Lapsus

7
1. Terapi Prinsip pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2003) pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan seperti penyakit yang berat dan mengancam jiwa, bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia, dan hasil dari pembiakan bakteri memerlukan waktu maka dapat diberikan terapi empiris kepada penderita. Pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut : No Agen Penyebab Antibiotika Lini Pertama Antibiotika Lini Kedua Tanggapan 1 Legionella Eritromisin dengan atau tanpa siprofloxacin Klaritromisi n atau azitromisin, rifampin, doksisiklin dengan rifampin, ofloksasin 2 Mycoplasma pneumoniae Doksisiklin, eritromisin Klaritromisi n atau azitromisin, rifampin, siprofloksas 1-2 minggu

Transcript of Lapsus

Page 1: Lapsus

1. Terapi

Prinsip pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Menurut

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2003) pemberian antibiotik pada penderita

pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya,

akan tetapi karena beberapa alasan seperti penyakit yang berat dan mengancam jiwa,

bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia, dan

hasil dari pembiakan bakteri memerlukan waktu maka dapat diberikan terapi empiris

kepada penderita.

Pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat

sebagai berikut :

No Agen PenyebabAntibiotika Lini

Pertama

Antibiotika Lini

KeduaTanggapan

1 Legionella

Eritromisin dengan

atau tanpa

siprofloxacin

Klaritromisin atau

azitromisin,

rifampin,

doksisiklin

dengan rifampin,

ofloksasin

2Mycoplasma

pneumoniae

Doksisiklin,

eritromisin

Klaritromisin atau

azitromisin,

rifampin,

siprofloksasin

atau ofloksasin

1-2 minggu

3Chlamydia

pnumoniae

Doksisiklin,

eritromisin

Klaritromisin atau

azitromisin,

rifampin,

siprofloksasin

atau ofloksasin

1-2 minggu

4 Chlamydia psittaci DoksisiklinEritromisin,

klofamfenikol,

5 S. pneumonia

Sensitif terhadap

penisilin (MIC<0,1

Penisilin G atau V Sefalosporin Dosis untuk

penyakit berat :

Penisilin IV :

Page 2: Lapsus

ug/ml)

0,5 juta

unit/4jam

Sefuroksim :

750 mg/8 jam

IV

Seftriakson : 2

gr/hari IV

Sefotaksim : 2

gr/6 jam IV

Vankomisin : 1

gr/12 jam IV

6

Resistensi sedang

terhadap penisilin

(MIC 0,1-1 ug/ml)

Penisilin G :

2-3 juta unit/4 jam

Seftriakson,

sefotaksim

Agen oral :

makrolida,

sefuroksim,

sefodoksim

Vankomisin

Tingkat

resistensi

sedang :

0,1-1 ug/ml;

80% biasanya

sensitif

terhadap

sefalosporin

7

Resitensi tinggi

terhadap Penicilin

(MIC>1 ug/ml)

Vankomicin Imipenem

Resistensi

tingkat tinggi :

>1 ug/ml;

20%perlu

vankomisin

8 H. influenzae

Sefalosporin

generasi kedua atau

ketiga,

klaritromisin,

azitromisin

Tetrasiklin

Betalaktam,

fluorokuinolon,

kloramfenikol

9 S. aureus Nafsilin/oxasillin

dengan atau tanpa

rifampisin atau

gentamisin

Sefazolin atau

sefuroksim,

vankomisin,

klindamisin,

trimetoprin-

Page 3: Lapsus

sulfametoksazol,

fluorokuinolon

10

Enterobakteriae (E.

Coli, Klebsiella,

Proteus,

Enterobacter)

Sefalosporin

generasi kedua atau

ketiga dengan atau

tanpa

aminoglikosida

Aztreonam,

imipenem,

betalaktam

Tindakan suportif pada terapi pneumonia meliputi terapi oksigen untuk

mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2< 90%) dan resusitasi cairan intravena untuk

memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi yaitu ventilasi non invasif

(continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada

gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi membantu bersihan sputum.

2. Komplikasi Gagal nafas dan sirkulasi

Efek pneumonia terhadap paru-paru adalah kesulitan bernafas sehingga perlu alat

bantu nafas untuk kestabilan kondisi pasien, kelancaran sirkulasi, dan

tercukupnya kebutuhan oksigen bagi tubuh. Bantuan pernapasan non-invasif

berupa mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain

pemasangan endotracheal tube dan ventilator dapat digunakan untuk membantu

pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh Akut Respiratory

Distress Syndrome (ARDS). Hasil dari infeksi dan respon inflamasi dalam paru-

paru menyebabkan tertampungnya cairan yang sangat kental dan menyatu dengan

keras menyebabkan kesulitan pertukaran udara di alveoli, sehingga pasien sulit

untuk bernapas. Syok sepsis merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.

Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem

imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena

bakteri seperti Streptoccocus pneumonia yang merupakan salah satu penyebab

dari pneumonia. Pasien dengan sepsis membutuhkan unit perawatan intensif di

rumah sakit. Paien membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu

mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat

menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung sampai menyebabkan kematian.

Effusi pleura,empyema dan abses

Page 4: Lapsus

Infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan bertambahnya cairan

dalam ruang yang mengelilingi paru atau rongga pleura (efusi pleura). Jika

mikroorganisme ada di rongga pleura maka kumpulan cairan ini disebut

empyema. Pasien dengan empyema akan diambil cairan dalam rongga pleura

dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa untuk menentukan penyebab dari

adanya cairan pada rongga pleura. Selain itu, perlu pengaliran dari cairan

menggunakan selang pada dada untuk mengeluarkan cairan pada rongga pleura.

Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat

dikeluarkan, mungkin infeksi berlangsung lama karena antibiotik tidak

menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Abses pada paru biasanya dapat

dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses khas terjadi pada

pneumonia aspirasi dan mengandung beberapa tipe bakteri. Antibiotik cukup

untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan dengan

terapi pembedahan.

3. Prognosis

Pemberian terapi yang tepat kepada pasien memberikan respon baik terhadap

sebagian tipe dari pneumonia karena bakteri dalam waktu satu sampai dua minggu.

Pneumonia karena virus memerlukan terapi yang cukup lama, sedangkan pneumonia

karena mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan

etiologi dari pneumonia. Hasil akhir dari keberlangsungan pneumonia tergantung dari

kondisi pasien, kapan pasien di diagnosa pertama kalinya, dan penanganan awal

terhadap pasien.

4. Pencegahan

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya infeksi pneumonia. Terapi tepat

pada penyakit utama (seperti AIDS) dapat mengurangi resiko seseorang terhadap

pneumonia. Berhenti merokok sangat penting tidak hanya membantu membatasi

kerusakan paru tetapi karena asap rokok mengganggu sistem pertahanan tubuh alami

terhadap pneumonia. Penelitian menunjukan bahwa banyak cara untuk mencegah

pneumonia pada bayi baru lahir. Tes untuk wanita hamil dengan grup B streptoccocus

dan chlamydia trachomatis dengan pemberian antibiotik yang dibutuhkan untuk

pengobatan dapat mengurangi pneumonia pada bayi. Penghisapan melalui mulut dan

tenggorokan pada bayi dengan cairan amnion atau meconium mengurangi jumlah dari

pneumonia karena aspirasi. Vaksin penting untuk pencegahan pneumonia pada anak-

Page 5: Lapsus

anak dan dewasa.Vaksin terhadap haemophillus influenza dan streptoccocus pneumonia

dalam tahun pertama kehidupan berperan dengan baik pada masa anak-anak.Vaksin

terhadap streptoccocus pneumonia juga dapat diberikan pada orang dewasa.