Lapsus

16
BAB I PENDAHULUAN I.1. Anatomi Telinga I.1.1. Anatomi Telinga Luar Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus dan dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Aurikula berfungsi untuk membantu pengumpulan gelombang suara. Gelombang suara tersebut akan dihantarkan ke telinga bagian tengah melalui kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus terdapat sendi temporal mandibular. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat tempat kulit melekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. I.1.2. Anatomi Telinga Tengah Bagian atas membrana timpani disebut pars flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida mempunyai dua lapisan, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas, pars tensa mempunyai satu lapisan lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat

Transcript of Lapsus

Page 1: Lapsus

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Anatomi Telinga

I.1.1. Anatomi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus dan dipisahkan dari

telinga tengah oleh membrana timpani. Aurikula berfungsi untuk membantu pengumpulan

gelombang suara. Gelombang suara tersebut akan dihantarkan ke telinga bagian tengah melalui

kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus terdapat sendi temporal

mandibular. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral

mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat tempat kulit melekat. Dua pertiga medial

tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada

membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang

mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri

dan memberikan perlindungan bagi kulit.

I.1.2. Anatomi Telinga Tengah

Bagian atas membrana timpani disebut pars flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa.

Pars flaksida mempunyai dua lapisan, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga

dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas, pars tensa

mempunyai satu lapisan lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit

serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Di dalam

telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu

maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.

Prosesus longus maleus melekat pada membrana timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus

melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap oval yang berhubungan dengan koklea.

Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk

dalam telinga tengah menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

I.1.3. Anatomi Telinga Dalam

Koklea bagian tulang dibagi menjadi dua lapisan oleh suatu sekat. Bagian dalam sekat ini

adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis membranasea. Ruang

Page 2: Lapsus

yang mengandung perilimfe terbagi dua, yaitu skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala ini

bertemu pada ujung koklea yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berawal pada foramen

ovale dan skala timpani berakhir pada foramen rotundum. Pertemuan antara lamina spiralis ossea

dan membranasea kearah perifer membentuk suatu membrana yang tipis yang disebut membrana

Reissner yang memisahkan skala vestibuli dengan skala media (duktus koklearis). Duktus

koklearis berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan ikat penyambung

periosteal dan mengandung end organ dari nervus koklearis dan organ Corti. Duktus koklearis

berhubungan dengan sakkulus dengan perantaraan duktus Reuniens.

Organ Corti terletak di atas membrana basilaris yang mengandung organel-organel yang

penting untuk mekenisma saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel

rambut dalam yang berisi kira-kira 3000 sel dan tiga baris sel rambut luar yang berisi kira-kira

12.000 sel. Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horisontal dari suatu jungkat-

jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada

ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang melekat pada

suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membrana tektoria. Membrana

tektoria disekresi dan disokong oleh limbus.

I.2. Fisiologi Pendengaran

I.2.1. Fisiologi Pendengaran Normal

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai

membrana timpani sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang

Page 3: Lapsus

pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya, stapes menggerakkan foramen ovale

yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membrana

Reissner yang mendorong endolimfe dan membrana basalis ke arah bawah. Perilimfe dalam

skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu

istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok dan dengan terdorongnya membrana basal, ujung sel

rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya

perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang nervus vestibulokoklearis.

Kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat

yang ada di lobus temporalis.

I.3. Gangguan Pendengaran

I.3.1. Definisi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran menggambarkan kehilangan pendengaran di salah satu atau

kedua telinga. Tingkat penurunan gangguan pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang, sedang

berat, berat, dan sangat berat.

I.3.3. Jenis Gangguan Pendengaran

Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention pada gangguan pendengaran konduktif

terdapat masalah di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran

sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan, tuli

campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Menurut WHO-

SEARO (South East Asia Regional Office) Intercountry Meeting (Colombo, 2002) faktor

Page 4: Lapsus

penyebab gangguan pendengaran adalah otitis media suppuratif kronik (OMSK), tuli sejak lahir,

pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.

I.3.3.1.1. Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif

Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai

telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal

telinga luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda,

dan tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada

telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).

Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:

1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.

2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi

kepala.

3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).

4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice)

khususnya pada penderita otosklerosis.

5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.

Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal telinga luar,

perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal telinga luar atau

selaput gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis terdapat gangguan

pada rantai tulang pendengaran. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita

tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang

mengandung nada rendah. Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan

garputala 250 Hz dijumpai hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati

lateralisasi ke arah yang sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati

Schwabach memanjang.

I.4. Pemeriksaan dan Diagnosis Gangguan Pendengaran

Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung dan

tenggorok, tes pendengarn, yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri dan pemeriksaan

penunjang. Tes bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa

kata-kata kepada telinga penderita dengan jarak tertentu. Hasil tes berupa jarak pendengaran,

Page 5: Lapsus

yaitu jarak antara pemeriksa dan penderita di mana suara bisik masih dapat didengar enam meter.

Pada nilai normal tes berbisik ialah 5/6 – 6/6.

Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu dipengaruhi suara

bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara melakukan tes Rinne adalah penala

digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar penala

dipegang di depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif. Bila tidak

terdengar disebut Rinne negatif.

Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai garputala diletakkan di

garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu). Apabila bunyi garputala

terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila

tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada

lateralisasi.

Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai garputala diletakkan

pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai garputala segera

dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila

pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat

mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada

prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi disebut

Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya

disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.

Rinne Weber Schwabach Diagnosis

(+) (-) =pemeriksa Normal

(-) telinga

yang

sakit

Memanjang Tuli

konduktif

(+) telinga

yang

sehat

Memendek Tuli

sensori-

neural

Page 6: Lapsus

I.5 Penyakit yang Menyebabkan Tuli KonduktifPenyakit telinga dapat menyebabkan tuli konduktif atau tuli sensorineural. Tuli

konduktif, disebabkan kelainan terdapat di telinga luar atau telinga tengah. Telinga luar yang

menyebabkan tuli konduktif adalah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna

sirkumskripta dan osteoma liang telinga. Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli

konduktif adalah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,

hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.

I.6 Serumen

Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang

terlepas dan partikel debu dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga

karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi

kadang-kadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan.

Page 7: Lapsus

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. E

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Bergas Kidul RT 04/ RW 01

Tanggal MRS : 07 November 2013

II.2. Anamnesa

Keluhan utama :

Telinga kiri kurang mendengar.

Keluhan tambahan :

Telinga kiri nyeri dan berdenging

Riwayat penyakit sekarang :

Kurang lebih 1 bulan yang lalu telinga pasien kemasukan air saat mandi pagi di sungai,

sore harinya telinga kiri pasien terasa nyeri dan terasa penuh.

Saat datang ke poli THT RSUD Ambarawa keluhan pasien belum berkurang ditambah

telinga berdenging dan pusing cekot-cekot, kaki kemeng. Batuk (-), pilek (-), keluar

cairan dari telinga (-).

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.

Riwayat penyakit keluarga :

Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

Page 8: Lapsus

Riwayat pengobatan :

Pasien sudah berobat ke puskesmas dan mendapat obat tetes telinga tetapi keluhan tidak

membaik.

Riwayat kebiasaan:

Pasien jarang membersihkan telinganya.

II.3. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital

TD : 130/90 mmHg R : 20x/menit

N : 80 x/menit S : 36,6o C

Status lokalis

a. Telinga

Aurikula Kanan Kiri

Bentuk & Ukuran N N

Tragus pain - -

Hematom - -

Canalis Auditorium Eksterna

Serumen - +

Otorrhea - -

Furunkel -

Edema - -

Hiperemi - -

Sekret - -

Membran Timpani

Retraksi - SDN

Bulging - SDN

Page 9: Lapsus

Perforasi - SDN

Conus of light + SDN

Valsava - SDN

Pemeriksaan garpu tala :

Rinne Weber Schwabach Diagnosis

(-) telinga

yang

sakit

(AS)

Memanjang Tuli

konduktif

b. Hidung

Bentuk : normal

Inflamasi : -

Deformitas : -

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi N N

Deviasi septum - -

Mukosa hiperemis - -

Sekret - -

Edema - -

Benda asing - -

Perdarahan - -

c. Tenggorokan

Bibir : mukosa bibir lembab

Mulut : mukosa mulut basah, bau mulut (-)

Lidah : tidak ada ulkus

Uvula : di tengah, hiperemis (-), edema (-)

Tonsil : N

Faring : N

Page 10: Lapsus

II.4. Diagnosa

Tuli konduktif e.c serumen prop

II.5. Penatalaksanaan

Carboglyserin

Suction serumen setelah lunak

Page 11: Lapsus

BAB III

PEMBAHASAN

Analisa kasus berdasarkan SOAP

III.1 S (Subjektif)

Keluhan pasien berupa pendengaran di telinga kirinya berkurang, telinga kiri terasa

penuh dan berdenging sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya telinga pasien pernah

kemasukan air saat mandi di sungai.

III.2 O (Objektif)

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ny. E didapatkan hasil keadaan

umum tampak baik dan kesadaran kompos mentis. Tanda vital dalam batas normal. Pada

pemeriksaan status lokalis pasien di telinga kiri didapatkan adanya serumen. Tidak terdapat

adanya kolesteatom, membran timpani telinga kiri sulit dinilai karena tertutup serumen.

Pada pemeriksaan status lokalis telinga kiri dalam batas normal. Pada pemeriksaan dengan

garpu tala didapatkan rinne (-), webber lateralisasi ke telinga kiri, schwabach memanjang.

III.3 A (Assesment)

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien dapat ditegakan diagnosis

Ny. E adalah tuli konduktif e.c serumen prop.

III.4 P (Planning)

Carboglyserin diteteskan setiap jam selama 12 kali, setelah serumen lunak pasien datang

lagi ke poli THT untuk dilakukan pengambilan serumen dengan suction.

Page 12: Lapsus

DAFTAR PUSTAKA

1. Hawke, M. et al. 2006. Diagnostic Handbook of Otorhinolaringology.

2. Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta : FKUI

3. Bailey, B., Johnson, B., Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery

.