam 6 bulan (Pitoyo, 2006).

Pada keganasan yang bermetasatis ke paru, biasanya jarang sekali ditemukan

hemoptisis. Pada keadaan tertentu penyakit jantung pembeuluh darah yang terdapat

hipertensi vena pulmonal dapat menyebabkan hemoptisis. Untuk mencari etiologi

hemoptisis, secara rutin perlu dilakukan evaluasi anamnesis, pemeriksaan fisik,

hemogram darah perifer lengkap, urinalisis, tes koagulasi, elektrokardiografi, dan foto

thoraks. Kecuali pada kasus atau diduga kasus emboli paru, fistula aortapulmonar dan

gagal jantung, bronkoskopi perlu dilakukan pada kasus-kasus hemoptisis, bila sarana

memungkinkan (PAPDI, 2006).

Beberapa etiologi dari batuk darah (PAPDI, 2006):

1. Batuk darah idiopatik.

Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya, dengan insiden

0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah 2:1.

Biasanya terjadi pada umur 30- 50 tahun kebanyakan 40-60 tahun Yang

berhenti spontan dengan suportif terapi.

2. Batuk darah sekunder.

Yaitu batuk darah yang diketahui penyebabnya :

a. Oleh karena peradangan , ditandai vascularisasi arteri bronkiale >

4% (normal 1%)

1) TB : batuk sedikit-sedikit , masif perdarahannya, bergumpal.

2) Bronkiektasis : campur purulen

3) Apses paru : campur purulen

4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih

5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir

b. Neoplasma

1) Karsinoma paru: 23% hemoptisis di Amerika serikat

22

Page 23: Hemoptisis Print Galuh

2) Adenoma

c. Lain-lain:

1) Trombo emboli paru – infark paru

2) Mitral stenosis

3) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat (ASD / VSD)

4) Trauma dada

C. Patogenesis

Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran nafas (dari

bronkus utama hingga bronkiulus terminalis),pleura, jaringan limfoid intra pulmonar,

serta persarafan di daerah hilus. Arteripulmonalis yang pada dasarnya adalah

membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim paru, termasuk

bronkiulus respiratorius. Anastomosis arteri dan vena bronkopulmonar yang

merupakan hubungan antara kedua sumber perdarahandi atas, terjadi di dekat

persambungan antara bronkiulus respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini

memungkinkan kedua sumber untuk saling mengimbangi (Pitoyo, 2006).

Apabila aliran dari salah satu sistem meningkat maka pada sistem yang lain

akan menurun. Studi arteriografi menunjukkan bahwa 92% hemoptisis berasal dari

arteri-arteri bronkialis.Patogenenesis hemoptisis bergantung dari tipe dan lokasi dari

kelainan. Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka

perdarahan adalah sirkulasi pulmoner. Pada keadaan kronik dimana terjadi

perdarahan berulang maka perdarahan sering kali berhubungan dengan peningkatan

vaskularitas di lokasi yang terlibat.

Pada karsinoma bronkogenik perdarahan berasal dari nekrosis tumor serta

terjadinya hipervaskularisasi pada tumor, atau juga bisa berhubungan dengan invasi

tumor ke pembuluh darah besar. Pada adenoma bronkial, perdarahan sering terjadi

dari ruptur pembuluh-pembuluh darah permukaan yang menonjol. Pada bronkiektasis

perdarahan terjadi akibat iritasi oleh infeksi dari jaringan granulasi yang

menggantikan dinding bronkus yang normal (Pitoyo, 2006).

23

Page 24: Hemoptisis Print Galuh

Walaupun masih diperdebatkan, tetapu mekanisme hemoptisis pada stenosis

mitral dan gagal jantung diduga berasal dari pecahnya varises dari vena bronkialis di

submukosa bronkus besar akibat dari hipertensi vena pulmonais. Hal ini tampak dari

pelebaran pembuluh-pembuluh darah yang beranastomosis anatara arteri bronkialis

dan pulmonalis (Wihastuti, 1999)

Pada emboli paru hemoptisis tampaknya timbul dari infark jaringan paru. Bisa

juga perdarahan akibat aliran darah berlebihan pada anastomosis bronkopolmunar

pada sebelah distal dari tempat sumbatan (Wihastuti, 1999).

Pada tuberkulosis penyebab perdarahan bisa sangat beragam.pada lesi

parenkim akut, perdarahan bisa akibat nekrosis percabangan arteri/vena. Pada lesi

kronik, lesi fibroulseratif parenkim paru dengan kavitas bisa memiliki tonjlan

aneurisma arteri ke rongga kavitas yang mudah berdarah. Pada tuberkolusis

endobronkial, hemoptosis disebabkan ileh ulserasi granulasi dari mukosa bronkus.

Pada trakeostomi,perdarahan bisa terjadi akibat fistula trakeoarteri terutama dari

arteri inominata. Perdarahan difus intra pulmonal yang berasal dari pecahnya kapiler

bisa terjadi pada berbagai penyakit autoimun (Pitoyo, 2006).

D. Gejala Klinis

Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari

nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut

benar-benar batuk darah dan bukan muntah darah (Alsagaff, 2009)

Kriteria batuk darah (PAPDI):

1. Batuk darah ringan (<25cc/24 jam)

2. Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam)

3. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang mengeluarkan darah

sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).

4. Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif (Amirullah,

2004) :

24

Page 25: Hemoptisis Print Galuh

a. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan

dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

b. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan

tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,

sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.

c. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan

tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,

tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan

konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.

Tabel 1.Tabel membedakan batuk darah dengan muntah darah

No Keadaan BATUK DARAH MUNTAH DARAH

1 Prodromal Darah dibatukkan dengan

rasa panas di tenggorokan

Darah dimuntahkan

dengan rasa mual (Mual

Stomach Distress)

2 Onset Darah dibatukkan, dapat

disertai dengan muntah

Darah dimuntahkan, dapat

disertai dengan batuk

3 Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih

4 Warna Merah segar Merah tua

5 Isi Lekosit, mikroorganisme,

hemosiderin, makrofag

Sisa makanan

6 Ph Alkalis Asam

7 Riwayat

penyakit dahulu

Penyakit paru Peminum alkohol, ulcus

pepticum, kelainan hepar

25

Page 26: Hemoptisis Print Galuh

(RPD)

8 Anemis Kadang tidak dijumpai Sering disertai anemis

9 Tinja Blood test (-) /

Benzidine Test (-)

Blood Test (+) /

Benzidine Test (+)

(Gaude, 2010)

E. Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan gambaran radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada

penyakit lain perlu dilakukan urutan- urutan dari anamnesis yang teliti hingga

pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan

(Wihastuti, 1999).

Evaluasi terhadapt respiratori dan kardiovaskuler adalah elemen penting

dalam penilaian hemoptisis. Pasien dengan perdarahan yang menyebabkan

gangguan pertukaran gas, gangguan ventilasi atau ketidakstabilan kardiovaskuler

membutuhkan penatalaksanaan yang segera.meskipun berguna dalam menilai

penyebab dan keparahan dari perdarahan, pemeriksaan fisik dapat tidak terlalu

berguna dalam menentukan lokasi dari perdarahan. Inpeksi thoraks dapat berguna

pada pasien dengan perdarahan akibat dari trauma. Menemukan memar dan

trauma tajam yang menembus rongga thoraks penting dan dapat menunjukkan

lokasi dari perdarahan. Auskultasi, terdengan stridor, wheezingm ronki dan suada

dasar paru yang berkurang kemungkinan dicurigai terdapat obstruksi oleh benda

asing, bronkiektasis akibat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), congestif

heart failure (CHF) atau terdapat konsolodasi darah. Pemeriksaan jantung dapat

ditemukan suara murmur diastolik atau S4 yang berasal dari CHF dengan etiologi

stenosis mitral dan hipertensi yang tidak terkontrol. Selain itu, dokter harus

waspada juga karena pada hemoptisis juga dapat ditemukan hasil pemeriksaan

fisik paru yang normal (Corder, 2003).

26

Page 27: Hemoptisis Print Galuh

1. Anamnesis

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah:

a. Jumlah dan warna darah yang dibatukkan

b. Lamanya perdarahan

c. Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak

d. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan

e. Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik

f. Hubungannya perdarahan dengan gerakan fisik, istirahat, posisi badan

dan batuk

g. Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu

2. Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui perkiraan penyebab.

a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.

b. Auskultasi : Rales

- Kemungkinan menonjolkan lokasi

- Ada aspirasi

- Ronchi menetap , whezing lokal, kemungkinan penyumbatan

oleh : Ca, bekuan darah

c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru

27

Page 28: Hemoptisis Print Galuh

d. Clubbing : bronkiektasis, neoplasma

Gambar 1. Diagnosis Hemoptisis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

(Bidwell, 2005)

F. Pemeriksaan penunjang

Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah dibuat pada setiap

penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat

perdarahannya. Pemeriksaan bronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis,

sebab sebagian penderita bronkiektasis sukar terlihat pada pemeriksaan X-foto toraks.

Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi (bahan dapat diambil

dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung) (Arief, 2009).

28

Page 29: Hemoptisis Print Galuh

Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan dan sekaligus

untuk penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan. Sebaiknya

dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan

dapat diketahui (Arief, 2009).

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :

Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

Batuk darah yang berulang

Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi

perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat untuk melakukannya

merupakan pendapat yang masih kontroversial, mengingat bahwa selama masa

perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga

dapat memperhebat perdarahan disamping memperburuk fungsi pernapasan. Lavase

dengan bronkoskop fiberoptik dapat menilai bronkoskopi merupakan hal yang mutlak

untuk menentukan lokasi perdarahan (Pitoyo, 2006).

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat

optik jauh lebih bagus, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam

membersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda asing,

disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di tempat

terjadinya perdarahan .

Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan

beberapa diagnosis banding. Apabila etiologi dari hemoptisis dicurigai ke aras

infeksi, maka sebaiknya mengambil sputum untuk dilakukan pewarnaan gram dan

BTA. Kultur bakteri, jamur dan mikobakterium dapat dilakukan apabila dibutuhkan

lebih lanjut. Sitologi sputum dapat dilakukan apabila dicurigai adanya kanker,

riwayat merokok, usia diatas 40 tahun dan penemuan abnormal pada foto thoraks.

Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kimiawi pada sputum. Apabila pH darah

basa, kemungkinan darah berasal dari traktus respiratorius. Apabila pH darah asam,

kemungkinan berasal dari sumber lain (traktus digestifus). Jika terdapat makrofag

alveolar kemungkinan darah tersebut adalah hemoptisis, namun jika terdapat sisa

29

Page 30: Hemoptisis Print Galuh

makanan bercampur dengan sputum, kemungkinan besar adalah hematemesis

(Corder, 2003).

G. Penatalaksanaan

Tujuan pokok terapi ialah:

1. Mencegah asfiksia

2. Menghentikan perdarahan

3. Mengobati penyebab utama perdarahan

Langkah-langkah penatalaksanaan hemoptisis (Pitoyo, 2006)

Pemantauan menunjang fungsi vital

Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps

kardiovaskuler

Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah

dipertimbangkan sejak awal

Pasien dibimbing untuk batuk yang benar

Mencegah obstruksi saluran napas

Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi

Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan

bronkoskopi

Menghentikan perdarahan

Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade

perdarahan

Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan support

kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang

merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis massif

(Amirullah, 2004).

Masalah utama dalam hemoptosis adalah terjadinya pembekuan dalam saluran

napas yang menyebabkan asfiksia. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis

paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptosis dalam

30

Page 31: Hemoptisis Print Galuh

jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam

jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik (Amirullah, 2004).

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

1. Terapi konservatif

Penatalaksanaan batuk darah masif di Biro Pulmologi Rumkital

dr.Mintohardjo dengan cara Konservatif. Dasar-dasar pengobatanYang

diberikan sebagai berikut (Osaki, 2000).

- Mencegah penyumbatan saluran nafas.

- Memperbaiki keadaan umum penderita.

- Menghentikan perdarahan.

- Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease).

Mencegah penyumbatan saluran nafas.

Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat diletakkan dalam

posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh membatukkan darah yang terasa

menyumbat saluran nafas. Dapat dibantu dengan pengisapan darah dari jalan nafas

dengan alat pengisap. Jangan sekali-kali disuruh menahan batuk (Osaki, 2006).

Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik, diletakkan dalam

posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit

trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. Kalau masih dapat

penderita disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang menyumbat,

sambil dilakukan pengisapan darah dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang

tube endotrakeal (Osaki, 2006).

Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perda- rahan sukar

berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein10 - 20 mg. Penderita

batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang berusaha

menahan batuk. Untuk menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan

(Valium) supaya penderita lebih kooperatif (Osaki, 2006)

Memperbaiki Keadaan Umum Penderita.

31

Page 32: Hemoptisis Print Galuh

Bila perlu dapat dilakukan :

- Pemberian oksigen.

- Pemberian cairan untuk hidrasi.

- Tranfusi darah.

- Memperbaiki keseimbangan asam dan basa (Osaki, 2006).

Menghentikan Perdarahan.

Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di dalam

kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti dalam 7 hari. Pemberian

kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresim (Pitrissin)., ascorbic acid

dikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktor-faktor

pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus (Osaki, 2006)

Mengobati penyakit-penyakit yang mendasarinya (Underlying disease).

Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu

diberikan secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan juga antibiotika

yang sesuai.

a. Terapi pembedahan

Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah masif

yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru adekuat,

tidak ada kontra indikasi bedah.

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.

Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan:

- Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.

- Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada

perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan

operasi.

- Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptisis

yang berulang dapat dicegah (Eddy, 2000).

32

Page 33: Hemoptisis Print Galuh

H. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptosis,

yaitu ditentukan oleh tiga faktor (Bidwell, 2005):

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam

saluran pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik.

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan

ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan :

1. Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan

saluran napas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita

tidak tampak anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk

darah masif (600-1000 cc/24 jam).

2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena

darah terhisap ke bagian paru yang sehat.

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps

dan terjadi atelektasis.

4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila

perdarahan terjadi dalam waktu lama.

I. Prognosis

Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami

hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada beberapa faktor

yang menentukan prognosis (Eddy, 2000) :

Tingkatan hemoptisise : hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai

prognosis yang lebih baik.

Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.

Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk

menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

33

Page 34: Hemoptisis Print Galuh

Hemoptisis <200ml/24jam supportifve baik

- profuse massive >600cc/24jam: prognose jelek 85% meninggal

* dengan bilateral far advance

* faal paru kurang baik

* terdapat kelainan jantung

34

Page 35: Hemoptisis Print Galuh

Bab III

Kesimpulan

1. Hemoptisis merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran

pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam

etiologi.

2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal

dari nasofaring atau gastrointestinal.

3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan

biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis

yang masif.

4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia, menghentikan

perdarahan dan mengobati penyebab utama perdarahan

5. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar

sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.

6. Pada prinsipnya penanganan hemoptisis ditujukan untuk memperbaiki kondisi

kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat menyebabkan

kematian. Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif maupun dengan

operasi, tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis yang terjadi.

7. Prognosis dari hemoptisis ditentukan oleh tingkatan hemoptisis, macam

penyakit dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan.

35

Page 36: Hemoptisis Print Galuh

DAFTAR PUSTAKA

Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita batuk darah yang

berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. Journal Respir Indo 19 :

54-9

Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga

University Press. pp. 301-5

Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan

Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f237

3c0d805736c.pdf.

Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis. Crit Care

Med 2000; 28(5):1642-7

Pitoyo CW. 2006.Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II,

edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. hal.220-1

Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, et al. 2000.

Prognosis of bronchial artery embolization in the management of hemoptysis.

Respiration 67:412-6

Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro

Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32

PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z.,

Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Bidwell, Jacob. 2005. Hemoptysis : diagnosis and treatment. American Family

Physician 72 (7):1253-1260

Corder, Robert. 2003. Hemoptysis. Emerg Med Clin N am. 21: 421-435

Gaude GS. 2010 Hemoptysis in Children. Indian Pediatrics. 47: 245-254

36

Page 37: Hemoptisis Print Galuh

37