Lapsus
-
Upload
kresna-jayadi -
Category
Documents
-
view
219 -
download
2
Transcript of Lapsus
1. Terapi
Prinsip pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Menurut
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2003) pemberian antibiotik pada penderita
pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya,
akan tetapi karena beberapa alasan seperti penyakit yang berat dan mengancam jiwa,
bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia, dan
hasil dari pembiakan bakteri memerlukan waktu maka dapat diberikan terapi empiris
kepada penderita.
Pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut :
No Agen PenyebabAntibiotika Lini
Pertama
Antibiotika Lini
KeduaTanggapan
1 Legionella
Eritromisin dengan
atau tanpa
siprofloxacin
Klaritromisin atau
azitromisin,
rifampin,
doksisiklin
dengan rifampin,
ofloksasin
2Mycoplasma
pneumoniae
Doksisiklin,
eritromisin
Klaritromisin atau
azitromisin,
rifampin,
siprofloksasin
atau ofloksasin
1-2 minggu
3Chlamydia
pnumoniae
Doksisiklin,
eritromisin
Klaritromisin atau
azitromisin,
rifampin,
siprofloksasin
atau ofloksasin
1-2 minggu
4 Chlamydia psittaci DoksisiklinEritromisin,
klofamfenikol,
5 S. pneumonia
Sensitif terhadap
penisilin (MIC<0,1
Penisilin G atau V Sefalosporin Dosis untuk
penyakit berat :
Penisilin IV :
ug/ml)
0,5 juta
unit/4jam
Sefuroksim :
750 mg/8 jam
IV
Seftriakson : 2
gr/hari IV
Sefotaksim : 2
gr/6 jam IV
Vankomisin : 1
gr/12 jam IV
6
Resistensi sedang
terhadap penisilin
(MIC 0,1-1 ug/ml)
Penisilin G :
2-3 juta unit/4 jam
Seftriakson,
sefotaksim
Agen oral :
makrolida,
sefuroksim,
sefodoksim
Vankomisin
Tingkat
resistensi
sedang :
0,1-1 ug/ml;
80% biasanya
sensitif
terhadap
sefalosporin
7
Resitensi tinggi
terhadap Penicilin
(MIC>1 ug/ml)
Vankomicin Imipenem
Resistensi
tingkat tinggi :
>1 ug/ml;
20%perlu
vankomisin
8 H. influenzae
Sefalosporin
generasi kedua atau
ketiga,
klaritromisin,
azitromisin
Tetrasiklin
Betalaktam,
fluorokuinolon,
kloramfenikol
9 S. aureus Nafsilin/oxasillin
dengan atau tanpa
rifampisin atau
gentamisin
Sefazolin atau
sefuroksim,
vankomisin,
klindamisin,
trimetoprin-
sulfametoksazol,
fluorokuinolon
10
Enterobakteriae (E.
Coli, Klebsiella,
Proteus,
Enterobacter)
Sefalosporin
generasi kedua atau
ketiga dengan atau
tanpa
aminoglikosida
Aztreonam,
imipenem,
betalaktam
Tindakan suportif pada terapi pneumonia meliputi terapi oksigen untuk
mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2< 90%) dan resusitasi cairan intravena untuk
memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi yaitu ventilasi non invasif
(continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada
gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi membantu bersihan sputum.
2. Komplikasi Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru adalah kesulitan bernafas sehingga perlu alat
bantu nafas untuk kestabilan kondisi pasien, kelancaran sirkulasi, dan
tercukupnya kebutuhan oksigen bagi tubuh. Bantuan pernapasan non-invasif
berupa mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain
pemasangan endotracheal tube dan ventilator dapat digunakan untuk membantu
pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh Akut Respiratory
Distress Syndrome (ARDS). Hasil dari infeksi dan respon inflamasi dalam paru-
paru menyebabkan tertampungnya cairan yang sangat kental dan menyatu dengan
keras menyebabkan kesulitan pertukaran udara di alveoli, sehingga pasien sulit
untuk bernapas. Syok sepsis merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.
Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem
imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena
bakteri seperti Streptoccocus pneumonia yang merupakan salah satu penyebab
dari pneumonia. Pasien dengan sepsis membutuhkan unit perawatan intensif di
rumah sakit. Paien membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu
mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat
menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung sampai menyebabkan kematian.
Effusi pleura,empyema dan abses
Infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan bertambahnya cairan
dalam ruang yang mengelilingi paru atau rongga pleura (efusi pleura). Jika
mikroorganisme ada di rongga pleura maka kumpulan cairan ini disebut
empyema. Pasien dengan empyema akan diambil cairan dalam rongga pleura
dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa untuk menentukan penyebab dari
adanya cairan pada rongga pleura. Selain itu, perlu pengaliran dari cairan
menggunakan selang pada dada untuk mengeluarkan cairan pada rongga pleura.
Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan, mungkin infeksi berlangsung lama karena antibiotik tidak
menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Abses pada paru biasanya dapat
dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses khas terjadi pada
pneumonia aspirasi dan mengandung beberapa tipe bakteri. Antibiotik cukup
untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan dengan
terapi pembedahan.
3. Prognosis
Pemberian terapi yang tepat kepada pasien memberikan respon baik terhadap
sebagian tipe dari pneumonia karena bakteri dalam waktu satu sampai dua minggu.
Pneumonia karena virus memerlukan terapi yang cukup lama, sedangkan pneumonia
karena mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan
etiologi dari pneumonia. Hasil akhir dari keberlangsungan pneumonia tergantung dari
kondisi pasien, kapan pasien di diagnosa pertama kalinya, dan penanganan awal
terhadap pasien.
4. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya infeksi pneumonia. Terapi tepat
pada penyakit utama (seperti AIDS) dapat mengurangi resiko seseorang terhadap
pneumonia. Berhenti merokok sangat penting tidak hanya membantu membatasi
kerusakan paru tetapi karena asap rokok mengganggu sistem pertahanan tubuh alami
terhadap pneumonia. Penelitian menunjukan bahwa banyak cara untuk mencegah
pneumonia pada bayi baru lahir. Tes untuk wanita hamil dengan grup B streptoccocus
dan chlamydia trachomatis dengan pemberian antibiotik yang dibutuhkan untuk
pengobatan dapat mengurangi pneumonia pada bayi. Penghisapan melalui mulut dan
tenggorokan pada bayi dengan cairan amnion atau meconium mengurangi jumlah dari
pneumonia karena aspirasi. Vaksin penting untuk pencegahan pneumonia pada anak-
anak dan dewasa.Vaksin terhadap haemophillus influenza dan streptoccocus pneumonia
dalam tahun pertama kehidupan berperan dengan baik pada masa anak-anak.Vaksin
terhadap streptoccocus pneumonia juga dapat diberikan pada orang dewasa.